• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chest Physical Therapy. Lab. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK Unibraw Malang /RSU Dr. Saiful Anwar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Chest Physical Therapy. Lab. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK Unibraw Malang /RSU Dr. Saiful Anwar"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

“Chest Physical Therapy”

Lab. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

FK Unibraw Malang /RSU Dr. Saiful Anwar

“Chest Physical Therapy” :

Yaitu penggunaan metoda fisik untuk perawatan pernafasan pada penderita dengan penyakit paru. Bila penderita berbaring terlentang, maka gerakan otot diafragma dan intercostal menurun, pernafasan menjadi lebih dangkal. Juga terjadi pengumpulan sekret di bagian bawah dan pengeluaran sekret lebih sukar karena gerakan cilia yang kurang efektif disamping posisi terlentang tersebut. Maka akan terjadi mikro atelektasis. Batuk juga lebih sukar dilakukan dalam posisi terlentang tersebut.

Keadaan-keadaan tersebut diatas disertai dengan kelemahan otot abdomen menyebabkan penderita mudah terkena infeksi saluran nafas bagian atas dan pneumonia hipostatik. Itulah sebabnya penderita perlu “turning” setiap waktu tertentu (2 jam) untuk mencegah hal-hal tersebut di atas, juga mencegah komplikasi lain seperti : dekubitus, tromboplebitis dll.

Tujuan :

o meningkatkan efisiensi ventilasi o meningkatkan toleransi latihan

“Chest Physical Therapy” t.a. :

1. Teknik Relaksasi 2. Breathing Control 3. Breathing Exercise 4. Postural Drainage 5. Teknik Manual Teknik Manual : a. Perkusi b. Shaking c. Vibrasi Indikasi Chest P.T. :

1. PPOM : asma, bronkhitis khronis, emfisema 2. Post OP. thoraks, sistem kardiovaskular 3. Berbaring lama

4. Penyakit neuromuskular dengan refleks batuk menurun 5. Yang tergantung alat ventilasi

Penderita Post Operasi : perlu diberikan latihan sebelum operasi, karena bila setelah operasi maka penderita sulit kooperatif karena rasa nyeri disamping pengaruh analgesik.

Teknik Relaksasi : Tujuan :

1. me < tegangan otot-otot pernafasan tambahan 2. me < kecemasan karena dyspnea

(2)

3. merangsang “sense of well being”

\

Terdiri dari :

1. Posisi optimal untuk latihan pernafasan diafragma : • Semifowler

• Miring

2. “gentle repetitive movements” : dengan peregangan manual, pasif, gentle dan “shaking technique” oleh terapis pada leher, bahu dan lengan sehingga mengurangi tegangan.

II. Breathing Control (gentle breathing) :

Yaitu pernafasan :

• Memakai bagian bawah dada • Membutuhkan sedikit tenaga • Mengurangi sesak nafas

Otot-otot yang dipakai : intercostal, scalenus, diafragma dan abdomen.

Manfaat :

1. Mengurangi kerja pernafasan 2. Mengurangi sesak nafas

3. Membantu pernafasan ke pola normal 4. Perbaiki ventilasi bagian basal paru

Cara :

• Posisi : duduk / miring

• Dinding abdomen relaks, lutut sedikit fleksi • Tangan pada bagian ant.costal margin • Bernafas tenang lewat hidung

• Bahu dan dada atas relaks

• Gerakkan iga-iga bawah ke bawah dan medial • Merasakan gerakan dada bagian bawah

Penting :bernafas dengan usaha minimal dan lewat hidung.

Hindari :

(3)

2. Ekspirasi yang memanjang yang menyebabkan pola nafas tak teratur dan tak efisien 3. Gerakan otot-otot abdomen yang akan mengganggu pernafasan

4. Gerakan dada bagian atas dan otot-otot pernafasan yang bekerja berlebihan

III. Breathing Exercise :

Penderita aktif pada waktu fase inspirasi dan ekspirasi sesuai kebutuhan.

Tujuan :

Mencapai fungsi paru yang optimal

Manfaat :

1. Melepaskan perlekatan sekret bronkhus 2. Membantu pengeluaran sekret

3. Membantu pengembangan jar.paru (“re-expansion”) 4. Mobilisasi dinding thoraks

5. Perbaiki hubungan ventilasi-perfusi 6. Melatih otot-otot pernafasan

7. Melatih mengatasi dyspnea

Macam-macamnya :

1. “Thoracic Expansion Exercises” :

a. Unilateral Lower Thoracic Expansion b. Bilateral Lower Thoracic Expansion c. Apical Thoracic Expansion

d. Posterior Lower Expansion 2. “The Forced Expiration Technique”

1. “Thoracic Expansion Exercises”

Merupakan latihan inspirasi untuk memperbaiki gerakan dinding dada. Dengan inspirasi, volume paru meningkat, aliran udara masuk melalui saluran ventilasi kolateral meningkat dan membantu melepaskan perlekatan sekret ketika melalui bronkhus yang mengandung sekret. Juga alveoli yang kolaps akan berkembang. Waktu inspirasi penuh, tahan 3 detik, dan ini merupakan metoda efektif untuk mengurangi terjadinya atelektasis. Metoda ini menggunakan gerakan dinding dada pada daerah tertentu.

(4)

a. Unilateral Lower Thoracic Expansion

- Penderita duduk / setengah duduk

- Taruh telapak tangan (ipsilateral / kontralateral) pada garis mid axiliar iga ke 7, 8, 9

- Penderita relaks, bernafas sambil merasakan iga bawah bergerak ke bawah dan dalam

- Pada akhir espirasi, tangan menekan untuk memberi rangsangan proprioseptif - Pada inspirasi penuh, ditahan 2-3 detik, lalu lepaskan tekanan tangan

- Waktu menaruh telapak tangan, jangan angkat bahu - Inspirasi : aktif, ekspirasi : pasif

b. Bilateral Lower Thoracic Expansion

- Posisi seperti di atas

- Tekanan pada kedua sisi garis mid axiliar bagian bawah dada dengan telapak tangan / punggung tangan

- Teknik bernafas seperti di atas

- Tak dipakai untuk dada bagian atas karena sulit untuk relaksasi sendi bahu adekuat

- Dilakukan terutama setelah operasi

c. Apical Thoracic Expansion

- Berguna bila ada gerakan terbatas dinding dada bagian atas, misal : • gross pleural effusion

• pengembangan tak sempurna jaringan paru, terutama apical pneumothoraks, misal setelah lobektomi

- Tekanan dengan ujung jari-jari di sebelah bawah clavicula

- Tarik nafas, kembangkan dada ke depan dan ke atas melawan tekanan tersebut - Bahu harus relaks

- Pengembangan dinding dada ditahan selama 2-3 detik

- Bila latihan ini sulit, disarankan tahan nafas sebentar pada saat inspirasi penuh, lalu mendengus 2-3 kali sebelum ekspirasi

d. Posterior Lower Expansion

- Duduk bersandar ke depan, punggung lurus

- Tekanan oleh fisioterapis atau sendiri pada bagian posterior unilatral bagian bawah iga

- Bisa memakai belt selebar 5-7 cm, panjang 2 m, penderita duduk di kursi karena lebih efektif

(5)

- Belt diletakkan setinggi ziphisternum, dipegang oleh tangan kontra lateral lalu dililitkan ke dinding dada

- 1 ujung dipegang tangan kontra lateral setinggi ziphisternum, sisi lain dilibatkan ke paha dan ujungnya dipegang dengan tangan kontra lateral.

2. “The Forced Expiration Technique”

Yaitu cara untuk membantu membuang / mengeluarkan sekresi bronkhus yang berlebihan dari jalan nafas yanpa menyebabkan spasme bronkhus. Terdiri atas 1 atau 2 “forced expiration”, diikuti periode relaksasi dan “breaking control”. Bila sekret mencapai saluran nafas yang besar, dibuang dengan dibatukkan dengan “high lung volume”. Periode “breaking control” perlu mencegah terjadinya bronkhospasme. Dengan teknik ini terjadi kompresi dan pengecilan jalan nafas pada daerah tertentu. Misal : pada “high lung volume”, daerah tersebut terletak pada trakhea dan bronkhus utama. Bila volume paru menurun, daerah tersebut akan turun ke distal dan diikuti gerakan bergetar dari daerah bronkhus.

Pada penderita dengan obstruksi jalan nafas, penyempitan lebih jelas dan tersebar tak merata. Supaya batuk, perlu usaha expirasi yang besar dengan cara menutup glottis sehingga tekanan intra thoracic meningkat, lalu dibuka tiba-tiba, terjadi perbedaan tekanan yang besar antara tekanan alveolar dan tekanan trakheal atas.

Tekanan intra thoracic meningkat, menekan membran posterior trakhea dan mengecilkan sampai 1/6 nya. Dengan aliran cepat dan penyempitan tersebut maka mukus dan pertikel-pertikel asing terdorong ke trakhea dan dapat dibatukkan.

Batuk yang efektif :

Tarik nafas dalam batuk sambil kontraksikan otot-otot abdomen. Kemudian diikuti“breaking control”.

IV. Postural Drainage :

Penderita diberi posisi sedemikian agar gaya gravitasi membantu drainase sekret dari daerah tertentu paru. Posisi berdasarkan anatomi bronkhial.

Tujuan :

Membersihkan sekret seefektif mungkin tanpa menyebabkan kelelahan Lama : 10-20 menit

1-5 x sehari

Perlu partisipasi aktif disertai :

1. Thoracic Expansion Exercise : untuk membantu melepaskan sekret bronkhus 2. Breathing Control untuk mencegah hiperventilasi dan lelah

3. The Forced Expiration Technique : untuk membersihkan sekret dan mencegah kemungkinan peningkatan obstruksi saluran nafas

4. Teknik Manual

Penderita dimiringkan 10o atau 15 o atau diganjal bantal. Kontra indikasi Postural Drainage :

1. Bentuk darah 2. Hipertensi berat 3. Edema Serebri

4. Aneurisma Aorta dan Serebral 5. Aritmia jantung

(6)

7. Kelainan esofagus atau diafragma (terjadi “gastric reflux”)

Terapi Tambahan :

1. Bronkhodilator 2. Humidifikasi 3. Obat Mukolitik

4. IPPB (Intermittent Positive Pressure Breathing) 5. PEP (Positive Expiratory Pressure)

Asma akut dan emfisema berat : dispneu meningkat dengan “postural drainage”, jadi posisi harus dimodifikasi. Penderita osteoporosis dan deposit metastatik pada iga / tulang belakang, maka “clapping / shaking” harus dengan “gentle”.

Penderita dengan penyakit paru unilateral :

Pertukaran gas akan meningkat dengan posisi berbaring pada paru yang sehat, lalu diberikan perkusi dan vibrasi.

Penderita dengan penyakit paru bilateral :

Berbaring pada sisi kanan, mungkin karena tekanan jantung pada paru kiri atau karena volume paru kiri yang kurang, lalu diberikan perkusi dan vibrasi.

“Pursed Lip Breathing”

Yaitu mengeluarkan nafas melalui mulut yang sedikit terbuka sehingga menimbulkan obstruksi dan mengurangi kecepatan aliran udara, meningkatkan tekanan dalam mulut. Akibatya :

1. Tekanan pada trakheobronkhial meningkat, saluran nafas tetap terbuka untuk periode lebih lama pada waktu ekspirasi, mengurangi tekanan saluran nafas dan “air trapping”.

2. Mengurangi dispneu.

3. Sirkulasi pada “capillary bed” paru meningkat sehingga mencegah merembesnya serum ke dalam alveoli.

“Diafragmatic Breathing”

Yaitu pernafasan memakai otot pernafasan utama diafragma, posisi “semi fowler / side lying”. 1 tangan pada bagian atas abdomen, tangan lain pada thoraks atas. Kontraksikan diafragma, mka ia akan bergerak ke bawah, abdomen menonjol dan bagian bawah dada melebar, tekanan pleura menurun dan udara masuk ke paru.

Guna :

1. Untuk penderita yang bernafas dengan otot-otot nafas tambahan dan sedikit gerakan abdomen.

2. Untuk meningkatkan tidal colume dan menurunkan RR. 3. Untuk memperbaiki gas darah.

“Abdominal Breathing”

Yaitu pernafasan dengan mengontraksikan otot-otot abdomen untuk membantu ekspirasi dan memperbaiki posisi diafragma untuk inspirasi berikutnya. Pernafasan ini mengurangi kadar CO2 .

(7)

1. Perkusi :

Dinding dada digetarkan, maka saluran nafas akan juga bergetar sehingga mukus terlepas dan hal ini akan lebih efektif bila disertai dengan “Thoracic Expansion Exercises”.

o Clapping :

Dengan tangan dalam posisi seperti mangkuk, lalu dengan cepat ditepukkan pada dinding dada dengan gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan. Kulit ditutupi pakaian / handuk supaya tidak luka.

o Gentle Clapping :

Merangsang batuk pada infant dan anak-anak. o Tapping :

Dengan ujung jari-jari tangan (ke II / III) terutama untuk “small infant”.

2. Shaking :

Yaitu gerakan ritmis ke bawah pada dinding dengan tekanan gentle memakai tangan terapis.

Dilakukan waktu ekspirasi. Hal ini berguna untuk memperbaiki aerasi pada area khusus.

3. Vibrasi :

Yaitu gerakan getaran halus pada dinding dada dengan tekanan ringan oleh tangan fisioterapis.

Sangat efisien untuk membersihkan sekret dan dapat dipakai bila daerah tersebut terasa nyeri.

Pada bronkhospasme berat, perlu bronkhodilator, dan bila efeknya kurang maka “clapping” sangat bermanfaat (60x / m). “Mechanical Percussor” misalnya : “High Frequency Oscillator”.

Kontra Indikasi Teknik Manual

1. Batuk darah.

2. Nyeri pleuritik akut. 3. TBC paru aktif.

Posisi Postural Drainage 1. Upper Lobus

1. Apical Bronchus : duduk tegak dengan sedikit variasi tergantung letak lesi, bisa bersandar ke depan, belakang dan samping.

2. Posterior Bronchus :

a. Kanan : tidur pada sisi kiri horizontal, kemudian berputar 45o ke arah wajah,

istirahat pada bantal dan kepala diganjal.

b. Kiri : tidur pada sisi kanan, berputar 45o ke arah wajah dengan 3 bantal

mengganjal bahu (30 cm) dari kasur.

(8)

2. Lingula

4. Superior Bronchus : tidur terlentang dengan tubuh ¼ bagian berputar ke kanan, diganjal bantal pada bagian kiri bahu sampai paha. Kaki tempat tidur ditinggikan 35 cm, dada dinaikkan sampai 15 o.

5. Inferior Bronchus : idem.

3. Lobus Medialis

6. Lateral Bronchus : tidur terlentang dengan tubuh ¼ bagian berputar ke kiri, diganjal bantal pada bagian kanan bahu sampai paha. Kaki tempat tidur ditinggikan 35 cm, dada dinaikkan sampai 15 o.

7. Medial Bronchus : idem.

4. Lower Lobe

8. Apical Bronchus : tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut.

9. Medial Basal Bronchus : tidur pada bagian kanan dengan bantal pada paha, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.

10. Anterior Basal Bronchus : tidur terlentang dengan pantat diganjal bantal dan lutut fleksi, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.

11. Lateral Basal Bronchus : tidur pada sisi berlawanan dengan bantal dibawah paha, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.

12. Posterior Basal Bronchus : tidur tengkurap dengan bantal dibawah paha, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.

BATUK

Batuk yang efektif diperlukan untuk menghilangkan obstruksi saluran pernapasan dan memelihara paru-paru tetap bersih. Batuk merupakan bagian penting pada pengobatan pasien pada kondisi penyakit paru akut maupun kronis.

Mekanisme terjadinya batuk :

1. Terjadi inspirasi dalam

2. Glottis menutup dan corda vocalis mengeras

3. Otot-otot abdomen kontraksi dan diaphragma elevasi sehingga tekanan intrathoracal dan abdominal meningkat

4. Glottis membuka

5. Terjadi letupan udara expirasi

(9)

6. Haas F, Axen K : Pulmonary Therapy and Rehabilitation : In Principles and Practice, Baltimore, Williams & Wilkins Co, 1979, p. 123 – 134.

7. Helmholz HF, Stonmington HH : Rehabilitation for Respiratory Dysfunction : In Kotte FJ, Lehmann JF : Krusen’s Handbook of Physical

Medicine and Rehabilitation, 4 Ed, Philadelphia, WB Sauders, 1990, p. 858 – 873.

8. Rondinelli RD, Hill NS : Rehabilitation of the Patient with Pulmonary Disease, In Delisa : Rehabilitation Medicine, Principles and Pratice , Philadelphia, JB Lippincott, 1988, p. 696 -697.

9. Webber BA : The Brompton Hospital Guide to Chest Physiotherapy, Oxford, Blackwell Scientific Publication, 1988, p. 15 -36.

K E T R A M P I L A N MELAKUKAN CHEST PHYSICAL THERAPY Nama : _______________________________________________________________________ NIM : _______________________________________________________________________ Kelompok : _______________________________________________________________________ Tanggal : _______________________________________________________________________ D A F T A R K E T R A M P I L A N Kesempa tan 1* 2 3

(10)

*

PERSIAPAN

1 Mencuci tangan

2 Pemeriksa memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan pemeriksaan

3 Menempatkan diri di sebelah didepan pasien

( PURSED LIP ) BREATHING EXERCISE

1 Posisi pasien semifowler, comfortable, relax menghadap kedepan / tidur terlentang

2 Menginstruksikan pasien untuk tarik napas dalam ( inspirasi ) melalui hidung dan mulut tertutup, gerakan dada kedepan dan terangkat keatas.

3 Kemudian mengistruksikan pasien megeluarkan udara pelan pelan melalui mulut dengan bibir ”mencucu ” dalam waktu 2 kali waktu inspirasi

4 Mengulang point 6 dan 7 minimal 10 kali

POSTURAL DRAINAGE

Posisikan pasien sesuai dengan area sputum yang paling banyak diatas 2 Lakukan teknik manual (clapping, tapping ) pada area sputum yang

paling banyak (10 – 15 menit )

COUGH EXERCISE

1 Pasien diinstruksikan napas pelan dan dalam dengan menggunakan diaphragma

2 Pasien menahan napas 2 detik

3 Lakukan batuk 2 kali dengan mulut sedikit terbuka 4 Pause / berhenti

5 Tarik napas pelan 6. Istirahat

Total tindakan benar Prosentase ****

Keterangan

• * : Diisi dengan tanda check (√) jika dilakukan dengan benar dan tanda (-) jika tidak dilakukan atau dilakukan tetapi salah.

• ** : Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 kali. Nomor 1,2,3 merupakan nomor kesempatan pemeriksaan, jika dalam satu atau dua kali kesempatan pemeriksaan telah dapat dilakukan dengan benar maka kolom berikutnya tidak perlu diisi.

(11)
(12)

KETRAMPILAN MENILAI KEKUATAN OTOT ANGGOTA GERAK Nama : _______________________________________________________________________ NIM : _______________________________________________________________________ Kelompok : _______________________________________________________________________ Tanggal : _______________________________________________________________________ D A F T A R K E T R A M P I L A N Nilai* 1 2 3

1. Memperkenalkan diri, menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan 2. Pemeriksa mencuci tangan

3. Menganjurkan pasien melepaskan pakaian pada anggota gerak yang akan diperiksa

4. Menganjurkan pasien berdiri,kemudian menginspeksi anggota gerak atas dan bawah kanan / kiri

5. Menginspeksi pasien berjalan 6. Menganjurkan pasien berbaring

7. Melakukan palpasi anggota gerak atas dan bawah kanan/kiri

8. Dimulai menilai kekuatan otot anggota gerak atas kanan kemudian kiri

9. Anggota gerak atas pasien diinstruksikan menggerakan secara aktif dengan tahanan cukup kuat dari tangan pemeriksa

10. Anggota gerak atas pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif dengan tahanan ringan dari tangan pemeriksa

11. Anggota gerak atas pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif tanpa tahanan dari tangan pemeriksa

12. Anggota gerak atas pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif pada bidang horisontal

13. Anggota gerak atas pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif kemudian pemeriksa meraba ada tidaknya kontraksi otot

14. Setelah memeriksa kekuatan anggota gerak atas, kemudian anggota gerak bawah kanan dan kiri

15. Pemeriksa secara berurutan menilai kekuatan otot anggota gerak bawah kanan kenudian kiri

16. Anggota gerak bawah pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif dengan tahanan cukup kuat dari tangan pemeriksa

17. Anggota gerak bawah pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif dengan tahanan ringan dari tangan pemeriksa

18. Anggota gerak bawah pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif tanpa tahanan dari tangan pemeriksa

19. Anggota gerak bawah pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif pada bidang horizontal

20. Anggota gerak bawah pasien diinstruksikan menggerakkan secara aktif, kemudian pemeriksa meraba ada tidaknya kontraksi otot

(13)

P r o s e n t a s e * * * Keterangan :

• * : Diisi dengan tanda check (√) jika dilakukan dengan benar dan tanda (-) jika tidak dilakukan atau dilakukan tetapi salah.

• ** : Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 kali evaluasi. Nomor 1,2,3 merupakan nomor kesempatan evaluasi, jika dalam satu atau dua kali evaluasi telah dapat melakukan semua dengan benar maka kolom berikutnya tidak perlu diisi.

• *** = (total tindakan benar / 20) x 100 %

K E T R A M P I L A N M E M E R I K S A T U L A N G B E L A K A N G Nama : _______________________________________________________________________ NIM : _______________________________________________________________________ Kelompok : _______________________________________________________________________ Tanggal : _______________________________________________________________________ D A F T A R K E T R A M P I L A N 1**Kesempatan2 3 1. Mencuci tangan

2. Pemeriksa menempatkan diri di sebelah didepan pasien 3. Memberikan penjelasan tentang pemeriksaan ini

4. Menganjurkan pasien berdiri

5. Menganjurkan pasien melepaskan/ membuka pakaian dan pakaian dalam

6. Pemeriksa melakukan inspeksi pasien dari belakang dan samping

7. Menginstruksikan pasien untuk berjalan,memutar kemudian jalan mundur 8. Pemeriksa melakukan palpasi tulang belakang dari leher sampai kebawah 9. Menginstruksikan pasien untuk melakukan flexi leher,extensi,lateral flexi

dan lateral rotasi thoracolumbal kanan / kiri 10

.

Pasien masih berdiri, mengidentifikasi dimples of venus, menarik garis tengah, kemudian mengukur lurus keatas 10 Cm dan kebawah 5 Cm dan memberi tanda

Kemudian pasien diinstruksikan membungkuk dan diukur jaraknya dari kedua tanda tersebut diatas

11 .

Pemeriksa menginstruksikan pasien posisi terlentang kemudian

memegang calcaneus dengan tangan kanan,tangan kiri memegang lutut posisi extensi kemudian tungkai diangkat keatas

12 .

Pemeriksa menginstruksikan pasien terlentang, kedua tangan pasien memegang kedua lutut pada posisi flexi dipinggir meja, kemudian tungkai yang ditepi meja dijatuhkan

Total tindakan benar P r o s e n t a s e * * * Keterangan :

• * : Diisi dengan tanda check (√) jika dilakukan dengan benar dan tanda (-) jika tidak dilakukan atau dilakukan tetapi salah.

• ** : Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 kali. Nomor 1,2,3 merupakan nomor kesempatan pemeriksaan, jika dalam satu atau dua kali kesempatan pemeriksaan telah dapat dilakukan dengan benar maka kolom berikutnya tidak perlu diisi.

(14)
(15)

KETRAMPILAN MEMERIKSA DERMATOME DAN MYOTOME Nama : _______________________________________________________________________ NIM : _______________________________________________________________________ Kelompok : _______________________________________________________________________ Tanggal : _______________________________________________________________________ D A F T A R K E T R A M P I L A N Skor 2 1 0 PEMERIKSAAN DERMATOME

1. Pemeriksaan menggunakan sentuhan dengan jarum dan kapas pada area kulit : a. Supraclavicular fossa ( C3 )

b. Acromioclavicular joint ( C4 ) c. Sisi lateral antecubutal fossa ( C5 ) d. Ibu jari tangan ( C6 )

e. Jari tengah tangan ( C7 ) f. Jari kelingking tangan ( C8 ) g. Sisi medial antecubital fossa ( T1 ) h. Sisi apex axilla ( T2 )

i. Ruang intercostal 3 ( T3 )

j. Ruang intercostal 4 ( Papilla mama ) ( T4 ) k. Ruang intercostal 10 ( Umbillicus ) ( T 10 ) l. Garis tengan ligamen inguinal ( T 12 ) m. Mid anterior thigh ( L2 )

n. Medial malleolus ( L4 )

o. Dorsum pedis MTP joint 3 ( L5 ) p. Lateral heel ( S2 )

q. Ischial tuberosity ( S3 ) r. Perianal area ( S 4-5 )

(16)

PEMERIKSAAN MYOTOME 2 1 0 2. Pemeriksaan menilai kekuatan otot :

a. Elbow flexor ( C5 ) b. Wrist extensor ( C6 ) c. Elbow extensor ( C7 ) d. Finger Flexors ( C8 ) e. Abductor digitiminimi ( T1 ) f. Hip flexors ( L2 ) g. Knee Extensors ( L3 ) h. Ankle dorsoflexors ( L4 ) i. Extensors hallucis longus ( L5 ) j. Ankle plantarflexors ( S1 ) PEMERIKSAAN KHUSUS a. Beevor’s sign Skor total KELULUSAN LULUS / MENGULANG Keterangan :

Skor 2 = Bila dilakukan sempurna Skor 1 = Bila dilakukan tidak sempurna Skor 0 = Bila tidak dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Theory-based education is performed for intervention group in 2 educational sessions 60 minutes per each session during 2-week period for students.before training and two months later

Placebo Used Assignment Parallel Other design features Secondary Ids empty Ethics committees 1 Ethics committee Name of ethics committee ethics committee, Vice-Chancellor in

Usulan remunerasi yang disetujui menteri/pimpinan lembaga/ketua dewan kawasan diajukan kepada Menteri

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka

[r]

Pengaruh terbaik perlakuan terhadap pertumbuhan semai dan sifat kimia tanah dihasilkan oleh kombinasi perlakuan antara 20% (v/v) arang kayu dan inokulasi Glomus fasciculatum..

various tasks such as by fixing a small video camera to offer &#34;visual access&#34; in places. where access by human presence is difficult

This study is mainly about investigating the energy efficiency at Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) specifically in Faculty of Technology Engineering (FTK) and Faculty of

U prvom zadatku ´ce se prvo baviti gotovim skupovima, gdje ´ce oˇcitavanjem podataka iz danog Vennovog dijagrama do´ci do rješenja, a zatim s obzirom na ta rješenja ´ce se

Konstruksi kepemimpinan Jawa dalam kartun : analisis semiotika terhadap Presiden SBY dalam kartun politik.. Depok: