• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah agama aliran-aliran dalam islam.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah agama aliran-aliran dalam islam.pdf"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

ALIR

ALIRAN-ALIRAN DALAM AG

AN-ALIRAN DALAM AGAMA ISLAM

AMA ISLAM

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

Disusun Ol

Disusun Oleeh

h::

Elh

Elha a Ayu Ayu Alinda Alinda 071114005071114005 Er

Erika ika IsIsnnaini aini Maulida Maulida 071114016071114016 Muhammad

Muhammad Alhada Alhada Fuad Fuad 071114030071114030 Rafelita

Rafelita Nian Nian Sari Sari 071114019071114019 Y

Yee ni ni MeMe ytasari ytasari 071114038071114038

DEPART

DEPARTEMEN SOSIOLOGIEMEN SOSIOLOGI FAK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ULTAS ILMU SOSIAL DAN ILILMU MU POLPOLITIKITIK UNIVE

UNIVERSITAS AIRLANGGARSITAS AIRLANGGA SURABAYA

SURABAYA 2014 2014

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami

 berha

 berhasil

sil meny

menyelesaikant

elesaikantugas

ugas ma

makalah

kalah Agam

Agama

a Is

Isllam

am II

II yang berjudul “

yang berjudul “Aliran-

Aliran-aliran dalam Agama Islam

aliran dalam Agama Islam” tepat pada

” tepat pada waktunya.

waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh

dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “,

dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang

 bersi

 bersifat m

fat membangun

embangun guna k

guna kesempurna

esempurnaan ma

an maka

kallah kami

ah kami se

sellanjutny

anjutnya.

a.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

 berpera

 berperan

n serta

serta dal

dalam

am peny

penyusunan

usunan  makalah

  makalah ini dari awal sampai akhir. Serta

ini dari awal sampai akhir. Serta

kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.Amin!

kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.Amin!

Surabaya, 18 Mei 2014

Surabaya, 18 Mei 2014

PENYUSUN

PENYUSUN

(4)

DAFTA

DAFTAR R ISIISI HAL

HALAMAN AMAN JUDUL...JUDUL... ... ii KAT

KATA A PPENGANTAR ENGANTAR ... .. iiii DA

DAFFTAR TAR ISI...ISI... . iiiiii BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.La

1.Latar tar BeBellakang akang MasaMasallaahh... ... 11 2.Rumu

2.Rumusan san MasalaMasalahh... ... 44 3.Tujuan... 5 3.Tujuan... 5 4.

4. Manfaat Manfaat ... ... 55 BAB II PE

BAB II PEMBMBAHASAAHASANN 1.Prinsi

1.Prinsip-Prp-Pr insiinsip p Dasar IslaDasar Islam m daladalam Tm Tataraataran Keilmun Keilmuan daan dann

Praktis... 6 Praktis... 6 2.Proses

2.Proses TerTerjadjadinyinya a PerbedaaPerbedaa n n Pendapar Pendapar daladalam m Agama Agama IslaIslam m ... ... 1313 3. A

3. Ahlu Sunnah Wal hlu Sunnah Wal Jama‟ah ...Jama‟ah ... 1515 4.

4. StuStudi Kasus di Kasus KoKonflinflik k Internal UmaInternal Umat t IsIs llam ...am ... ... 1919 BAB III PENUTUP

BAB III PENUTUP 1.

1. SimpulSimpulaan n ... ... 2525 2.

2. Saran Saran ... ... 2525 RE

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam sejarah agama Islam telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara tajam yang sulit untuk diperdamaikan, apalagi untuk dipersatukan.Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tidak bisa dirubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-k itab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuluddin.Barang s iapa yang membaca kitab-kitab ushuluddin akan menjumpai didalamnya perkataan-perkataan: Syiah, Khawarij, Qodariah, Jabariah, Sunny (Ahlussunnah Wal Jamaaah), Asy-Ariah, Maturidiah, dan lain-lain.

Umat Islam, khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat membaca hal ini karena Nabi Muhammad SAW sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau.Abu Hurairah mer iwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan.” HR. At -Tirmidzi.

Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah  berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan  Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muha mmad ada dalam ta ngan-Nya umatku ini pasti akan berpecah  belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu be liau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah.

Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik para tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat secara keseluruhan. Problem aliran sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat.

Aliran sesat bukan fenomena baru, selain dia mengambarkan anomali, juga kemungkinan adanya deviasi sosial yaitu selalu ada ko munitas yang abnormal. Baik ia berada

(6)

dalam abnormalitas demografis, abnormalitas sosial, maupun abnormalitas psikologis. Sedangkan bentuk deviasi dapat bersifat individual, situasional dan sistemik (Kartono, 2004:16). Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam pengertian kepribadian tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan moral. Demikian halnya dengan para penganut aliran sesat, akan diperoleh kriterium kategori yang tidak tegas. Salah satu yang paling mungkin untuk menyatakan kesesatan adalah defenisi atau batasan ketidaksesatan yang bersifat formalistik atau diakui sebagai batasa n institusional.

Aliran sesat didefinisikan sebagai aliran yang menyimpang dari mainstream masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria kesesatan bersifat multikriteria. Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran sesat atau tidak merupakan masalah tersenidri yang tidak mudah.

Aliran hanya dapat dinyatakan sebagai sesat apabila mengacu pada satu kumpulan kriteria yang dinyatakan secara apriori sebagai “tidak sesat”. Oleh karena itu ukuran sosiologis, politis dan psikologis hanya merupakan penjelas saja tentang kemungkinan-kemungkinan mengapa seseorang/kelompok menjadi bagian dari aliran sesat.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat digolongkan tersesat. Namun, tidak semua orang dapat memberikan penilaian suatu aliran dinyatakan keluar dari nilai-nilai dasar Islam.„‟Suatu paham atau aliran keagamaa n dapat dinyatakan sesat bila memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria,'‟ kata Ketua Panitia Pengarah Rakernas MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas, di Jakarta, Selasa (6/11).Sekretaris MUI, Ichwan Sam, menambahkan, kriteria tersebut tidak dapat digunakan sembarang orang dalam menentukan suatu aliran itu sesat dan menyesatkan atau tidak. „‟Ada mekanisme dan  prosedur yang harus dilalui dan dikaji terlebih da hulu. Harus diingat tidak semudah itu mengeluarkan fatwa,'‟ tegasnya. Pedoman MUI itu menyebutkan, sebelum s uatu aliran atau kelompok dinyatakan sesat, terlebih dulu dilakukan penelitian. Data, informasi, bukti, dan saksi tentang paham, pemikiran, dan aktivitas kelompok atau aliran tersebut diteliti oleh Komisi Pengkajian. Selanjutnya, Komisi Pengkajian memanggil pimpinan aliran atau kelompok dan saksi ahli atas berbagai data, informasi, dan bukti yang didapat. Hasilnya kemudian disampaikan kepada Dewan Pimpinan. Bila dipandang perlu, Dewan Pimpinan dapat menugaskan Komisi Fatwa untuk membahas dan mengeluarkan fa twa. „‟Di batang tubuh fatwa mengenai aliran sesat juga ada poin yang menyatakan akan menyera hkan segala

(7)

sesuatunya kepada aparat hukum dan menyeru masyarakat jangan bertindak sendiri- sendiri,'‟  jelas Ichwan.Wapres Jusuf Kalla, meminta seluruh komponen mas yarakat, terutama para ulama dan tokoh agama, tidak lari menyikapi maraknya aliran sesat. „‟Untuk menyikapi aliran sesat ini, kita tidak bisa menggunakan langkah-langkah kekerasan, seperti lempar-lemparan, bakar-bakaran, dan sebagainya. Polisi dan jaksa boleh mengambil tindakan formal, tetapi jika secara hati nurani tidak selesai. Kita harus introspeksi,'‟ kata Kalla di hadapan  peserta Rakernas MUI. Pemerintah, sambung Me nag, Maftuh Basyuni, terus ber upaya meyakinkan para penganut aliran sesat agar dapat kembali ke jalan yang benar. Upaya kekerasan atau anarkis dalam menyikapi aliran sesat, menurut Maftuh, tak akan menyelesaikan masalah.

„‟Malah akan menambah genting suasana. Toh sekarang sudah banyak tokoh aliran sesat yang ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya.'‟

Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Adian Husaini, menyebut keluarnya putusan MUI sebagai sesuatu yang ditunggu- tunggu umat Islam. „‟Dengan demikian, jelas apa saja kr iteria a liran sesat itu,'‟ kata Adian. Sepuluh kriter ia yang ditetapkan MUI itu merupakan ajaran Islam yang mendasar. „‟Ini penekanannya lebih untuk umat sendiri.'‟

Sepuluh Kriteria Aliran Sesat:

1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam

2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),

3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarka n kaidah tafsir 6. Mengingkari kedudukan hadis Nab i sebagai sumber ajaran Islam 7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul

8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terak hir 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah

10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar‟i

Sesungguhnya ikhtilaf (perbedaan pendapat) adalah sunatullah namun Ikhtilaf yang membawa iftiraq (perpecahan) itulah yang dicela oleh Allah SWT. Sebab timbulnya iftiraq

(8)

 pada mulanya terjadi karena sebab yang sepele. Namun karena pelakunya mengedepankan hawa nafsu maka hal sepele menjadi besar dan berakibat pada perselisihan dan perpecahan. Secara garis besar di antara sebab munculnya Al Firaq Al Islamiyah (seperti : Khawarij, Syi'ah, M u'tazilah, Murji'ah, dll.) adalah:

1. Ghuluw (berlebih-lebihan dalam bersikap), contoh : Khawarij berangkat dari  pemahaman yang ber lebihan terhadap ayat-a yat wa' id (ancaman) sehingga mereka mengkafirkan kaum Muslimin yang melakukan dosa besar. Sedang Syi'ah muncul karena sikap yang berlebihan da lam mencintai sebagia n sahabat Rasul yaitu Ali ra dan  para Ahlul Bait.

2. Membantah bid'ah dengan bid'ah yang semisal, contoh : Murji'ah ingin mencounter Khawarij yang berlebih-lebihan dalam menghukumi pelaku dosa besar namun akhirnya mereka terjerumus pada bid'ah baru yaitu menganggap pelaku dosa besar sebagai mukmin denga n keimanan yang sempurna.

3. Pengaruh dari luar Islam, contoh : Syi'ah, karena muassis (gembong)nya adalah Yahudi yaitu Abdulah bin Saba'. Begitu juga Qodariyah, pencetusnya adalah seorang  Nashrani, Jahmiyyah pencetusnya Yahudi.

4. Mengedepa nkan akal.

5. Filsafat Yunani, contoh : Mu'tazilah banyak dipengaruhi oleh filsa fat Yunani. Selain itu ada yang disebabkan oleh :

1. Ulama yang beraqidah menyimpang, 2. Kebodohan kaum Muslimin.

3. Tidak memiliki standar pemahaman yang benar. 4. Ikhtilaf yang didasari hawa nafsu.

5. Rasa Ashabiyah (fanat isme golongan). 6. Hasad (dengki)

7. Kecenderungan menyuburkan bid'ah dan hawa nafsu. 8. Menuhanka n akal dan menomorduakan naql (dalil). 9. Pengaruh ekster nal.

2. Rumusan Masalah:

1. Bagaimanakah prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan praktis? 2. Bagaimanakah proses terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam?

(9)

3. Apakah yang dimaksud dengan Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah?

4. Bagaimanakah konflik internal yang terjadi pada umat Islam (Studi Kasus)?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan da n praktis 2. Untuk mengetahui proses terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam

3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Sunnah Wal Jama‟ah

4. Untuk mengetahuikasus nyata konflik internal dalam pada umat islam karena  perbedaan pendapat (perbedaan aliran)

4. Manfaat

Apa yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa  pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran ilmu pengetahuan dan  praktis. Bagi mahasiswa yang kelak terjun ke masyarakat diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan (pencerahan) tentang prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran keilmuan dan praktis. Kedepan mahasiswa diharapkan lebih kritis setelah membaca makalah ini terutama dalam menyikapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam sehingga tidak terjebak pada perilaku yang bertentangan dengan prinsip- prinsip dasar Islam.

(10)

BAB II PEMBAHASAN

1. Prinsip-Prinsip Dasar Islam dalam Tataran Keilmuan dan Praktis a. Prinsip Dasar Islam (dari tataran keilmuan)

Islam sebagai agama islam yang diturunkan untuk manusia, yang didalamnya terdapat pedoman serta aturan yang menuntun manusia membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Serta dalam agama islam terdapat tiga sendi utama dalam agama islam dilihat dari tataran sisi keilmuan, yaitu iman, islam dan ihsan.

HAKIKATIMAN

 Iman yaitu: berasal dari kata bahasa Arab yang berarti kepercayaan atau pengakuan, maka yang dinamakan iman adalah kepercayaan yang meresap dalam hati, dengan penuh keyakinan kuat, serta tidak tercampur keraguan apapun dan memberikan pengaruh kepada  pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan hidup sehari-hari. Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan  buruk. Iman mencak up perbuatan, ucapa n hati dan lisan, a mal hati dan a mal lisan se rta amal

anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin. Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara  beriringan dalam Qur‟an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:

Allah Subhannahu wa Ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

(11)

dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang ka mi berikan kepada me- reka. Itulah orang-orang yang  beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4).Ke imanan. memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang  bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.

Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria  bertamba hnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:

1. Diyakini dalam hati 2. Diucapkan dengan lisan

3. Diamalkan dengan a nggota tubuh.

Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

1. Iman kepada Alloh

2. Iman kepada malaikatNya 3. Iman kepada kitabNya 4. Iman kepada rosulNya

5. Iman kepada Qodho dan Qodar 6. Iman kepada hari akhir

Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam  prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.

Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang

(12)

karena maksiat.Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh  pemiliknya suatu manisnya Iman, seba gaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:

“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri  seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan k arena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam

api neraka.” (HR.Bukhori Muslim). HAKIKAT ISLAM

Islam bersal dari kata, as-salamu, as-salmu, danas-silmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu yang berarti damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.

Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan  perintahNya dan menjauhi laranganNya, d emi mencapa i kedamaian dan keselamatan hidup,

di dunia maupun di akhirat.

Islam itu me miliki delapan saham; Islam itu sendiri merupakan saham, shalat juga termasuk saham, zakat adalah saham, shaum adalah saham, Haji termasuk saham, amar ma'ruf termasuk saham, nahi munkar ter mas uk saham, berjihad termasuk saha m, maka celaka lah ora ng yangn tidak memiliki saham itu. (HR. Al Bazzar)

Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Alloh, maka ia seorang muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Alloh dan selain Alloh maka ia seorang musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Alloh maka ia seorang kafir yang sombong.Dalam pengertian kebahasan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama. Senada dengan hal itu N urkholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Is lam. Dari pengertian itu, seolah Nurkholis Madjid ingin mengajak kita memahami Islam dari sisi manusia sebagai yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaImana yang telah diisyaratkan dalam surat al-A‟rof ayat 172 yang artinya:

(13)

 Dan (ingatlah), ket ika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku  Ini Tuhanmu?” mereka menjawab “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami

lakukanyang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yanglengah terhadap Ini (k eesaan Tuhan)

Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

1. Membaca dua kalimat Syahadat 2. Mendirikan sholat lima waktu 3. Menunaikan zakat

4. Puasa Romadhon

5. Haji ke Baitulloh jika mampu.

HAKIKAT IHSAN

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebit Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.

Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:

… …

“…Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah -olah engkau melihatNya. Tapi jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihatmu…..

Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya adalah memposisikan diri saat beribadah kepada Alloh seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika

(14)

 belum b isa memposisikan seperti itu maka pos isikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik

Hadis Rosulullah tentang Iman, islam dan ihsan:

Artinya:

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata: Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian nan sangat putih & rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, & tak ada seorang pun di antara kami nan mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi & meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad Beritahukan kepadaku tentang Islam. “ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, & sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat;  berpuasa di bulan Ramadha n, & engkau menunaika n haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakuka nnya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka ka mi heran, dan ia bertanya dan ia pula membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab -kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, & beriman kepada takdir Allah nan ba ik & nan b uruk,” ia berkata, “Engkau benar. “ Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsa n”. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, ”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.

(15)

“Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada nan bertanya. “Dia pun bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang nan bertelanjang kaki, tanpa memakai  baju (miskin papa) serta pengemba la kambing telah saling berlomba dlm mendirikan  bangunan megah nan menjulang tinggi. “Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun

terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku: “Wahai, Umar Tahukah engkau, siapa nan  bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah & RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia

adalah Jibril nan mengajarkan kalian tentang agama kalian. ” [HR Muslim, no. 8]

Menurut pemikiran KH Ahmad Siddiq dari sisi keilmuan ketiganya (iman, islam dan ihsan) merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga menjadi bagian ilmu tersendiri. Bagian-bagian itu mereka elaborasi sehingga menjadi bagian ilmu tersendiri, seperti halnya perhatian terhadap iman memunculkan ilmu tauhid atau ilmu kalam, perhatian  pada ilmu islam menghadirkan ilmu fiqih atau ilmu hukum islam danperhatian pad a d imens i

ihsan melahirkan ilmu taawuf dan ilmu akhlak.

b. Sistematika Agama Islam (dari tataran praktis)

Dalam tataran pengalaman kehidupan beragama, mesk ipun iman, islam, da ihsan telah menjadi ilmu tersendiri, keytiganya tetap dilakukan bersamaan tanpa melakukan perbedaan. Oleh karena itu, jika dilihat dari segi tataran praktis, sistematika agama islam ada lah sebagai  berikut:

SISTEMATIKA AGAMA ISLAM

AQIDAH Keimanan Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab, Iman kepada Rosul, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qodar

SYARIAH Ibadah Khusus (mahdhah)

Syahadat, S holat, Zakat, P uasa, Haji

Ibadah umum (ghoir mahdhoh)

Sistem Keluarga, Sistem Ekonomi, Sistem Politik, Sistem Pembagian Waris, Hukum Perdata dan Pidana, Pengembangan IPTEK dan seni, Sistem Kebudayaan, Kerja sama antar

(16)

Umat Beragama.

AKHLAK Terhadap Allah Cinta atau Mahabbah, Takut atau Al-Khouf Terhadap

Makhluk

Ssesama manusia da n selain manusia

Tiga dasar dalam ajaran islam tersebut (akidah, syariat, akhlak) merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana Allah memberikan perumpamaan dalam QS Ibrohim ayat 24-25:

Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (24)

Artinya: (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan  Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. (25)

Kedua ayat tersebut memberikan sebuah analogi bahwa ajaran agama islam bagaiakan sebuah pohon yang baik, tumbuh subur menjulang tinggi dan buahnya sangat lebat. Akar merupakan inti dari sebatang pohon yang menopang tegak dan berdirinya pohon tersebut,  bahkan akar akan menentuka n ba ik da n tidaknya pohon itu. Jad i, akar itu baik dan kukuh maka pohon itu akan tumbuh subur, cabangnya akan kuat dan rindang serta mengeluarkan  buah yang lebat. Demikian juga dalam ajaan agama islam, akidah bagaikan akar yang merupakan hal yang pokok yang menopang segenap perilaku seorang muslim dan menentukan kemuslimannya. Jika aqidah dan syariat yang terwujud dengan baik, akan lahir  pula tindakan-tindakan nyata yang berupa amal sholeh sebagai perwujudan dari akhlak  bagaiakan buah yang ke luar dari cabang-caba ng pohon yang rindang. Perumpamaan ersebut  bagaikan menunjjukkan makna bahwa kualitas amal sholeh yang dilakukan oleh seeorang merupakan cermin kualitas iman dan islam seseorang. Sebaliknya iman dan islam seseorang  bisa diukur dari kua litas sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari- hari.

(17)

Dalam memahami sebuah agama kerap kali ditemukan pemahaman yang berbeda  beda antar individu satu dengan lainnya. Ha l ini d isebabkan karena adanya pe rbedaan dalam  perolehan khasanah ilmu pengeta huan tentang a gama. Begitu juga ketika jaman Rassulullah Saw. Tiap kali terdapat perbedaan pendapat terhadap pelaksanaan ibadah keagamaan di antara sahabat atau pengikut nabi maka langsung diselesaikan dengan keputusan akhir dari  Nabi Muhammad Saw.

Perpecahan dalam tubuh umat Islam sudah mulai terjadi beberapa waktu setelah Rasulullah wafat, dimulai dengan terjadinya perang jamal antara pengikut Ali dan Siti Aisah istri Rasulullah, pembunuhan terhadap kalifah Umar bin Khatab, Ustman dan Ali. Perang Siifin antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Umayyah Gubernur Damaskus yang memberontak terhadap Ali dan terus sampai sekarang. Didalam lingkungan pemeluk Islam terus terjadi saling hujat, serang, bunuh demi mempertahankan atau memaksakan pendapat dan keyakinnya pada kelompok ata u orang lain.

Kelompok-kelompok keagamaan yang berpe ngaruh kuat ketika massa itu ,antara lain : 1. Syiah dan Khawarij : Kelompok yang menutup diri dari golongan mayoritas kaum

muslimin

2. Mu‟tazilah : Kelompok yang memaksakan ajarannya kepada orang lain secara keras dan apabila orang lain tidak sepaham akan dituduh musyrik. Kelompok ini menganggap bahwa semua musuhnya yang tidak sependapat dengan panutan kelompoknya dianggap sesat dan menyimpang dari ajaran Islam. Sikap Mu‟tazilah ini menunjukkan adanya arogansi dengan menggunakan kekuatan politik negara yang  bersifat represif. Bahkan jika saat ini ada seke lompok orang muslim yang

menyampaikan pendapat berbeda dengan kelompok Mu‟tazilaj maka dianggap sesat dan harus dipaksakan untuk ikut sependapat dengan cara melalui paksaan kekuatan kekuasaa n negara.

3. Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah : Islam yang mur ni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh sahabat Nabi.

(18)

Perpecahan akibat perbedaan pendapat tersebut membuat kekacauan di berbagai golongan yang menganut agama islam . Untuk memperkuatkan usaha persatuan tersebut, maka seluruh umat Islam diseru agar menjadikan Rasul s.a.w sebagai satu rujukan yang unggul. Kerana Rasul s.a.w sudah wafat, maka sunnah beliaulah yang mesti dijadika n sebagai rujukan. Abdul Malik mendapat sokongan dari masyarakat Islam. Di antara tokoh kelompok Moderat yang masih hidup dan menyokong Abdul Malik adalah Ibnu Umar (wafat th. 74 H). Umat Islam yang menyokong persatuan ini disebut Ahlu Al-Jama'ah Wa al-Sunnah, kemudia n ada proses pembalikan sering dibaca oleh sebahagian kaum muslimin sehingga menjadi Ahlus-Sunnah Wal-Ja maah.

Jadi, baik konsep tarbi' yang sampai hari ini sering dibaca oleh sebahagian kaum muslimin --demikian juga dengan mendo'akan pemimpin yang berkuasa-- pada khutbah-khutbah Jumaat, mahupun istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, sebenarnya lahir dari proses sejarah yang bertujuan untuk mempersatuka n umat yang sudah berpecah belah. Oleh kerana itu, sering kita terjumpa bahawa kelompok Ahlus Sunnah Wal Jamaah sentiasa berusaha untuk mempertemukan aliran pemikiran berbagai kelompok yang saling bertentangan.

Tetapi usaha untuk mempersatukan umat itu tidaklah berhasil sebagaimana yang diharapkan, persaingan antara kelompok tetap juga berjalan. Kelompok Syiah, misalnya, tetap tidak dapat bergabung dalam persatuan itu; sebab menurut keyakinan mereka hak untuk memegang jawatan khalifah hanyalah untuk Ali dan keturunannya. Kerana jamaah tadi merupakan inisiatif dari kelompok Umawi yang sememangnya adalah musuh politik mereka, itulah sebabnya kelompok Syiah sampai har i ini tetap tidak bersimpati kepada kaum Muslimin dari golongan Ahlussunnah Jamaah. Mereka menganggap Ahlussunnah Wal-Jamaah hanyalah penyokong dan merupakan tali barut dari kelompok Umawi. Tanpaknya dendam kelompok syi'ah terhadap kelompok umawi tidak kesampaian, kerana mereka sudah  punah ditelan zaman; jadi golongan Ahlus-Sunnah Wal-jama'ahlah yang mener ima padahnya. Masalah politik telah menyebabkan umat Islam berpecah-belah dalam berbagai kelompok dan puak-puak. Perpecahan politik juga terpengaruh kepada perselisihan di dalam  bida ng Akidah, Syariah, dan tidak ketinggalan juga kepada perkemba ngan Hadith, Tafsir, Tasawuf, dan sebagainya. Sejauh mana pengaruhnya terhadap bidang-bidang tersebut akan kita bahas pada kesempatan lain. Tetapi sebelum menutup tulisan ini, saya ingin menegaskan  bahwa perpecahan politik umat Islam di Malaysia ini, sehingga seba hagian menghina yang

(19)

lain di mimbar- mimbar bahkan ada yang mengkafirkan sesama Muslim, sebenarnya hanyalah  proses pengulangan sejarah yang tidak perlu dilakukan.

Umat Islam di negara ini perlu menyedari bahwa pertengkaran itu hina. Perbedaan organisasi politik dan keagamaan hendaklah tidak dijadikan untuk saling menghina dan memusuhi, tetapi dimanfaatkan sebagai sarana untuk berlumba-lumba bagi membuat kebajikan demi kemajuan umat dan negara (Q.S.2:148). Apa yang akan dilihat ole h Allah swt  bukanlah organisasi yang kita miliki, tetapi adalah aktiviti (amal) yang kita lakukan

(Q.S.9:105). Rasul bersabda: Sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat bagi orang lain. Tentangan yang akan dihadapi di masa hadapan sangatlah berat. Kerana itu  persatuan dan kerjasama (amal ja mai) perlu diwujudkan. Persatuan yang d imaks udkan tidak  bererti membubarkan organisasi-orga nisas i yang sudah ada, tetapi mesti ada perancangan  bersama yang akan dilakukan oleh semua pihak dan setiap kelompok ber usaha mewujudkannya untuk ke majuan umat. O leh kera na itu perlu ada dialog (musyawarah) antara golongan untuk membicarakan agenda bersama demi terciptanya persatuan dan kesatuan yang kokoh sesama umat beragama Islam , tanpa harus memperuncing perdebatan dan  perpecahan yang terjadi akibat dari kee goisan dan keangkuhan dari mas ing masing kelompok

keagamaan .

3. Ahlu Sunnah Wal Ja ma’ah

Sebagai reaksi dari firqah yang sesat, maka pada akhir abad ke 3 H timbullah golongan yang dikenali sebagai Ahlu sunnah wal Jamaah yang dipimpin oleh 2 orang ulama  besar dalam Usuluddin yaitu S yeikh Abu Hassan Ali Al Asy‟ari da n Syeikh Abu Mansur Al

Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jamaah kadang-kadang disebut sebagai Ahlussunnah saja atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asy‟ari atau Asya‟irah dikaitkan dengan ulama besarnya yang pertama yaitu Abu Hassan Ali Asy‟ari.

Aliran Al-Maturidiyah adalah sebuh alira n yang tidak jauh berbeda dengan aliran Asy'ariyah. Keduanya lahir seba gai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila alira n al-Asy'ariyah berkembang di Basrah maka aliran al-Matur idiyah berkembang di Samargand. Kota tempat alira n ini lahir mer upakan salah satu kawasa n peradaban yang maju. menjadi pusat perkembangan Mu'tazilah disamping ditemukannya aliran Mujassimah. Qaramithah dan Jahmiyah, Menurut Adam Metz. juga terdapat pengikut

(20)

Majusi, Yahudi dan Nasra ni dalam jumlah yang besar. Al-Mat uridi saat itu ter lihat dalam  banyak pertentangan dan dialog setelah melihat kenyataan berkurangnya pembelaan terhadap s unnah. Hal ini dapat dipahami karena teologi mayoritas saat itu adalah aliran Mu'tazilah yang banyak menyerang golongan ahli fiqih dan ahli hadits. Diperkuat lagi dengan unsur terokratis penguasa.

Asy'ari maupun Maturidi bukan tidak paham terhadap mazhab Mu'tazilah. Bahkan al-Asy'ary pada awalnya adalah seorang M u'taziliy namun terdorong oleh keinginan mempertahankan sunnah maka lahirlah ajaran mereka hingga kemudian kedua nya diber i gelar imam ahlussunnah wal jama'ah.Sepintas kita mungkin menyimpulkan bahwa keduanya pernah bertemu, namun hal ini membutuhkan analisa. Pada masa itu, banyak sekali ulama Muktazilah mengajar di Basrah, K ufah da n Baghdad. Ada 3 orang Khalifah Abbasiyah yaitu Malmun bin Harun Ar Rasyid, Al Muktasim dan Al Watsiq adalah khalifah-khalifah  penganut fahaman Muktazilah atau sekurang-kurangnya penyokong uta ma dar ipada golongan

Muktazilah.

Dalam sejarah dinyatakan bahwa pada zaman itu terjadilah apa yang dinamakan fitnah ”Al-Quran Makhluk” yang mengorbankan beribu-ribu ulama yang tidak sefahaman dengan kaum Muktazilah. Pada masa Abu Hassan Al Asy‟ari muda remaja, ulama -ulama Muktazilah sangat banyak di Basrah, Kufah dan Baghdad. Masa itu zaman gilang gemilang  bagi mereka, karena fahamannya disokong oleh pemerintah.

Pengertian Ahlu Sunnah Wal Jamaah

Ditinjau dari ilmu bahasa (lughot/etimologi), Ahlussunah Wal Jama‟ah berasal   dari kata-kata:

a. Ahl (Ahlun), berarti “golongan” atau “pengikut”

 b. Assunnah berarti “tabiat, perilaku, jalan hidup, perbuatan yang mencakupucapan, tindakan, dan ketetapan Rasulullah SAW”.

c. Wa, huruf „athf yang berarti “dan” atau “serta”

d. Al jama‟ah  berarti jama‟ah, yakni jama‟ah para sahabat Rasul Saw. Maksudnya ialah  perilaku atau jalan hidup para sahabat.

Secara etimologis, istilah “Ahlu Sunnah Wal Jamaah” berarti golongan yang senantiasa mengikuti jejak hidup Rasulallah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus

(21)

lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As- Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin „Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Ahlu Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi sha llallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah shahabatnya radhiyallahu 'anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi menyatakan tidak diragukan bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para shahabatnya, mereka itu A hlus Sunnah.

Kata "Ahlu Sunnah" mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam.

Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama di mana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i'tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma'.

Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlu Sunnah itu kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah- firqah.

Terdapat dua konflik ekstrim yang telah membawa perpecahan keras dan berdarah-darah dalam sejarah umat islam. Ketika muncul pertentangan antara Syi‟ah dan Mu‟tazilah,dua kelompok moderat Ahlu Sunnah Wal‟jama‟ah yaitu Asy‟ariyah dan Maturidiyah ber usaha menkompromikan keduanya.

1. Asy‟ariyah

 Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Isma‟il b in Abi Basyar Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa Al-Asy‟ari, seorang sahabat Rasulullah saw. Ke lompok Asy‟ariyah menisbahk an pada namanya sehingga dengan demikian ia menjadi pe ndiri madzhab Asy‟ariyah.

Al-Asy‟ari yang semula berpaham Mu‟tazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli Sunnah. Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan

(22)

dari Muktazilah. Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya dengan Jubba‟i seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan). Al-Asy‟ari menganut faham Mu‟tazilah hanya sampai ia berusaha 40 tahun. Setelah itu, secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah masjid bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan faham Mu‟tazilah dan menunjukkan keburukan -keburukannya. Menurut Ibn Asakir, yang melatarbelakangi Al-Asy‟ari meninggalkan faham Mu‟tazilah adalah mengakuan Al- Asy‟ari telah bermimpi bertemu Rasulullah Saw. sebanyak tiga kali, yaitu pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga mimpinya itu, Rasulullah memperingatkannya agar meninggalkan faham Mu‟tazilah dan membela faham yang telah diriwayatkan dari beliau.

Setelah itu, Abul Hasan memposisikan dirinya sebagai pembela keyakinan-keyakinan salaf dan menjelaskan sikap-sikap mereka. Pada fase ini, karya-karyanya menunjukkan pada pendirian barunya. Dalam kitab Al-Ibanah, ia menjelaskan bahwa ia berpegang pada madzhab Ahmad bin Hambal.

Abul Hasan menjelaskan bahwa ia menolak pemikirian Muktazilah, Qadariyah, Jahmiyah, Hururiyah, Rafidhah, dan Murjiah. Dalam beragama ia  berpegang pada Al-Qur‟an, Sunnah Nabi, da n apa yang diriwayatkan dari para

shahabat, tabi‟in, serta imam ahli hadits.

Asy‟ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh Alllah,namun manusia memiliki peranan dalam perbuatannya.Dengan konsep kasb,menjadikan manusia selalu berusaha secara kreatif dalam kehidupannya. Akan tetapi tidak melupakan bahwa Tuhanlah yang menentukan semuanya. Asy‟ariyah  berhadapan langs ung dengan Mu‟tazilah.

2. Maturidiyah

Berdasarkan buku Pengantar Teologi Islam, aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya, yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad. Di samping itu, dalam buku terjemahan oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan  bahwa pendiri alira n maturidiyah yakni Abu Manshur al-Maturidi, kemudian

namanya dijadikan sebagai nama aliran ini.

Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami dalam membantah penyelisihnya seperti Mu‟tazilah, Jahmiyah dan lain-lain untuk menetapkan hakikat agama dan akidah Islamiyyah. Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur

(23)

Muhammad al-Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang bercorak rasional.

Maturidiyah berpendapat bahwa perbuatan itu tetap diciptakan oleh Allah sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia dan Tuhan. Manusia yang dikehendaki adalah manusia yang kreatif,tetapi kreativitas itu tidak menjadikan makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan. Tetapi manusia yang kreatif dan pandai bersyukur,karena kemampuannya menciptakan sesuatu tetap dalam ciptaan Allah.

Asy‟ariyah dan Maturidiyah mengupayakan perdamaian antara kelompok  jabariyah dan qadiriyah (dilanjutkan M u‟tazilah) yang mengagung-agungkan manusia sebagai penentu seluruh kehidupannya. Sikapa moderatisme keduanya merupakan ciri uta ma Ahlu Sunnah Wal‟jama‟ah dalam berakidah.

4.Kasus Konflik Internal Umat Islam

Kian hari kian mengkhawatirkan. Ketegangan di internal umat Islam terus berlangsung. Di Irak, beberapa hari yang lalu, kita menyaksikan adanya pemboman terhadap sejumlah mesjid yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Orang Islam sunni merusak mesjid orang Syi'ah. Dan begitu juga sebaliknya. Hal yang sama juga bisa kita saksikan di Pakistan. Antara orang Sunni dan Syi'ah berupaya saling menghancurkan mesjid masing-masing. Mesjid yang sering disebut sebagai rumah Allah SWT (baytullah) itu telah dijadikan seba gai reserva nt untuk melakukan balas dendam dan pelampiasan angkara murka. Di tangan umat Islam sendiri, mesjid seperti telah kehilangan daya magis dan aura karismatiknya sehingga dengan mudah bisa dibenamkan. Mesjid tidak lagi menjadi semacam hibernasi yang menampung segala friksi da lam s yahdu.

Dalam konteks Indonesia, kita pun disodori tayangan pengrusakan mesjid-mesjid dan rumah-rumah kelompok Islam Ahmadiyah. Kerap diberitakan, sebagian warga Ahmadiyah mendapatkan ancaman, baik fisik maupun non fisik. Beberapa tokoh Islam mainstream pun ikut menekan agar kelompok Ahmadiyah hengkang dari Islam jika mereka masih ngotot dengan akidah yang dipegangnya. Negara atau persisnya pemerintah tak tahu-menahu akan adanya tindakan kriminal yang c ukup dahsyat itu. Di negerinya sendiri kelompok Ahmadiyah diperlakukan bak seorang anak haram jadah yang terkutuk. Aparat kepolisian tak memberikan perlindungan keamanan yang cukup terhadap mereka sehingga penghancuran

(24)

tetap berlangsung. Atas kondisi itu, belakangan tersiar kabar bahwa kelompok Islam Ahmadiyah hendak meminta suaka ke luar.

Ironi ketika melihat fakta-fakta tersebut. Itukah hakekat ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad SAW? Mengapakah umat Islam cenderung bersikap apokaliptik di dalam menghadapi perbedaan-perbedaan tafsir yang muncul? Perbedaa n tafsir nyaris selalu menelan ongkos yang tak murah, yaitu pemberangusan. Mengapa pula mesjid selalu menjadi sasaran  penyera ngan? Mesjid yang dimiliki oleh satu kelompok tertentu, di mata kelompok Islam

yang lain tak ubahnya mesjid dhirar yang bisa dirobohkan. Maka, ke mana gerangan sikap-sikap toleran yang telah lama ditauladankan oleh Nabi Muhammad? Sikap yang arif nan  bijaksana kini semakin mewah kita temukan di kalangan umat Islam.

Peradaban kekerasan telah menjungkirbalikkan nurani dan akal sehat menjadi batu. Alih-alih agama akan menjadi solusi, yang terjadi justeru menjadi beban dan problem. Kekerasan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam ini, suka atau tidak, telah menenggelamkan integritas moral Islam ke dalam kubangan kejahatan atas kemanusiaan. Citra Islam sebagai agama damai dan anti kekerasan segera pupus, digantikan oleh citra Islam sebagai agama kaum teroris. Teror bukan hanya dialami umat agama lain, melainkan juga menimpa sebagian umat Islam. Kini kelompok Islam Ahamadiyah mengalami ketakutan menghadapi ancaman kelompok Islam lain. Ahmadiyah dipandang telah melakukan makar terhadap akidah Islam sehingga boleh dibasmi. Begitu juga antara kaum Sunni dan Syi'ah di Irak, Pakistan, dan tidak tertutup kemungkinan akan melebar ke Negara-negara dengan kaum Islam yang lain.

Tentu ada banyak faktor yang memicu dan melatar belakangi terjadinya konflik inter nal umat Islam tersebut. Salah satunya adalah soal teologis. Umum diketahui bahwa  pertengkara n semacam itu dipicu ole h adanya perbedaan di dalam menafsirkan Islam.

Sayangnya, perbedaan tafsir itu tidak dimaknai sebagai rahmat yang harus dinikmati, melainkan sebagai laknat yang harus dijauhi. Setiap kelompok dalam Islam selalu  berpendirian perihal adanya kebenaran tafsir tunggal, seperti yang dirumuska nnya sendiri. Sementara tafsir orang lain diposisikan sebagai berada dalam kesesatan yang terang- bendera ng. Dengan ini, timbullah sejumlah k etegangan di internal umat Islam. Antara S unni dan Syi'ah. Antara Sunni dan Mu'tazilah. Antara Sunni dan Ahmadiyah. Bahkan, di internal Sunni pun sering terjadi perang dingin. Di Indonesia pernah terjadi hubungan tak harmonis antara Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah karena hal- hal yang sebenar nya sangat remeh.

Itu pertarungan atau konflik yang terjadi antarkelompok dalam Islam. Nah, yang tak kalah mengerikannya juga adalah ancaman terhadap para intelektual yang oleh Islam

(25)

mainstream dipandang memiliki tafsir keagamaan sesat. Sejarah telah merekam sejumlah nama intelektual yang pernah mengalami ancaman ekskomunikasi bahkan ancaman dibunuh. Di antaranya adalah Ibnu Rusyd yang perpustakaan pribadinya dan sejumlah buku hasil buah tangannya dibakar. Nashr Hamid Abu Zaid yang oleh pengadilan Mesir divonis murtad sehingga layak dibunuh dan harus diceraikan dari isterinya. Dengan alasan keamanan diri, kini Abu Zaid lebih memilih tinggal Belanda ketimbang di Mesir. Dalam konteks Indonesia, salah satunya yakni Ulil Abshar Abdalla. Sejumlah ulama di Jawa Barat memvonis Ulil telah keluar dari Islam (murtad) sehingga pantas diganjar dengan hukuman mati. Pada faktor  pertama ini, kita seda ng berhadapan dengan fallacy pe mutlakan.

Faktor lain adalah soal politik-kekuasaan. Sering dikisahkan bahwa pertarungan internal di kalangan umat Islam itu justru pemicu utamanya adalah soal politik belaka, sementara faktor teologis hanya sekadar bumbunya. Semua kaum terpelajar Islam mesti mengetahui bahwa perang unta (waq'ah al-jamal) antara Aisyah (isteri Nabi Muhammad) melawan Ali bin Abi Thalib (sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad), perang shiffin antara Ali bin Abi Thalid dan Mu'awiyah bin Abi Sofyan, sepenuhnya dipicu oleh faktor  politik kekuasaan.

Fakta-fakta seperti ini penting diungkap ke publik Islam untuk menjadi bahan  permenungan bagi semuanya. Bahwa Is lam yang direkla mekan Nabi sebagai agama damai, agama cinta, telah ternoda hanya beberapa waktu setelah Nabi Muhammad wafat. Umat Islam sibuk berperang di antara mereka sendiri. Harga yang harus dibayar pun sangat mahal. Jika dihitung sejak perang unta hingga sekarang, maka jelas ada sekian juta umat Islam telah mati terbunuh di tangan umat Islam yang lain. Belum lagi kalau kita mau menghitung kerugian material akibat konflik tersebut. Sungguh, ini sebuah nestapa dari konflik internal umat Islam. Sekiranya Nabi Muhammad SAW bangkit dari kuburnya, pastilah ia akan kecewa. Nabi Muhammad jauh lebih bersedih menyaksikan umatnya yang saling berperang, ketimba ng sebuah karikatur yang melecehkan dirinya di Jyllands- Posten, Denmark.

Mungkin ada baiknya menghayati dan mengamalkan QS Alhujurat 10-13, sembari memikirkan surah yang sama pada ayat 14-15. Lalu coba lihat QS.Yunus:99 yang diterjemahkan: "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak MEMAKSA mereka menjadi BERIMAN SELURUHNYA ?"

Anggaplah orang lain belum "se-benar" kita, apakah kita akan memaksa mereka semua mengikuti kebenaran yang kita yakini?

(26)

 Nabi Muhammad SAW selalu berdakwah ataupun menasihati umat dengan cara sebaik -sebaiknya, bukan dengan cara (men-)cela, paksa, hantam dan bubarkan.

Kasus kekerasan yang bernuansa sentimen keagamaan di Indonesia menunjukkan terhambatnya proses alir informasi tentang Islam dari segala aspeknya, dari sejak ia mulai dilahirkan sampai sekarang; juga komunikasi a ntar elemen penganutnya.

Mengapa kita khawatir dengan perbedaan dan memusuhi perbedaan di antara kita, cobalah jika ada perbedaan kita tunjukan akhlak kita yang bisa menarik mereka untuk ikut ke kita. Bukan dengan cara kekerasan yang pada akhirnya mereka tambah antipati kepada kita  bagaimana bisa menarik kalau kita se ndiri bertindak brutal malah bisa menjauhi ata u

keterpaksaan. Bukankah agama tidak ada paksaan. Yang terpenting kita sudah mempublikasikan atau mensyiarkan dan itu sudah tanggung jawab mereka mau ikut atau tidak dan biarkan ber fikir sendiri mana yang ba ik

Pembincangan mengenai perpecahan umat itu juga bermula dari hadis Nabi Muhammad saw tentang terjadinya perpecahan di tengah umat ini, di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi yakni :

 Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya umatku (Islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk kedalam neraka,  sedangkan hanya satu yang masuk kedalam surge. Lalu Shohabatpun bertanya, “Ya  Rasulullah, siapakah satu golongan yang masuk kedalam surge itu nabi?”. Maka Nabi pun menjawab, “ satu golongan yang masuk kedalam surge yakni orang yang menetapi jama’ah (orang yang menetapi ajaran Rasulullah dan ajaran Shohabat Nabi ).

Di dalam hadis tersebut juga terdapat masalah, yaitu masalah penilaian perpecahan umat menjadi lebih banyak bahwa firqah-firqah ini seluruhnya binasa dan masuk neraka kecuali hanya satu saja. Ini akan membuka pintu bagi klaim-klaim setiap firqh bahwa dialah firqah yang benar, sementara yang lain binasa. Hal ini tentunya akan memecah belah umat, mendorong mereka untuk saling cela satu sama lain, sehingga akan melemahkan umat secara keseluruhan da n memperkuat musuhnya. Hal itu aka n membuat kepada pe nyesatan umat satu sama lain, bahkan membuat mereka saling mengkafirkan.

Ahli hikmah mengatakan: “Sesungguhnya kebenaran tidak akan dicapai oleh manusia dalam semua aspeknya dan mereka juga tidak akan salam dalam segala bentuknya, tetapi sebagian mereka mencapai sebagian kebenaran dan yang lain mencapai aspek kebenaran yang lain.”Mereka mengumpamakan hal itu dengan sekelompok orang buta yang memegang seekor gajah besar. Setiap orang akan mensifatinya (gajah) seperti bagian yang dipegang dan terlintas dalam fikiran masing-masing. Bagi orang yang memegang kaki gajah ia akan

(27)

mengatakan bahwa gajah adalah hewan yang bentuknya seperti pohon kurma yang tinggi dan  bulat. Dan orang yang memegang punggung gajah mengatakan ba hwa gajah itu bentuknya seperti bukit yang tinggi atau tanah yang menggunung. Begitulah masing-masing memberikan ciri-ciri gajah dengan apa yang mereka sentuh. Dalam satu segi ia benar, tapi  jika ia mengklaim yang lain berbohong dan tidak benar, maka ia telah melakukan kesalaha n.

Sesungguhnya berbeda dengan orang lain bukanlah suatu kesalahan, apalagi kejahatan, namun sebaliknya sangat diperlukan. Tentunya, berbeda dengan pengertian ini bukan asal  berbeda atau (waton sulaya). Perbedaan harus dipandang sebagai suatu rea litas sosial yang

fundamental, yang harus dihargai dan dijamin pertumbuhannya oleh masyarakat itu sendiri. Kaitannya dengan penjelasan ini, al-Qur‟an surah al-Hujurat ayat 13 menegaskan:

.

Artinya:  Hai sekalian manusia, sesungguhnya kami menciptakan k amu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku  supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi A llah ialah yang

lebih taqwa di antara kamu.

Ayat al-Qur‟an ini sesungguhnya mengajarkan kepada manusia untuk saling mengerti dan memahami. Itu artinya, karena Allah swt sengaja menciptakan perbedaan di antara umat manusia, maka manusia d iperintahkan untuk saling menjaga situasi fisik dan batin sesamanya agar tak terlukai dan melukai satu sama lain oleh sebab perbedaan yang ada. Pada akhirnya, tinggi rendahnya manusia dihadapan Tuhan tidak ditentukan oleh fakta perbedaan yang melekat pada d irinya, te tapi oleh kadar ketaqwaannya. Itulah sesungguhnya prestasi gemilang manusia di hadapan sesama dan Tuhannya. Kata iman dan taqwa merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia. Seakan Tuhan berkata, “Hai manusia, kalian semua sama di hadapanku, kecuali prestasimu”. Prestas i di sini adalah prestasi sosial da n prestasi spiritual d i hadapannya.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sumber ajaran Islam adalah al-Qur‟an dan hadis. Keduanya memiliki peranan yang pe nting dalam kehidupan umat Islam. Wala upun terdapat  perbedaan pendapat dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat  bahwa keduanya dijadikan rujukan. Ajaran Islam mengambil dan menjadika n pedoman utamanya dari keduanya. Oleh karena itu, kajian- kajian terhadapnya tak akan pernah keruh  bahkan terus berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan umat islam. Me lalui terobosan-terobosan baru, kajian ini akan terus mewarnai khasanah perkembangan studi keislaman dalam pentas sejarah umat Islam.

(28)

Dalam sejarah dan bahkan saat ini, ada sekelompok kecil orang-orang yang mengaku diri mereka sebagai orang Islam, tetapi mereka menolak hadis atau sunnah Nabi saw. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang berfaham inkarus-sunnah. Cukup banyak alasan mereka menolak hadis Nabi saw sebagai sumber ajaran Islam. Dengan meyakini bahwa hadis Nabi merupakan bagian dar i sumber ajaran Is lam, maka penelitian hadis khususnya hadis ahad sangat penting.

Agak sulit kita bayangkan, jika tanpa “campur tangan: Hadis, al-Qur‟an, khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum dapat dipahami dan diaktualisasikan dalam amaliah praktis kaum muslimin. Karena itulah Hadis mejadi sumber utama bagi kaum Muslimin setelah Qur‟an, sebagai juklak hukum dan ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-Qur‟an. Oleh Karena itu pula kiranya perhatian yang diberikan umat Islam begitu besar terhadap hadist sejalan dengan perhatian mereka terhadap al-Qur‟an.

Perbedaan dan perpecahan tentu tidak bisa kita hindari karena berbagai sebab, akan tetapi jangan sampai perbedaan tersebut memicu untuk saling merendahkan satu sama lain dan hanya menganggap kelompoknya yang paling benar dan menyalahkan kelompok lain atau bahkan mengkafirkannya. Oleh sebab it, dibutuhkan toleransi antar umat beragama, apalagi antar pemeluk agama Islam yang dalam hal ini berbeda aliran meski sama-sama dalam “paying” Islam.Dalam memahami sebuah agama kerap kali ditemukan pemahaman yang berbeda beda antar individu satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya  perbedaan dalam perolehan khasanah ilmu pengetahuan tentang agama.

(29)

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam sejarah agama Islam , telah tercatat adanya firqah-firqah (golongan) di lingkungan umat Islam, yang antara satu sama lain bertentangan pahamnya dan sampai saat ini perbedaan tersebut masih tumbuh dengan suburnya. Kenyataan ini sudah dijelaskan oleh Rosulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Auf bin Malik

"Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golonga n di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini  pasti aka n berpecah belah menjadi 73 golongan, s atu golongan d i surga dan 72 golon gan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah.

Islam sebagai agama islam yang diturunkan untuk manusia, yang didalamnya terdapat  pedoman serta aturan yang menuntun manusia membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Serta dalam agama islam terdapat tiga sendi utama dalam agama islam dilihat dari tatara n sisi keilmuan, yaitu iman, islam dan ihsan.

“Ahlu Sunnah Wal Jamaah” adalah golongan yang senantiasa mengikuti jejak hidup Rasulallah Saw. da n jalan hidup para sahabatnya. Ata u, golongan yang berpe gang teguh pada sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin „Affan, dan Ali bin Abi Tha lib.

2. Saran

Apa yang dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa  pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar Islam dalam tataran ilmu pengetahuan dan  praktis. Bagi mahasiswa yang kelak terjun ke masyarakat diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan (pencerahan) tentang prinsip-prinsip dasar Islam

(30)

membaca makalah ini terutama dalam menyikapi berbagai aliran yang muncul dalam Islam sehingga tidak terjebak pada perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

Disarankan bagi mahasiswa untuk terus memperdalam ajaran akidah keislamannya dengan benar, agar bisa memahami aliran-aliran agama yang benar yang sesuai dengan “Ahlus Sunah Wal Jama‟ah” agar bisa selamat di dunia sampai akhiran dan tidak mudah terjer umus ke dalam aliran agama yang salah (sesat)

Referensi

Dokumen terkait

₃ Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan umat Islam dalam satu negara, dengan akidah yang sama, yaitu akidah Islam;. Sistem Politik luar

1) Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an. 2) Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mazhab-mazhab yang pernah ada dalam sejarah umat Islam sangat sulit untuk dipastikan berapa bilangannya, untuk

pada abad ke 19 M dengan munculnya Mirza Ali Muhammad (1852 M) yang mendirikan dirinya sebagai.  al Bab (pintu) bagi kaum Syiah dan umat Islam

Islam adalah agama dan sekaligus sistem negara yang menjamin tegaknya keadilan dan mewujudkan kesejahteraan umat manusia.Jika dilihat dari kenyataan sejarah,umat islam telah

Dari beberapa prinsip diatas yang berkorelasi dengan politik, menggambarkan umat islam dalam berpolitik tidak dapat lepas dari ketentan-ketentuan tersebut.. Berpolitik dalam islam

Di samping itu, kajian tentang sejarah hukum Islam di Indonesia juga dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan –bagi umat Islam secara khusus- untuk menentukan strategi yang tepat

bukan hanya beramal ,masih banyak kegiatan ibadah yang setiap hari senantiasa kita jalani sebagai umat manusia yang beragama islam., karena semakin menipis ilmu pengetahuan tentang