• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREPARASI SILIKA, ALUMINA UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd 2+ DAN Pb 2+ SEBAGAI CO-ION DALAM CAMPURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREPARASI SILIKA, ALUMINA UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd 2+ DAN Pb 2+ SEBAGAI CO-ION DALAM CAMPURAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PREPARASI SILIKA, ALUMINA UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd2+ DAN Pb2+ SEBAGAI CO-ION DALAM CAMPURAN

Rizki Amelia, Surjani Wonorahardjo, Ridwan Joharmawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

E-mail: terpineol_27@ymail.com

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk membuat material silika dari sekam padi dan preparasi material alumina, mengetahui kemampuan silika dari sekam padi dan alumina untuk menurunkan kadar ion logam Cd2+ dan Pb2+ sebagai Co-Ion dalam campuran, mengetahui pengaruh daya serap ion logam Cd2+ dengan adanya ion pengganggu Pb2+ dalam silika dari sekam padi dan alumina. Tahapan yang dilakukan yaitu meliputi tahap preparasi silika, alumina, karakterisasi terhadap adsorben dan adsorpsi terhadap ion logam Cd dan Pb dalam campuran. Analisis yang digunakan untuk mengetahui daya serap terhadap adsorben dilakukan dengan AAS pada λmaks 228 nm (Cd

2+

) dan 217 nm (Pb2+). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembuatan silika dan preparasi alumina didapatkan serbuk putih dan dapat digunakan sebagai adsorben sehingga mampu menyerap ion logam Cd dan Pb, (2) karakterisasi terhadap silika dan alumina didapatkan hasil uji FT-IR yang memiliki puncak pada bilangan gelombang 3000 cm-1 merupakan vibrasi ulur dari gugus Si-OH/ Al-OH, pada bilangan gelombang 1105,21 cm-1 merupakan vibrasi ulur asimetri Si-O/ Al-O (3) daya serap adsorben terhadap ion logam Pb lebih tinggi dibandingkan ion logam Cd dan adsorben silika:alumina memiliki persen terserap paling tinggi dibandingkan adsorben lainnya.

Kata kunci: Adsorpsi, adsorben, silika, alumina, ion logam

Proses adsorpsi adalah peristiwa yang terjadi di permukaan fase diam di mana ada bahan dari fase gerak yang terserap di sana. Proses ini umumnya digunakan untuk mengurangi logam-logam berat, ion-ion dan senyawa yang membahayakan bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Penelitian di bidang adsorpsi telah banyak dilakukan dengan berbagai jenis adsorben berpori antara lain Widomulyo (2007) memanfaatkan arang sekam padi untuk mengadsorpsi ion nitrat. Nofa (2012) mengekstraksi silika dari sekam padi untuk mengadsorpsi ion Cd2+. Kristiyani, dkk (2012) menggunakan adsorben abu sekam padi untuk menurunkan kadar ion Pb2+ dalam sumur.

Abu sekam padi merupakan hasil pembakaran dari sekam padi pada suhu tinggi. Komponen dalam abu sekam padi yang tertinggi yaitu silika. Kandungan silika dalam abu sekam padi (ASP) sangat tinggi sekitar 96 % (Houston, 1971). Silika dan alumina merupakan media berpori yang berpotensi digunakan sebagai adsorben untuk ion-ion logam. Silika dan alumina memiliki sisi polar dengan adanya gugus -OH apabila dalam larutan mengandung air. Ion-ion logam berat yang bermuatan positif menyebabkan ion-ion logam terserap pada sisi material yang bersifat polar. Keberadaan ion-ion logam tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya ion pengganggu yang berada dalam larutan adsorbat dan dikelilingi oleh molekul air.

Penelitian dengan adanya ion pengganggu pernah dilakukan Eistiwijaya (2009) menggunakan adsorben arang komersial dari arang sekam padi untuk mengadsorpsi ion Cu2+ dan Cd2+. Maulana (2009) menunjukkan bahwa adanya

(2)

ion lain Na+ dan Cr3+ dapat menurunkan persentase ion Cd2+ teradsorpsi.

Penelitian tersebut perbedaan muatan menyebabkan penurunan adsorpsi ion Cd2+. Saputri (2010) menunjukkan bahwa persentase adsorpsi oleh adsorben nata de coco terhadap ion Cd2+ relatif konstan dengan adanya ion pengganggu Pb2+. Perbedaan muatan ion tidak dapat dijelaskan dalam hal ini karena antara ion logam Cd dan Pb memiliki muatan yang sama. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya ion Pb2+ tidak menyebabkan terjadinya penurunan ion Cd2+.

Ion logam berat Cd2+ dari limbah tekstil serta limbah produksi cat dan pewarna, ion logam berat Pb2+ dari buangan asap kendaraan harus diolah terlebih dahulu sehingga tidak dapat mencemari lingkungan. Ion logam berat tersebut sangat berbahaya jika mencemari lingkungan dan masuk dalam tubuh manusia sehingga bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker,

merusak jaringan perkembangan janin ibu hamil hingga menyebabkan kecacatan. Hal ini yang menjadi dasar digunakannya ion logam Pb2+ sebagai ion pengganggu karena keberadaan di alam sebagai limbah industri yang memiliki konsentrasi cukup tinggi dalam pencemaran lingkungan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian “Preparasi Silika, Alumina untuk Menurunkan Kadar Ion Logam Cd2+ dan Pb2+ Sebagai Co-Ion dalam Campuran”

METODE PENELITIAN Pembuatan Abu Sekam Padi

Pembuatan abu sekam padi dimulai dengan mencuci sekam padi dengan air, dibilas dengan aquades dan kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Sekam padi dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110ↄC selama 2 jam. Sampel sekam padi ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan penguapan yang telah ditimbang sebelumnya. Cawan penguapan berisi sampel sekam padi dipanaskan dengan furnace selama 4 jam. Sampel setelah proses pemanasan didinginkan kemudian ditimbang kembali dan disimpan di wadah tertutup.

Ekstraksi Silika Sekam Padi

Ekstraksi silika dilakukan dengan cara metode ekstraksi basa. Abu sekam ditimbang sebanyak ± 10 gram, kemudian ditambahkan dengan 80 mL NaOH 3M dan diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 3 jam dalam Erlenmeyer 250 mL bertutup. Larutan campuran kemudian disaring dengan kertas saring whatman no. 41. Residu hasil dicuci dengan air panas sebanyak 20 mL, filtrat hasil cucian tersebut didinginkan pada suhu kamar. Filtrat dingin ditambahkan dengan H2SO4 5N hingga pH 2 dan ditambahkan NH4OH sampai pH 8,5 dan dibiarkan hingga 3,5 jam. Filtrat tersebut dikeringkan selama 12 jam pada suhu 120ↄC. Silika serbuk dilarutkan dalam air kemudian didekantasi dan supernatan dibuang. Endapan dipanaskan kembali pada suhu 120ↄC selama 3 jam (Thuadaij & Nuntiya, 2007).

Pembuatan Silika Amorf dan Kristalin 1. Pembuatan Silika Amorf

Pembuatan silika amorf mengacu pada pembuatan zeolit yang dilakukan oleh Holmberg (2004). Sebanyak 15 mL natrium aluminat ditambahkan 15 mL natrium silikat diaduk hingga homogen. Campuran ini disimpan selama 24 jam pada suhu kamar disertai pengadukan dan dipanaskan dengan pengadukan pada ±

(3)

100ↄC selama 6 hari. Hasil campuran disaring dan dicuci dengan aquades sampai pH netral dan dipanaskan pada suhu 100ↄC selama 2 jam.

2. Pembuatan Silika Kristalin

Pembuatan silika kristalin mengacu pada pembuatan zeolit yang dilakukan oleh Holmberg (2004). Sejumlah n-CTMABr (konsentrasi 0,5 M) dicampur dengan 15 mL natrium aluminat lalu diaduk hingga homogen dan ditambahkan 15 mL natrium silikat hingga terbentuk gel putih. Campuran ini disimpan selama 24 jam pada suhu kamar disertai pengadukan dan dipanaskan dengan pengadukan pada ± 1000C selama 6 hari. Hasil campuran disaring dan dicuci dengan aquades sampai pH netral dan dikeringkan pada suhu 100ↄC selama 2 jam.

Karakterisasi terhadap Silika dan Alumina 1.Identifikasi Gugus Fungsi

Identifikasi gugus fungsi menggunakan FT-IR dilakukan untuk adsorben silika, alumina, silika:alumina, silika amorf dan silika kristalin sebelum dan setelah adsorpsi.

2.Hasil Uji XRD Pada Silika Amorf dan Silika Kristalin

Uji XRD untuk mengetahui tingkat kristalinitas dari silika yang dihasilkan.

Adsorpsi terhadap Ion Logam Cd dan Pb dalam Campuran

Adsorpsi yang dilakukan menggunakan metode batch. Sebanyak 0,1 gram silika dimasukkan ke dalam 50 mL Cd(NO3)2 dan Pb(NO3)2 pada konsentrasi ±20 ppm, dikocok selama 30 menit dengan kecepatan 100 rpm, kemudian dipisahkan antara filtrat dan residu dengan sentrifugator. Setelah itu filtrat dianalisis

menggunakan AAS dan residu dikarakterisasi dengan FT-IR. Adsorben alumina, silika:alumina, silika amorf tanpa CTMABr dan silika kristalin dengan n-CTMABr diperlakukan sama seperti langkah adsorpsi terhadap logam Cd dan Pb dalam campuran dengan adsorben silika.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Abu Sekam Padi

Sampel padi yang telah kering, kemudian dipanaskan pada suhu 50ↄC di dalam oven. Pemanasan ini dilakukan untuk menghilangkan air yang masih terdapat dalam sampel. Sebelum digunakan sebagai bahan pembuatan silika, sampel tersebut harus diabukan dengan furnace. Hasil rendemen abu sekam padi sebesar 24,66%. Hasil tersebut menunjukkan masih terdapat pengotor yang ada dalam abu sekam padi.

Pada pengabuan sekam padi kemungkinan terjadi reaksi berikut (Nuryono, dkk., 2004):

Senyawa C, H, dan Si + O2 → CO2(g) + H2O(g) + SiO2(s)

Ekstraksi Silika Sekam Padi

Proses ekstraksi abu sekam padi dihasilkan silika. Proses ekstraksi dimulai dengan menimbang abu sekam padi sebanyak ± 10 gram, kemudian dicampurkan dengan 80 mL NaOH 3M dalam Erlenmeyer 250 mL bertutup serta diaduk secara konstan menggunakan pengaduk magnetik selama 3 jam pada suhu 95 0C.

Pengadukan pada suhu 95 0C dilakukan agar larutan NaOH tidak mendidih. Penggunaan Erlenmeyer bertutup berguna untuk mencegah menguapnya larutan NaOH sehingga dapat mengekstrak silika dengan baik.

Penambahan larutan NaOH 3M dapat menghasilkan silika dalam jumlah yang maksimal (Thuadaij & Nuntiya, 2007). Silika yang bereaksi dengan NaOH terbentuk larutan natrium silikat berwarna kuning keemasan. Hasil natrium silikat

(4)

yang didapatkan, kemudian disaring dengan kertas saring whatman no. 41. Hasil penyaringan didapatkan residu yang berwarna hitam dan larutan tak berwarna sebagai filtratnya.

Proses selanjutnya merupakan proses pengendapan dengan asam sulfat pekat. Proses pengendapan dilakukan dengan meneteskan asam sulfat pekat ke dalam larutan natrium silikat disertai pengadukan. Gel silika yang dihasilkan dari proses pengendapan dibiarkan hingga 3,5 jam. Silika tersebut dipanaskan selama 12 jam pada suhu 120ↄC dalam oven. Silika yang telah kering dicuci dengan aquades hingga air tidak keruh dan dipanaskan kembali pada suhu 120ↄC selama 3 jam untuk menghilangkan sisa air. Silika yang terbentuk memiliki warna putih.

Proses ekstraksi abu sekam dengan larutan NaOH terjadi proses ekstraksi dengan persamaan reaksi seperti berikut:

SiO2(ash) + NaOH(aq) → Na2SiO3(aq)+ H2O(l)

Silika yang dihasilkan sebanyak 16,29 g dari 20,59 g abu sekam padi, sehingga diperoleh rendemen sebesar 79,11 %.

Pembuatan Silika Amorf dan Kristalin 1.Pembuatan Silika Amorf

Pembuatan silika amorf dilakukan pertama-pertama dicampurkan 15 mL natrium aluminat dan 15 mL natrium silikat kemudian diaduk hingga homogen agar terjadi polimerisasi kondensasi antara silikat dan aluminat. Hal ini dilakukan karena menurut Wonorahardjo (2000: 4) menyatakan bahwa salah satu cara membuat silika adalah dari reaksi hidrolisis silikon alkoksida dilanjutkan polimerisasi kondensasi yang menghasilkan gel yang rigid berpori pada tahap akhir. Campuran ini disimpan selama 24 jam pada suhu kamar disertai pengadukan dan dipanaskan dengan pengadukan pada ± 100ↄC selama 6 hari. Hasil campuran disaring dan dicuci dengan aquades sampai pH netral dan dikeringkan pada suhu 100ↄC selama 2 jam. Proses pemanasan hidrotermal pada temperatur 100ↄC selama 6 hari menghasilkan gel putih. Gel putih disentrifugasi selama 30 menit kecepatan 3000 rpm. Proses selanjutnya, gel tersebut dikalsinasi pada suhu 550ↄC dan diperoleh padatan berwarna abu-abu. Padatan tersebut dilakukan karakterisasi selanjutnya.

2.Pembuatan Silika Kristalin

Pembuatan silika kristalin dilakukan pertama-pertama dengan membuat larutan surfaktan n-CTMABr (konsentrasi 0,5 M), diambil 15 mL dan dicampur dengan 15 mL natrium aluminat kemudian diaduk hingga homogen. Jika proses Penambahan molekul organik n-CTMABr sebagai ammonium kuartener berfungsi sebagai template. Proses penambahan larutan surfaktan tersebut adalah untuk mengarahkan pembentukan pori. Campuran ini disimpan selama 24 jam pada suhu kamar disertai pengadukan dan dipanaskan dengan pengadukan pada ± 100ↄC selama 6 hari. Hasil campuran disaring dan dicuci dengan aquades sampai pH netral dan dikeringkan pada suhu 100ↄC selama 2 jam. Proses pemanasan hidrotermal pada temperatur 100ↄC selama 6 hari menghasilkan gel putih. Gel putih disentrifugasi selama 30 menit kecepatan 3000 rpm. Proses selanjutnya, gel tersebut dikalsinasi pada suhu 550ↄC untuk mendekomposisi surfaktan yang tertinggal pada pori material setelah proses hidrotermal dan diperoleh padatan berwarna hitam. Padatan tersebut dilakukan karakterisasi selanjutnya.

Karakterisasi terhadap Silika dan Alumina 1.Identifikasi Gugus Fungsi

(5)

Hasil Uji FT-IR Silika

Hasil penelitian uji FT-IR sebelum adsorpsi terdapat pita melebar pada bilangan gelombang 3458,37 cm-1-3234,62 cm-1 yang berasal dari OH pada gugus silanol (Si-OH). Namun setelah adsorpsi terdapat pergeseran bilangan gelombang di daerah 3522,02 cm-1-2841,15 cm-1 dengan pita yang makin melebar. Pita serapan yang kuat juga terdapat di daerah 1105,21 cm-1 merupakan pita serapan vibrasi ulur asimetri Si-O pada gugus siloksan (Si-O-Si). Pada bilangan gelombang 958,62 cm-1 terdapat pita serapan yang merupakan pita serapan vibrasi ulur dari gugus Si-O pada silanol (Si-OH), sedangkan pita serapan yang terdapat pada bilangan gelombang 802,39 cm-1 merupakan vibrasi ulur simetri Si-O dari Si-Si-O-Si.

Hasil Uji FT-IR Alumina

Hasil penelitian uji FT-IR sebelum adsorpsi terdapat pita melebar pada bilangan gelombang 3547,09 cm-1 - 3469, 94 cm-1 yang berasal dari OH pada gugus Al-OH dan pita tersebut makin melebar setelah adsorpsi di daerah 3614, 60 cm-1 – 3367,71 cm-1. Padabilangan gelombang 1020, 34 cm-1 merupakan vibrasi ulur asimetri Al-O. Vibrasi tekuk gugus OH dari gugus Al-OH ditunjukkan pada bilangan gelombang 1631, 78 cm-1.

Hasil Uji FT-IR Silika:Alumina

Hasil penelitian uji FT-IR sebelum adsorpsi terdapat pita melebar di daerah 3547,09-3392,79 cm-1 yang berasal dari OH pada gugus Si-OH/Al-OH dan pita serapan tersebut mengalami pergeseran bilangan gelombang setelah adsorpsi pada bilangan gelombang 3179, 98 cm-1 -3132,40 cm-1. Vibrasi ulur asimetri Si-O/Al-O pada bilangan gelombang 1103, 28 cm-1. Terdapat pita serapan pada bilangan gelombang 1629, 85 cm-1 yang merupakan vibrasi tekuk gugus OH dari Al-OH/ Si-OH.

Hasil Uji FT-IR Silika Amorf

Hasil penelitian uji FT-IR sebelum adsorpsi terdapat pita melebar di daerah 3167,12 cm-1 – 2839,22 cm-1 yang berasal dari OH pada gugus silanol (Si-OH) dan setelah adsorpsi pita makin melebar di daerah 2980,02 cm-1 – 2274,07 cm-1. Terdapat pita yang melebar di daerah 972,12 cm-1 -952,84 cm-1 merupakan vibrasi ulur asimetri Si-O dari Si-O-Si dan setelah adsorpsi makin melebar pada bilangan gelombang 995,27 cm-1 . Vibrasi tekuk gugus OH pada silanol (Si-OH) pada bilangan gelombang 1629, 85 cm-1.

Hasil Uji FT-IR Silika Kristalin

Hasil penelitian uji FT-IR sebelum adsorpsi terdapat pita melebar pada bilangan gelombang 3381,2 cm-1 menunjukkan OH pada gugus silanol (Si-OH) dan mengalami pergeseran bilangan gelombang yang ditunjukkan pada bilangan gelombang 3300 cm-1 setelah adsorpsi. Vibrasi ulur asimetri O dari gugus Si-O-Si di daerah 1168,86-1082,07 cm-1. Terdapat pita serapan pada bilangan gelombang 1612, 49 cm-1 ditunjukkan adanya vibrasi tekuk Si-OH setelah proses adsorpsi. Pita melebar di daerah 2991,59-2872,01 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang khas untuk C-H dari surfaktan molekul n-CTMABr pada permukaan adsorben.

2. Hasil Uji XRD Pada Silika Amorf dan Silika Kristalin

Silika amorf dan siika kristalin hasil sintesis dilakukan uji XRD untuk mengetahui tingkat kristalinitas yang dihasilkan. Bentuk kristalin dapat terlihat apabila dalam grafik menunjukkan puncak yang lancip, sedangkan bentuk amorf

(6)

dapat terjadi apabila tidak terbentuk puncak yang lancip. Silika amorf terbentuk puncak yang melebar pada range 2θ = 27-28 dan silika kristalin terbentuk puncak yang tajam pada range 2θ = 24. Ketajaman puncak disebabkan oleh penataan struktur silika kristalin oleh n-CTMABr.

Adsorpsi terhadap Ion Logam Cd dan Pb dalam Campuran

Pada penelitian ini digunakan (silika, alumina, silka:alumina, silika amorf tanpa n-CTMABr dan silika kristalin dengan n-CTMABr) sebagai adsorben, sedangkan di dalam adsorbat terdapat ion Cd2+, Pb2+, H2O, dan NO3-. Hasil analisis konsentrasi adsorbat sisa untuk sampel silika:alumina dengan menggunakan AAS

memiliki persen teradsorpsi paling tinggi terhadap ion logam Pb2+ daripada adsorben lain, sedangkan yang paling rendah yaitu sampel silika kristalin (n-CTMABr). Hal ini

disebabkan massa relatif logam yang besar akan lebih mudah teradsorpsi daripada massa relatif logam yang kecil. Massa relatif logam Cdsebesar 112, 40 g/mol dan logam Pb memiliki massa relatif sebesar 207,19 g/mol. Pada proses adsorpsi dimana permukaan adsorben telah ditutup oleh ion logam Pb2+ yang memiliki massa lebih besar sehingga ion logam Cd2+ sudah tidak mampu menempati permukaan adsorben. Massa molekul

berbanding lurus dengan jumlah elektron. Bertambahnya jumlah elektron menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron semakin lemah, awan elektron semakin lunak sehingga makin mudah dipolarisasi dan menyebabkan kebolehpolaran makin tinggi. Jika kebolehpolaran tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan interaksi dipol-dipol dengan adsorben lebih mudah dibandingkan dengan kebolehpolarannya rendah.

Ion Pb2+, Cd2+ dan NO3- ketika berada di dalam larutan adsorbat dikelilingi oleh molekul air. Adanya ion-ion molekul yang mendekati permukaan adsorben mengakibatkan terjadinya interaksi antara gugus aktif adsorben dengan adsorbat. Kemungkinan interaksi yang dapat terjadi antara adsorben dengan adsorbat adalah interaksi dipol-dipol sehingga terjadi penempelan adsorbat pada permukaan adsorben. Komponen-komponen adsorbat tersebut akan berkompetisi untuk dapat menempati pori-pori adsorben dan berikatan dengan situs aktif pada permukaan adsorben. Adanya kompetisi akan menentukan proses adsorpsi –desorpsi karena kation dan anion yang berada dalam sistem akan saling bergantian mengisi rongga-rongga permukaan adsorben. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Maulana (2009) menggunakan adsorben arang sekam padi dengan metode batch menyimpulkan bahwa turunnya persentase teradsorpsi dari ion Cd2+ disebabkan karena adanya persaingan antara adsorbat yang ada di dalam sistem yaitu ion Cd2+, Cr3+ dan NO3- dan semua ion tersebut dalam larutan berada dalam bentuk hidrat, sehingga jari-jari ion hidrasi akan mempengaruhi proses adsorpsi. Jari-jari ion Cd2+ adalah 97 pm, sedangkan jari-jari ion Pb2+ 175 pm (Volkov et al, 1997). Kation yang memiliki jari-jari ion kecil, maka jari-jari ion hidrasinya besar. Hal ini disebabkan karena makin kecil ukuran suatu ion maka ion tersebut akan makin mudah untuk menangkap molekul air (Conway, 1981). Ion Pb2+ memiliki jari-jari ion yang lebih besar dibandingkan dengan ion Cd2+. Makin besar jari-jari ion, maka makin kecil gaya elektrostatiknya sehingga makin lemah kemampuan ion Pb2+ menarik molekul air di sekitarnya (Walidani, 2012). Lemahnya kemampuan Pb2+ dalam menarik molekul air, maka jari-jari hidrasinya yang dimiliki menjadi lebih kecil dan pergerakan ion Pb2+ dalam air makin cepat, sehingga lebih mudah untuk berinteraksi dengan permukaan adsorben (Hamdiani, 2012). Namun, jari-jari ion tersebut akan berpengaruh terhadap diameter pori yang dimiliki oleh adsorben.

(7)

Daya adsorpsi terhadap adsorben silika:alumina memiliki persentase tertinggi. Hal ini disebabkan dari silika:alumina yang memiliki diameter pori sekitar 22Å dan 10 Å (Nuryono, 2010). Pada adsorben alumina (Al2O3) memiliki persen teradsorpsi terbesar kedua. Diameter pori yang dimiliki alumina sekitar 10 Å (Nazarudin, 2012). Pada adsorben silika amorf tanpa n-CTMABr memiliki persen teradsorpsi terbesar ketiga dan memiliki diameter pori sekitar 20,87Å (Warsito, dkk., Tanpa tahun). Pada adsorben silika (SiO2) memiliki persen teradsorpsi terbesar keempat. Diameter pori silika sekitar 22 Å (Nuryono, 2010). Pada adsorben silika kristalin dengan n-CTMABr memiliki persen teradsorpsi paling rendah dibandingkan adsorben lain. Hal ini disebabkan dari diameter pori silika kristalin dengan n-CTMABr sekitar 27,61 Å (Warsito, dkk, Tanpa tahun). Ukuran diameter pori yang besar menyebabkan luas bidang permukaan kecil sehingga pori-pori makin sedikit dan kemampuan adsorpsi terhadap adsorben ini berkurang. Hal ini yang menyebabkan kemampuan adsorbat untuk menempel pada pori-pori adsorben makin berkurang.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa preparasi silika dibuat dengan menggunakan metode ekstraksi basa. Preparasi silika kristalin dibuat dari campuran antara natrium silikat dan natrium aluminat dengan penambahan

surfaktan kationik (n-CTMABr). Preparasi silika amorf dibuat dari campuran antara natrium silikat dan natrium aluminat .Kemampuan Silika:Alumina> Alumina > Silika amorf tanpa CTMABr> Silika> Silika kristalin dengan n-CTMABr untuk menurunkan kadar ion logam Cd2+danPb2+ sebagai co-ion dalam campuran. Adanya ion pengganggu Pb2+ berpengaruh terhadap daya serap ion logam Cd2+ terhadap adsorben-adsorben yang berupa silika, alumina,

silika:alumina, silika amorf tanpa CTMABr dan siika kristalin dengan n-CTMABr.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu perlu adanya penelitian penggunaan siika kristalin untuk memisahkan ion logam berat dengan melihat uji XRF sebelum dan setelah adsorpsi agar

mengetahui adsorpsi kimia atau fisika yang terjadi.Perlu adanya penelitian dengan membandingkan adsorben silika komersial dengan silika hasil sintesis terhadap daya serap ion logam berat.

DAFTAR RUJUKAN

Conway. 1981. Ionic Hidration and in Chemistry and Biophysics, (online). Eistiwijaya, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi terhadap Adsorpsi Ion Cu2+ dan Cd2+

oleh Arang Komersial dan Arang Sekam Padi Sebagai Adsorben dengan Metode Batch. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.

Hamdiani, S. 2010. Termodinamika Adsorpsi Multi Logam Cu, Ni dan Au-Cu-Ni Pada Hibrida Merkapto-Silika. Artikel diseminarkan pada Seminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia (SNHKI), Makassar, 2 Agustus 2010. (Online), (http://www.kimiawan.org), diakses 28 Juli 2013.

(8)

Holmberg, B.A., H, Wang. & Y. Yan. 2004. High Silica Zeolite Y Nanocrystal by Dealumination and Direct Synthesis. Microporous and Mesoporous,74. Houston, D.F. 1971. Rice, Chemistry and Technology. Vol IV. American

Association of Cereal Chemist Inc, St Paul, Minnecot, pp 245.

Kristiyani, D., Susatyo, B.E., & Prasetya, T.A. 2012. Pemanfaatan Zeolit Abu Sekam Padi untuk Menurunkan Kadar Ion Pb2+ Pada Air Sumur. Indo. J. Chen. Sci. L (1).

Maulana, A. 2009. Pengaruh Ion Na+ dan Cr3+ terhadap Adsorpsi Ion Cd2+ oleh Arang Sekam Padi dengan Metode Batch. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.

Nazarudin. 2012. Zeolit. (Online),( http://bangnzn.blog.co.uk/2012/08/14/zeolit-bahasa-indonesia-14508311/), diakses 15 Juli 2013.

Nofa, S.R. 2012. Ekstraksi Silika dari Sekam dan Jerami Padi sebagai Penyerap Ion Logam Cd(II). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.

Nuryono, 2004, Effect of NaOH Concentration On Destruction of rice Husk Ash With Wet Technique, Proceeding Seminar Nasional Hasil Penelitian MIPA 2004, FMIPA Undip, Semarang.

Nuryono, 2010. Peranan Kimia dalam Pengembangan Teknologi Material Berbasis

Silika. Makalah yang disajikan pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

Ilmu Kimia, Yogyakarta, 13 Juli 2010. (Online), (http://mgb.ugm.ac.id), diakses 15 Juli 2013.

Saputri,C.A. 2010. Pengaruh Waktu Kontak dan Konsentrasi Pb2+ sebagai Co-Ion terhadap Adsorpsi Cd2+ dari Larutan Cd(NO3)2 oleh Serbuk Nata de Coco

dengan Metode Batch. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.

Thuadaij, N. & Nuntiya, A. 2007. Preparation of Nanosilica Powder from Rice Husk Ash by Precipitation Method. Spesial Issue on Nanotechnology, 35(1).

Volkov, A.G., Paula, and Deamer. 1997. Two Mechanisme of Permeation of Small Neutral Molecules and Hydrated Ions Across Phospholipid Bilayers, Bioelectrochem, (online),(www.electrobionics.orgionic.radii.pdf), diakses 29 Juli 2013.

Walidani, K. 2012. Pengaruh Kombinasi Proses Termal dan Agitasi Mekanik Terhadap Presipitasi serta Morfologi Partikel CaCO3 dalam Air Sadah.

Skripsi diterbitkan. DEPOK : Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Warsito, S., Sriatun, W.S. M.Si. & Taslimah, Dra, M.Si. Tanpa Tahun. Pengaruh

Penambahan Surfaktan Cetyltrimethylammonium bromide (n-CTMABr) Pada Sintesis Zeolit-Y, (online).

Widomulyo, N. 2007. Studi Adsorpsi Ion NO3- Dari Cd(NO3)2 oleh Adsorben

Sekam Padi dan Arangnya serta Arang Komersial dengan Variasi Konsentrasi Ion SO42- dari CdSO4 sebagai Ion Penganggu . Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.

Wonorahardjo,S., Ball, G.,Hokk,J. dan moran, G. 2000. H NMR Relaxation monitoring of gelation in tetramethoxysilane Sol Gel. Journal Of Non Crystalline Solids, 127: 137-146.

Referensi

Dokumen terkait

Budaya sar adalah budaya yang dimiliki suku Kanum, yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi permasalahan lingkungan.. Budaya ini dikaji menggunakan ilmu

[r]

Tabel 5. Maka dilakukan  penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji chi-square. Peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelompok tingkat stres ringan dengan kelompok

Maka dari itu penciptaan karya tas kulit untuk anak usia dini dengan ornamen yang terinspirsi badak Jawa ini akan dibuat dengan bentuk-bentuk yang menarik, lucu dan, serta

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh terapi akupresur terhadap frekuensi enuresis pada anak usia pra sekolah di TK ANNA Husada Bangkalan, dapat

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan berkah dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN TUGAS

Aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal secara umum dibagi atas dua jenis yaitu aspal alam dan aspal minyak 3buatan4. Aspal memiliki si%at 5iskoelastis yaitu

Garis isocost ( isocost line ) mencerminkan semua kombinasi dari 2 input yang dapat dibeli dengan total biaya yang sama. Misalkan perusahaan hanya menggunakan tenaga kerja dan