• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Tugas Akhir Geoteknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Tugas Akhir Geoteknik"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

2017

2017

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PROPOSAL TUGAS AKHIR

JURUSAN TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANPERTAMBANGAN

FAKULTAS

FAKULTAS TEKNIKTEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI

(2)

A. Judul A. Judul

““Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada LokasiAnalisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada Lokasi

Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow SiteSite

Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi

Ut Utara”ara”..

B. Latar Belakang B. Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam

 pertumbuhan

 pertumbuhan perekonomian perekonomian Negara Negara Indonesia. Indonesia. Dampak Dampak positif positif kegiatankegiatan

 pertambangan d

 pertambangan dapat apat dirasakan dirasakan langsung ollangsung oleh eh masyarakat masyarakat Indonesia Indonesia serta serta wargawarga

sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan

ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia

dalam era yang serba modern. dalam era yang serba modern.

PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang

 bergerak

 bergerak di di bidang bidang usaha usaha pertambangan pertambangan emas emas yang yang beroperasi beroperasi sejak sejak tahuntahun

2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten 2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten

Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan

dengan sistem tambang terbuka metode

dengan sistem tambang terbuka metode open pit open pit . Perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis

kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang

terbuka dengan metode

terbuka dengan metode open pit open pit . Proses penambangan secara langsung. Proses penambangan secara langsung

memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak

diperhitungkan dengan

(3)

A. Judul A. Judul

““Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada LokasiAnalisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng pada Lokasi

Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Mongondow SiteSite

Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi Bakan Kecamatan Lolayan, Kabupaten Boolang Mongondow, Sulawesi

Ut Utara”ara”..

B. Latar Belakang B. Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam Pertambangan merupakan salah satu elemen penting dalam

 pertumbuhan

 pertumbuhan perekonomian perekonomian Negara Negara Indonesia. Indonesia. Dampak Dampak positif positif kegiatankegiatan

 pertambangan d

 pertambangan dapat apat dirasakan dirasakan langsung ollangsung oleh eh masyarakat masyarakat Indonesia Indonesia serta serta wargawarga

sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan sekitar daerah lokasi pertambangan, yaitu peningkatan infrasruktur dan

ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting ekonomi warga setempat. Selain itu kegiatan pertambangan sangat penting

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan hidup manusia

dalam era yang serba modern. dalam era yang serba modern.

PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang PT J Resources Bolaang Mongondow adalah perusahaan yang

 bergerak

 bergerak di di bidang bidang usaha usaha pertambangan pertambangan emas emas yang yang beroperasi beroperasi sejak sejak tahuntahun

2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten 2013. Lokasi penambangan terletak di Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten

Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Operasi penambangan dilakukan

dengan sistem tambang terbuka metode

dengan sistem tambang terbuka metode open pit open pit . Perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis

kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang kestabilan lereng merupakan hal yang sangat penting dilakukan pada tambang

terbuka dengan metode

terbuka dengan metode open pit open pit . Proses penambangan secara langsung. Proses penambangan secara langsung

memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak memberikan gangguan terhadap massa batuan yang awalnya stabil. Jika tidak

diperhitungkan dengan

(4)

Jika terjadi longsor maka akan timbul bahaya yang dapat mengganggu proses Jika terjadi longsor maka akan timbul bahaya yang dapat mengganggu proses

 penambangan dan akhirnya berdamp

 penambangan dan akhirnya berdampak buruk pada efektivitas proak buruk pada efektivitas produksi.duksi.

Selama pengoperasian tambang dari awal tahun 2013 hingga saat ini, Selama pengoperasian tambang dari awal tahun 2013 hingga saat ini,

telah terjadi beberapa kasus longsor. Untuk menjaga desain lereng tambang telah terjadi beberapa kasus longsor. Untuk menjaga desain lereng tambang

yang stabil sehingga operasional penambangan dapat berjalan dengan aman yang stabil sehingga operasional penambangan dapat berjalan dengan aman

diperlukan analisis kemungkinan tipe longsoran dan kondisi kestabilan lereng. diperlukan analisis kemungkinan tipe longsoran dan kondisi kestabilan lereng.

Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

mengenai stabilitas lereng dengan judul

mengenai stabilitas lereng dengan judul““Analisis Tipe Longsor dan KestabilanAnalisis Tipe Longsor dan Kestabilan

Lereng pada Lokasi Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang Lereng pada Lokasi Penambangan Pit Osela Selatan PT J Resources Bolaang

Mongondow

Mongondow SiteSite Bakan Bakan Kecamatan Kecamatan Lolayan, Lolayan, Kabupaten Kabupaten BoolangBoolang

Mongondow, Sulawesi Ut Mongondow, Sulawesi Utara”ara”..

C. Identifikasi Masalah C. Identifikasi Masalah

Dengan adanya kegiatan pertambangan yang melibatkan pembuatan Dengan adanya kegiatan pertambangan yang melibatkan pembuatan

lereng, akan dapat meningkatkan potensi permasalahan lereng, terutama lereng, akan dapat meningkatkan potensi permasalahan lereng, terutama

 berkenaan

 berkenaan dengan dengan potensi potensi keruntuhan keruntuhan lereng lereng batuan batuan ((rock slope failurerock slope failure) yang) yang

semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam

mengenai kondisi kestabilan lereng untuk mendeterminasi kemampuan lereng mengenai kondisi kestabilan lereng untuk mendeterminasi kemampuan lereng

akan stabil tanpa diberi perkuatan atau memilih jenis perkuatan yang akan stabil tanpa diberi perkuatan atau memilih jenis perkuatan yang

dibutuhkan apabila lereng tersebut memiliki potensi kelongsoran yang cukup dibutuhkan apabila lereng tersebut memiliki potensi kelongsoran yang cukup

 besar.  besar.

D. Rumusan Masalah D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dibuat agar mengetahui fokus pada penelitian untuk Rumusan masalah dibuat agar mengetahui fokus pada penelitian untuk

dapat mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dengan dapat mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dengan

(5)

maksud sebagai batasan dari kegiatan penelitian agar kegiatan di lapangan maksud sebagai batasan dari kegiatan penelitian agar kegiatan di lapangan

lebih terorganisir dan efisien. lebih terorganisir dan efisien.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagai batasan Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagai batasan

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi massa batuan di lokasi penelitian? 1. Bagaimana kondisi massa batuan di lokasi penelitian?

2.

2. Potensi longsoran apPotensi longsoran apa yang mungkin terjada yang mungkin terjadi?i?

3. Bagaimana tingkat kestabilan lereng di lokasi peneitian? 3. Bagaimana tingkat kestabilan lereng di lokasi peneitian?

4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk stabilisasi lereng yang optimum 4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk stabilisasi lereng yang optimum

dan efektif? dan efektif?

E. Batasan Masalah E. Batasan Masalah

Penelitian dilakukan dengan memberikan batasan terhadap masalah Penelitian dilakukan dengan memberikan batasan terhadap masalah

yang akan diteliti. Adapun batasan yang ditentukan oleh penulis adalah yang akan diteliti. Adapun batasan yang ditentukan oleh penulis adalah

sebagai berikut: sebagai berikut:

1.

1. Penelitian Penelitian hanya hanya dilakukan dilakukan pada pada lokasi lokasi penambanganpenambangan Pit Pit Osela SelatanOsela Selatan

2. Investigasi langsung di lapangan diperlukan untuk mendapatkan 2. Investigasi langsung di lapangan diperlukan untuk mendapatkan

 parameter-parameter

 parameter-parameter yang yang dibutuhkan dibutuhkan dalam dalam penelitian. penelitian. Parameter-

Parameter- parameter

 parameter yang yang diukur diukur untuk untuk klasifikasi klasifikasi RMR RMR (Rock (Rock Mass Mass Rating)Rating)

adalah kuat tekan uniaksial material batuan (intact rock), RQD (rock adalah kuat tekan uniaksial material batuan (intact rock), RQD (rock

quality designation), spasi diskontinuitas (discontinuity spacing), kondisi quality designation), spasi diskontinuitas (discontinuity spacing), kondisi

(pelapukan) diskontinuitas (discontinuity condition), dan kondisi airtanah (pelapukan) diskontinuitas (discontinuity condition), dan kondisi airtanah

secara umum (general groundwater condition). Sedangkan parameter secara umum (general groundwater condition). Sedangkan parameter

yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass rating (SMR) adalah jurus yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass rating (SMR) adalah jurus

(6)

dari permukaan lereng (Įs), jurus bidang diskontinuitas (Į j), serta sudut

kemiringan diskontinuitas (ȕj)

3. Analisis kinematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui tipe keruntuhan batuan (rock slope failure) yang mungkin

terjadi. Sedangkan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan SMR

 bertujuan untuk mengetahui kestabilan lereng batuan dan kecenderungan

lereng batuan mengalami longsoran.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

 berikut:

1. Investigasi diskontinuitas batuan (khususnya orientasi diskontinuitas) di

lereng yang diteliti.

Untuk mengetahui adanya potensi tipe keruntuhan pada suatu aktivitas

 pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pengukuran orientasi

diskontinuitas yang dilakukan sesudah lereng batuan tersebut tersingkap.

Pada umumnya, jika data struktur geologi telah dirajah, beberapa

konsentrasi kutub yang signifikan hadir di dalam stereonet . Adalah sangat

 berguna untuk dapat memilah antara : (i) bidang-bidang yang berpotensi

menjadi penyebab longsoran, dengan (ii) bidang-bidang yang

kemungkinan tidak akan terlibat di dalam longsoran.

2. Mengkaji potensi keruntuhan batuan dengan metode desain empiris dan

(7)

Metode analitik untuk memprediksi potensi keruntuhan batuan dan cara

 penanggulangannya seringkali tidak efektif (Maerz, 2000). Oleh karena

itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi

 penting (Franklin dan Maerz, 1996).

Klasifikasi massa batuan (rock mass classification) berarti mengumpulkan

data dan mengklasifikasikan singkapan batuan berdasarkan

parameter- parameter yang telah diyakini dapat mencerminkan perilaku massa batuan

tersebut. Analisis yang digunakan adalah rock mass rating (RMR) atau

 geomechanic classification system (Bieniawski, 1984) dan  slope mass

rating (SMR) yang digunakan oleh Romana (1985).

3. Kajian stabilisasi lereng batuan yang optimum dan efektif.

Kajian ini diawali dengan pengidentifikasian lereng batuan yang tampak

dalam kondisi cenderung tidak stabil, kemudian memilih usaha stabilisasi

yang sesuai berdasarkan klasifikasi SMR.

F. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Kestabilan Lereng Batuan

Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan

membentuk tiga tipe longsoran/keruntuhan utama pada batuan (Gambar 1),

yaitu :

a. Keruntuhan geser planar ( plane sliding failure)

 b. Keruntuhan geser baji(wedge sliding failure)

(8)

 Namun demikian, seringkali tipe keruntuhan yang ada merupakan

gabungan dari beberapa keruntuhan utama sehingga seakan-akan

membentuk suatu tipe keruntuhan yang tidak beraturan (raveling failure)

atau seringkali disebut sebagai tipe keruntuhan kompleks.

Untuk mengetahui adanya potensi tipe keruntuhan pada suatu

aktivitas pemotongan lereng batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi

diskontinuitas yang dilakukan, baik sebelum maupun sesudah lereng

 batuan tersebut tersingkap. Sementara itu, metode analitik untuk

memprediksi potensi keruntuhan batuan dan cara penanggulangannya

seringkali tidak efektif (Maerz, 2000). Oleh karena itu, penggunaan desain

empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting (Franklin dan Maerz,

1996).

Gambar 1. Tipe Keruntuhan Utama Pada Batuan

2. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng

a. Klasifikasi Sistem RMR (Geomechanics Classification System)

Bieniawski (1989) klasifikasi geomekanika Rock Mass Rating 

(RMR) dikembangkan oleh Beniawski. Pada aplikasi sistem klasifikasi

ini, massa batuan dibagi menjadi sejumlah wilayah struktural dan setiap

(9)

struktural biasanya serupa dengan ciri struktur utama seperti patahan,

dike,  zona shear , dan lain sebagainya. Lebih lanjut Hoek (2006)

mengilustrasikan dalam beberapa kondisi, yaitu karena perubahan

siknifikan pada spasi diskontinuitas atau karakter diskontinuitas untuk

tipe batuan yang sama, mungkin mengharuskan pembagian massa batuan

ke dalam sejumlah kecil wilayah struktural pada metode RMR. Sistem

klasifikasi massa batuan dengan RMR dari Bieniawski (1973)

menggunakan enam parameter dasar untuk pengklasifikasian dan

evaluasi hasil uji. Keenam parameter tersebut membantu perkiraan lebih

lanjut hasil analisis stabilitas sampai permasalahan khusus geomekanika

 batuan.Keenam parameter yang digunakan untuk menentukan nilai RMR

meliputi kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive stress, UCS), rock

quality designation (RQD), spasi diskontinuitas, keadaan diskontinuitas,

keadaan air tanah dan orientasi diskontinuitas (Bieniawski, 1989).

1) Kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive strength, UCS)

Kuat tekan uniaksial (UCS) dari material batuan utuh (intact

rock material ) dapat ditentukan melalui pengujian secara langsung (in

direct tect ) di lapangan menggunakan Schmidt Hammer, maupun uji

yang dilakukan di laboratorium. Pada uji langsung persamaan yang

dapat digunakan dalam penentuan kuat tekan uniaksial adalah UCS =

2HR (Sing dkk., 1983), dimana HR merupakan nilai hardness reborn

(10)

Deskripsi Kualitatif

Kuat Tekan (Mpa)

Kuat Beban Titik

(Mpa) Bobot Kuat sekali >250 8 15 Sangat kuat 100-250 4-8 12 Kuat 50-100 2-4 7 Menengah 25-50 1-2 4

Lemah 10-25 Lebih baik menggunakan

kuat tekan uniaxial 2 Sangat

lemah 2-10

Lebih baik menggunakan

kuat tekan uniaxial 1 Lemah

sekali 1-2

Lebih baik menggunakan

kuat tekan uniaxial 0 meterial batuan padu dapat menggunakan klasifikasi dari Bieniawski

(1979) seperti yang terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Indeks Kekuatan Material Batuan Utuh - UCS (Bieniawski, 1989)

(11)

A. CLASSIFICATION PARAMETERS AND THEIR RATINGS

Parameter Range of values

1 Strength of intact rock material Point-load

strength index >10 MPa 4-10 MPa 2-4 MPa 1-2 MPa

For this low range uniaxial compressive

test is preferred Uniaxial comp.

Strength >250 MPa 100-250 MPa 50-100 MPa 25-50 MPa

5-25 MP a 1-5 MPa < 1 MPa Rating 15 12 7 4 2 1 0

2 Drill core quality RQD 90%-100% 75%-90% 50%-75% 25%-50% < 25%

Rating 20 17 13 8 3 3 Spacing of discontinuities >2 m 0.6-2 m 200-600 mm 60-200mm < 60 mm Rating 20 15 10 8 5 4 Condition of discontinuities (see E)

Very roughsurfaces

 Not continous No sparation Unweatheredwalll rock  Slightyrough surfaces Separation <1mm Slightyweathered walls Slightyrough surfaces Separation <1mm Highlyweathered walls Slickensidesurfaces or  Gauge < 5mmthick  or Separation1-5 mmcontinuous Split gauge > 5mm thick  Or Separation >5 mmcontinuous Rating 30 25 20 10 0 5 Ground water Inflow per 10 m

Tunnel length (l/m)  None < 10 10-25 25-125 > 125

(Joint water press)/

(Mayor principalσ) 0 < 0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5

General Conditions Completely dry Damp Wet Dripping Flowing

Rating 15 10 7 4 0

B. RATING ADJUSTMENT FOR DISCONTINUITY ORIENTATIONS (See F)

Strike and dip orientations Very favourable Favourable Fair Unfavourable Very unfavourable Rating

Tunnels and mines 0 -2 -5 -10 -12

Foundations 0 -2 -7 -15 -25

Slopes 0 -5 -25 -30

C. ROCK MASS CLASSES DETERMINED FROM TOTAL RATINGS

Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 < 21

Class number I II III IV V

Description Very good rock Good rock Fair rock Poor rock Very poor rock

D. MEANING OF ROCK CLASSES

Class number I II III IV V

Average stand-up time 20 yrs for 15 m span I year for 10 span 1 week for 5 m span 10 hrs for 2.5 m span 30 min for 1 m span

Cohession of rock mass (kPa) > 400 300-400 200-300 100-200 < 100

Friction angle of rock mass (deg) > 45 35-45 23-35 15-25 < 15

E. GUIDELINES FOR CLASSIFICATION OF DISCONTINUITY conditions Discontinuity length (persistence)

Rating < 1m 6 1-3 m 4 3-10 2 10-20 1 > 20 m 0 Separation (aperture) Rating  None 5 < 0.1 mm 5 0.1-1.0 mm 4 1-5 mm 1 > 5 0 Roughness Rating Very rough 6 Rough 5 Slighty rough 3 Smooth 1 Slickensided 0 Infilling (gauge) Rating 6 Hardfilling<4mm 4 Hard filling >5mm 2 Softfilling<5mm 2 Softfilling>5mm 0 Weathering Rating Unweathered 6 Slightlyweathered 5 Moderately weathered 3 Highly weathered 1 Decomposed 0 F. EFFECT OF DISCONTINUITY STRIKE AND DIP ORIENTATION IN TUNNELLING**

Strike perpendicular to tunnel axis None Strike parallel to tunnel axis

Drive with dip-Dip 45-90° Drive with dip-Dip 20-45° Dip 45-90° Dip 20-45°

Very favourable Favourable Very unfavourable Fair

Drive against dip-Dip 45-90° Drive against dip-Dip 20-45° Dip 0-20 –  Irrespective of strike°

Fair Unfavourable Fair

Tabel 2. RingkasanRock Mass Rating System(Bieniawski, 1989)

* Some conditions are mutually exclusive. For example, if infilling is present, the roughness of the surface will be overshadowed by the influence of the gauge. In such causes use A.$ directly.

(12)

Uraian kelima parameter diatas digabung dalam Tabel 4 dan  berdasarkan utaian tersebut nilai RMR yang diperoleh pada perhitungan  parameter-parameter di atas, Bieniawski (1989) membuat klasifikasi massa batuan menjadi 5 (lima) kelas seperti yang ditunjukkan Tabel 2.5 di  bawah.

Tabel 3. Kualitas Massa Batuan dari Total (Bieniawski, 1989)

Parameter Bobot  Nilai RMR 81 – 100 61 - 80 41 – 60 21 – 40 < 20  Nomor Kelas RMR I II III IV V  Nilai GSI 76 – 95 56 - 75 36 – 55 21 – 35 < 20 Kualitas Massa Batuan Sangat

 baik Baik Sedang Buruk

Sangat  buruk

2) Spasi Diskontinuitas

Merupakan jarak antara bidang lemah dengan arah tegak lurus terhadap bidang lemah tersebut.Bentuknya bisa berupa kekar, zona shear,  patahan minor atau permukaan bidang lemah lainnya. Sesuai dengan  peringkat yang dibuat oleh Beniawski (1989) terdapat lima klasifikasi

spasi diskontinuitas seperti termuat pada Tabel 5.

Tabel 4. Indeks Spasi Diskontinuitas (Bieniawski, 1989)

Keadaan diskontinu Spasi (m) Bobot

Sangat lebar > 2 20 Lebar 0,6 – 2 15 Sedang 0,2 - 0,6 10 Rapat 0,06 - 0,2 8 Sangat rapat < 0,06 5 3) Kondisi diskontinuitas

Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar, meliputi kemenerusan ( persistence), jarak antar permukaan kekar 

(13)

atau celah ( separation/aperture), kekasaran kekar (roughness), material  pengisi (infilling/gouge), dan tingkat kelapukan (weathering ). karakteristik

tersebut adalah sebagai berikut:

a) Roughness

 Roughness atau kekasaran permukaan bidang diskontinu

merupakan parameter yang penting untuk menentukan kondisi bidang diskontinu. Suatu permukaan yang kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antara kedua permukaan bidang diskontinu.

Tabel 5. Penggolongan dan Pembobotan Kekasaran Menurut Bienawski (1976) Kekasaran Permukaan Deskripsi Pembobo tan Sangat kasar (very rough)

Apabila diraba permukaan sangat tidak rata, membentuk punggungan dengan sudut terhadap bidang datar mendekati

vertical,

6

Kasar (rough) Bergelombang, permukaan tidak rata,  butiran pada permukaan terlihat jelas,

 permukaan kekar terasa kasar.

5

Sedikit kasar

(slightly rough)

Butiran permukaan terlihat jelas, dapat dibedakan, dan dapat dirasakan apabila

diraba

3

Halus(smooth) Permukaan rata dan terasa halus bila diraba

1

Licin berlapis

(slikensided)

Permukaan terlihat mengkilap 0

b) Separation

Merupakan jarak antara kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak ini biasanya diisi oleh material lainya ( filling material ) atau bisa  juga diisi oleh air. Makin besar jarak ini, semakin lemah bidang

(14)

c) Continuity

Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah bidang diskontinu, atau juga merupakan panjang dari suatu bidang diskontinu.

d) Weathering 

Weathering menunjukkan derajat kelapukan permukaan

diskontinu. Klasifikasi derajat kelapukan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 6. Tingkat Pelapukan Batuan (Bieniawski, 1976)

Klasifikasi Keterangan

Tidak terlapukkan

Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan, batuan segar,  butiran kristal terlihat jelas dan terang.

Sedikit terlapukkan

Kekar terlihat berwarna atau kehitaman, biasanya terisi dengan lapisan tipis material pengisi. Tanda kehitaman

 biasanya akan nampak mulai dari permukaan sampai ke dalam batuan sejauh 20% dari spasi.

Terlapukkan Tanda kehitaman nampak pada permukaan batuan dan sebagian material batuan terdekomposisi. Tekstur asli  batuan masih utuh namun mulai menunjukkan butiran

 batuan mulai terdekomposisi menjadi tanah.

Sangat terlapukkan

Keseluruhan batuan mengalami perubahan warna atau kehitaman. Dilihat secara penampakan menyerupai tanah, namun tekstur batuan masih utuh, namun butiran

 batuan telah terdekomposisi menjadi tanah.

e) Infilling (Gouge)

 Infilling atau material pengisi antara dua permukaan bidang

diskontinu mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu dipengaruhi oleh ketebalan, konsisten atau tidaknya dan sifat material pengisi tersebut.

 Filling yang lebih tebal dan memiliki sifat mengembang bila terkena air

dan berbutir sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi lemah.

(15)

Parameter Rating Panjang kekar  Persistence/continuity < 1 m 1-3m 3-10 m 10-20 m >20 m 6 4 2 1 0 Jarak antar  permukaan kekar (separation/aperture) Tidak ada < 0,1 mm 0,1 –  1,0 mm 1-5 mm > 5 mm 6 5 4 1 0 Kekasaran kekar (roughness) Sangat kasar Kasar Sedikit

kasar Halus Slickensided

6 5 3 1 0

Material pengisi

Tidak

ada Keras Lunak

(infilling/gouge) < 5 mm > 5 mm < 5 mm > 5 mm 6 4 2 2 0 Kelapukan (weathering) Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat lapuk Hancur 6 5 3 1 0

Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi  bobot masing- masing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total

kondisi kekar, Pemberian bobot berdasarkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989)

4) Kondisi Air Tanah

Secara teoritis kondisi air tanah dapat diketahui dengan mengukur  besarnya aliran air tanah (debit). Kondisi air tanah berhubungan dengan  pori dan diskontinuitas serta tekanan yang bekerja di dalamnya. Secara umum kondisi air tanah yang dijumpai pada permukaan batuan dapat

(16)

 berupa kering, lembab, basah, menetes, dan mengalir.Kemudian keadaan tersebut diberi peringkat, seperti pada Table 9 di bawah.

Tabel 8. Kondisi Bidang Lemah/Diskontinuitas (Bieniawski, 1989)

 Inflow/10m

 panjang terowongan (liter/menit)

 None <10 10-25 25-125 > 125

Tekanan air pada kekar/tegasan utama dominan

0 0-0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 >0,5

Keadaan umum Kering Lemba

 b  basah menetes

Meng alir

 Bobot  15 10 7  4 0

5) Orientasi Diskontinuitas

 Nilai strike dan dip merepresentasikan orientasi dan kemiringan dari  bidang diskontinuitas, sebagaimana telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya di atas. Nilai  strike dan dip  pada pekerjaan rekayasa batuan  berhubungan dengan prediksi stabilitas massa batuan dan arah penggalian, serta sangat berperan untuk memberikan penilaian kuantitatif bidang diskontinuitas yang kritis pada penggalian terowongan dan rekayasa lereng  pada batuan. Nilai orientasi bidang diskontinuitas terhadap lereng memiliki variasi penilaian kualitatif dan kuantitatif yang sedikit berbeda antara satu dengan lainnya (Tabel 10).

Tabel 9. Kesesuaian bidang lemah atau diskontinuitas (Bieniawski, 1989)

Penilaian arah

kekar untuk Sangat baik Baik cukup Tidak baik

Sangat tidak  baik

Terowongan 0 -2 -5 -10 -12

Fondasi 0 -2 -7 -15 -25

(17)

b. Slope Mass Rating ( SMR, Rumana dkk, 2003)

Slope Mass Rating (SMR) disajikan sebagai klasifikasi geomekanika

untuk lereng batuan. Romana dkk, (2003) mengusulkan modifikasi pada konsep penggunanan RMR Bieniawski khususnya untuk kemantapan lereng. SMR yang didapat dari RMR dengan menambahkan faktor penyesuaian pada orientasi diskontinutas, kemiringan lereng dan faktor penyesuaian lain, tergantung pada metode penggalian

SMR = RMR + (F1 · F2 · F3) + F4

Dimana:

RMR dievaluasi menurut Bieniawski (1979 dan 1989) dengan menambahkan nilai rating untuk lima parameter: (i) kekuatan batuan utuh, (ii) RQD, (iii) jarak diskontinuitas, (iv) kondisi diskontinuitas, dan (v) aliran air melalui diskontinuitas atau rasio tekanan pori. F1, F2, dan F3 merupakan

faktor penyesuaian yang berkaitan dengan orientasi kekar( joint ) sehubungan dengan orientasi kemiringan atau lereng, dan F4 adalah faktor koreksi untuk

metode penggalian.

F1 tergantung pada paralelisme antara  joint dan Slope face srike.

 Nilainya antara 0,15 –   1,0. Nilai 0,15 digunakan ketika sudut antara critical

 joint plane dan slope face lebih dari 30 derajat dan probabilitas kegagalan

sangat rendah bernilai 1.0 ketika keduanya mendekati paralel. Nilai-nilai tersebut cocok dengan hubungan pada rumus (2.11), dimana A menunjukkan sudut antara strikes of slope facedan joints.

F1 = (1 –  Sin A)2

F2 mengacu pada sudut joint dip (B j) pada longsoran berjenis planar .

 Nilainya bervariasi antara 1,00  –   0,15. Nilai 0,15 digunakan ketika kemiringan critical joint adalah kurang dari 20 derajat dan 1,0 untuk joint

dengan dips lebih besar dari 45 derajat. Untuk longsoran berjenistoppling

maka F2 tetap 1,00, dan nilai tersebut dapat dicari dengan hubungan:

(18)

F3 mencerminkan hubungan antara slope dan joints dips. Hubungan

tersebut mudah dilihat di longsoran berjenis planar , dimana F3 mengacu pada

 probabilitas dari joints “day-lighting” dalam slope face. Kondisi ini disebut

“ fair ”  ketika slope face dan joints sejajar. Jika kemiringan dips 10 derajar

lebih dari  joint , kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan. Untuk longsoran toppling kondisi yang tidak menguntungkan tergantung pada  penjumlahan dips dari  joint dan lereng. Nilai F3 juga bisa diambil dari

Bieniawski Adjustment Rating For Joint Orientation.

F4 merupakan faktor penyesuaian untuk metode penggalian.Ini

mencakup lereng alam atau kemiringan lereng penggalian sebelum dilakukan  penggalian, smooth blasting , normal blasting , poor blasting dan penggalian mekanik. Faktor penyesuaian tersebut telah ditetapkan secara empirik sebagai  berikut:

1) Lereng alamiah lebih stabil karena terbentuk akibat proses erosi dalam waktu yang lama dan ada mekanisme penahan (vegetasi, sedikit air) dengan nilai F4 = +15.

2) Penggunaan teknik peledakan presplitting meningkatkan stabilitas lereng untuk suatuk las setengah, F4= +10.

3) Penggunaan teknik peledakan smooth blasting dengan lubang-lubang yang  baik, juga meningkatkan stabilitas lereng, F4= +8.

4) Teknik peledakan normal. Penggunaan dengan sound method, tidak mengubah stabilitas lereng, F4 = 0.

5) Peledakan yang tidak efisien, sering terlalu banyak bahan peledak, tidak menggunakan peledakan beruntun (delay) atau lubang ledak tidak sejajar, stabilitas buruk, F4= - 8.

6) Penggalian lereng dengan peralatan gali, selalu denganripper , hanya dapat dilakukan pada batuan lemah dan atau di batuan terkekarkan, dan sering digabungkan dengan peledakan. Bidang lereng sulit untuk diakhiri. Metode ini bisa bertambah atau berkurang tingkat kemantapan lereng,

(19)

 Adjusting F actor F or Joints (F₁, F₂,

F₃)

α j = Dip Direction of    Joint 

α s = Dip Direction of   β  j = Dip of Joint   β  s = Dip of Slope

Very Favourable  Favourable  Fair  Unfavourable Very Unfavourable

 PlaneFailure |α j - α s| = > 30° 30° - 20° 20° 10° 10° - 5° < 5° Toppling  |α j - α s - 180°| = F₁Value 0,15 0,40 0,70 0,85 1,00  Relationship F₁= (1 - Sin |α j -αs|)² | β  j| = <20° 20° - 30° 30° - 35° 35° - 45° > 45° F₂Value  Planar Failure 0,15 0,40 0,70 0,85 1,00 Toppling  1,00  Relationship F₂= tg² β  j  Planar   Failure  β  j - β  s = >10° 10° - 0° 0° 0° -(-10°) <(-10°) Toppling   β  j + β  s = <110° 110° - 120° >120° - -F₃Value 0 -6 -25 -50 -60

 Relationship F₃( Bieniawski Adjustment Rating For Joint Orientation)

 F  ₄ Adjusting Factor for Excavation

 Method 

F₄= Empirical Values for Method of Excavation

 Natural Slope  Prespliting  Smooth Blasting   Mechanical  Blasting or   Deficient Blasting 

F₄Value 15 10 8 0 -8

DESCRIPTION OF SMRCLASSES

Kelas I II III IV V

SMR  81-100 61-80 41-60 21-40 0-20

Deskripsi masssa batuan Sangat baik Baik   Normal Buruk  Sangat buruk

Stabilitas Benar-benar stabil Stabil Sebagian stabil Tidak stabil Benar-benar tidak

stabil

Jenis keruntuhan Tidak terjadi  Block failure

 Planar along some  joints atau many

wedge failure

 Planar atau big wedge failure

 Big planar atau  soil-like atau

circular  Tabel 10. Faktor Penyesuaian untuk Kekar dan Diskripsi dari Kelas SMR (Romana, 2003)

Slope

3. Analsis Kinematik

Berbagai jenis longsoran lereng (slope failure) berhubungan dengan

struktur-struktur geologi yang mengakibatkan adanya suatu

diskontinuitas pada suatu massa batuan.Salah satu metode yang

seringkali digunakan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi

 bidang diskontinuitas pada singkapan lereng batuan yaitu metoda

Scanline (Hudson dan Harrison, 1997).

Dalam kaitannya dengan usaha pemetaan diskontinuitas

 batuan, scan line sampling harus dilakukan secara sistematik pada

(20)

3. Analsis Kinematik

Berbagai jenis longsoran lereng (slope failure) berhubungan dengan

struktur-struktur geologi yang mengakibatkan adanya suatu

diskontinuitas pada suatu massa batuan.Salah satu metode yang

seringkali digunakan untuk melakukan identifikasi dan karakterisasi

 bidang diskontinuitas pada singkapan lereng batuan yaitu metoda

Scanline (Hudson dan Harrison, 1997).

Dalam kaitannya dengan usaha pemetaan diskontinuitas

 batuan, scan line sampling harus dilakukan secara sistematik pada

seluruh singkapan batuan yang ada. Parameter yang diukur di

lapangan adalah panjang lintasan scan line (L), jumlah diskontinuitas

(N) dalam lintasan pengukuran, dan kedudukan bidang-bidang

diskontinuitas. Dengan demikian, maka frekuensi dikontinuitas ( λ )

dapat dinyatakan sebagai :

λ  = N/L

dan rata-rata spasi diskontinuitas (x) adalah :

x = L/N

Dalam memperhitungkan stabilitas lereng batuan, data

kedudukan bidang-bidang diskontinuitas hasil pengukuran scan line

sampling digambarkan di dalam stereoplot. Pada umumnya, jika data

struktur geologi tersebut telah diplot, beberapa konsentrasi kutub yang

(21)

Gambar 2. Penggambaran kutub-kutub bidang struktur pada umunya memperlihatkan konsentrasi kutub, misalnya kutub A dan B

Adalah sangat berguna untuk dapat memilah antara bidang- bidang

yang berpotensi mengalami keruntuhan, dengan bidang-bidang yang

kemungkinan tidak akan terlibat di dalam longsoran.

Faktor kinematik lereng dikatakan memenuhi syarat untuk

menyebabkan ketidakstabilan apabila pada lereng terdapat ruang bagi blok

massa batuan untuk bergerak pada bidang gelincirnya menuju ruang tersebut

(Hoek dan Bray, 1981)

a. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Geser Planar ( Plane Failure)

Longsoran bidang (plane failure) adalah bentuk longsoran yang paling

mudah untukdiidentifikasi dan dianalisis. Longsoran bidang dapat

terjadi dengan bidang gelincir tunggal ataupun set bidang gelincir.

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan keruntuhan tipe ini adalah :

1) Kemiringan Lereng (ȕ) lebih besar daripada kemiringan bidang

(22)

2) Jejak bagian bawah bidang diskontinuitas yang menjadi bidang

gelincir harus muncul di muka lereng.

3) Bidang gelincir memiliki jurus (α) yang sejajar atau hampir sejajar

(maksimal 20º) dengan jurus permukaan lereng (α).

4) Kemiringan bidang gelincir (ȕ) lebih besar daripada sudut geser

dalamnya.

 b. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Baji (Wedge Failure)

Berbeda dengan keruntuhan geser planar, keruntuhan geser baji

akan terjadi bila ada dua bidang diskontinuitas atau lebih berpotongan

sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng. Persyaratan

lain yang harus terpenuhi di antaranya adalah :

1) Arah garis perpotongan (trend) kedua bidang diskontinuitas harus

mendekati arah kemiringan muka lereng.

2) Sudut lereng lebih besar daripada sudut garis potong kedua bidang

diskontinuitas

3) Garis perpotongan kedua bidang diskontinuitas harus menembus

 permukaan lereng.

4) Plunge dari garis perpotongan kedua bidang diskontinuitas lebih

 besar daripada sudut geser dalamn ya.

Uji Markland (Hoek dan Bray, 1981) dilakukan untuk

menentukan kemungkinan terjadinya keruntuhan geser baji (wedge

 sliding failure), dengan arah luncuran terjadi pada penunjaman garis

(23)

Uji ini juga mencakup longsoran bidang yang merupakan kasus khusus

dari longsoran baji (Gambar 3). Pada longsoran baji, jika kontak pada

kedua bidang tetap terjadi, luncuran hanya dapat terjadi pada arah

 penunjaman garis perpotongan.

c. Analisis Kinematika dari Keruntuhan Jungkiran (Toppling Failure)

Keruntuhan jungkiran umumnya terjadi pada massa batuan

yang kemiringan bidang-bidang diskontinuitasnya berlawanan arah

dengan kemiringan lereng. Bidang-bidang diskontinuitas tersebut

membentuk kolom-kolom yang akan mengguling bila bidang

diskontinuitas yang menghubungkan antar kolom menggelincir.

Analisis keruntuhan jungkiran lebih rumit bila dibandingkan

dengan bentuk keruntuhan planar dan baji. Karena interaksi antar

kolom-kolom yang mengguling secara simultan serta gaya-gaya geser

yang terjadi antar kolom harus diperhatikan.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan keruntuhan tipe

 jungkiran adalah :

1) Jurus dari bidang diskontinuitas harus paralel atau mendekati paralel

dengan jurus permukaan lereng (perbedaan arah maksimal 20º).

2) Sudut kemiringan bidang diskontinuitas harus sama besar dengan

kemiringan permukaan lereng.

3) Plunge dari bidang gelincir harus lebih kecil dari kemiringan

 permukaan lereng dikurangi sudut geser dalam dari bidang gelincir

(24)

Gambar 3. Model stereoplot kondisi struktur yang dapat menyebabkan  jenis-jenis longsoran utama pada batuan (Hoek, 2000)

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

(25)

 berupa angka yang selanjutnya diolah dan dianalisis secara matematik dan

kinematik. Penelitian digolongkan ke dalam beberapa tahapan sebagai

 berikut:

1. Tahapan Pendahuluan

Tahap ini meliputi persiapan penelitian sebelum kegiatan

lapangan yang meliputi:

a. Persiapan administrasi dan pengurusan surat-surat izin di kampus

dan perusahaan.

 b. Konsultasi dengan pembimbing.

c. Persiapan materi berupa pengumpulan studi literatur serta

aspek-aspek pendukung lainnya.

2. Tahapan Studi Literatur

Tahap ini dilakukan studi mengenai buku-buku teks, jurnal dan

laporan-laporan yang relevan mengenai kegiatan pemboran dan

 peledakan serta formula perancangan untuk desain geometri pemboran

tambang bawah. Kegiatan ini berlangsung hingga kegiatan penelitian

 berakhir.

a. Tahapan Observasi Lapangan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan observasi ini

adalah sebagai berikut:

1) Orientasi Lapangan

Kegiatan orientasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi

(26)

mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan

sehingga didapatkan gambaran jalur pemetaan dan pengambilan

data yang akan dilakukan.

2) Pengambilan Data Lapangan

Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data tersebut adalah:

a) Data primer yang diperoleh dari pengamatan langsung di

lapangan. Data primer tersebut diantaranya adalah data

 pemetaan diskontinutas dengan metode scaline mapping,

data orientasi dan geometri lereng, data pengujian sifat fisik

dan sifat mekanik batuan, dan data karakteristik massa

 batuan serta data kondisi morfologi dan hidrologi sekitar

daerah penelitian.

 b) Data sekunder yang terdiri dari data peta geologi, peta

lokasi penelitian, data pemboran geoteknik, data curah

hujan, data level muka air tanah, data longsoran terdahulu.

3) Tahapan Pengolahan Data

Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode rock

mass rating (RMR) dan slope mass rating (SMR) Bieniawski.

Selain itu analisis kinematik untuk mengetahui tipe potensi

longsor dilakukan dengan software Dips v.5 (Rocscience).

(27)

Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil analisis data untuk

mendapatkan rekomendasi stabilisasi lereng yang bisa dilakukan

terhadap lereng-lereng yang tidak stabil.

5) Tahapan Penyusunan Laporan

Tahap ini dilakukan penyusunan draft laporan dari

keseluruhan hasil kegiatan penelitian yang dilakukan. Draft tersebut

dibuat sesuai dengan format dan kaidah penulisan yang telah

ditetapkan oleh Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Padang.

6) Seminar dan Penyerahan Laporan

Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam

seminar Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Negeri

Padang, setelah melalui penyempurnaan berdasarkan

masukan-masukan yang diperoleh dari para dosen penguji. Draft Tugas Akhir

kemudian diserahkan ke Ketua Program Studi Teknik

Pertambangan Universitas Negeri Padang.

H. Tempat Penelitian

Tempat penelitian tugas akhir ini diusulkan di PT J Resources

Bolaang Mongondow Site Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang

Mongondow Sulawesi Utara.

I. Waktu Pelaksanaan

Penelitian tugas akhir ini direncanakan akan dilaksanakan pada

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Irwandi. 2016.Geoteknik Tambang . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Aris Endartiyanto. 2007. Analisis Kestabilan Lereng dengan Menggunakan  Metode kinematik dan Klasifikasi Massa Batuan;Studi Kasus di  Area Penambangan Andesit, Desa Jelekong, kecamatan Bale  Endah,Kabupaten Bandung, Jawa Barat . Bandung: ITB

Varnes. 1978. Landslide Type and Process.USA: USGS.

(29)

Lampiran A

Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan

Minggu Ke

I II III IV V VI VII VIII

Studi Pustaka dan Orientasi Lapangan Pengumpulan Data

Pengolahan Data Penyusunan Laporan

(30)

Lampiran B Rencana Daftar Isi

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Pembatasan Masalah

BAB II DASAR TEORI

A. Deskripsi Perusahaan

1. Lokasi dan Kesampaian Daerah 2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan 3. Keadaan Topografi dan Geologi 4. Kegiatan Penambangan

B. Teori Dasar

4. Analisis Kestabilan Lereng Batuan

5. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng a.Klasifikasi Sistem RMR (Geomechanics Classification System)  b. Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR)

3. Analsis Kinematik untuk Evaluasi Kestabilan Lereng Batuan

a. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Geser Planar ( Plane  Failure)

 b. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Baji (Wedge Failure)

c. Analisis Kinematik dari Keruntuhan Jungkiran (Toppling   Failure)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

B. Instrumen Penelitian

C. T e k n i k P e n g a m b i l a n D a t a D. Teknik Pengolahan Data

E. Waktu dan Jadwal Kegiatan BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kinematik 1. Data Diskontinuitas

a. Lokasi Pengambilan Data

(31)

c. Intepretasi Set Diskontinuitas Utama 2. Pengujian Laboratorium

a. Pengamatan Petrografi  b. Pengujian Sifat Fisik

c. Pengujian Sifat Mekanik

3. Perhitungan Sudut Geser Dalam Efektif

a. Joint Roughness Coefficient (JRC)

 b. Joint Wall Compressive Strength (JCS)

c. Kohesi dan Sudut Geser Dalam untuk Masing-Masing Set Diskontinuitas

4. Analisis Kinematik

B. Analisis Kestabilan Lereng Batuan

1. Klasifikasi Massa Batuan dengan Sistem Rock Mass Rating 

a. Kuat Tekan Uniaksial Andesit

 b. Rock Quality Designation (RQD)

c. Spasi Diskontinuitas d. Kondisi Diskontinuitas e. Kondisi Airtanah

2. Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Slope Mass Rating 

3. Kajian Desain Perkuatan Lereng BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(32)

Curriculum Vitae

Nama : Osmaini Sutra Haryati

Tempat dan Tanggal Lahir : Solok Selatan, 13 Mei 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia Status Perkawinan : Belum Menikah

Kesehatan : Sempurna (Tidak Mengidap Penyakit Khusus)

Alamat Asal : Sarik Taba, Nagari Lubuk Gadang,

Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan Alamat Sekarang : Komplek Parupuk Raya Nomor 16A, Koto Tangah,

Padang

Nomor Handphone : 085365342424

E-mail : [email protected]

Hobi : Travelling dan Fotografi

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Tempat Tahun

Perguruan Tinggi Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

2013-sekarang

SMA SMAN 3 SOLOK SELATAN 2010-2013

SMP SMPN 12 SOLOK SELATAN 2007-2010

SD SDN 01 LUBUK GADANG 2001-2007

PENGALAMAN ORGANISASI

Deskripsi Tahun

Dewan Pengawas Organisasi (DPO) Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP

2016-Sekarang Koordinator Internal Section of Publication and Relation

Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP

2015-2016 Anggota Biasa UKKPK (Unit Kegiatan Komunikasi dan

penyiaran Kampus ) UNP

2015-2016 Biro Departemen Pengelolaan Sumber Daya Manusia Badan

Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Padang

(33)

You're Reading a Preview

Unlock full access with a free trial.

(34)

Moderator Seminar Nasional Masa Depan Geomekanika

Universitas Negeri Padang 2016

Peserta Seminar Nasional Bulan K3 2017

PT Sago Prima Pratama (J Resources), Kalimantan

Utara

2017

PENGALAMAN LAPANGAN

Deskripsi Tempat Tahun

Kerja Praktek Mahasiswa PT Sago Prima Pratama (J Resources), Seruyung, Kalimantan Utara

2017 Peserta Kuliah Lapangan PT Dahana Persero Tbk, Jawa Barat 2016 Peserta Kuliah Lapangan PT Bukit Asam Persero Tbk, Tanjung

Enim, Sumatera Selatan

2016 Peserta Studi Geoteknik

Lapangan

PT Ansar Terang Crushindo, Pangkalan, Sumatera Barat

2016 Peserta Studi Geologi

Lapangan

Singkarak, Sumatera Barat 2015 Peserta Kuliah Lapangan PT Allied Indo Coal, Sawahlunto,

Sumatera Barat

2015 Peserta Kuliah Lapangan

Teknik Peledakan

PT. Semen Padang 2015

Peserta Studi Pengeboran dan Peledakan Tambang

Bawah Tanah

PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin, Sumatera Barat

2015

Peserta Kuliah Lapangan Pertamina EP Pangkalan Susu, Sumatera Utara

2014 Peserta Kuliah Lapangan PT Innalum, Asahan, Sumatera Utara 2014 Peserta Kuliah Lapangan

Batubara

PT Aman Toebillah Putra (ATP), Lahat, Sumatera Selatan

2014

KEMAMPUAN BAHASA ASING

Bahasa Inggris Membaca Baik

Menulis Baik

(35)

KOMPUTERISASI

Terbiasa bekerja dengan Microsoft Office (Word, Excel, Power Point) Dapat Mengoperasikan Software Minescape 4.1.1 8

Dapat Mengoperasikan Software Dips v.5 Rocscience

Mampu bekerja dengan Sistem Operasi Windows XP , Windows 7, dan Windows 8

Padang, 14 Maret 2017

(36)
(37)

You're Reading a Preview

Unlock full access with a free trial.

(38)

You're Reading a Preview

Unlock full access with a free trial.

(39)

You're Reading a Preview

Unlock full access with a free trial.

(40)

Historis Nilai https://por tal.unp.ac.id/historis/his/20170313020747000000.html

a : 2013/1302670/Osmaini Sutra Haryat : Teknik Pertambangan (S1)

: BIDIKMISI

: Drs. Raimon Kopa, MT

si Kode Matakuliah SKS Nilai Bobot Mutu Dosen Dosen1 2 70022 TMB123 Analisis Investasi Tambang 2 A- 3.6 7.2 5140

70024 TMB133 Metode Perhitungan Cadangan 2 A - 3.6 7.2 5158 70008 TMB137 Teknik Pengoboran dan Penggalian 3 C 2.0 6.0 0278 70026 TMB263 Pengolahan Bahan Galian 3 B- 2.6 7.8 5153 70028 TMB318 Undang Undang dan Keselamatan Kerja

Pertambangan 2 A 4.0 8.0 0278 70031 TMB319 Batubara 3 A- 3.6 10.8 5154 70032 TMB323 Komunikasi Ilmiah 2 A 4.0 8.0 5139 70033 TMB335 Bahan Peledak dan Teknik Peledakan 3 A 4.0 12.0 5128

23 IP Semester :3.38 77.8 nuari - Juni 2016

70025 TMB108 Lingkungan Tambang 2 B+ 3.3 6.6 5126 70028 TMB120 Geoteknik Tambang 3 A 4.0 12.0 0278 70029 TMB125 Penelitian Operasional Tambang 2 C+ 2.3 4.6 5153 70031 TMB130 Manajemen Tambang 2 A 4.0 8.0 5140 70040 TMB132 Teknik Eksplorasi 2 A- 3.6 7.2 5159 70051 TMB257 Tambang Terbuka 3 A 4.0 12.0 5124 70073 TMB260 Teknik Terowongan 2 B 3.0 6.0 5128 70036 TMB321 Geostatistik dan Permodelan Sumberdaya 3 D 1.0 3.0 5164 70037 TMB336 Tambang Bawah Tanah 3 A 4.0 12.0 5139 70088 TMB377 Geolistrik 2 D 1.0 2.0 5164 24 IP Semester : 3.06 73.4 uli - Desember 2016 70043 TMB234 Ventilasi Tambang 3 A- 3.6 10.8 5139 70045 TMB247 Kewirausahaan 2 A- 3.6 7.2 5140 70087 TMB328 Eksplorasi dan Evaluasi Panas Bumi 2 A 4.0 8.0 5161 70049 TMB330 Perencanaan Tambang 3 C 2.0 6.0 5158

70051 TMB337 Teknik Pengeboran & Penggalian 3 B+ 3.3 9.9 5124 5153 70055 TMB370 Komputasi dan Simulasi Tambang 3 A- 3.6 10.8 5164

70057 TMB376 Teknik Penyanggaan 2 B 3.0 6.0 5128 TM/NIM/Nam

Prog. Studi Status Masuk Dosen PA 

UN

I

VER

SIT

AS NEGER

I

PADANG

NILAIHISTORIS No Sek  2 2015113 3 2015113 4 2015113 5 2015113 6 2015113 7 2015113 8 2015113 9 2015113 Total Semester : Ja 1 2015213 2 2015213 3 2015213 4 2015213 5 2015213 6 2015213 7 2015213 8 2015213 9 2015213 10 2015213 Total Semester : J 1 2016113 2 2016113 3 2016113 4 2016113 5 2016113 6 2016113 7 2016113 Total 18 IP Semester : 3.26 58.7 Semester : Januari - Juni 2017

1 201621370053 TMB334 Tugas Akhir 5 0.0 0.0 5128 2 201621370062 TMB369 Kerja Praktek 4 0.0 0.0

Total 0 IP Semester : 0.00 0 Total Mutu : 496.1 Padang, 13-03-2017 Total SKS : 145 Kabag. Akademik,

Gambar

Gambar 1. Tipe Keruntuhan Utama Pada Batuan 2. Klasifikasi Massa Batuan untuk Evaluasi Kestabilan Lereng
Tabel 1. Indeks Kekuatan Material Batuan Utuh - UCS (Bieniawski, 1989)
Tabel 2.  Ringkasan Rock Mass Rating System (Bieniawski, 1989)
Tabel 5. Penggolongan dan Pembobotan Kekasaran Menurut Bienawski (1976)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berdasarkan pada pengertian Rekayasa sistem, maka dapat dimaksudkan bahwa Metode Rekayasa Sistem Jaringan Komputer, yang selanjutnya akan

Sedangkan pada fracture zone system (Gambar III.8), fluida berasal dari air meteorik yang mengalami sirkulasi hingga ke bagian dalam dan berkontak dengan batuan intrusi seperti

Penggunaan metode ini serta pemilihan parameter yang tepat diharapkan dapat memberikan prediksi yang lebih akurat dibandingkan dengan penelitian yang telah

Menurut hasil penelitian di lapangan pada jenis batuan kompak, menunjukan bahwa hasil produktivitas dan fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih

Sesuai dengan tujuan dari logging   yaitu mengumpulkan data  bawah permukaan agar dapat digunakan untuk melakukan penilaian formasi dengan menentukan besaran-besaran fisik dari

Dalam Laporan Tugas Akhir ini, penulis berusaha memberikan gambaran dan perhitungan mengenai penyelidikan geoteknik dalam penanggulangan gerakan massa yang dilakukan pada

1.5.3 SISTEM INFORMASI BERBASIS WEB Sistem informasi berbasis web adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan

Pelaksanaan PKM ini tidak hanya membuka wawasan tekait menulis jurnal ilmiah yang baik dan benar, PKM ini juga memberikan wawasan kepada mahasiswa yang berhubungan dengan Tugas Akhir