• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA

SUITABILITY OF THORACIC CT SCAN IMAGE WITH PLEURAL FLUID CYTOLOGY IN PLEURAL EFFUSIONS ASSESSING MALIGNITAS

Jastia1, Nurlaily Idris1, Mirna Muis 1, Nikmatia Latief 1 Nur Ahmad Tabri2 , R Satriono3

1

Bagian Radiology Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 2

Bagian Pulmonology Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 3

Bagian Biomedik dan Statistik Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Koresponden : Jastia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 085242678360 Email : jastiasubair@gmail.com

(2)

2

Abstrak

CT scan sebagai alat diagnostik dapat digunakan untuk mendeteksi efusi pleura dan mendiagnosis keadaan patologik yang ditemukan dengan menilai karakteristik efusi pleura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara gambaran CT scan toraks dengan sitologi cairan pleura dalam menilai malignitas efusi pleura. Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar selama bulan Mei 2014 sampai Agustus 2014. Metode penelitian bersifat cross sectional. Total sampel sebanyak 38 orang berumur antara 10 – 79 tahun. Pemeriksaan CT scan toraks dilakukan untuk menilai karakteristik maligna dan non maligna pasien efusi pleura berdasarkan CT scan. Hasil CT scan kemudian dihubungkan dengan hasil sitologi cairan pleura. Data kemudian diolah menggunakan statistik uji koefisien kontingensi dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara densitas efusi pleura dan karakteristik maligna secara umum berdasarkan CT scan toraks dengan sitologi cairan pleura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura dan keterlibatan pleura mediastinum dengan sitologi cairan pleura. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin eksudat densitas efusi pleura dan bila terdapat salah satu atau lebih karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks ditemukan maka semakin tinggi kemungkinan ditemukan sel maligna pada sitologi.

Kata kunci : Efusi pleura, efusi pleura maligna, CT scan toraks, sitologi cairan pleura

Abstract

CT scans can be used as a diagnostic tool for detecting and diagnosing pleural effusion pathological circumstances by assessing the characteristics of pleural effusion. This research aims to determine the suitability between thoracic CT scans image with pleural fluid cytology in assessing malignity of pleural effusion . This research was carried out at the Radiology unit of. Dr. Wahidin Sudirohusodo , Makassar from May to August 2014, using cross -sectional method . The total sample of 38 people aged between 10-79 years. Thoracic CT scan performed to assess the characteristics of malignant and non- malignant pleural effusion patients based on CT scans . CT scan was futher connected with the pleural fluid cytology results . The data were processed using the contingency coefficient test statistics and Spearman correlation test . The research results indicate that there is significant relationship between the density of pleural effusion and characteristics of malignant based on a CT scan of the thorax with pleural fluid cytology, generally. There was no significant relation between nodular pleural thickening , parietal pleural thickening > 1 cm , rind on pleural and mediastinal pleural involvement with pleural fluid cytology. The conclusion of this study is the density exudate pleural effusion and if there is one or more characteristics of malignant by CT scan of the thorax was found , the higher the possibility of malignant cells are found in cytology .

(3)

3 PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan dalam kavum pleura yang timbul karena berbagai mekanisme dan mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Penyebab tersering adalah kegagalan jantung, pneumonia dan keganasan (Karkhanis, 2012).

Efusi pleura maligna (EPM) merupakan masalah kesehatan yang kompleks bagi para klinisi. Median survival yang pendek (4 bulan), tingkat kekambuhan yang tinggi dan sangat cepat terjadi merupakan masalah lain yang semakin mempersulit manajemen efusi pleura maligna (Ngurah-Rai, 2009 ; Antony, 2006).

Efusi pleura maligna (EPM) kebanyakan timbul akibat metastatis karsinoma di luar pleura, tetapi dapat juga berkembang dari keganasan pleura primer seperti mesotelioma, EPM merupakan komplikasi penting pada pasien dengan keganasan intratorakal dan ekstratorakal, dengan insidens lebih dari 150.000 kasus per tahun di Amerika Serikat. Efusi pleura maligna adalah salah satu penyebab efusi pleura eksudat. Antara 42%- 77% efusi pleura exudatif adalah sekunder dari keganasan (Ngurah-Rai, 2009 ; Antony, 2006 ; Buckley, 2012).

Diagnosis efusi pleura maligna dibuat berdasarkan pada temuan klinis, pemeriksaan radiologis, serta pemeriksaan cairan pleura, baik analisis maupun sitologi. Masalah utama pada penegakan diagnosis EPM tersebut adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai penentuan etiologi dan tumor primer apakah yang mendasari kondisi ini (Ngurah-Rai, 2009).

CT scan efusi pleura sebaikya dilakukan dengan menggunakan kontras sebelum dilakukan drainase komplit dari efusi pleura. karena pada kondisi ini, kelainan pleura akan tervisualisasi dengan baik. CT scan toraks dengan kontras dapat membantu membedakan antara efusi akibat penyakit keganasan atau jinak. CT scan seharusnya dapat menunjukkan investigasi terhadap semua efusi pleura eksudatif yang belum terdiagnosis dan dapat digunakan untuk membedakan penebalan pleura maligna atau benigna (Ngurah-Rai, 2009 ; Antony, 2006).

Penelitian oleh Leung dkk terhadap 74 pasien dengan efusi pleura, ditemukan 39 pasien dengan penyakit keganasan dan kebanyakan mempelihatkan gambaran berupa penebalan pleura noduler dengan spesifitas dan sensitifitas (94%/ 51%), penebalan pleura mediastinal (94%/ 36%) , penebalan pleura parietal > 1 cm (88%/ 56%), dan penebalan pleura sikumferensial (100%/ 100%). Akurasi kriteria dari Leung dkk untuk mendeteksi pleura maligna telah dikomfirmasi dengan beberapa penelitian prospektif lainnya (Hooper, 2010 ; Leung, 1990).

(4)

4 Penelitian yang dilakukan oleh Traill dkk pada tahun 2001 di Oxford (UK) menggunakan CT scan toraks dengan kontras dihubungkan dengan analisis histopatologi dan sitologi pada pasien dengan suspek efusi pleura maligna terhadap 40 pasien. Ditemukan sensitifitas dan spesifisitas CT scan toraks adalah 84% dan 100% (Traill, 2001).

Buckley dkk di Preston tahun 2012 melakukan penelitian mengenai prediksi CT scan untuk menilai gambaran pleura maligna dihubungkan dengan thoracoskopi pada pasien efusi pleura unilateral yang belum terdiagnosis. Karakteristik yang dinilai antara lain : penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura noduler, penebalan pleura > 1 cm dan keterlibatan mediastinum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan CT scan memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil histologi untuk menilai pleura maligna berdasarkan karakteristik penebalan pleura noduler, panebalan pleura parietal > 1 cm, dan keterlibatan mediastinum dengan nilai p < 0,05 (Buckley, 2012).

Yilmaz dkk tahun 2005 meneliti tentang akurasi CT scan dalam membedakan penyakit pleura maligna dan nonmaligna. Didapatkan hasil bahwa temuan CT scan dapat membantu membedakan antara penyakit pleura yang disebabkan oleh keganasan dan karena proses jinak dengan temuan CT scan berupa : 1) nodul pleura, 2) rind, 3) keterlibatan pleura mediastinum, dan 4) penebalan pleura > 1 cm dengan sensitifitas dan spesifisitas masing- masing : 37%/ 97%, 22%/ 97%, 31%/ 85%, dan 35%/ 87% (Yilmaz, 2005).

Pemeriksaan cairan pleura adalah sitologi cairan pleura, yang dapat memberikan konfirmasi suatu EPM dengan kemungkinan penemuan sel rata-rata sekitar 64% pada kategori umum dari semua pasien dengan EPM. Kemungkinan mendapatkan diagnosis yang tepat dengan metode sitologi standar ini dapat meningkat dengan dilakukannya torakosintesis berulang. Efusi pleura maligna dipastikan dengan adanya sel-sel kanker pada ruang pleura (Ngurah-Rai, 2009 ; McGrath, 2011).

CT scan sebagai alat diagnostik dapat digunakan untuk mendeteksi efusi pleura dan mendiagnosis keadaan patologik yang ditemukan dengan menilai karakteristik efusi pleura, sehingga akumulasi cairan efusi pleura dapat dibedakan karena keganasan, inflamasi atau proses patologik lainnya, namun selama ini karakteristik efusi pleura pada pemeriksaan CT scan toraks belum optimal dievaluasi dan dilaporkan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengevaluasi penyebab efusi pleura karena keganasan atau bukan keganasan menggunakan CT scan toraks. Penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilaporkan di bagian Radiologi RSWS Makassar.

Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui kesesuaian gambaran CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura dalam menilai malignitas efusi pleura.

(5)

5 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar mulai bulan Mei 2014 sampai bulan Agustus 2014. Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional

Populasi dan Sampel

Didapatkan sampel sebanyak 38 penderita efusi pleura yang dilakukan pemeriksaan CT scan toraks baik dengan kontras maupun non kontras. Penderita efusi pleura berumur antara 10 - 79 tahun yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Sampel penelitian diperoleh dengan cara consecutive sampling.

Pengumpulan Sampel

Penderita efusi pleura yang dilakukan pemeriksaan CT scan toraks di Bagian Radiologi RSWS. Terlebih dahulu dianamnesis sebelum dilakukan pemeriksaan, ditentukan masuk dalam kriteria inklusi atau eksklusi, bila masuk dalam kriteria inklusi, maka pasien diberi penjelasan/informed consent tentang penelitian yang akan dilakukan. Kemudian dilakukan pemeriksaan CT scan toraks . Setelah itu dinilai karakteristik densitas efusi pleura, penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal, rind pada pleura dan keterlibatan pleura mediastinum, kemudian dihubungkan dengan hasil sitologi cairan pleura pada bagian patologi anatomi.

Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi adalah semua penderita efusi pleura yang dilakukan pemeriksaan CT scan toraks dan telah dilakukan pemeriksaan sitologi cairan pleura, bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani informed concent.Sedangkan kriteria eksklusi adalahpasien dengan efusi pleura karena trauma dan pasien efusi pleura yang tidak dilakukan pemeriksaan sitologi atau hasil sitologi yang tidak refresentatif. Kriteria inklusi dan eksklusi ditentukan oleh peneliti berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan radiologi, pemeriksaan lainnya yang telah dijalani pasien, rekam medis pasien, dan SOP pelayanan medik instalasi Radiologi RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Efusi pleura secara klinis adalah efusi pleura yang didiagnosis oleh bagian paru berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks. Efusi pleura berdasarkan pemeriksaan CT Scan toraks adalah gambaran akumulasi cairan bebas (hipodens) dalam kavum pleura. Efusi pleura maligna berdasarkan CT Scan adalah akumulasi cairan bebas intrapleura berdasarkan CT scan dengan karakteristik dapat berupa penebalan pleura noduler,

(6)

6 penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura dan adanya keterlibatan pleura mediastinum. Efusi pleura nonmaligna berdasarkan CT Scan adalah akumulasi cairan bebas intrapleura dengan karakteristik nonmaligna berdasarkan CT scan. Penebalan pleura noduler berdasarkan CT scan adalah penebalan pleura berbentuk nodul baik soliter atau multipel yang dapat menyangat setelah pemberian kontras.Dibedakan menjadi ada atau tidak ada penebalan pleura noduler. Ketebalan pleura parietal berdasarkan CT scan adalah ketebalan pleura parietal yang diukur pada bidang aksial pada daerah yang paling tebal, dibedakan atas ketebalan pleura parietal < 1 cm atau lebih dari 1 cm. Rind pada pleura berdasakan CT scan adalah penebalan pleura yang meliputi hampir seluruh hemitoraks termasuk sisi mediastinum, dibedakan menjadi ada rind pada pleura atau tidak ada. Keterlibatan mediastinum

berdasarkan CT scan adalah penebalan pleura mediastinum yang dapat menyangat setelah pemberian kontras, karakteristik ini dibedakan menjadi ada atau tidak ada keterlibatan pleura mediastinum. Densitas cairan efusi berdasarkan CT scan adalah densitas/ kepadatan cairan efusi tanpa kontras yang diukur dengan region of interest (ROI) pada slice yang paling banyak cairan efusinya. Dibedakan menjadi transudat jika nilainya 15 ± 3 HU, Eksudat jika nilainya 25 ± 5 HU. Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksaan cairan efusi untuk melihat ada tidaknya sel-sel ganas dalam cairan efusi yang dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi, positif jika didapatkan sel-sel ganas pada sitologi dan negatif jika tidak ditemukan sel-sel ganas.

Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS for Windows version 20 dan memakai uji statistik koefisien kontingensi dan Spearman’s. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik umum sampel penelitian menunjukkan sampel terbanyak adalah berusia antara 40 - 70 tahun dengan distribusi 2,6% berusia 10-19 tahun, 2,6% berusia 20-29 tahun, 7,9% berusia 30-39 tahun, 31,6% berusia 40-49 tahun, 13,2% berusia 50-59 tahun, 36% berusia 60-69 tahun dan 5,3% berusia 70 sampai 79 tahun. Sampel terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 68,4%, sedangkan perempuan sebanyak 31,6%. Klinis pasien terbanyak terbanyak adalah tumor paru dengan jumlah 55,3%, disusul tumor di tempat lain (limfoma maligna, karsinoma mamma, tumor retroperitoneal dan tumor metastasis yang tidak diketahui primernya dengan jumlah sampel 21,1%, infeksi paru dengan jumlah 13,2%, sedangkan kriteria klinis non maligna dan non infeksi (CHF dan PNC) dengan jumlah sampel 10,5%.

(7)

7 Jumlah sampel terbanyak adalah hasil sitologi jinak (non maligna) dengan jumlah sampel 84,2%, sedangkan hasil sitologi ganas (maligna) dengan jumlah sampel 15,8%. Berdasarkan kriteria malignitas efusi pleura berdasarkan gambaran CT scan toraks menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah bersifat maligna dengan jumlah 63,2%, sedangkan non maligna dengan jumlah 36,8%

Tabel 1 menunjukkan kesesuaian karakteristik densitas efusi pleura dengan sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik menggunkanan uji korelasi Spearman,s diperoleh hasil

p=0,022 (p <0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara densitas efusi pleura dengan sitologi cairan pleura dengan kekuatan korelasi (r = 0,312) lemah dan arah korelasi positif yang artinya semakin tinggi densitas efusi pleura maka semakin kuat kemungkinan ditemukan sel maligna pada sitologi.

Berdasarkan tabel 2 didapatkan kesesuaian karakteristik penebalan pleura noduler dengan hasil sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik koefisien kontingensi , diperoleh hasil p= 0,098 (p>0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penebalan pleura noduler dengan hasil sitologi cairan pleura.

Tabel 3 menunjukkan kesesuaian karakteristik penebalan pleura parietal dengan hasil sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik Koefisien kontingensi, diperoleh hasil p=0,302 (p>0,05),Yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penebalan pleura parietal lebih dari 1 cm dengan hasil sitologi cairan pleura.

Tabel 4 Menunjukkan kesesuaian antara karakteristik rind pada pleura dengan hasil sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik Koefisien kontingensi, diperoleh hasil p = 0,529 (p> 0,05), yang menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara rind pada pleura dengan hasil sitologi cairan pleura

Tabel 5 menunjukkan kesesuaian karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks secara umum dengan sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik Koefisien kontingensi, diperoleh hasil p = 0,041 (p < 0,05), berarti terdapar hubungan yang sangat bermakna antara karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks secara umum dengan sitologi cairan pleura dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif, artinya bila terdapat tanda maligna berdasarkan CT scan toraks maka makin besar kemungkinan ditemukannya sel-sel maligna pada sitologi.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan bahwa 38 pasien efusi pleura yang paling banyak ditemukan adalah densitas efusi pleura berada pada 25 ± 5 HU (eksudat) sebanyak 65%, dan

(8)

8 berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara densitas efusi pleura dengan sitologi cairan pleura. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa densitas efusi pleura yang tinggi (eksudat) memiliki kemungkinan yang lebih tinggi mengalami keganasan daripada transudat, tetapi temuan ini tidak bersifat spesifik karena banyak penyebab inflamasi dari efusi pleura eksudat. Selain itu sekitar 3%- 10% efusi pleura maligna bersifat transudat karena beberapa penyebab misalnya kondisi komorbiditas pasien, hipoalbuminemia, asites, gagal jantung dan efusi pleura paramaligna.

Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks antara lain ; nodul pleura ditemukan pada 23,6% , penebalan pleura parietal lebih dari 1 cm sebanyak 47,4%, Rind pada pleura ditemukan pada 5,3%, Keterlibatan pleura mediastinum di dapatkan pada 7,9%. Secara keseluruhan dari semua sampel, karakteristik maligna berdasarkan gambaran CT scan toraks ditemukan pada 63,1 %.

Dari hasil olah data di atas ditemukan bahwa densitas efusi pleura memiliki korelasi yang bermakna dengan hasil sitologi cairan pleura dengan nilai p < 0,05 dengan kekuatan korelasi lemah (r = 0,312) dan arah korelasi positif, namun tidak terdapat korelasi yang signifikan antara beberapa karakteristik maligna lainnya pada CT scan toraks yang dinilai yaitu penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura dan keterlibatan pleura mediastinum dengan nilai p masing-masing > 0,05, Namun setelah beberapa karakteristik CT scan tersebut digabungkan dan dianalisis berdasarkan maligna atau nonmaligna di dapatkan korelasi yang bermakna dengan nilai p = 0.041 dengan kekuatan korelasi lemah. (r = 0.331. Artinya karakteristik maligna berdasarkan CT scan secara umum memiliki kemampuan untuk menentukan kemungkinan malignitas suatu efusi pleura.

Hal ini berbeda dengan beberapa hasil penelitian terdahulu. Buckley dkk di Preston tahun 2012 melakukan penelitian mengenai prediksi CT scan untuk menilai gambaran pleura maligna dihubungkan dengan torakoskopi pada pasien efusi pleura unilateral yang belum terdiagnosis. Karakteristik yang dinilai antara lain : penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura noduler, penebalan pleura > 1 cm dan keterlibatan mediastinum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan CT scan memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil histologi untuk menilai pleura maligna berdasarkan karakteristik penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura noduler, panebalan pleura parietal > 1 cm, dan keterlibatan mediastinum ( nilai p < 0,05) (Buckley, 2012).

Penemuan sel-sel maligna berdasarkan sitologi pada penelitian ini masih kurang yaitu sekitar 15,8%. Temuan ini agak berbeda dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa sitologi cairan pleura dapat memberikan konfirmasi suatu EPM dengan kemungkinan

(9)

9 penemuan sel rata-rata sekitar 64%. Hal yang sama dapat disimpulkan ketika temuan sitologi tersebut dihubungkan dengan temuan karakteristik pada CT scan. Sebagai contoh rind pada pleura adalah tanda adanya kecurigaan yang sangat besar terhadap keganasan karena tanda tersebut hanya tampak pada pasien dengan penyakit keganasan pada pleura (Leung dkk., 1990), namun dari kedua sampel yang ditemukan rind pleura semuanya tidak ditemukan sel-sel maligna pada sitologinya. Rendahnya temuan sel-sel –sel-sel maligna berdasarkan sitologi cairan pleura pada penelitian ini kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil analisis data statistik beberapa karakteristik maligna berdasarkan CT scan menjadi tidak bermakna bila dihubungkan dengan hasil sitologi.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil penemuan sitologi cairan pleura. Dari penelitian sebelumnya (Moffet dkk., 2009), dikatakan bahwa sekitar 40% - 50% Efusi pleura maligna tidak ditemukan adanya sel- sel maligna pada torakosintesis pertama dan 21% diantaranya adalah negatif palsu. Dikatakan pula bahwa kemungkinan mendapatkan diagnosis yang tepat dengan metode ini dapat meningkat dengan dilakukannnya sitologi berulang dengan peningkatan temuan sekitar 10% - 15%. Sedangkan pada penelitian ini hal tersebut sulit dilakukan karena beberapa keterbatasan.

Keberhasilan temuan sitologi tergantung pula pada keterampilan ahli patologi untuk menginterpretasikan hasil sitologi dan hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal misanya tipe tumor, cara dan fasilitas pengambilan sampel serta kualitas hapusan preparat. Tampaknya angka penemuan sel maligna lebih tinggi pada jenis tumor adenokarsinoma dibanding jenis tumor lain misalnya squamous sel karsinoma, limfoma dan sarkoma.

Bila temuan sitologi negatif pada torakosinteisis awal, sedangkan terdapat kecurigaan yang besar terhadap proses maligna berdasakan klinis dan CT scan, maka dianjurkan untuk melakukan sitologi ulangan atau biopsi pleura dipandu imaging. Jika fasilitas memungkinkan sangat baik dilakukan biopsi dengan panduan torakoskopi karena sensitifitas dengan metode ini > 93%.

Beberapa penelitian terbaru menggabungkan beberapa kriteria untuk meningkatkan diagnosis EPM. Ferrew dkk menunjukkan kemungkinan untuk mendiagnosis EPM dengan tepat dengan menggabungkan beberapa variabel, antara lain variabel klinis, hasil torakoskopi dan hasil CT scan. Sedangkan Valdes et al ( 2013), melakukan penelitian dengan menggabungkan variabel klinis, radiologi dan serum petanda tumor marker.

(10)

10 KESIMPULAN DAN SARAN

Temuan sel – sel maligna berdasarkan sitologi cairan pleura pada penelitian ini masih rendah yaitu sekitar 15,8%, hal ini mempengaruhi hasil analisis data statististik. Terdapat korelasi yang bermakna dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif antara densitas efusi pleura berdasarkan CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura. Terdapat korelasi yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang lemah dan arah korelasi positif antara karakteristik malignitas berdasarkan CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura.Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara karakteristik penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura, dan keterlibatan pleura mediastinum berdasarkan CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura. Penelitian serupa dengan menggabunggkan beberapa variabel antara lain : variabel klinis, radiologi, sitologi dan histopatologi dan bila memungkinkan dengan serum petanda tumor marker. Meningkatkan temuan sitolosi perlu dilakukan torakosintesis dan pemeriksaan sitologi berulang pada pasien – pasien efusi pleura dengan kecurigaan yang tinggi disebabkan oleh proses keganasan

DAFTAR PUSTAKA

Antony et al. (2006). Manajement of Malignant Pleural Effusions. European Respiratory Journal. 18: 402-419

Buckley, B., M. Haris, S. Kearney dan M. Munavvar. (2012). CT prediction of

likelihood of pleural malignancy and its relationship with thoracoscopic diagnosis in patients with unilateral undiagnosed pleural effusion. Lancasire Teaching hospital, Preston

Hooper , C., Y. C. Gary Lee dan N. Maskell. (2010). Investigation of a unilateral pleural effusion in adults: British Thoracic Society pleural disease guideline Karkhanis, V., Jyotsna, M.J. (2012). Pleural Effusion : Diagnosis, treatment,

and management. Departement of respiratory medicine, TN medical college and BYL Nair Hospital, Mumbai India. Open access Emergency medicine.

Leung, A. N., N.L. Muller dan R. R. Miller. (1990). CT in differential diagnosis of diffuse pleural disease. AJR 154 : 487-492

McGrath, E. E. dan Paul, B. A. (2011). Diagnosis of pleural Effusion : A Systematic Approach. American Journal Critical Care. 20 : 119-128 Moffett P. U., B. K. Moffett dan D. A. Laber. (2009). Diagnosing and Managing

Suspected Malignant Pleural Effusions. J Support Oncol 7 (4):143–146 Ngurah-Rai, I. B. (2009). Efusi Pleura Maligna : Diagnosis dan

Penatalaksanaan Terkini. J Peny Dalam. 10 (3 ): 208-217

Traill , Z.C., R.J. Davies dan F. V. Gleeson . (2001). Thoracic computed

tomography in patients with suspected malignant pleural effusions. Clin Radiol. 56(3) :193-6.

Valdés et al. (2013). Combining clinical and analytical parameters improves prediction of malignant pleural effusion. Lung Dec;191(6):633-43.

Yilmaz, U., G. Polat , N. Sahin , O. Soy dan U. Gülay . (2005). CT in differential

diagnosis of benign and malignant pleural disease. Monaldi Arch Chest Dis. 63(1):17-22.

(11)

11 Lampiran

Daftar Tabel

Tabel 1. Kesesuaian karakteristik densitas efusi pleura dengan hasil sitologi cairan pleura

Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase , p = 0,022

Tabel 2. Kesesuaian karakteristik penebalan pleura noduler dengan hasil sitologi cairan pleura

Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,098

Tabel 3. Kesesuaian karakteristik penebalan pleura parietal dengan hasil sitologi cairan pleura

Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,302

Tabel 4. Kesesuaian karakteristik rind pada pleura dengan hasil sitologi cairan pleura

Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,529

non maligna maligna

n (%) n (%) n (%) 15 ± 3 HU 13 (100) 0 (0) 13 (34,2) 25 ± 5 HU 19 (76%) 6 (24) 25 (65,7) Karakteristik CT scan SITOLOGI Total

Densitas efusi pleura

non maligna maligna

n (%) n (%) n (%) negatif 26 (89,6) 3 (10,3) 29 (76,3) positif 6 (66,7) 3 (33,3) 9 (23,6) Penebalan pleura noduler Karakteristik CT Scan SITOLOGI Total

non maligna maligna

n (%) n (%) n (%) < 1 cm 18 (90) 2 (10) 20 (52,6) > 1 cm 14 (77,8) 4 (22,2) 18 (47,4) Karakteristik CT scan SITOLOGI Total Penebalan pleura parietal

non maligna maligna

n (%) n (%) n (%)

negatif 30 (83,3) 6 (16,7) 36 (94,7)

positif 2 (100) 0 (100) 2 (5,3)

Rind pada pleura Karakteristik CT scan

SITOLOGI

(12)

12 Tabel 5. Kesesuaian karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks secara umum dengan hasil sitologi cairan pleura

Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,041.

non maligna maligna

n (%) n (%) n (%) non maligna 14 (100) 0 (0) 14 (36.8) maligna 18 (75) 6 (25) 24 (63,1) Total 32 (84.2) 6 (15,8) 38 (100) Karakteristik CT scan thorax Total SITOLOGI

Gambar

Tabel 1. Kesesuaian karakteristik densitas efusi pleura dengan hasil                         sitologi cairan pleura

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat yang sama, Masuknya faham Wahabisme yang mengagungkan budaya Islam ala Arab yang konservatif ke Indonesia telah ikut mendorong timbulnya kelompok eksklusif yang

Dari 13 emiten di industri barang konsumsi yang sudah merilis laporan keuangan, hanya 3 emiten yang mencatat penurunan laba, yaitu UNVR, MYOR dan TCID.

Maka dalam hal ini penulis melakukan penelitian lebih dalam tentang perilaku konsumsi mahasiswa Ekonomi Syariah UIN Antasari Banjarmasin dengan perbandingan

Variabel kualitas pelayanan manakah diantara kondisi fisik (tangible), kemudahan (emphaty), keandalan (reliability), kesigapan (responsiveness) dan jaminan

digunakan dalam penelitian ini diketahui bahwa semua variabel partisipasi anggaran , kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan tujuan

Rumah Sakit hadir untuk menjawab kebutuhan lebih dari 400.000 (empat ratus ribu) masyarakat Kabupaten Bireuen dan masyarakat Kabupaten sekitarnya seperti Bener Meriah,

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM/)- biasa disebut mikro hidro* Microhydro merupakan sebuah isti%ah ang terdiri dari kata mikro ang artina keci% sedangkan

MAJLIS KHATAM AL-QURAN DAN.. Program Tadarus AL-Quran telah dijalankan setiap hari sepanjang bulan Ramadhan yang juga melibatkan 150 orang murid dan guru-guru SKK. Acara