LAJU KOROSI BAJA ZINCALLUME G550
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun Oleh :
DENNY ADRIANTO KALANGIE
NIM : 045214047
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
THE CORROTION RATE OF G550 ZINCALLUME STEEL
Final Project
Pressented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain the Sarjana Teknik Degree
in Mechanical Engineering
By :
DENNY ADRIANTO KALANGIE
Student Number : 045214047
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini aku persembahkan untuk:
Bapa, Bunda Maria, Yesus Kristus,
Universitas Sanata Dharma,
Keluargaku terutama PAPA, MAMA, KAKAK,
ADIK yang aku sayangi dan
Kekasihku
ANNISA
yang telah TUHAN gunakan untuk
memberi motivasi padaku dalam
penyelesaian TUGAS AKHIR ini.
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 7 Desember 2009 Penulis
Denny Adrianto Kalangie
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Romo Dr. Ir.P.Wiryono P.,S.J, Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T.,M.T., Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Wibowo Kusbandono S.T., M.T., Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Budi Setyahandana S.T., M.T., Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
6. Bapak Doddy Purwadianto S.T., M.T., Kepala Laboratorium Ilmu Logam Universitas Sanata Dharma.
viii
8. Bapak Intan, Laboran Laboratorium Proses Produksi Universitas Sanata Dharma.
9. Kedua orang tua saya Bapak Erick Kristian.K. dan Ibu Ratih Widjiastuti.
10.Saudara-saudaraku, Errat Fernandes.K. dan Stepi Kumara.K.
11.Seseorang yang selalu ada di hati Annisa Dwi Fitranti. yang terus-menerus memberi semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 12.Teman-temanku (Imanuel Kriswanto, Topo Yuwono, dan Hendra
Luky Wijaya).
13.Rekan-rekan satu fakultas khususnya mahasiswa teknik mesin angkatan 2004 yang telah membantu penulis.
14.Kepada teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Yogyakarta, 7 Desember 2009. Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE... .. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DAFTAR GAMBAR ... xiii
INTISARI ... xv
2.1.1. Pembuatan Baja Dan Jenisnya... 5
2.1.2. Penjelasan Tentang Macam-Macam Baja Tersebut ... 5
2.1.3. Sifat-Sifat Baja Karbon Rendah ... 9
2.1.4. Baja Zincallume ... 12
x
2.1.4.2. Manfaat Baja Zincallume………. 12
2.2. Seng (Zinc)... ... 13
2.3. Aluminium... ... 13
2.4. Korosi... 14
2.4.1. Macam-Macam Korosi ... 16
2.4.2. Laju Korosi ... 17
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi Baja Karbon Di Daerah Pantai ... 18
2.5. Pengujian Bahan………. 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1. Skema Kerja Penelitian ... 21
3.2. Persiapan Bahan ... 22
3.3. Pembuatan Spesimen... . 22
3.4. Perlakuan Pada Spesimen ... 23
3.4.1. Spesimen dipotong dahulu ... 24
3.4.2. Spesimen di tempatkan di ruang terbuka ... 24
3.4.3. Spesimen dibiarkan sesuai batas waktu yang ditentukan ... 24
3.4.4. Pengamatan spesimen ... 24
3.5. Peralatan Yang Digunakan ... 24
3.6. Pengujian dan engukuran Spesimen ... 25
3.6.1. Pengukuran Berat ... 25
3.6.2. Pengukuran Ketebalan ... 26
3.6.3. Pengujian Uji Tarik ... 26
3.6.4. Pengamatan Struktur Mikro... .... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29
4.1. Perhitungan Laju Korosi ... 29
4.1.1 Perhitungan Laju Korosi Dengan Perubahan Berat dan Tebal Spesimen……….. 29
4.12. Perhitungan Untuk Kekuatan Tarik Pada Uji Tarik Baja Zincallume G550………... 30
xi
4.3. Pengamatan Struktur Mikro ... 46
4.3.1. Perhitungan Perbesaran Foto Mikro... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
5.1. Kesimpulan ... 51
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi baja lapis seng dan aluminium berdasarkan
sifat mekanis pada panjang ukur 50………... 8
Tabel 2.2 Komposisi kimia logam dasar………...9
Tabel 2.3 Sifat mekanis……… ... 10
Tabel 2.4 Spesifikasi Produk Baja Zincallume………. ... 11
Tabel 4.1 Data Laju Korosi Baja Zincallume G550 pada jarak dekat pantai ... 32
Tabel 4.2 Data Laju Korosi Baja Zincallume G550 pada jarak ±20 km dari pantai ... 33
Tabel 4.3 Data Laju Korosi Baja Zincallume G550 pada jarak ±50 km dari pantai ... 34
Tabel 4.4 Data Laju Korosi Baja Zincallume G550 pada jarak ±80 km dari pantai ... 35
Tabel 4.5 Data Uji Tarik Baja Zincallume G550 dekat pantai ... …….42
Tabel 4.6 Data Uji Tarik Baja Zincallume G550 jarak ±20 km dari pantai………... 42
Tabel 4.7 Data Uji Tarik Baja Zincallume G550 jarak ±50 km dari pantai……… .... .... 42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Contoh rangka atap bangunan dengan bahan
Baja Zincallume ... 2
Gambar 2.1 Lapisan Zincallume pada baja ... 11
Gambar 2.2 Contoh hasil dari Zinc ( coil besar, gelombang, rol-rolan) ... 13
Gambar 3.1 Mesin Gerinda... 22
Gambar 3.2 Ukuran dan Bentuk spesimen di pasaran ... 23
Gambar 3.3 Timbangan elektrik digital ... 26
Gambar 3.4 Alat Uji Tarik ... 27
Gambar 3.5 Pemasangan spesimen... 27
Gambar 3.6 Mikroskop Metal dan Kamera ... 28
Gambar 4.1 Grafik Laju Korosi Berat Baja Zincallume dekat pantai ... 36 pada jarak ±80 km dari pantai...38
Gambar 4.5 Grafik Laju Korosi Tebal Baja Zincallume dekat pantai ... .39
Gambar 4.6 Grafik Laju Korosi Tebal Baja Zincallume
xiv
Gambar 4.11 Grafik Kekuatan Tarik Baja Zincallume G550
pada jarak ±50 km dari pantai ... 45 Gambar 4.12 Grafik Kekuatan Tarik Baja Zincallume G550
pada jarak ±80 km dari pantai ... 45 Gambar 4.13 Gambar Struktur Mikro Baja Zincallume G550
mula-mula ... 46 Gambar 4.14 Gambar Struktur Mikro Baja Zincallume G550
dekat pantai selama 1 bulan ... 47 Gambar 4.15 Gambar Struktur Mikro Baja Zincallume G550
dekat pantai selama 2 bulan ... 47 Gambar 4.16 Gambar Struktur Mikro Baja Zincallume G550
dekat pantai selama 3 bulan ... 48 Gambar 4.17 Gambar Struktur Mikro Baja Zincallume G550
xv
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju korosi baja zincallume G550 pada beberapa lingkungan korosi, serta membandingkan kekuatan tarik dan struktur mikro dari baja tersebut, baik sebelum dan sesudah proses korosi.
Dalam penelitian ini digunakan empat lingkungan pengkorosi, yaitu pada lingkungan dekat pantai, jarak ±20 dari pantai, jarak ±50 km dari pantai, dan jarak ±80 km dari pantai. Penelitian dilakukan selama 4 bulan. Pengamatan yang dilakukan antara lain, perubahan berat dan tebal spesimen setiap lingkungan pengkorosi, kekuatan tarik dan pengamatan struktur mikronya.
xvi
ABSTRAK
The purpose of this research is to know the corrosion rate of zincallume steel G550 in some corrosion environment, and to compare the tensile strength and micro structure from that steel, before and after corrosion process.
There are four corrosion environment use in this research, which are the environment near the coast, 20 km from coast, 50 km from coast, and 80 km from coast. This research was done in four months. Things that were observed are specimen weight change and specimen thickness change in every corrosion environment, the tensile strength and the observation of the micro structure of specimen.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan property baik yang bersifat residential maupun commercial banyak mengalami kenaikan cukup pesat di jaman sekarang. Hal ini dikarenakan makin tumbuhnya angka kelahiran, kependudukan dan sebagainya secara pesat di daerah-daerah maupun di perkotaan Jakarta, Surabaya, Medan. Permasalahannya sekarang adalah yang terjadi sekarang ini yaitu tingkat efisiensi dan kepraktisan pasangan, tahan lama, kuat karena semuanya akan diukur dari segi keuangan kita sebagai konsumen.
Maka dari itu para produsen kini mengembangkan baja sebagai pengganti kayu untuk bahan pembuat rangka bangunan seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Baja dipilih dengan alasan memiliki kekuatan, ketangguhan, dan kekerasan serta anti rayap. Meskipun demikian ketahanan terhadap korosi lingkungan masih kurang. Sehingga para ahli membuat penelitian dengan memberi lapisan galvanis atau zincallume dan memperingan beratnya dengan memberikan perlakuan khusus pada baja agar permintaan konsumen atau masyarakat dapat terpenuhi.
2
Gambar 1.1 Contoh rangka atap bangunan dengan bahan baja zincallume
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui laju korosi baja zincallume ( G550 ) dalam perubahan berat dan tebal terhadap lingkungan korosif sesuai dengan variasi jarak dan waktu.
2. Mengetahui kekuatan tarik baja zincallume G550 yang telah terkorosi. 3. Membandingkan gambaran struktur mikro dari baja zincallume ( G550 )
selama proses korosi.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada lingkup :
- Bahan yang digunakan adalah baja zincallume ( G550 ) - Perlakuan yang diberikan antara lain :
* Memotong batang baja zincallume sesuai bentuk dan ukuran ASTM A370
* Hasil potongan di letakkan di udara bebas
* Baja zincallume dibiarkan terkena panas dan hujan
* Dibiarkan sesuai dengan variasi waktu yang sudah ditentukan (1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan) dan variasi jarak (dekat pantai, jarak ±20 km dari pantai, jarak ±50 km dari pantai, dan jarak ±80 km dari pantai)
3
1.4 Manfaat
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan, antara lain :
1. Hasil pengamatan dapat digunakan untuk mengetahui laju korosi pada baja zincallume pada lingkungan dekat pantai dan jauh dari pantai.
2. Memberikan data untuk pengembangan rangka bangunan yang ringan dan tahan korosi sehingga dapat menghasilkan baja ringan yang kualitasnya lebih baik lagi dari sebelumnya.
1.5 Metode Pengumpulan Data
1.5.1. Literatur
Studi literatur digunakan sebagai dasar acuan dan referensi yang diantaranya mencakup: landasan teori, gambar, tabel, grafik, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Persamaan untuk perhitungan yang berkaitan dengan analisa data diambil sebagai bahan perbandingan antara hasil dari penelitian dan pembahasan.
1.5.2. Konsultasi
Mengotrol atau pengecekan atas pengambilan data maupun pada hasil data dan pembahasan yang dilakukan antara praktikan bersama dosen pembimbing sehingga hasil penelitian dan pembahasan dari data tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara benar.
1.5.3. Pengujian Bahan
4
di laboratorium ilmu logam Fakultas Sains dan Teknologi dan di laboratorium farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
1.6. Sistematika Penulisan
5 dan Belerang (S). Karena unsur-unsur tidak memberikan pengaruh utama, maka unsur tersebut diabaikan.
Awalnya bijih besi yang diperoleh dari pertambangan kemudian di lebur dalam dapur tinggi. Hasil dari dapur tinggi berupa besi kasar cair, di tuang dan di proses kembali. Dengan pemanasan lanjutan untuk mengurangi atau menambah unsur lain pada besi cair. Hasil leburan tersebut disebut baja.
2.1.1. Pembuatan Baja Dan Jenisnya
Proses oksidasi peleburan baja dilakukan pada Converter, dapur listrik dan dapur pintu terbuka, selanjutnya dilakukan pembersihan unsur lain melalui proses asam dan proses basa. Melalui proses tersebut diatas, baja yang dihasilkan antara lain : c. Baja tahan karat (Stainless Steel)
Baja tahan karat dibedakan menjadi : - Baja tahan karat Austenitik
- Baja tahan karat Ferritik
- Baja tahan karat Martensitik atau Perlit d. Baja perkakas (Tool Steel)
2.1.2. Penjelasan tentang macam-macam baja tersebut
6
Baja paduan diperoleh melalui penambahan unsur Chromines (Cr), Nikel (Ni), Mangan (Mn), Tungsten (W), Silikon (Si) pada baja karbon.
Kelebihan dari baja paduan antara lain :
- Keuletan yang tinggi tanpa mengurangi kekuatan tarik.
- Kemampuan kekerasan yang baik mengurangi kemungkinan retak dan korosi.
- Tahan terhadap perubahan suhu. b) Baja karbon (carbon steel)
Unsur pada baja cor dan baja tempa hampir sama, kecuali unsur Silikon (Si) dan Mangan (Mn) yang berfungsai mengikat O2. Baja cor dihasilkan dari penambahan karbon sekitar 0,05 % sampai 1,7 % pada besi murni (Ferrit). Baja ini dibedakan menjadi :
- Baja karbon rendah (unsur C < 0,3 %)
Semakin sedikit unsur karbon yang ada maka semakin mendekati sifat besi murni. Baja karbon rendah ditinjau dari kekuatannya memiliki sifat sedang, liat, serta tangguh. Baja ini mudah di mesin dan mampu las - Baja karbon sedang (unsur C 0,3 %-0,5 %)
Baja ini lebih keras dari baja karbon rendah, dan sifatnya juga lebih kuat dan tangguh tetapi kurang liat. Sifat baja karbon sedang dapat diubah dengan cara Heat Treatment atau pembentukannya dengan cara ditempa. - Baja karbon tinggi (unsur C > 0,5 %)
7
untuk mengurangi sifat getasnya di Temper. Baja jenis ini dipergunakan untuk pembuatan pegas, alat-alat pertanian dan lain-lain.
AISI (American Iron and Steel Institute) dan SAE (Societi of Automotive Engineers) memberi kode untuk baja karbon biasanya dengan seri 10xx. Dua angka terakhir menunjukan kandungan karbon (C) dalam baja tersebut. Sebagai contoh : seri 1050 berarti baja karbon dengan kandungan C sebesar 0,50% berat. Seri 1080 berarti baja karbon dengan kandungan karbon sebesar 0,80% berat.
c) Baja tahan karat (stainless steel)
Sifat baja tahan terhadap hampir semua kondisi karat (korosi), hal disebabkan karena baja ini mengandung paling sedikit 12% Chromium sebagai unsur paduannya. Baja tahan karat dibedakan menjadi :
- Baja tahan karat Austenitik - Baja tahan karat Ferritik
- Baja tahan karat Martensitik atau Perlit d) Baja perkakas (tool steel)
Baja ini mengandung unsurChromium (Cr), Tungsten (W), Vanadium dan Molibden (Mo), Sehingga membuat baja lebih tahan aus, tahan terhadap gesekan
serta mempunyai sifat keras yang baik.
Penambahan sejumlah elemen paduan pada baja ini akan memperbaiki serta melapisinya. Sehingga dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan, kincir angin, mesin, dan lainnya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan baja jenis baja karbon rendah yaitu baja zincallume ( G550 ). Dimana baja G550 mempunyai arti memiliki tegangan dan kuat tarik minimum sebesar 550 Mpa (5500kg/cm2) serta memiliki kandungan kimia logam dasar diantaranya C 0,20%, Mn 1,20%, P 0,040%, dan S 0,030% dan baja ini mempunyai lapisan pelindung terhadap korosi
8
Lapisan pelindung seng, alumunium, dan silicon (Zincalume/AZ) dengan komposisi sebagai berikut:
- 55% Alumunium (Al) - 43,5% Seng (Zinc) - 1,5% Silicon (Si)
- Dan ketebalan pelapisan : 50 gr/m² (AZ 50)
Penulis memilih baja jenis baja ini dikarenakan baja karbon rendah lebih mudah terkorosi dan yang diteliti adalah laju korosi pada baja. Karena untuk mengetahui ketahanan bahan tersebut terhadap korosi lingkungan.
9
Tabel 2.2 Komposisi kimia logam dasar ( Sumber : SNI 4096 : 2007 ” BJ.L AS ” )
Tabel 2.3 Sifat mekanis ( Sumber : SNI 4096 : 2007 ” BJ.L AS ” )
2.1.3. Sifat-Sifat Baja Karbon Rendah :
1. Liat atau ulet (memiliki kekuatan tarik tinggi) 2. Tangguh
3. Mudah dimesin (diolah). Contohnya dirol (rol dingin atau rol panas)
4. Mudah dilas
10
yang diinginkan kandungan karbonnya adalah selalu lebih rendah. Hal ini untuk mempertahankan sifat-sifat mekanis dari baja tersebut. Tetapi apabila ditinjau dari mampu las, kadar karbon harus sampai batas tertentu. Semakin sedikit kandungan karbon dalam baja, maka baja akan semakin mendekati sifat besi murni.
2.1.4. Baja Zincallume
Baja lapis Zincallume merupakan baja lembaran lapis logam yang merupakan salah satu produk baja yang terpesat pertumbuhan kebutuhannya di dunia. Lebih dari 25 juta ton baja jenis ini telah di produksi di seluruh dunia sejak pengembangannya pada tahun 1972.
Baja Zincallume adalah baja yang dilapisi oleh logam campuran 55% Aluminium, 43,5% Zinc (Seng), dan 1,5% Silicon. Unsur Si selalu terdapat dalam baja. Unsur ini menurunkan laju perkembangan gas, sehingga mengurangi sifat berpori baja. Si akan menaikan tegangan tarik, menurunkan kecepatan pendinginan kritis, dan memberikan sifat mampu las dan mampu tempa pada baja. Dengan komposisi yang akurat dan teknologi yang tinggi zincallume memberikan perlindungan terhadap korosi. Baja Zincallume diproduksi melalui proses baja celup panas ( Hot–Dipping ) secara kontinyu pada temperatur tertentu. Zincallume itu sendiri mengkombinasi sifat – sifat utama dari logam Baja, Zinc (Seng), dan Al (Aluminium).
11
mengalami perubahan warna permukaannya. Hal ini menjadikan zincallume selain sebagai bahan atap yang unggul dan tidak memperbesar api saat terjadi kebakaran yang juga tidak menimbulkan asap yang banyak saat terjadi kebakaran dan juga ideal untuk pemanggang roti, oven, dan pemanas gas.
Gambar 2.1 Lapisan zincallume pada baja
Dalam penelitian ini praktikan menggunakan Baja tersebut karena memiliki kualitas lapisan tahan korisi yang baik. Baja ini sudah diolah oleh berbagai industri untuk dijual di pasaran. Salah satunya dari produk
SMARTRUSS dari PT BLUESCOPE LYSAGHT INDONESIA dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 2.4 : Spesifikasi Produk Baja Zincallume
Spesifikasi Produk
Bahan Dasar Baja lapis seng (mengandung logam campuran alumunium dan seng)
Jenis Ketebalan 0,25 mm - 0,80 mm Lebar yang tersedia 762 mm sampai 1219 mm
Komposisi Bahan 55% Alumunium 43,5% Zinc 1,5% Si
Berat Tergantung bentuk dan ukuran
Remarks
12
Bahan Dasar : Zinc (Zn), Alumunium (Al), Timah hitam (Pb), dan Besi (Fe) Jenis Ketebalan : C 75.100 = 1.00 mm
C 75.75 = 0.75 mm C 100.100 = 1.00 mm
Komposisi Bahan : 55% Al, 43,5% Zinc, dan 1,5% Si Berat : Main Truss (C 75.100) = 1,295 kg/m Main Truss (C 75.75) = 1,125 kg/m Main Truss (C 100.100) = 1,410 kg/m Reng ( U Type) 0,6 TCT = 0,717 kg/m Talang Dalam (Valley Gutter) = 1,23 kg
2.1.4.1. Keunggulan Baja Zincallume
Kuat ( Karena mengandung baja )
Anti - finger marking ( resin ), yaitu tidak membekas jika disentuh Memberikan perlindungan dari korosi ( dari sifat Al dan Zn ) Tahan terhadap temperatur tinggi
Ringan, flexibel, anti rayap Ramah lingkungan
2.1.4.2. Manfaat Baja Zincallume
13
Digunakan pada industri pesawat terbang dengan tambahan Lithium
Digunakan sebagai tutup botol dan kaleng makanan
Digunakan untuk rangka atap bangunan,dan industri-industri. Sebagai body mobil, konstruksi boiler, dan sebagainya
2.2 Seng ( Zinc )
Seng ( Zinc ) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.
Dalam industri, zinc mempunyai manfaat antara lain :
Melapisi besi atau baja untuk mencegah proses korosi Digunakan untuk bahan batere
Sebagai cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk Dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat dan tinta
14
2.3 Aluminium
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat mekanik,
ketahanan korosi dan hantaran listrik yang baik. Logam ini dipergunakan secara
luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga, tetapi juga dipakai untuk keperluan
material pesawat terbang, otomotif, kapal laut, konstruksi dan lain – lain. Untuk
mendapatkan peningkatan kekuatan mekanik, biasanya logam aluminium
dipadukan dengan unsur Cu, Si Mg, Ni, dan sebagainya.
Aluminium termasuk logam yang lunak dan liat serta mudah ditempa,
digiling dan ditarik. Secara dingin maupun secara panas. Dilas dan di solder
dalam prakteknya sukar sekali, karena mudah menjadi lepas. Juga dengan
pengerjaan mesin sedikit sukar, terutama yang menggunakan alat potong biasa.
Aluminium mempunyai afinitas yang besar terhadap oksigen hingga membentuk
oksida yang sangat kedap dan melindungi logam dibawahnya. Aluminium
mempunyai daya hantar listrik 60% dari tembaga dan 3,5 kali dari besi. Oleh
karena itu sekarang banyak digunakan sebagai kawat listrik dan aplikasi lainya.
2.4 Korosi
Korosi (karat) gejala destruktif yang mempengaruhi semua logam. Walaupun besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan, tetapi besi paling banyak digunakan dan relatif cepat korosi.
Pencegahan korosi atau karat sejak awal sampai sekarang, banyak membebani peradaban manusia dikarenakan :
a. Biaya korosi sangat mahal, baik akibat korosi maupun pencegahannya. b. Korosi sangat memboroskan semua logam di dunia
15
Definisi korosi adalah rusaknya suatu bahan atau menurunnya kualitas bahan karena terjadi reaksi dengan lingkungan sekitar.
Kebanyakan proses korosi adalah melalui proses elektrokimia beberapa secara kimiawi. Korosi terjadi pada logam, karena kebanyakan logam ditemukan di alam dalam bentuk oksida atau logam cenderung kembali ke keadaan pada saat ditemukan. Logam adalah konduktor listrik, sehingga memungkinkan terjadi proses elektrokimia.
Plastik tidak ada kecenderungan kembali ke kondisi alam. Korosi pada plastik terjadi karena reaksi dengan lingkungannya. Reaksi elektrokimia pada korosi logam biasanya secara elektrokimia yaitu dari anoda menuju katoda. Oksidasi adalah kehilangan elektron (terjadi di anoda), sedangkan reduksi adalah mengembalikan ion menjadi atom (terjadi di katoda).
Korosi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Korosi Logam Sejenis
b. Korosi Logam Tak Sejenis
Adalah korosi karena tergantung dari logam yang berlainan, disebut juga korosi dwi logam atau korosi galvanis. Terjadinya korosi galvanis tergantung pada posisi relatif logam-logam tersebut pada deret galvanik. Deret galvanik menyatakan potensial relatif antara logam-logam pada kondisi tertentu.
Perbedaan deret galvanik (DG) dengan deret elektrokimia (DEK) :
a. DEK : Data elektrokimia yang mutlak, untuk perhitungan yang teliti
DG :Data hubungan antara logam yang satu dengan lainnya dari hasil kualitatif
b. DEK : Memuat data dari unsur-unsur logam
16
c. DEK : Diukur pada kondisi standar
DG : Diukur pada kondisi sembarang yang tertentu
2.4.1 Macam-Macam Korosi
Korosi dibedakan atau diklasifikasikan menurut penampakan logam yang terkorosi, adapun macam-macam korosi adalah sebagai berikut :
a. Korosi Merata
Adalah proses kimiawi atom elektrokimia berlangsung secara diseluruh permukaan logam yang berhadapan dengan lingkungan pengkorosi. Korosi ini mudah dikontrol dengan cara Coating, Inkhibitor (memakai bahan kimia), proteksi katodik.
b. Korosi Dwi Logam
Diakibatkan adanya dua logam yang tak sejenis. c. Korosi kondisi pada air laut(Pitting)
Adalah korosi dipermukaan benda kerja yang berbentuk lubang-lubang karena sangat destruktif (bahaya), sulit dicek, dapat menyebabkan runtuhnya konstruksi dengan tak terduga. Dan untuk menghindarinya dipakai bahan-bahan yang tidak mempunyai korosi pitting antara lain : baja tahan karat 304, baja tahan karat 316, tembaga, Incoloy, besi tuang, kuningan, perunggu, titanium dan masih banyak bahan yang tahan tehadap korosi Pitting.
d. Korosi Celah(Crevice)
17
Untuk menghindari korosi celah adalah menggunakan sambungan las, bahan keling atau baut serta menggunakan gasket yang tidak menyerap cairan (memakai teflon).
e. Korosi antar butir atau batas butir(Intergranuler)
Terjadi karena pada daerah batas butir akibat adanya endapan atau mengandung senyawa lain. Adapun cara untuk menghindari korosi ini adalah menggunakan perlakuan panas dengan cairan yang bertemperatur tinggi sesudah pengelasan dan menurunkan kadar karbon, misalnya sampai 0,03 % sehingga tidak terbentuk Cr23C6 seperti pada Stainless Steel 304 (Fe, 18Cr, 8Ni).
2.4.2 Laju Korosi
Laju korosi untuk baja yang terendam dalam air maupun yang terletak di lingkungan air laut dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor antara lain :
a. Karbon dioksida.
Karbon dioksida sangat mudah larut dalam air dingin, dan membentuk asam karbonat dengan PH 5,5 sampai 6.
b. Oksigen.
Oksigen akan meningkatkan efisiensi reaksi katoda dalam kondisi-kondisi basa yang selalu dijumpai pada ketel-ketel baja. Oksigen juga dapat menimbulkan sumuran atau peronggaan ketika terlempar keluar dari air saat temperatur naik dan masuk ke dalam sistem.
18
Garam magnesium dan kalsium yang terlarut mengendap dari air ketika menguap, membentuk selapis kerak pada permukaan logam. Ketika kerak menebal, laju perpindahan panas menurun sehingga efisiensi hilang dan mendatangkan resiko terjadinya pelekukan atau distorsi serta terbentuknya endapan kerak kosong.
Mutu air juga menentukan peranan yang besar. Meningkatnya laju aliran, khususnya ditempat terjadi olakan, juga meningkatkan laju korosi. Dalam air tawar, laju korosi sebesar 0,05 mm per tahun sudah biasa, walaupun mungkin laju itu turun hingga 0,01 mm per tahun bila endapan mengandung kapur sudah terbentuk. Dalam air laut laju korosi rata-rata berada di daerah antara 0,1 – 0,15 mm per tahun. Apabila terdapat kerak, atau lokasinya berada di daerah pasang surut dan keadaan basah atau kering yang berulang, angka diatas akan menjadi lebih besar. Laju korosi paling cepat untuk baja lunak dalam lingkungan laut karena terjadi hempasan gelombang dan karena disini terdapat banyak oksigen. Di sini laju hilangnya logam mungkin empat atau lima kali lebih cepat dibanding bila logam itu terendam seluruhnya di tempat yang sama.
d. Produksi korosi yang terjadi akan mempengaruhi korosi yang masuk.
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi Baja Karbon Di Daerah
Pantai
a. Ion klorida.
Sangat korosif terhadap logam yang mengandung besi. Baja karbon dan logam-logam besi biasa tidak dapat dipasifkan karena garam laut mengandung klorida lebih dari 55 %.
19
Hantaran yang tinggi memungkinkan anoda dan listrik katoda tetap bekerja kendati terpisah jauh, jadi peluang terkena korosi meningkat dan serangan total mungkin jauh lebih parah dibandingkan struktur yang sama pada air tawar.
c. Oksigen.
Korosi pada baja semakin besar dikendalikan secara katodik. Jadi kandungan oksigen yang tinggi akan meningkatkan korosi.
d. Kecepatan.
Laju korosi meningkat, khususnya bila ada aliran olakan. Udara (angin laut) yang bergerak mungkin menghancurkan lapisan penghalang karat, dan mengandung lebih banyak oksigen.
Selain itu benturan-benturan mempercepat penetrasi, sedangkan peronggaan memperbanyak permukaan baja yang tersingkap sehingga korosi berlanjut.
e. Temperatur.
Peningkatan temperatur sekitar cenderung mempercepat serangan korosi. Lingkungan pantai yang menjadi panas mungkin mengendapkan lapisan kerak yang protektif atau kehilangan sebagian oksigennya.
2.5 Pengujian Bahan
Pengujian bahan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat fisis dan mekanis dari spesimen yang diteliti.
20
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik maximum baja zincallume G550 yang telah mengalami korosi dibandingkan kekuatan tarik baja zincallume G550 mula-mula.
* Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari sifat-sifat logam dan perlakuan panas dengan mikroskop, serta memeriksa struktur logam. Bila cahaya yang dipantulkan masuk ke dalam lensa mikroskop metal, permukaan akan tampak terlihat dengan jelas. Bila berkas dipantulkan dan tidak mengenai lensa, daerah itu akan tampak hitam.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Skema Penelitian
Pengamatan bahan : 1. Perubahan berat 2. Ketebalan 3. Struktur mikro
Pembuatan spesimen
Jarak ±50 km dari pantai
Jarak ±80 km dari pantai Jarak ±20 km
dari pantai
Hasil Penelitian Dan pembahasan Dekat pantai
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 2 3 4
Persiapan Bahan
22
3.2 Persiapan Bahan
Penelitian ini menggunakan profil Baja Zincallume G550 yang banyak dijumpai di pasaran dan praktikan menggunakan Baja Zincallume profil C75 100 yang berarti Tinggi: 7,5 cm dan Tebal: 1 mm. Komposisi utama dari baja zincallume adalah karbon rendah sebesar 0,20%, dan sisanya adalah unsur logam paduan lain seperti Mn, P, dan S. Dengan kuat luluh dan kuat tarik minimum sebesar 550 N/mm² (5500 kg/cm²) . Untuk lebih jelasnya dari data komposisi kimia yang terkandung dari bahan awal terdapat pada tabel 2.2.
3.3Pembuatan Spesimen
Sebelum penelitian dimulai, plat baja tersebut dibuat spesimen sesuai dengan ukuran-ukuran standart ASTM A 370 dan pembuatan spesimen menggunakan mesin gerinda untuk memotong dan mesin milling untuk membentuk sesuai ukuran. Contoh mesin grinda terlihat pada Gambar 3.2.
23
Ukuran dari benda uji yang digunakan tidak mengacu pada ukuran standar, karena disesuaikan dengan ketersediaan bahan penelitian.
Gambar 3. 2 Ukuran dan bentuk spesimen di pasaran
Gambar 3.2 menunjukkan gambar ukuran spesimen di pasaran. Setelah pembuatan spesimen selesai sesuai ukuran yang di tentukan, maka langkah berikutnya adalah peletakan spesimen pada tempat perlakuan penelitian.Yaitu, spesimen di letakan pada udara bebas dengan variasi waktu dan jarak yang sudah ditentukan. Mulai dari dekat pantai, jarak ± 20 km, jarak ± 50 km, jarak ± 80 km dari pantai dan memakai variasi waktu 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan. Kemudian meneliti laju korosinya,struktur mikro, dan kekuatan tariknya.
3.4 Perlakuan Pada Spesimen
24
Maka, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari lapisan diberikan perlakuan sebagai berikut :
3.4.1 Spesimen dipotong dahulu
Perlakuan pertama pada spesimen adalah membentuk spesimen dari bentuk semula menjadi bentuk sesuai dengan ukuran ASTM A370 agar lebih mudah dalam melakukan penelitian kekuatan tariknya.
3.4.2 Spesimen di tempatkan di udara terbuka pada jarak yang sudah ditentukan a) Spesimen diletakan pada daerah dekat pantai.
b) Spesimen diletakan pada jarak ±20 km dari pantai. c) Spesimen diletakan pada jarak ±50 km dari pantai.
d) Dan yang terakhir, spesimen diletakan pada jarak ±80 km dari pantai.
3.4.3 Spesimen dibiarkan sesuai batas waktu yang sudah ditentukan.
a) Spesimen diletakan di lingkungan bebas dan dibiarkan selama variasi waktu 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
3.4.4 Pengamatan spesimen
a) Meneliti laju korosinya. b) Kekuatan tarik spesimen. c) Struktur mikro.
3.5 Peralatan Yang Digunakan
25
a. Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan spesimen : 1. Mesin Gerinda Potong
2. Kikir
3. Jangka Sorong 4. Mesin Milling
b. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian spesimen : 1. Timbangan Elektrik Digital
2. Mesin Uji Tarik
3. Mikroskop Metal dan Kamera
3.6 Pengujian dan Pengukuran Spesimen
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data dari spesimen yang mengalami korosi maupun yang tidak terkorosi, dimana data-data yang dihasilkan tersebut selanjutnya akan saling dibandingkan untuk melihat hasil perubahan pada setiap spesimen sesuai perlakuannya dengan yang tanpa perlakuan (mula-mula). 3.6.1 Pengukuran Berat
26
Gambar 3.3 Timbangan elektrik digital
3.6.2 Pengukuran Ketebalan
Pengukuran ketebalan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, di Laboratorium Ilmu Logam Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.6.3 Pengujian Uji Tarik
Dalam pengujian uji tarik ini, praktikan memakai alat Uji Tarik di Laboratorium Ilmu Logam Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pengamatan dalam pengujian Uji Tarik ini dilakukan untuk mendapatkan data Kekuatan Tarik Baja Zincallume setelah mengalami korosi.
27
Gambar 3.4 Alat Uji Tarik
Gambar 3.5 Pemasangan Spesimen
3.6.4 Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro bertujuan untuk membandingkan struktur mikro antara spesimen yang sudah terkorosi dan spesimen mula-mula.
28
Spesimen yang sudah mengalami perlakuan hanya dibersihkan memakai kain dahulu. Setelah itu spesimen-spesimen tersebut diletakan pada mikroskop kamera. Setelah itu kita atur terlebih dahulu lensa pada mikroskop. Prosedur ini tidak seperti layaknya prosedur dalam pengamatan struktur mikro biasanya di karenakan baja G550 yang digunakan praktikan sebagai spesimen memiliki lapisan Zinc, Alumunium, dan Silicon yang baik di permukaannya dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat menimbulkan korosi pada lapisan permukaan baja tersebut dan Gambar 3.6 adalah mikroskop yang digunakan praktikan untuk melakukan struktur mikro.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Laju Korosi
Dalam penghitungan laju korosi digunakan dengan dua cara penghitungan, yaitu dengan menggunakan perubahan berat spesimen, hasil selisih berat, perubahan tebal, dan selisih tebal spesimen sebelum hingga sesudah terkorosi.
4.1.1 Penghitungan Laju korosi Dengan Perubahan Berat dan Tebal Spesimen Rumus laju korosi dalam perubahan berat diperoleh melalui tahap awal mencari selisih berat:
Laju korosi berat = dengan :
∆y = selisih berat (gr)
t = waktu (bulan)
L = luas seluruh penampang (dm²) Dari rumus di atas :
∆y = berat awal – berat setelah dibersihkan dari karat L = luas penampang muka + luas penampang samping
30
angka di belakang koma. Bentuk serta ukuran spesimen belum terkorosi dan spesimen yang sudah terkorosi untuk setiap perlakuan semuanya sama.
Perhitungan laju korosi dalam perubahan tebal: Mula-mula yang dicari:
∆ T = T awal – T akhir Dengan:
∆ T = selisih tebal (mm)
T awal = tebal awal (mm)
T akhir = tebal akhir (mm)
Dari rumus di atas menjadi:
Laju korosi tebal =
Dengan:
∆ T = selisih tebal (mm)
t = waktu (bulan)
4.1.2 Penghitungan untuk kekuatan tarik pada uji tarik baja zincallume G550: Pertama kali mencari luas penampang spesimen:
Luas penampang = T × l Dengan:
T = tebal (mm)
31
Dari rumus di atas dapat di dapat:
Tegangan Maximal =
4.2 Data Hasil Penelitian
32
Tebal baja zincallume G550 = 1 mm Luas penampang muka = 6500 mm² Luas penampang samping = 440 mm²
Luas seluruh penampang = 6940 mm² = 0,694 dm²
DATA LAJU KOROSI BAJA ZINCALLUME DEKAT PANTAI
No
33
DATA LAJU KOROSI BAJA ZINCALLUME JARAK ±20 km
No
34
DATA LAJU KOROSI BAJA ZINCALLUME JARAK ±50 km
No
35
DATA LAJU KOROSI BAJA ZINCALLUME JARAK ±80 km
No
Tabel 4.4 Data laju korosi baja zincallume jarak ±80 km dari pantai
36
Dari tabel laju korosi tersebut didapatkan gambar grafik laju korosi baja zincallume G550 yang sudah diletakkan pada lingkungan korosif.
37
Gambar 4.2 Grafik laju korosi berat baja zincallume G550 jarak ±20 km dari pantai
38
Gambar 4.4 Grafik laju korosi berat baja zincallume G550 jarak ±80 km dari pantai
39
Gambar 4.5 Grafik laju korosi tebal pada baja zincallume G550 dekat pantai
40
Gambar 4.7 Grafik laju korosi tebal pada baja zincallume G550 jarak ±50 km dari pantai
Gambar 4.8 Grafik laju korosi tebal pada baja zincallume G550 jarak ±80 km dari pantai
41
Dari tabel dan grafik laju korosi berat dan tebal dapat dilihat perbandingan perubahan berat yang terjadi pada tiap spesimen tidak terlalu besar. Apalagi dari hasil pengamatan pabrik yang mengolah baja tersebut dalam kurun waktu 6 tahun baja zincallume di daerah tepi pantai ekstrim masih belum mengalami korosi, sedangkan praktikan hanya melakukan penelitian dalam waktu 4 bulan. Pengaruh perubahan berat pada spesimen yang terbesar adalah pada waktu paling lama ( 4 bulan ) dan dekat pantai. Dari data pada tabel tersebut spesimen mengalami penurunan berat. Menurut teori, baja yang terkorosi akan mengalami penurunan berat, namun kenaikan berat bisa juga terjadi karena bahan pengkorosi melekat pada bahan.
Selain data perubahan berat dan tebal, praktikan juga melakukan pengamatan pada kekuatan tarik Baja Zincallume tersebut dengan menggunakan alat Uji Tarik yang ada di Laboratorium Ilmu Logam Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma YOGYAKARTA dan dari hasil pengamatan Uji Tarik tersebut ditemukan hasilnya yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Dari data pada tabel dapat diperoleh grafik kekuatan tarik baja zincallume G550 yang telah diletakan di lingkungan korosif mulai dari 1 hingga 4 bulan.
DATA PENGUJIAN TARIK BAJA ZINCALUME (DEKAT PANTAI)
42 Tabel 4.5 Data uji tarik baja zincallume G550 dekat pantai
DATA PENGUJIAN TARIK BAJA ZINCALUME (±20 km dari PANTAI)
No
Tabel 4.6 Data uji tarik baja zincallume G550 jarak ± 20 km dari pantai
DATA PENGUJIAN TARIK BAJA ZINCALUME (±50 km dari PANTAI)
43
Tabel 4.7 Data uji tarik baja zincallume G550 jarak ± 50 km dari pantai
DATA PENGUJIAN TARIK BAJA ZINCALUME (±80 km dari PANTAI)
No
Tabel 4.8 Data uji tarik baja zincallume G550 jarak ± 80 km dari pantai
44
Gambar 4.9 Grafik kekuatan tarik baja zincallume G550 dekat pantai
Gambar 4.10 Grafik kekuatan tarik baja zincallume G550 jarak ±20 km dari pantai
45
Gambar 4.11 Grafik kekuatan tarik baja zincallume G550 jarak ±50 km dari pantai
46
Dari pengamatan uji tarik pada spesimen yang mendapat perlakuan tersebut dapat kita lihat
perbedaan yang tidak besar untuk setiap spesimen yang mendapat perlakuan berbeda. Karena pada permukaan baja zincalume tersebut belum begitu mengalami korosi dan korosi hanya terjadi pada bagian potongan-potongannya saja. Hal itu disebabkan oleh lapisan baja tersebut yang kuat sehingga butuh waktu bertahun-tahun supaya baja zincallume tersebut mengalami korosi pada lingkungan korosif.
4.3 Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro dilakukan pada semua spesimen. Mulai dari spesimen dengan waktu 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, hingga 4 bulan dan yang diletakan pada jarak dekat pantai, jarak ±20 km, ±50 km, dan ±80 km dari pantai. Hasil pengamatan struktur mikro pada spesimen baja zincallume G550 baik yang sudah mengalami korosi maupun belum terkorosi, menunjukkan perbedaan batas butir pada lapisan baja tersebut.
47
Gambar 4.14 Struktur mikro baja zincallume G550 dekat pantai selama 1 bulan
48
Gambar 4.16 Struktur mikro baja zincallume G550 dekat pantai selama 3 bulan
Gambar 4.17 Struktur mikro baja zincallume G550 dekat pantai selama 4 bulan
Gambar-gambar di atas merupakan gambar struktur mikro dari spesimen telah mengalami korosi dengan jelas dan yang saya tampilkan pada bab 4 ini hanya sebagian dari gambar spesimen yang diletakan di lingkungan korosif dalam waktu 1-4 bulan. Untuk kelengkapan gambar ada pada bagian lampiran gambar di halaman belakang. Karena hampir semua spesimen tidak begitu
49
4.3.1 Perhitungan Perbesaran Foto Mikro
50
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian, pengujian, dan pengamatan yang telah dilakukan mulai dari 1 hingga 4 bulan oleh praktikan menghasilkan data pengamatan dan dapat diambil kesimpulan dari data tersebut sebagai berikut :
1) Dari hasil pengamatan laju korosi pada baja zincallume G550 untuk berat dan tebal mempunyai kesimpulan sebagai berikut:
a) Baja zincallume dalam penelitian ini hanya mengalami korosi pada bagian samping atau pada bagian potongannya saja saat pembentukan spesimen, sehingga disini praktikan hanya melakukan penelitian sebatas pada korosi yang terjadi pada bagian yang mengalami korosi saja.
b)Pada laju korosi berat terjadi penurunan seiring bertambahnya waktu dilihat dari laju korosi berat baja zincallume G550 pada waktu 1 bulan sebesar 7,584 gr/bulan dm² dan makin menurun pada bulan ke empat dengan laju korosi berat sebesar 2,837 gr/bulan dm².
52
2) Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa makin jauh dari pantai, efek pengurangan kekuatan baja zincallume G550 semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari data kekuatan tarik spesimen pada lingkungan pantai dalam waktu 4 bulan menurun hingga 10,24 kg/mm² yaitu kekuatan mula-mula 63,62 kg/mm² menjadi 53,38 kg/mm² sedangkan pada jarak ±80 km dari pantai hanya terjadi penurunan 2,23 kg/mm² menjadi 61,39 kg/mm² dari kekuatan mula-mula. 3) Untuk struktur mikro baja zincallume G550 memiliki perbedaan struktur pada lapisan baja
tersebut dan dapat dilihat dari batas butir dari setiap spesimen. Spesimen mula-mula memiliki batas butir lebih rapat hingga terlihat gelap dibandingkan spesimen yang telah diletakkan di lingkungan korosif. Hal ini terlihat dari batas butir spesimen yang mengalami kerenggangan pada spesimen yang telah diletakan di lingkungan korosif.
5.2 Saran
1. Waktu yang diberikan hanya 4 bulan sedangkan baja zincallume mempunyai lapisan korosi yang tebal dan menurut pabrik yang memproduksi baru dalam 6 tahun baja tersebut terkorosi dalam lingkungan dekat pantai.
2. Dalam proses pengamatan struktur mikro dan penimbangan perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menghambat pada penelitian seperti :
Keterbatasan dalam hal waktu
Sering muncul kondisi dimana kalibrasi timbangan elektrik digital tidak valid, sehingga mempengaruhi hasil perubahan berat spesimen
53
3. Perawatan dan perbaikan alat uji yang ada di setiap laboratorium sebaiknya dilakukan secara baik dan teratur dan bila perlu ditambah dengan alat uji yang lebih bagus dan teliti. 4. Buku-buku referensi tentang bahan yang ada di perpustakaan sebaiknya diperbanyak. 5. Alat-alat pendukung tugas akhir, khususnya alat-alat uji komposisi sebaiknya disediakan
dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Amstead. B.H, Philip.F.O, Myron.L.B.1993. Teknologi Mekanik. edisi ke 7, Erlangga, Jakarta.
Craig H L Jr ( ed ). 1972. Stress – corrosion cracking of metals – a state of the art. ASTM-STP 518.
Dieter,G.E. 1987. Metalurgi Mekanik, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Hertzberg R W 1976. Deformation and fracture mechanics of engineering materials. John Wiley.
Knott J F. 1973. Fundamentals of fracture mechanics. Butterworths.
KR. Tretheway, J. Chamberlain. 1991. Korosi, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Prof. DR. Saito, S. 2005. Pengetahuan Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.
SNI 4096:2007. Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium – seng
(Bj.L AS). ---
Vlack, V, Djaprie, S. 1983. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan Logam). Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta
www.google/besibaja.com www.google/pryda.com
www.googlle/bluescopesteel.com