48 BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah
Penelitian ini dilakukan di sebuah instansi Kepolisian Daerah Kalimantan Timur (Polda Kaltim). Polda Kaltim mempunyai visi dan misi yaitu, visi Polda Kaltim adalah Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif. Adapun misi Polda Kaltim adalah :
1. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui
kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan.
2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
secara mudah, responsif dan tidak diskriminatif
3. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang
4. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan
keamanan dalam negeri
5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum
6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri
8. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).
Ada 4 unsur dalam stuktur organisasi yaitu, unsur kepemimpinan, unsur pengawas dan pembantu pimpinan pelayanan, unsur pelaksanaan tugas pokok, dan unsur pendukung. Setiap unsur memiliki bagiannya masing-masing.
Berdasarkan pada data yang telah peneliti dapatkan yaitu terdapat 109 anggota satuan lalu lintas yang terbagi dalam beberapa bidang struktural yaitu:
Jabatan Jumlah
1. Kasat PJR 3
2. Kanit PJR 2
Polantas adalah aparat negara yg bertugas memberikan pelayanan dibidang lalu lintas, untuk menciptakan ketertiban, keamanan, kelancaran dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Termasuk didalamnya melakukan penindakan/memberikan tilang kepada para pelanggar lalu lintas.
Fungsi Polisi Lalu Lintas adalah penyelenggaraan tugas Polri di bidang Lalu-lintas yang merupakan penjabaran kemampuan teknis profesional yang meliputi :
4. BA PJR 25
5. Bamin Sat PJR 6
6. Bamin Samsat 11
7. Banit Sat Lantas 9
A. Pendidikan masyarakat lalu lintas (Police Traffic Education).
Pendidikan dan pembinaan masyarakat dalam rangka keamanan Lalu-lintas dengan kegiatan-kegiatan yang diarahkan terhadap :
Masyarakat yang terorganisir adalah :
a) Patroli Keamanan Sekolah (PKS). b) Pramuka Lantas.
c) Kamra Lalu-lintas.
Masyarakat yang tidak terorganisir adalah :
Terhadap masyarakat pemakai jalan ditujukan untuk menciptakan “Traffic
Mindennes”, melalui kegiatan :
a) Penerangan, penyuluhan, pemberitaan melalui media massa, film dan brosur.
b) Pekan Lalu-lintas, pameran lalu-lintas. c) Taman Lalu-lintas.
Penegakan hukum Lalu-lintas (Police Traffic Law Enforcement).
1) Preventif :
a) Pengaturan Lalu-lintas (Traffic Direction)
b) Penjagaan/pengawasan Lalu-lintas (Traffic Obsevation). c) Pengawalan Lalu-lintas (Traffic Escort).
d) Patroli Lalu-lintas (Traffic Patrol).
a) Penyidikan kecelakaan Lalu-lintas (Traffic Accident Investigation). b) Penindakan terhadap pelanggaran Lalu-lintas (Traffic Enforcement).
Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor
a) Pemeriksaan pengetahuan dan kemampuan calon pengemudi
kendaraan bermotor.
b) Penyelenggaraan perijinan pengemudi kendaraan bermotor.
c) Penyelenggaraan Administrasi, Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.
d) Pengumpulan dan pengolahan data Lalu-lintas.
Patroli Jalan Raya (PJR)
a) Menyelenggarakan kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli di sepanjang jalan raya lingkungannya.
b) Melaksanakan penindakan pelanggaran lalu-lintas dan penanganan pertama TKP kecelakaan lalu-lintas di sepanjang jalan yang menjadi tanggungjawabnya.
c) Melaksanakan penindakan kriminalitas yang terjadi disepanjang jalan atau melalui jalan tempat kejadian perkara.
d) Mengirimkan berkas perkara pelanggaran lalu-lintas ke pengadilan dan berkas penanganan pertama kecelakaan lalu-lintas dan kriminalitas ke satuan kewilayahan sesuai dengan tempat kejadian perkara.
e) Membuat rencana dan program kegiatan PJR dalam menghadapi ancaman Kamtibmas di jalan dalam beat wilayah tugasnya.
f) Memelihara sarana pendukung tugas sesuai dengan spesifikasi, kualitas dan kuantitasnya.
g) Melaksanakan pedoman/petunjuk dan prosedur tugas-tugas PJR. h) Mengadakan koordinasi dan kerjasama dalam rangka melaksanakan
pengkajian terbatas, penegakan hukum gabungan (emisi, teknik laik jalan), penelitian kecelakaan lalu-lintas dan survey rute perjalanan VVIP / VIP.
i) Melaksanakan kegiatan Dikmas lantas kepada masyrakat pemakai jalan.
j) Melaksanakan pengawasan, analisa dan evaluasi pelaksanaan tugas PJR secara kualitatif dan kuantitatif dengan berjenjang dari Unit PJR sampai dengan Den PJR.
Informasi Lalu-lintas
a) Pelaksanaan perumusan kebijaksanaan penyelenggaraan pembinaan sistem informasi lintas dalam rangka pembinaan fungsi lalu-lintas Kepolisian secara menyeluruh.
b) Pelaksanaan dan penyiapan serta perumusan rencana
penyelenggaraan kegiatan sistem informasi lalu-lintas yang bersifat terpusat maupun tingkat kewilayahan.
c) Penyiapan dan perumusan rencana pengadaan piranti lunak dan piranti keras serta aplikasi guna mendukung kegiatan sistem informasi lalu-lintas.
d) Penyelenggaraan pengkajian dan pengembangan teknologi
informasi lalu-lintas untuk menjamin kecepatan, ketepatan dan kelancaran serta keamanan dan kerahasiaan data dan informasi lalu-lintas.
e) Penyelenggaraan administrasi operasional, pengumpulan dan pengolahan data kendaraan bermotor, pengemudi, kecelakaan lalu-lintas dan pelanggaran lalu-lalu-lintas serta pelaksanaan dan pengevaluasian untuk menjadi informasi lalu-lintas dalam bentuk angka, statistik, diagram atau badan / peta yang teratur.
f) Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dengan
organisasi/badan/instansi terkait dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
g) Membantu pelaksanaan pemantauan situasi lalu-lintas di jalan dan pengerahan sistem pengendalian mobil patroli jalan raya yang menggunakan sistem GPS/ GIS.
h) Penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan terhadap piranti lunak maupun keras sistem aplikasi yang telah berjalan dan digunakan.
Penyelenggaraan pelatihan komputer guna peningkatan kemampuan personel lalu-lintas dalam mengoperasikan aplikasi bidang lalu-lalu-lintas untuk mendukung tugas sehari-hari
2. Persiapan Penelitian a. Persiapan Administrasi
Peneliti terlebih dahulu meminta izin pengambilan data untuk uji coba penelitian
(try out) dengan pihak Polda Kaltim secara langsung menghadap Kasat Lantas dan
mendapatkan izin secara langsung pada tanggal 3 Januari 2019. Pengambilan data untuk uji coba (tryout) dilaksanakan pada tanggal 3-21 Januari 2019.
Setelah menyelesaikan pengambilan data uji coba (try out) peneliti mengolah hasil data yang telah didapatkan, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Peneliti lalu mengurus untuk melanjutkan pengambilan data di Polda Kaltim dan meminta izin Kasat Lantas Polda Kaltim. Setelah penelitian selesai dilakukan, Kepala Biro Operasi mengeluarkan surat keterangan telah dilakukannya penelitian di Polda Kaltim pada tanggal 3 Januari 2019 s/d 11 Maret 2019 dengan nomor surat: B//VIII/2019.
b. Persiapan Alat Ukur
Persiapan selanjutnya yang peneliti lakukan adalah persiapan alat ukur penelitian. Adapun persiapan alat ukur penelitian tersebut meliputi skala stress kerja, skala resiliensi dan skala lingkungan kerja. Proses penyusunan skala yang peneliti
lakukan meliputi penentuan konsep, teori, aspek-aspek, dan definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian
1) Stress Kerja
Skala stres kerja diadaptasi dari Dharma (2017) yang menggunakan aspek dari Robbins dan Judge (2008), berisi 18 aitem dengan koefisien Alpha Cronbach 0.9. Butir pertanyaan dalam skala stres kerja ini terdiri dari butir favourable. Secara keseluruhan ada 18 aitem pertanyaan terdapat favourable dalam skala ini.
2) Resiliensi
Skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi merupakan skala yang diadaptasi dari Resilience Scale (Wagnild dan Young, 1993). Skala ini terdiri dari 25 aitem yang mendukung pernyataan (favorable)
3) Lingkungan Kerja
Skala lingkungan kerja di adaptasi dari Dwi Utami Faktor lingkungan kerja fisik adalah faktor lingkungan kerja yang dapat dilihat oleh indera para karyawan, seperti kebersihan, penerangan, pertukaran udara, keamanan, peralatan dan atau perlengkapan kerja, dan kebisingan (Nitisemito, 1996:184). Skala ini terdiri dari 8 aitem favourable dan 5 aitem unfavourable dengan total 13 aitem.
3. Uji Coba Alat Ukur
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui tahap uji coba alat ukur selanjutnya akan dilakukan eliminasi aitem-aitem pada alat ukur tersebut. Perhitungan pengujian menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS)
yang layak untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Hasil uji coba alat ukur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
a. Skala Stress Kerja
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian yaitu alat ukur yang yang aitem-aitem nya telah digugurkan.Dengan menggunakan batas kritis 0,3 (Azwar,2012), aitem-aitem yang memiliki nilai di atas 0,3 layak digunakan sebagai aitem-aitem dalam pelaksanaan penelitian. Hasil analisis statistik didasarkan pada program SPSS. Uji koefisien reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Alpha
Cronbach.Realibilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
dengan alat tersebut (Suryabrata, 2004). Koefisienan realibilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1.00. Bila koefisienan reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1.00 berarti pengukuran memiliki reliabilitas yang baik (Azwar, 2012). Uji reliabilitas terhadap ketiga skala ini menggunakan teknik
Alpha Cronbach pada program Statistical Package for Social Science (SPSS) 22.0
for windows.
Berdasarkan hasil coba skala stress yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan terdapat 16 aitem yang sahih dan 2 aitem yang gugur dari 18 aitem yang di uji coba. Aitem yang gugur sebanyak 2 antara lain nomor 4 dan 12. Koefisien korelasi untuk skala yang sahih bergerak antara 0,344 hingga 0,620. Sedangkan koefisien
reliabilitasnya sebesar 0,849 sehingga dapat dikatakan reliabel memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai alat ukur dalam pengambilan data penelitian.
Distribusi aitem skala stress setelah di uji dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4
No Aspek Nomor Butir Aitem Jumlah 1 Fisiologis 1 (1), 2(2), 3(3) 3 2 Psikologis 4, 5(4), 6(5), 7(6), 8(7), 9(8), 10(9) 6 3 Perilaku 11(10), 12, 13(11), 14(12), 15(13), 16(14), 17(15), 18(16) 7 Jumlah 16
Catatan : Angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba b. Skala Resiliensi
Berdasarkan hasil uji coba skala resiliensi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan terdapat 25 aitem yang sahih dari 25 aitem yang diuji cobakan. Koefisienan korelasi untuk skala yang sahih bergerak antara 0,304 hingga 0,890. Sedangkan koefisien reliabilitas nya sebesar 0,940 sehingga dapat dikatakan
reliabel memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat ukur dalam pengambilan
data penelitian.
Distribusi aitem skala resiliensi setelah di uji dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5
Distribusi Aitem Resiliensi setelah uji coba
No Aspek Nomor Butir Aitem Jumlah
1 Ketenangan Hati 16, 17, 19, 22, 23 5 2 Ketekunan 1, 7, 10, 13, 14, 24 6 3 Kemandirian 2, 3, 5, 9, 18 5 4 Kebermaknaan Hidup 4, 6, 11, 15, 21 5 5 Kesendirian Eksistensial 8, 12, 20, 25 4 Jumlah 25
Catatan: angka di dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba c. Skala Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil uji coba skala lingkungan kerja yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan terdapat 11 aitem yang sahih dan 2 aitem gugur dari 13 aitem yang
diuji cobakan.Aitem yang gugur adalah aitem 4 dan 5. Koefisienan korelasi untuk skala yang sahih bergerak antara 0,551 hingga 0,784. Sedangkan koefisien
reliabilitasnya sebesar 0,912sehingga dapat dikatakan reliabel memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai alat ukur dalam pengambilan data penelitian.
Distribusi aitem skala lingkungan kerja setelah di uji dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6
Distribusi Aitem Lingkungan Kerja setelah uji coba
No Aspek Nomor Butir Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable 1 Kebersihan 1(1), 2(2) - 2 2 Penerangan 4, 6(4) 3(3), 5 4 3 Pertukaran Udara - 7(5), 8(6) 2 4 Keamanan - 9(7), 10(8) 2 5 Peralatan 11(9), 12(10) - 2 6 Kebisingan 13(11),14(12),15(13) - 3 Jumlah 7 4 11
Catatan: angka di dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba B. Laporan Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada hari 22 Januari 2019 s/d 11 Maret 2019. Proses pengambilan data berlangsung selama 71 hari mulai pada tanggal 22 Januari 2019 s/d 11 Maret 2019. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada anggota Polantas Polda Kaltim. Peneliti menyebarkan kuisioner dalam bentuk google form / google document dan dikirimkan email masing-masing responden. Feedback kuesioner didapatkan peneliti melalui email yang dikirimkan ke email peneliti.
Pada pelaksanaannya peneliti mengambil kuisioner yang sudah diisi untuk
di-skoring. Dari proses pengambilan data, alat ukur yang telah dilakukan peneliti
responden tersebut kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 22.0 for Windows.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Total keseluruhan subjek dalam penelitian berjumlah 51 subjek. Analisis dilakukan berdasarkan 51 kuesioner responden penelitian dari anggota Polantas Polda Kaltim. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, lama kerja,dan usia yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Deskripsi responden berdasarkan kategori jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 51 100 %
Perempuan 0 0
Total 51 100 %
Tabel 8
Deskripsi responden berdasarkan kategori masa kerja
Lama kerja Jumlah Persentase
< 8 Tahun 36 70,59 %
≥ 8 Tahun 15 29,41%
Total 51 100 %
Tabel 9
Deskripsi responden berdasarkan kategori usia
Usia Jumlah Persentase
22 –26 Tahun 15 29, 41%
27 – 30 Tahun 34 66, 67%
≥ 31 tahun 2 3, 92%
2. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, dapat diketahui deskripsi data hasil penelitian yang menunjukkan skor hipotetik dan skor empirik. Kedua skor tersebut masing-masing mencakup skor maksimal, skor minimal, rerata dan standar deviasi pada masing-masing skala penelitian. Untuk mengetahui tingkat stress, resiliensi dan lingkungan kerja pada anggota Polantas dapat dilihat dari skor hipotetik dan skor empirik yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 10
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Stress 16 64 40 8 21 56 34,12 6,52
Resiliensi 25 175 100 25 87 170 115,22 19,22 Lingkungan
Kerja
11 55 33 7,33 29 52 39,45 6,28
Berdasarkan data hasil penelitian, skor Skala stress, resiliensi dan lingkungan kerja akan dikategorisasikan untuk mengetahui tinggi rendahnya skor subjek. Hasil dari penelitian ini dikategorisasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jenjang kategori ini bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012). Kriteria skala yang dibuat didasarkan pada rumus norma berikut ini :
Tabel 11
Kriteria Kategorisasi
Kategori Rumus Norma
Sangat Rendah X ≤ M – 1,5SD Rendah M – 1,5SD < X ≤ M – 0,5SD Sedang M – 0,5SD < X ≤ M + 0,5SD Tinggi M + 0,5SD < X ≤ M + 1,5SD Sangat Tinggi M + 1,5SD < X Keterangan Tabel : X = Skor Total
µ = Rerata (mean) hipotetik
SD = Deviasi standar (SD) hipotetik
Berdasarkan norma kategorisasi yang telah disebutkan sebelumnya, maka responden penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam lima kategorisasi pada masing-masing variabel. Kategori responden penelitian ini sebagai berikut : Tabel 12
Kategorisasi subjek pada variabel Stress Kerja
Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
X ≤ 28 Sangat Rendah 3 5,88% 28< X ≤ 36 Rendah 16 31,37% 36< X ≤ 44 Sedang 21 41,18% 44< X ≤ 52 Tinggi 8 15,69% 52< X Sangat Tinggi 3 5,88% TOTAL 51 100%
Pada tabel, terlihat bahwa skor stress subjek penelitian berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 5,88% sebanyak 3 orang. Subjek penelitian yang berada pada kategori rendah dengan persentase 31,37% sebanyak 16 orang, pada kategori sedang dengan persentase 41,18% sebanyak 21 orang, pada kategori tinggi dengan persentase 15,69% sebanyak 8orang dan pada kategori sangat tinggi dengan persentase 5,88% sebanyak 3orang. Maka disimpulkan skor stress responden penelitian terbesar berada pada kategori sedang dengan persentase 41,18% sebanyak 21 orang.
Tabel 13
Kategorisasi subjek pada variabel Resiliensi
Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
X ≤ 62,5 Sangat Rendah 0 0% 62,5< X ≤ 87,5 Rendah 0 0% 87,5< X ≤ 112,5 Sedang 16 31,37% 112,5< X ≤ 137,5 Tinggi 24 47,06% 137,5< X Sangat Tinggi 11 21,57% TOTAL 40 100%
Pada tabel, terlihat bahwa skor resiliensi subjek penelitian berada pada kategori sangat rendah dan tidak ada. Subjek penelitian yang berada pada kategori sedang dengan persentase 31,37% sebanyak 16 orang, pada kategori tinggi dengan persentase 47,06% sebanyak 24orang dan pada kategori sangat tinggi dengan persentase 21,57% sebanyak 11orang. Maka disimpulkan skor resiliensi responden penelitian terbesar berada pada kategori tinggi dengan persentase 47,06% sebanyak 24 orang.
Tabel 14
Kategorisasi subjek pada variabel Lingkungan Kerja
Rentang nilai Kategorisasi Jumlah Persentase
X ≤ 22 Sangat Rendah 1 1,96% 22< X ≤ 29,33 Rendah 6 11,76% 29,33 < X ≤ 36,67 Sedang 13 25,49% 36,67 < X ≤ 44 Tinggi 22 43,14% 44< X Sangat Tinggi 9 17,65% TOTAL 40 100%
Pada tabel, terlihat bahwa skor lingkungan kerja subjek penelitian berada pada kategori sangat rendah tidak ada. Subjek penelitian yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 1,96% sebanyak 1 orang, pada kategori rendah dengan persentase 11,76% sebanyak 6 orang, pada kategori sedang dengan persentase 25,49% sebanyak 13 orang, pada kategori tinggi dengan persentase
43,14% sebanyak 22 orang dan pada kategori sangat tinggi dengan persentase 17,65% sebanyak 9 orang. Maka disimpulkan skor lingkungan kerja responden penelitian terbesar berada pada kategori tinggi dengan persentase 43,14% sebanyak 22 orang.
3. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Apabila hasil uji normalitas dan linearitas menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal dan memiliki hubungan linear antara variabel bebas dan variabel tergantung, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data variabel bebas dan variabel tergantung berditribusi normal atau tidak. Sebaran data dikatakan normal apabila nilai p>0,05 sedangkan apabila p<0,05, maka distribusi dikatakan tidak normal. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan menggunakan teknik Test of Normality Kolmogorov-Smirnovpada SPSS 22.0 for Windows.
Tabel 15
Hasil Uji Normalitas
Variabel Koefisien
Signifikan (p)
Keterangan
Stress 0,481 Normal
Resiliensi 0,882 Normal
Lingkungan Kerja 0,563 Normal
Hasil uji normalitas yang dilakukan pada ketiga variabel menunjukan ketiga variabel berdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk variabel
stress, diperoleh p= 0,481 yang menunjukkan bahwa distribusi datanormal. Sedangkan untuk variabel resiliensi diperoleh p= 0,882 yang menunjukkan bahwa distribusi data normal. Dan variabel Lingkungan kerja diperoleh p= 0,563 yang menunjukan bahwa berdistribusi normal
b. Uji linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel resiliensi dan variabel lingkungan kerja memiliki hubungan yang linear dengan variabel stress. Kedua variabel dikatakan linear jika p<0,05 dan sebaliknya. Berikut tabel hasil uji linearitas
Tabel 16
Hasil Uji Linearitas
Variabel F p Keterangan
Resiliensi dengan Stress Kerja
4,326 0,049 Linear
Lingkungan Kerja dengan Stress Kerja
6,702 0,015 Linear
Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa variabel resiliensi dengan stress bersifat linear dengan F=4,326 dan p= 0,049(p<0.05). Begitu juga variabel lingkungan kerja dengan stress bersifat linear dengan F=6,702 dan p= 0,015(p<0.05).
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis, apakah resiliensi dan lingkungan kerja secara bersama-sama menjadi prediktor stres kerja.Pembuktian uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan, analisis regresi untuk membuktikan hipotesis mayor dalam penelitian ini. Hasil uji analisis regresi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17
Hasil Uji Hipotesis Regresi
Variabel R R Squared p
Resiliensi*Lingkungan Kerja*Stress Kerja
-0,418 0,175 0,010
Hasil analisis regresi antara resiliensi dan lingkungan kerja dengan stress kerja didapatkan nilai R= -0,418 dengan signifikansi p= 0,010 (p<0,05) dan R2=0,175. Hal ini menunjukkan resiliensi dan lingkungan kerja sama-sama berpengaruh efektif sebanyak 17,5% pada stress kerja. Dengan demikian, hipotesis mayor yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Tabel 18
Sumbangan Efektif
Variabel R R Squared
Resiliensi denganStress Kerja -0,290 0,084
Lingkungan kerja denganStress Kerja -0,346 0,119
Sumbangan efektif variabel resiliensi terhadap stress dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R squared) yakni sebesar 0.084. Artinya, variabel resiliensi memberikan sumbangan efektif sebesar 8,4% terhadap variabel stress dan antara variabel lingkungan kerja dengan stress dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R squared) yakni sebesar 0.119. Artinya, variabel komitmen organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 12% terhadap variabel stress.
d. Analisis Tambahan
Analisis tambahan menggunakan teknik korelasi product moment dari pearson dimana korelasi ini digunakan jika linearitas terpenuhi dan sebaran data normal. Hipotesis diterima jika nilai p lebih kecil dari 0.05 (p<0.05). Berikut tabel hasil uji hipotesis:
Tabel 19
Hasil Uji Hipotesis
Variabel R P
Resiliensi denganStress Kerja -0,290 0,039
Lingkungan kerja dengan Stres Kerja
-0,346 0,013
Berdasarkan hasil analisis data, pada uji korelasi antara variabel resiliensi dengan stress didapatkan koefisien korelasi R= -0,290dengan p= 0,039 (p<0.05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara variabel resiliensi terhadap stress.Semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah stress kerja. Dengan demikian, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian diterima. Kemudian pada uji korelasi antara variabel lingkungan kerja dengan stress didapatkan koefisien korelasi R= -0,346 dengan p= 0,013 (p<0.05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara variabel lingkungan kerja terhadap stress.Semakin baik lingkungan kerja maka semakin rendah stress kerja. Dengan demikian, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian juga diterima. Maka dapat disimpulkan hasil uji hipotesis antara variabel resiliensi dengan stress dan antara variabel lingkungan kerja dengan stress kedua nya diterima dan memiliki hubungan negatif yang signifikan.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel resiliensi dengan stress dan hubungan antara lingkungan kerja dengan stress. Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan koefisien korelasi R= 0.290 dengan p= 0.039 (p<0.05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara variabel resiliensi terhadap stress. Hasil tersebut menyatakan bahwa hipotesis adanya hubungan variabel resiliensi dengan stress dapat diterima. Hubungan ini bermakna bahwa
semakin tinggi nilai resiliensi yang dimiliki anggota Polantas, maka semakin rendah kecenderungan stress yang dirasakan anggota Polantas. Begitu juga hubungan antara lingkungan kerja dengan stress didapatkan hasil korelasi R= 0.346 dengan p= 0.013 (p<0.05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara variabel lingkungan kerja terhadap stress. Hubungan ini bermakna semakin baik lingkungan kerja yang ada di Polantas maka semakin rendah stress kerja yang dirasakan. Sedangkan hasil analisis regresi antara resiliensi dan lingkungan kerja dengan stress kerja didapatkan nilai R= -0,418 dengan signifikansi p= 0,010 (p<0,05) dan R2=0,175. Hal ini menunjukkan resiliensi dan lingkungan kerja sama-sama berpengaruh efektif sebanyak 17,5% pada stress kerja
Berdasarkan kategorisasi yang didapatkan dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa untuk variabel stress berada pada kategori kategori sedang dengan persentase 41,18% sebanyak 21 orang. Sedangkan persentase terbanyak variabel resiliensi responden penelitian terbesar berada pada kategori tinggi dengan persentase 47,06% sebanyak 24 orang dan persentase terbanyak variabel lingkungan kerja responden penelitian terbesar berada pada kategori tinggi dengan persentase 43,14% sebanyak 22 orang. Sehingga dapat diartikan bahwa responden penelitian merasakan stress kerja yang rendah dengan resiliensi yang sedang, serta lingkungan kerja yang tinggi.
Hubungan negatif antara resiliensi dengan stress juga ditemukan dalam hasil penlitian yang dilakukan oleh Fatmasari (2015) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan stres kerja. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Ardita (2008). menunjukan
adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara resiliensi dengan stress anggota Polri. Dimana nilai korelasi (R) sebesar -0,314 dengan p= 0,002 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukan semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah stress yang dirasakan anggota Sat Lantas dan Sat Reskrim Poltabes Yogyakarta. Begitu sebaliknya, semakin rendah resiliensi maka semakin tinggi tingkat stress yang dirasakan. Resiliensi memberikan sumbangan 9,9% terhadap stress. Sehingga sesuai dengan hasil yang peneliti dapat yang menunjukan adanya hubungan antara resiliensi dengan stress pada anggota Polantas. Hasil penelitian yang peneliti lakukan juga didukung oleh pendapat Keye dan Pidgeon (2013) Hasil positif yang terkait dengan resiliensi adalah pengentasan efek negatif dari stres, peningkatan dalam beradaptasi, dan pengembangan keterampilan koping yang efektif untuk menghadapi perubahan dan kesulitan. Oleh karena itu resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan individu memilih untuk pulih dari peristiwa kehidupan yang menyedihkan dan penuh tantangan, dengan cara meningkatkan pengetahuan untuk adaptif dan mengatasi situasi serupa yang merugikan di masa mendatang (Keye & Pidgeon, 2013).
Selanjutnya hubungan antara lingkungan kerja terhadap stress juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Riski, Hamid, Mayowan (2016) Variabel lingkungan kerja secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang artinya semakin baik lingkungan kerja dapat menurunkan stres kerja karyawan. Variabel lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya koefisien regresi lingkungan kerja fisik dan non fisik secara berurutan sebesar -0,224 dan -0,483 serta nilai signifikansi lingkungan kerja
fisik sebesar 0,007 (0,007<0,05) dan lingkungan kerja non fisik sebesar 0,009 (0,009<0,05). Sehingga hasil uji hipotesis ada hubungan lingkungan kerja dengan stress yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini diterima dan sesuai. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Haryanti (2017) menyatakan bahwa stres yang bersumber dari lingkungan fisik menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,08, stres yang bersumber dari lingkungan individu menghasilkan rata-rata sebesar 3,40, dan stres yang bersumber dari kelompok dan organisasi menghasilkan rata-rata 3,30 dengan kondisi tersebut telah memberikan tanggapan yang cukup sesuai bahwa stres kerja bersumber dari lingkungan fisik, lingkungan individu dan lingkungan organisasi.
Secara keseluruhan penelitian ini berjalan dengan baik namun tidak lepas dari kelemahan-kelemahan yang ada. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu dalam proses pengambilan data tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh peneliti, sehingga terdapat kemungkinan faking good dalam pengisian. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi evaluasi untuk penelitian berikutnya