SEKTOR JASA KONSTRUKSI
SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN
JABATAN KERJA
AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA
BUKU INFORMASI
Perancangan Metode Survei
F45.PW02.004.01
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
TAHUN 2014
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja. Pelaksanaan pelatihan merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis untuk melakukan aktivitas tertentu dalam rangka pencapaian suatu kompetensi untuk memenuhi tuntutan yang dinyatakan dalam Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan identifikasi Indikator Unjuk Kerja (IUK) unsur dari setiap KUK, maka pencapaian suatu kompetensi merupakan pencapaian IUK yang telah dikembangkan berdasarkan unsur kompetensi, tingkat kompetensi dan dimensi kompetensi.
Dalam konsep pelatihan berbasis kompetensi, kegiatan pelatihan tidak mutlak tergantung pada lamanya waktu pelatihan yang telah ditetapkan dalam KPBK, tetapi pelaksanaannya sangat tergantung pada kemampuan instruktur yang dituntut menguasai substansi unit kompetensi terkait dan keaktifan masing-masing peserta dalam pencapaian unit kompetensi tersebut.
Penetapan waktu pencapaian kompetensi yang tercantum dalam Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK) merupakan hasil analisis pencapaian kompetensi dengan durasi maksimum yang harus didukung dengan prasarana dan sarana pelatihan yang memenuhi standar serta persyaratan instruktur dan peserta yang telah ditetapkan sebelumnya.
KPBK disusun dengan berorientasi pada kurikulum untuk tiap unit kompetensi, sehingga untuk paket pelatihan suatu jabatan kerja masih memerlukan langkah penyusunan paket pelatihan yang mengacu kepada tujuan pelatihan yang telah ditetapkan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
BAB I PENGANTAR ... 1
1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 1
1.2 Penjelasan Materi Pelatihan ... 1
1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ... 3
1.4 Pengertian-pengertian / Istilah ... 3
BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 5
2.1 Peta Paket Pelatihan ... 5
2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi ... 7
2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 7
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 14
3.1 Strategi Pelatihan ... 14
3.2 Metode Pelatihan ... 15
3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan ... 15
BAB IV MERANCANG METODE SURVEI ... 23
4.1 Umum ... 23
4.2 Membuat Desain Survei ... 23
4.3 Merencanakan kegiatan koordinasi dengan instansi terkait ... 30
4.4 Menyusun rencana survei dan inventarisasi data sekunder ... 32
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ... 42
5.1 Sumber Daya Manusia ... 42
5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ... 43
5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ... 44
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
BAB I
PENGANTAR
1. 1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
1.1.2 Kompeten di tempat kerja
Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang
bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
1.2 Penjelasan Materi Pelatihan
1.2.1 Desain materi pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.
1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur.
2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur.
1.2.2 Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan.
2) Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.
3) Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.2.3 Penerapan materi pelatihan
1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:
a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.
2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah:
1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini
1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-
RCC)
Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.
1.3.2 Persyaratan
Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui:
1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau
3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.
1.4 Pengertian-pengertian / Istilah
1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.
1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi
Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan
membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.
1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas
pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.
1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
1.4.7 Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.9 Sertifikat Kompetensi
Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.
1.4.10 Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
BAB II
STANDAR KOMPETENSI
2.1 Paket Pelatihan
Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Madya Perencana Tata Ruang Wilayah dan Kota yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Identifikasi dan Menerapkan Metode Survei dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota- Kode Unit F45.PW02.004.01, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
Melaksanakan Sistem Manajemen Keselatan dan Kesehatan Keja (SMK3) dan
Lingkungan Terkait dengan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota
Menerapkan Etos Kerja, Etika Profesi dan Manajemen Organisasi Kerja yang
baik
Melakukan Identifikasi dan Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria
dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota
Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan
Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder
Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis
Menyusun Naskah Teknis Rancangan Peraturan Daerah
Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana
Menyamakan Persepsi Tim Perencana
Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan
Menggunakan Teknologi Informasi Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Menggunakan Kemampuan Teknik Komunikasi
Kerangka pelatihan modul merupakan bagian dari paket pelatihan Jabatan Kerja Ahli Madya Perencana Tata Ruang Wilayah dan Kota yaitu sebagai representasi alur pikir langkah-langkah pelaksanaan pelatihan yang dapat ditunjukkan pada skema sebagai berikut ini :
SKEMA PENCAPAIAN KOMPETENSI AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA
Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis
Menyusun Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah
Ahli Muda
Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana
Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan
Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan
Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder
Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu
Ahli Utama
Merancang Metode Survei
Gambar 2.1
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi
2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.
2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari
Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini
adalah “Melakukan Identifikasi dan Menerapkan Metode Survei dalam
Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota”.
2.2.3 Durasi / waktu pelatihan
Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.
2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten
Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.
2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari
Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :
mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja
telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Judul Unit
Merancang metode survey yang tepat dalam Pekerjaan Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota
2.3.2 Kode Unit
F45.PW02.004.01
2.3.3 Deskripsi Unit
Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan identifikasi dan menerapkan metode
survey yang tepat dalam perencanaan tata ruang wilayah dan kota.
2.3.4 Kemampuan Awal
Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal tentang etos kerja, etika profesi dan manajemen organisasi kerja yang baik, kebutuhan data perencanaan, dan permasalahan wilayah perencanaan.
2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA KERJA
1. Membuat desain survey 1.1 Metode pelaksanaan survei dipilh secara tepat
sesuai dengan kerangka acuan kerja
1.2 Perlengkapan survei dibuat berdasarkan
kebutuhan data untuk melakukan pekerjaan perencanaan.
1.3 Jadwal pelaksanaan survei dibuat sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
2. Merencanakan kegiatan koordinasi
dengan instansi terkait
2.1 Instansi terkait dengan lingkup pekerjaan
ditentukan secara tepat.
2.2 Cakupan batas wilayah perencanaan yang akan
dibahas bersama dengan instansi terkait
dirumuskan.
2.3 Informasi yang akan dicari dari intansi terkait dibuat daftar.
3. Menyusun rencana survei dan
inventarisasi data sekunder
3.1 Pustaka yang dibutuhkan dibuat daftarnya. 3.2 Peta dasar wilayah perencanaan yang akan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan survei pengamatan lapangan diidentifikasi.
3.3 Data fisik dan non fisik lapangan yang dibutuhkan untuk identifikasi permasalahan perencanaan diidentifikasi.
3.4 Panduan wawancara dalam bentuk kuesioner dan pengamatan lapangan dirumuskan.
2.3.6 Batasan Variabel 1. Konteks Variabel
1.1 Unit ini diterapkan sebagai kompetensi perseorangan dan menjadi dasar penentuan kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan merancang metode pengumpulan data untuk mendukung pekerjaan perencanaan tata ruang wilayah dan kota,
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
1.2 Kegiatan merancang metode pengumpulan data dan survei ini bertujuan agar diperoleh panduan yang dapat digunakan membantu perolehan gambaran nyata kondisi wilayah perencanaan, sehingga diharapkan permasalahan dan potensi wilayah rencana benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan.
1.3 Metode pengumpulan data yang dirancang dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu desain survei, rencana koordinasi dengan instansi dan rencana survei lapangan dan non lapangan (primer dan sekunder). 1.3.1 Pengumpulan data sekunder
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait, baik di tingkat Pusat, di tingkat Provinsi, maupun di tingkat Kabupaten/kota.
1.3.2 Pengumpulan data primer
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data terbaru/ terkini langsung dari lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan, penyebaran kuesioner atau wawancara. Penentuan penggunaan kedua metode ini dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Namun demikian dari pengumpulan data primer ini diharapkan dapat saling menunjang pengumpulan informasi dan fakta yang diinginkan. Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data secara primer adalah sebagai berikut:
1.3.2.1 Ground check dan observasi lapangan
Survei ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menterjemahkan penggunaan lahan (land use) dari wilayah.
Dari survei ground check ini dapat dilakukan pengamatan
secara langsung ketersediaan infrastruktur dan fasilitas. 1.3.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menjaring aspirasi dan persepsi stakeholder (masyarakat, pemerintah, swasta) terhadap perencanaan tata ruang wilayah dan kota. Wawancara dengan pihak instansi juga dilakukan untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan di tiap
informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang sedang dan akan dilakukan.
1.3.2.3 Penyebaran kuesioner dilakukan untuk para stakeholder yang dianggap tepat (mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan) untuk diikutsertakan dalam kegiatan
perencanaan tata ruang wilayah dan kota.
1.4 Data yang dikumpulkan meliputi: 1.4.1 Peta
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala
1:25.000 sebagai peta dasar
Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan
membuat peta tutupan lahan. Citra satelit yang digunakan harus berumur tidak lebih dari satu tahun pada saat penyusunan rencana dengan menggunakan citra satelit resolusi 10 m – 15 m
Peta batas wilayah administrasi
Peta batas kawasan hutan
Peta informasi analisis kebencanaan (kegempaan, bahaya
gunung api, dll)
Peta identifikasi potensi sumber daya alam
1.4.2 Data dan informasi
Data dan informasi kebijakan penataan ruang terkait (RTRW
provinsi, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional/RTR KSN, RTRW kota sebelumnya)
RPJP Kota dan RPJM Kota, untuk kota-kota yang telah memiliki
RPJP dan RPJM
Data tentang kependudukan
Data tentang prasarana, sarana, dan utilitas wilayah
Data perekonomian wilayah
Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah
Data kondisi fisik/lingkungan dan sumber daya alam termasuk
penggunaan lahan eksisting
Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah
Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral,
terutama yang merupakan kebijakan pemerintah pusat
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
2. Perlengkapan yang diperlukan
2.1 Media penyimpanan data (komputer) 2.2 Media pencetakan (printer)
2.3 Media akses data (internet)
3. Tugas yang harus dilakukan
3.1 Membuat desain survei
3.2 Merencanakan kegiatan koordinasi dengan instansi terkait sebelum pelaksanaan survei
3.3 Menyusun rencana survei dan inventarisasi data sekunder
4. Peraturan-peraturan yang diperlukan
4.1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 4.2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
4.3 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
4.4 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota Beserta Rencana Rincinya
4.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
4.7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 4.8 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 17/PRT/M/2009 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota 4.9 Norma, Standar, Peraturan, dan Kriteria bidang Penataan Ruang
2.3.7 Panduan Penilaian
1. Penjelasan prosedur penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit serta unit-unit kompetensi yang terkait:
1.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya:
1.1.1 F45.PW02.003.01 Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah
1.2 Kaitan dengan unit lain
1.2.1 F45.PW02.008.01 Menyupervisi Survei Primer dan
Sekunder
1.2.2 F45.PW02.010.01 Melaksanakan Kompilasi dan
Pengolahan Data Terpadu
1.2.3 F45.PW03.019.01 Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis
1.2.4 F45.PW02.022.01 Menyusun Naskah Teknis Rancangan
Peraturan Daerah
2. Penjelasan prosedur penilaian
Unit Kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya ditempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja nomal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar
Metode uji antara lain: 1. Ujian tertulis 2. Ujian lisan
3. Tugas (take home)
3. Pengetahuan yang dibutuhkan
3.1 pengetahuan akan sumber data
3.2 pengetahuan dalam mendesain kebutuhan data sesuai dengan
tujuan perencanaan
4. Keterampilan yang dibutuhkan
4.1 melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan dapat proses perencanaan
4.2 kemampuan menggali informasi dan permasalahan wilayah dari stakeholder
5. Aspek Kritis
5.1 kemampuan membuat metode survei
5.2 kemampuan menelaah peraturan perundangan terkait dengan perencanaan tata ruang wilayah
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
2.3.8 Kompetensi Kunci
NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 3
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2
4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2
6. Memecahkan masalah 2
BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1 Strategi Pelatihan
Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan / perencanaan
1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.
2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.
2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.
3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek
1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek.
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan
3.2 Metode Pelatihan
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1 Belajar secara mandiri
Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
3.2.2 Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.
3.2.3 Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.
3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan
Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur
sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang
lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei Elemen Kompetensi 1 Membuat desain survei
No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembelajaran Indikatif 1. Mampu merancang metode pelaksanaan survei secara tepat sesuai dengan kerangka acuan kerja 1) Dapat menyebutkan metode-metode pengumpulan data yang sesuai untuk kebutuhan pekerjaan Perencanaan 2) Dapat menjelaskan metode survei yang Dipilih 3) Dapat memilih metode pengumpulan data secara tepat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu membuat desain survei 1) Ceramah 2) Tugas mandiri 3) Diskusi kelompok 1) menyebut kan metode-metode pengumpu lan data yang sesuai untuk kebutuhan pekerjaan Perencana an 2) menjelask an metode survei yang Dipilih 3) memilih metode pengumpu lan data secara tepat 1) Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggara-an Penataan Ruang 3) Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota Beserta Rencana Rincinya 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 7) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang 10 menit 2. Mampu membuat perlengkapan survei berdasarkan kebutuhan data untuk melakukan pekerjaan perencanaan. 1) Dapat menyebutkan perlengkapan survei yang dibutuhkan sesuai dengan metode survei yang dipilih 2) Mampu mengorganisir ketersediaan perlengkapan survei 3) Dapat menjelaskan dengan cermat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu membuat perlengkapan survei berdasarkan kebutuhan data untuk melakukan pekerjaan perencanaan 1) Ceramah 2) Tugas mandiri 3) Diskusi kelompok 1) menyebut kan perlengka pan survei yang dibutuhka n sesuai dengan metode survei yang dipilih 2) mengorga nisirketers ediaan perlengka pan survei 3) menjelaska n dengan cermat keterkaitan perlengkap an survei dengan data yang dibutuhkan 10 menit
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei Elemen Kompetensi 1 Membuat desain survei
No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembelajaran Indikatif keterkaitan perlengkapan survei dengan data yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perencanaan untuk melakukan pekerjaan perencana-an 8) Metode Penelitian (Nazir, 2011) 9) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Sugiyono, 2010)
10) Pedoman Survei
Kuesioner (Jogiyanto, 2011) 11) Data Collection and
Analysis (Sapsford and Jupp, 2006) 12) Qualitative
Research Methods (Mack et. al, 2005) 3. Jadwal pelaksanaan survei dibuat sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. 1) Dapat menyusun jadwal pelaksanaan survei sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 2) Dapat menjelaskan secara rinci jadwal pelaksanaan survei 3) Tertib dalam menyusun jadwal pelaksanaan survei Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyusun jadwal pelaksanaan survei dibuat sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. 1) Ceramah 2) Tugas mandiri 3) Diskusi kelompok 1) menyusun jadwal pelaksanaa n survei sesuai dengan jangka waktu pelaksanaa n pekerjaan 2) menjelaska n secara rinci jadwal pelaksanaa n survei 3) menyusun jadwal pelaksana-an survei dengan tertib 10 menit
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei
Elemen Kompetensi 2 Merencanakan kegiatan koordinasi dengan instansi terkait No. Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembela jaran Indikatif 1. Instansi terkait dengan lingkup pekerjaan ditentukan secara tepat 1) Dapat menyebutkan instansi terkait yang dapat menjadi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu kan menentuinsta nsi terkait dengan lingkup pekerjaan 1) Ceramah 2) Tugas mandiri 3) Diskusi kelompok 1) menyebut kan instansi terkait yang dapat menjadi sumber informasi dan 1) Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggara-an Penataan Ruang 3) Peraturan 10 menit
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei Elemen Kompetensi 1 Membuat desain survei
No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembelajaran Indikatif sumber informasi dan kontak untuk pengumpulan data 2) Dapat menentukan instansi terkait yang akan dijadikan sumber informasi dan kontakuntuk pengumpulan data 3) Cermat dalam menentukan instansi terkait dengan lingkup pekerjaan ditentukan secara tepat kontak untuk pengumpu lan data 2) menentuk an instansi terkait yang akan dijadikan sumber informasi dan kontak untuk pengumpu lan data 3) Cermat dalam menentuk an instansi terkait dengan lingkup pekerjaan Pemerintah No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota Beserta Rencana Rincinya 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 7) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang 2. Cakupan batas wilayah perencanaan yang akan dibahas bersama dengan instansi terkait dirumuskan. 1) Dapat merumuskan batasan wilayah kerja perencanaan berdasar kerangka acuan kerja 2) Dapat menentukan usulan untuk cakupan wilayah kerja Teliti dalam merumuskan cakupan wilayah kerja yang akan dibahas bersama instansi terkait Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memahami cakupan batas wilayah perencanaan yang akan dibahas bersama dengan instansi terkait dirumuskan. 1) Ceramah 2) Tugas mandiri 3) Diskusi kelompok 1) merumusk an batasan wilayah kerja perencana an berdasar kerangka acuan kerja 2) menentuk an usulan untuk cakupan wilayah kerja Teliti dalam merumusk an cakupan wilayah kerja yang akan dibahas bersama dengan instansi terkait 10 menit
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei Elemen Kompetensi 1 Membuat desain survei
No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembelajaran Indikatif 3. Informasi yang
akan dicari dari
intansi terkait dibuat daftar 1) Dapat merumuskan data dan informasi apa saja yang diperlukan terkait lingkup pekerjaan 2) Dapat menentukan data apa dan di instansi mana yang dapat menjadi sumber Informasi 3) Dapat membuat daftar informasi dan data yang akan dicari dari instansi terkait secara cermat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memahami informasi yang akan dicari dari intansi terkait dibuat daftar 1) Ceramah 2) Tugas mandiri 3) Diskusi kelompok 1) merumuskan data dan informasi apa saja yang diperlukan terkait lingkup pekerjaan 2) menentukan
data apa dan di instansi mana yang dapat menjadi sumber Informasi 3) membuat daftar informasi dan data yang akan dicari dari instansi terkait secara cermat 10 menit
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei
Elemen Kompetensi 3 Menyusun rencana survey dan inventarisasi data sekunder No. Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembela jaran Indikatif 1. Pustaka yang dibutuhkan dibuat daftarnya. 1) Dapat menyebutkan daftar pustaka yang dibutuhkan 2) Mampu menyusun daftar pustaka yang dibutuhkan 3) Dapat menjelaskan daftar pustaka yang dibuat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyusun pustaka yang dibutuhkan dibuat daftarnya 1) Ceramah 2) Tugas madiri 3) Diskusi kelompok 1) menyebutk an daftar pustaka yang dibutuhkan 2) menyusun daftar pustaka yang dibutuhkan 3) menjelas kan dengan singkat daftar pustaka yang telat dibuat 1) Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggara-an Penataan Ruang 3) Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 10 menit
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei
Elemen Kompetensi 3 Menyusun rencana survey dan inventarisasi data sekunder No. Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembela jaran Indikatif 2. Peta dasar wilayah perencanaan yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan survei pengamatan lapangan diidentifikasi. 1) Mampu mengkate gorisasika n peta dasar wilayah hasil survei berdasark an jenis dan pengguna an 2) Dapat menjelask an alasan pemilihan sebuah peta dasar wilayah 3) Dapat menentuk an dengan tepat peta dasar wilayah perencana an yang akan digunakan sebagai dasar survei Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyusun peta dasar wilayah perencanaan yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan survei pengamatan lapangan diidentifikasi 1) Ceramah 2) Tugas madiri 3) Diskusi kelompok 1) mengkate gorisasik an peta dasar wilayah hasil survei berdasar kan jenis dan penggun aan 2) menjelas kan alasan pemilihan sebuah peta dasar wilayah 3) menentuk an dengan tepat peta dasar wilayah perencan aan yang akan digunaka n sebagai dasar survei 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota Beserta Rencana Rincinya 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 7) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang 8) Metode Penelitian (Nazir, 2011) 9) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Sugiyono, 2010)
10) Pedoman Survei
Kuesioner (Jogiyanto, 2011) 11) Data Collection and
Analysis (Sapsford and Jupp, 2006) 12) Qualitative
Research Methods (Mack et. al, 2005)
10 menit
3. Data fisik dan non fisik lapangan yang dibutuhkan untuk identifikasi permasalahan perencanaan diidentifikasi. 1) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menentukan data fisik dan non fisik lapangan yang 1) Ceramah 2) Tugas madiri 3) Diskusi kelompok 1) menyebut kan jenis-jenis data fisik dan data non fisik yang dibutuhka n 2) membuat daftar 10 menit
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei
Elemen Kompetensi 3 Menyusun rencana survey dan inventarisasi data sekunder No. Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembela jaran Indikatif menyebutkan jenis-jenis data fisik dan data non fisik yang dibutuhkan 2) Mampu membuat daftar simak data yang terdiri dari data fisik dan non fisik yang perlu
dikumpulkan 3) Dapat
mengelompok kan data fisik dan non fisik berdasarkan fungsinya untuk mengidentifik asi permasalaha n dalam perencanaan 4) Teliti dalam mengidentifik asi data fisik dan non fisik yang perlu dikumpulkan dalam survei sesuai dengan kerangka laporan yang ditetapkan dibutuhkan untuk identifikasi permasalaha n perencanaan diidentifikasi. simak data yang terdiri dari data fisik dan non fisik yang perlu dikumpulk an 3) mengelom pokkan data fisik dan non fisik berdasark an fungsinya untuk mengident ifikasi permasala han dalam perencana an 4) Teliti dalam mengident ifikasi data fisik dan non fisik yang perlu dikumpulk an dalam survei sesuai dengan kerangka laporan yang ditetapkan 4. Panduan wawancara dalam bentuk kuesioner dan pengamatan lapangan dirumuskan. 1) Dapat menentukan pokok-pokok informasi yang perlu digali melalui wawancara Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyusun panduan wawancara dalam bentuk kuesioner dan pengamatan lapangan dirumuskan. 1) C eramah 2) Tugas madiri 3) Diskusi kelompok 1) Menentu-kan pokok-pokok informasi yang perlu digali melalui wawancara 2) Merumus-kan panduan wawancara dalam bentuk kuessioner untuk menggali
Unit Kompetensi Merancang Metode Survei
Elemen Kompetensi 3 Menyusun rencana survey dan inventarisasi data sekunder No. Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja Tujan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pembela jaran Indikatif 2) Dapat merumuskan panduan wawancara dalam bentuk kuessioner untuk menggali permasalaha n di lapangan 3) Dapat membuat varian panduan wawancara dalam bentuk kuessioner berdasarkan kelompok Narasumber 4) Dapat menentukan informasi dan data yang perlu dikumpulkan melalui pengamatan lapangan 5) Dapat menyusun panduan wawancara dan panduan pengamatan lapangan dengan cermat permasalaha n di lapangan 3) membuat varian panduan wawanca-ra dalam bentuk kuessioner berdasar-kan kelompok Narasum-ber 4) menentuka n informasi dan data yang perlu dikumpulka n melalui pengamata n lapangan 5) menyusun panduan wawancara dan panduan pengamata n lapangan dengan cermat
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
BAB IV
MERANCANG METODE SURVEI
4.1 Umum
Merancang metode survei merupakan salah satu kompetensi bagi seorang ahli perencanaan tata ruang wilayah dan kota. Dari rancangan metode survei dapat dilihat bagaimana seorang perencana memahami kerangka acuan kerja, isi dari produk perencanaan yang diharapkan, ketersediaan serta sumber data yang akan dikumpulkan, dan cara mengumpulkan data tersebut. Oleh karena itu, bagian ini akan membahas kompetensi inti yang diharapkan dari modul ini, yaitu membuat desain survei yang terkait dengan kegiatan untuk merencanakan koordinasi kegiatan dengan instansi terkait, serta menyusun rencana survei dan inventarisasi data sekunder.
4.2 Membuat desain survei
4.2.1 Pemilihan metode pelaksanaan survei sesuai dengan kerangka acuan kerja
Pemilihan metode pelaksanaan survey akan menyesuaikan dengan jenis dan ketersediaan data yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pemilihan metode pelaksanaan survey berkaitan dengan table kebutuhan data. Adapun isi dari table kebutuhan data ini diantaranya adalah nama data, sub data, unit data, sumber data, waktu data, dan jenis data (lihat table berikut ini sebagai contoh table kebutuhan data). Untuk keperluan koordinasi di dalam tim perencana, pada kolom terakhir dapat ditambahkan nama anggota tim yang bertanggung jawab dalam pengumpulan data.
Tabel 4.1
Contoh Tabel Kebutuhan Data
No Nama Data Sub Data Unit Data Sumber Data Waktu Data Jenis Data Perlengkapan Survei Penanggung jawab 1. Demografi Jumlah penduduk menurut kelompok umur Kecamatan BPS 5 tahun terakhir Sekunder Check-list data Mr. X 2. …
Adapun isi table kebutuhan data ini akan menyesuaikan dengan kerangka acuan kerja yang diberikan. Sebagai contoh, untuk pembuatan recana tata
ruang wilayah provinsi, maka mengacu pada Permen PU No 15/PRT/M/2009 akan diperlukan data, diantaranya data untuk penentuan kebijakan dan strategi penataan wilayah, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan tata ruang.
Pada kolom jenis data, perencana akan menentukan jenis data yang dibutuhkan berdasarkan sumbernya, yang terdiri dari:
1. Data sekunder yaitu data yang berupa dokumen atau arsip lainnya; yang
dapat diperoleh dari instansi terkait. Data/informasi yang tersedia merupakan data hasil pengolahan data. Sebagai contoh adalah data demografi / kependudukan yang membagi informasi kependudukan dalam kelompok umur, tingkat pendidikan, atau mata pencaharian yang diperoleh dari BPS.
2. Data primer yaitu data non-dokumen yang harus dikumpulkan secara
langsung oleh perencana di lapangan. Data yang dikumpulkan merupakan data mentah dan perlu dioleh menjadi informasi yang diinginkan. Data ini
bersifat asli dan up to date (terbaru). Pengumpulan data primer ini
memegang peranan yang penting dalam kegiatan perencanaan karena melalui pengumpulan data primer ini, perencana dapat melakukan
pemutakhiran (updating) data dan klarifikasi data sekunder yang telah
didapatkan. Contoh data primer ini adalah persepsi warga terhadap
permasalahan pengembangan wilayah yang didapatkan melalui
wawancara, kuesioner, atau FGD (focus group discussion). Kuesioner
sering dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, dengan tahapan pengolahan data melalui uji statistic sebelum disajikan dalam informasi
yang dibutuhkan. Sedangkan wawancara, FGD, dan observasi
dipergunakan dalam penelitian kualitatif dengan melakukan
interpretasi/pemaknaan dari hasil wawancara, FGD, maupun observasi.
Kuesioner atau angket adalah instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan atau pendapat dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket atau kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dibuat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan perencanaan/penelitian.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari narasumber. Biasanya narasumber merupakan seseorang yang berkompeten dalam
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
suatu bidang. Misalnya, wawancara masalah ekonomi kepada ahli ekonomi, masalah politik kepada politisi, dan lain-lain. Namun, ada pula wawancara yang dilakukan kepada seseorang tanpa melihat kompetensinya di bidang apapun, misalnya wawancara kepada warga masyarakat mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan permukiman mereka.
Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara pengamatan terhadap obyek atau kegiatan tertentu dalam kondisi nyata di lapangan. Pengamatan dapat dilakukan bukan hanya dengan melihat namun juga dengan menggunakan indera pendengaran dan penciuman kita. Sebagai contoh saat pengamatan kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kota X, surveyor akan mengamati kondisi TPA melalui kondisi visual serta aroma / bau di sekitar lokasi TPA ini. Melalui kegiatan pengamatan ini, perencana dapat memperoleh informasi sesuai yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Namun, metode ini memiliki kelemahan yaitu subyektifitas surveyor dalam pengumpulan data yang akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Oleh karena itu, diperlukan surveyor yang berpengalaman dalam kegiatan pengamatan lapangan sehingga hasil yang diperoleh akan lebih obyektif.
Khusus untuk pengumpulan data melalui workshop atau FGD, tahapan ini
perlu dilakukan jika perencanaan mengadopsi pendekatan partisipatif. Pendekatan ini akan mengutamakan persepsi dan aspirasi seluruh stakeholders terutama masyarakat dalam pembangunan, baik dalam perumusan masalah pembangunan di daerah maupun dalam penentuan arah pembangunan daerah. Kegiatan perencanaan dengan menggunakan pendekatan partisipatif ini akan lebih efektif karena masyarakat lebih memahami kondisi, masalah, potensi dan kebutuhan nyata sehingga pembangunan akan tepat sasaran. Selain itu akan terjalin komitmen dan
kemitraan dengan seluruh stakeholders yang terjalin selama proses
perencanaan, sehingga pelaksanaan pembangunan akan lebih mudah dan berkelanjutan.
Berdasarkan jenis data ini, perencana dapat menentukan metode pelaksanaan survey yang tepat, yaitu berupa survey primer dan/atau sekunder. Apakah perencana perlu melakukan survey sekunder? Jika iya, instansi apa saja yang perlu dikunjungi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Dan apakah perlu
dilakukan survey primer? Jika iya, data apa saja yang dibutuhkan, kepada siapa survei ini akan dilakukan dan bagaimana cara mendapatkan data/informasi tersebut. Apakah kepada hanya masyarakat atau juga
melibatkan stakeholders lainnya?
4.2.2 Pembuatan perlengkapan survei berdasarkan kebutuhan data untuk melakukan pekerjaan perencanaan.
Perlengkapan survei dibuat berdasarkan jenis data yang telah dirinci dalam table kebutuhan data sebelumnya. Data sekunder yang bertujuan untuk mendapatkan data terutama dokumen dari instansi terkait akan mengacu pada
table kebutuhan data sebagai check-list atau daftar data/dokumen yang
dibutuhkan. Daftar ini akan memuat nama dokumen yang dibutuhkan beserta tahun penerbitan dokumen atau waktu yang dibutuhkan. Sebagai contoh dokumen RPJMD Kabupaten A pada kurun waktu perencanaan sebelumnya sebagai acuan perencaan yang dilakukan saat ini; atau data kependudukan di
Kabupaten A selama kurun waktu lima tahun terakhir. Di dalam check-list
tersebut, data kependudukan ini dapat dirinci lebih detail, seperti jumlah penduduk per kecamatan, tingkat pendidikan penduduk, dan jumlah penduduk menurut kelompok usia tertentu.
Sedangkan data primer akan memerlukan perlengkapan survey berupa kuesioner, lembar wawancara, panduan FGD, dan/atau panduan pengamatan. Pada pembuatan perlengkapan survey ini juga perlu dirinci target narasumbernya, apakah warga/penduduk atau perwakilan instansi yang terkait? Serta berapa jumlah narasumber yang diperlukan? Selain itu perlu juga dirinci waktu pelaksanaan pengumpulan data. Sedangkan untuk panduan pengamatan lapangan akan memuat apa yang akan diamati dan waktu pengamatannya. Berikut ini penjelasan tentang lembar/form kuesioner dan wawancara, sedangkan panduan FGD dan panduan pengamatan akan dibahas pada sub bab 4.4.4.
a. Kuesioner
Kuesioner sebagai perlengkapan survey dalam pengumpulan data sekunder dapat dibuat dalam beberapa bentuk berdasarkan tipe pertanyaan yang diberikan, yaitu:
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
a) Kuesioner tertutup
Yaitu kuesioner yang apabila pertanyaannya disertai dengan pilihan
jawaban yang sudah ditentukan oleh peneliti, dapat berbentuk „ya‟ atau
„tidak‟, dan dapat pula berbentuk sejumlah alternatif atau pilihan ganda. Apabila jawaban terlebih dahulu ditentukan pilihannya, maka tertutuplah kesempatan bagi responden untuk menggunakan jawaban lain menurut keinginan sendiri. Sebagai contoh:
Apa pendapat anda tentang penataan kebijakan pemerintah dalam kawasan bantaran sungai X ?
A. Sangat setuju B. Setuju
C. Abstain / netral
D. Tidak setuju
E. Sangat tidak setuju
Pertanyaan ini juga dapat disusun dalam bentuk sebagai berikut:
No Pertanyaan Sangat Setuju Setuju Abstain / netral Tidak setuju Sangat tidak setuju
1. Apa pendapat anda tentang penataan kebijakan pemerintah dalam kawasan bantaran sungai X ?
1 2 3 4 5
2. ………. 1 2 3 4 5
b) Kuesioner terbuka,
yaitu kuesioner atau angket yang apabila dalam daftar pertanyaan tidak diberi pilihan jawaban, sehingga memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab sesuai dengan keinginannya sendiri. Dalam hal ini responden dapat leluasa untuk mengemukakan pendapat karena dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
c) Kombinasi antara kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup,
yaitu kuesioner atau angket di mana dalam daftar pertanyaan, selain menentukan atau memberikan alternatif jawaban juga memberi keleluasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Pembuatan angket ini misalnya dimulai dengan membuat angket tertutup dengan mengemukakan sejumlah alternative jawaban, setelah itu masih diberi kebebasan untuk memberi jawaban tambahan. Untuk contoh di atas pada bagian bawah table atau pertanyaan dapat ditambahkan pertanyaan sebagai berikut:
Jika anda memilih “tidak setuju” atau “sangat tidak setuju”, jelaskan pendapat anda …..
Penggunaan angket atau kuesioner dalam kegiatan perencanaan memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah informasi yang didapatkan lebih mudah dalam pengolahannya melalui uji statistic dan jangkauan yang luas atau melibatkan banyak responden dalam pengisiannya yang akan membantu dalam memberikan justifikasi kevalidan data yang didapatkan. Oleh karena itu, dalam pembuatan kuesioner perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
Memakai bahasa yang sederhana, karena yang dihadapi adalah
orang-orang yang berbeda karakteristik dan pengetahuan, sehingga hindari istilah teknis, serta pilih kata-kata yang mengandung arti sama bagi semua orang.
Memakai kalimat yang pendek, karena kalimat majemuk, panjang, dan
berbelit-belit akan mempersulit pemahaman responden.
Menghindari pertanyaan yang menyangkut harga diri dan bersifat
pribadi.
Menyusun angket dengan sesingkat-singkatnya, sehingga tidak
memakan waktu yang lama.
Dalam daftar pertanyaan hindari kata-kata yang menyinggung perasaan
responden atau usaha untuk memberikan pemahaman kepada responden terhadap angket yang kita buat.
b. Form Wawancara
Selain itu perencanaan juga perlu menyiapkan lembar wawancara agar dapat menghasilkan sebuah informasi yang berguna. Mengajukan pertanyaan saat wawancara adalah hal penting. Disini, surveyor akan memperoleh berbagai informasi yang akan ditulis sebagai bahan laporan. Mengajukan pertanyaan saat wawancara haruslah tepat. Hal ini dilakukan agar jawaban yang yang diperoleh lebih akurat, memuaskan, dan bernilai. Dalam hal ini panduan wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada saat wawancara perlu disusun dengan baik dan fokus pada topik yang akan dibicarakan. Daftar pertanyaan wawancara yang
baik mengandung rumusan 5W + 1H, yaitu what (apa), who (siapa), where
(di mana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana).
Unsur what (apa) menyangkut pada topik utama wawancara, yaitu hal
orang-Judul Modul: Perancangan Metode Survei
orang yang terlibat di dalam topik yang dibicarakan. Sedangkan where (di
mana) dan when (kapan) meliputi unsur waktu dan tempat yang
berhubungan dengan topik yang dibicarakan. Unsur why (mengapa)
menyangkut alasan-alasan dan sebab-akibat yang berkaitan dengan topik
yang dibicarakan. Sedangkan unsur how (bagaimana) menjelaskan lebih
detail topik yang dibicarakan.
Meskipun demikian, pewawancara tidak perlu terpaku pada daftar pertanyaan yang disediakan. Pewawancara dapat mengeksplorasi pertanyaan lainnya yang masih berhubungan dengan topik. Bahkan, pewawancara yang cermat dapat membuat pertanyaan secara spontan dari jawaban yang diberikan narasumber.
Selanjutnya dalam proses pengumpulan data, pewawancara harus mencatat atau merekam seluruh wawancara yang dilakukan. Hal tersebut perlu dilakukan agar semua informasi yang diterima dari narasumber dapat diterima secara utuh dan lengkap. Pada saat mencatat wawancara yang dilakukan, pewawancara dapat menulis poin-poin penting dalam wawancara tanpa harus menulis secara detail dan sama persis dengan apa yang diucapkan narasumber. Sebagai alternative, proses wawancara dapat direkam dengan menggunakan alat bantu elektronik yang akan membantu memudahkan pewawancara menyimpan hasil wawancara yang dilakukan. Hasil rekaman dapat diulang berkali-kali hingga pewawancara dapat betul-betul memahami isi wawancara. Setelah menyimak hasil wawancara yang direkam, pewawancara harus memindahkan informasi yang diterima secara lisan tersebut ke dalam tulisan. Proses ini dinamakan dengan transkripsi sebelum dilanjutkan dengan penulisan hasil wawancara dalam produk perencanaan.
4.2.3 Pembuatan jadwal pelaksanaan survei sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
Selanjutnya, perencana diharapkan dapat membuat jadwal pelaksanaan survey sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan kegiatan. Dalam tahap ini, perencana dapat memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan tiap data sesuai dengan kebutuhan data yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan memperkirakan kapan draft pekerjaan harus dikumpulkan serta waktu yang diperlukan untuk pembuatan draft tersebut, perencana dapat
menggunakan acuan waktu tersebut dalam penyusunan jadwal pelaksanaan survey. Selanjutnya, perencana dapat mengalokasikan waktu yang tersedia untuk pengumpulan dan pengolahan data.
Perlu diperhatikan bahwa data primer akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengumpulannya dibandingkan dengan data sekunder. Selain itu, perencana juga perlu memperhatikan ketersediaan data pada instansi terkait serta kemudahan akses terhadap data yang dibutuhkan. Sebagai contoh, data kependudukan yang dikeluarkan oleh BPS dapat diakses secara mudah dan cepat dengan adanya publikasi online pada website BPS yang terkait; sedangkan untuk mendapatkan data persepsi warga/penduduk, perencana perlu melakukan FGD atau wawancara atau penyebaran kuesioner terlebih dahulu.
4.3 Merencanakan kegiatan koordinasi dengan instansi terkait
4.3.1 Penentuan instansi terkait dengan lingkup pekerjaan
Penentuan instansi yang terkait dengan lingkup pekerjaan perencanaan merupakan tahap yang penting. Instansi ini bukan hanya menentukan kelengkapan data yang dicari namun juga waktu penyelesaian pekerjaan. Untuk lebih detail, tahap ini sangat terkait dengan table kebutuhan data yang telah dibuat sebelumnya, yaitu dokumen yang dihasilkan dan disimpan oleh instansi yang terkait atau perwakilan dari instansi jika diperlukan wawancara atau FGD. Tabel 4.2, memberikan contoh penentuan instansi yang terkait dalam kegiatan perencanaan melalui table kebutuhan data yang telah disusun sebelumnya. Informasi yang terkait dilihat dari kolom sumber data. Dalam contoh ini, BPS pada lokasi yang terkait dibutuhkan untuk mendapatkan data
kependudukan terutama menurut kelompok umur secara time series.
Selanjutnya data ini dapat diakses dalam website BPS yang bersangkutan, seperti http://jateng.bps.go.id/ untuk BPS Provinsi Jawa Tengah. Contoh lainnya adalah untuk mendapatkan data transportasi, seperti jaringan jalan, jumlah kendaraan umum, dan angkutan barang, maka instansi yang terkait adalah Dinas Perhubungan dan DLLAJ. Sedangkan informasi tentang kebijakan penataan ruang pada kurun waktu sebelumnya dapat diperoleh dari produk tata ruang yang disimpan oleh Bappeda setempat.
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
Tabel 4.2
Contoh Penentuan Instansi yang terkait dalam Kegiatan Perencanaan
No Nama Data Sub Data Unit Data Sumber Data Waktu Data Jenis Data Perlengkapan Survei Penanggung jawab 1. Demografi Jumlah penduduk menurut kelompok umur Kecamatan BPS 5 tahun terakhir Sekunder Check-list data Mr. X 2. …
4.3.2 Perumusan cakupan batas wilayah perencanaan yang akan dibahas bersama dengan instansi terkait.
Perumusan cakupan batas wilayah perencanaan diperlukan dalam analisa permasalahan/issue di wilayah perencanaan dan selanjutnya diperlukan dan untuk penentuan akan arah pengembangan wilayah perencanaan. Oleh karena itu, perencana perlu membahas kembali cakupan batas wilayah perencanaan bersama dengan instansi terkait. Berdasarkan kerangka acuan kerja yang telah diberikan, perencana dapat merumuskan draft batas wilayah perencanaan yang selanjutnya akan dibahas dengan instansi terkait.
Cakupan wilayah perencanaan ini dapat berupa batas (daerah) administrasi maupun kriteria lainnya, seperti (wilayah) geografis dan (kawasan) fungsional. Khusus pada wilayah fungsional atau kawasan, perencana dapat melakukan pertimbangan terhadap aspek eknomi, social-budaya, daya dukung dan tampung lingkungan, serta fungsi pertahanan dan keamanan.
Selain itu, perencana perlu memberikan perhatian lebih terhadap wilayah perencanaan sebagai hasil pemekaran wilayah. Permasalahan dapat muncul dalam tahap pengumpulan data karena ketidaktersediaan data yang dibutuhkan pada wilayah yang direncanakan.
4.3.3 Pembuatan daftar informasi yang akan dicari dari instansi terkait.
Pembuatan daftar informasi yang akan dicari dari instansi terkait akan menyesuaikan dengan table kebutuhan data atau panduan pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya. Melalui table ini dapat dibuat daftar atau table baru berupa informasi yang akan dicari pada tiap instansi. Sebagai contoh, untuk BPS Provinsi Jawa Tengah akan dicari data kependudukan yang berupa jumlah penduduk pada tahun 2004-2014, jumlah usia kerja, dan tingkat pendidikan penduduk tahun 2014 (tahun terbaru). Tabel baru ini akan mempermudah proses pengumpulan data karena lebih sistematis dan detail untuk tiap instansi.
Tabel 4.3
Contoh Tabel Kebutuhan Data dan Informasi pada Instansi Terkait
No Nama
Instansi
Nama Data Sub Data Unit Data Waktu
Data
Penanggung jawab
1. BPS Demografi Jumlah penduduk menurut
kelompok umur
Kecamatan 5 tahun
terakhir
Mr. X
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Kecamatan 5 tahun
terakhir
Mr. X
2. …
4.4 Menyusun rencana survei dan inventarisasi data sekunder
4.4.1 Penyusunan daftar pustaka yang dibutuhkan
Berdasarkan table kebutuhan data yang telah disusun sebelumnya, perencana dapat membuat daftar pustaka yang dibutuhkan untuk kegiatan perencanaan. Daftar pustaka ini dapat dikelompokkan untuk tiap instansi agar pengumpulan data lebih efisien dan sistematis. Diharapkan pustaka / dokumen yang dikumpulkan merupakan produk terbaru sehingga informasi yang tersedia akan up to date (terbaru). Namun jika diperlukan dapat pula dikumpulkan dokumen pada tahun-tahun sebelumnya agar dapat dilakukan analisa kecenderungan, sebagai contoh untuk mendapatkan kecenderungan pemanfaatan ruang di Provinsi A pada kurun waktu 20 tahun terakhir, maka diperlukan produk-produk perencanaan pada kurun waktu tersebut.
Tabel 4.4
Contoh Tabel Daftar Pustaka yang Dibutuhkan dari Instansi Terkait
No Pustaka/ dokumen Data/tahun
publikasi
Sumber Data
1. Jawa Tengah dalam Angka 5 tahun terakhir BPS
2. RTRW Provinsi Jawa Tengah terbaru Bappeda Provinsi Jawa
Tengah
3. ….
4.4.2 Identifikasi peta dasar wilayah perencanaan yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan survei pengamatan lapangan
Pada tahap selanjutnya, perecana perlu melakukan identifikasi peta dasar wilayah perencanaan yang akan sebagai dasar pelaksanaan survey pengamatan lapangan. Peta dasar ini juga akan dipergunakan dalam analisis dan penyusunan arahan serta rencana penataan ruang wilayah / kota. Merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, maka yang
Judul Modul: Perancangan Metode Survei
dijadikan peta dasar adalah peta rupa bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi skala 1: 25.000.
Selanjutnya peta dasar ini dapat dilengkapi dengan hasil citra satelit yang terbaru (berumur tidak lebih dari satu tahun) dan peta batas wilayah administrasi. Untuk keperluan analisis tertentu, peta dasar ini dapat dilengkapi dengan peta yang berisi informasi yang terkait sehingga akan terbentuk peta tematik tertentu. Sebagai contoh analisis kebencanaan, maka diperlukan peta tematik daerah rawan bencana dengan menggunakan informasi tentang bahaya gunung api, longsor, dan banjir (tergantung karakteristik / lokasi wilayah yang direncanakan).
Untuk selanjutnya peta dasar dengan tambahan informasi dari citra satelit dan informasi lainnya dapat digunakan dalam survey pengamatan lapangan. Survei ini selain untuk memperbaharui informasi yang telah ada juga merupakan upaya konfirmasi data sekunder yang telah dikumpulkan sebelumnya.
4.4.3 Identifikasi data fisik dan non fisik lapangan yang dibutuhkan untuk identifikasi permasalahan perencanaan
Selanjutnya, perencana perlu melakukan identifikasi data fisik dan non fisik lapangan yang dibutuhkan untuk mengindentifikasi permasalah perencanaan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, maka data fisik wilayah perencanaan meliputi:
Karakteristik umum fisik wilayah, seperti letak geografis dan morfologi
wilayah.
Potensi rawan bencana alam (longsor, banjir, tsunami, dan bencana
alam geologi), termasuk di dalamnya wilayah rawan bencana.
Potensi sumber daya alam: mineral, batubara, migas, panas buni, dan
air tanah
Kesesuaikan lahan pertanian tanaman pangan, perkebungan, dan
sebagainya.
Selanjutnya data fisik ini dapat dikumpulkan baik berupa table maupun peta tematik. Sebagai contoh untuk potensi rawan bencana, maka akan diperlukan