• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RENIP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RENIP)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

(RENIP)

2016-2035

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2015

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya sudah berdiri sejak tahun 1958. Dalam perjalanannya Untag Surabaya telah berhasil melewati masa pasang-surut dari berbagai perubahan situasi internal dan eksternal. Menyongsong usia Untag Surabaya yang ke 60 tahun, tepatnya tahun 2018, diharapkan eksistensi Untag Surabaya di dunia pendidikan semakin bersinar dan semakin kuat, berperan membantu Negara Indonesia mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam usia tersebut diharapkan juga semakin kokoh kemampuannya untuk melangkah menuju Universitas Bertaraf Internasional (International Standardized University-ISU) atau Universitas Berkelas Dunia (World Class University). Untuk mencapai pada posisi tersebut, ada 4 (empat) tahapan perencanaan yang akan dijalankan UNTAG Surabaya yang dituangkan dalam Renstra lima tahunan yaitu:

1. Renstra 2016-2020, mengambil Tema “Peningkatan daya saing internal, untuk menuju universitas berkelas NASIONAL”

2. Renstra 2021-2025mengambil Tema “Peningkatan daya saing nasional untuk menuju universitas berkelas ASEAN”

3. Renstra 2026-2030 mengambil Tema “Peningkatan daya saing Asean, untuk menuju universitas berkelas ASIA”

4. Renstra 2031-2035mengambil Tema “Peningkatan daya saing ASIA, untuk menuju universitas berkelas DUNIA”

Proses dan hasil yang dicapai melalui empat tahapan di atas akan dievaluasi pada setiap akhir periode yaitu di tahun 2020, 2025, 2030, dan 2035. Hasil evaluasi pada setiap tahap akan digunakan untuk merencanakan pengembangan pada tahap berikutnya, sehingga proses pengembangan berkelanjutan (continuous improvment) terlaksana.

Rencana Induk Pengembangan 2016­2035 ini berisi analisis internal dan eksternal untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh UNTAG Surabaya, serta kebijakan dan strategi pengembangan yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Untag Surabaya sebagai Universitas berkelas dunia (World Class University) sampai tahun 2035.

Akhirnya, Rencana Induk Pengembangan ini tidak akan berarti apa-apa tanpa ada kemauan yang kuat dalam mengimplementasikannya. Sehingga, diharapkan seluruh elemen/unit di Untag Surabaya menjadikan RIP ini sebagai acuan dalam membangun program kerja untuk masa fase pengembangan Renstra lima tahunan.

Surabaya, 6 Agustus 2015 Rektor,

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAB I

PENDAHULUAN ……….…

1

A.

Profil PT………

1

B.

Visi……….………

2

C.

Misi………

8

D

Tujuan………...

9

E

Sasaran……….………..

9

BAB II

PERKEMBANGAN INTERNAL (Evaluasi Diri)………

10

2.1

Kondisi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun 2015.……….

10

1. Keadaan Fakultas dan Program Studi………

10

2. Keadaan Mahasiswa Tahun 2015………..

11

3. Keadaan Tenaga Pendidik….………

11

4. Peningkatan Kompetensi Dosen………

13

5. Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Publikasi Ilmiah………

15

6. Penulisan buku ajar ………...

17

7. Keadaan Karyawan………

18

8. Keadaan Aset Fisik………...

18

9. Tantangan ……….

19

10. Masalah Utama ……….

20

11. Pendekatan ………

21

12. Analisa SWOT ………...

21

A. Kondisi Internal Untag Surabaya………..

21

a.1. Dosen………..

22

a.2. Tenaga Kependidikan ………

27

B. Sarana Penunjang Pendidikan ………..

30

B.1. Perkuliahan………

30

B.2. Laboratorium………..

32

B.3. Ruang Pertemuan/diskusi/rapat……….

34

B.4. Kapasitas Internet………...

35

B.5. Prasarana………

36

B.6. Mahasiswa dan Kemahasiswaan………

39

B.7. Penelitian, Karya Inovasi dan Pengabdian Masyarakat….

45

B.8. Kerjasama dalam dan luar negeri………...

50

B.9. Perpustakaan………..

53

B.10. Lingkungan………..

56

B.11. Akreditasi Prodi………...

58

B.12. Proses Pembelajaran………

59

BAB III

PERKEMBANGAN EKSTERNAL………...

62

A.

Harapan Masyarakat Terhadap Pendidikan Tinggi………...

62

B.

Harapan Stakeholders Terhadap Kualitas Lulusan………

65

C.

Tantangan Pendidikan Di Era Globalisasi……….

67

(6)

A.

Arah Kebijakan Pengembangan………

72

a.1. Keadaan Internal……….

72

a.2. Keadaan Eksternal………..

74

1. Perkembangan Global………

74

2. Perkembangan Regional………

75

3. Perkembangan Nasional………

76

4. Perkembangan Lokal……….

76

B.

Strategi Pengembangan……….

77

b.1. Bidang Pendidikan………..

77

b.2. Bidang Penelitian………

77

b.3. Bidang Pengabdian Masyarakat……….

77

b.4. Bidang Tata Kelola……….

78

b.5. Sistem Penjaminan Mutu………

78

b.6. Sistem Informasi Manajemen……….

78

b.7. Bidang SDM………...

79

b.8. Bidang Pelayanan………...

79

b.9. Bidang Sarana dan Prasarana……….

80

b.10. Lingkungan………...

80

b.11. Bidang Usaha………

81

b.12. Bidang Kerjasama Dalam dan Luar Negeri………..

81

BAB V

FASE PENGEMBANGAN DAN PROGRAM KERJA………

82

A.

Fase Perkembangan………...

82

B

Program Kerja………

83

C

Indikator Kinerja………

83

BAB VI

PENUTUP………...

86

Lampiran Tim Penyusun……….

87

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Profil PT

Yayasan penyelenggara Untag Surabaya yakni Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya yang disingkat dengan YPTA, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1958 yang pada awalnya menyelenggarakan pendidikan/sekolah lanjutan tingkat atas yakni SMA dan SGA. Pendiri YPTA oleh beberapa orang yang berpandangan nasionalis yang menyadari kondisi masyarakat dan bangsa Indonesia pada saat itu yang baru lepas dari cengkraman penjajah. Para pendiri sangat menyadari bahwa pada saat penjajahan Belanda dan Jepang, masyarakat Indonesia yang mendapatkan pendidikan hanya golongan tertentu saja, dan memiliki jumlah yang sangat terbatas. Oleh karenannya, dengan didirikannya YPTA yang bergerak di bidang pendidikan mengusung misi: ”ikut

serta mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengentaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur”.

Pada tanggal 10 Nopember 1958, YPTA membuka akademi Administrasi Negara dan Niaga (AANN) dengan jumlah mahasiswa pada tahun pertama sebanyak 80 orang. Pemilihan jurusan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, dan kurikulum dirancang sesuai dengan arahan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Jakarta. Pada tahun 1962 AANN Surabaya digabung dengan Universitas 17 Agustus 1945 (UNITA) Jakarta dengan kedudukannya sebagai cabang, yang bernama “Akademi Administrasi Negara dan Niaga Universitas 17 Agustus 1945 cabang Surabaya” yang disingkat AKADIANN. Pada tahun 1964 AKADIANN berkembang menjadi Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FKK). Selama periode 1963 s/d 1966 berdiri Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik Sipil, Fakultas Sosial Politik Jurusan Publisistik dan Fakultas Kedokteran Hewan. Semua status tersebut bersifat terdaftar dan merupakan cabang dari UNITA Jakarta.

Dengan terbentuknya yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya dengan Akte Notaris R. Yuliman Reksohadi No. 14 tanggal 30 Mei 1966 dan mendasarkan pada UU No. 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi (Lembaga Negara Tahun 1961 No. 302) Untag Surabaya memisahkan diri dengan Untag Jakarta.

(8)

Dalam perkembangannya, Untag Surabaya memiliki 7 (tujuh) Fakultas dan 26 Program Studi, baik program Sarjana (S1), Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3). Namun demikian,sampai pada tahun 2013, jumlah Fakultas yang masih berdiri ada 6 (enam) dengan keseluruhan Program Studi 25. Hal ini disebabkan Fakultas Teknologi Pertanian ditutup karena tidak ada mahasiswa selama beberapa tahun.

B. Visi

Visi Untag Surabaya adalah Terwujudnya Universitas Unggul Berbasis

Nilai dan Karakter Bangsa Pada Tahun 2035. Visi tersebut menjadi pedoman

utama bagi Universitas untuk menjalankan seluruh kegiatannya. Makna yang terkandung dalam Visi ini dapat dipaparkan bahwa:

(1). Universitas Unggul sebagaimana dimaksud dalam visi di atas mencakup

dua makna, yang dikuatkan dengan tagline Untag Surabaya yaitu An Empowering

and Networking University adalah:

1. Bahwa Untag Surabaya dirancang untuk memiliki keunggulan dalam hal

melakukan pemberdayaan SDM, terkait dengan kompetensi yang dimiliki dan terus dibangun untuk menunjang eksistensi Untag Surabaya sebagai mitra dalam pembangunan dan pengembangan potensi wilayah, khususnya wilayah disekitar daerah pesisir. Keunggulan yang dibangun kemudian diperkuat dengan dijadikannya sebagai scientific leadership/scientific vision yaitu Pengembangan

Ipteks dalam Pemberdayaan Potensi Wilayah Menuju Kemandirian Ekonomi Masyarakat Berdasarkan Kearifan Lokal” Scientific vision ini untuk

mengarahkan perkembangan dan penguatan keilmuan dan teknologi (penelitian) yang dimiliki untuk menguatkan pengelolaan potensi wilayah. Untag Surabaya berharap menjadi sebuah Perguruan Tinggi yang memiliki keunggulan tertentu yang dapat diposisikan sebagai partner instansi pemerintah daerah dan swasta dalam program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Langkah awal menuju terwujudnya Scientific Leadership/Scientific Vision ini adalah berupaya membangun kemampuan dan kekuatan internal, terutama peningkatan kompetensi SDM peneliti maupun penyediaan sarana prasarana penelitian yang dapat diimplementasikan di daerah dalam rangka memanfaatkan dan mengembangkan potensi wilayah. Langkah berikutnya mengarahkan aktivitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari sivitas akademika akan

(9)

difokuskan pada scientific vision yang telah ditetapkan. Pada akhirnya hal tersebut diharapkan dapat dipergunakan sebanyak mungkin untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dan sekitarnya. Lebih lanjut, orientasi ke depan Untag Surabaya diharapkan akan dikenal sebagai Perguruan Tinggi dengan scientific vision yang fokus pada pemberdayaan potensi wilayah, sehingga mampu menjadi mitra pemerintah dan/atau organisasi swasta dalam pengembangan dan pemberdayaan potensi sumber daya ekonomi, lingkungan, budaya dan kesenian di kawasannya, yang berkehendak meningkatkan ekonomi masyarakat setempat melalui pemberdayaan potensi yang dimiliki.

Gambar 1. Ciri-ciri Universitas Unggul yang hendak diwujudkan dalam Visi Untag Surabaya

2. Makna unggul yang lain, yaitu difokuskan dalam perwujudan jejaring. Untag

Surabaya membangun keunggulan dengan melakukan jejaring bersama pihak lain, baik Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah dan Swasta baik dalam maupun luar negeri. Jejaring ini akan dijadikan bagian dalam pengembangan Untag Surabaya, sehingga mampu menjadi kelompok Universitas Unggul baik tingkat Nasional, Asean, Asia dan Dunia sebagaimana tertuang pada Renip Untag

Learning based Research

Excelence in EducationInternational level work

performance of Academic staffInternational level

performance of Research Group and Research Center

(1)

Banyak dosen atau peneliti kelas dunia melakukan riset bersama dengan dosen

Untag Surabaya

(2) Banyak mahasiswa Internasional yang belajar dan melakukan penelitian bersama mahasiswa Untag

Surabaya

(3)

Banyak kerjasama dengan perguruan tinggi dari berbagai negara dalam penyelenggaraan program pendidikan S1, S2, dan S3 (4)

Para pemangku kepentingan menjadi partner yang memberikan

dukungan dalam memajukan Untag

Surabaya

(5) Prestasi dan reputasi lulusan Untag Surabaya diakui secara nasional dan

internastional

(6) Prestasi dan reputasi

akademik dan non akademik dosen dan mahasiswa diakui secara nasional dan internasional

(10)

Surabaya 2010-2035, yang telah dijabarkan dalam milestone per lima tahunan dalam dokumen Renstra, yaitu sebagai berikut:

a. Fase Pertama (2010-2015): Terwujudnya Untag Surabaya sebagai

Universitas yang bertata kelola baik (Good University Governance) pada tahun 2015;

b. Fase kedua (2016-2020): Terwujudnya Untag Surabaya termasuk dalam 50 besar Universitas Bermutu Unggul di tingkat Nasional (National Qualified University) pada tahun 2020;

c. Fase Ketiga (2021-2025): Terwujudnya Untag Surabaya masuk dalam 100

besar Universitas Bermutu Unggul di tingkat Asean (Asean Qualified University) pada tahun 2025;

d. Fase Keempat (2026-2030): Terwujudnya Untag Surabaya dalam 100 besar Universitas Bermutu Unggul di tingkat Asia (Asia Qualified University) pada tahun 2030;

e. Fase Kelima (2031-2035): Terwujudnya Untag Surabaya dalam 500 besar

Universitas Bermutu Unggul di tingkat Dunia (World Class Qualified University) pada tahun 2035.

3. Untuk mewujudkan Untag Surabaya pada tahun 2035 masuk dalam jajaran

Perguruan Tinggi bermutu yang memiliki keunggulan bersaing di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, maka Untag Surabaya harus memenuhi dan/atau melampaui:

a. Standar mutu pendidikan tinggi berskala nasional (SN-Dikti dan/atau Standar BAN-PT);

b. Standar mutu pendidikan tinggi berskala regional (Asean University Network Quality Assurance/AUN-QA);

c. Standar manajemen mutu pendidikan tinggi berskala internasional berbasis IWA-2 seri ISO 9001:2008).

(2). Untag Surabaya Berbasis Nilai dan Karakter Bangsa, menggambarkan

tentang kekhasan/penciri Untag Surabaya dalam membangun kepribadian (character building) insan akademik yang cerdas, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, berjiwa nasionalis, dan berwawasan kebangsaan. Untuk itu dalam menyelenggarakan Tri

(11)

Dharma Perguruan Tinggi, Untag Surabaya senantiasa melekatkan dalam setiap dharmanya, nilai-nilai kejujuran, kecerdasan, kebangsaan, keberagaman, dan kreativitas.

Gambar 2. Basis Nilai Berkarakter Bangsa yang dikembangkan Untag Surabaya.

Untuk menanamkan nilai dan karakter bangsa, Untag Surabaya mengintegrasikan pada proses pendidikan maupun aktivitas tridharma lainnya. Sebagaimana Gambar 2, proses implementasi nilai-nilai tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi dan mengembangkan Nilai Kejujuran. Nilai-nilai kejujuran yang dibangun diterapkan dalam berbagai aspek kegiatan, baik pada proses akademik, maupun pada non akademik.

- Pada proses akademik (perkuliahan) nilai kejujuran diterapkan pada penyelesaian tugas dan proses ujian. Pada saat ujian seluruh alat komunikasi (hp) dikumpulkan di depan kelas. Demikian juga pada proses penilaian, akan dilakukan secara transparan, sehingga antara mahasiswa dan dosen sama-sama memberikan penilaian hasil proses perkuliahan secara jujur dan obyektif. Beberapa proses akademik seperti penilaian sudah dilakukan secara sistem berbasis on-line.

Basis Nilai Untag Surabaya

(BN 1) Menjunjung tinggi dan

mengembangkan NILAI KEJUJURAN

(BN 2) Menjunjung tinggi dan

mengembangkan NILAI KECERDASAN (BN 4)

Menjunjung tinggi dan mengembangkan NILAI KEBERAGAMAN

(BN 5) Menjunjung tinggi dan

mengembangkan NILAI KREATIVITAS

(BN 3) Menjunjung tinggi dan

mengembangkan NILAI KEBANGSAAN

(12)

- Sedangkan pada proses non akademik yaitu kegiatan pelayanan dan kegiatan keadminsitrasian lainnya diatur melalui sebuah sistem berbasis on-line. Dengan berbasis sistem, apa yang direncanakan, apa yang dilakukan dan apa yang dilaporkan sesuai dan mudah untuk dipantau, sehingga obyektifitas dan keselarasan program dapat dijamin.

2. Menjunjung tinggi dan mengembangkan Nilai Kecerdasan.

Nilai kecerdasan yang dimaksud adalah menjadikan mahasiswa dan civitas akademika harus mencerminkan sebagai insan intelektual yang mengutamakan dan didasarkan pada keilmuan.

- Pada proses akademik, nilai-nilai kecerdasan dibangun dengan memberikan peluang lebih besar kepada mahasiswa, untuk melakukan diskusi dalam penyelesaian permasalahan yang diberikan dalam perkuliahan. Diharapkan, solusi permasalahan lebih mengacu pada referensi/keilmuan sehingga mencerminkan sebagai insan intelektual.

- Demikian juga kepada seluruh dosen maupun staf kependidikan, diharapkan mampu mencerminkan perilaku yang berdasarkan pada kecerdasan. Semua kegiatan dan program yang dicanangkan diharapkan berlandaskan pada alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan referensi yang jelas.

3. Menjunjung tinggi dan mengembangkan Nilai Kebangsaan.

Nilai kebangsaan yang dikembangkan adalah cinta damai, bekerjasama, mandiri, tanggungjawab, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, demokratis dan religious & toleran, peduli pada lingkungan.

- Dalam perkuliahan nilai-nilai ini dibangun secara terintegrasi, pada cara/metode pembelajaran yang dilakukan. Tidak secara spesifik muncul sebagai sebuah matakuliah, namun dari proses perkuliahan diharapkan setiap dosen mampu membangun nilai-nilai tersebut.

- Demikian halnya pada aktivitas penunjang lain, dimana nilai-nilai ini dibangun dengan menerapkan SOP atau proses secara baik sehingga nilai nilai tersebut terbangun dengan baik.

(13)

4. Menjunjung tinggi dan mengembangkan Nilai Kreativitas.

- Nilai-nilai ini dibangun dengan memberikan peluang penggunaan sarana dan prasarana oleh seluruh mahasiswa, seperti sarana laboratorium dan studio untuk mengembangkan diri dari sisi keilmuan dan sebagai tempat untuk berkarya. Menerapkan atau mempraktekan ilmunya untuk memecahkan permasalahan atau mewujudkan ide-idenya, yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Ide-ide ini juga mampu sebagai solusi terhadap permasalahan masyarakat. Demikian pula para dosen harus mampu membimbing mahasiswa untuk menggali ide-ide baru sebagai solusi terhadap permasalahan dimasyarakat.

- Dari sisi pelayanan administrasi, kemampuan untuk memberikan kreativitas proses ataupun program pada suatu jenis pelayanan akan mampu membangun nuansa baru, emnghilangkan kemonotonan dalam berproses. Adanya nilai-nilai ini akan memberikan suasana dinamis dalam bekerja.

5. Menjunjung tinggi dan mengembangkan Nilai Keberagaman.

Untag Surabaya merupakan Universitas yang di bentuk untuk ikut berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa. Sehingga Untag Surabaya diperuntukan untuk seluruh masyarakat Indonesia tanpa membedakan Suku, Agama dan Ras. Sehingga nilai keberagaman merupakan andalan yang dibangun dan dipertunjukan kepada masyarakat atau stakeholder.

- Dalam penerimaan mahasiswa baru, Untag Surabaya tidak pernah membeda-bedakan asal usul atau status yang dimiliki oleh calon mahasiswanya. Seluruh masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan di Untag Surabaya. Keberagaman adalah salah satu kebanggan yang dimiliki oleh Untag Surabaya.

- Dibidang pelayanan keadministrasian, kualitas pelayanan tidak pernah membeda-bedakan siapa konsumen yang sedang dilayaninya. Kualitas pelayanan adalah untuk seluruh sivitas akademika yang sedang ada di Untag Surabaya.

(14)

Gambar 3. Pembentukan 10 kepribadian berkarakter bangsa

C. Misi

Misi yang diemban oleh Untag Surabaya adalah :

1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mengacu pada standar pendidikan tinggi berskala nasional, regional, dan internasional;

2. Menguatkan Tata Kelola Universitas yang baik (Good University Governance);

3. Memberdayakan (empowering) sumberdaya universitas serta menjalin jejaring (networking) dengan institusi dalam negeri dan luar negeri untuk mengoptimalkan terselenggaranya Tri Dharma Perguruan Tinggi;

4. Menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai moral, akademik, budaya, dan karakter bangsa Indonesia bagi sivitas akademika.

(K1)

Religius dan

Toleran

(K 2)

Jujur

(K 10)

Peduli Lingkungan,

Sosial dan Budaya

(K 9)

Kerjasama

(K 3)

Disiplin dan

Tanggungjawab

Pembentukan 10 kepribadian berkarakter bangsa

(K 4)

Kerja keras dan

Menghargai Prestasi

(K 8)

Semangat

Kebangsaan dan

Cinta Tanah Air

(K7)

Demokrasi

(K 6)

Mandiri

(K 5)

Rasa Ingin Tahu,

Kreatif dan Inovatif

(15)

D. Tujuan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam perjalanan perkembangan dan pengelolaan Untag Surabaya adalah:

1. Menghasilkan lulusan yang kompetensinya diakui secara nasional maupun internasional;

2. Menghasilkan karya-karya ilmiah yang mutunya diakui secara nasional maupun internasional;

3. Menerapkan karya-karya inovatif produktif melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan manusia.

4. Menjalankan Tata Kelola yang baik yang mengacu pada pengelolaan berstandar Internasional (Good University Governance);

5. Memiliki keunggulan SDM yang mampu diberdayakan untuk penguatan kompetensi Untag Surabaya;

6. Memiliki jejaring kerjasama yang mampu mengoptimalkan tercapainya Visi, Misi Untag Surabaya;

7. Memiliki civitas akademika yang beridentitas nilai dan karakter bangsa Indonesia.

E. Sasaran

Sedangkan sasaran yang ingin dituju adalah :

1. Tercapainya peningkatan reputasi dan akreditasi nasional maupun internasional bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat;

2. Tercapainya peningkatan jejaring secara nasional maupun internasional; 3. Tercapainya peningkatan kepuasan pihak-pihak berkepentingan (stakeholders); 4. Tercapainya peningkatan Good University Governance dalam sistem

manajemen;

5. Tercapainya peningkatan peran universitas dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

(16)

BAB II

PERKEMBANGAN INTERNAL (Evaluasi Diri)

3.1. Kondisi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun 2015

Saat ini Untag Surabaya telah memiliki 6 Fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Psikologi dan Fakultas Sastra. Kondisi perkembangan Fakultas diuraikan sebagai berikut.

1.

Keadaan Fakultas dan Program Studi

Secara operasional, semua Fakultas sudah berjalan dengan baik, walaupun secara sistem masih perlu pembenahan dan perlakuan lebih sehingga semua komponen dalam Fakultas bisa menerima dan menjalankan sistem dengan baik. Sedangkan dari sisi Program Studi, sampai akhir tahun 2015 Untag Surabaya memiliki jumlah prodi sebanyak 25 yang terdiri dari 16 prodi S1, 6 prodi S2, dan 3 prodi S3.

Akreditasi yang diperoleh sampai akhir tahun 2015 adalah 22 prodi memperoleh nilai B dan 3 prodi memperoleh nilai C. Sedangkan status akreditasi institusi Untag Surabaya adalah B. Adapun data akreditasi yang diperoleh setiap prodi ditampilakn pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Nilai Akreditasi Program Studi

No Program Studi Jenjang No SK Nilai Peringkat

1 Administrasi Negara S-1 032/BAN-PT/AK-XIII/S1/XII/2010 339 B Administrasi Niaga S-1 028/BAN-PT/Ak-XIII/S1/XI/2010 325 B Ilmu Komunikasi S-1 049/BAN-PT/AK-XIV/S1/I/2012 341 B Magister Administrasi Publik S-2 013/BAN-PT/Ak-SURV-1/S2/V/2012 310 B Doktor Ilmu Administrasi S-3 264/SK/BAN-PT/Akred/D/VII/2014 352 B 2 Manajemen S-1 044/BAN-PT/AK-XII/S1/II/2011 317 B Akuntasi S-1 044/BAN-PT/AK-XII/S1/II/2011 313 B Ekonomi Pembangunan S-1 036/BAN-PT/AK-XIII/S1/I/2011 313 B Magister Manajemen S-2 425/SK/BAN-PT/Akred/M/X/2014 343 B Doktor Ilmu Ekonomi S-3 121/SK/BAN-PT/Akred/D/V/2014 335 B

(17)

3 Ilmu Hukum S-1 023/BAN-PT/Ak-XIV/S1/IX/2011 323 B Magister Ilmu Hukum S-2 056/SK/BAN-PT/Akred/M/II/2015 332 B

Doktor Ilmu Hukum S-3 170/SK/BAN-PT/Akred/D/VI/2014 317 B 4 Teknik Industri S-1 020/BAN-PT/AK-XV/S1/VII/2012 302 B Teknik Mesin S-1 049/BAN-PT/AK-XIV/S1/I/2012 307 B Teknik Sipil S-1 049/BAN-PT/AK-XIV/S1/I/2012 271 C Teknik Arsitektur S-1 437/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 319 B Teknik Elektro S-1 029/BAN-PT/AK-XIII/S1/XII/2010 322 B Teknik Informatika S-1 019/BAN-PT/Ak-XIV/S1/IX/2011 308 B Magister Teknik Sipil S-2 020/BAN-PT/Ak-VIII/S2/I/2011 269 C 5 Psikologi S-1 004/SK/BAN-PT/Akred/S/I/2015 311 B Magister Psikologi S-2 002/BAN-PT/Ak-IX/S2/VI/2011 265 C Magister Profesi Psikologi S-2 024/SK/BAN-PT/Akred/PSPP/I/2015 302 B 6 Sastra/Bahasa Inggris S-1 089/SK/BAN-PT/Akred/S/III/2015 307 B Sastra/Bahasa Jepang S-1 483/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2014 351 B

2.

Keadaan Mahasiswa Tahun 2015

Perkembangan mahasiswa terus meningkat dari tahun 2010-2015. Dan sampai tahun ajaran genap 2014/2015 jumlah mahasiswa aktif sebanyak 9930 yang terdiri dari S1 8118 orang untuk S1, 1421 orang untuk S2, dan 391 untuk mahasiswa S3. Sedangkan sebaran mahasiswa sangat variatif, ada yang memiliki jumlah cukup besar, namun demikian pada prodi lain memiliki jumlah mahasiwa yang cukup kecil. Ketidak seragaman jumlah mahasiswa akan membawa dampak pada rasio mahasiswa dengan dosen, sehingga pada satu sisi akan memberatkan lembaga. Pada kondisi seperti ini untuk menjalankan proses pendidikan akan membutuhkan subsidi silang antar prodi. Diharapkan pada suatu saat, akan terjadi kesetimbangan secara berkelanjutan antara jumlah mahasiswa dengan jumlah dosen sehingga rasio terjaga tetap. Jumlah mahasiswa tetap ini akan memberikan banyak kemudahan dalam pernecahaan permasalahan pengembangan lembaga. kondisi rasio diperlihatkan pada tabel 2.

3.

Keadaan Tenaga Pendidik

Peran utama dalam menjalan lembaga pendidikan tinggi adalah terletak pada kondisi dosen yang dimilikinya. Menyadari akan pentingnya posisi dosen maka lembaga tidak berlebihan kalau pengembangan dan peningkatan kualitas

(18)

dosen menjadi tugas utama yag harus direncanakan. Perkembangan lembaga pendidikan bersumber dari kualitas dosen, yang akan memberikan efek seperti bola salju, semakin lama akan semakin besar.

Dosen yang berkualitas, akan memberikan kualitas lulusan yang baik, yang siap bersaing di dunia kerja dan diharapkan oleh masyarakat. Dengan kualitas seperti ini, maka kepercayaan masyarakat (stakeholders) akan semakin besar, sehingga perhatian pengguna lulusan terhadap keberadaan lembaga juga semakin besar. Dengan kondisi seperti ini, maka program pengembangan lembaga akan semakin mudah akrena mendapatkan dukungan yang besar dari masyarakat.

Program pengembangan dosen harus menjadi program utama lembaga. sehingga sudah sepatutnya memberikan peluang dan mendorong serta memberikan dukungan kepada semua dosen untuk mengembangkan diri. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan mengirim studi lanjut, mengikuti kegiatan ilmiah seperti penelitian, diskusi, seminar dan sebagainya.

Melihat dari perkembangan yang terjadi bukan lagi terbatas pada lingkup local, maupun nasional, yaitu harus menuju pada standar pergaulan internasional, maka lembaga perlu mendorong yang memberikan program pengembangan dan peningkatan kemampuan dalam berbahasa inggris, atau Bahasa asing lainnya.

Untuk menjaga proses pemebelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Dikti, Untag Surabaya masih harus menerima sejumlah dosen di beberapa program studi. Kesesuaian rasio ini akan memberikan dampak pada proses pembelajaran yang dilakukan. Rasio jumlah mahasiswa, dan dosen yang dimiliki oleh masing-masing prodi adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Rasio Dosen untuk Prodi

No Prodi Rasio No Prodi Rasio

1 Industri 37,1 17 Magister Ilmu Administrasi 19 2 Mesin 46,0 18 Doktor Ilmu Administrasi 17,7

3 Sipil 61,9 19 Magister Manejemen 6,4

(19)

5 Elektro 42,1 21 Magister Hukum 9,6

6 Informatika 88,5 22 Doktor Hukum 10,4

7 Adm. Negara 31,6 23 Magister Teknik 51,3 8 Adm. Niaga 16,5 24 Magister Psikologi 13,2 9 Ilmu Komunikasi 52,4 25 Magister Profesi Psikologi 11,5 10 Manajemen 42,3 11 Akuntasi 48,7 12 Pembangunan 41,9 13 Ilmu Hukum 29,9 14 Psikologi 53,2 15 Inggris 23,1 16 Jepang 17,1

Program pengembangan dosen harus ditujukan pada peningkatan kualitas layanan, khususnya kepada mahasiswa, yang semua itu diharapkan mengarah pada (1) memfasilitasi dan memotivasi dosen studi lanjut ke jenjang S3, (2) mendorong dan memberikan peluang untuk mengikuti diskusi ilmiah, pelatihan kompetensi, seminar atau lokakarya, (3) mengikuti pelatihan atau training peningkatan skill (kompetensi) di industri (4) mendorong dan memotivasi untuk melakukan penulisan buku ajar (5) mendorong dan memfasilitasi para dosen untuk meningkatkan kunatitas dan kualitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (6) Mendorong dan membangun secara bersama-sama antara dosen, mahasiswa dan lembaga dibidang atmosfir akademik.

4.

Peningkatan Kompetensi Dosen

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa dosen merupakan peran utama dalam pengelolaan perguruan tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi dosen menjadi salah satu program utama Untag Surabaya.

4.1. Studi Lanjut

Dosen Untag Surabaya sampai tahun 2015 berjumlah 290 orang. Jumlah dosen yang sudah berpendidikan S2 sebanyak 238, dan yang sudah berpendidikan S3 sebanyak 52 orang. Sedangkan yang sudah memiliki jabatan professor sebanyak 11 orang. Kepangkatan yang dimiliki oleh dosen rata-rata

(20)

masih berpangkat Lektor. sedangkan yang berpangkat Lektor Kepala cukup banyak yaitu 62 dosen, namun yang masih berpendidikan S2 sebanyak 32 orang. Sehingga, yang berpeluang menjadi Guru Besar adalah 30 orang. Kondisi ini ditunjukan gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Jenjang pendidikan dan kepangkatan dosen

Dalam perkembangannya, dosen yang memiliki pendidikan tidak linier (S1 dan S2 tidak sama) sebanyak 33 orang atau sekitar 11,4%. Ditunjukan oleh gambar 5.

Gambar 5. Jumlah dosen berpendidikan linier (Ln) dan tidak linier (Nln)

238 52 0 50 100 150 200 250 Pendd S2 Pendd S3

Jenjang…

27 46 144 62 11 TP AA L LK GB

Kepangkatan

257 33 0 50 100 150 200 250 300 Dosen (Ln) Dosen (NLn) Linierisasi Pendidikan Dosen

(21)

4.2. Magang

Dalam pengembangan skill dan wawasan dosen, yang melibatkan pihak pengguna belum berjalan dengan baik, program ini dikenal dengan magang. Program ini diperuntukan kepada dosen baik yang masih muda (baru menjadi dosen) maupun yang sudah lama tidak mengembangkan keilmuannya. Program ini penting untuk memberikan penyegaran pemahaman dan juga bisa dipergunakan sebagai acuan dalam pengembangan keilmuan dosen.

4.3. Training / Kursus

Terkait dengan pengembangan kemampuan dosen, baik training maupun kursus kursus, sejauh ini masih belum terprogram secara baik, baik ditingkat Universitas, Fakultas maupun Prodi. Untuk mendapatkan peningkatan kemampuan dosen yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan lembaga dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan lulusan, maka program training dan atau kursus harus menjadi program kerja yang direncanakan dengan baik. Belum ada data yang pasti tentang jumlah dosen yang sudah mengikuti program training ataupun kursus.

5.

Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Publikasi Ilmiah

5.1. Pusat Studi:

Bagian lain dalam pengembangan kompetensi dosen adalah dengan aktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah. LPPM yang memegang peranan penting dalam memotivasi dan mendorong aktivitas tesebut telah banyak berperan. Salah satu yang didorong dan dikembangkan oleh LPPM adalah menghidupkan dan membangun Pusat Studi-Pusat Studi dilingkungan Untag Surabaya. Diharapkan dengan Pusat Studi ini, topik penelitian yang dilakukan mulai terkonsentrasi dan dapat diarahkan sebagai roadmap yang mendukung roadmap penelitian Untag Surabaya. Jumlah Pusat Studi yang ada dibawah LPPM sebanyak 13 buah dengan perincian sebagai diperlihatkan pada tabel 3.

(22)

Tabel 3.Pusat Studi Untag Surabaya.

No Nama Pusat Studi

1 Pusat Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup 2 Pusat Studi Teknologi Terapan

3 Pusat Studi Teknologi Pangan, Tanaman Obat, dan Halal Food 4 Pusat Studi Kreativitas

5 Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak

6 Pusat Studi Kajin Hukum dan Perundang-Undangan

7 Pusat Studi Penelitian Sosial, Ekonomi, dan Kebijakan Publik 8 Pusat Studi Konstitusi dan Pemerintah Daerah

9 Pusat Studi Hukum dan Administrasi Pertanahan 10 Pusat Studi Sastra dan Strategi Kebudayaan 11 Pusat Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia 12 Pusat Studi Klinik Ergonomi

13 Pusat Studi Sentra HKI

5.2. Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Sejauh ini, lembaga melalui Yayasan telah memberikan fasilitas yang cukup untuk mendorong dosen melakukan penelitian, salah satunya memberikan bantuan dana sebesar Rp. 5 juta perorang. Sedangkan untuk penelitian dosen yang diperuntukan mendapatkan dana hibah Dikti, diberikan dana untuk pembuatan proposal sebesar Rp. 500.000,- perproposal.

Pada tahun 2015 LPPM mendapatkan dana penelitian dari luar Untag Surabaya sebesar Rp. 636, 5 juta dengan jumlah proposal 13 buah dan dosen yang terlibat sebanyak 38 orang. Sedangkan jumlah dana yang diperoleh diluar dikti untuk penelitian dosen sebanyak Rp. 1,7 M, dengan jumah proposal 132 buah dan dosen yang terlibat sebanyak 272 orang. LPPM juga memfasilitasi dosen untuk memperdalam tata cara penulisan proposal, dengan mengadakan pelatihan yang mendatangkan tenaga ahli dari luar.

(23)

Gambar 6. Jumlah dana yang diperoleh pada tahun 2015 (dalam juta)

Sedangkan pengabdian masyarakat yang dilakukan pada tahun 2015 mencapai Rp. 815 juta, dengan jumlah proposal 18 buah dan dosen yang terlibat 54 orang.

5.3. Publikasi Ilmiah:

Sarana untuk mempublikasikan karya ilmiah, baik itu hasil penelitian, di Untag Surabaya terdapat beberapa Jurnal yang diterbitkan oleh LPPM, Fakultas maupun Prodi masing-masing. Namun sejauh ini tingkat rutinitas penerbitan Jurnal masih tidak menentu, hal ini disebabkan karena aktivitas penelitian yang tidak berkelanjutan. Disamping itu, hal ini juga disebabkan karena roadmap penelitian yang dimiliki oleh masing-masing dosen belum ditetapkan secara baik.

6.

Penulisan buku ajar

Dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas proses belajar mengajar, maka universitas telah mengambil kebijakan mendorong semua dosen untuk menulis buku ajar. Sampai tahun 2015 sudah terdapat 24 judul buku ajar yang diselesaikan oleh dosen Untag Surabaya. Melihat dari jumlah buku dengan jumlah mata kuliah yang ada, yang masih tergolong kecil, maka perlu ada pemicu agar dosen bisa menghasilkan buku ajar lebih banyak lagi. Diharap setiap matakuliah sudah ada buku ajar yang dihasilkan oleh dosen bersangkutan. 0 500 1000 1500 2000 2015 Penel (dikti) Pengab (dikti) Non Dikti

(24)

Perlu ada kerjasama dengan penerbit, yang dapat memberikan pelatihan penulisan buku ajar dengan baik dan sekaligus membantu dalam pencetakan dan pemasaran. Sampai saat ini, Untag Surabaya baru bekerjasama dengan penerbit Andi. Sedangkan dalam penerbitan buku dosen, banyak diantara dosen melakukan kerjasama dengan penerbit secara mandiri.

7.

Keadaan Karyawan

Untag Surabaya memiliki karyawan administrasi dan penunjang lainnya berjumlah 271 orang yang tersebar pada 6 Fakultas, dan 7 unit kerja. Sampai saat ini, penempatan karyawan masih belum mengikuti aturan kepegawaian secara baik. demikian pula terhadap mekanisme penerimaannya. Dari kondisi ini masih memungkinkan adanya karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhan unit (pengguna). keadaan ini tentunya akan memberikan beban pada unit dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perlu ada pelatihan secara rutin terkait dengan peningkatan kemampuan kerja (skill) karyawan, sehingga mampu diajak untuk membangun dan menjalankan prinsip pelayanan berkualitas, sesuai dengan penjaminan mutu administrasi.

Pelatihan peningkatan kemampuan kerja karyawan sebaiknya diadakan secara rutin, dan terprogram secara berkelanjutan.yang ingin dibangun adalah Untag Surabaya selalu siap dengan kemampuan kerja karyawan, kapan dan dimanapun ditempatkan. Pelatihan ini tentunya akan menjadi penting pada saat ada program pemindahan karyawan (roling), khususnya penempatan tenaga pada posisi yang baru.

8.

Keadaan Aset Fisik

8.1. Aset Gedung Dan Bangunan

Kampus Untag Surabaya terpusat di jalan Semolowaru no.45 Surabaya diatas tanah seluas 50.000 m2. Jumlah bangunan yang dimiliki saat ini adalah 7 blok bangunan yang terdiri dari 1 gedung berlantai 9, 4 blok gedung berlantai 3, 1 gedung serbaguna berlantai 2, dan 1 blok gedung berlantai 1. Gedung-gedung

(25)

hanya dipergunakan untuk menjalankan proses pembelajaran, administrasi Tri Dharma dan administrasi pelayanan penunjang lainnya.

Sampai saat ini, Untag Surabaya, ataupun Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya belum memiliki unit usaha secara pasti dan berkelanjutan. Yang dipergunakan sebagai unit usaha adalah gedung serbaguna yang sering disewakan untuk kegiatan pernikahan ataupun seremoni lainnya.

Gedung atau ruang kelas yang dimiliki saat ini mampu menampung jumlah mahasiswa sebanyak 11.000, dengan jadwal perkuliahan pada waktu siang dan malam hari.

9. Tantangan

Merujuk pada perkembangan yang terja di dunia Internasional, maka beban yang dihadapi oleh perguruan tinggi secara umum, dan Untag Surabaya pada khususnya cukup berat. Banyak hal dari rencana pengembangan yang harus dipastikan dapat berjalan dengan baik. Perencanaan pengembangan tentunya harus mampu mengikuti keinginan konsumen (stakeholders) dari waktu ke waktu. Tantangan yang sangat besar justru karena cepatnya perubahan yang terjadi.

Untuk menghadapi kondisi ini, Untag Surabaya harus selalu melakukan inovasi pengelolaan maupun proses pendidikan sehingga menyesuaikan terhadap kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen maupun perkembangan kebutuhan dunia internasional. Dan tidak kalah pentingnya, manajemen harus mampu menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan tuntutan perkembangan global (kemodernan), baik dari sisi teknologi maupun kualitas.

Persaingan ini akan memperebutkan tempat terdepan diantara perguruan tinggi baik PTN, PTS, maupun PTA. Siapa yang lebih siap menghadapi perkembangan global, maka perguruan tinggi tersebutlah yang akan menjadi terdepan.

(26)

10. Masalah Utama

Terdapat beberapa masalah utama yang akan dihadapi oleh Untag Surabaya dalam rangka memposisikan diri sebagai perguruan tinggi terdepan, yaitu:

1.

Sumberdaya Manusia. SDM yang dimiliki oleh Untag Surabaya seyogyanya memiliki kemampuan untuk menghadapi dinamika perkembangan global yang sangat cepat dan variatif. Diperlukan etos kerja yang kuat serta komitmen yang tinggi untuk menjadi pilar penguat kemampuan bersaing Untag Surabaya.

2.

Sarana dan Prasaran. Tidak akan berguna bila sarana dan prasaran yang

dimiliki tidak mampu mengantarkan kemampuan SDM dalam persaingan global. Artinya, akan menjadi beban dan dapat menjadikan frustasi dalam bekerja bila tidak didukung oleh kemodern sarana maupun prasarana. Kemodernan sarana dan prasarana ini akan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kreatifitas dosen maupun mahasiswa ataupun tenaga kependidikan dalam berkarya.

3.

Bahan Pembelajaran. Bagian penting lainnya dalam proses pendidikan

yang dijalankan tentunya keberadaan bahan pembelajaran. Sejauh ini, Untag Surabaya belum mampu menghasilkan bahan pembelajaran yang sifatnya terintegrasi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen. Harus mulai didorong terciptanya bahan pembelajaran yang mampu membangun inovasi dan kreatifitas belajar mahasiswa secara mandiri. Keberadaan bahan pembelajaran akan menjadi penguat dalam penciptaan metode pembelajaran yang terfokus pada mahasiswa (Student Center Learning).

4.

Lingkungan. Dalam peningkatan kualitas pendidikan, lingkungan memegang peranan yang cukup penting, khususnya dalam menciptakan kenyaman proses belajar mengajar. Pembangunan suasana akademik akan lebih mudah diwujudkan bila didukung oleh lingkungan kampus yang tertata dengan baik, dan cukup memadai.

(27)

5.

Finansial. Seluruh proses yang dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi

tidak akan mamu berjalan baik bila tidak didukung oleh finansial yang kuat. Kekurangan fiansial akan dapat menyebabkan proses tersebut berjalan lambat, bahkan bisa berhenti. Kelemahan yang dimiliki oleh Untag Surabaya adalah tidak didukungnya oleh kekuatan finansial yang baik. kekuatan finansial masih sangat tergantung dengan keberadaan mahasiswa yaitu uang kuliah. Sering terjadi gangguan pengelolaan proses pendidikan bila aliran pembayaran uang kuliah bermasalah. Untuk mendukung agar Untag Surabaya mampu berdiri terdepan dengan perguruan tinggi lainnya, maka diharuskan memiliki sumber penghasilan lain diluar uang kuliah mahasiswa. Perlu ada terobosan baru yang mampu manggali potensi dosen dan mahasiswa maupun sarana dan prasarana yang dimiliki untuk diberdayakan menjadi sumber penghasilan lain.

11. Pendekatan

Untuk mengatasi permasalahan utama yang dimiliki oleh Untag Surabaya, perlu dilakukan pendekatan yang mampu memberikan jawaban. Kondisi yang diharapkan adalah mampu memberikan solusi yang tuntas sehingga perlu ada kajian dan analisa kondisi secara mendalam dan seksama. Pola pola yang mengaitkan proses PDCA (plan, Do Check, Act) harus selalu dikembangan dalam segala lini proses. Harapan yang ingin diwujudkan adalah mampu membangun pengelolaan dengan mendasarkan pada peningkatan kualitas yang berkelanjutan (continuous improvement).

12. Analisa SWOT

A. Kondisi Internal Untag Surabaya

Dalam bahasan ini, kondisi internal Untag Surabaya akan menunjukan seberapa besar kekuatan (strenghtness) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki guna mewujudkan impiannya menjadi universitas sebagaimana dituangkan dalam visi dan misi-nya.

(28)

a.1. Dosen :

Dalam perkembangannya, Untag Surabaya telah melakukan banyak hal untuk menjaga eksistensi institusi di mata masyarakat. Salah satunya adalah memenuhi jumlah dan menyesuaikan standar kompetensi dosen dengan lebih baik. Hal ini dilakukan terkait dengan komitmen institusi dan Yayasan agar bisa memberikan pelayanan dan proses pendidikan dengan lebih baik pula.

Jumlah dosen tetap yang sudah dimiliki sampai akhir tahun 2015 sebanyak 290 orang dengan jenjang pendidikan 238 pendidikan S2 dan 52 sudah memiliki pendidikan S3. Melihat kondisi tersebut, Untag Surabaya harus berperan aktif mendorong dan membantu dosen-dosennya untuk melanjutkan studi ke S3. Hal ini harus dilakukan agar tingkat kemampuan persaingan yang dimiliki Untag Surabaya semakin kuat, lihat gambar 7.

Kekuatan ini semakin besar ketika dilihat dari tingkat linieritas keilmuan yang dimiliki oleh dosen cukup besar, yaitu 257 dosen dengan latar belakang keilmuan yang linier, dan hanya 33 dosen yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda, lihat gambar 8.

Untuk jabatan fungsional (ja-fung) dosen sebagian besar masih ada pada posisi Lektor. Kondisi ini tentunya sudah cukup bagus, namun tetap harus ditingkatkan menjadi jabatan fungsional yang lebih tinggi. Tentunya universitas tetap memberikan perhatian agar dosen bersedia meningkatkan kepangkatannya. Diakui ataupun tidak, tingkat kepangkatan dosen akan sangat

238 52 Pendd S2 Pendd S3

Jenjang Pendididkan

Dosen

257 33 Dosen (Ln) Dosen (NLn)

Linierisasi Pendidikan

Dosen

(Ln = Linier; NLn = Non Linier)

Gambar 8. Linierisasi Pendidikan Dosen (sampai 2015) Gambar 7. Jenjang Pendidikan

(29)

berpengaruh terhadap kualitas tridharma perguruan tinggi. Salah satu cerminan akan keaktifan dosen dalam menjalankan tugasnya. Dari gambar 9, perlu ada usaha agar dosen jab-fung Lektor segera menjadi Lektor Kepala, demikian juga untuk jumlah guru besar harus segera dicanangkan agar bertambah. Sampai tahun ini jumlah dosen yang sudah memiliki ja-fung adalah 49,65% sedangkan lektor kepala adalah 21,4% dan Guru Besar hanya 3,8%, sebagaimana diperlihatkan gambar 9.

Demikian pula jumlah penerima serdos. Dari jumlah dosen yang sudah mendapatkan serdos sekitar 67,9%, sedangkan yang belum sekitar 33,1% lihat Gambar 10. Dosen yang sudah lolos seleksi penerimaan serdos sudah cukup besar yaitu 67%. Namun demikian seyogyanya penerima serdos harus 100% karena itu merupakan penghargaan pemerintah terhadap peran dan fungsi dosen untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Karenanya perlu ada pengarahan dan pembimbingan dari universitas agar dosen penerima serdos secepatnya mencapai 100%. Perbandingan penerima serdos disampaikan pada gambar 10.

Dalam pengembangan universitas, jumlah dosen pensiun juga menjadi perhatian, karena berkaitan dengan pengaruh proses pembelajaran yang dijalankan. Sampai tahun 2020, universitas harus merekrut dosen baru sebesar 32 orang dari berbagai program studi. Proses penggantian dan penambahan dosen harus ada persiapan yang baik.

27 46 144 62 11 TP AA L LK GB

Kepangkatan

194 96 Sudah Belum

Serdos

Gambar 9. Kepangkatan dosen (sampai 2015)

Gambar 10. Penerima serdos dosen (sampai 2015)

(30)

Gambar 11. Jumlah dosen pensiun pertahun.

Kondisi yang lebih penting adalah bagaimana pengganti tersebut mampu menjaga keberlanjutan proses dan pengembangan keberlanjutan dari sebuah profesionalime program studi. Kondisi pensiun dosen diperlihatkan pada gambar 11. Keberlangsungan aktivitas program studi harus menjadi perhatian utama, sehingga penggantian dosen pensiun harus dipersiapkan secara baik.

Gambar 12. Rasio dosen-mahasiswa per akhir tahun 2015 setiap prodi.

Melihat dari rasio dosen dengan mahasiswa yang masih cukup besar, tentunya Untag Surabaya harus melakukan beberapa jumlah perekrutan baru, sehingga rasio dosen dan mahasiswa mencukupi sesuai dengan peraturan

1 5 5 3 8 10 10 Th 2015 2016Th 2017Th 2018Th 2019Th 2020Th 2021Th

Jumlah Dosen Pensiun

pertahun

31,6 16,5 52,4 19,017,7 42,348,741,9 6,4 23,029,9 9,610,4 37,146,0 61,9 27,4 42,1 88,3 51,3 53,2 13,211,523,117,1

Rasio Dosen- Mhs per prodi

(31)

Kemenristekdikti. Sampai akhir tahun 2015, rasio dosen–mahasiswa diperlihatkan pada gambar 12. Terdapat 7 dari 25 prodi yang masih memiliki rasio melebihi ketentuan. Untuk memenuhi rasio tersebut baik di prodi eksak maupun di non eksak dibutuhkan sekitar 80 orang dosen baru.

a.1.1. Kekuatan

Melihat dari data diatas, sesuai dengan tuntutan ketentuan kemnristekdikti, Untag Surabaya memiliki jumlah dosen yang belum memenuhi rasio secara keseluruhan. Namun kondisi tersebut hanya terjadi pada beberapa program studi saja. Secara keseluruhan jumlah dosen tetap (Yayasan dan DPK) sudah cukup besar dan menjadi modal baik dalam pengembangan Untag Surabaya. Jumlah tenaga dosen yang sudah menempuh pendidikan S2 sebagai syarat minimal tenaga pendidik adalah 82%, dan selebihnya sudah berpendidikan S3, lihat Gambar 7 dan 8. Demikian pula kelinieran pendidikan yang dimiliki sudah cukup bagus, walaupun harus ada usaha lagi untuk menjadikan yang belum linier menjadi linier. Melihat kepangkatan dosen posisi terbanyak ada pada posisi lektor, yang secara umum sudah cukup mumpuni untuk memperkuat kemampuan bersaing Untag Surabaya, khususnya di daerah regional.

a.1.2. Kelemahan

Mengupas kelemahan, melihat kondisi dosen yang dimiliki, maka ada beberapa dosen yang masih memiliki keilmuan yang belum linier didorong dan diarahkan agar menjadi linier. Butuh komitmen dalam perubahan itu baik dari universitas maupun diri dosen itu sendiri. Secara prosentase jumlahnya cukup kecil yaitu 11,4%. Namun ini tetap menggangu karena dalam transfer keilmuan pada proses pembelajaran berkualitas dibutuhkan kepakaran dosen.

Pendidikan yang sudah dimiliki oleh dosen, walaupun secara kebutuhan minimal sudah terpenuhi dengan baik, yaitu berpendidikan S2, tetapi tetap harus ada program yang mampu mendorong keinginan dan semangat dosen untuk meningkatkan keilmuannya ke level S3. Selama ini universitas belum memliki program yang jelas untuk meningkatkan strata pendidikan dosen ke jenjang lebih tinggi. Masih mengandalkan dari kesadaran dosen itu sendiri.

(32)

Meningkatnya jumlah dosen berpendidikan S3, akan memberikan peluang yang besar untuk menjadi guru besar, dan kondisi tersebut sangat menguntungkan universitas dan sebagai kekuatan untuk berkompetensi di era globalisasi ini.

Demikian halnya tentang posisi jabatan fungsional dosen yang sebagian besar ada di level Lektor. Untuk meningkatkannya perlu campur tangan universitas membantu dan memfasilitasinya, dimana selama ini masih dirasakan kurang. Kenaikan ja-fung itu masih diserahkan kepada pribadi dosen yang bersangkutan.

Kelemahan lain adalah adanya penggantian dosen yang akan pensiun dengan jumlah yang cukup besar yaitu sekitar 32 orang dalam kurun waktu 5 tahun kedepan. Proses pensiun dosen selama ini tidak menjadi perhatian, baik dari universitas maupun fakultas itu sendiri. Hal ini tentunya akan berakibat kurang baik, khsusunya dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

a.1.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan

Universitas harus memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung dan membantu para dosen melanjutkan studi ke jenjang S3, dengan selalu mengarahkan kelinieran keilmuannya. Demikian juga dalam kenaikan jabatan fungsional dosen perlu mendapatkan perhatian lebih, khususnya dari bagian ketenagaan, agar tidak banyak dosen yang tertinggal. Semakin tinggi kepangkatan maupun jabatan fungsional dosen, maka semakin besar kekuatan universitas. Hal ini pastinya memberikan kontribusi yang besar dalam berkompetisi antar perguruan tinggi serta sangat bermanfaat pada penilaian akreditasi, baik di program studi maupun di institusi.

Mengingat tugas dosen yang semakin berat dalam menopang eksistensi universitas, maka perlu dipertimbangkan adanya unit tersendiri yang bertugas menangani kepangkatan dan jabatan fungsional dosen. Perlu diingat bahwa kepangkatan dan jabatan fungsional tersebut bukan semata-mata merupakan kepentingan dan urusan pribadi yang bersangkutan tetapi sudah menjadi kepentingan lembaga. Kerugian yang cukup besar akan diterima oleh Untag Surabaya kalau dosen-dosennya banyak yang masih memiliki jabatan fungsional rendah.

(33)

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi akibat dosen pensiun, maka perlu ada penggatian dosen dengan merekrut dosen baru secara baik dan terencana, dalam rentang waktu tertentu. Diharapkan, kejadian pensiun dosen bukan berarti juga menghilangkan kemampuan akademik lembaga (prodi-universitas). Pensiunnya dosen tersebut tentunya kepakaran keilmuannya tetap dimiliki oleh prodi atau universitasnya. Kondisi ini penting yang harus tetap dijaga agar prodi (universitas) tetap pada proses perkembangan yang berkelanjutan. Akan menjadi buruk bagi universitas apabila dosen pensiun membawa kepakarannya sehingga berpengaruh pada menurunnya kemampuan prodi atau universitas dibidang ilmu tersebut.

Keilmuan/kemampuan yang dimiliki oleh dosen pensiun harus ditularkan atau diteruskan (regenerasi) ke dosen pengganti atau ke dosen lain yang lebih muda sesegera mungkin. Perlu ada dokumen keilmuan yang sudah dikuasai oleh dosen pensiun, dan disimpan sebagai referensi pengembangan ilmu bagi dosen penerusnya. Sehingga kepakaran keilmuan yang dimiliki oleh dosen tersebut tetap hidup dan berkembang di prodi. Hal ini untuk menjaga agar kemampuan universitas (secara kelembagaan) tetap berlanjut. Perlu ada karya-karya tulis dosen yang menjadi dokumen pengembangan ilmu pada program studi ataupun di universitas.

a.2. Tenaga Kependidikan

Jumlah tenaga kependidikan adalah 271 orang, dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 23 orang, S1 sebanyak 93 orang, SMA dan sederajat sebanyak 98 orang, SMP sebanyak 32 orang, kondisi ini dapat dilihat pada gambar 13. Sedangkan golongan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan didominasi oleh golongan 3 yaitu sebesar 41%, kemudian golongan 1 sebesar 32,5% dan golongan 2 sebesar 21,8%. Keadaan ini diperlihatkan pada gambar 14.

Banyaknya tenaga kependidikan yang masih berpendidikan rendah (SMP kebawah) diharapkan tidak menggangu kinerja yang sedang dikembangkan. Dari data, terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja yang siap pakai yaitu lulusan sekolah vokasi, masih sangat kecil yaitu sekitar 1,85%. Untuk kedepan, penggunaan tenaga kependidikan dari vokasi perlu mendapatkan pertimbangan.

(34)

Berdasarkan dari kondisi tenaga kependidikan yang dimiliki Untag Surabaya sudah lebih dari cukup dan memiliki kemampuan untuk ikut menopang mengantarkan Untag Surabaya menjadi universitas dengan kualitas pelayanan keadministrasian yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas-tugas harus ada program kerja atau perlakuan yang harus diberikan, terkait dengan peningkatan kemampuan kerja yang semestinya dimiliki, dan disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.

a.2.1. Kekuatan

Mengamati tingkat pendidikan dan golongan kerja yang dimiliki oleh tenaga kependidikan dapat dikategorikan cukup baik, dan siap untuk dimanfaatkan sebagai modal dalam memperkuat pelayanan bidang keadmisnitrasian. Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yaitu lulusan S1 cukup banyak serta beberapa sudah berpendidikan S2 tentunya siap untuk diajak membangun sistem yang lebih baik sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan penjaminan mutu yang ada. Dengan pendidikan yang cukup baik ini, tentunya tidak terlalu sulit untuk menjadi penggerak perubahan keadminsitrasian (pelayanan) yang semestinya dijalankan.

Pada sisi lain, pendidikan tenaga kependidikan yang SMA/sederajat merupakan yang paling banyak, dan ini sebenarnya juga menjadi modal besar

SD SMP SMA D2 S1 S2 20 32 98 5 93 23

Pendidikan

Non I II III IV 9 88 59 111 4

Golongan

Gambar 13. Tingkat pendidikan tenaga kependidikan

Gambar 14. Golongan tenaga kependidikan

(35)

untuk ditingkatkan dan dikembangkan kemampuannya, walaupun hanya berfungsi sebagai pelaksana.

a.2.2. Kelemahan

Terkadang dalam penanganan sebuah pekerjaan pimpinan masih kebingungan untuk menunjuk personil yang mampu dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal ini terjadi karena masih belum terpetakan secara baik kemampuan-kemampuan tenaga kependidikan tersebut. Hal ini bisa terjadi karena belum dibudayakan atau belum adanya aturan yang mengharuskan tenaga kerja sebelum menjalankan tugasnya dibekali kemampuan yang dibutuhkan.

Dengan keanekaragaman pendidikan dan belum dikelola secara baik dan maksimal, maka terkadang tingkat pendidikan tersebut tidak terlalu berarti dalam pembangunan dan pengembangan sistem tata kelola. Pada suatu kondisi terkadang jumlah tenaga kependidikan tersebut menjadi beban lembaga karena secara peran belum maksimal.

a.2.3. Rekomendasi Strategi Pengembangan

Berdasarkan dari apa yang dimiliki Untag Surabaya, maka perlu melakukan pemetaan ulang terhadap skill dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan dan melakukan pelatihan atau workshop yang dapat menghasilkan skill-skill baru yang dibutuhkan oleh universitas. Pemetaan ini tentunya menjadi awal dalam penempatan tenaga kependidikan pada posisi dan lingkup yang sebenarnya. Penempatan orang disesuaikan dengan kemampuan kerjanya. Dengan pemetaan ini juga menjadi dasar dalam pengembangan tenaga kependidikan, sehingga pelatihan dan kemampuan tersebut menjadi terarah. Dalam peningkatan kompetensi kerjanya, seyogyanya lembaga memiliki program secara rutin untuk memberikan pendidikan/pelatihan sehingga sesuai dengan kebutuhan perkembangan jaman.

(36)

B. Sarana Penunjang Pendidikan b.1. Perkuliahan

- Ruang kelas

Sarana pendidikan yang telah dimiliki oleh Untag Surabaya masuk kategori cukup. Ini ditinjau dari proses perkuliahan yang dilakukan tidak mengalami gangguan dan keluhan yang terjadi tergolong kecil, sehingga proses pembelajaran tersebut berjalan dengan baik.

Setiap kelas ruang kuliah sudah dilengkapi LCD, AC (rata-rata jumlah 4 PK per kelas), papan tulis whiteboard, dan jaringan internet. Ruang kelas yang dipergunakan memiliki rasio luas dengan jumlah mahasiswa sebesar 1,6. Nilai ini tentunya masuk kategori cukup untuk sebuah ruang kelas perkuliahan. Kelas perkuliahan secara pengelolaan terbagi menjadi dua yaitu ruang perkuliahan yang dipergunakan secara umum (common used) dan yang dipergunakan hanya untuk program studi atau fakultas. Pembagian ini akan memberikan keleluasaan bagi program studi untuk menggunakan ruangan tersebut semaksimal mungkin sebelum mengalihkan ke ruangan kelas umum.

Melihat penggunaan ruang kelas yang sudah ada selama ini, ternyata dengan jumlah mahasiswa dan jumlah mata kuliah yang dirancang belum menjadikan ruang kelasnya terpakai secara optimal. Kondisi ini terlihat pada Gambar 15, bahwa penggunaan ruang kuliah pada semester gasal 2015/2016 baru berkisar 70% – 80% untuk pelaksanaan malam hari, sedangkan untuk pagi hari justru lebih kecil dengan penggunaan paling besar dibawah 60%. Kondisi ini masih memungkinkan untuk meningkatkan jumlah kelas ataupun jumlah mahasiswa aktif.

Gambar 15. Jumlah pemakaian seluruh ruang kelas untuk perkuliahan pagi dan sore

52,0% 55,4% 59,6% 51,0%

36,6% 25,9% 71,5% 70,3% 74,4% 75,7% 71,0%

38,9% SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU

(37)

b.1.1. Kekuatan

Jumlah kelas yang dimiliki Untag Surabaya sudah melebihi dari cukup, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Proses penyusunan perkuliahan per semester dengan kebutuhan kelas tidak menjadi masalah. Kelengkapan standar yang diperlukan dalam proses pembelajaran, tentunya sudah terpenuhi dengan baik. Namun tidak cukup demikian karena kelengkapan tersebut harus mengikuti perkembangan teknologi dan kualitas peralatan penunjang yang harus dipergunakan dalam berproses.

b.1.2. Kelemahan

Kelemahan yang dimiliki adalah masih sedikitnya ruang kuliah yang sudah siap dipegunakan sebagai sistem pembelajaran modern. Dimana pada proses ini, ruang kuliah diharapkan sudah mampu dan siap dipergunakan setiap saat sebagai ruang multimedia. Mengingat perkembangan Teknologi informasi yang sangat cepat, maka sangat tidak layak apabila tempat proses pembelajaran belum menggunakan teknologi tersebut secara baik.

Untuk mensejajarkan posisi Untag Surabaya dengan Perguruan Tinggi lainnya yang bertaraf internasional, tentunya kualitas dan kemodernan alat pembelajaran tidak bisa diabaikan begitu saja. Untuk menuju world class university (WCU), tentunya kemodernan sarana pembelajaran menjadi bagian penting dalam berproses. Keadaan ini harus mulai direncanakan dan ditata dengan baik sehingga proses pembelajaran berjalan dan mampu mencapai target-target sebagaimana ditetapkan.

b.1.3. Rekomendasi Startegi Pengembangan

Sebagai alngkah awal dalam pembangunan proses pembelajaran secara baik dan berkualitas, perlu ada manajemen pemeliharaan alat/sarana secara baik dengan mengikuti aturan yang ada. Dibutuhkan sebuah konsep pengembangan ruang kelas yang modern dan berkualitas, dengan harapan mampu menciptakan suasana akademik yang lebih baik.

Dalam penggunaan ruang kelas, perlu ada SOP yang mengatur para pengguna, baik dosen maupun mahasiswa sehingga ruang kelas selalu ada pada kondisi baik dan siap dipakai. Disamping sarana penunjang proses

(38)

pembelajaran yang harus mulai dilengkapi, perlu juga ada pengkondisian ruang kelas menjadi terbuka dan serasa menyatu dengan lingkungan. Penyegaran ruang kelas dengan menghadirkan tanaman dan ornament pendukung yang mampu memberikan kenyamananperlu dihadirkan.

b.2. Laboratorium

laboratorium merupakan sarana pendukung proses pembelajaran untuk menghasilkan keseimbangan antara teori dan praktek. Akan sangat bermanfaat dan sangat berperan dalam pembangunan kemampuan kerja (skill) mahasiswa bila Laboratorium yang dimiliki bukan skala penelitian, tetapi sudah berskala industri (produksi). Laboratorium diharapkan mampu mendekatkan kondisi industri atau kondisi nyata didalam dunia kampus. Kahadiran laboratorium yang berskala industri/implementasi lapangan akan sangat berguna sebagai tempat latihan mahasiswa sebelum terjun ke lapangan. Laboratorium mampu memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa walaupun masih ada dalam proses perkuliahan. Keadaan ini akan bisa mewujudkan lulusan yang siap kerja maupun siap membangun lapangan kerja (membuka usaha).

Sejauh ini setiap program studi memiliki laboratorium yang cukup banyak. namun secara kualitas dan usia peralatan masih cukup memprihatinkan. Khususnya di program studi eksakta, kualitas alat yang rendah dan usia peralatan yang cukup lama memberikan beban yang cukup besar dalam memacu peningkatan mutu hasil pembelajaran. Kualitas dan kemodern peralatan akan memberikan dampak pada semangat dan motivasi belajar, yang pada akhirnya memberikan dampak baik pada hasil pembelajaran.

Standar luas ruang kerja praktek (laboratorium) diharapkan memiliki rasio 2 (dua) m2 per mahasiswa. Melihat dari standar ini, Untag Surabaya telah memiliki rasio yang baik. Rasio ini merupakan modal yang baik dalam menjalankan proses pembelajaran, sehingga mampu menghasilkan kualitas pembelajaran sebagaimana standar. Rasio ini juga sangat berperan

Perlu ada dorongan bahwa proses perkuliahan tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas, tapi juga bisa diarahkan ke dalam ruang ruang laboratorium. Pembelajaran yang menyatu antara teori dan praktek akan memberikan percepatan dalam proses pemahaman materi.

(39)

b.2.1. Kekuatan

Dalam proses pembelajaran, keberadaan laboratorium memiliki perananan yang penting. Jumlah Laboratorium yang dimiliki oleh prodi cukup banyak, dan diharapkan menjadi pendukung utama dalam meningkatkan kompetensi lulusan. Secara fisik keberadaan laboratorium sudah memadai dan siap untuk diberdayakan secara optimal.

b.2.2. Kelemahan

Secara fungsi, keberadaan Laboratorium belum mampu digunakan dengan maksimal sebagai penunjang utama peningkatan kompetensi lulusan, maupun sarana pengembangan keilmuan dosen. Laboratorium belum diposisikan sebagai wadah pengembangan dan pengayaan keilmuan baik untuk mahasiswa maupun dosen itu sendiri. Kondisi ini terjadi karena belum dibudayakannya penggunaan laboratorium sebagai wadah pengembangan ilmu dan kreativitas baik oleh dosen maupun mahasiswa itu sendiri.

Beberapa jenis laboratorium sudah memiliki kondisi yang tidak layak pakai. Ini ditinjau dari usia peralatan dan jenisnya. Usia peralatan yang sudah terlalu lama sehingga tingkat keakurasian tidak bisa dijamin, dan jenis peralatan yang sudah ketinggalan perkembangan teknologi. Untuk menjadikan laboratorium sebagai penunjang dalam proses pembelajaran tentunya kemodern dan peremajaan peralatan menjadi hal penting.

b.2.3. Rekomendasi Startegi Pengembangan

Laboratorium harus dijadikan bagian penunjang yang terintegrasi dengan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran untuk menghasilkan keseimbangan antara teori dan praktek harus diwujudkan dengan menyediakan sarana/peralatan dan sumber daya lainnya pada laboratorium secara baik dan terencana.

Keberadaan laboratorium harus mendukung terciptanya suasana akademik dilingkungan kampus. Laboratorium harus diposisikan menjadi bagian penting dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas, dengan mengacu pada standar kebutuhan pasar. Gairah akademik harus dimunculkan mulai dari

(40)

laboratorium-laboratorium dengan membangun kreativitas dan inovasi yang terkait keilmuan.

Pada sisi lain, laboratorium harus diposisikan sebagai partner industri atau unit usaha lain sehingga menjadi wadah berkumpulnya mahasiswa maupun dosen untuk melakukan kajian-kajian dari permasalahan yang dihadapi oleh industri atau unit usaha tersebut.

b.3. Ruang Pertemuan/diskusi/rapat

Untag Surabaya memiliki ruang rapat atau ruang pertemuan yang cukup banyak, dan sudah dilengkapi dengan sarana yang umumnya diperlukan dalam kegiatan rapat. Ruang rapat ada di tingkat universitas maupun ditingkat fakultas. Ruang pertemuan ditingkat universitas ada 3 (tiga) buah, dimana masing-masing memiliki daya tampung 50 orang, 60 orang dan 700 orang. Selama ini kebutuhan ruang rapat ditingkat universitas tidak menjadi masalah. Demikian juga yang ada ditingkat fakultas, secara penggunaan diperuntukan untuk ruang rapat program studi maupun fakultas itu sendiri. Bahkan beberapa prodi memiliki ruang pertemuan kecil untuk koordinasi ditingkat program studi.

Untuk sarana kelengkapan yang harus disediakan dalam ruang rapat sudah cukup baik dan memadai. Hanya saja yang masih kurang adalah dukungan internet yang masih kecil. Keberadaan internet sangat penting karena sering dalam pertemuan-pertemuan tersebut membutuhkan data secara online sebagai data tambahan yang mendukung kualitas rapat.

b.3.1. Kekuatan

Keberadaan ruang rapat atau ruang pertemuan sudah mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dan penggunaan ruang rapat ini sudah diatur dengan baik sehingga tidak terjadi benturan jadwal. Untuk pemeliharaan, selama ini telah berjalan dengan baik dengan sistem control yang ketat.

b.3.2. Kelemahan

Kelemahan yang dirasakan dalam penggunaan ruang rapat adalah ketercukupan fasilitas internet. Besaran bandwide yang masih kecil yang

(41)

dipasangkan pada ruang rapat memberikan dampak pada kelancaran proses rapat tersebut yang menggunakan data-data online.

b.3.3. Rekomendasi Startegi Pengembangan

Ruang rapat merupakan bagian penting dalam proses pengelolaan sebuah institusi (perguruan tinggi). Berawal dari rapat semua perencanaan ataupun program dijalankan. Sudah saatnya ruang rapat dijadikan ruang multimedia yang menggunakan teknologi informasi modern. Hal ini diharapkan akan memberikan tambahan penguatan dalam penciptaan suasana akademik (academic atmosphere) dilingkungan kampus. Keberadaan ruang rapat bukan sekedar dipergunakan untuk rapat ataupun pertemuan manajemen semata, tetapi akan dipergunakan sebagai ruang diskusi akademik, seminar ataupun pengkajian keilmuan lainnya.

b.4. Kapasitas Internet

Dijaman globalisasi dan era internet ini, keberadaan internet sudah memasuki level kebutuhan pokok setiap manusia. Internet sudah memasuki berbagai lini kehidupan manusia. Banyak kemudahan yang diciptakan oleh adanya internet, serta keberadaannya sudah tidak membatasi antara ruang dan waktu. Era ini telah menjadikan kehidupan diberbagai belahan dunia sebagai satu kesatuan yang secara ruang sangat sempit dan waktu sudah sangat singkat/cepat.

Informasi dan kebutuhan lain manusia dapat diakses atau diberitahukan serta dikomunikasikan dengan mudah dan cepat. Banyak perubahan yang terjadi akibat berkembangnya internet. Tidak terlepas sistem pembelajaran yang dilakukan dikampus-kampus. Metode lama atau sistem pembelajaran konvensional sudah tidak menjadi acuan mutlak. Banyak metode pembelajaran yang dikembangkan guna dapat memanfaatkan kecangggihan internet secara optimal dan berdaya guna baik. perubahan metode ppembelajaran ini tetap memberikan hasil dan kualitas yang ditetapkan dalam standar.

Untuk menjadikan kampus ini sebagai kampus moderen yang mengacu pada standar internasional, maka keberadaan dan kemampuan akses internet tidak bisa diabakan begitu saja. Banyak proses dan aktivitas manajemen

Gambar

Gambar  1.  Ciri-ciri  Universitas  Unggul  yang  hendak  diwujudkan  dalam  Visi  Untag Surabaya
Gambar 2. Basis Nilai Berkarakter Bangsa yang dikembangkan Untag Surabaya.
Gambar 3. Pembentukan 10 kepribadian berkarakter bangsa
Tabel 1. Nilai Akreditasi Program Studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

[r]

Selain itu tenaga kerja yang rata-rata adalah tetangga serta budaya di daerah penelitian dimana ketika ada tetangga yang mengadakan acara seperti pernikahan, maka

Meskipun ada data yang kami eksklusi karena (a) mengisi > 1 pilihan wahana, (b) tidak mengisi satupun pilihan wahana, atau (c) mengisi lebih dari 1 kali, semoga

Dengan melihat potensi wisata yang cukup besar yang dimiliki Gunung Banyak dan masih kurangnya promosi perlu adanya alternatif yang diharapkan mampu menjadi media

 Wacana lengkap, unsur bahasa bervariasi dan menggunakan ungkapan yang menarik  Idea relevan, huraian jelas dan matang.. Baik 20-25  Menepati tema

Mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan gingivitis pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala,