MAKALAH KEGAWATDARURATAN PADA MAKALAH KEGAWATDARURATAN PADA
PENDERITA HIPOGLIKEMIA PENDERITA HIPOGLIKEMIA
Disusun Oleh: Disusun Oleh:
1.
1. Eka Eka Septiarini Septiarini 7. 7. Inayah Inayah Sukmawati.ASukmawati.A 2.
2. Eka Eka Setya. Setya. W W 8. 8. Isna Isna Ratri. Ratri. RR 3.
3. Fisnosia Fisnosia Rahmawati Rahmawati 9. Irma 9. Irma RefianaRefiana 4.
4. Gitta Gitta Klodi Klodi .S .S 10. 10. Khoerowati.U.Q.HKhoerowati.U.Q.H 5.
5. Heri Heri Novianto Novianto 11. 11. Kiki Kiki WidiantoWidianto 6.
6. Heviana Heviana Ittaka Ittaka 12. 12. Lutfi Lutfi KurniatiKurniati
KELAS III B KELAS III B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2013 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Kegawatdaruratan Pada Penderita Hipoglikemia” kami dapat menyelesaikan tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat I Program Studi Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Dalam penyusunan dan penyelesaian asuhan keperawatan pada gerontik ini, penulis mendapatkan bantuan dari beberapa pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan serta semangat kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat kesehatan, kesempatan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan makalah ini
2. Sugiyanto, S.Pd.M.App.Sc. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
3. Ns. Munjiati, S.Kep.M.H selaku ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
4. Ns. Wahyudi, S.kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis
5. Dosen dan staff karyawan Program Studi Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang telah memberikan kenyamanan menuntut ilmu bagi penulis
6. Ibu, bapak dan keluarga yang senantiasa menyayangi dan menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
7. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa ikut memberikan semangat bagi penulis untuk mendapatkan cita-cita kita
Penulis menyadari dalam penyusunan Makalah Kegawatdaruratan Pada Penderita Hipoglikemia ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sebuah kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki Makalah Kegawatdaruratan Pada Penderita Hipoglikemia ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin. Terima kasih.
Purwokerto 19 Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran dinegara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar mengakibatkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Berdasarkan pola pertambahan penduduk sat ini diperkirakan jumlah penderita DM di dunia tahun 2010 sebanyak 306 juta jiwa, di negara-negara ASEAN 19,4 juta dalam tahun 2010 dan di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030 dapat mencapai 21,3 juta jiwa (diabetes care 2004). Indonesia menempati urutan keempat dalam jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika serikat (Depkes 2001).
Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe I ( DMT I ) dan diabetes tipe II ( DMT II ) merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau mendekati normal. Tidak ada definisi kendali glukosa darah yang baik dan lengkap tanpa menyebutkan bebas dari hipoglikemia. Dokter dan tenaga kesehatan lain haru memahami benar tentang hal ini dan pasien diabetes dan keluarganya harus diberi informasi tentang masalah hipoglikemia. Resiko hipoglikemia timbul akibat ketidak sempurnaan terapi saat ini, dimana kadar insulin diantara dua makan dan pada malam hari meningkat secara tidak proporsional dan kemampuan fisiologis tubuh gagal melindungi batas penurunan glukosa
darah yang aman.
Faktor paling utama yang menyebabkan hipoglikemia sangat penting dalam pengelolaan diabetes adalah ketergantungan jaringan syaraf pada asupan glukosa yang berkelanjutan. Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme paling utama untuk otak. Oleh
karena otak hanya menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit, fungsi otak yang normal sangat tergantung asupan glukosa dalam sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa yang berlangsung dari beberapa menit dapat menimbulkan disfungsi sistem
Dalam keadaan puasa dan makan, istirahat dan aktivitas jasmani, masuknya glukosa ke sirkulasi serta ambilan dari sirkulasi sangat bervariasi untuk memepertahankan kadar glukosa plasma dalam rentang batas yang sempit terdapat meknisme yang sangat peka dan terelaborasi. Kadar glukosa plassma yang tinggi mengganggu keseimbangan air di jaringan, menimbulkan glukosuria dan meningkatkan glikosilasi jaringan, sebaliknya kadar yang terlalu rendah menyebabkan disfungsi otak, koma, dan kematian. Pada individu normal yang sehat, hipoglikemia yang sampai menimbulkan gangguan kognitif yang bermakna tidak terjadi karena mekanisme homeostatis glukosa endogen berfungsi dengan efektif.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis menyusun makalah ini guna memberikan pengetahuan mengenai persoalan hipoglikemia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah itu hipoglikemia?
2. Apa saja etiologi/penyebab hipoglikemia? 3. Bagaimanakah klasifikasi hipoglikemia? 4. Apa saja faktor predisposisi hipoglikemia? 5. Apa saja manifestasi klinis hipoglikemia? 6. Bagaimanakah pathofisiologi hipoglikemia? 7. Bagaimana pathway hipoglikemia?
8. Apa saja komplikasi hipoglikemia?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostik hipoglikemia? 10. Bagaimanakah pencegahan hipoglikemia? 11. Bagaimanakah penatalaksanaan hipoglikemia?
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Menggambarkan teori tentang hipoglikemia dan konsep asuhan keperawatan pada penderita hipoglikemia.
2. TUJUAN KHUSUS
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Mengidentifikasi proses terjadinya hipoglikemia.
b. Mengetahui pengertian, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pathofisiologi, pathway, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, pencegahan, dan penatalaksanaan pada hipoglikemia.
c. Mengidentifikasi pengkajian, diagnosa, intervensi, dan penatalaksanaan pada penderita hipoglikemia.
d. Mengimplementasikan intervensi pada penderita hipoglikemia.
D. MANFAAT
1. Bagi Penyusun
Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
2. Bagi Pembaca
Sebagai sarana pembelajaran dan menambah wawasan khususnya tentang teori hipoglikemia dan bagaimana asuhan keperawatan pada penderita hipoglikemia. 3. Bagi Institusi Pendidik Prodi Keperawatan Purwokerto
Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hipoglikemia adalah sindroma klinis(1) terdiri dari kompleks gejala yang disertai oleh kadar glukoma(2) plasma kurang dari 50 mg/dl dan disembuhkan oleh terapi yang meninggikan kadar glukosa plasma. Sifat dan beratnya gejala tergantung dari kadar glikemik (3) sebelumnya, kecepatan penurunan glukosa, dan adanya neuropati atau obat-obatan yang melumpuhkan saraf simpatik. Gejala awal biasanya berkeringat, tremor, rasa cemas, palpitasi(4), dan takikardia(5), semuanya diperantarai oleh system saraf simpatik. Dengan turunya glukosa lebih jauh (yang lebih mungkin terjadi jika gangguan saraf menyembunyikan gejala awal), dapat terjadi konfusi(6), nyeri kepala, perubahan kepribadian, stupor (7), koma, atau kejang. ( Michael L Callaham, M.D, 1997)
Hipoglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang bersirkulasi < 2 mmol/L (Hitz dan Watson 1996 dalam Philip Jevon dan Beverly Ewens 2007)
B. Etiologi
Etiologi hipoglikemia secara garis besar dibagi atas 3 yaitu:
1. Oleh karena aktivasi hormon insulin yang meninggi atau menurunnya hormon-hormon diabetagenik (8), diantaranya:
a. Hipoglikemia yang disebabkan oleh kelebihan insulin. Sebab yang paling sering adalah overdosis dari insulin yang diberikan.
b. Hipoglikemia yang disebabkan oleh karena overdosis dari antidiabetik (9) oral seperti sulfonilurea(10) yang diklasifikasikan sebagai insulin endogenus(11) hipoglikemia.
c. Terjadi produksi insulin berlebih misalnya pada tumor pankreas sehingga terjadi insulinomas(12).
d. Antibody
–
mediated (autoimun) hipoglikemia yang disebabkan oleh endogenus antibody yang mengaktifkan insulin reseptor (13).e. Hipoglikemia yang disebabkan oleh berbagai bahan obat yang menyebabkan meningginya kadar insulin antara lain obat oral hipoglikemia.
f. Hipoglikemia yang disebabkan oleh menurunnya hormon diabetogenik seperti kortikosteroid(14).
2. Disebabkan oleh karena produksi glukosa yang menurun, hal ini terjadi karena: a. Kerusakan pada hati
b. Kerusakan pada ginjal c. Berbagai obat
d. Sepsis(15)
e. Kongenital enzim defisiensi(16)
3. Hipoglikemia yang disebabkan karena puasa sehingga terjadi rendahnya alanin(17) sebagai glukoneogenik precusor (18).
C. Klasifikasi
Menurut prof. Dr. H. Tabrani Rab, 1968, hipoglikemi secara garis besarnya dapat dibagi menjadi 3:
1. Oleh karena aktivasi hormone insulin yang meninggi atau menurunnya hormon-hormon diabetogenik.
a. Hipoglikemi yang disebabkan oleh kelebihan insulin. Sebab yang paling sering adalah overdosis dari insulin yang diberikan.
b. Hipoglikemi yang disebabkan oleh karena overdosis dari antidiabetik oral seperti sulfonylurea yang diklasifikasikan sebagai insulin endogenus hipoglikemi.
c. Insulinomas yang disebabkan oleh karena fasting hipoglikemi(19) dan terjadinya produksi insulin yang berlebih misalnya pada tumor pancreas.
d. Nesidioblastosis(20) yang disebabkan oleh karena adenomatosis(21) dari sel-sel beta yang menyebabkan terjadinya insulin-mediated hipoglikemia.
e. Antibody-mediated ( autoimun) hipoglikemi yang disebabkan oleh karena endogenus antibody yang mengaktifkan insulin reseptor.
f. Hipoglikemi yang disebabkan oleh berbagai bahan yang menyebabkan meningginya kadar insulin antara lain obat oral hipoglikemi. Yang termasuk dalam kelompok ini termasuk obat yang meninggikan sirkulasi insulin (kloroquin), obat yang menghambat glukogenesis (etanol) dan berbagai zat yang tidak diketahui mekanismenya, kedalam kelompok ini termasuk warfarin(22) dan kapoten(23).
g. Hipoglikemi yang disebabkan oleh menurunnya hormon diabetogenik seperti kortikosteroid.
2. Disebabkan oleh karena produksi glukosa yang menurun.
Hal ini disebabkan oleh karena produksi gula yang menurun. Kerusakan dapat terjadi: a. Pada liver
b. Pada ginjal c. Berbagai obat d. Sepsis
e. Kongenital enzim defisiensi
3. Hipoglikemi yang disebabkan oleh karena puasa.
Hipoglikemi yang disebabkan oleh karena puasa terutama terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh karena kegagalan substrat glukoneogenik (24). Tiap mal nutrisi yang berat menyebabkan terjadinya hipoglikemi yang disebabkan oleh karena rendahnya alanin sebagai glukoneogenik precursor. Selain itu dapat pula disebabkan oleh penyakit yang menyertai kegagalan ginjal dan hati yang dapat dikoreksi dengan pemberian alanin.
D. Faktor Predisposisi
Menurut Manjoer Arif 2001 , Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemi pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonilurea.
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien. - Pengurangan/keterlambatan makan. - Kesalahan dosis akut.
- Perubahan tempat suntikan insulin. - Penurunan kebutuhan insulin.
Penyembuhan dari penyakit. Nefropati diabetik (25)
Hipotiroidism(26). Penyakit addison(27). Hipopiturtarisme(28).
- Hari-hari pertama persalinan. - Penyakit hati berat.
2. Faktor- faktor yang berkaitan dengan dokter. - Pengendalian glukosa darah yang ketat.
- Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipoglikemik. - Penggantian jenis insulin.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer Arif 2001, Gejala-gejala hipoglikemi terdiri dari dua f ase, yaitu : 1. Fase I : gejala-gejala akibat aktivitas pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon
epinefrin dilepaskan gajala awal ini merupakan peringatam karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemi lanjut. Gejala tersebut: terjadi palpitasi, lemah dan cemas.
2. Fase II : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak karena itu dinamakan gejala neurologis, diantaranya: sakit kepala, konfusi, bicara kabur, perubahan persepsi, perburukan kognitif, letargi, dan kejang koma.
F. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit(30), namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
G. Pathway
Aktivasi hormone insulin yang meninggi, kerusakan hati dan ginjal, Overdosis antidiabetik
Produksi glukosa menurun <60 mg/dl
Penurunan nutrisi jaringan otak
Respon sistem saraf pusat
Respon otak Respon vegetative
Koreteks serebri kurang energy (<50 mg/dl) Pelepasan norepinefrin dan adrenalin
Sulit berkonsentrasi/berpikir, gemetar, Takikardi, pucat, gemetar, berkeringat kepala terasa melayang, gangguan proses pikir
Tidak sadar, stupor, kejang, koma
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial(31) oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali negatif terhadap glukosa.
I. Penatalaksanaan 1. Glukosa oral
Sesudah diagnosa hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darh kapiler, 10-20 glukosa otral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly, atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gr karbohidrat kompleks.
2. Glukagon intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan oleh dokter dan perawat yang terlatih dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Bila pasien sudah sadar, pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 mg dan dilanjutkan dengan pemberian 40 mg karbohidrat dalam bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan. Pada kasus hipoglikemi yang diinduksi alkohol, pemberian glukagon mungkin tidak efektif.
3. Glukosa intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan hati-hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 50% terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa 20% atau 150-200 ml glukosa 10% dianggap lebih aman. Ekstravasasi glukosa 50% dapat
menimbulkan nekrosis yang memerlukan amputasi.
J. Komplikasi
Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (penurunan kadar gula darah sangat rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh pada jadwal makanan (diit) yang telah ditetapkan, sedangkan penderita
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes merupakan penyakit berjangka panjang maka di abaikan komplikasi DM dapat menyerang seluruh anggota tubuh yang diakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes. Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (penurunan kadar gula darah sangat rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh pada jadwal makanan (diit) yang telah ditetapkan, sedangkan penderita tetap minum obat antidiabetika atau mendapatkan injeksi insulin. Gejala-gejala terjadinya hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala, keringat dingin dan bahkan sampai kejang-kejang.
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukosa, antara lain : inborn erors of
metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin. Cara menjaga kadar gula darah tetap terkontrol antara lain yaitu dengan diit yang tepat, olahraga teratur, dan konsumsi obat jika diperlukan. Modalitas utama dalam pengaturan diabetes melitus terdiri dari terapi farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pola makan yang dikenal sebagai gizi medis.
B. SARAN
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang pengertian, frekuensi penderita, etiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pengobatan atau penatalaksanaan dari hipoglikemia.