BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1 Perkembangan Bisnis Maskapai Penerbangan Domestik
Sejak ada deregulasi penerbangan tahun 1999, banyak pemain-pemain dari swasta berlatar belakang pebisnis travel mendirikan maskapai penerbangan. Diantaranya Lion Air dan Adam Air. Dua maskapai penerbangan ini, merupakan maskapai yang banyak diminati oleh konsumen. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tarif murah (low fare). Konsumen yang dulunya menggunakan transportasi darat sekarang beralih ke transportasi udara karena untuk sampai ke tujuan lebih cepat. Perang tarif yang luar biasa ini, membuat Garuda sebagai market leader dalam bisnis penerbangan harus lebih meningkatkan performansi maskapai sejalan dengan visi dari perusahaan Garuda Indonesia.
Melihat fakta yang terjadi di lapangan, maskapai Garuda masih memimpin daftar penumpang terbanyak dari maskapai lainnya. Berdasarkan data majalah SWA bisnis, tahun lalu 6,9 juta penumpang diangkut national flag carrier ini. Dominasi ini terus berlanjut dari tahun 2001 – 2005. Dominasi ini diikuti juga dengan utang Garuda yang besar dan kondisi yang kritis karena pangsa pasar yang terpangkas. Lion Air sebagai maskapai yang berdiri tahun 1999, merupakan saingan terdekat dari Garuda. Bahkan jumlah penumpang Lion Air melebihi jumlah penumpang Garuda. Jumlah penumpang tahun lalu 5,4 juta di tambah dengan anak usaha Wings Air 1,7 juta penumpang sudah melebihi jumlah penumpang Garuda. Maskapai yang lain seperti Adam Air berdiri tahun 2002, mengangkut penumpang dari 484 ribu penumpang naik menjadi 2,4 juta penumpang. Kondisi ini juga terjadi oleh Sriwijaya Air yang menunjukkan performa yang lumayan dari 690 ribu penumpang menjadi 2,3 juta penumpang. Untuk lebih jelas dapat dilihat perkembangan peringkat jumlah penumpang penerbangan domestik 2001-2005.
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 2005 2004 2003 2002 2001 Garuda Indonesia Lion Airlines Adam Air Mandala Airlines Sriwijaya Air Batavia Air Merpati Nusantara Wings Abadi Bouraq Indonesia Awair/Indonesia Air Asia
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penumpang Maskapai Penerbangan di Indonesia 2001 - 2005 Sumber: Majalah SWA 18 Mei 2006 (Burung – burung Besi dalam Seleksi)
Potensi pasar di bisnis penerbangan akan terus meningkat yang diperkirakan tumbuh 17,2 % menjadi 34 juta penumpang. Siapa yang akan meraih itu semua, merupakan pertanyaan yang menarik. Sama menariknya dengan pertanyaan kira-kira siapa yang akan menjadi penguasa pasar di tahun-tahun mendatang.
1.2 Sejarah Perusahaan
Garuda Indonesia mulai dikenal saat terjadinya perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda tahun 1940, ketika itu Garuda menerbangkan transportasi khusus dengan nama Douglas DC-3. 26 January 1949, adalah tanggal ditemukan perusahaan penerbangan dikenal dengan ”Garuda Indonesian Airways”. Pesawat pertama DC-3 dikenal dengan nama Seulawah dan dibeli dengan harga 120,000 malaysia dollars oleh orang Aceh ( pedagang lokal ).
Garuda bergabung dengan KLM tgl 31 maret 1950, kemudian Garuda Indonesia memperkenalkan DC-3 kepada pemerintah burma. Tahun 1953, Garuda Indonesia
mempunyai 46 pesawat, walaupun tahun 1955 armada Catalina pensiun. Tahun 1956, Garuda membuat penerbangan haji pertama ke kota mekah.
Tahun 1960, kemajuan yang pesat dalam indutstri penerbangan, armada 1960 termasuk 8 Convair 240s, 8 Convair 340s, dan 3 Convair 440s. Tahun 1961 dan sampai 1965, 3 Convair 990 mesin jet dan 3 Lockhead L-188 electra diperkenalkan, dan rute dibuka di Kai Tak International Airport di Hongkong. Setelah konsentrasi di domestik dan pelayanan regional, penerbangan pertama ke Eropa tanggal 28 september 1963 ke Amsterndam dan Frankfurt. Tahun 1965, penerbangan ke Eropa diperluas termasuk Roma dan Paris via Bombay dan Cairo dengan menggunakan pesawat terbang eksklusif Convair 990. Pada tahun itu, penerbangan ke China dimulai dengan penerbangan Garuda ke Canton via Phnom Penh. Juga tahun 1965, mesin jet tiba untuk Garuda dengan Douglas DC-8 terbang ke bandara Schipol di Amsterdam.
Tahun 1970 diperkenalkan McDonell Douglas DC-9 dan Fokker F28 bermesin jet, dan pada satu titik Garuda memiliki 36 jet Fokker, membuat Garuda merupakan operator penerbangan terbesar didunia F28 saat itu. Tahun 1980, Garuda memperkenalkan Airbus seperti Airbus A300 dan Airbus A300-600 seperti halnya dengan Boeing 737s, Boeing 747s, dan McDonnell Douglas Md-11.
Krisis ekonomi asia timur 1998 memukul Indonesia termasuk Garuda dengan sangat keras, hasilnya terjadi beberapa pemotongan terhadap rute yang tidak profit. Disamping mempunyai jaringan rute seluruh dunia, Garuda pada saat itu tidak mengoperasikan penerbangan ke Eropa atau Amerika Utara. Karena sebagian besar terkait sejarah dengan Belanda, Garuda melanjutkan operasi penerbangan ke Amsterdam setelah memangkas pengurangan jumlah produksi, walaupun penerbangan-penerbangan yang lain sejak saat itu tidak dilanjutkan. Situasi tidak membantu saat terjadinya serangan teroris 11 september, bom bali, tsunami 2004, dan SARS. Semua itu berkontribusi untuk menurunkan
penerbangan udara dan turis Indonesia. Bagaimanapun juga, perusahaan penerbangan telah menyempurnakan dengan baik dari masalah –masalah ekonomi dan tampaknya menjadi baik ekonomi pertengahan 2000.
Tahun 2001, biaya penerbangan murah Citilink dibuka, didirikan untuk memberikan pelayanan di beberapa kota di Indonesia. Garuda menjadi perwakilan untuk Benelux ditetapkan Agustus 2006 dimana Garuda akan meresume rute ke Amsterdam may 2007.
Tahun 2005, Garuda Indonesia membawa penumpang 8,679,443 dengan load factor 67,73 %.
1.3 Rute penerbangan
Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan full service airline di Indonesia, dengan konfigurasi kelas terbagi menjadi 3 yaitu 747-400, bisnis dan kelas ekonomi. Rute-rute domestik dan internasional menjadi andalan Garuda Indonesia. Rute di Indonesia ada 20 destination, Citilink 12 destination dan untuk rute internasional ada 22 destination. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Garuda Indonesia : 20 Destination
Ampenan, Banda Aceh, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, Biak, Denpasar, Jakarta, Jayapura, Manado, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Solo, Surabaya, Timika, Ujung Pandang, Yogyakarta
2. Citilink : 12 Destination
Balikpapan, Bandung, Batam, Denpasar, Jakarta, Mataram, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Tarakan, Ujung Pandang.
3. International : 22 Destinations a. Asia :
Bangkok, Hong Kong, Kuala Lumpur, Singapore, Seoul, Shanghai, Guangzhou (Canton), Beijing, Ho chi Minh City
b. Japan:
Tokyo, Nagoya, Osaka c. South West Pacific:
Auckland, Adelaide, Brisbane, Darwin, Melbourne, Perth, Sydney d. Middle East :
Jeddah, Dhahran, Riyadh
Garuda Indonesia menawarkan rute penerbangan ke 13 tujuan internasional lainnya melalui perjanjian code share dengan China Airline, China Soutern airlines, Malaysian Airlines, Korean Air, Gulf Air Qatar Airways, Sillkair, Vietnam Airines, dan Philipines Airlines.
1.4 Lingkup Bidang Usaha
Bidang usaha Garuda Indonesia merupakan jasa angkutan udara penumpang dan barang, yang didukung oleh anak perusahaan dan Strategic Business Unit (SBU). Bidang usaha Garuda Indonesia antara lain meliputi:
a. Angkatan udara komersial berjadwal untuk penumpang, barang, dan pos dalam negeri dan luar negeri
b. Angkatan udara borongan untuk penumpang dan barang dalam negeri dan luar negeri
c. Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga
d. Jasa pelayanan penunjang operasional pengangkutan udara
e. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara
f. Jasa konsultasi, pendidikan, dan pelatihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara
Dalam melayani jasa angkutan udara penumpang dan barang, Garuda Indonesia mengalami pasang dan surut, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut ini. Jumlah penumpang/tahun (dalam ribuan) 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 Tahun J u m la h pe numpa ng( or a n g)
Gambar 1.2 Grafik Jumlah penumpang tahun 1995-2005 (dalam ribuan) Sumber: Garuda Indonesia, 2006
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan penumpang yang cukup signifikan pada tahun 1998, hal ini diakibatkan oleh krisis moneter yang menimpa Indonesia. Tetapi secara perlahan tapi pasti jumlah penumpang Garuda Indonesia kembali meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia.
Cargo/tahun (dalam ribuan) 0 50,000 100,000 150,000 200,000 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 Tahun C a rgo ( k g)
Gambar 1.3 Grafik Jumlah cargo tahun 1995-2005 (dalam ribuan) Sumber: Garuda Indonesia, 2006
Penurunan jumlah kargo yang signifikan juga terjadi pada tahun 1998, sama halnya dengan penurunan pada jumlah penumpang. Tetapi sejak tahun 1999, jumlah kargo yang dikirim melalui Garuda Indonesia mengalami peningkatan.
Selain melayani penerbangan regular, Garuda Indonesia juga melayani penerbangan jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang dilayani oleh Garuda Indonesia dari tahun 1995-2006 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.1 Penerbangan Jemaah Haji Garuda Indonesia
Year Pilgrim Flight Group
Total
A/C Type A/C
1995 198,851 454 23 13 B-747, 6 MD-11, 4 DC-10 1996 193,194 461 23 11 B-747, 6 MD-11, 6 DC-10 1997 199,680 474 24 11 B-747, 4 MD-11, 2 B-767, 7 DC-10 1998 199,729 455 25 16 B-747, 6 MD-11, 3 B-767 1999 43,671 118 7 3 B-747, 4 B-767 2000 111,730 293 14 4 B-747, 6 B-767, 4 MD-11 2001 112,212 302 15 3 B-747, 5 B-767, 2 A-330, 2 A-340, 3 MD-11 2002 107,478 304 15 2 A-330, 4 B-747, 9 B-767 2003 105,125 294 15 3 B-742, 9 B-767, 2 A-330, 1 B-744 2004 109,508 298 17 4 B-747, 9 B-767, 4 A-330 2005 105,333 280 14 3 A-330, 5 B-737, 6 B-767 2006 103,919 275 13 4 B-747, 4 B-767, 5 A-330
Sumber: Garuda Indonesia, 2006
Dari tabel dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 1995-1998, jumlah jemaah haji yang dilayani oleh Garuda Indonesia cukup konstan. Namun pada tahun 1999 terjadi penurunan yang sangat drastis. Tetapi seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, maka jumlah jemaah haji yang dilayani mengalami peningkatan pada tahun 2000 dan seterusnya.
1.4.1 Anak Perusahaan
Garuda Indonesia tumbuh dan berkembang dalam menjalankan usaha tidak terlepas dari perusahaan yang mendukungnya, diantara mitra kerjasama Garuda sebagai berikut :
1. PT Aerowisata
(Travel, Hotel, Transportation and Airline Catering Service) 2. PT. ABACUS DISTRIBUTION SYSTEM
(Computer Reservation System)
STRUKTUR ORGANISASI PT. ABACUS DISTRIBUTION SYSTEM
Gambar 1.4 Struktur Organisasi PT.Abacus Distribution System (Sumber : PT. Abacus Distribution System, 2007)
3. PT. GAPURA ANGKASA (Ground Handling)
STRUKTUR ORGANISASI PT. GAPURA ANGKASA
Gambar 1.5 Struktur Organisasi PT Gapura Angkasa ( Sumber : PT Gapura Angkasa, 2005)
4. PT. GMF Aero Asia (Aircraft Maintenance)
5. PT. LSYI (Lufthansa System Indonesia) (Airlines IT Provider)
STRUKTUR ORGANISASI
PT. LSYI (LUFTHANSA SYSTEM INDONESIA)
Gambar 1.6 Struktur Organisasi PT LYSI (Lufthansa System Indonesia) (Sumber : PT. LYSI, 2007)
1.4.2 Strategic Business Unit (SBU)
Garuda Indonesia dalam menjalankan bisnis penerbangan didukung oleh suatu unit-unit usaha disebut juga dengan unit bisnis Garuda. Dalam hal ini perannya sangat penting dalam menjalankan tujuan dari perusahaan Garuda Indonesia tersebut.
A. Garuda Indonesia Training Center(GITC) Jasa dan Fasilitas :
2. Simulator penerbangan F-28, A-330, DC-9, DC-10, B 747-200, MD-11, B 737 300/400.
3. Model mock-up pesawat berbadan lebar dan sempit (termasuk luncuran darurat dan kolam renang untuk latihan prosedur darurat) 4. Fasilitas latihan pengoperasian pintu pesawat berbadan sempit dan lebar. 5. Pemeliharaan simulator.
6. Latihan prosedur kokpit.
7. Akomodasi penginapan untuk para siswa.
B. Cargo Center Jasa dan fasilitas :
1. Closed Cicuit Televsion (CCTV) (sebgai alat monitor unutk menngktakan keamnana barang atau cargo yang diangkut melalui gudang Garuda )
2. X-ray (sebagai security screening untuk keselamatan gudang cargo Garuda ) 3. IOSA Certification atau IATA Operational Safety Audit (Standar aspek audit
keselamatan penerbangan dan mendapat pengakuan dari ICAO, FAA dan Lembaga International lainnya yang berkepentingan dengan keselamatan penerbangan)
4. Carega (Cargo Automation & Reservation System Garuda), merupakan sistem yang terintegrasi, mulai dari reservation, acceptance, movement, manifesting, outgoing, incoming, marketing & accounting
5. CCS (Cargo Community System), software ini khusus digunakan oleh para agen-agen cargo, diharapkan dengan CCS ini semua informasi dan data cargo yang akan dikirimkan lebih cepat, lebih realtime, karena semua proses inputing data dapat dilakukan melalui kantor masing-masing.
6. Cargo - COPS (Cargo - Claim Online Process System) program ini memberikan kemudahan dan kecepatan penyelesaian claim bagi konsumen dan membantu bagi airlines dalam mengambil keputusan yang cepat, tepat, dan akurat maupun terhadap pihak si "claimant" dalam hal kecepatan dan kepastian jawaban atas claim yang diajukan.
C. Garuda Medical Center (GMC) Jasa dan fasilitas :
1. Certificate of ISO 9001 2. Aviation health
3. Medical check up 4. General Family Health 5. Dental service
6. ICU
7. Physiotherapy 8. Pharmacy
9. Diagnostic support facilities (laboratories, radiology, USG, audiometric, tympanometri, spirometri, treadmill, medical eyes).
D. SBU Citilink Garuda Indonesia
SBU Citilink Garuda Indonesia adalah unit usaha strategis yang mengelola kegiatan layanan jasa transportasi udara dengan konsep biaya rendah yang bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan.
1.5 Visi, Misi, Tujuan dan Strategi
Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan yang telah lama beroperasi mempunyai visi dan misi. Berikut visi dan misi dari Garuda Indonesia :
Visi : Menjadi maskapai penerbangan berkelas internasional dan terkemuka melalui penyediaan jasa penerbangan yang berkualitas kepada penumpang domestik dan internasional dengan keramahtamahan Indonesia.
Misi : Sebagai flag carrier yang berperan untuk mempromosikan Indonesia ke negara-negara lain di dunia serta membantu perkembangan ekonomi nasional dengan menyediakan layanan penerbangan secara profesional dan menguntungkan.
Tujuan penetapan visi dan misi Garuda Indonesia adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa pengangkutan udara dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi, faktor keselamatan penerbangan, dan terjaminnya keselamatan kekayaan negara.
Strategi: Dengan berdasarkan waktu, rencana strategi Garuda Indonesia saat ini dibagi menjadi tiga langkah yaitu Survival, Turnaround, dan Growth, dimana dalam tiap-tiap langkah terdiri dari item-item yang menjadi pusat perhatian. Rencana strategis memiliki tujuan akhir yaitu siap untuk IPO/Privatisasi.
Ready For IPO/ Privatization 2006 Consolidation 2007 Rehabilitation 2008
Service & Efficiency
2009 Competitiveness 2010+
Expansion & Improvement
Sur viva l Turn arou nd Gro wth Siap Untuk IPO/ Privatisasi 2006 Konsolidasi 2007 Rehabilitasi 2008
Perlayanan & Efisiensi 2009 Daya saing 2010+ Ekspansi & Perbaikan
Sur viva l Turn arou nd Gro wth
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Mengurangi Arus Kas negatif
Penataan Rute
SBU Citilink menjadi Anak Perusahaan
Persetujuan Strategic Partnership
Suntikan Modal disetujui Pemerintah
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Program Change Management
Perbaikan Operasional and Layanan
Implementasi Strategic Partnership
Divestasi Anak Persh / Korporatisasi SBU / Wujudkan JV
Arus Kas Positif / Penguatan Basis Modal
Ready For IPO/ Privatization
2006 Consolidation 2007 Rehabilitation
2008
Service & Efficiency
2009 Competitiveness 2010+
Expansion & Improvement
Sur viva l Turn arou nd Gro wth Siap Untuk IPO/ Privatisasi 2006 Konsolidasi 2007 Rehabilitasi 2008
Perlayanan & Efisiensi 2009 Daya saing 2010+ Ekspansi & Perbaikan
Sur viva l Turn arou nd Gro wth
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Mengurangi Arus Kas negatif
Penataan Rute
SBU Citilink menjadi Anak Perusahaan
Persetujuan Strategic Partnership
Suntikan Modal disetujui Pemerintah
Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan
Program Change Management
Perbaikan Operasional and Layanan
Implementasi Strategic Partnership
Divestasi Anak Persh / Korporatisasi SBU / Wujudkan JV
Arus Kas Positif / Penguatan Basis Modal
Gambar 1.7 Rencana Strategis Garuda Indonesia (Sumber: Garuda Indonesia, 2006)
Dalam gambar di atas dijelaskan bahwa strategi survival yang meliputi konsolidasi dan rehabilitasi dilaksanakan pada tahun 2006 – 2007. Strategi turnaround dilaksanakan pada tahun 2008 – 2009. Pada tahun 2010 direncanakan untuk pelaksanaan strategi growth yang meliputi ekspansi dan perbaikan. Sementara itu cita-cita privatisasi Garuda Indonesia direncanakan setelah tahun 2010.
1.6 Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI PT. GARUDA INDONESIA
Gambar 1.8 Struktur Organisasi Garuda Indonesia (Sumber: Garuda Indonesia 2006)
1.7 Sumber Daya
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia terdiri dari sumber daya manusia, teknologi dan teknologi.
1.7.1 Sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menjalankan usaha di bisnis maskapai penerbangan. Susunan manajemen Garuda Indonesia saat ini : Board Of Commissioners :
• Mr.Abdulgani (chairman)
• Mrs. Gunarni Soeworo (Members) • Mr. Bambang Wahyudi (Members) • Mr. Slamet Riyanto (Members) • Mr. Aries Muftie(Members)
Board Of Management :
• Emirsyah Satar (President & CEO)
• Sunarko Kuntjoro (EVP Engineering , Maintenance&Information system) • Agus Priyanto (EVP Sales & Marketing)
• Arya Respati Suryono (EVP Services) • Capt. Ari Sapari (EVP Operations)
• Achirina (EVP Business Support & Corporate Affairs) • Alex M.T. Maneklaran (EVP Finance)
Jumlah komposisi karyawan Garuda Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2 Komposisi Personil Garuda Indonesia
EMPLOYEE # Pilot and Copilot 579
Flight Engineer 64
Cabin Crew 2.142
Sales & promotion 865 Airport handling 455 Maintenance &
Engineering 87
All Other personel 1.414 Garuda Aviation Training 120
Garuda Cargo 395
Garuda Medical Center 86 Total 6207
1.7.2 Teknologi
Teknologi yang dimilik Garuda saat ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.3 Armada Pesawat Garuda
No. Tipe pesawat Jumlah Total Kapasitas Tempat Duduk
1. Boeing 747-400 3 405 2. Airbus 330-300 6 293 3. Boeing 737-800 2 180 3. Boeing 737-400 19 124 4. Boing 737-300 17 104 5. Boeing 737-500 5 92 Total 52 Sumber ( Garuda-Indonesia.,2006) 1.7.3 Finansial
Laporan keuangan Garuda Indonesia selama periode 30 November 2005 sampai 30 November 2006 dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut ini.
Tabel 1.4 Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Periode 11 bulan
30 November 2005 30 November 2006
Total Pendapatan 10,000 9,804
Total biaya operasional 10,764 10,466 Kerugian operasional (764) (663)
Pendapatan lain-lain 93 352
Kerugian sebelum pajak (672) (311)
Pajak - 2
Rugi bersih (672) (309)
Catatan: Belum diaudit selama 11 bulan (dalam miliar rupiah) Sumber: Kompas, Senin, 18 Desember 2006
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sampai tanggal 30 November 2006 Garuda Indonesia masih mengalami kerugian. Namun kerugian yang dialami Garuda Indonesia semakin menurun seiring dengan penekanan biaya operasional yang dilakukan serta pendapatan lain-lain yang diperoleh.
1.8 Tantangan Bisnis
Pada saat sekarang ini, banyak perusahaan swasta mendirikan maskapai penerbangan dengan tarif murah (low cost carrier ) berlomba-lomba merebut pasar transportasi udara yang masih terbuka. Masing-masing perusahaan penerbangan memberikan harga yang relatif murah, sebagai contoh maskapai penerbangan Lion Air yang pertama kali memperkenalkan low cost carrier di Indonesia. Semenjak itu banyak bermunculan maskapai penerbangan yang lain mengikuti jejak Lion Air. Kondisi ini membuat Garuda untuk lebih meningkatkan performansi maskapai sejalan dengan visi Garuda Indonesia.
Berikut Kondisi maskapai penerbangan Industri penerbangan di Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.5 Kondisi Maskapai Penerbangan di Indonesia
Maskapai Berdiri tahun
Kondisi sekarang
Batavia Air 2002 Mengoperasikan pesawat 98 penerbangan setiap hari dan melayani 24 kota tujuan di Indonesia, serta Guangzhou (china) dan kuching (malaysia) Baraya Air Taxi 1967 Melayani penerbangan charter dan komuter
(pengumpan) dan menyelenggarakan sekolah penerbang. Pada maret 2005 melanjutkan rute Bandung-Nusawiru (Ciamis) yang ditinggalkan Merpati Airline
Garuda Indonesia 1949 Pada 2005 merugi Rp 691 miliar. Angka kerugian ini masih lebih rendah daripada angka tahun 2004 yang mencapai Rp 811 miliar.
Lion Air 1999 Pada 26 mei 2005 memesan 60 pesawat baru jenis boeing 737 seri 900 secara bertahap mulai awal 2006 hingga 2007. Untuk keperluan itu, telah
konsorsium tiga bank asing yang ditunjuk langsung oleh Boeing
Mandala Air 1969 PT Cardig International Aviation mengakuisisi 100% saham PT Mandala Airlines senilai Rp 300 miliar Merpati Nusantara 1962 Kondisinya sekarang sangat kritis. Total utangnya Rp
1,74 triliun dengan total aset Rp 590 miliar
Pelita Air Service 1970 Semula mengoperasikan 6 pesawat : empat foker-100 dan dua foker-28. Kini hanya mengoperasikan dua pesawat Fokker-28 milik perusahaan. Empat lainnya yang disewa telah dikembalikan.
Sriwijaya Air 2003 Berencana membeli 8-9 unit pesawat Boeing 737 seri 400 dan 300. Beberapa rute baru dibuka dari
Surabaya, seperti ke Manado, Yogyakarta, dan Bandung
Adam Air 2002 Hingga akhir tahun ini berencana menambah pesawat yang dioperasikan menjadi 27 unit. Frekuensi
penerbangan juga akan ditambah, untuk penerbangan International, yaitu ke Kuala Lumpur, Dili dan Perth (Australia). Rute lokal akan ditambah untuk kawasan Indonesia Timur, seperti Ambon, Timika, Jayapura, Gorontalo, Palu, dan Kendari.
Awair/Indonesia Air Asia
2000 Pemiliknya : Air Asia Group (saham 49%), Pin Harris dan PT Fersindo.