2017
2017
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PROPOSAL TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANPERTAMBANGAN
FAKULTAS
FAKULTAS TEKNIKTEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
A. Judul A. Judul
““Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada LokasiAnalisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada Lokasi
Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow SiteSite
Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi
Ut Utara”ara”..
B. Latar Belakang B. Latar Belakang
Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam
pertumbuhan
pertumbuhan perekonomian perekonomian Negara Negara Indonesia. Indonesia. Dampak Dampak positif positif kegiatankegiatan
pertambangan d
pertambangan dapat apat dirasakan dirasakan langsung ollangsung oleh eh masyarakat masyarakat Indonesia Indonesia serta serta wargawarga
sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan
ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia
dalam era yang serba modern. dalam era yang serba modern.
PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang
bergerak
bergerak di di bidang bidang usaha usaha pertambangan pertambangan emas emas yang yang beroperasi beroperasi sejak sejak tahuntahun
2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten 2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten
Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan
dengan sistem tambang terbuka metode
dengan sistem tambang terbuka metode open pit open pit . Perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis
kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang
terbuka dengan metode
terbuka dengan metode open pit open pit . Proses penambangan secara langsung. Proses penambangan secara langsung
memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak
diperhitungkan dengan
A. Judul A. Judul
““Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada LokasiAnalisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada Lokasi
Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow SiteSite
Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi
Ut Utara”ara”..
B. Latar Belakang B. Latar Belakang
Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam
pertumbuhan
pertumbuhan perekonomian perekonomian Negara Negara Indonesia. Indonesia. Dampak Dampak positif positif kegiatankegiatan
pertambangan d
pertambangan dapat apat dirasakan dirasakan langsung ollangsung oleh eh masyarakat masyarakat Indonesia Indonesia serta serta wargawarga
sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan
ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia
dalam era yang serba modern. dalam era yang serba modern.
PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang
bergerak
bergerak di di bidang bidang usaha usaha pertambangan pertambangan emas emas yang yang beroperasi beroperasi sejak sejak tahuntahun
2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten 2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten
Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan
dengan sistem tambang terbuka metode
dengan sistem tambang terbuka metode open pit open pit . Perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis
kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang
terbuka dengan metode
terbuka dengan metode open pit open pit . Proses penambangan secara langsung. Proses penambangan secara langsung
memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak
diperhitungkan dengan
Jika terjadi longsor maka akan timbul bahaya yang dapat mengganggu proses Jika terjadi longsor maka akan timbul bahaya yang dapat mengganggu proses
penambangan dan akhirnya berdamp
penambangan dan akhirnya berdampak buruk pada efektivitas proak buruk pada efektivitas produksi.duksi.
Selama pengoperasian tambang dari awal tahun 2013 hingga saat ini, Selama pengoperasian tambang dari awal tahun 2013 hingga saat ini,
telah terjadi beberapa kasus longsor. Untuk menjaga desain lereng tambang telah terjadi beberapa kasus longsor. Untuk menjaga desain lereng tambang
yang stabil sehingga operasional penambangan dapat berjalan dengan aman yang stabil sehingga operasional penambangan dapat berjalan dengan aman
diperlukan analisis kemungkinan tipe longsoran dan kondisi kestabilan lereng. diperlukan analisis kemungkinan tipe longsoran dan kondisi kestabilan lereng.
Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
mengenai stabilitas lereng dengan judul
mengenai stabilitas lereng dengan judul““Analisis Tipe Longsor dan KestabilanAnalisis Tipe Longsor dan Kestabilan
Lereng pada Lokasi Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Lereng pada Lokasi Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang
Mongondow
Mongondow SiteSite Bakan Bakan Kecamatan Kecamatan Lolayan, Lolayan, Kabupaten Kabupaten BoolangBoolang
Mongondow, Sulawesi Ut Mongondow, Sulawesi Utara”ara”..
C. Identifikasi Masalah C. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kegiatan pertambangan yang melibatkan pembuatan Dengan adanya kegiatan pertambangan yang melibatkan pembuatan
lereng, akan dapat meningkatkan potensi permasalahan lereng, terutama lereng, akan dapat meningkatkan potensi permasalahan lereng, terutama
berkenaan
berkenaan dengan dengan potensi potensi keruntuhan keruntuhan lereng lereng batuan batuan ((rock slope failurerock slope failure) yang) yang
semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam
mengenai kondisi kestabilan lereng untuk mendeterminasi kemampuan lereng mengenai kondisi kestabilan lereng untuk mendeterminasi kemampuan lereng
akan stabil tanpa diberi perkuatan atau memilih jenis perkuatan yang akan stabil tanpa diberi perkuatan atau memilih jenis perkuatan yang
dibutuhkan apabila lereng tersebut memiliki potensi kelongsoran yang cukup dibutuhkan apabila lereng tersebut memiliki potensi kelongsoran yang cukup
besar. besar.
D. Rumusan Masalah D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibuat agar mengetahui fokus pada penelitian untuk Rumusan masalah dibuat agar mengetahui fokus pada penelitian untuk
dapat mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dengan dapat mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dengan
maksud sebagai batasan dari kegiatan penelitian agar kegiatan di lapangan maksud sebagai batasan dari kegiatan penelitian agar kegiatan di lapangan
lebih terorganisir dan efisien. lebih terorganisir dan efisien.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagai batasan Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagai batasan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi massa batuan di lokasi penelitian? 1. Bagaimana kondisi massa batuan di lokasi penelitian?
2.
2. Potensi longsoran apPotensi longsoran apa yang mungkin terjada yang mungkin terjadi?i?
3. Bagaimana tingkat kestabilan lereng di lokasi peneitian? 3. Bagaimana tingkat kestabilan lereng di lokasi peneitian?
4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk stabilisasi lereng yang optimum 4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk stabilisasi lereng yang optimum
dan efektif? dan efektif?
E. Batasan Masalah E. Batasan Masalah
Penelitian dilakukan dengan memberikan batasan terhadap masalah Penelitian dilakukan dengan memberikan batasan terhadap masalah
yang akan diteliti. Adapun batasan yang ditentukan oleh penulis adalah yang akan diteliti. Adapun batasan yang ditentukan oleh penulis adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
1.
1. Penelitian Penelitian hanya hanya dilakukan dilakukan pada pada lokasi lokasi penambanganpenambangan Pit Pit Osela SelatanOsela Selatan
2. Investigasi langsung di lapangan diperlukan untuk mendapatkan 2. Investigasi langsung di lapangan diperlukan untuk mendapatkan
parameter-parameter
parameter-parameter yang yang dibutuhkan dibutuhkan dalam dalam penelitian. penelitian. Parameter-
Parameter- parameter
parameter yang yang diukur diukur untuk untuk klasifikasi klasifikasi RMR RMR (Rock (Rock Mass Mass Rating)Rating)
adalah kuat tekan uniaksial material batuan (intact rock), RQD (rock adalah kuat tekan uniaksial material batuan (intact rock), RQD (rock
quality designation), spasi diskontinuitas (discontinuity spacing), kondisi quality designation), spasi diskontinuitas (discontinuity spacing), kondisi
(pelapukan) diskontinuitas (discontinuity condition), dan kondisi airtanah (pelapukan) diskontinuitas (discontinuity condition), dan kondisi airtanah
secara umum (general groundwater condition). Sedangkan parameter secara umum (general groundwater condition). Sedangkan parameter
yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass rating (SMR) adalah jurus yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass rating (SMR) adalah jurus
dari permukaan lereng (Įs), jurus bidang diskontinuitas (Į j), serta sudut
kemiringan diskontinuitas (ȕj)
3. Analisis kinematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tipe keruntuhan batuan (rock slope failure) yang mungkin
terjadi. Sedangkan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan SMR
bertujuan untuk mengetahui kestabilan lereng batuan dan kecenderungan
lereng batuan mengalami longsoran.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Investigasi diskontinuitas batuan (khususnya orientasi diskontinuitas) di
lereng yang diteliti.
Untuk mengetahui adanya potensi tipe keruntuhan pada suatu aktivitas
pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pengukuran orientasi
diskontinuitas yang dilakukan sesudah lereng batuan tersebut tersingkap.
Pada umumnya, jika data struktur geologi telah dirajah, beberapa
konsentrasi kutub yang signifikan hadir di dalam stereonet . Adalah sangat
berguna untuk dapat memilah antara : (i) bidang-bidang yang berpotensi
menjadi penyebab longsoran, dengan (ii) bidang-bidang yang
kemungkinan tidak akan terlibat di dalam longsoran.
2. Mengkaji potensi keruntuhan batuan dengan metode desain empiris dan
Metode analitik untuk memprediksi potensi keruntuhan batuan dan cara
penanggulangannya seringkali tidak efektif (Maerz, 2000). Oleh karena
itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi
penting (Franklin dan Maerz, 1996).
Klasifikasi massa batuan (rock mass classification) berarti mengumpulkan
data dan mengklasifikasikan singkapan batuan berdasarkan
parameter- parameter yang telah diyakini dapat mencerminkan perilaku massa batuan
tersebut. Analisis yang digunakan adalah rock mass rating (RMR) atau
geomechanic classification system (Bieniawski, 1984) dan slope mass
rating (SMR) yang digunakan oleh Romana (1985).
3. Kajian stabilisasi lereng batuan yang optimum dan efektif.
Kajian ini diawali dengan pengidentifikasian lereng batuan yang tampak
dalam kondisi cenderung tidak stabil, kemudian memilih usaha stabilisasi
yang sesuai berdasarkan klasifikasi SMR.
F. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Kestabilan Lereng Batuan
Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan
membentuk tiga tipe longsoran/keruntuhan utama pada batuan (Gambar 1),
yaitu :
a. Keruntuhan geser planar ( plane sliding failure)
b. Keruntuhan geser baji(wedge sliding failure)
Namun demikian, seringkali tipe keruntuhan yang ada merupakan
gabungan dari beberapa keruntuhan utama sehingga seakan-akan
membentuk suatu tipe keruntuhan yang tidak beraturan (raveling failure)
atau seringkali disebut sebagai tipe keruntuhan kompleks.
Untuk mengetahui adanya potensi tipe keruntuhan pada suatu
aktivitas pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi
diskontinuitas yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng
batuan tersebut tersingkap. Sementara itu, metode analitik untuk
memprediksi potensi keruntuhan batuan dan cara penanggulangannya
seringkali tidak efektif (Maerz, 2000). Oleh karena itu, penggunaan desain
empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting (Franklin dan Maerz,
1996).
Gambar 1. Tipe Keruntuhan Utama Pada Batuan
2. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng
a. Klasifikasi Sistem RMR (Geomechanics Classification System)
Bieniawski (1989) klasifikasi geomekanika Rock Mass Rating
(RMR) dikembangkan oleh Beniawski. Pada aplikasi sistem klasifikasi
ini, massa batuan dibagi menjadi sejumlah wilayah struktural dan setiap
struktural biasanya serupa dengan ciri struktur utama seperti patahan,
dike, zona shear , dan lain sebagainya. Lebih lanjut Hoek (2006)
mengilustrasikan dalam beberapa kondisi, yaitu karena perubahan
siknifikan pada spasi diskontinuitas atau karakter diskontinuitas untuk
tipe batuan yang sama, mungkin mengharuskan pembagian massa batuan
ke dalam sejumlah kecil wilayah struktural pada metode RMR. Sistem
klasifikasi massa batuan dengan RMR dari Bieniawski (1973)
menggunakan enam parameter dasar untuk pengklasifikasian dan
evaluasi hasil uji. Keenam parameter tersebut membantu perkiraan lebih
lanjut hasil analisis stabilitas sampai permasalahan khusus geomekanika
batuan.Keenam parameter yang digunakan untuk menentukan nilai RMR
meliputi kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive stress, UCS), rock
quality designation (RQD), spasi diskontinuitas, keadaan diskontinuitas,
keadaan air tanah dan orientasi diskontinuitas (Bieniawski, 1989).
1) Kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive strength, UCS)
Kuat tekan uniaksial (UCS) dari material batuan utuh (intact
rock material ) dapat ditentukan melalui pengujian secara langsung (in
direct tect ) di lapangan menggunakan Schmidt Hammer, maupun uji
yang dilakukan di laboratorium. Pada uji langsung persamaan yang
dapat digunakan dalam penentuan kuat tekan uniaksial adalah UCS =
2HR (Sing dkk., 1983), dimana HR merupakan nilai hardness reborn
Deskripsi Kualitatif
Kuat Tekan (Mpa)
Kuat Beban Titik
(Mpa) Bobot Kuat sekali >250 8 15 Sangat kuat 100-250 4-8 12 Kuat 50-100 2-4 7 Menengah 25-50 1-2 4
Lemah 10-25 Lebih baik menggunakan
kuat tekan uniaxial 2 Sangat
lemah 2-10
Lebih baik menggunakan
kuat tekan uniaxial 1 Lemah
sekali 1-2
Lebih baik menggunakan
kuat tekan uniaxial 0 meterial batuan padu dapat menggunakan klasifikasi dari Bieniawski
(1979) seperti yang terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Indeks Kekuatan Material Batuan Utuh - UCS (Bieniawski, 1989)
A. CLASSIFICATION PARAMETERS AND THEIR RATINGS
Parameter Range of values
1 Strength of intact rock material Point-load
strength index >10 MPa 4-10 MPa 2-4 MPa 1-2 MPa
For this low range uniaxial compressive
test is preferred Uniaxial comp.
Strength >250 MPa 100-250 MPa 50-100 MPa 25-50 MPa
5-25 MP a 1-5 MPa < 1 MPa Rating 15 12 7 4 2 1 0
2 Drill core quality RQD 90%-100% 75%-90% 50%-75% 25%-50% < 25%
Rating 20 17 13 8 3 3 Spacing of discontinuities >2 m 0.6-2 m 200-600 mm 60-200mm < 60 mm Rating 20 15 10 8 5 4 Condition of discontinuities (see E)
Very roughsurfaces
Not continous No sparation Unweatheredwalll rock Slightyrough surfaces Separation <1mm Slightyweathered walls Slightyrough surfaces Separation <1mm Highlyweathered walls Slickensidesurfaces or Gauge < 5mmthick or Separation1-5 mmcontinuous Split gauge > 5mm thick Or Separation >5 mmcontinuous Rating 30 25 20 10 0 5 Ground water Inflow per 10 m
Tunnel length (l/m) None < 10 10-25 25-125 > 125
(Joint water press)/
(Mayor principalσ) 0 < 0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
General Conditions Completely dry Damp Wet Dripping Flowing
Rating 15 10 7 4 0
B. RATING ADJUSTMENT FOR DISCONTINUITY ORIENTATIONS (See F)
Strike and dip orientations Very favourable Favourable Fair Unfavourable Very unfavourable Rating
Tunnels and mines 0 -2 -5 -10 -12
Foundations 0 -2 -7 -15 -25
Slopes 0 -5 -25 -30
C. ROCK MASS CLASSES DETERMINED FROM TOTAL RATINGS
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 < 21
Class number I II III IV V
Description Very good rock Good rock Fair rock Poor rock Very poor rock
D. MEANING OF ROCK CLASSES
Class number I II III IV V
Average stand-up time 20 yrs for 15 m span I year for 10 span 1 week for 5 m span 10 hrs for 2.5 m span 30 min for 1 m span
Cohession of rock mass (kPa) > 400 300-400 200-300 100-200 < 100
Friction angle of rock mass (deg) > 45 35-45 23-35 15-25 < 15
E. GUIDELINES FOR CLASSIFICATION OF DISCONTINUITY conditions Discontinuity length (persistence)
Rating < 1m 6 1-3 m 4 3-10 2 10-20 1 > 20 m 0 Separation (aperture) Rating None 5 < 0.1 mm 5 0.1-1.0 mm 4 1-5 mm 1 > 5 0 Roughness Rating Very rough 6 Rough 5 Slighty rough 3 Smooth 1 Slickensided 0 Infilling (gauge) Rating 6 Hardfilling<4mm 4 Hard filling >5mm 2 Softfilling<5mm 2 Softfilling>5mm 0 Weathering Rating Unweathered 6 Slightlyweathered 5 Moderately weathered 3 Highly weathered 1 Decomposed 0 F. EFFECT OF DISCONTINUITY STRIKE AND DIP ORIENTATION IN TUNNELLING**
Strike perpendicular to tunnel axis None Strike parallel to tunnel axis
Drive with dip-Dip 45-90° Drive with dip-Dip 20-45° Dip 45-90° Dip 20-45°
Very favourable Favourable Very unfavourable Fair
Drive against dip-Dip 45-90° Drive against dip-Dip 20-45° Dip 0-20 – Irrespective of strike°
Fair Unfavourable Fair
Tabel 2. RingkasanRock Mass Rating System(Bieniawski, 1989)
* Some conditions are mutually exclusive. For example, if infilling is present, the roughness of the surface will be overshadowed by the influence of the gauge. In such causes use A.$ directly.
Uraian kelima parameter diatas digabung dalam Tabel 4 dan berdasarkan utaian tersebut nilai RMR yang diperoleh pada perhitungan parameter-parameter di atas, Bieniawski (1989) membuat klasifikasi massa batuan menjadi 5 (lima) kelas seperti yang ditunjukkan Tabel 2.5 di bawah.
Tabel 3. Kualitas Massa Batuan dari Total (Bieniawski, 1989)
Parameter Bobot Nilai RMR 81 – 100 61 - 80 41 – 60 21 – 40 < 20 Nomor Kelas RMR I II III IV V Nilai GSI 76 – 95 56 - 75 36 – 55 21 – 35 < 20 Kualitas Massa Batuan Sangat
baik Baik Sedang Buruk
Sangat buruk
2) Spasi Diskontinuitas
Merupakan jarak antara bidang lemah dengan arah tegak lurus terhadap bidang lemah tersebut.Bentuknya bisa berupa kekar, zona shear, patahan minor atau permukaan bidang lemah lainnya. Sesuai dengan peringkat yang dibuat oleh Beniawski (1989) terdapat lima klasifikasi
spasi diskontinuitas seperti termuat pada Tabel 5.
Tabel 4. Indeks Spasi Diskontinuitas (Bieniawski, 1989)
Keadaan diskontinu Spasi (m) Bobot
Sangat lebar > 2 20 Lebar 0,6 – 2 15 Sedang 0,2 - 0,6 10 Rapat 0,06 - 0,2 8 Sangat rapat < 0,06 5 3) Kondisi diskontinuitas
Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar, meliputi kemenerusan ( persistence), jarak antar permukaan kekar
atau celah ( separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi (infilling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering ). karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Roughness
Roughness atau kekasaran permukaan bidang diskontinu
merupakan parameter yang penting untuk menentukan kondisi bidang diskontinu. Suatu permukaan yang kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antara kedua permukaan bidang diskontinu.
Tabel 5. Penggolongan dan Pembobotan Kekasaran Menurut Bienawski (1976) Kekasaran Permukaan Deskripsi Pembobo tan Sangat kasar (very rough)
Apabila diraba permukaan sangat tidak rata, membentuk punggungan dengan sudut terhadap bidang datar mendekati
vertical,
6
Kasar (rough) Bergelombang, permukaan tidak rata, butiran pada permukaan terlihat jelas,
permukaan kekar terasa kasar.
5
Sedikit kasar
(slightly rough)
Butiran permukaan terlihat jelas, dapat dibedakan, dan dapat dirasakan apabila
diraba
3
Halus(smooth) Permukaan rata dan terasa halus bila diraba
1
Licin berlapis
(slikensided)
Permukaan terlihat mengkilap 0
b) Separation
Merupakan jarak antara kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak ini biasanya diisi oleh material lainya ( filling material ) atau bisa juga diisi oleh air. Makin besar jarak ini, semakin lemah bidang
c) Continuity
Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah bidang diskontinu, atau juga merupakan panjang dari suatu bidang diskontinu.
d) Weathering
Weathering menunjukkan derajat kelapukan permukaan
diskontinu. Klasifikasi derajat kelapukan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 6. Tingkat Pelapukan Batuan (Bieniawski, 1976)
Klasifikasi Keterangan
Tidak terlapukkan
Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan, batuan segar, butiran kristal terlihat jelas dan terang.
Sedikit terlapukkan
Kekar terlihat berwarna atau kehitaman, biasanya terisi dengan lapisan tipis material pengisi. Tanda kehitaman
biasanya akan nampak mulai dari permukaan sampai ke dalam batuan sejauh 20% dari spasi.
Terlapukkan Tanda kehitaman nampak pada permukaan batuan dan sebagian material batuan terdekomposisi. Tekstur asli batuan masih utuh namun mulai menunjukkan butiran
batuan mulai terdekomposisi menjadi tanah.
Sangat terlapukkan
Keseluruhan batuan mengalami perubahan warna atau kehitaman. Dilihat secara penampakan menyerupai tanah, namun tekstur batuan masih utuh, namun butiran
batuan telah terdekomposisi menjadi tanah.
e) Infilling (Gouge)
Infilling atau material pengisi antara dua permukaan bidang
diskontinu mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu dipengaruhi oleh ketebalan, konsisten atau tidaknya dan sifat material pengisi tersebut.
Filling yang lebih tebal dan memiliki sifat mengembang bila terkena air
dan berbutir sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi lemah.
Parameter Rating Panjang kekar Persistence/continuity < 1 m 1-3m 3-10 m 10-20 m >20 m 6 4 2 1 0 Jarak antar permukaan kekar (separation/aperture) Tidak ada < 0,1 mm 0,1 – 1,0 mm 1-5 mm > 5 mm 6 5 4 1 0 Kekasaran kekar (roughness) Sangat kasar Kasar Sedikit
kasar Halus Slickensided
6 5 3 1 0
Material pengisi
Tidak
ada Keras Lunak
(infilling/gouge) < 5 mm > 5 mm < 5 mm > 5 mm 6 4 2 2 0 Kelapukan (weathering) Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat lapuk Hancur 6 5 3 1 0
Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi bobot masing- masing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total
kondisi kekar, Pemberian bobot berdasarkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 7. Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989)
4) Kondisi Air Tanah
Secara teoritis kondisi air tanah dapat diketahui dengan mengukur besarnya aliran air tanah (debit). Kondisi air tanah berhubungan dengan pori dan diskontinuitas serta tekanan yang bekerja di dalamnya. Secara umum kondisi air tanah yang dijumpai pada permukaan batuan dapat
berupa kering, lembab, basah, menetes, dan mengalir.Kemudian keadaan tersebut diberi peringkat, seperti pada Table 9 di bawah.
Tabel 8. Kondisi Bidang Lemah/Diskontinuitas (Bieniawski, 1989)
Inflow/10m
panjang terowongan (liter/menit)
None <10 10-25 25-125 > 125
Tekanan air pada kekar/tegasan utama dominan
0 0-0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 >0,5
Keadaan umum Kering Lemba
b basah menetes
Meng alir
Bobot 15 10 7 4 0
5) Orientasi Diskontinuitas
Nilai strike dan dip merepresentasikan orientasi dan kemiringan dari bidang diskontinuitas, sebagaimana telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya di atas. Nilai strike dan dip pada pekerjaan rekayasa batuan berhubungan dengan prediksi stabilitas massa batuan dan arah penggalian, serta sangat berperan untuk memberikan penilaian kuantitatif bidang diskontinuitas yang kritis pada penggalian terowongan dan rekayasa lereng pada batuan. Nilai orientasi bidang diskontinuitas terhadap lereng memiliki variasi penilaian kualitatif dan kuantitatif yang sedikit berbeda antara satu dengan lainnya (Tabel 10).
Tabel 9. Kesesuaian bidang lemah atau diskontinuitas (Bieniawski, 1989)
Penilaian arah
kekar untuk Sangat baik Baik cukup Tidak baik
Sangat tidak baik
Terowongan 0 -2 -5 -10 -12
Fondasi 0 -2 -7 -15 -25
b. Slope Mass Rating ( SMR, Rumana dkk, 2003)
Slope Mass Rating (SMR) disajikan sebagai klasifikasi geomekanika
untuk lereng batuan. Romana dkk, (2003) mengusulkan modifikasi pada konsep penggunanan RMR Bieniawski khususnya untuk kemantapan lereng. SMR yang didapat dari RMR dengan menambahkan faktor penyesuaian pada orientasi diskontinutas, kemiringan lereng dan faktor penyesuaian lain, tergantung pada metode penggalian
SMR = RMR + (F1 · F2 · F3) + F4
Dimana:
RMR dievaluasi menurut Bieniawski (1979 dan 1989) dengan menambahkan nilai rating untuk lima parameter: (i) kekuatan batuan utuh, (ii) RQD, (iii) jarak diskontinuitas, (iv) kondisi diskontinuitas, dan (v) aliran air melalui diskontinuitas atau rasio tekanan pori. F1, F2, dan F3 merupakan
faktor penyesuaian yang berkaitan dengan orientasi kekar( joint ) sehubungan dengan orientasi kemiringan atau lereng, dan F4 adalah faktor koreksi untuk
metode penggalian.
F1 tergantung pada paralelisme antara joint dan Slope face srike.
Nilainya antara 0,15 – 1,0. Nilai 0,15 digunakan ketika sudut antara critical
joint plane dan slope face lebih dari 30 derajat dan probabilitas kegagalan
sangat rendah bernilai 1.0 ketika keduanya mendekati paralel. Nilai-nilai tersebut cocok dengan hubungan pada rumus (2.11), dimana A menunjukkan sudut antara strikes of slope facedan joints.
F1 = (1 – Sin A)2
F2 mengacu pada sudut joint dip (B j) pada longsoran berjenis planar .
Nilainya bervariasi antara 1,00 – 0,15. Nilai 0,15 digunakan ketika kemiringan critical joint adalah kurang dari 20 derajat dan 1,0 untuk joint
dengan dips lebih besar dari 45 derajat. Untuk longsoran berjenistoppling
maka F2 tetap 1,00, dan nilai tersebut dapat dicari dengan hubungan:
F3 mencerminkan hubungan antara slope dan joints dips. Hubungan
tersebut mudah dilihat di longsoran berjenis planar , dimana F3 mengacu pada
probabilitas dari joints “day-lighting” dalam slope face. Kondisi ini disebut
“ fair ” ketika slope face dan joints sejajar. Jika kemiringan dips 10 derajar
lebih dari joint , kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan. Untuk longsoran toppling kondisi yang tidak menguntungkan tergantung pada penjumlahan dips dari joint dan lereng. Nilai F3 juga bisa diambil dari
Bieniawski Adjustment Rating For Joint Orientation.
F4 merupakan faktor penyesuaian untuk metode penggalian.Ini
mencakup lereng alam atau kemiringan lereng penggalian sebelum dilakukan penggalian, smooth blasting , normal blasting , poor blasting dan penggalian mekanik. Faktor penyesuaian tersebut telah ditetapkan secara empirik sebagai berikut:
1) Lereng alamiah lebih stabil karena terbentuk akibat proses erosi dalam waktu yang lama dan ada mekanisme penahan (vegetasi, sedikit air) dengan nilai F4 = +15.
2) Penggunaan teknik peledakan presplitting meningkatkan stabilitas lereng untuk suatuk las setengah, F4= +10.
3) Penggunaan teknik peledakan smooth blasting dengan lubang-lubang yang baik, juga meningkatkan stabilitas lereng, F4= +8.
4) Teknik peledakan normal. Penggunaan dengan sound method, tidak mengubah stabilitas lereng, F4 = 0.
5) Peledakan yang tidak efisien, sering terlalu banyak bahan peledak, tidak menggunakan peledakan beruntun (delay) atau lubang ledak tidak sejajar, stabilitas buruk, F4= - 8.
6) Penggalian lereng dengan peralatan gali, selalu denganripper , hanya dapat dilakukan pada batuan lemah dan atau di batuan terkekarkan, dan sering digabungkan dengan peledakan. Bidang lereng sulit untuk diakhiri. Metode ini bisa bertambah atau berkurang tingkat kemantapan lereng,
Adjusting F actor F or Joints (F₁, F₂,
F₃)
α j = Dip Direction of Joint
α s = Dip Direction of β j = Dip of Joint β s = Dip of Slope
Very Favourable Favourable Fair Unfavourable Very Unfavourable
PlaneFailure |α j - α s| = > 30° 30° - 20° 20° 10° 10° - 5° < 5° Toppling |α j - α s - 180°| = F₁Value 0,15 0,40 0,70 0,85 1,00 Relationship F₁= (1 - Sin |α j -αs|)² | β j| = <20° 20° - 30° 30° - 35° 35° - 45° > 45° F₂Value Planar Failure 0,15 0,40 0,70 0,85 1,00 Toppling 1,00 Relationship F₂= tg² β j Planar Failure β j - β s = >10° 10° - 0° 0° 0° -(-10°) <(-10°) Toppling β j + β s = <110° 110° - 120° >120° - -F₃Value 0 -6 -25 -50 -60
Relationship F₃( Bieniawski Adjustment Rating For Joint Orientation)
F ₄ Adjusting Factor for Excavation
Method
F₄= Empirical Values for Method of Excavation
Natural Slope Prespliting Smooth Blasting Mechanical Blasting or Deficient Blasting
F₄Value 15 10 8 0 -8
DESCRIPTION OF SMRCLASSES
Kelas I II III IV V
SMR 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20
Deskripsi masssa batuan Sangat baik Baik Normal Buruk Sangat buruk
Stabilitas Benar-benar stabil Stabil Sebagian stabil Tidak stabil Benar-benar tidak
stabil
Jenis keruntuhan Tidak terjadi Block failure
Planar along some joints atau many
wedge failure
Planar atau big wedge failure
Big planar atau soil-like atau
circular Tabel 10. Faktor Penyesuaian untuk Kekar dan Diskripsi dari Kelas SMR (Romana, 2003)
Slope
3. Analsis Kinematik
Berbagai jenis longsoran lereng (slope failure) berhubungan dengan
struktur-struktur geologi yang mengakibatkan adanya suatu
diskontinuitas pada suatu massa batuan.Salah satu metode yang
seringkali digunakan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi
bidang diskontinuitas pada singkapan lereng batuan yaitu metoda
Scanline (Hudson dan Harrison, 1997).
Dalam kaitannya dengan usaha pemetaan diskontinuitas
batuan, scan line sampling harus dilakukan secara sistematik pada
3. Analsis Kinematik
Berbagai jenis longsoran lereng (slope failure) berhubungan dengan
struktur-struktur geologi yang mengakibatkan adanya suatu
diskontinuitas pada suatu massa batuan.Salah satu metode yang
seringkali digunakan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi
bidang diskontinuitas pada singkapan lereng batuan yaitu metoda
Scanline (Hudson dan Harrison, 1997).
Dalam kaitannya dengan usaha pemetaan diskontinuitas
batuan, scan line sampling harus dilakukan secara sistematik pada
seluruh singkapan batuan yang ada. Parameter yang diukur di
lapangan adalah panjang lintasan scan line (L), jumlah diskontinuitas
(N) dalam lintasan pengukuran, dan kedudukan bidang-bidang
diskontinuitas. Dengan demikian, maka frekuensi dikontinuitas ( λ )
dapat dinyatakan sebagai :
λ = N/L
dan rata-rata spasi diskontinuitas (x) adalah :
x = L/N
Dalam memperhitungkan stabilitas lereng batuan, data
kedudukan bidang-bidang diskontinuitas hasil pengukuran scan line
sampling digambarkan di dalam stereoplot. Pada umumnya, jika data
struktur geologi tersebut telah diplot, beberapa konsentrasi kutub yang
Gambar 2. Penggambaran kutub-kutub bidang struktur pada umunya memperlihatkan konsentrasi kutub, misalnya kutub A dan B
Adalah sangat berguna untuk dapat memilah antara bidang- bidang
yang berpotensi mengalami keruntuhan, dengan bidang-bidang yang
kemungkinan tidak akan terlibat di dalam longsoran.
Faktor kinematik lereng dikatakan memenuhi syarat untuk
menyebabkan ketidakstabilan apabila pada lereng terdapat ruang bagi blok
massa batuan untuk bergerak pada bidang gelincirnya menuju ruang tersebut
(Hoek dan Bray, 1981)
a. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Geser Planar ( Plane Failure)
Longsoran bidang (plane failure) adalah bentuk longsoran yang paling
mudah untukdiidentifikasi dan dianalisis. Longsoran bidang dapat
terjadi dengan bidang gelincir tunggal ataupun set bidang gelincir.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan keruntuhan tipe ini adalah :
1) Kemiringan Lereng (ȕ) lebih besar daripada kemiringan bidang
2) Jejak bagian bawah bidang diskontinuitas yang menjadi bidang
gelincir harus muncul di muka lereng.
3) Bidang gelincir memiliki jurus (α) yang sejajar atau hampir sejajar
(maksimal 20º) dengan jurus permukaan lereng (α).
4) Kemiringan bidang gelincir (ȕ) lebih besar daripada sudut geser
dalamnya.
b. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Baji (Wedge Failure)
Berbeda dengan keruntuhan geser planar, keruntuhan geser baji
akan terjadi bila ada dua bidang diskontinuitas atau lebih berpotongan
sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng. Persyaratan
lain yang harus terpenuhi di antaranya adalah :
1) Arah garis perpotongan (trend) kedua bidang diskontinuitas harus
mendekati arah kemiringan muka lereng.
2) Sudut lereng lebih besar daripada sudut garis potong kedua bidang
diskontinuitas
3) Garis perpotongan kedua bidang diskontinuitas harus menembus
permukaan lereng.
4) Plunge dari garis perpotongan kedua bidang diskontinuitas lebih
besar daripada sudut geser dalamn ya.
Uji Markland (Hoek dan Bray, 1981) dilakukan untuk
menentukan kemungkinan terjadinya keruntuhan geser baji (wedge
sliding failure), dengan arah luncuran terjadi pada penunjaman garis
Uji ini juga mencakup longsoran bidang yang merupakan kasus khusus
dari longsoran baji (Gambar 3). Pada longsoran baji, jika kontak pada
kedua bidang tetap terjadi, luncuran hanya dapat terjadi pada arah
penunjaman garis perpotongan.
c. Analisis Kinematika dari Keruntuhan Jungkiran (Toppling Failure)
Keruntuhan jungkiran umumnya terjadi pada massa batuan
yang kemiringan bidang-bidang diskontinuitasnya berlawanan arah
dengan kemiringan lereng. Bidang-bidang diskontinuitas tersebut
membentuk kolom-kolom yang akan mengguling bila bidang
diskontinuitas yang menghubungkan antar kolom menggelincir.
Analisis keruntuhan jungkiran lebih rumit bila dibandingkan
dengan bentuk keruntuhan planar dan baji. Karena interaksi antar
kolom-kolom yang mengguling secara simultan serta gaya-gaya geser
yang terjadi antar kolom harus diperhatikan.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan keruntuhan tipe
jungkiran adalah :
1) Jurus dari bidang diskontinuitas harus paralel atau mendekati paralel
dengan jurus permukaan lereng (perbedaan arah maksimal 20º).
2) Sudut kemiringan bidang diskontinuitas harus sama besar dengan
kemiringan permukaan lereng.
3) Plunge dari bidang gelincir harus lebih kecil dari kemiringan
permukaan lereng dikurangi sudut geser dalam dari bidang gelincir
Gambar 3. Model stereoplot kondisi struktur yang dapat menyebabkan jenis-jenis longsoran utama pada batuan (Hoek, 2000)
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis
berupa angka yang selanjutnya diolah dan dianalisis secara matematik dan
kinematik. Penelitian digolongkan ke dalam beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Tahapan Pendahuluan
Tahap ini meliputi persiapan penelitian sebelum kegiatan
lapangan yang meliputi:
a. Persiapan administrasi dan pengurusan surat-surat izin di kampus
dan perusahaan.
b. Konsultasi dengan pembimbing.
c. Persiapan materi berupa pengumpulan studi literatur serta
aspek-aspek pendukung lainnya.
2. Tahapan Studi Literatur
Tahap ini dilakukan studi mengenai buku-buku teks, jurnal dan
laporan-laporan yang relevan mengenai kegiatan pemboran dan
peledakan serta formula perancangan untuk desain geometri pemboran
tambang bawah. Kegiatan ini berlangsung hingga kegiatan penelitian
berakhir.
a. Tahapan Observasi Lapangan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan observasi ini
adalah sebagai berikut:
1) Orientasi Lapangan
Kegiatan orientasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi
mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan
sehingga didapatkan gambaran jalur pemetaan dan pengambilan
data yang akan dilakukan.
2) Pengambilan Data Lapangan
Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data tersebut adalah:
a) Data primer yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan. Data primer tersebut diantaranya adalah data
pemetaan diskontinutas dengan metode scaline mapping,
data orientasi dan geometri lereng, data pengujian sifat fisik
dan sifat mekanik batuan, dan data karakteristik massa
batuan serta data kondisi morfologi dan hidrologi sekitar
daerah penelitian.
b) Data sekunder yang terdiri dari data peta geologi, peta
lokasi penelitian, data pemboran geoteknik, data curah
hujan, data level muka air tanah, data longsoran terdahulu.
3) Tahapan Pengolahan Data
Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode rock
mass rating (RMR) dan slope mass rating (SMR) Bieniawski.
Selain itu analisis kinematik untuk mengetahui tipe potensi
longsor dilakukan dengan software Dips v.5 (Rocscience).
Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil analisis data untuk
mendapatkan rekomendasi stabilisasi lereng yang bisa dilakukan
terhadap lereng-lereng yang tidak stabil.
5) Tahapan Penyusunan Laporan
Tahap ini dilakukan penyusunan draft laporan dari
keseluruhan hasil kegiatan penelitian yang dilakukan. Draft tersebut
dibuat sesuai dengan format dan kaidah penulisan yang telah
ditetapkan oleh Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Padang.
6) Seminar dan Penyerahan Laporan
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam
seminar Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Negeri
Padang, setelah melalui penyempurnaan berdasarkan
masukan-masukan yang diperoleh dari para dosen penguji. Draft Tugas Akhir
kemudian diserahkan ke Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Padang.
H. Tempat Penelitian
Tempat penelitian tugas akhir ini diusulkan di PT J Resources
Bolaang Mongondow Site Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang
Mongondow Sulawesi Utara.
I. Waktu Pelaksanaan
Penelitian tugas akhir ini direncanakan akan dilaksanakan pada
DAFTAR PUSTAKA
Arif Irwandi. 2016.Geoteknik Tambang . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Aris Endartiyanto. 2007. Analisis Kestabilan Lereng dengan Menggunakan Metode kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan;Studi Kasus di Area Penambangan Andesit, Desa Jelekong, kecamatan Bale Endah,Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Bandung: ITB
Varnes. 1978. Landslide Type and Process.USA: USGS.
Lampiran A
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan
Minggu Ke
I II III IV V VI VII VIII
Studi Pustaka dan Orientasi Lapangan Pengumpulan Data
Pengolahan Data Penyusunan Laporan
Lampiran B Rencana Daftar Isi
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Pembatasan Masalah
BAB II DASAR TEORI
A. Deskripsi Perusahaan
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah 2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan 3. Keadaan Topografi dan Geologi 4. Kegiatan Penambangan
B. Teori Dasar
4. Analisis Kestabilan Lereng Batuan
5. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng a.Klasifikasi Sistem RMR (Geomechanics Classification System) b. Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR)
3. Analsis Kinematik untuk Evaluasi Kestabilan Lereng Batuan
a. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Geser Planar ( Plane Failure)
b. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Baji (Wedge Failure)
c. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Jungkiran (Toppling Failure)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
B. Instrumen Penelitian
C. T e k n i k P e n g a m b i l a n D a t a D. Teknik Pengolahan Data
E. Waktu dan Jadwal Kegiatan BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kinematik 1. Data Diskontinuitas
a. Lokasi Pengambilan Data
c. Intepretasi Set Diskontinuitas Utama 2. Pengujian Laboratorium
a. Pengamatan Petrografi b. Pengujian Sifat Fisik
c. Pengujian Sifat Mekanik
3. Perhitungan Sudut Geser Dalam Efektif
a. Joint Roughness Coefficient (JRC)
b. Joint Wall Compressive Strength (JCS)
c. Kohesi dan Sudut Geser Dalam untuk Masing-Masing Set Diskontinuitas
4. Analisis Kinematik
B. Analisis Kestabilan Lereng Batuan
1. Klasifikasi Massa Batuan dengan Sistem Rock Mass Rating
a. Kuat Tekan Uniaksial Andesit
b. Rock Quality Designation (RQD)
c. Spasi Diskontinuitas d. Kondisi Diskontinuitas e. Kondisi Airtanah
2. Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Slope Mass Rating
3. Kajian Desain Perkuatan Lereng BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Curriculum Vitae
Nama : Osmaini Sutra Haryati
Tempat dan Tanggal Lahir : Solok Selatan, 13 Mei 1995 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia Status Perkawinan : Belum Menikah
Kesehatan : Sempurna (Tidak Mengidap Penyakit Khusus)
Alamat Asal : Sarik Taba, Nagari Lubuk Gadang,
Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan Alamat Sekarang : Komplek Parupuk Raya Nomor 16A, Koto Tangah,
Padang
Nomor Handphone : 085365342424
E-mail : [email protected]
Hobi : Travelling dan Fotografi
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
Sekolah Tempat Tahun
Perguruan Tinggi Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
2013-sekarang
SMA SMAN 3 SOLOK SELATAN 2010-2013
SMP SMPN 12 SOLOK SELATAN 2007-2010
SD SDN 01 LUBUK GADANG 2001-2007
PENGALAMAN ORGANISASI
Deskripsi Tahun
Dewan Pengawas Organisasi (DPO) Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP
2016-Sekarang Koordinator Internal Section of Publication and Relation
Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP
2015-2016 Anggota Biasa UKKPK (Unit Kegiatan Komunikasi dan
penyiaran Kampus ) UNP
2015-2016 Biro Departemen Pengelolaan Sumber Daya Manusia Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang
You're Reading a Preview
Unlock full access with a free trial.
Moderator Seminar Nasional Masa Depan Geomekanika
Universitas Negeri Padang 2016
Peserta Seminar Nasional Bulan K3 2017
PT Sago Prima Pratama (J Resources), Kalimantan
Utara
2017
PENGALAMAN LAPANGAN
Deskripsi Tempat Tahun
Kerja Praktek Mahasiswa PT Sago Prima Pratama (J Resources), Seruyung, Kalimantan Utara
2017 Peserta Kuliah Lapangan PT Dahana Persero Tbk, Jawa Barat 2016 Peserta Kuliah Lapangan PT Bukit Asam Persero Tbk, Tanjung
Enim, Sumatera Selatan
2016 Peserta Studi Geoteknik
Lapangan
PT Ansar Terang Crushindo, Pangkalan, Sumatera Barat
2016 Peserta Studi Geologi
Lapangan
Singkarak, Sumatera Barat 2015 Peserta Kuliah Lapangan PT Allied Indo Coal, Sawahlunto,
Sumatera Barat
2015 Peserta Kuliah Lapangan
Teknik Peledakan
PT. Semen Padang 2015
Peserta Studi Pengeboran dan Peledakan Tambang
Bawah Tanah
PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin, Sumatera Barat
2015
Peserta Kuliah Lapangan Pertamina EP Pangkalan Susu, Sumatera Utara
2014 Peserta Kuliah Lapangan PT Innalum, Asahan, Sumatera Utara 2014 Peserta Kuliah Lapangan
Batubara
PT Aman Toebillah Putra (ATP), Lahat, Sumatera Selatan
2014
KEMAMPUAN BAHASA ASING
Bahasa Inggris Membaca Baik
Menulis Baik
KOMPUTERISASI
Terbiasa bekerja dengan Microsoft Office (Word, Excel, Power Point) Dapat Mengoperasikan Software Minescape 4.1.1 8
Dapat Mengoperasikan Software Dips v.5 Rocscience
Mampu bekerja dengan Sistem Operasi Windows XP , Windows 7, dan Windows 8
Padang, 14 Maret 2017
You're Reading a Preview
Unlock full access with a free trial.
You're Reading a Preview
Unlock full access with a free trial.
You're Reading a Preview
Unlock full access with a free trial.
Historis Nilai https://por tal.unp.ac.id/historis/his/20170313020747000000.html
a : 2013/1302670/Osmaini Sutra Haryat : Teknik Pertambangan (S1)
: BIDIKMISI
: Drs. Raimon Kopa, MT
si Kode Matakuliah SKS Nilai Bobot Mutu Dosen Dosen1 2 70022 TMB123 Analisis Investasi Tambang 2 A- 3.6 7.2 5140
70024 TMB133 Metode Perhitungan Cadangan 2 A - 3.6 7.2 5158 70008 TMB137 Teknik Pengoboran dan Penggalian 3 C 2.0 6.0 0278 70026 TMB263 Pengolahan Bahan Galian 3 B- 2.6 7.8 5153 70028 TMB318 Undang Undang dan Keselamatan Kerja
Pertambangan 2 A 4.0 8.0 0278 70031 TMB319 Batubara 3 A- 3.6 10.8 5154 70032 TMB323 Komunikasi Ilmiah 2 A 4.0 8.0 5139 70033 TMB335 Bahan Peledak dan Teknik Peledakan 3 A 4.0 12.0 5128
23 IP Semester :3.38 77.8 nuari - Juni 2016
70025 TMB108 Lingkungan Tambang 2 B+ 3.3 6.6 5126 70028 TMB120 Geoteknik Tambang 3 A 4.0 12.0 0278 70029 TMB125 Penelitian Operasional Tambang 2 C+ 2.3 4.6 5153 70031 TMB130 Manajemen Tambang 2 A 4.0 8.0 5140 70040 TMB132 Teknik Eksplorasi 2 A- 3.6 7.2 5159 70051 TMB257 Tambang Terbuka 3 A 4.0 12.0 5124 70073 TMB260 Teknik Terowongan 2 B 3.0 6.0 5128 70036 TMB321 Geostatistik dan Permodelan Sumberdaya 3 D 1.0 3.0 5164 70037 TMB336 Tambang Bawah Tanah 3 A 4.0 12.0 5139 70088 TMB377 Geolistrik 2 D 1.0 2.0 5164 24 IP Semester : 3.06 73.4 uli - Desember 2016 70043 TMB234 Ventilasi Tambang 3 A- 3.6 10.8 5139 70045 TMB247 Kewirausahaan 2 A- 3.6 7.2 5140 70087 TMB328 Eksplorasi dan Evaluasi Panas Bumi 2 A 4.0 8.0 5161 70049 TMB330 Perencanaan Tambang 3 C 2.0 6.0 5158
70051 TMB337 Teknik Pengeboran & Penggalian 3 B+ 3.3 9.9 5124 5153 70055 TMB370 Komputasi dan Simulasi Tambang 3 A- 3.6 10.8 5164
70057 TMB376 Teknik Penyanggaan 2 B 3.0 6.0 5128 TM/NIM/Nam
Prog. Studi Status Masuk Dosen PA
UN
I
VER
SIT
AS NEGER
I
PADANG
NILAIHISTORIS No Sek 2 2015113 3 2015113 4 2015113 5 2015113 6 2015113 7 2015113 8 2015113 9 2015113 Total Semester : Ja 1 2015213 2 2015213 3 2015213 4 2015213 5 2015213 6 2015213 7 2015213 8 2015213 9 2015213 10 2015213 Total Semester : J 1 2016113 2 2016113 3 2016113 4 2016113 5 2016113 6 2016113 7 2016113 Total 18 IP Semester : 3.26 58.7 Semester : Januari - Juni 2017
1 201621370053 TMB334 Tugas Akhir 5 0.0 0.0 5128 2 201621370062 TMB369 Kerja Praktek 4 0.0 0.0
Total 0 IP Semester : 0.00 0 Total Mutu : 496.1 Padang, 13-03-2017 Total SKS : 145 Kabag. Akademik,