• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Pemilihan karir seseorang tidak terlepas dari perwujudan harapan dari sebuah karir yang akan dijalani. Setiap orang yang akan menentukan karir sudah pasti akan mengharapkan hasil dari jerih payah saat menjalani karir tersebut. Dengan kata lain, konsep pengambilan keputusan dalam memilih karir ini berhubungan dengan teori harapan. Teori ini beranggapan bahwa orang-orang termotivasi untuk berperilaku tertentu yang menimbulkan kombinasi yang dikehendaki terhadap hasil yang diinginkan (Kreitner dan Kinicki, 2014:224). Konsep dari pemilihan profesi berhubungan dengan teori motivasi, yaitu teori harapan (expectancy theory). Motivasi berasal dari kata latin “movere”, yang berarti dorongan atau menggerakan. Menurut (Kreitner dan Kinicki 2014:212) motivasi merupakan proses-proses psikologis yang menyebabkan stimulasi, arahan dan kegigihan terhadap sesbuah kegiatan yang dilakukan secara sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan.

Pemilihan karir mahasiswa akuntansi ditentukan oleh pengharapan akan karir yang akan mereka pilih apakah karir tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan individu mereka dan juga mempertimbangkan apakah karir tersebut dapat memberikan imbalan organisasi yang layak seperti kenaikan penghargaan

(2)

financial/gaji. Artinya, jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, individu akan sangat terdorong untuk mempoleh hal yang diinginkannya. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Oleh karena itu, teori pengharapan ini berfokus pada 3 (tiga) hubungan (Robbins dan Judge, 2015:148):

1) Hubungan upaya dengan kinerja, probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong tercapainya kinerja yang diinginkan.

2) Hubungan kinerja dengan imbalan, sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya kinerja yang diinginkan.

3) Hubungan imbalan dengan tujuan pribadi, sampai sejauh mana imbalan-imbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi individu yang bersangkutan.

(3)

2. Teori Perilaku Berencana (Theory of Planned Behavior)

Teori ini merupakan teori psikologi sosial yang sudah digunakan untuk memprediksi berbagai perilaku, salah satunya adalah untuk memprediksi perilaku konsumen. Pada kasus ini mahasiswa juga dapat diumpamakan sebagai konsumen yang akan memilih perusahaannya untuk tempat berkarir. Teori perilaku berencana (theory of planned behavior atau TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari theory of reasoned action (TRA) (Jogiyanto, 2007:61). TRA menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individu memiliki minat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention). Minat perilaku akan menentukan perilaku seseorang. TRA mengusulkan bahwa minat perilaku adalah suatu fungsi dari sikap (attitude) dan norma subjektif (subjective norms) terhadap perilaku.

Minat (intention) didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Niat tidak selalu statis dan dapat berubah seiring berjalannya waktu (Jogiyanto, 2007:29). Menurut Jogiyanto (2007:57) menjelaskan minat (intention) berubah menurut waktu, selain itu hasil TRA jangka pendek lebih signifikan dibandingkan dengan hasil TRA jangka panjang. Semakin pendek interval waktunya, semakin jarang terjadi perubahan di minat. Akan tetapi, semakin lebar interval waktu, semakin mungkin terjadi perubahan-perubahan di minat dengan akibat hubungan antara minat dengan perilakunya menjadi lemah.

Ajzen mengembangkan teori TPB dengan menambahkan konstruk yang belum ada dalam Theory of Reasoned Action, yaitu perceived behavior control (kontrol perilaku persepsian) untuk mengontrol halangan-halangan internal dan

(4)

eksternal dalam melakukan perilaku (Jogiyanto, 2007:86). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Salah satu kelebihan dari TPB terhadap TRA adalah kemampuannya untuk menganalisis suatu situasi dimana individual-individual tidak mempunyai kontrol sendiri terhadap perilakunya. Kontrol perilaku persepsian (perceived behavior control), yaitu keyakinan bahwa individu akan melaksanakan atau tidak melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia memiliki kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Teori perilaku berencana (TPB) secara eksplisit mengenal kemungkinan bahwa banyak perilaku yang tidak semuanya dibawah kontrol penuh individu sehingga konsep dari kontrol perilaku persepsian ditambahkan untuk menangani perilaku-perilaku semacam ini (Jogiyanto, 2007).

Dalam theory of planned behavior (TPB), perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya minat berperilaku (behavioral intention) (Jogiyanto, 2007:65). Lebih lanjut, minat berperilaku ditentukan oleh tiga macam kepercayaan, antara lain:

a. Kepercayaan perilaku (behavioral belief), yaitu kepercayaan tentang

kemungkinan terjadinya perilaku. Kepercayaan perilaku akan

(5)

b. Kepercayaan normatif (normative belief), yaitu kepercayaan tentang ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk menyetujui ekspektasi tersebut. Kepercayaan normatif menghasilkan tekanan sosial atau norma subjektif.

c. Kepercayaan kontrol (control belief), yaitu kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan persepsian dari faktor-faktor tersebut. Kepercayaan kontrol akan menghasilkan kontrol perilaku persepsian. Berdasarkan teori perilaku berencana, perilaku merupakan suatu fungsi dari minat, dimana minat yang lebih kuat akan mengarahkan pada suatu perilaku. Dalam hal ini terdapat tiga hal yang berkaitan atau menjadi sumber dari suatu minat yaitu sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku persepsian. Berikut ini adalah penjelasan yang diungkapkan Ajzen dalam Jogiyanto (2007) mengenai tiga hal diatas :

a. Sikap terhadap perilaku (Attitude towards the behavior)

Sikap akan merujuk pada tingkatan yang dimiliki oleh individu dalam membuat evaluasi yang sifatnya baik atau tidak baik terhadap suatu perilaku. Jadi pada intinya sikap merupakan hal yang diciptakan oleh suatu individu itu sendiri. Sikap tersebut nantinya akan mengarahkan individu kepada hal dia anggap baik maupun tidak baik.

(6)

b. Norma Subyektif (Subjective Norms)

Norma subyektif merujuk pada tekanan sosial yang dihadapi individu untuk dapat menampilkan perilaku tertentu ataupun tidak menampilkannya. Norma subyektif disini merupakan penilaian orang lain terhadap individu, dimana individu tersebut nantinya akan terpengaruh oleh penilaian orang lain tersebut dan mengikuti apa yang dinilai baik dan buruk oleh orang lain tersebut. Hingga terkadang apa yang menjadi penilaian orang lain tersebut menjadi beban atau tekanan bagi suatu individu.

c. Kontrol Perilaku Persepsian (Perceived Behavior Control)

Kontrol perilaku persepsian merujuk pada kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan perilaku tertentu, serta asumsi yang dibuat oleh individu yang mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai bahan antisipasi dalam menghadapi rintangan. Hal ini berarti bahwa individu memiliki asumsi terhadap suatu pilihan yang ada, dimana asumsi tersebut dapat berupa anggapan kemudahan atau kesulitan serta rintangan dalam mencapai suatu hasil. Pada akhirnya, asumsi yang dibuat oleh individu mungkin akan mengarahkan perilakunya. Sehingga secara skematiknya dapat digambarkan sebagai berikut:

(7)

Gambar 2.1

Theory of Planned Behavior

Sumber : (Jogiyanto , 2007:69)

Lebih lanjut, sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma-norma subyektif (subjective norms), dan kontrol perilaku persepsian (perceived behavior control) akan mengakibatkan minat perilaku (behavioral intention) sehingga diharapkan dengan mengidentifikasi sikap mahasiswa akuntansi, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian dapat memprediksi keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik.

Kepercayaan-kepercayaan Perilaku (Behavior beliefs) Kepercayaan-kepercayaan kontrol (Control beliefs) Kepercayaan-kepercayaan normatif (Normative beliefs) Norma Subyektif (Norma Subjective) Sikap terhadap perilaku (Attitude towards behavior) Kontrol Perilaku Persepsian (Perceived Behavior Control) Minat Perilaku (Behavioral Intention) Perilaku (Behavior)

(8)

3. Sikap

Sikap (attitude) adalah eveluasi kepercayaan (belief) atau perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (Jogiyanto, 2007:36). Sikap pada hakikatnya merupakan kecenderungan pernyataan seseorang, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang mencerminkan bagaimana merasakan tentang orang, objek atau kejadian dalam lingkungannya.

Sedangkan menurut (Kreitner dan Kinicki, 2014:159) sikap adalah kecenderungan terpelajar untuk memberikan tanggapan dalam cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan respek terhadap suatu objek. Apabila kita mempunyai sikap positif tentang pekerjaan kita, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Sikap mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik dalam konteks spesifik. Artinya, sikap mempengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda. Berbeda dengan nilai-nilai yang menunjukkan keyakinan menyeluruh bahwa mempengaruhi perilaku di semua situasi.

Beagley (2012) mendefinisikan sikap sebagai pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Bila individu mempersepsikan profesi akuntan publik sebagai profesi yang baik dan menyenangkan baginya serta individu tersebut memiliki sikap yang positif terhadap profesi akuntan publik, maka kemungkinan besar niatnya untuk berkarir sebagai akuntan publik juga akan semakin besar dan pada akhirnya memutuskan untuk berkarir sebagai akuntan publik setelah lulus. Sugahara dan Boland (2006) membuktikan bahwa mahasiswa

(9)

akuntansi yang berniat untuk menjalani karir sebagai Certified Public Accountant (CPA) memiliki sikap yang positif (favorable) terhadap profesi akuntan publik.

Penelitian Law (2010) juga menunjukkan sikap terhadap perilaku (disebutkan dalam penelitian ini sebagai nilai intrinsik) mempengaruhi keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir sebagai certified public accountant (CPA) secara positif dan signifikan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut telah dibuktikan bahwa sikap mahasiswa terhadap suatu profesi mampu digunakan untuk memprediksi keputusan mereka menjalani suatu karir.

4. Norma Subyektif

Ajzen dalam Bagley (2012) berpendapat bahwa norma subyektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu.

Norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap suatu kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007:42).

Sugahara dan Boland (2006) mendefinisikan norma subyektif sebagai tekanan sosial dari seseorang yang memiliki hubungan dengan pembuat keputusan. Lebih jauh, Sulistiani (2012) menyebutnya dengan the influence of human factors. Dalam beberapa konteks penelitian yang berbeda, norma subyektif dikenal pula dengan personal or moral norms, perceived social pressures, atau personal feelings of moral

(10)

obligation untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Pengaruh tersebut dapat berasal dari orang tua, keluarga, teman/ rekan kerja, dosen di universitas, dan pakar profesional dari suatu profesi. Bila individu mempersepsikan orang-orang di sekitarnya (keluarga, teman-teman, dan dosen) menganggapnya mampu serta memiliki kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik maka kemungkinan sikapnya untuk berkarir sebagai akuntan publik juga akan semakin besar dan pada akhirnya akan memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik setelah lulus.

5. Kontrol Perilaku Persepsian (Perceived Behavior Control)

Menurut Kreitner dan Kinicki (2014:185) persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan kita menginterpretasikan dan memahami lingkungan sekitar kita. Proses persepsi mempengaruhi lebih banyak dibandingkan kesan yang orang-orang buat terhadap satu sama lain. Pada dasarnya persepsi tersebut merupakan apa yang dipahami individu terhadap sesuatu. Pemahaman tersebut terkadang benar atau salah hampir sama dengan karakteristik dari sikap. Dengan kata lain persepsi juga menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan pola pikir yang diterima dari suatu individu.

Menurut Lubis (2010:93) persepsi merupakan bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Pada dasarnya persepsi tersebut bisa berarti benar atau salah dan hanya merupakan sebuah pendapat. Manusia bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan sebenarnya. Pada kenyataannya setiap manusia memiliki

(11)

persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain.

Kontrol perilaku persepsian (perceived behavior control) adalah kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan suatu perilaku (Jogiyanto, 2007:64). Kontrol perilaku persepsian ditentukan oleh adanya control beliefs yaitu kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau justru menghalangi perilaku (Jogiyanto, 2007:66). Bila individu memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor yang dapat memfasilitasi suatu perilaku, maka individu tersebut akan memiliki persepsi yang tinggi untuk dapat mewujudkan perilaku.

Jika individu merasa dirinya memiliki kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik, maka kemungkinan keputusannya untuk berkarir sebagai akuntan publik juga akan semakin tinggi dan pada akhirnya akan memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik setelah lulus. Sebaliknya, bila individu merasa dirinya tidak memiliki kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik, maka kemungkinan keputusannya untuk berkarir sebagai akuntan publik akan semakin rendah dan pada akhirnya tidak akan memilih untuk berkarir sebagai akuntan publik setelah lulus.

(12)

6. Karir

Pada umumnya sebagian orang menilai karir adalah suatu pekerjaan yang dijabat oleh seseorang pada saat tertentu. Akan tetapi penilaian itu tidak sepenuhnya benar karena karir adalah serangkaian posisi atau pekerjaan yang dijalani seseorang selama hidupnya (Marwansyah, 2014:207).

Sedangkan menurut Handoko (2010:122) karir adalah sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja. Artinya, semua orang dengan sejarah kerja mereka disebut mempunyai karir.

Handoko (2010:123) menyatakan bahwa untuk mencapai karir yang diinginkan, diperlukan proses yang disebut perencanaan karir. Perencanaan karir adalah proses yang digunakan oleh seseorang untuk memilih tujuan-tujuan karir dan jalur untuk mencapai tujuan itu (Marwansyah, 2014:208). Perencanaan karir sangat diperlukan seseorang yang ingin mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, karir harus dibentuk melalui suatu perencanaan yang cermat yang dirinci atas beberapa konsep dasar sebagai berikut :

a. Karir

Karir adalah perkembangan para karyawan secara individu dalam jenjang jabatan/kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi atau perusahaan.

b. Jalur karir

Jalur karir adalah pola pekerjaan-pekerjaan berurutan yang membentuk karir seseorang.

(13)

c. Sasaran-sasaran karir

Sasaran-sasaran karir adalah posisi di waktu yang akan datang dimana seseorang berjuang untuk mencapainya sebagai bagian dari karirnya.

d. Perencanaan karir

Perencanaan karir adalah proses dimana seseorang memilih sasaran karir, dan jalur karir menuju sasaran tersebut.

e. Pengembangan karir

Pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.

Sebagian besar orang gagal mengelola karir mereka, karena tidak memperhatikan konsep-konsep dasar perencanaan karir tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa sasaran-sasaran karir dapat memacu karir mereka dan menghasilkan kesuksesan yang lebih besar. Pemahaman akan konsep-konsep tersebut tidak menjamin kegiatan, akan tetapi dapat mengarahkan pada penetapan sasaran karir sehingga perencanaan dan pengembangan karir dapat terlaksana.

Secara umum proses perencanaan dan pengembangan karir dapat dijelaskan sebagai berikut:

(14)

Gambar 2.2

Kerangka Perencanaan dan Pengembangan Karir

Perencanaan Karir Pengembangan Karir Umpan Balik Sumber : Handoko (2010:124)

Perencanaan karir diawali dengan pemahaman tentang diri, yang membantu seseorang untuk melihat jangkar karir mana yang lebih menonjol. Kemudian, ia dapat menetapkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Segala hal yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dimasa depan, harus dipertimbangkan. Belajar memahami diri sendiri yang realistis dapat membantu seseorang untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi perkembangan karirnya. Sering terjadi, seseorang menerima sebuah tawaran kerja

Jalur-Jalur Karir

Sasaran-sasaran Karir

(15)

tanpa mempertimbangkan apakah pekerjaan itu cocok dengan minat dan kemampuannya. Pendekatan seperti ini seringkali berakhir dengan kegagalan.

7. Profesi

Profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Menurut Nursalim (2015:12) profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. Profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation, melainkan suatu pekerjaan khusus yang mempunyai ciri-ciri expertise (keahlian), responsibility (tanggung jawab), dan rasa kesejawatan.

Menurut Isnanto (2009:6) profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Ciri-ciri profesi menurut Isnanto (2009:7) adalah:

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi. 3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi

(16)

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Syarat-syarat suatu profesi menurut Isnanto (2009:8) antara lain :

1. Melibatkan kegiatan intelektual.

2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. 4. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. 5. Mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.

6. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. 7. Menentukan baku standarnya sendiri dalam hal ini adalah kode etik. 8. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam (Pasal 1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan

(17)

Akuntan publik di definisikan oleh Arens at al (2014:38) adalah sebagai berikut :

CPA : a person who has met state regulatory requirement including passing the uniform CPA exam and has thus been certified. A CPA may have as his or her primary responsibility the performance of the audit function on published historical financial statement of commercial and non commercial financial entities.”

Akuntan publik dapat diartikan sebagai seseorang yang telah memenuhi persyaratan peraturan termasuk lulus ujian sertifikasi akuntan publik. Seorang akuntan bersertifikat akuntan publik mempunyai tanggung jawab utama untuk melakukan fungsi audit atas laporan keuangan historis yang diterbitkan entitas-entitas keuangan yang bersifat komersial dan nonkomersial. (Arens at al, 2015:19).

Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik. (Soekrisno Agus, 2014:44).

Sebagian besar profesional muda yang ingin menjadi CPA memulai karir mereka dengan bekerja pada sebuah KAP. Setelah menjadi CPA, banyak yang meninggalkan KAP asalnya dan bekerja di lingkungan industri, pemerintah, atau pendidikan. Mereka dapat terus menjadi CPA tetapi sering kali melepas hak mereka untuk berpraktik sebagai auditor independen di kebanyakan negara bagian, para CPA harus memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan dan persyaratan lisensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, wajar saja jika akuntan menjadi CPA tetapi tidak berpraktik sebagai auditor independen. (Arens at al, 2015:18).

(18)

Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik adalah pemeriksaan laporan keuangan dan konsultasi di bidang keuangan. Jenis pekerjaan tersebut mencerminkan seorang akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) akan selalu berhubungan dengan klien, yaitu perusahaan yang meminta jasa pada kantor akuntan publik. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis pekerjaan profesi akuntan publik adalah pekerjaan yang tegantung pada jasa yang diminta oleh kliennya.

Perizinan menjalankan praktik sebagai akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, jika seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang syah.

2. Berpengalaman praktik memberikan jasa asurans dan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

3. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik.

6. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

(19)

7. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diterapkan oleh Menteri.

8. Tidak berada dalam pengampuan.

Berikut ini adalah gambaran jenjang karir akuntan publik (Arens at al, 2015:32): 1. Asisten staf, bertugas melakukan sebagian besar pekerjaan audit yang terinci. 2. Auditor senior, bertugas untuk mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas

pekerjaan lapangan audit, termasuk mengawasi dan mereview pekerjaan staf. 3. Manajer, bertugas membantu penanggung jawab merencanakan dan mengelola

audit, mereview pekerjaan auditor senior, serta membina hubungan dengan klien. Seorang manajer mungkin bertanggung jawab atas lebih dari satu penugasan pada saat yang sama.

4. Partner, bertugas mereview keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam keputusan-keputusan audit yang signifikan. Seorang partner adalah pemilik KAP dan karenanya mengemban tanggung jawab akhir dalam melaksanakan audit dan melayani klien.

Bekerja di KAP dapat mengetahui berbagai macam perusahaan terutama perlakuan auditnya dan sering bepergian keluar kota untuk mengaudit ke perusahaan (klien). Pengalaman di KAP membuat seorang individu dicari oleh perusahaan karena dianggap telah menguasai akuntansi sesuai standar yang berlaku. Namun bekerja di KAP juga terdapat kekuranganya, seperti pekerjaan yang melebihi perusahaan biasa yang mengharuskan lembur.

(20)

9. Keputusan

Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternatif yang tersedia dihadapannya, tetapi konsekuensinya sangat menentukan di masa selanjutnya. Sebagai individu, setiap saat manusia melakukan pembuatan keputusan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk orang banyak atau organisasi.

Menurut (Salusu, 2015:32) pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan dan mendorong lahirnya gerakan dan perubahan.

Sedangkan menurut (Sunyoto dan Burhanudin, 2015:54) pengambilan keputusan adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagai proses menentukan pilihan dari beberapa alternatif.

Menurut Moorhead dan Griffin (2013:203) menyatakan pengambilan keputusan sebagai kegiatan pemilihan diantara berbagai alternatif yang tersedia. Sama dengan pengertian sebelumnya, akan selalu terdapat pilihan alternatif yang nantinya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

10. Penelitian Terdahulu

Bagley, dkk (2012) mengkaji dengan variabel independen yang digunakan adalah sikap, norma subyektif, dan perceived behavior control. Variabel dependen adalah keputusan karir di kantor akuntan publik big four dan kantor akuntan publik nonb big four. Populasi pada penelitian ini adalah para akuntan dan mahasiswa di bidang akuntansi. Hasil dari analisis menunjukan bahwa variabel sikap dan norma

(21)

subyektif signifikan sedangkan variabel perceived behavior control tidaklah signifikan. Pada penelitian ini menghasilkan jawaban yang berbeda antara para calon akuntan dan akuntan profesional. Perbedaan tersebut terjadi karena identifikasi yang berbeda antara kedua kelompok tersebut mengenai keuntungan dan kerugian dalam berkarir pada KAP Big Four.

Sulistiani (2012) mengkaji tentang Aplikasi Theory of Planned Behavior. Variabel independen yang digunakan adalah persepsi dan sikap, norma subyektif dan perceived behavior control. Variabel dependen adalah niat mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai akuntan publik. Populasi yang digunakan adalah mahasiswa akuntansi di Universitas Diponegoro. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa variabel sikap dan persepsi tidak signifikan dikarenakan kesalahan peneliti dalam memasukkan indikator-indikator faktor persepsi suatu profesi atau lebih tepatnya nilai intrinsik profesi menjadi faktor sikap. Sedangkan variabel norma subyektif dan perceived behavior control berpengaruh secara signifikan terhadap niat berkarir sebagai akuntan publik.

Firmansyah (2014) mengkaji dengan variabel dependen yaitu keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir pada kantor akuntan publik big four dan kantor akuntan publik non-big four. Populasi yang digunakan adalah mahasiswa pendidikan profesi akuntansi di Universitas Diponegoro dan UNISBANK Semarang. Hasil dari analisis menunjukan bahwa variabel sikap memberikan pengaruh secara signifikan terhadap keputusan berkarir di kantor akuntan publik big four dan non-big four. Sedangkan variabel lingkungan dan variabel persepsi individu tidak

(22)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan karir mahasiswa akuntansi di kantor akuntan publik big four dan non-big four.

Tabel 2.3

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Pengarang (Tahun) Variabel Hasil 1 Penelope L. Bagley, dkk (2012) Variabel Independen : Sikap, norma subyektif dan perceived behavior control

Variabel sikap dan variabel norma subyektif dinyatakan signifikan tetapi variabel perceived behavior control tidak signifikan

2 Dewi Sulistiani (2012)

Variabel Independen : Persepsi dan sikap, norma subyektif dan

perceived behavior

control

Variabel persepsi dan sikap tidak berpengaruh signifikan sedangkan norma subyektif dan perceived behavior control berpengaruh signifikan

3 Edo Firmansyah

(2014)

Variabel Independen : Sikap,lingkungan

mahasiswa dan persepsi individual

Variabel sikap dinyatakan signifikan sedangkan variabel lingkungan mahasiswa dan variabel persepsi individual tidak signifikan

Sumber : Penelope L. Bagley, dkk (2012), Dewi Sulistiani (2012), Edo Firmansyah (2014)

(23)

B. Rerangka Pemikiran

1. Pengaruh Sikap mahasiswa terhadap Keputusan

Sikap pada hakikatnya merupakan kecenderungan pernyataan seseorang, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang mencerminkan bagaimana merasakan tentang objek, orang, atau kejadian yang di alaminya. Bagley, dkk (2012) telah berhasil menunjukan bahwa sikap memiliki pengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam berkarir. Mereka mengungkapkan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan perwujudan dari sikap dan evaluasi individu terhadap suatu peristiwa. Pernyataan ini mendukung dengan jelas bahwa sifat sebagai faktor internal yang berasal dari dalam suatu individu yang dapat memberikan pengaruh kepada tindakan yang dilakukan individu secara sadar. Sikap nantinya dapat mengarahkan individu kepada hal yang dia anggap baik maupun tidak baik, dan kemudian individu perlu mengambil tindakan atas hal tersebut. Sehingga sikap di sini akan berpengaruh secara langsung terhadap keputusan individu dalam memilih karirnya sesuai dengan teori planned of behavior bahwa sikap akan mengarahkan tindakan individu.

Ha1 : Sikap berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik

(24)

2. Pengaruh Norma Subyektif mahasiswa terhadap Keputusan

Norma subyektif adalah pengaruh dari pihak lain (dosen, teman dan keluarga) terhadap individu dalam pengambilan keputusan pilihan karir. Bagley, dkk (2012) mengatakan norma subyektif adalah pengaruh pihak lain (orang tua, dosen dan teman) terhadap keputusan karir mahasiswa akuntansi. Pengaruh pihak lain (orang tua, dosen dan teman) pada pemilihan keputusan berkarir mahasiswa akuntansi adalah saran. Saran untuk mahasiswa akuntansi bekerja di kantor akuntan publik karena gaji yang besar, pelatihan karyawan yang lebih baik dan keseimbangan kehidupan-pekerjaan (work life balance) dan lingkungan kerja tanpa stres.

Sedangkan Firmansyah (2014) menyatakan lingkungan yang menciptakan norma subyektif, dimana pada akhirnya yang bisa dianggap memberikan pengaruh adalah lingkungan yang ditunjukan dalam bentuk norma subyektif. Lingkungan tersebut dapat mempengaruhi keputusan karir mahasiswa akuntansi. Menurut teori perilaku berencana (teory of planned behavior) tentang norma subyektif adalah untuk memprediksi pengaruh dari pihak lain (orang tua, teman dan dosen) terhadap keputusan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik.

Ha2 : Norma subyektif berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik

(25)

3. Pengaruh Perceived behavior control terhadap Keputusan

Perceived behavior control adalah kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku. Jika individu merasa dirinya memiliki kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan menjadi akuntan publik, maka kemungkinan keputusannya untuk berkarir sebagai akuntan publik akan semakin besar setelah lulus. Bagley, dkk (2012) mengatakan perceived behavior control adalah individu percaya kesulitan syarat perilaku terhadap minat. Kesulitan syarat terhadap minat berkarir di kantor akuntan publik seperti tekanan dan durasi kerja yang lama. Mahasiswa akuntansi merasa tidak mampu bekerja di kantor akuntan publik karena durasi kerja yang lama dan tekanan di lingkungan pekerjaan. Itu sebabnya kesulitan syarat perilaku tersebut mengurangi minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir menjadi akuntan publik. Sebaliknya semakin tinggi tekanan sosial yang diterima oleh mahasiswa akuntansi, semakin kuat pula niat mahasiswa akuntansiuntuk melanjutkan karier sebagai akuntan publik.

Ha3 : Perceived behavior control berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik

Berdasarkan teori dan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya maka terdapat tiga jenis variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sikap, norma subyektif dan perceived behavior control. Sedangkan variabel dependennya adalah keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan

(26)

publik. Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang disusun untuk mempermudah pemahaman hipotesis: Gambar 2.4 Rerangka Pemikiran B. Hipotesis C. Hipotesis

Ha1 : Sikap berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik

Ha2 : Norma subyektif berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik

Ha3 : Perceived behavior control berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik

Sikap Keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik Norma Subyektif Perceived Behavior Control

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Mobil

Pada Kategori antar Mahasiswi di Juarai oleh Tim Institut Tekhnologi Sepuluh November Surabaya yang pada pertandingan Final berhasil menaklukkan Tim Universitas Jember dengan

3.3 Memberikan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau

Menimbang , bahwa untuk mendukung permohonan bandingnya, Penggugat/ Pembanding dalam perkara ini telah mengajukan memori banding tertanggal 24 Agus tus 2012 yang diterima di

Koordinasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup dengan instansi yang terkait memudahkan bagi Badan Lingkungan Hidup sendiri dalam upaya pengendalian

intention perilaku seksual (t ˃ 1.96), dan tidak ada pengaruh faktor sosial terhadap subjective norm, faktor sosial terhadap attitude toward behavior information terhadap subjective

Hasil perhitungan RadCon untuk konsekuensi radiologis yang diterima masyarakat dari kondisi operasi abnormal yang dipostulasikan dan asumsi asumsi pelepasan produk fisi dari

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W7, 2017 ISPRS Geospatial Week 2017, 18–22 September 2017,