• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MATERI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI PERBANDINGAN MATERI QIROATI DAN YANBU’A) SKRIPSI Diajukan utuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS MATERI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI PERBANDINGAN MATERI QIROATI DAN YANBU’A) SKRIPSI Diajukan utuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat"

Copied!
392
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS

MATERI PEMBELAJARAN AL-

QUR’AN

(STUDI PERBANDINGAN MATERI QIROATI DAN

YANBU’A)

SKRIPSI

Diajukan utuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjan Pendidikan

Oleh:

Fitriana Rifaatin

NIM. 11114270

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

َناَمْثُع ْنَع

هنع الله ضىر

-

ِِّ ِبَّنلا ِنَع

-لمسو هيلع الله لىص

-

َلاَق

«

ُهَمَّلَعَو َن آْرُقْلا ََّلمَعَت ْنَم ْ ُكُُ ْيَْخ

»

يراخبلا هاور

Artinya: “Ustman bin Affanradhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta Bapak Ahmad Rifa’i dan Ibu R. Nurmanita. E. A, S.Pd. SD. Terima kasih atas cinta, dukungan, doa, dan semua hal yang engkau

berikan kepada saya.

2. Saudaraku tercinta M. Noor Rifqi dan M. Akasyah Permana yang selalu

menghibur dan mendukung saya.

3. Sahabat-sahabatku, semua anggota ICP 2014 yang terus bersama untuk

memperkuat dan mendukung satu sama lain.

4. Seluruh teman mahasiswa jurusan PAI 2014 dan Kelas Khusus

Internasional yang memberikan semangat dan dukungan dalam

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, taufiq,

dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul

“Analisis Materi Pembelajaran Al-Qur’an (Studi Perbandingan Materi Qiroati dan

Yanbu’a)”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Khotamul Anbiya’ wal Mursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga,

sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam

hingga seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata

hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud

berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Rachmat Hariyadi, M.Pd., sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Siti Rukhayati, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Sari Famularsih, M.Ag, sebagai Direktur Program Khusus Kelas

Internasional.

5. Dr. Moh. Ghufron, M.Ag. dan Sari Famularsih, M.A., sebagai Dosen

(9)

ix

arahan, saran, dan nasehat serta waktunya untuk penulis dari awal hingga

akhir sehingga skripsi ini terselesaikan.

6. Seluruh dosen IAIN termasuk Program Khusus Kelas Internasional Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

7. Semua rekan yang tak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada pembaca yang

bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan

penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga karya yang

sederhana ini memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin ya Robbal ‘Alamin.

Salatiga, 15 Agustus 2018

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ….. ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK… ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 11

(11)

xi

BAB II MATERI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

A. Pengertian Materi Pembelajaran ... 19

B. Pengertian Membaca Al-Qur’an ... 20 C. Materi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 23

BAB III GAMBARAN UMUM BUKU QIROATI DAN YANBU’A

A. Identitas Buku ... 52

B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ... 66

C. Konten Materi ... 72

BAB IV ANALISIS SISTEMATIKA MATERI PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN (BUKU QIROATI DAN YANBUA)

A. Sistematika Materi Buku Qiroati ... 134

B. Sistematika Materi Buku Yanbu’a ... 155 C. Persamaan dan Perbedaan Materi dalam Buku Qiroati dan Yanbu’a ... 175 D. Analisis Materi yang Lebih Efektif antara Materi Pembelajaran

Membaca Al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a ... 178

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 180

B. Saran... 181

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Cover Buku Qiroati Pra TK Al-qur’an ... 53

Gambar 2 Cover Buku Qiroati Jilid 1 ... 54

Gambar 3 Cover Buku Qiroati Jilid 2 ... 54

Gambar 4 Cover Buku Qiroati Jilid 3 ... 55

Gambar 5 Cover Buku Qiroati Jilid 4 ... 56

Gambar 6 Cover Buku Qiroati Jilid 5 ... 56

Gambar 7 Cover Buku Qiroati Jilid 6 ... 57

Gambar 8 Cover Buku Qiroati Pelajaran Bacaan Gharaib – Musykilat ... 58

Gambar 9 Cover Buku Qiroati Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis ... 59

Gambar 10 Cover Buku Yanbu’a Pemula ... 60

Gambar 11 Cover Buku Yanbu’a Juz 1 ... 61

Gambar 12 Cover Buku Yanbu’a Juz 2 ... 62

Gambar 13 Cover Buku Yanbu’a Juz 3 ... 63

Gambar 14 Cover Buku Yanbu’a Juz 4 ... 63

Gambar 15 Cover Buku Yanbu’a Juz 5 ... 64

Gambar 16 Cover Buku Yanbu’a Juz 6 ... 65

(13)

xiii ABSTRAK

Rifaatin, Fitriana. 2018. Analisis Materi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Studi Perbandingan Materi Qiroati dan Yanbu’a). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag. dan Sari Famularsih, M.A.

Kata Kunci: Perbandingan, Materi Pembelajaran Al-qur’an, Qiroati, Yanbu’a

Pembelajaran al-qur’an membutuhkan metode guna mempermudah dalam mencapai hasil belajar. Setiap metode pembelajaran al-qur’an yang ditawarkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan tersebut nampak dari isi materi pembelajaran. Materi dalam pembelajaran

al-qur’an haruslah mampu mengarahkan santri/siswa untuk membaca al-qur’an sesuai dengan makhraj dan kaidah ilmu tajwid sehingga santri dapat membaca dengan fasih dan benar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui sistematika materi pembelajaran membaca

Al-Qur’an dalam buku Qiroati; (2) Untuk mengetahui sistematika materi

pembelajaran membaca Al-Qur’an dalam buku Yanbu’a; (3) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan sistematika materi pembelajaran membaca al-qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a; (4) Untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara materi pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang berdasrkan objek kajian dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi) dan metode analisis komparatif (comparative analysis). Kemudian, penyajian datanya dalam bentuk deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami.

Hasil dari analisis menunjukkan bahwa: (1) Sistematika materi dalam buku Qiroati meliputi pengenalan huruf hijaiyyah, tanda-tanda baca (syakl), makharijul huruf, nun sukun dan tanwin, mim sukun, mim dan nun tasydid, macam-macam

idgham, lam ta’rif (alif lam qamariyyah dan alif lam syamsiyyah), tafkhim dan tarqiq, mad, hamzah, qalqalah, tanda-tanda waqaf, dan gharaib wa musykilat. (2)

Sistematika materi dalam buku Yanbu’a meliputi pengenalan huruf-huruf

hijaiyyah, tanda-tanda baca (syakl), makharijul huruf, shifatul huruf, hukum bacaan nun sukun dan tanwin, mim sukun, mim dan nun tasydid, macam-macam

idgham, lam ta’rif (alif lam qamariyyah dan alif lam syamsiyyah), tafkhim dan tarqiqi, mad, hamzah, qalqalah, tanda-tanda waqaf, gharaib wa musykilat, dan adabuttilawah. (3) Persamaan sistematika dari keduanya adalah sama-sama

membahas tentang materi bagaimana belajar membaca al-Qur’an. Adapun

perbedaannya adalah berbedanya jumlah pembagian mad, dan penjelasan sebagian materi yang tidak termasuk dalam susunan jilid atau juz. (4) Materi pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Yanbu’a lebih efektif daripada buku Qiroati. Isi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses bimbingan yang diberikan kepada

anak. Menurut Ki Hajar Dewantara, konsepsi pendidikan adalah.

...anak sebagai figur sentral dalam pendidikan dengan memberikan kemerdekaan sepenuh-penuhnya untuk

berkembang’. Sementara itu, ‘Guru hanya membimbing dari

belakang dan baru mengingatkan anak kalau sekiranya mengarahkan kepada suatu tindakan yang membahayakan (tut wuri handayani) sambil terus membangkitkan semangat dan memberikan motivasi (in madya mangun karsa) dan selalu menjadi contoh dalam perilaku dan ucapannya (ing ngarsa sung tuladha) (Suparlan, 2011:17).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal I butir I

tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa “pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Depdiknas, 2004:2).

Pendidikan tidak akan pernah lepas dari unsur-unsur pendukungnya,

diantaranya adalah pendidik, peserta didik dan proses. Peserta didik

berusaha mengembangkan potensi diri dengan arahan guru yang mana

(15)

2

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi melalui proses

pembelajaran. Menurut Bruner bahwa …pembelajaran merupakan proses sosial aktif yang mana pembelajar mengkonstruksi ide dan konsep baru

berdasarkan pengetahuan yang sekarang (Sigit Mangun Wardoyo,

2013:11). Dengan demikian, adanya proses pembelajaran merupakan

proses kegiatan yang berhubungan dengan belajar.

Menurut Sardiman seperti yang dikutip Heri Gunawan (2014:112),

belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

searangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru dan lain sebagainya. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau

perobahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik,

1983:21). Maksud dari tingkah laku yang baru seperti mengetahui sesuatu

yang belum diketahui atau timbulnya pengertian-pengertian baru yang

mana untuk menimbulkan hal tersebut dapat ditempuh dengan membaca.

Menurut Farr seperti yang dikutip Dalman (2014:5) bahwa

membaca merupakan jantung pendidikan. Membaca merupakan pintu

untuk menguak cakrawala yang lebih luas dan jendela dunia untuk

melakukan pengembangan dan perubahan yang lebih baik (Sholeh Hamid,

2014:164). Seseorang harus banyak membaca agar terhindar dari

ketidaktahuan tentang informasi dan ia akan memiliki wawasan yang luas.

(16)

3

dan peradaban suatu bangsa. Aktivitas membaca tidak hanya membaca

buku akan tetapi juga dianjurkan untuk membaca al-Qur’an.

Menurut Dr. Muhammad Subkhi Shalih mengemukakan definisi

al-Qur’an dalam bahasa ialah:

ا فحاصلما في بوتكلما لمس و هيلع الله لىص بينلا لىع لنزلما زجعلما مكلالا

رتاوتلبا انيل ا لوقنلم

هتولاتب دبعتلما

Artinya:

“Kalam yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentangnya) yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang tertulis dalam mushaf,

yang disampaikan secara mutawatir, dan membacanyadianggap ibadah.”

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad sesuai dengan redaksinya melalui malaikat Jibril secara

berangsur-angsur yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan

secara mutawattir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya yang dimulai

dari surah al-Fatihah dan diakhiri oleh surah an-Nas (Nur Effendi,

2016:40). Sehingga setiap muslim berkewajiban untuk berpegang teguh

kepada sumber hukum yang pertama dan al-qur’an bernilai ibadah bagi

yang membacanya. Membaca al-Qur’an bernilai ibadah merupakan

dorongan untuk umat Islam agar rajin dalam membaca al-Qur’an.

(17)

4

Kegiatan pembelajaran tersebut disertai dengan berbagai metode

pembelajaran. Adapun metode yang digunakan seperti metode Yanbu’a,

metode Qiroati, metode Iqro’, dan lainnya.

Metode pembelajaran membaca al-Qur’an tidak terlepas dari materi. Materi pembelajaran merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan

pembelajaran. Keluasan materi pembelajaran dapat mempengaruhi

keberhasilan dan ketercapaiannya suatu pembelajaran, namun banyak

orang yang kurang memperhatikan hal tersebut. Materi-materi

pembelajaran membaca al-Qur’an pada umumnya menggunakan buku

pegangan khusus. Seperti metode Qiroati yang menggunakan materi

pembelajaran dengan Buku Qiroati yang berjudul Metode Praktis Belajar

Membaca Al-Qur’an untuk Pra TK. Al-Qur’an (anak usia 3-4 tahun) dan terdiri dari 6 jilid yang disusun oleh perancang metode Qira’ati yaitu K.H

Dahlan Salim Zarkasyi. Begitu pula dengan metode Yanbu’a yang

dirancang oleh K.H. M. Ulin Nuha, K.H. M. Ulil Albab Arwani, dan KH.

M. Manshur Maskan berasal dari Kudus yang menerbitkan buku berjudul

“Thoriqoh Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an Yanbu’a” yang terdiri dari 7 juz.

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,

seperti kelebihan dari buku Yanbu’a adalah terdapat cara menulis pada

buku pemula sampai juz 3 sedangkan pada buku Qiroati tidak terdapat cara

(18)

5

musykilat sedangkan materi ilmu tajwid dan gharib atau musykilat pada

buku Yanbu’a terdapat dalam juz 4 – 7. Selain itu, siswa/santri yang telah menyelesaikan jilid 5 tidak dapat melanjutkan jilid 6 akan tetapi

melanjutkan juz 27 terlebih dahulu baru dapat melanjutkan ke jilid 6.

Hal inilah yang akhirnya menjadi ketertarikan peneliti untuk

menganalisis sistematika materi pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a serta mencari perbedaan dan persamaan materi

dalam buku tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana sistematika materi pembelajaran membaca al-Qur’an

dalam buku Qiroati?

2. Bagaimana sistematika materi pembelajaran membaca al-Qur’an

dalam buku Yanbu’a?

3. Bagaiamana persamaan dan perbedaan sistematika materi

pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan buku Yanbu’a?

4. Manakah yang lebih efektif antara materi pembelajaran membaca

al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a?

C. Tujuan Penelitian

Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

(19)

6

1. Untuk mengetahui sistematika materi pembelajaran membaca

Al-Qur’an dalam buku Qiroati.

2. Untuk mengetahui sistematika materi pembelajaran membaca

Al-Qur’an dalam buku Yanbu’a.

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan sistematika materi

pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a. 4. Untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara materi pembelajaran

membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan,

terutama dalam wacana pengembangan materi pembelajaran membaca

al-Qur’an. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan berguna untuk kegiatan penelitian selanjutnya dan memberikan landasan bagi

penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru/ustadzah mampu memberikan kontribusi pemahaman

materi dalam berbagai metode pembelajaran membaca al-Qur’an.

b. Bagi siswa/santri mampu memberikan ilustrasi materi

(20)

7 E. Kajian Pustaka

1. Penelitian terdahulu

Karya ilmiah yang membahas al-Qur’an tentang memahami, membaca, menghafalkan dan mengamalkannya sangat banyak.

Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa hasil penelitian terdahulu

mampu memberikan gambaran permasalahan sebagai berikut:

Skripsi Hamid Arfan (2007) mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

yang berjudul “Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an dalam Buku Qiroati Karya H. Dachlan Salim Zarkasyi (Analisis Materi)” menjelaskan bahwa Buku Qiroati merupakan salah satu buku teks

pelajaran membaca al-qur’an yang dilengkapi dengan ilmu tajwid dan gharib yang hadir untuk menjembatani kesulitan para pembelajar

al-qur’an bagi kalangan pemula. Materi dan metode yang disajikan

memenuhi kriteria syarat linguitik, non linguistik dan kependidikan.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan yang logis antara tujuan,

materi, pendekatan, metode dan teknik pembelajarannya.

Skripsi Muji Rejeki (2015) mahasiswa UNISNU Jepara yang

berjudul “Studi Komparasi Hasil Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Yanbu’a dan Metode Qiroati di TPQ

Matholiul Huda dan TPQ Tsamrotul Hidayah Tahun Pelajaran

(21)

8

penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta

didik tentang baca tulis al-Qur’an di TPQ Matholiul Huda tahun pelajaran 2015/2016; (2) Studi komparasi adalah sebuah penelitian

yang bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik

tentang baca tulis al-Qur’an di TPQ Tsamrotul Hidayah tahun pelajaran 2015/2016. Dan hasil baca tulis al-Qur’an santri di TPQ Matholiul Huda dan TPQ Tsamrotul Hidayah tahun pelajaran

2015/2016 termasuk “cukup” dengan indikator nilai 6 masuk dalam

interval 6 yang berkategori cukup, dengan kedua metode tersebut; (3)

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean rata-rata hasil belajar

baca tulis al-qur’an santri yang diajarkan dengan metode Yanbu’a dan metode Qiroati di TPQ Matholiul Huda dan TPQ Tsamrotul Hidayah

tahun pelajaran 2015/2016, terbukti dengan nilai te < tt (-0,0333 < 2,00

dan -0,0333 < 2,65) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima.

Skripsi Musfirotun Ummul Fadlilah (2017) mahasiswa IAIN

Surakarta yang berjudul “Analisis Substansi Materi Pembelajaran

Membaca Al-Qur’an (Studi Komparasi Materi dalam Buku Iqra’

dengan Materi dalam buku Yanbu’a)” menjelaskan bahwa (1)

Substansi materi dalam buku Iqra’ meliputi pengenalan huruf hijaiyah,

makharijul huruf, tafkhim dan tarqiq, nun mati dan tanwin, qalqalah,

lam ta’rif, mim mati, mad, waqof dan gharib musykilat. Namun pada

materi mim mati terdapat kekurangan materi terkait dengan idghom

(22)

9

mad farq, mad shilah qashirah dan thawilah, mad badal, dan mad

lazim mukhaffaf kilmi. Selain itu pada materi gharib dan musykilat

tidak ada materi berhubungan dengan isymam, imalah, saktah ataupun

beberapa bacaan gharib lainnya. Materi lain yang tidak terdapat dalam

buku Iqra’ adalah adabut tilawah. (2) Substansi materi dalam buku

Yanbu’a meliputi pengenalan huruf hijaiyah, makharijul huruf, nun

mati dan tanwin, tafkhim dan tarqiq, idghom dan pembagiannya,

ghunnah, qolqolah, lam ta’rif, mim mati, mad, hamzah, waqof dan

gharib wa musykilat serta adabut tilawah. Berdasarkan hal tersebut

juga dapat dilihat kelebihan dari buku Yanbu’a ini yaitu adanya adabut

tilawah yang disampaikan melalui petunjuk mengajar yang ada dalam

buku. Adapun kekurangannya yaitu tidak adanya materi shifatul huruf.

(3) Persamaan substansi materi yang terdapat dalam buku Iqra’ dan

buku Yanbu’a yaitu keduanya mengandung materi pengenalan huruf

hijaiyah, pengenalan waqof, nun sakinah dan tanwin, mim sakinah,

mad, qalqalah, lam ta’rif, tafkhim dan tarqiq, ghunnah. Adapun

perbedaan substansi materi yang terdapat dalam buku Iqra’ dan buku

Yanbu’a terkait dengan tajwid yaitu materi gharaib wa musykilat yang

ada dalam buku Yanbu’a lebih lengkap dibandingkan dari buku Iqra’. Selain itu dalam buku Iqra’ tidak terdapat materi adabut tilawah,

namun materi tersebut terdapat dalam buku Yanbu’a. Demikian juga

dalam buku Iqra’ tidak terdapat materi macam-macam idghom, tetapi

(23)

10

musykilat juga lebih lengkap berada dalam buku Yanbu’a

dibandingkan dalam buku Iqra’.

Dari penelitian terdahulu terdapat persamaan dan perbedaan

nya. Persamaannya adalah membahas terkait dengan membaca

al-Qur’an dan salah satu buku yang sama yaitu buku Yanbu’a. Adapun perbedaannya adalah adanya pembahasan terkait dengan hasil belajar

santri dan penguatan metode pembelajaran membaca al-Qur’an, sedangkan penelitian ini lebih cenderung pada perbandingan dan

persamaan materi dari metode pembelajaran membaca al-Qur’an dalam buku Qiroati dan Yanbu’a.

2. Kerangka teori

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang harus dibaca dan diamalkan setiap umat islam. Upaya meningkatkan kemampuan

membaca al-Qur’an sangat penting karena untuk menciptakan moral generasi Qur’ani yaitu generasi yang mampu memahami, menghayati,

dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalam al-Qur’an. Selain

itu, dalam membaca al-qur’an diperlukan ilmu pedoman guna mampu

membaca al-Qur’an dengan baik dan benar yaitu ilmu tajwid yang diperoleh dari suatu proses pembelajaran meliputi tujuan, peserta

didik, guru, kurikulum, metode, dan evaluasi.

Proses pembelajaran membaca al-Qur’an membutuhkan suatu metode. Metode pembelajaran merupakan cara atau pola melakukan

(24)

11

pembelajaran sangat diperlukan guna mempermudah proses

pembelajaran sehingga mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan.

Akan tetapi dengan banyaknya metode dalam proses pembelajaran,

hendaknya terampil dalam memilih dan menggunakan

bermacam-macam metode tersebut. Tidak ada satu pun metode yang paling baik

untuk mencapai berbagai macam tujuan, sebab semua metode

pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing.

Menurut Ida Vera (2014:338) menyatakan bahwa berbagai

metode membaca al-Qur’an yang digunakan di Indonesia adalah metode Baghdadiyah, metode Nahdliyah dan metode Jibril, metode

Iqro’, metode Qiroati, metode Al-Barqy, metode Tilawah dan metode

Yanbu’a. Berbagai metode tersebut memiliki kekhasan masing-masing

yang mana terlihat dari isi materi bukunya yang mana isi materinya

dan memberikan hasil dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun pentingnya penerapan metode pembelajaran membaca

al-Qur’an yaitu mempermudah guru/ustadzah dalam menyampaikan

suatu materi dengan baik dan mudah dipahami siswa/santri sehingga

siswa/santri tidak jenuh dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain

itu, mempermudah guru/ustadzah dalam mentransfer ilmu sekaligus

menumbuhkan komitmen pada siswa/santri untuk mengamalkannya

serta menghindari kesalahpahaman dalam memahami ilmu.

(25)

12

Penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian

yang bahan atau data-data dalam penulisan penelitian ini diperoleh

melalui penggalian dan penelitian dari buku-buku, artikel-artikel dan

catatan lainnya yang bertujuan untuk memberi makna, menjelaskan,

dan menginterpretasikan teks menjadi pemahaman yang holistik

(Musfiqon, 2012: 82). Begitu pula, menurut Maslikhah (2017:73)

bahwa setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama,

peneliti berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan

bukannya dengan pengetahuan langsung dari lapangan dari lapangan

atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lain. Kedua,

data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga, data pustaka umumnya adalah

sumber sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di

lapangan. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan

waktu. Dengan demikian bahwa riset perpustakaan tidak hanya identik

dengan buku-buku. Akan tetapi juga. berupa dokumen, naskah kuno,

dan bahan atau karya non cetak seperti kaset, video, microfilm,

mikrofis, disket dan lainnya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengkaji

materi dalam buku Qiroati dan buku Yanbu’a.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

(26)

13

dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi catatan

subjek penelitian atau variabel penelitian (Suharsimi Arikunto,

2010:173). Dengan demikian, penulisan skripsi ini menggunakan

sumber data yang terkait dengan subjek dari mana data diperoleh.

Adapun sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan

dikaji dalam permasalahan. Menurut Maslikhah (2017:92),

sumber primer berupa bukti dan fakta tentang permasalahan yang

diteliti. Karena penelitian ini bersifat literer, maka datanya

bersumber dari literatur. Adapun yang buku yang digunakan

menjadi sumber data primer adalah sebagai berikut.

1) Buku berjudul “Metode Praktis Belajar Al-qur’an Untuk

PRA TK. Al-qur’an (Anak Usia 3 – 4 Tahun)” karya H.

Dachlan Salim Zarkasyi.

2) Buku berjudul “Metode Praktis Belajar Al-qur’an Untuk TK.

Al-qur’an (Anak Usia 4 – 6 Tahun)” yang terdiri dari 1 – 6 jilid karya H. Dachlan Salim Zarkasyi.

3) Buku berjudul “Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis” karya H.

Dachlan Salim Zarkasyi.

4) Buku berjudul “Pelajaran Bacaan Gharib – Musykilat &

Hati-hati dalam Al-qur’an” karya H. Dachlan Salim

(27)

14

5) Buku berjudul “Thoriqoh Baca Tulis dan Al-qur’an

Yanbu’a” untuk pemula karya H. Muhammad Ulinnuha

Arwani.

6) Buku berjudul “Thoriqoh Baca Tulis dan Al-qur’an

Yanbu’a” yang terdiri dari juz 1 - 7 karya H. Muhammad

Ulinnuha Arwani.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang

melengkapi sumber primer yang bersifat mendukung suatu

penelitian. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah buku-buku lainnya atau jurnal yang ada relevansinya

dengan obyek pembahasan penulis, meliputi:

1) Buku berjudul “Panduan Tahsin Tilawah Al-qur’an dan Ilmu

Tajwid” karya H. Ahmad Annuri, MA.

2) Buku berjudul “Pengantar Ilmu Tahsin” karya Ahmad

Sayfiul Anam, Lc. dan Amalia mu’minah Nailusysyifa, S.Th.

I.

3) Buku berjudul “Juz Amma: Cara Mudah Membaca &

Memahami Al-qur’an Juz ke-30” karya Nor Hadi.

4) Buku berjudul “Model Pembelajaran Efektif Baca Tulis

Al-qur’an” karya Prof. Dr. Syueab Kurdi, M.Pd dan Abdul

(28)

15

5) Buku berjudul “Daurah Pedoman Al-Qur’an” karya Abdul

Aziz Abdur Rauf, Al-Hafizh, Lc.

6) Buku berjudul “Pedoman Lengkap Tajwid dan Tahsin Al

-Qur’an: Tajwidul Qur’an Metode Jazariy Level I (Level

Tahmidi dan Tajwidul Huruf)” karya Abdul Abu Ezra Laili

Al-Fadhli, S.Pd.I.

7) Buku berjudul “Mutiara Ilmu-ilmu Al-qur’an” terjemahan

dari kitab “Zubdah Al-Itqan Fi Ulum Al-qur’an” karya Dr. Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni.

8) Buku berjudul “Keutamaan Membaca dan Mengkaji

Al-qur’an” terjemahan dari kitab “At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qur’an” karya Imam Nawawi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi

Arikunto, 2016:100). Dengan demikian, langkah utama dalam

penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mendukung kelancaran

penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode Dokumentasi.

Mengingat bahwa penelitian ini adalah penelitan pustaka, maka

metode dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi, yakni

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

manuskrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya.

(29)

16

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik telaah dokumen, yakni mencari data dari

dokumen-dokumen, buku, internet dan lain-lain yang terkait dengan

pembahasan penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam

penelitian ini yaitu:

a. Metode Analisis Isi (Content Analysis)

Metode analisis isi berkembang dalam penelitian

komunikasi juga pendidikan, yaitu untuk menganalisis isi atau

data yang memerlukan pemaknaan secara utuh (Musfiqon,

2012:161).

Selain itu, menurut Suharsimi Arikunto (2016:244)

menjelaskan bahwa analisis isi atau analisis dokumen adalah

metode yang dilakukan terhadap informasi yang

didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan,

atau yang lainnya. Dengan demikian, metode ini digunakan untuk

menganalisis sistematika materi-materi dalam buku Qiroati dan

buku Yanbu’a.

b. Metode Komparatif

Penelitian ini juga menggunakan metode analisis

komparatif. Analisis komparatif adalah analisis yang digunakan

(30)

17

Menurut Dra. Aswarni Sujud seperti yang dikutip

Suharsimi Arikunto (2010:310) menjelaskan bahwa dengan

metode analisis komparasi akan dapat menemukan

persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda,

tentang ide-ide terhadap suatu ide dan juga dapat membandingkan

kesamaan pandangan terhadap ide-ide tersebut. Dengan demikian,

metode komparasi digunakan untuk mencari persamaan dan

perbandingan dari materi dalam buku Qiroati dan buku Yanbu’a.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu

bagian awal,bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,

lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman

pengesahan kelulusan, deklarasi, halaman motto dan persembahan,

halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar gambar, dan

abstrak.

Bagian isi dilanjutkan dengan penutup dalam penelitian ini, penulis

menyusun kedalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai materi

(31)

18

BAB III berisi gambaran umum buku Qiroati dan buku Yanbu’a yang

terdiri dari identitas buku, latar belakang dan tujuan penyusunan buku,

serta konten materi.

BAB IV berisi hasil analisis sistematika materi pembelajaran dari buku

Qiroati dan buku Yanbu’a serta persamaan dan perbandingan dari buku

tersebut.

BAB V berisi tentang Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran, serta

(32)

19 BAB II

MATERI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

A. Pengertian Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran atau bahan ajar merupakan salah satu

komponen yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.

Materi tersebut merupakan titik keberhasilan proses pembelajaran yang

berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan

kegiatan-kegiatan belajar mengajar. AG. Soejono (t.th: 107) menjelaskan

bahwa bahan studi merupakan segala sesuatu yang disajikan oleh guru

untuk diolah dan kemudian dimiliki oleh murid.

Menurut National Centre for Competency Based Learning seperti

yang dikutip Andi Prastowo (2015:16), bahan ajar adalah segala bentuk

bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Sejalan dengan beberapa pendapat di

atas, Andi Prastowo (2015:17) mengemukakan bahwa materi pembelajaran

merupakan segala bahan (informasi, alat serta teks) yang disusun secara

sistematis dengan keutuhan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik

dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan

penelaahan implementasi pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi tentang materi pembelajaran atau

bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran atau bahan ajar

(33)

20

membantu guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, adanya materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai

semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi yang dikembangkan

guru hendaknya mengacu pada kurikulum atau terdapat pada silabus yang

penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan siswa.

Adapun materi pembelajaran dapat berupa bahan tertulis maupun tak

tertulis baik informasi, alat, maupun teks. Materi tersebut disusun

menggunakan bahan-bahan dari berbagai sumber, seperti buku, orang

(pendidik atau narasumber), pesan, lingkungan dan lain sebagainya.

B. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Membaca merupakan suatu kegiatan yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat pada tulisan. Membaca adalah melihat serta memahami dari apa yang tertulis dengan melisankan dalam hati, mengeja, serta mengucapkan (Depdiknas, 2008:113).

Menurut Anderson seperti yang dikutip Dalman (2014:6) menjelaskan, bahwa.

membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. Penyandian kembali digunakan untuk menggantikan istilah membaca karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, kemudian sandi dibaca, sedangkan pembacaan sandi merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan.

(34)

21

atas, Klein, dkk seperti yang dikutip Dalman (2014:6-7) menyatakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. …. Kedua, membaca adalah strategis. …. Ketiga, membaca interaktif.

Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, bahwa membaca merupakan melafalkan sandi-sandi dengan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan kalimat bahasa sendiri. Kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif dengan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca.

Kata al-Qur’an menurut bahasa harus diucapkan dengan memakai huruf hamzah seperti yang dikemukakan oleh al-Lihyani yang dikutip

Athaillah (2010:12-13), kata al-qur’an berasal dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dengan padanan kata fu’lan, namun dengan arti maqru’

berarti yang dibaca atau bacaan.

Sebagian para ulama dan pakar bahasa Arab berpendapat bahwa

Pendapat al-Lihyani sangatlah kuat dikalangan jumhur (mayoritas) ulama

(35)

22

رُقَل ۥُهَّنِا

ٞيمِرَك ٞناَء

٧٧

ٖنوُن كَّم ٖبَٰ َتِك ِفي

٧٧

“Sesungguhnya al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang

terpelihara (Lauhul Mahfuzh)”

Tidak hanya menurut bahasa yang berbeda pendapat akan tetapi

juga definisi al-Qur’an pun para ulama berbeda pendapat. Menurut Dr.

Muhammad ‘Ali al-Shabuni seperti yang dikutip Athaillah (2010:15) menjelaskan bahwa al-qur’an adalah Kalamullah yang mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi dengan perantara malaikat Jibril as, yang ditulis

dalam mushaf, disampaikan kepada kita secara mutawattir, dan yang

dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas”. Menurut Zakiah Darajat (2011:19), al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad

SAW yang didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat

dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad

berupa dua prinsip besar, yaitu aqidah berupa iman manusia sedangkan

syariah berupa amal perbuatan manusia seperti ibadah, mu’amalah dan

akhlak. Membaca al-Qur’an merupakan ibadah dan amal perbuatan

manusia yang wajib dikerjakan.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa Pertama, al-Qur’an merupakan kalam (firman) Allah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kedua, kalam Allah

tersebut berupa wahyu yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril

(36)

23

mutawattir. Artinya disampaikan oleh orang banyak kepada orang banyak

yang berkesinambungan tanpa terputus sejak masa Nabi dan para sahabat

hingga masa sekarang. Keempat, disamping kalam Allah sebagai petunjuk

umat manusia, juga sebagai mukjizat yang abadi bagi kerasulan Nabi

Muhammad SAW. Salah satu apek kemujizatannya adalah keindahan

redaksi dan balaghah-nya. Oleh karena itu, tidak ada satupun yang dapat

meniru dan membuat seperti al-Qur’an. Kelima, kalam Allah tersebut apabila dibaca, bacaannya merupakan ibadah bagi yang membacanya.

Artinya, salah satu ciri al-Qur’an adalah dengan membaca saja maka sang pembaca akan mendapat pahala dari Allah. Sebab, dengan membaca

al-qur’an merupakan suatu ibadah. Keenam, al-Qur’an sebagai pengingat kehati-hatian bagi umat manusia dan para ulama dalam membedakan

al-Qur’an dengan kitab-kitab berbahasa arab lainnya, yakni bahwa al-Qur’an dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa membaca al-Qur’an adalah melafalkan sandi-sandi berupa huruf arab atau huruf Hijaiyyah

dengan tanda baca harakat fathah, kasroh, dhummah dan sebagainya dan

membacanya merupakan ibadah dan mendapatkan pahala.

C. Materi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Materi pembelajaran membaca al-Qur’an merupakan segala bentuk

bahan yang disusun secara sistematis guna mempermudah dalam

melafalkan huruf Hijaiyyah sesuai dengan kaidahnya. Dalam terjemahan

(37)

24

Al-Maliki Al-Hasni (1999:54), mengemukakan bahwa yang terpenting

dalam pembacaan al-Qur’an adalah memperindahnya dalam pelafalan huruf al-Qur’an, yakni memperlakukan setiap huruf sesuai dengan haknya dan runtutannya, mengembalikan huruf pada makhraj-nya masing-masing

dan melantunkannya dengan cara yang baik dan sempurna.

Menurut Ahmad Syafi’ul (2013:103) mengemukakan bahwa

seseorang yang menguasai beberapa standard dan kompetensi di bawah ini

memiliki kualitas bacaan al-qur’an yang baik, dengan kata lain materi pembelajaran al-Qur’an meliputi:

1. Seni dalam me-waqaf-kan dan me-washal-kan.

2. Seni membaca huruf sesuai dengan makhraj dan sifat yang

dimilikinya.

3. Seni membaca harakat sesuai dengan kaidah nahwu dan sharaf-nya.

4. Seni membaca idzhar, idgham, ikhfa’ dan semisalnya.

5. Seni membaca panjang dan pendek.

6. Seni membaca ayat-ayat yang memilki cara membaca di luar kebiasaan

(gharaib wa musykilat).

7. Seni membaca al-Qur’an dengan menggunakan murottal yang indah dengan tetap menjaga hukum-hukum bacaan sesuai dengan ilmu

tajwid.

8. Seni menguasai perbedaan ayat-ayat yang memilki kemiripan.

Menurut Zakiah Daradjat (2001: 91) isi/ materi pembelajaran

(38)

25

1. Pengenalan huruf Hijaiyyah, yaitu huruf Arab dari alif sampai dengan

ya (alif-ba-ta).

2. Cara membunyikan masing-masing huruf Hijaiyyah dan sifat-sifat

huruf itu, ini dibicarakan dalam ilmu makhraj.

3. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang

(maad), tanwin dan sebagainya.

4. Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf mutlak,

waqaf jawaz dan sebagainya.

5. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan

bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam ilmu qiraat dan ilmu

nagham.

6. Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.

Menurut Wiwik Anggranti dalam jurnal intelegensia (2016:108)

mengemukakan bahwa materi pembelajaran membaca al-Qur’an secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu:

1. Pengenalan huruf Hijaiyyah dan makhrajnya.

2. Pemarkah (al-syakkal).

3. Huruf-huruf bersambung.

4. Tajwid dan bagian-bagiannya.

5. Gharaaib (bacaan bacaan yang tidak sama dengan kaidah secara

(39)

26

Sedangkan menurut Abdul Mukti (1987:4), materi pembelajaran

membaca al-Qur’an yang di dalamnya terdapat tajwid diantaranya: 1. Pengenalan huruf Hijaiyyah

2. Makhraj huruf

3. Shifatul huruf

4. Masalah tafkhim dan tarqiq

5. Masalah nun sakinah dan tanwin

6. Masalah mim sakinah

7. Hamzah

8. Imalah

9. Waqaf

10.Adabuttilawah dan keutamaan membaca al-Qur’an

Adapun penjelasan dari masing-masing materi pembelajaran

al-Qur’an, sebagai berikut:

1. Huruf Hijaiyyah

Abjad bahasa Arab (huruf Hijaiyyah terdiri atas 28 huruf (29

jika ء(hamzah) dianggap huruf tersendiri). Selain berfungsi seperti

huruf Hijaiyyah yang lainnya, tiga huruf yaitu

واو

= wawu,

فلا

= alif,

dan

ي

= ya’ digunakan sebagai vocal panjang (a, i, dan u) sebagai

diftong (bunyi rangkap) seperti ai, au. Selain itu, huruf Hijaiyyah juga

sebagai konsonan lemah seperti K, D, L dan sebagainya (Nor hadi,

(40)

27

Menurut Abu Ezra dalam Tajwidul Mushawwar (2017:95)

menjelaskan bahwa huruf Hijaiyyah adalah huruf yang biasa

digunakan dalam percakapan dan berfungsi sebagai penyusun kata

serta kalimat. Huruf Hijaiyyah berjumlah 29 huruf yang disusun oleh

Al-Imam Nashr bin ‘Ashim (w. 90 H) berdasarkan kemiripian bentuk -bentuknya. Untuk membedakan-nya, diberikan tanda titik.

a. Huruf ke 1 adalah )

أ

( huruf hamzah disebut secara majaz (kiasan)

dengan alif, karena hamzah ketika berada didepan kata ditulis

dengan alif.

b. Huruf ke 2, 3, dan 4 adalah (

ث ت ب

) yaitu tiga huruf ini

serupa/mirip secara tulisan dan dibedakan dengan titik-titik yang

ada. Titik dibawah adalah ba’, titik dua diatas adalah ta’, dan titik

tiga diatas adalah tsa’.

c. Huruf ke 5, 6, dan 7 adalah (

خ ح ج

) yaitu tiga huruf ini serupa

secara tulisan dan dibedakan dengan titik-titik yang ada. Titik

ditengah adalah jim, titik diatas adalah kha, dan huruf ha yang

tidak ditandai titik.

d. Huruf ke 8 dan 9 adalah (

ذ د

) yaitu kedua huruf ini sama dan

dibedakan dengan titik. Huruf yang tidak ada titiknya adalah dal

(41)

28

e. Huruf ke 10 dan 11 adalah (

ز ر

) yaitu kedua huruf ini sama dan

dibedakan dengan titik. Huruf yang tidak ada titiknya adalah ra’ dan huruf yang ada titiknya adalah za’.

f. Huruf ke 12 dan13 )

ش س

( yaitu kedua huruf ini sama dan

dibedakan dengan titik yang berbentuk segitiga. Huruf yang tidak

ada titiknya adalah sin dan huruf yang ada titiknya tiga berbentuk

segitiga adalah syin.

g. Huruf ke 14, 15, 16 dan 17 adalah (

ص

ض

ط

ظ

) yaitu untuk

membedakan keempat huruf tersebut dengan tanda-tanda titik

sebagai pembeda.

h. Huruf ke 18 dan 19 adalah (

ع

غ

) yaitu kedua huruf ini serupa atau

mirip bentuknya dan dibedakan dengan titik. Huruf yang tidak ada

titiknya adalah ain dan huruf yang ada titiknya adalah ghain.

i. Huruf ke 20 dan 21 adalah (

ف

ق

) yaitu kedua huruf ini serupa

atau mirip bentuknya dan dibedakan dengan jumlah titiknya. Untuk

huruf fa diberi satu titik diatas, sedangkan huruf qaf dua titik.

j. Huruf ke 22 dan 23 adalah (

ك

ل

) yaitu meletakkan sesuatu yang

serupa dengan hamzah pada huruf kaf, sehingga terbedakan ia

(42)

29

k. Huruf ke 24 adalah (

م

) yaitu tidak perlu diberi titik sebagai

pembeda karena tidak ada huruf hijaiyyah yang mirip dengan huruf

mim.

l. Huruf ke 25 adalah (

ن

) yaitu huruf nun mirip dengan huruf ba, ta,

tsa. Yang membedakan huruf nun diberi satu titik ditengahnya.

m. Huruf ke 26 dan 27 adalah (

ه

و

) yaitu huruf ha dan wau tidak ada

huruf lain yang mirip dengan keduanya. Oleh karena itu tidak

ditandai dengan titik.

n. Huruf ke 28 adalah (

لا

) yaitu lam alif ini sebenarnya adalah huruf

alif, dan ia memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan

huruf lainnya

o. Huruf ke 29 adalah )

ي

( yaitu ya’ memiliki karakteristik tersendiri

yang berbeda dengan huruf lainnya yaitu huruf yang memiliki dua

titik di bawah.

2. Tanda Baca (Syakl)

Syakl secara bahasa adalah mencapai tujuan dalam memelihara

sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah tanda khusus yang

mengiringi huruf untuk menunjukkan sukun, tanwin, tasydid atau

serupanya. Syakl berfungsi untuk menghilangkan problema dan

ketidakjelasan suatu bacaan yang tidak jelas menjadi jelas. Menurut

(43)

30

a. Fathah )

ةحتف

( tanda baris satu diatas

)َ (

.

Cara membunyikan

harakat fathah dengan membuka rongga mulut dengan sempurna,

seperti vokal “A”. Contoh:

َلَعَف َفْيَك

b. Kasrah )

ةسرك

( tanda baris satu dibawah )

ِِ

(. Cara membunyikan

harakat kasrah dengan menurunkan bibir bagian bawah, seperti

vokal “I”. Contoh:

لي ِِّ ِس نِِّم

c. Dhammah )

ةِّضم

( tanda seperti wawu diatas )

ُِ

(. Cara membunyikan

harakat dhammah dengan memonyongkan bibir dengan sempurna,

seperti vokal “U”. Contoh:

ُُترُز َّتََّح

d. Fathatain )

ينتحتف

(tanda baris dua diatas )

ِ

(dibaca “an”. Contoh:

ا د َتَوَآ ا شَعَم

e. Kasratain )

ينتسرك

( tanda baris dua dibawah )

ِ

(dibaca “in”. Contoh:

ةَزَمُّل ةَزَ ُهُ

f. Dhammatain )

ينتِّضم

( tanda seperti dua wawu diatas )

ِ

( dibaca

“un”. Contoh:

ينِبُّم لو ُسَر

g. Sukun )

نوكس

( tanda baca mati )

ِْ

(. Contoh:

اَنْمَل ْسَآ

(44)

31

3. Makharijul Huruf

Menurut Annuri (2015:43) mengemukakan bahwa kata makhraj

ditinjau dari morfologi, bersasal dari fi’il madhi:

َجَرَخ

yang artinya

keluar. Lalu dijadikan ber-wazan

لَعْفَم

yang ber-shighat isim makan,

maka mejadi

جَرْخَم

. Bentuknya jamaknya adalah

ُجِراَخَم

. Oleh karena itu,

secara bahasa, kata makharijul huruf artinya tempat keluarnya huruf.

Sedangkan menurut istilah artinya tempat keluarnya huruf pada waktu

huruf tersebut dibunyikan.

Menurut Imam Ibnul Jazari, makharijul huruf berjumlah 17

menurut pendapat yang dipilih seseorang yang telah menguji

kebenarannya (Ahmad Syafiul Anam, 2013:11). Kemudian para ulama

membagi ketujuh belas makhraj tersebut menjadi 5 tempat, yaitu:

a.

ِفوَلجا ُع ِضوَم

yaitu huruf yang keluar dari rongga mulut yang terdiri

dari huruf-huruf mad, yakni

ي

و

ا

b.

ِقلَلحا ُع ِضوَم

yaitu huruf yang keluar dari tenggorokan yang terdiri dari

(45)

32

d.

ِينَتَف َّشلا ُع ِضوَم

yaitu huruf yang keluar dari dua bibir yang terdiri dari

huruf

م

ب

و

ف

e.

ُمو ُشيَلخا ُع ِضوَم

yaitu huruf yang keluar dari rongga hidung yakni

ghunnah (dengung).

4. Shifatul Huruf

Menurut bahasa, kata sifat berarti apa-apa yang ada pada

sesuatu yang dapat memberi makna seperti putih, ilmu, hitam dan

apa-apa yang menyerupainya. Sedangkan menurut istilah adalah sifat yang

baru datang pada saat huruf itu keluar dari makhrajnya yaitu jelas,

lunak dan lain sebagainya (Annuri, 2015:65).

Menurut Abdul Aziz (t.th:35) menjelaskan bahwa tujuan

mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar huruf yang keluar dari mulut

kita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf al-Quran itu sendiri.

Huruf yang sudah tepat makhrojnya belum dapat dipastikan

kebenarannya sehingga sudah sesuai dengan sifat aslinya. Ketika

seseorang men-sukunkan huruf pada suatu lafadz boleh jadi lidahnya

sudah tepat pada posisinya, namun belum dikatakan benar sehingga ia

mengucapkannya sesuai dengan sifatnya. Contoh pengucapan lafadz

Masjid baru sesuai dengan sifatnya apabila huruf Dal sudah

di-Qalqalahkan.

Menurut Annuri (2015:65) pembagian sifat-sifat huruf dalam

(46)

33

dan sifat yang tidak memiliki lawan kata. Sifat-sifat huruf tersebut

meliputi:

a. Sifat yang memilki lawan kata sebagai berikut:

1) Sifat

ُسمَهلا

yaitu huruf yang diucapkan secara samar disebabkan

keluarnya napas ketika mengucapkan karena lemahnya tekanan

terhadap makhraj. Huruf-hurufnya meliputi:

ف

tertahannya napas dan kuatnya tekanan terhadap makhraj.

Huruf-hurunya meliputi:

sempurnanya kekuatan tekanan terhadap makhraj.

Huruf-hurufnya meliputi:

ت

ك

ب

ط

ق

د

ج

ء

4) Sifat

ُةَواَخَّرلا

yaitu huruf yang diucapkan secara lemah disebabkan

keluarnya napas saat diucapkan dan lemahnya tekanan terhadap

(47)

34

5) Sifat

ُءَلاعِت سِلاا

yaitu pengucapan huruf yang disertai terangkatnya

lidah ke atas langit-langit. Huruf-hurufnya meliputi:

خ

diangkat ke langit-langit atau posisi lidah datar.

Huruf-hurufnya berjumlah 23, meliputi:

pertengahan lidah menempel pada langit-langit. Hurufnya

berjumlah empat, meliputi:

ظ

ط

-

ض

ص

8) Sifat

ُحاَتِفن

ا

ِ

لا

yaitu huruf ketika diucapkan posisi lidah terpisah

dengan langit-langit sehingga seperti ada udara yang bebas

keluar saat melafalkannya. Hurufnya berjumlah 25, yaitu:

م

karena makhraj-nya keluar dari ujung lidah dan bibir. Hurufnya

(48)

35

b. Sifat yang tidak memiliki lawan kata sebagai berikut:

1) Sifat

ُيِْف َّصلا

yaitu huruf yang memilki tambahan suara saat

mengucapkannya seperti desis burung. Tambahan suara

tersebut keluar dari dua bibir. Huruf-hurufnya meliputi:

ص

pantulan kuat ketika huruf tersebut disukun. Hurufnya meliputi:

ق

dilafalkan. Seperti huruf ber-harakatfathah.

4) Sifat فاَرِحنِلإا yaitu huruf yang pengucapannya miring setelah

keluar dari ujung lidah. Hurufnya yaitu ر dan ل.

5) Sifat ريِركَّتلا yaitu huruf yang ketika diucapkan kepala lidah

bergetar. Sifat ini hanya dimiliki huruf

ر

.

6) Sifat يِّشَفَّتلا yaitu huruf yang ketika diucapkan terdapat udara

yang menyebar di dalam mulut. Sifat ini hanya dimiliki huruf

(49)

36

7) Sifat ةَلاَطِتسِلإا yaitu pengucapan huruf yang disertai

memanjangnya suara dari awal sisi lidah hingga akhirnya. Sifat

ini hanya dimilki huruf

ض

.

5. Nun Sukun dan Tanwin

Menurut Abdul Aziz (t.th:64) menjelaskan bahwa pengucapan

nun sukun atau tanwin ada yang harus jelas, ada yang harus samar, ada

yang harus lebur sehingga nun sukun atau tanwin tersebut tidak tampat

dan ada pula yang berubah menjadi mim. Sedangkan menurut Annuri

(2015:83) mengemukakan bahwa tata cara membaca nun sukun dan

tanwin pada saat bertemu salah satu huruf hijaiyah, sebagai berikut:

a. Izhhar

Izhhar dalam pengertian hukum nun bersukun dan tanwin

adalah apabila nun sukun atau tanwin menghadapi salah satu dari

huruf halqi yang enam maka dibaca jelas dan terang. Adapun huruf

halqi antara lain,

غ

ع

خ

ح

ه

ء

b. Idgham bi Ghunnah

Dalam pengertian hukum nun sukun atau tanwin, idgham bi

ghunnah adalah apabila nun ber-sukun atau tanwin bertemu dengan

salah satu huruf idgham yang empat maka dibaca dengan

memasukkan suara nun sukun atau tanwin kepada huruf idgham bi

ghunnah sehingga menjadi satu ucapan. Huruf idgham bi ghunnah

(50)

37

c. Idgham bila Ghunnah

Bila ghunnah diartikan tanpa memakai ghunnah (dengung).

Dengan demikian, idgham bila ghunnah adalah apabila nun sukun

atau tanwin bertemu dengan salah satu dari huruf lam

) ل (

atau ra

) ر (

tanpa memakai dengung.

d. Iqlab

Menurut bahasa adalah memindahkan sesuatu dari bentuk

asalnya. Sedangkan dalam pengertian hukum nun sukun dan

tanwin, iqlab adalah apabila nun sukun atau tanwin bertemu

dengan huruf ba’

) ب (

maka keduanya menjadi mim

) م (

tetapi

hanya dalam bentuk suara, tidak dalam tulisan.

e. Ikhfa’

Dalam bahasa ikhfa’ berarti samar. Menurut hukum nun

sukun atau tanwin, ikhfa’ adalah apabila nun sukun atau tanwin

menghadapi salah satu dari huruf ikhfa’ yang berjumlahlima belas

maka membacanya dengan memadukan antara nun sukun atau

tanwin dengan suara huruf ikhfa’ yang ada dihadapannya. Adapun

(51)

38

6. Mim Sukun

Menurut Ahmad Syafiul (2013: 29), ketika mim sukun bertemu

dengan huruf Hijaiyyah makan memiliki tiga hukum atau cara

membacanya, sebagai berikut:

a. Ikhfa’ Syafawi

Ikhfa’ secara bahasa berarti samar, syafawi berarti bibir.

Ikhfa’ syafawi terjadi jika memenuhi syarat yaitu, pertama apabila

huruf ba’ berada setelah mim sukun, kedua terjadi di antara dua

kata dan ketiga terjadinya proses ghunnah.

b. Idgham Mimi (Idgham Syafawi)

Idgham berarti memasukkan sedangkan syafawi berarti

berkaitan dengan bibir. Secara istilah idgham syafawi adalah

pengucapan mim sukun dengan disertai dengung saat bertemu

dengan huruf mim.

c. Izhhar Syafawi

Izhhar syafawi dalam pengertian ini adalah pengucapan

mim sukun dengan jelas tanpa ada samar dan dengung apabila

bertemu dengan huruf selain huruf mim dan ba’. Huruf izhhar

syafawi meliputi semua huruf Hijaiyyah selain mim dan ba’.

7. Mim dan NunTasydid

Menurut Annuri (2015:101) mengemukakan bahwa dalam ilmu

tajwid hukum mim dan nun yang ber-tasydid dikenal dengan istilah

(52)

39

dengan menghentakkan suara mim atau nun yang ber-tasydid,

didengungkan secara nyata ke pangkal hidung, selama dua

harakat/ketukan.

8. Idgham dan Pembagiannya

Idgham menurut bahasa adalah memasukkan atau melebur

sesuatu ke dalam sesuatu. Secara istilah idgham adalah mengucapkan

dua huruf menjadi satu huruf, sedangkan huruf yang kedua menjadi

ber-tasydid (Abdul Aziz, t.th: 125). Dengan begitu, cara membaca

Idgham dengan meleburkan dua huruf yang sama, berdekatanatau

sejenis yang salah satunya dimasukkan ke dalam huruf yang lain

sehingga menjadi satu huruf yang ber-tasdid dan menjadi satu pula

dalam pengucapannya. Idgham terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Idgham Mutamatsilain

Idgham mutamasilain adalah bertemunya dua huruf yang

sama, baik makhraj maupun sifatnya. Misalnya, huruf ba’ dengan

ba’, ta’ dengan ta’, kaf dengan kaf. Cara membaca idgham

mutamasilain ialah dengan memasukkan huruf yang pertama

kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam

pengucapan, bukan dalam tulisan.

b. Idgham Mutajanisain

Idgham Mutajanisain ialah bertemunya dua huruf yang

sama makhrajnya, tetapi berbeda sifatnya. Huruf-huruf yang

(53)

40

Cara membacanya dengan memasukkan suara huruf yang pertama

kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam

pengucapan bukan dalam tulisan.

c. Idgham Mutaqaribain

Idgham mutaqaribain adalah bertemunya dua huruf yang

berdekatan makhraj-nya tetapi sifatnya berlainan. Hurufnya

meliputi,

ر

ل ,ك

ق

Cara membacanya tidak berbeda dengan idgham mutajanisain,

yaitu dengan memasukkan suara huruf yang pertama kepada huruf

yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan, bukan

dalam tulisan. (Ahmad Syafiul, 2013:35)

9. Lam Ta’rif

Menurut Ahmad Annuri (2014:115), lam ta’rif adalah lam yang

masuk pada isim (kata benda) dan didahului oleh hamzah washal.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum lam ta’rif, membahas

tentang alif lam ketika menghadapi huruf Hijaiyyah, baik yang

tergolong huruf qomariyyah maupun huruf-huruf syamsiyyah.

Berdasarkan definisi di atas, maka cara membaca alif lam dibagi

menjadi dua cara.

a. Alif-lam Qomariyyah

Alif lam qomariyyah ialah hukum alif lam qomariyyah yang

(54)

41

qomariyyah. Cara membacanya yaitu dengan membaca huruf lam

yang bertanda sukun dengan jelas dan terang. Huruf qomariyyah

seluruhnya berjumlah 14 huruf, yaitu:

ء

cara membacanya dengan menghilangkan suara alif lam dengan

ditukar huruf syamsiyyah. Huruf syamsiyyah ada 14, yaitu:

ط

10.Tafkhim dan Tarqiq

Secara bahasa tafkhim berarti menebalkan, sedangkan secara

istilah artinya menebalkan bacaan ketika diucapkan. Adapun tarqiq

secara bahasa artinya menipiskan sedangkan secara istilah artinya

menipiskan bacaan ketika diucapkan. Cara membaca tafkhim dan

tarqiq terbagi menjadi tiga kelompok, yakni tafkhim dan tarqiq untuk

selain ra dan Lam Jalalah, tafkhim dan tarqiq untuk ra dan tafkhim

dan tarqiq untuk Lam Jalalah (Ahmad Syafiul, 2013:61). Sedangkan

menurut ulama tajwid menjelaskan bahwa tiga hal yang harus dibaca

tafkhim atau tarqiq, yaitu huruf isti’la¸ huruf ra’, dan lafadz Allah.

11.Mad

Menurut Annuri (2015:121) mengemukakan bahwa mad secara

(55)

42

adalah memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf

mad ashli. Mad terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Mad Ashliy

Mad ashliy dikenal dengan istilah mad thabi’i. Mad ashli

dapat berdiri sendiri karena zat huruf madnya. Huruf mad ada tiga,

yaitu alif dengan huruf sebelumnya ber-harakat fathah, wawu

dengan huruf sebelumnya ber-harakat dhummah dan ya’ dengan

huruf sebelumnya ber-harakat kasrah.

b. Mad Far’i

Dalam mad far’i terdapat cabang-cabang sebagai berikut:

1) Mad Wajib Muttashil

Apabila mad ashli dan hamzah bertemu dalam satu kata,

cara membacanya dengan memanjangkan bunyi 4 atau 5

harakat baik saat washal, atau waqaf dan boleh enam harakat

jika hamzah terletak di akhir kata.

2) Mad Jaiz Munfashil

Apabila huruf mad ashli pada satu kata bertemu hamzah

dengan yang lainnya, cara membacanya dengan memanjangkan

bunyi 4 atau 5 harakat.

3) Mad Shilah Thawilah

Apabila setelah ha’dhamir terdapat hamzah qath’i. Cara

membacanya dengan memanjangkan bunyi suara 2, 4, atau 5

(56)

43

4) Mad Shilah Qashirah

Apabila sebelum ha’dhamir ada huruf yang ber-harakat

dan diisyaratkan tidak disambungkan dengan huruf berikutnya,

dan tidak pula bertemu hamzah yang berharakat. Cara

membacanya dengan memanjangkan 2 harakat.

5) Mad Badal

Apabila berkumpulnya huruf mad dengan hamzah

dalam kalimat, tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf

mad. Cara membacanya dibaca dengan 2 harakat.

6) Mad ‘Aridh lis Sukun

Apabila pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir kata

atau kalimat, sedangkan huruf sebelum huruf yang diwaqafkan

tersebut merupakan salah satu dari huruf-huruf mad thabi’i,

yaitu alif, wawu, dan ya’. Cara membacanya boleh dengan

memanjangkannya karena boleh 2 harakat atau 4 harakat dan 6

harakat.

7) Mad Lin

Apabila wawu dan ya’ ber-harakat sukun dan huruf

sebelumnya ber-harakat fathah. Cara membacanya dengan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek

Ibu Supriyati, SE, M.Si, AK, CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi STIE Perbanas Surabaya dan dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak membantu

Berdasarkan tujuan pendidikan Al-Qur‟an diatas dapat dipahami bahwa siswa dituntut untuk bisa membaca ayat-ayat Al- Qur‟an sesuai dengan kaedah ilmu tajwid, karena

Hasil: Dari 150 peresepan, penggunaan antibiotik yang rasional (kategori I) sebesar 45,3% dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional (kategori IIIA, IVD, dan V) sebesar 53,3%

Hasil penelitian ini mempunyai arti bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan dengan ketepatan floating overhand serve pada siswa-siswi

Berangkat dengan berbagai macam jenis mesin uji yang sudah ada, maka dapat diambil kriteria sebagai bahan pertimbangan yang dapat dipakai untuk merancang mesin uji

Di lapisan ini, yang ketipisannya kurang dari sepersepuluh milimeter, terdapat banyak sisa organik yang disebabkan oleh polusi zooplankton dan ganggang mikroskopik. Beberapa