i
ANALISIS
MATERI PEMBELAJARAN AL-
QUR’AN
(STUDI PERBANDINGAN MATERI QIROATI DAN
YANBU’A)
SKRIPSI
Diajukan utuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjan Pendidikan
Oleh:
Fitriana Rifaatin
NIM. 11114270
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
َناَمْثُع ْنَع
–
هنع الله ضىر
-
ِِّ ِبَّنلا ِنَع
-لمسو هيلع الله لىص
-
َلاَق
«
ُهَمَّلَعَو َن آْرُقْلا ََّلمَعَت ْنَم ْ ُكُُ ْيَْخ
»
يراخبلا هاور
Artinya: “Ustman bin Affanradhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Orang tua tercinta Bapak Ahmad Rifa’i dan Ibu R. Nurmanita. E. A, S.Pd. SD. Terima kasih atas cinta, dukungan, doa, dan semua hal yang engkau
berikan kepada saya.
2. Saudaraku tercinta M. Noor Rifqi dan M. Akasyah Permana yang selalu
menghibur dan mendukung saya.
3. Sahabat-sahabatku, semua anggota ICP 2014 yang terus bersama untuk
memperkuat dan mendukung satu sama lain.
4. Seluruh teman mahasiswa jurusan PAI 2014 dan Kelas Khusus
Internasional yang memberikan semangat dan dukungan dalam
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, taufiq,
dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul
“Analisis Materi Pembelajaran Al-Qur’an (Studi Perbandingan Materi Qiroati dan
Yanbu’a)”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Khotamul Anbiya’ wal Mursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam
hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata
hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud
berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Rachmat Hariyadi, M.Pd., sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd., sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Siti Rukhayati, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Sari Famularsih, M.Ag, sebagai Direktur Program Khusus Kelas
Internasional.
5. Dr. Moh. Ghufron, M.Ag. dan Sari Famularsih, M.A., sebagai Dosen
ix
arahan, saran, dan nasehat serta waktunya untuk penulis dari awal hingga
akhir sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Seluruh dosen IAIN termasuk Program Khusus Kelas Internasional Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
7. Semua rekan yang tak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada pembaca yang
bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga karya yang
sederhana ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin ya Robbal ‘Alamin.
Salatiga, 15 Agustus 2018
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO ….. ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK… ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Kajian Pustaka ... 7
F. Metode Penelitian ... 11
xi
BAB II MATERI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
A. Pengertian Materi Pembelajaran ... 19
B. Pengertian Membaca Al-Qur’an ... 20 C. Materi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 23
BAB III GAMBARAN UMUM BUKU QIROATI DAN YANBU’A
A. Identitas Buku ... 52
B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ... 66
C. Konten Materi ... 72
BAB IV ANALISIS SISTEMATIKA MATERI PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN (BUKU QIROATI DAN YANBUA)
A. Sistematika Materi Buku Qiroati ... 134
B. Sistematika Materi Buku Yanbu’a ... 155 C. Persamaan dan Perbedaan Materi dalam Buku Qiroati dan Yanbu’a ... 175 D. Analisis Materi yang Lebih Efektif antara Materi Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a ... 178
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 180
B. Saran... 181
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Cover Buku Qiroati Pra TK Al-qur’an ... 53
Gambar 2 Cover Buku Qiroati Jilid 1 ... 54
Gambar 3 Cover Buku Qiroati Jilid 2 ... 54
Gambar 4 Cover Buku Qiroati Jilid 3 ... 55
Gambar 5 Cover Buku Qiroati Jilid 4 ... 56
Gambar 6 Cover Buku Qiroati Jilid 5 ... 56
Gambar 7 Cover Buku Qiroati Jilid 6 ... 57
Gambar 8 Cover Buku Qiroati Pelajaran Bacaan Gharaib – Musykilat ... 58
Gambar 9 Cover Buku Qiroati Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis ... 59
Gambar 10 Cover Buku Yanbu’a Pemula ... 60
Gambar 11 Cover Buku Yanbu’a Juz 1 ... 61
Gambar 12 Cover Buku Yanbu’a Juz 2 ... 62
Gambar 13 Cover Buku Yanbu’a Juz 3 ... 63
Gambar 14 Cover Buku Yanbu’a Juz 4 ... 63
Gambar 15 Cover Buku Yanbu’a Juz 5 ... 64
Gambar 16 Cover Buku Yanbu’a Juz 6 ... 65
xiii ABSTRAK
Rifaatin, Fitriana. 2018. Analisis Materi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Studi Perbandingan Materi Qiroati dan Yanbu’a). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag. dan Sari Famularsih, M.A.
Kata Kunci: Perbandingan, Materi Pembelajaran Al-qur’an, Qiroati, Yanbu’a
Pembelajaran al-qur’an membutuhkan metode guna mempermudah dalam mencapai hasil belajar. Setiap metode pembelajaran al-qur’an yang ditawarkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan tersebut nampak dari isi materi pembelajaran. Materi dalam pembelajaran
al-qur’an haruslah mampu mengarahkan santri/siswa untuk membaca al-qur’an sesuai dengan makhraj dan kaidah ilmu tajwid sehingga santri dapat membaca dengan fasih dan benar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui sistematika materi pembelajaran membaca
Al-Qur’an dalam buku Qiroati; (2) Untuk mengetahui sistematika materi
pembelajaran membaca Al-Qur’an dalam buku Yanbu’a; (3) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan sistematika materi pembelajaran membaca al-qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a; (4) Untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara materi pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang berdasrkan objek kajian dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi) dan metode analisis komparatif (comparative analysis). Kemudian, penyajian datanya dalam bentuk deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa: (1) Sistematika materi dalam buku Qiroati meliputi pengenalan huruf hijaiyyah, tanda-tanda baca (syakl), makharijul huruf, nun sukun dan tanwin, mim sukun, mim dan nun tasydid, macam-macam
idgham, lam ta’rif (alif lam qamariyyah dan alif lam syamsiyyah), tafkhim dan tarqiq, mad, hamzah, qalqalah, tanda-tanda waqaf, dan gharaib wa musykilat. (2)
Sistematika materi dalam buku Yanbu’a meliputi pengenalan huruf-huruf
hijaiyyah, tanda-tanda baca (syakl), makharijul huruf, shifatul huruf, hukum bacaan nun sukun dan tanwin, mim sukun, mim dan nun tasydid, macam-macam
idgham, lam ta’rif (alif lam qamariyyah dan alif lam syamsiyyah), tafkhim dan tarqiqi, mad, hamzah, qalqalah, tanda-tanda waqaf, gharaib wa musykilat, dan adabuttilawah. (3) Persamaan sistematika dari keduanya adalah sama-sama
membahas tentang materi bagaimana belajar membaca al-Qur’an. Adapun
perbedaannya adalah berbedanya jumlah pembagian mad, dan penjelasan sebagian materi yang tidak termasuk dalam susunan jilid atau juz. (4) Materi pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Yanbu’a lebih efektif daripada buku Qiroati. Isi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses bimbingan yang diberikan kepada
anak. Menurut Ki Hajar Dewantara, konsepsi pendidikan adalah.
...anak sebagai figur sentral dalam pendidikan dengan memberikan kemerdekaan sepenuh-penuhnya untuk
berkembang’. Sementara itu, ‘Guru hanya membimbing dari
belakang dan baru mengingatkan anak kalau sekiranya mengarahkan kepada suatu tindakan yang membahayakan (tut wuri handayani) sambil terus membangkitkan semangat dan memberikan motivasi (in madya mangun karsa) dan selalu menjadi contoh dalam perilaku dan ucapannya (ing ngarsa sung tuladha) (Suparlan, 2011:17).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal I butir I
tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa “pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Depdiknas, 2004:2).
Pendidikan tidak akan pernah lepas dari unsur-unsur pendukungnya,
diantaranya adalah pendidik, peserta didik dan proses. Peserta didik
berusaha mengembangkan potensi diri dengan arahan guru yang mana
2
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi melalui proses
pembelajaran. Menurut Bruner bahwa …pembelajaran merupakan proses sosial aktif yang mana pembelajar mengkonstruksi ide dan konsep baru
berdasarkan pengetahuan yang sekarang (Sigit Mangun Wardoyo,
2013:11). Dengan demikian, adanya proses pembelajaran merupakan
proses kegiatan yang berhubungan dengan belajar.
Menurut Sardiman seperti yang dikutip Heri Gunawan (2014:112),
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
searangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perobahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik,
1983:21). Maksud dari tingkah laku yang baru seperti mengetahui sesuatu
yang belum diketahui atau timbulnya pengertian-pengertian baru yang
mana untuk menimbulkan hal tersebut dapat ditempuh dengan membaca.
Menurut Farr seperti yang dikutip Dalman (2014:5) bahwa
membaca merupakan jantung pendidikan. Membaca merupakan pintu
untuk menguak cakrawala yang lebih luas dan jendela dunia untuk
melakukan pengembangan dan perubahan yang lebih baik (Sholeh Hamid,
2014:164). Seseorang harus banyak membaca agar terhindar dari
ketidaktahuan tentang informasi dan ia akan memiliki wawasan yang luas.
3
dan peradaban suatu bangsa. Aktivitas membaca tidak hanya membaca
buku akan tetapi juga dianjurkan untuk membaca al-Qur’an.
Menurut Dr. Muhammad Subkhi Shalih mengemukakan definisi
al-Qur’an dalam bahasa ialah:
ا فحاصلما في بوتكلما لمس و هيلع الله لىص بينلا لىع لنزلما زجعلما مكلالا
رتاوتلبا انيل ا لوقنلم
هتولاتب دبعتلما
Artinya:
“Kalam yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentangnya) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang tertulis dalam mushaf,
yang disampaikan secara mutawatir, dan membacanyadianggap ibadah.”
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sesuai dengan redaksinya melalui malaikat Jibril secara
berangsur-angsur yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan
secara mutawattir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya yang dimulai
dari surah al-Fatihah dan diakhiri oleh surah an-Nas (Nur Effendi,
2016:40). Sehingga setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh
kepada sumber hukum yang pertama dan al-qur’an bernilai ibadah bagi
yang membacanya. Membaca al-Qur’an bernilai ibadah merupakan
dorongan untuk umat Islam agar rajin dalam membaca al-Qur’an.
4
Kegiatan pembelajaran tersebut disertai dengan berbagai metode
pembelajaran. Adapun metode yang digunakan seperti metode Yanbu’a,
metode Qiroati, metode Iqro’, dan lainnya.
Metode pembelajaran membaca al-Qur’an tidak terlepas dari materi. Materi pembelajaran merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan
pembelajaran. Keluasan materi pembelajaran dapat mempengaruhi
keberhasilan dan ketercapaiannya suatu pembelajaran, namun banyak
orang yang kurang memperhatikan hal tersebut. Materi-materi
pembelajaran membaca al-Qur’an pada umumnya menggunakan buku
pegangan khusus. Seperti metode Qiroati yang menggunakan materi
pembelajaran dengan Buku Qiroati yang berjudul Metode Praktis Belajar
Membaca Al-Qur’an untuk Pra TK. Al-Qur’an (anak usia 3-4 tahun) dan terdiri dari 6 jilid yang disusun oleh perancang metode Qira’ati yaitu K.H
Dahlan Salim Zarkasyi. Begitu pula dengan metode Yanbu’a yang
dirancang oleh K.H. M. Ulin Nuha, K.H. M. Ulil Albab Arwani, dan KH.
M. Manshur Maskan berasal dari Kudus yang menerbitkan buku berjudul
“Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an Yanbu’a” yang terdiri dari 7 juz.
Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
seperti kelebihan dari buku Yanbu’a adalah terdapat cara menulis pada
buku pemula sampai juz 3 sedangkan pada buku Qiroati tidak terdapat cara
5
musykilat sedangkan materi ilmu tajwid dan gharib atau musykilat pada
buku Yanbu’a terdapat dalam juz 4 – 7. Selain itu, siswa/santri yang telah menyelesaikan jilid 5 tidak dapat melanjutkan jilid 6 akan tetapi
melanjutkan juz 27 terlebih dahulu baru dapat melanjutkan ke jilid 6.
Hal inilah yang akhirnya menjadi ketertarikan peneliti untuk
menganalisis sistematika materi pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a serta mencari perbedaan dan persamaan materi
dalam buku tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana sistematika materi pembelajaran membaca al-Qur’an
dalam buku Qiroati?
2. Bagaimana sistematika materi pembelajaran membaca al-Qur’an
dalam buku Yanbu’a?
3. Bagaiamana persamaan dan perbedaan sistematika materi
pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan buku Yanbu’a?
4. Manakah yang lebih efektif antara materi pembelajaran membaca
al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a?
C. Tujuan Penelitian
Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
6
1. Untuk mengetahui sistematika materi pembelajaran membaca
Al-Qur’an dalam buku Qiroati.
2. Untuk mengetahui sistematika materi pembelajaran membaca
Al-Qur’an dalam buku Yanbu’a.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan sistematika materi
pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a. 4. Untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara materi pembelajaran
membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan,
terutama dalam wacana pengembangan materi pembelajaran membaca
al-Qur’an. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan berguna untuk kegiatan penelitian selanjutnya dan memberikan landasan bagi
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru/ustadzah mampu memberikan kontribusi pemahaman
materi dalam berbagai metode pembelajaran membaca al-Qur’an.
b. Bagi siswa/santri mampu memberikan ilustrasi materi
7 E. Kajian Pustaka
1. Penelitian terdahulu
Karya ilmiah yang membahas al-Qur’an tentang memahami, membaca, menghafalkan dan mengamalkannya sangat banyak.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa hasil penelitian terdahulu
mampu memberikan gambaran permasalahan sebagai berikut:
Skripsi Hamid Arfan (2007) mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
yang berjudul “Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an dalam Buku Qiroati Karya H. Dachlan Salim Zarkasyi (Analisis Materi)” menjelaskan bahwa Buku Qiroati merupakan salah satu buku teks
pelajaran membaca al-qur’an yang dilengkapi dengan ilmu tajwid dan gharib yang hadir untuk menjembatani kesulitan para pembelajar
al-qur’an bagi kalangan pemula. Materi dan metode yang disajikan
memenuhi kriteria syarat linguitik, non linguistik dan kependidikan.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan yang logis antara tujuan,
materi, pendekatan, metode dan teknik pembelajarannya.
Skripsi Muji Rejeki (2015) mahasiswa UNISNU Jepara yang
berjudul “Studi Komparasi Hasil Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Yanbu’a dan Metode Qiroati di TPQ
Matholiul Huda dan TPQ Tsamrotul Hidayah Tahun Pelajaran
8
penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta
didik tentang baca tulis al-Qur’an di TPQ Matholiul Huda tahun pelajaran 2015/2016; (2) Studi komparasi adalah sebuah penelitian
yang bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik
tentang baca tulis al-Qur’an di TPQ Tsamrotul Hidayah tahun pelajaran 2015/2016. Dan hasil baca tulis al-Qur’an santri di TPQ Matholiul Huda dan TPQ Tsamrotul Hidayah tahun pelajaran
2015/2016 termasuk “cukup” dengan indikator nilai 6 masuk dalam
interval 6 yang berkategori cukup, dengan kedua metode tersebut; (3)
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean rata-rata hasil belajar
baca tulis al-qur’an santri yang diajarkan dengan metode Yanbu’a dan metode Qiroati di TPQ Matholiul Huda dan TPQ Tsamrotul Hidayah
tahun pelajaran 2015/2016, terbukti dengan nilai te < tt (-0,0333 < 2,00
dan -0,0333 < 2,65) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima.
Skripsi Musfirotun Ummul Fadlilah (2017) mahasiswa IAIN
Surakarta yang berjudul “Analisis Substansi Materi Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an (Studi Komparasi Materi dalam Buku Iqra’
dengan Materi dalam buku Yanbu’a)” menjelaskan bahwa (1)
Substansi materi dalam buku Iqra’ meliputi pengenalan huruf hijaiyah,
makharijul huruf, tafkhim dan tarqiq, nun mati dan tanwin, qalqalah,
lam ta’rif, mim mati, mad, waqof dan gharib musykilat. Namun pada
materi mim mati terdapat kekurangan materi terkait dengan idghom
9
mad farq, mad shilah qashirah dan thawilah, mad badal, dan mad
lazim mukhaffaf kilmi. Selain itu pada materi gharib dan musykilat
tidak ada materi berhubungan dengan isymam, imalah, saktah ataupun
beberapa bacaan gharib lainnya. Materi lain yang tidak terdapat dalam
buku Iqra’ adalah adabut tilawah. (2) Substansi materi dalam buku
Yanbu’a meliputi pengenalan huruf hijaiyah, makharijul huruf, nun
mati dan tanwin, tafkhim dan tarqiq, idghom dan pembagiannya,
ghunnah, qolqolah, lam ta’rif, mim mati, mad, hamzah, waqof dan
gharib wa musykilat serta adabut tilawah. Berdasarkan hal tersebut
juga dapat dilihat kelebihan dari buku Yanbu’a ini yaitu adanya adabut
tilawah yang disampaikan melalui petunjuk mengajar yang ada dalam
buku. Adapun kekurangannya yaitu tidak adanya materi shifatul huruf.
(3) Persamaan substansi materi yang terdapat dalam buku Iqra’ dan
buku Yanbu’a yaitu keduanya mengandung materi pengenalan huruf
hijaiyah, pengenalan waqof, nun sakinah dan tanwin, mim sakinah,
mad, qalqalah, lam ta’rif, tafkhim dan tarqiq, ghunnah. Adapun
perbedaan substansi materi yang terdapat dalam buku Iqra’ dan buku
Yanbu’a terkait dengan tajwid yaitu materi gharaib wa musykilat yang
ada dalam buku Yanbu’a lebih lengkap dibandingkan dari buku Iqra’. Selain itu dalam buku Iqra’ tidak terdapat materi adabut tilawah,
namun materi tersebut terdapat dalam buku Yanbu’a. Demikian juga
dalam buku Iqra’ tidak terdapat materi macam-macam idghom, tetapi
10
musykilat juga lebih lengkap berada dalam buku Yanbu’a
dibandingkan dalam buku Iqra’.
Dari penelitian terdahulu terdapat persamaan dan perbedaan
nya. Persamaannya adalah membahas terkait dengan membaca
al-Qur’an dan salah satu buku yang sama yaitu buku Yanbu’a. Adapun perbedaannya adalah adanya pembahasan terkait dengan hasil belajar
santri dan penguatan metode pembelajaran membaca al-Qur’an, sedangkan penelitian ini lebih cenderung pada perbandingan dan
persamaan materi dari metode pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a.
2. Kerangka teori
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang harus dibaca dan diamalkan setiap umat islam. Upaya meningkatkan kemampuan
membaca al-Qur’an sangat penting karena untuk menciptakan moral generasi Qur’ani yaitu generasi yang mampu memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalam al-Qur’an. Selain
itu, dalam membaca al-qur’an diperlukan ilmu pedoman guna mampu
membaca al-Qur’an dengan baik dan benar yaitu ilmu tajwid yang diperoleh dari suatu proses pembelajaran meliputi tujuan, peserta
didik, guru, kurikulum, metode, dan evaluasi.
Proses pembelajaran membaca al-Qur’an membutuhkan suatu metode. Metode pembelajaran merupakan cara atau pola melakukan
11
pembelajaran sangat diperlukan guna mempermudah proses
pembelajaran sehingga mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan.
Akan tetapi dengan banyaknya metode dalam proses pembelajaran,
hendaknya terampil dalam memilih dan menggunakan
bermacam-macam metode tersebut. Tidak ada satu pun metode yang paling baik
untuk mencapai berbagai macam tujuan, sebab semua metode
pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing.
Menurut Ida Vera (2014:338) menyatakan bahwa berbagai
metode membaca al-Qur’an yang digunakan di Indonesia adalah metode Baghdadiyah, metode Nahdliyah dan metode Jibril, metode
Iqro’, metode Qiroati, metode Al-Barqy, metode Tilawah dan metode
Yanbu’a. Berbagai metode tersebut memiliki kekhasan masing-masing
yang mana terlihat dari isi materi bukunya yang mana isi materinya
dan memberikan hasil dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun pentingnya penerapan metode pembelajaran membaca
al-Qur’an yaitu mempermudah guru/ustadzah dalam menyampaikan
suatu materi dengan baik dan mudah dipahami siswa/santri sehingga
siswa/santri tidak jenuh dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain
itu, mempermudah guru/ustadzah dalam mentransfer ilmu sekaligus
menumbuhkan komitmen pada siswa/santri untuk mengamalkannya
serta menghindari kesalahpahaman dalam memahami ilmu.
12
Penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian
yang bahan atau data-data dalam penulisan penelitian ini diperoleh
melalui penggalian dan penelitian dari buku-buku, artikel-artikel dan
catatan lainnya yang bertujuan untuk memberi makna, menjelaskan,
dan menginterpretasikan teks menjadi pemahaman yang holistik
(Musfiqon, 2012: 82). Begitu pula, menurut Maslikhah (2017:73)
bahwa setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama,
peneliti berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan
bukannya dengan pengetahuan langsung dari lapangan dari lapangan
atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lain. Kedua,
data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga, data pustaka umumnya adalah
sumber sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di
lapangan. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Dengan demikian bahwa riset perpustakaan tidak hanya identik
dengan buku-buku. Akan tetapi juga. berupa dokumen, naskah kuno,
dan bahan atau karya non cetak seperti kaset, video, microfilm,
mikrofis, disket dan lainnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengkaji
materi dalam buku Qiroati dan buku Yanbu’a.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
13
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan
subjek penelitian atau variabel penelitian (Suharsimi Arikunto,
2010:173). Dengan demikian, penulisan skripsi ini menggunakan
sumber data yang terkait dengan subjek dari mana data diperoleh.
Adapun sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan
dikaji dalam permasalahan. Menurut Maslikhah (2017:92),
sumber primer berupa bukti dan fakta tentang permasalahan yang
diteliti. Karena penelitian ini bersifat literer, maka datanya
bersumber dari literatur. Adapun yang buku yang digunakan
menjadi sumber data primer adalah sebagai berikut.
1) Buku berjudul “Metode Praktis Belajar Al-qur’an Untuk
PRA TK. Al-qur’an (Anak Usia 3 – 4 Tahun)” karya H.
Dachlan Salim Zarkasyi.
2) Buku berjudul “Metode Praktis Belajar Al-qur’an Untuk TK.
Al-qur’an (Anak Usia 4 – 6 Tahun)” yang terdiri dari 1 – 6 jilid karya H. Dachlan Salim Zarkasyi.
3) Buku berjudul “Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis” karya H.
Dachlan Salim Zarkasyi.
4) Buku berjudul “Pelajaran Bacaan Gharib – Musykilat &
Hati-hati dalam Al-qur’an” karya H. Dachlan Salim
14
5) Buku berjudul “Thoriqoh Baca Tulis dan Al-qur’an
Yanbu’a” untuk pemula karya H. Muhammad Ulinnuha
Arwani.
6) Buku berjudul “Thoriqoh Baca Tulis dan Al-qur’an
Yanbu’a” yang terdiri dari juz 1 - 7 karya H. Muhammad
Ulinnuha Arwani.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang
melengkapi sumber primer yang bersifat mendukung suatu
penelitian. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah buku-buku lainnya atau jurnal yang ada relevansinya
dengan obyek pembahasan penulis, meliputi:
1) Buku berjudul “Panduan Tahsin Tilawah Al-qur’an dan Ilmu
Tajwid” karya H. Ahmad Annuri, MA.
2) Buku berjudul “Pengantar Ilmu Tahsin” karya Ahmad
Sayfiul Anam, Lc. dan Amalia mu’minah Nailusysyifa, S.Th.
I.
3) Buku berjudul “Juz Amma: Cara Mudah Membaca &
Memahami Al-qur’an Juz ke-30” karya Nor Hadi.
4) Buku berjudul “Model Pembelajaran Efektif Baca Tulis
Al-qur’an” karya Prof. Dr. Syueab Kurdi, M.Pd dan Abdul
15
5) Buku berjudul “Daurah Pedoman Al-Qur’an” karya Abdul
Aziz Abdur Rauf, Al-Hafizh, Lc.
6) Buku berjudul “Pedoman Lengkap Tajwid dan Tahsin Al
-Qur’an: Tajwidul Qur’an Metode Jazariy Level I (Level
Tahmidi dan Tajwidul Huruf)” karya Abdul Abu Ezra Laili
Al-Fadhli, S.Pd.I.
7) Buku berjudul “Mutiara Ilmu-ilmu Al-qur’an” terjemahan
dari kitab “Zubdah Al-Itqan Fi Ulum Al-qur’an” karya Dr. Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni.
8) Buku berjudul “Keutamaan Membaca dan Mengkaji
Al-qur’an” terjemahan dari kitab “At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qur’an” karya Imam Nawawi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi
Arikunto, 2016:100). Dengan demikian, langkah utama dalam
penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mendukung kelancaran
penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode Dokumentasi.
Mengingat bahwa penelitian ini adalah penelitan pustaka, maka
metode dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi, yakni
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
manuskrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya.
16
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik telaah dokumen, yakni mencari data dari
dokumen-dokumen, buku, internet dan lain-lain yang terkait dengan
pembahasan penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini yaitu:
a. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
Metode analisis isi berkembang dalam penelitian
komunikasi juga pendidikan, yaitu untuk menganalisis isi atau
data yang memerlukan pemaknaan secara utuh (Musfiqon,
2012:161).
Selain itu, menurut Suharsimi Arikunto (2016:244)
menjelaskan bahwa analisis isi atau analisis dokumen adalah
metode yang dilakukan terhadap informasi yang
didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan,
atau yang lainnya. Dengan demikian, metode ini digunakan untuk
menganalisis sistematika materi-materi dalam buku Qiroati dan
buku Yanbu’a.
b. Metode Komparatif
Penelitian ini juga menggunakan metode analisis
komparatif. Analisis komparatif adalah analisis yang digunakan
17
Menurut Dra. Aswarni Sujud seperti yang dikutip
Suharsimi Arikunto (2010:310) menjelaskan bahwa dengan
metode analisis komparasi akan dapat menemukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda,
tentang ide-ide terhadap suatu ide dan juga dapat membandingkan
kesamaan pandangan terhadap ide-ide tersebut. Dengan demikian,
metode komparasi digunakan untuk mencari persamaan dan
perbandingan dari materi dalam buku Qiroati dan buku Yanbu’a.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian awal,bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,
lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, deklarasi, halaman motto dan persembahan,
halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar gambar, dan
abstrak.
Bagian isi dilanjutkan dengan penutup dalam penelitian ini, penulis
menyusun kedalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai materi
18
BAB III berisi gambaran umum buku Qiroati dan buku Yanbu’a yang
terdiri dari identitas buku, latar belakang dan tujuan penyusunan buku,
serta konten materi.
BAB IV berisi hasil analisis sistematika materi pembelajaran dari buku
Qiroati dan buku Yanbu’a serta persamaan dan perbandingan dari buku
tersebut.
BAB V berisi tentang Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran, serta
19 BAB II
MATERI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
A. Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran atau bahan ajar merupakan salah satu
komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.
Materi tersebut merupakan titik keberhasilan proses pembelajaran yang
berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar. AG. Soejono (t.th: 107) menjelaskan
bahwa bahan studi merupakan segala sesuatu yang disajikan oleh guru
untuk diolah dan kemudian dimiliki oleh murid.
Menurut National Centre for Competency Based Learning seperti
yang dikutip Andi Prastowo (2015:16), bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Sejalan dengan beberapa pendapat di
atas, Andi Prastowo (2015:17) mengemukakan bahwa materi pembelajaran
merupakan segala bahan (informasi, alat serta teks) yang disusun secara
sistematis dengan keutuhan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik
dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi tentang materi pembelajaran atau
bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran atau bahan ajar
20
membantu guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, adanya materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai
semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi yang dikembangkan
guru hendaknya mengacu pada kurikulum atau terdapat pada silabus yang
penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan siswa.
Adapun materi pembelajaran dapat berupa bahan tertulis maupun tak
tertulis baik informasi, alat, maupun teks. Materi tersebut disusun
menggunakan bahan-bahan dari berbagai sumber, seperti buku, orang
(pendidik atau narasumber), pesan, lingkungan dan lain sebagainya.
B. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Membaca merupakan suatu kegiatan yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat pada tulisan. Membaca adalah melihat serta memahami dari apa yang tertulis dengan melisankan dalam hati, mengeja, serta mengucapkan (Depdiknas, 2008:113).
Menurut Anderson seperti yang dikutip Dalman (2014:6) menjelaskan, bahwa.
membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. Penyandian kembali digunakan untuk menggantikan istilah membaca karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, kemudian sandi dibaca, sedangkan pembacaan sandi merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan.
21
atas, Klein, dkk seperti yang dikutip Dalman (2014:6-7) menyatakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. …. Kedua, membaca adalah strategis. …. Ketiga, membaca interaktif.
Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, bahwa membaca merupakan melafalkan sandi-sandi dengan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan kalimat bahasa sendiri. Kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif dengan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca.
Kata al-Qur’an menurut bahasa harus diucapkan dengan memakai huruf hamzah seperti yang dikemukakan oleh al-Lihyani yang dikutip
Athaillah (2010:12-13), kata al-qur’an berasal dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dengan padanan kata fu’lan, namun dengan arti maqru’
berarti yang dibaca atau bacaan.
Sebagian para ulama dan pakar bahasa Arab berpendapat bahwa
Pendapat al-Lihyani sangatlah kuat dikalangan jumhur (mayoritas) ulama
22
رُقَل ۥُهَّنِا
ٞيمِرَك ٞناَء
٧٧
ٖنوُن كَّم ٖبَٰ َتِك ِفي
٧٧
“Sesungguhnya al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang
terpelihara (Lauhul Mahfuzh)”
Tidak hanya menurut bahasa yang berbeda pendapat akan tetapi
juga definisi al-Qur’an pun para ulama berbeda pendapat. Menurut Dr.
Muhammad ‘Ali al-Shabuni seperti yang dikutip Athaillah (2010:15) menjelaskan bahwa al-qur’an adalah Kalamullah yang mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi dengan perantara malaikat Jibril as, yang ditulis
dalam mushaf, disampaikan kepada kita secara mutawattir, dan yang
dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas”. Menurut Zakiah Darajat (2011:19), al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad
SAW yang didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad
berupa dua prinsip besar, yaitu aqidah berupa iman manusia sedangkan
syariah berupa amal perbuatan manusia seperti ibadah, mu’amalah dan
akhlak. Membaca al-Qur’an merupakan ibadah dan amal perbuatan
manusia yang wajib dikerjakan.
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Pertama, al-Qur’an merupakan kalam (firman) Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kedua, kalam Allah
tersebut berupa wahyu yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril
23
mutawattir. Artinya disampaikan oleh orang banyak kepada orang banyak
yang berkesinambungan tanpa terputus sejak masa Nabi dan para sahabat
hingga masa sekarang. Keempat, disamping kalam Allah sebagai petunjuk
umat manusia, juga sebagai mukjizat yang abadi bagi kerasulan Nabi
Muhammad SAW. Salah satu apek kemujizatannya adalah keindahan
redaksi dan balaghah-nya. Oleh karena itu, tidak ada satupun yang dapat
meniru dan membuat seperti al-Qur’an. Kelima, kalam Allah tersebut apabila dibaca, bacaannya merupakan ibadah bagi yang membacanya.
Artinya, salah satu ciri al-Qur’an adalah dengan membaca saja maka sang pembaca akan mendapat pahala dari Allah. Sebab, dengan membaca
al-qur’an merupakan suatu ibadah. Keenam, al-Qur’an sebagai pengingat kehati-hatian bagi umat manusia dan para ulama dalam membedakan
al-Qur’an dengan kitab-kitab berbahasa arab lainnya, yakni bahwa al-Qur’an dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa membaca al-Qur’an adalah melafalkan sandi-sandi berupa huruf arab atau huruf Hijaiyyah
dengan tanda baca harakat fathah, kasroh, dhummah dan sebagainya dan
membacanya merupakan ibadah dan mendapatkan pahala.
C. Materi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Materi pembelajaran membaca al-Qur’an merupakan segala bentuk
bahan yang disusun secara sistematis guna mempermudah dalam
melafalkan huruf Hijaiyyah sesuai dengan kaidahnya. Dalam terjemahan
24
Al-Maliki Al-Hasni (1999:54), mengemukakan bahwa yang terpenting
dalam pembacaan al-Qur’an adalah memperindahnya dalam pelafalan huruf al-Qur’an, yakni memperlakukan setiap huruf sesuai dengan haknya dan runtutannya, mengembalikan huruf pada makhraj-nya masing-masing
dan melantunkannya dengan cara yang baik dan sempurna.
Menurut Ahmad Syafi’ul (2013:103) mengemukakan bahwa
seseorang yang menguasai beberapa standard dan kompetensi di bawah ini
memiliki kualitas bacaan al-qur’an yang baik, dengan kata lain materi pembelajaran al-Qur’an meliputi:
1. Seni dalam me-waqaf-kan dan me-washal-kan.
2. Seni membaca huruf sesuai dengan makhraj dan sifat yang
dimilikinya.
3. Seni membaca harakat sesuai dengan kaidah nahwu dan sharaf-nya.
4. Seni membaca idzhar, idgham, ikhfa’ dan semisalnya.
5. Seni membaca panjang dan pendek.
6. Seni membaca ayat-ayat yang memilki cara membaca di luar kebiasaan
(gharaib wa musykilat).
7. Seni membaca al-Qur’an dengan menggunakan murottal yang indah dengan tetap menjaga hukum-hukum bacaan sesuai dengan ilmu
tajwid.
8. Seni menguasai perbedaan ayat-ayat yang memilki kemiripan.
Menurut Zakiah Daradjat (2001: 91) isi/ materi pembelajaran
25
1. Pengenalan huruf Hijaiyyah, yaitu huruf Arab dari alif sampai dengan
ya (alif-ba-ta).
2. Cara membunyikan masing-masing huruf Hijaiyyah dan sifat-sifat
huruf itu, ini dibicarakan dalam ilmu makhraj.
3. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang
(maad), tanwin dan sebagainya.
4. Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf mutlak,
waqaf jawaz dan sebagainya.
5. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan
bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam ilmu qiraat dan ilmu
nagham.
6. Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.
Menurut Wiwik Anggranti dalam jurnal intelegensia (2016:108)
mengemukakan bahwa materi pembelajaran membaca al-Qur’an secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu:
1. Pengenalan huruf Hijaiyyah dan makhrajnya.
2. Pemarkah (al-syakkal).
3. Huruf-huruf bersambung.
4. Tajwid dan bagian-bagiannya.
5. Gharaaib (bacaan bacaan yang tidak sama dengan kaidah secara
26
Sedangkan menurut Abdul Mukti (1987:4), materi pembelajaran
membaca al-Qur’an yang di dalamnya terdapat tajwid diantaranya: 1. Pengenalan huruf Hijaiyyah
2. Makhraj huruf
3. Shifatul huruf
4. Masalah tafkhim dan tarqiq
5. Masalah nun sakinah dan tanwin
6. Masalah mim sakinah
7. Hamzah
8. Imalah
9. Waqaf
10.Adabuttilawah dan keutamaan membaca al-Qur’an
Adapun penjelasan dari masing-masing materi pembelajaran
al-Qur’an, sebagai berikut:
1. Huruf Hijaiyyah
Abjad bahasa Arab (huruf Hijaiyyah terdiri atas 28 huruf (29
jika ء(hamzah) dianggap huruf tersendiri). Selain berfungsi seperti
huruf Hijaiyyah yang lainnya, tiga huruf yaitu
واو
= wawu,فلا
= alif,dan
ي
= ya’ digunakan sebagai vocal panjang (a, i, dan u) sebagaidiftong (bunyi rangkap) seperti ai, au. Selain itu, huruf Hijaiyyah juga
sebagai konsonan lemah seperti K, D, L dan sebagainya (Nor hadi,
27
Menurut Abu Ezra dalam Tajwidul Mushawwar (2017:95)
menjelaskan bahwa huruf Hijaiyyah adalah huruf yang biasa
digunakan dalam percakapan dan berfungsi sebagai penyusun kata
serta kalimat. Huruf Hijaiyyah berjumlah 29 huruf yang disusun oleh
Al-Imam Nashr bin ‘Ashim (w. 90 H) berdasarkan kemiripian bentuk -bentuknya. Untuk membedakan-nya, diberikan tanda titik.
a. Huruf ke 1 adalah )
أ
( huruf hamzah disebut secara majaz (kiasan)dengan alif, karena hamzah ketika berada didepan kata ditulis
dengan alif.
b. Huruf ke 2, 3, dan 4 adalah (
ث ت ب
) yaitu tiga huruf iniserupa/mirip secara tulisan dan dibedakan dengan titik-titik yang
ada. Titik dibawah adalah ba’, titik dua diatas adalah ta’, dan titik
tiga diatas adalah tsa’.
c. Huruf ke 5, 6, dan 7 adalah (
خ ح ج
) yaitu tiga huruf ini serupasecara tulisan dan dibedakan dengan titik-titik yang ada. Titik
ditengah adalah jim, titik diatas adalah kha, dan huruf ha yang
tidak ditandai titik.
d. Huruf ke 8 dan 9 adalah (
ذ د
) yaitu kedua huruf ini sama dandibedakan dengan titik. Huruf yang tidak ada titiknya adalah dal
28
e. Huruf ke 10 dan 11 adalah (
ز ر
) yaitu kedua huruf ini sama dandibedakan dengan titik. Huruf yang tidak ada titiknya adalah ra’ dan huruf yang ada titiknya adalah za’.
f. Huruf ke 12 dan13 )
ش س
( yaitu kedua huruf ini sama dandibedakan dengan titik yang berbentuk segitiga. Huruf yang tidak
ada titiknya adalah sin dan huruf yang ada titiknya tiga berbentuk
segitiga adalah syin.
g. Huruf ke 14, 15, 16 dan 17 adalah (
ص
ض
ط
ظ
) yaitu untukmembedakan keempat huruf tersebut dengan tanda-tanda titik
sebagai pembeda.
h. Huruf ke 18 dan 19 adalah (
ع
غ
) yaitu kedua huruf ini serupa ataumirip bentuknya dan dibedakan dengan titik. Huruf yang tidak ada
titiknya adalah ain dan huruf yang ada titiknya adalah ghain.
i. Huruf ke 20 dan 21 adalah (
ف
ق
) yaitu kedua huruf ini serupaatau mirip bentuknya dan dibedakan dengan jumlah titiknya. Untuk
huruf fa diberi satu titik diatas, sedangkan huruf qaf dua titik.
j. Huruf ke 22 dan 23 adalah (
ك
ل
) yaitu meletakkan sesuatu yangserupa dengan hamzah pada huruf kaf, sehingga terbedakan ia
29
k. Huruf ke 24 adalah (
م
) yaitu tidak perlu diberi titik sebagaipembeda karena tidak ada huruf hijaiyyah yang mirip dengan huruf
mim.
l. Huruf ke 25 adalah (
ن
) yaitu huruf nun mirip dengan huruf ba, ta,tsa. Yang membedakan huruf nun diberi satu titik ditengahnya.
m. Huruf ke 26 dan 27 adalah (
ه
و
) yaitu huruf ha dan wau tidak adahuruf lain yang mirip dengan keduanya. Oleh karena itu tidak
ditandai dengan titik.
n. Huruf ke 28 adalah (
لا
) yaitu lam alif ini sebenarnya adalah hurufalif, dan ia memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
huruf lainnya
o. Huruf ke 29 adalah )
ي
( yaitu ya’ memiliki karakteristik tersendiriyang berbeda dengan huruf lainnya yaitu huruf yang memiliki dua
titik di bawah.
2. Tanda Baca (Syakl)
Syakl secara bahasa adalah mencapai tujuan dalam memelihara
sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah tanda khusus yang
mengiringi huruf untuk menunjukkan sukun, tanwin, tasydid atau
serupanya. Syakl berfungsi untuk menghilangkan problema dan
ketidakjelasan suatu bacaan yang tidak jelas menjadi jelas. Menurut
30
a. Fathah )
ةحتف
( tanda baris satu diatas)َ (
.
Cara membunyikanharakat fathah dengan membuka rongga mulut dengan sempurna,
seperti vokal “A”. Contoh:
َلَعَف َفْيَك
b. Kasrah )
ةسرك
( tanda baris satu dibawah )ِِ
(. Cara membunyikanharakat kasrah dengan menurunkan bibir bagian bawah, seperti
vokal “I”. Contoh:
لي ِِّ ِس نِِّم
c. Dhammah )
ةِّضم
( tanda seperti wawu diatas )ُِ
(. Cara membunyikanharakat dhammah dengan memonyongkan bibir dengan sempurna,
seperti vokal “U”. Contoh:
ُُترُز َّتََّح
d. Fathatain )
ينتحتف
(tanda baris dua diatas )ِ
(dibaca “an”. Contoh:ا د َتَوَآ ا شَعَم
e. Kasratain )
ينتسرك
( tanda baris dua dibawah )ِ
(dibaca “in”. Contoh:ةَزَمُّل ةَزَ ُهُ
f. Dhammatain )
ينتِّضم
( tanda seperti dua wawu diatas )ِ
( dibaca“un”. Contoh:
ينِبُّم لو ُسَر
g. Sukun )
نوكس
( tanda baca mati )ِْ
(. Contoh:اَنْمَل ْسَآ
31
3. Makharijul Huruf
Menurut Annuri (2015:43) mengemukakan bahwa kata makhraj
ditinjau dari morfologi, bersasal dari fi’il madhi:
َجَرَخ
yang artinyakeluar. Lalu dijadikan ber-wazan
لَعْفَم
yang ber-shighat isim makan,maka mejadi
جَرْخَم
. Bentuknya jamaknya adalahُجِراَخَم
. Oleh karena itu,secara bahasa, kata makharijul huruf artinya tempat keluarnya huruf.
Sedangkan menurut istilah artinya tempat keluarnya huruf pada waktu
huruf tersebut dibunyikan.
Menurut Imam Ibnul Jazari, makharijul huruf berjumlah 17
menurut pendapat yang dipilih seseorang yang telah menguji
kebenarannya (Ahmad Syafiul Anam, 2013:11). Kemudian para ulama
membagi ketujuh belas makhraj tersebut menjadi 5 tempat, yaitu:
a.
ِفوَلجا ُع ِضوَم
yaitu huruf yang keluar dari rongga mulut yang terdiridari huruf-huruf mad, yakni
ي
–
و
–
ا
b.
ِقلَلحا ُع ِضوَم
yaitu huruf yang keluar dari tenggorokan yang terdiri dari32
d.
ِينَتَف َّشلا ُع ِضوَم
yaitu huruf yang keluar dari dua bibir yang terdiri darihuruf
م
–
ب
–
و
–
ف
e.
ُمو ُشيَلخا ُع ِضوَم
yaitu huruf yang keluar dari rongga hidung yaknighunnah (dengung).
4. Shifatul Huruf
Menurut bahasa, kata sifat berarti apa-apa yang ada pada
sesuatu yang dapat memberi makna seperti putih, ilmu, hitam dan
apa-apa yang menyerupainya. Sedangkan menurut istilah adalah sifat yang
baru datang pada saat huruf itu keluar dari makhrajnya yaitu jelas,
lunak dan lain sebagainya (Annuri, 2015:65).
Menurut Abdul Aziz (t.th:35) menjelaskan bahwa tujuan
mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar huruf yang keluar dari mulut
kita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf al-Quran itu sendiri.
Huruf yang sudah tepat makhrojnya belum dapat dipastikan
kebenarannya sehingga sudah sesuai dengan sifat aslinya. Ketika
seseorang men-sukunkan huruf pada suatu lafadz boleh jadi lidahnya
sudah tepat pada posisinya, namun belum dikatakan benar sehingga ia
mengucapkannya sesuai dengan sifatnya. Contoh pengucapan lafadz
Masjid baru sesuai dengan sifatnya apabila huruf Dal sudah
di-Qalqalahkan.
Menurut Annuri (2015:65) pembagian sifat-sifat huruf dalam
33
dan sifat yang tidak memiliki lawan kata. Sifat-sifat huruf tersebut
meliputi:
a. Sifat yang memilki lawan kata sebagai berikut:
1) Sifat
ُسمَهلا
yaitu huruf yang diucapkan secara samar disebabkankeluarnya napas ketika mengucapkan karena lemahnya tekanan
terhadap makhraj. Huruf-hurufnya meliputi:
ف
tertahannya napas dan kuatnya tekanan terhadap makhraj.
Huruf-hurunya meliputi:
sempurnanya kekuatan tekanan terhadap makhraj.
Huruf-hurufnya meliputi:
ت
–
ك
–
ب
–
ط
–
ق
–
د
–
ج
–
ء
4) Sifat
ُةَواَخَّرلا
yaitu huruf yang diucapkan secara lemah disebabkankeluarnya napas saat diucapkan dan lemahnya tekanan terhadap
34
5) Sifat
ُءَلاعِت سِلاا
yaitu pengucapan huruf yang disertai terangkatnyalidah ke atas langit-langit. Huruf-hurufnya meliputi:
خ
diangkat ke langit-langit atau posisi lidah datar.
Huruf-hurufnya berjumlah 23, meliputi:
pertengahan lidah menempel pada langit-langit. Hurufnya
berjumlah empat, meliputi:
ظ
–
ط
-
ض
–
ص
8) Sifat
ُحاَتِفن
ا
ِ
لا
yaitu huruf ketika diucapkan posisi lidah terpisahdengan langit-langit sehingga seperti ada udara yang bebas
keluar saat melafalkannya. Hurufnya berjumlah 25, yaitu:
م
karena makhraj-nya keluar dari ujung lidah dan bibir. Hurufnya
35
b. Sifat yang tidak memiliki lawan kata sebagai berikut:
1) Sifat
ُيِْف َّصلا
yaitu huruf yang memilki tambahan suara saatmengucapkannya seperti desis burung. Tambahan suara
tersebut keluar dari dua bibir. Huruf-hurufnya meliputi:
ص
pantulan kuat ketika huruf tersebut disukun. Hurufnya meliputi:
ق
dilafalkan. Seperti huruf ber-harakatfathah.
4) Sifat فاَرِحنِلإا yaitu huruf yang pengucapannya miring setelah
keluar dari ujung lidah. Hurufnya yaitu ر dan ل.
5) Sifat ريِركَّتلا yaitu huruf yang ketika diucapkan kepala lidah
bergetar. Sifat ini hanya dimiliki huruf
ر
.
6) Sifat يِّشَفَّتلا yaitu huruf yang ketika diucapkan terdapat udara
yang menyebar di dalam mulut. Sifat ini hanya dimiliki huruf
36
7) Sifat ةَلاَطِتسِلإا yaitu pengucapan huruf yang disertai
memanjangnya suara dari awal sisi lidah hingga akhirnya. Sifat
ini hanya dimilki huruf
ض
.
5. Nun Sukun dan Tanwin
Menurut Abdul Aziz (t.th:64) menjelaskan bahwa pengucapan
nun sukun atau tanwin ada yang harus jelas, ada yang harus samar, ada
yang harus lebur sehingga nun sukun atau tanwin tersebut tidak tampat
dan ada pula yang berubah menjadi mim. Sedangkan menurut Annuri
(2015:83) mengemukakan bahwa tata cara membaca nun sukun dan
tanwin pada saat bertemu salah satu huruf hijaiyah, sebagai berikut:
a. Izhhar
Izhhar dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin
adalah apabila nun sukun atau tanwin menghadapi salah satu dari
huruf halqi yang enam maka dibaca jelas dan terang. Adapun huruf
halqi antara lain,
غ
–
ع
–
خ
–
ح
–
ه
–
ء
b. Idgham bi Ghunnah
Dalam pengertian hukum nun sukun atau tanwin, idgham bi
ghunnah adalah apabila nun ber-sukun atau tanwin bertemu dengan
salah satu huruf idgham yang empat maka dibaca dengan
memasukkan suara nun sukun atau tanwin kepada huruf idgham bi
ghunnah sehingga menjadi satu ucapan. Huruf idgham bi ghunnah
37
c. Idgham bila Ghunnah
Bila ghunnah diartikan tanpa memakai ghunnah (dengung).
Dengan demikian, idgham bila ghunnah adalah apabila nun sukun
atau tanwin bertemu dengan salah satu dari huruf lam
) ل (
atau ra) ر (
tanpa memakai dengung.d. Iqlab
Menurut bahasa adalah memindahkan sesuatu dari bentuk
asalnya. Sedangkan dalam pengertian hukum nun sukun dan
tanwin, iqlab adalah apabila nun sukun atau tanwin bertemu
dengan huruf ba’
) ب (
maka keduanya menjadi mim) م (
tetapihanya dalam bentuk suara, tidak dalam tulisan.
e. Ikhfa’
Dalam bahasa ikhfa’ berarti samar. Menurut hukum nun
sukun atau tanwin, ikhfa’ adalah apabila nun sukun atau tanwin
menghadapi salah satu dari huruf ikhfa’ yang berjumlahlima belas
maka membacanya dengan memadukan antara nun sukun atau
tanwin dengan suara huruf ikhfa’ yang ada dihadapannya. Adapun
38
6. Mim Sukun
Menurut Ahmad Syafiul (2013: 29), ketika mim sukun bertemu
dengan huruf Hijaiyyah makan memiliki tiga hukum atau cara
membacanya, sebagai berikut:
a. Ikhfa’ Syafawi
Ikhfa’ secara bahasa berarti samar, syafawi berarti bibir.
Ikhfa’ syafawi terjadi jika memenuhi syarat yaitu, pertama apabila
huruf ba’ berada setelah mim sukun, kedua terjadi di antara dua
kata dan ketiga terjadinya proses ghunnah.
b. Idgham Mimi (Idgham Syafawi)
Idgham berarti memasukkan sedangkan syafawi berarti
berkaitan dengan bibir. Secara istilah idgham syafawi adalah
pengucapan mim sukun dengan disertai dengung saat bertemu
dengan huruf mim.
c. Izhhar Syafawi
Izhhar syafawi dalam pengertian ini adalah pengucapan
mim sukun dengan jelas tanpa ada samar dan dengung apabila
bertemu dengan huruf selain huruf mim dan ba’. Huruf izhhar
syafawi meliputi semua huruf Hijaiyyah selain mim dan ba’.
7. Mim dan NunTasydid
Menurut Annuri (2015:101) mengemukakan bahwa dalam ilmu
tajwid hukum mim dan nun yang ber-tasydid dikenal dengan istilah
39
dengan menghentakkan suara mim atau nun yang ber-tasydid,
didengungkan secara nyata ke pangkal hidung, selama dua
harakat/ketukan.
8. Idgham dan Pembagiannya
Idgham menurut bahasa adalah memasukkan atau melebur
sesuatu ke dalam sesuatu. Secara istilah idgham adalah mengucapkan
dua huruf menjadi satu huruf, sedangkan huruf yang kedua menjadi
ber-tasydid (Abdul Aziz, t.th: 125). Dengan begitu, cara membaca
Idgham dengan meleburkan dua huruf yang sama, berdekatanatau
sejenis yang salah satunya dimasukkan ke dalam huruf yang lain
sehingga menjadi satu huruf yang ber-tasdid dan menjadi satu pula
dalam pengucapannya. Idgham terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Idgham Mutamatsilain
Idgham mutamasilain adalah bertemunya dua huruf yang
sama, baik makhraj maupun sifatnya. Misalnya, huruf ba’ dengan
ba’, ta’ dengan ta’, kaf dengan kaf. Cara membaca idgham
mutamasilain ialah dengan memasukkan huruf yang pertama
kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam
pengucapan, bukan dalam tulisan.
b. Idgham Mutajanisain
Idgham Mutajanisain ialah bertemunya dua huruf yang
sama makhrajnya, tetapi berbeda sifatnya. Huruf-huruf yang
40
Cara membacanya dengan memasukkan suara huruf yang pertama
kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam
pengucapan bukan dalam tulisan.
c. Idgham Mutaqaribain
Idgham mutaqaribain adalah bertemunya dua huruf yang
berdekatan makhraj-nya tetapi sifatnya berlainan. Hurufnya
meliputi,
ر
–
ل ,ك
–
ق
Cara membacanya tidak berbeda dengan idgham mutajanisain,
yaitu dengan memasukkan suara huruf yang pertama kepada huruf
yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan, bukan
dalam tulisan. (Ahmad Syafiul, 2013:35)
9. Lam Ta’rif
Menurut Ahmad Annuri (2014:115), lam ta’rif adalah lam yang
masuk pada isim (kata benda) dan didahului oleh hamzah washal.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum lam ta’rif, membahas
tentang alif lam ketika menghadapi huruf Hijaiyyah, baik yang
tergolong huruf qomariyyah maupun huruf-huruf syamsiyyah.
Berdasarkan definisi di atas, maka cara membaca alif lam dibagi
menjadi dua cara.
a. Alif-lam Qomariyyah
Alif lam qomariyyah ialah hukum alif lam qomariyyah yang
41
qomariyyah. Cara membacanya yaitu dengan membaca huruf lam
yang bertanda sukun dengan jelas dan terang. Huruf qomariyyah
seluruhnya berjumlah 14 huruf, yaitu:
ء
cara membacanya dengan menghilangkan suara alif lam dengan
ditukar huruf syamsiyyah. Huruf syamsiyyah ada 14, yaitu:
ط
10.Tafkhim dan Tarqiq
Secara bahasa tafkhim berarti menebalkan, sedangkan secara
istilah artinya menebalkan bacaan ketika diucapkan. Adapun tarqiq
secara bahasa artinya menipiskan sedangkan secara istilah artinya
menipiskan bacaan ketika diucapkan. Cara membaca tafkhim dan
tarqiq terbagi menjadi tiga kelompok, yakni tafkhim dan tarqiq untuk
selain ra dan Lam Jalalah, tafkhim dan tarqiq untuk ra dan tafkhim
dan tarqiq untuk Lam Jalalah (Ahmad Syafiul, 2013:61). Sedangkan
menurut ulama tajwid menjelaskan bahwa tiga hal yang harus dibaca
tafkhim atau tarqiq, yaitu huruf isti’la¸ huruf ra’, dan lafadz Allah.
11.Mad
Menurut Annuri (2015:121) mengemukakan bahwa mad secara
42
adalah memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf
mad ashli. Mad terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mad Ashliy
Mad ashliy dikenal dengan istilah mad thabi’i. Mad ashli
dapat berdiri sendiri karena zat huruf madnya. Huruf mad ada tiga,
yaitu alif dengan huruf sebelumnya ber-harakat fathah, wawu
dengan huruf sebelumnya ber-harakat dhummah dan ya’ dengan
huruf sebelumnya ber-harakat kasrah.
b. Mad Far’i
Dalam mad far’i terdapat cabang-cabang sebagai berikut:
1) Mad Wajib Muttashil
Apabila mad ashli dan hamzah bertemu dalam satu kata,
cara membacanya dengan memanjangkan bunyi 4 atau 5
harakat baik saat washal, atau waqaf dan boleh enam harakat
jika hamzah terletak di akhir kata.
2) Mad Jaiz Munfashil
Apabila huruf mad ashli pada satu kata bertemu hamzah
dengan yang lainnya, cara membacanya dengan memanjangkan
bunyi 4 atau 5 harakat.
3) Mad Shilah Thawilah
Apabila setelah ha’dhamir terdapat hamzah qath’i. Cara
membacanya dengan memanjangkan bunyi suara 2, 4, atau 5
43
4) Mad Shilah Qashirah
Apabila sebelum ha’dhamir ada huruf yang ber-harakat
dan diisyaratkan tidak disambungkan dengan huruf berikutnya,
dan tidak pula bertemu hamzah yang berharakat. Cara
membacanya dengan memanjangkan 2 harakat.
5) Mad Badal
Apabila berkumpulnya huruf mad dengan hamzah
dalam kalimat, tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf
mad. Cara membacanya dibaca dengan 2 harakat.
6) Mad ‘Aridh lis Sukun
Apabila pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir kata
atau kalimat, sedangkan huruf sebelum huruf yang diwaqafkan
tersebut merupakan salah satu dari huruf-huruf mad thabi’i,
yaitu alif, wawu, dan ya’. Cara membacanya boleh dengan
memanjangkannya karena boleh 2 harakat atau 4 harakat dan 6
harakat.
7) Mad Lin
Apabila wawu dan ya’ ber-harakat sukun dan huruf
sebelumnya ber-harakat fathah. Cara membacanya dengan