• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERTUKAR GAGASAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERTUKAR GAGASAN SKRIPSI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 UNISMUH MAKASSAR DENGAN

MENGGUNAKAN METODE BERTUKAR GAGASAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

NURUL ALFI YUNITA 105331106216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

4 ii iii iv iv

(5)
(6)

MOTO

“ Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai

dalam lima bab. Maka jadilah maha karya untuk meraih gelar

sarjana ”

Tetaplah Bersyukur

Bisa jadi, hidup yang kita keluhkan berat dengan masalah

adalah kehidupan yang orang lain inginkan

Dan ingat ini ketika mulai merasa lelah,

Allah selalu menyemangati dengan

“Hayya „alal falaah”

Bahwa jarak kemenangan hanya berkisar

antara kening dan sajadah

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, tiada kata yang pantas saya

ucapkan

selain rasa syukur atas apa yang telah saya capai saat ini

Kupersembahkan karya tulis ini sebagai bukti atas amanah

dan tanggung jawab yang diberikan kepadaku

Teruntuk ayah, ibu dan saudaraku yang amat saya sayangi,

Terima kasih yang tak terhingga atas cinta, kasih sayang, doa

dan semangat yang tak pernah putus mengiringi langkahku…

Teruntuk suamiku yang amat saya cintai terima kasih atas

keridhoan

serta keikhlasanmu, motivasi dan dorongan

kepada istrimu untuk mengukir masa depan.

Tidak ada kata yang pantas saya ucapkan selain maaf

atas segala kesalahanku Semoga apa yang saya raih saat ini

bisa mengukir sedikit kebahagiaan untukmu.

(8)

ABSTRAK

Nurul Alfi Yunita, 2020, Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar Metode Bertukar Gagasan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dibimbing oleh Dr. M. Agus, M.Pd dan Andi Syamsul Alam, S.Pd., M.Pd.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah keterampilan berbicara siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat dengan menggunakan metode bertukar gagasan dalam debat?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan meningkat atau tidak meningkatnya keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa melalui metode bertukar gagasan siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I siswa belum memenuhi kriteria presentase ketuntasan keterampilan berbicara siswa yang ditentukan. Adapun KKM yang ditentukan yaitu 75. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pada siklus II, nilai rata-rata siklus I yaitu 71,25 sedangkan siklus II yaitu 77,82. Dengan penerapan yang dilakukan mulai dari siklus I hingga pada siklus II terbukti siswa lebih aktif untuk mengungkapkan gagasannya. Hal ini terjadi karena selain kesempatan siswa untuk berlatih berbicara di dalam kelas cukup banyak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keteramp[ilan berbicara siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dapat meningkat dengan menggunakan metode bertukar gagasan dalam debat.

Kata kunci : Keterampilan Berbicara, Bertukar Gagasan, Debat

(9)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain memuji dan bersyukur atas hadirat Allah Swt, sang sutradara kehidupan yang maha menentukan setiap detail takdir dan menentukan hikmah sebaliknya. Atas rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal ini.

Tak lupa pula penulis kirimkan salawat dan taslim kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad sallallahu alahi wassalam yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah atau zaman pembodohan menuju zaman yang terang benderang. Beliaulah yang mengajarkan arti kesabaran, ketaatan, dan ketekunan yang menjadi suri tauladan bagi umatnya. Oleh karena itu, kita sebagai umatnya patutlah kiranya kita senantiasa taat dijalannya sehingga kita bisa selamat dunia dan akhirat.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam Kketerbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya

(10)

dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, namun berkat bimbingan, motivasi, bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak, segala tantangan yang dihadapi penulis dapat mengatasinya. Oleh karena itu terima kasih yang sedalam-dalamnya dan sembah sujud Ananda haturkan kepada Ayah Pagaruddin Daeng Pali dan Ibunda Saenab Daeng So’na yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta keikhlasannya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan penulis. Semoga penulis dapat membalas setiap tetes demi tetes keringat yang tercurah demi membantu penulis menjadi seorang manusia yang berguna dan bermanfaat.

Selanjutmya ucapan yang sama kepada; Dr.M.Agus,M.Pd. dan Andi Syamsul Alam,S.Pd.,M.Pd. masing-masing pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Prof.Dr.H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Unversitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib,M.Pd.,Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan sarana dan prasarana perkuliahan. Dr.Munirah,M.Pd. Ketua Jurusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang Muhammad Anwar, Nur Ismi Aulia

(11)

dan suami tercinta Ferdiansyah Mimika Amir penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama penulis mengerjakan skripsi ini. Atas bantuan moril maupun material serta doa dan dukungannya. Teman-teman seperjuangan khususnya Kelas B Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2016 dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya, namun telah berjasa dalam penyelesaian proposal ini. Semoga kebaikan dan keikhlasan serta bantuan dari semua pihak bernilai ibadah disisi Allah Swt.

Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang turut memberikan andil dalam penyusunan skripsi ini mendapat pahala dari Allah Swt. Semoga kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan proposal ini akan semakin memotivasi penulis dalam belajar dan terutama bagi kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aamiin Yaa Rabbal Alamin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Desember 2020

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv SURAT PERJANJIAN ... v BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Penelitian yang Relevan ... 6

2. Keterampilan Berbahasa ... 7

3. Aspek-aspek Kebahasaan ... 8

4. Hakikat Berbicara... 11

5. Tujuan Berbicara ... 12

6. Faktor yang memengaruhi Efektivitas Berbicara ... 13

7. Cara Mengatasi Kecemasan Berbicara... 14

8. Ciri-ciri Pembicara yang Ideal ... 14

9. Metode Pengajaran Berbicara ... 17

10.Faktor Penunjang Keektifan Berbicara ... 17

11.Deinisi Metode Bertukar Gagasan ... 22

B. Kerangka Pikir ... 27

C. Hipotesis Tindakan... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30 xii

(13)

B. Lokasi dan Subyek PenelitiaN ... 31

C. Faktor yang diselidiki ... 32

D. Prosedur Penelitian... 32

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Kriteria Penilaian ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 68

Lampiran

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa sesorang mencerminkan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbicara berarti pula melatih keterampilan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.

(15)

Sehubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi setiap pengguna bahasa harus terampil berbicara agar komunikasi berbahasa dapat berjalan dengan lancar. Seseorang yang terampil berbicara akan mudah dan lancar dalam menyampaikan pikiran dan perasaannya. Dengan demikian pendengar akan mudah memahami dan menangkap isi atau maksud yang disampaikan oleh pembicara.

Defenisi berbicara juga dikemukakan oleh Tarigan (Munirah, 2008:16). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

Komponen yang paling penting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara. Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran bahasa di sekolah yang memegang peranan penting ialah pembelajaran keterampilan berbicara. Mengingat keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki, maka keterampilan ini perlu dibina dan dikembangkan. Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan berbicara siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya. Para siswa dalam proses pendidikannya dituntut terampil berbicara. Mereka dapat mengekspresikan pengetahuan yang telah mereka miliki secara lisan maupun tulisan. Mereka pun harus

(16)

terampil mengajukan pertanyaan untuk menggali dan mendapatkan informasi apa lagi dalam kegiatan debat, tanya jawab, diskusi, mereka dituntut terampil adu argumentasi, terampil menjelaskan persoalan dan cara pemecahannya, dan terampil menarik simpati para pendengarnya. Metode bertukar gagasan dalam pembelajaran sering digunakan, yaitu dalam pembelajaran debat. Metode debat ini termasuk metode yang dapat menyalurkangagasan, ide, dan pendapatnya dan sangat memudahkan anak didik. Keterampilan berbicara siswa SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar belum mencapai kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Melihat keadaan ini, sehingga aspek keterampilan berbicara sangat penting dipelajari oleh siswa. Adapun cara yang digunakan Untuk meningkatkan aspek keterampilan berbicara siswa yaitu dalam proses pembelajaran siswa harus dilibatkan. Jadi seorang guru harus mempersiapkan rancangan pembelajaran keterampilan berbicara sesuai dengan metode yang akan digunakan. Metode bertukar gagasan dalam pembeljaran ini sangat membantu guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan memotivasi siswa ikut aktif dan berpartisipasi saat proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis mengangkat judul penelitian yaitu “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dengan Menggunakan Metode Bertukar Gagasan”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah keterampilan berbicara siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat dengan menggunakan metode bertukar gagasan ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dengan menggunakan metode bertukar gagasan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi ilmu pengetahuan khususnya tentang upaya peningkatan keterampilan berbicara Siswa SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dengan menggunakan metode bertukar gagasan. 2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan metode bagi berbagai pihak baik guru, siswa,sekolah dan peneliti guna peningkatan keterampilan berbicara Siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar dengan menggunakan metode

(18)

bertukar gagasan, kemudian dapat menjadi alternatif cara belajar berbicara yang efektif dan tepat bagi siswa, serta dapat menjadi sumbangan ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran berbicara yang lebih baik lagi bagi sekolah

(19)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang relevan

Salah satu penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan Herlina (2016) dengan judul “peningkatan keterampilan berbicara bahasa bugis melalui teknik bermain peran pada siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Pare-pare” terdapat persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu peningkatan keterampilan berbicara perbedaannya terdapat pada metode yang digunakan yaitu melalui teknik bermain peran, hasil penelitian dengan judul peningkatan keterampilan berbicara bahasa bugis melalui teknikbermain peran pada siswa kelas VII A SMP Negeri 12 Pare-pare mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata nilai yang dicapai sebesar 85,5 dan presentase ketuntasan tercapai 88%.

Nirmawati (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan keterampilan berbicara melalui penerapan metode diskusi siswa kelas VIII C SMP Negeri 33 Makassar” berdasarkan hasil peneliti yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa melalui diskusi mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata nilai yang dicapai sebesar 80,49 dan presentase ketuntasan tercapai 82%.

(20)

2. Keterampilan Berbahasa

a. Pengertian Keterampilan Berbahasa

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasai melalui lisan dan tulisan. Berkomunikasi mealaui lisan dilakukan dalam bentuk simbol bunyi dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Pada kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahasa adalah sistem lambang bunyi artikulasi (yang dihasilkan alat ucap) yang dipakai untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Widjono (2012: 20) menjabarkan bahasa adalah lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sedangkan keterampilan berbahasa keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Seorang guru juga memerlukan media bahasa dalam proses pembelajaran dan upaya pembelajaran. Secara optimal tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai jika kita mampu mempelajari keterampilan berbahasa dengan baik. Namun ada pula orang yang sangat lemah tingkat keterampilan berbahasanya sehingga menimbulkan salah pengertian dalam komunikasi. Bahasa merupakan sarana berpikir yang pertama dan utama karena tanpa bahasa tidak mungkin manusia dapat berpikir mengenai objek tertentu, walaupun objek tersebut secara faktual tidak terlihat. Komunikasi sehari-hari alat yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa, baik berupa bahasa tulis maupun lisan. Bahasa sebagai sarana komunikasi tentunya mempunyai fungsi berdasarkan kebutuhan seseorang secara sadar

(21)

atau tidak sadar yang digunakannya. Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri, alat komunikasi, dan sarana untuk kontrol sosial sebagai alat komunikasi.

3. Aspek-aspek kebahasaan

Pada keterampilan berbahasa ada empat aspek yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif,sementara berbicar dan menulis merupakan aspek prodiktif. Pada aktivitas berbicara, pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Sementara dalam menyimak penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan penuturnya. Pada kegiatan menulis pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis dan dalam membaca penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan penulisnya.

a. Menyimak

Aderson (Munirah 2018) mengemukakan bahwa menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Begitu pula dengan Tarigan mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

(22)

b. Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis . (Tarigan, 1986: 7). Membaca terdiri atas lima jenis yaitu : membaca bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknis, membaca emosional, dan membaca bebas.

c. Menulis

Menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan,pikiran, atau perasaan secara tertulis, kegiatan menulis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau jenisbergantung pada tujuan menulis itu sendiri. Rusyana (1986) berpendapat bahwa berdasarkan tujuan penulisan, tulisan terdiri atas enam jenis, yaitu tulisan deskripsi, narasi, bahasa, argumentasi, dialog, dan surat.

d. Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran gagasan, dan perasaan (Tarigan, 2008 : 16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran gagasan atau perasaan

(23)

secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata.

Berdasarkan beberapa pendapat menurut para ahli maka peneliti menyisimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan atau menyampaikan maksud, ide, gagasan, pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi dengan struktur yang baik disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak .

Bahasa sesorang dapat mencerminkan pikirannya Semakin mahir seseorang dalam berbahasa maka semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa ini pula dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara memperbanyak latihan.

4. Hakikat Berbicara

Berbicara secara umum dapat dimaksudkan sebagai sebuah keterampilan guna menyampaikan ide, gagasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. Menurut Tarigan (1990 : 15), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Nurgiyantoro menambahkan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam

(24)

suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang bersangkutan. Selain itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara. Sedangkan wujud dari berbicara sendiri dipandang sebagai sebuah alat berkomunikasi dengan kebutuhan-kebutuhan penyimak penerima pesan yang telah disusun dalam pikiran pembicara. Pada intinya berbicara adalah sebuah kemampuan diri dalam mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang-lambang bunyi.

5. Tujuan berbicara

Tujuan berbicara dapat tercapai setelah kegiatan berbicara selesai. Pada dasarnya tujuan utama seseorang berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dua orang atau lebih sehingga pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Esensi dari tujuan berbicara itu sendiri adalah kegiatan berbicara untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan dan menggerakkan. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya dan harus mengetahui segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform),

(25)

menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan.

6. Faktor yang mempengaruhi efektivitas berbicara

Efektivitas berbicara bergantung kepada berbagai faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi efiktivitas berbicara adalah faktor kecemasan berbicara dan bertukar gagasan. Gagasan adalah pesan dalam dunia batin seseorang yang hendak disampaikan kepada orang lain. Gagasan itu dapat berupa pengetahuan, pendirian, keinginan, perasaan, emosi, dan sebagainya (Widyamartaya, 1990: 1). Kecemasan berbicara, mempunyai makna yaitu keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang telah dipengaruhi oleh rasa cemas karena khawatir, takut dan gelisah (Tarigan, 1998: 80). Orang mengalami kecemasan berbicara karena beberapa hal yaitu :

a) Tidak tahu apa yang harus dilakukan, tahu bagaimana memulai pembicaraan, tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar, menghadapi sejumlah ketidakpastian.

b) Orang menderita kecemasan berbicara karena tahu akan dinilai berhadapan dengan penilaian membuat orang nervous.

c) Kecemasan berbicara dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai pembicara-pembicara

(26)

yang baik. Ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan situasi yang asing dan tidak siap.

7. Metode Pengajaran Berbicara

Menurut Tarigan (1998: 152) metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses dan pengalaman belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pengajaran berbicara antara lain adalah:

1) Relevan dengan tuntunan pengajaran,

2) Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran 3) Mengembangkan butir- butir keterampilan proses,

4) Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang, 5) Merangsang siswa untuk belajar,

6) Mengembangkan penampilan siswa,mengembangkan kreativitas siswa 7) Tidak menuntut peralatan yang rumit

8) Mudah dilaksanakan dan menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan

8. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Menurut Fatonah (2004: 59), faktor penunjang pada kegiatan berbicara ada dua macam yaitu:

a. Faktor Kebahasaan 1) Ketetapan ucapan

(27)

Seseorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Biasanya bentuk ucapan dan penyebutan yang digunakan tidak mesti sama, setiap penutur mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang digunakan sering berubah sesuai dengan pokok pembicaraan. Latar belakang penutur bahasa Indonesia tentu berbeda-beda, setiap penutur dipengaruhi oleh bahasa ibunya.

2) Penempatan tekanan, nada, durasi, dan intonasi yang sesuai

Kesesuaian penempatan tekanan, nada, durasi dan intonasi adalah daya tarik tersendiri saat berbicara, terkadang menjadi bagian penentu kesuksesan penyampaian lisan. Meskipun masalah yang dibicarakan kurang menarik tetapi pembicara pandai menempatkan tekanan, nada, durasi dan intonasi bicaranya sehingga penampilan dan masalahnya menjadi menarik, meskipun masalahnya konkret namun jika penyampaiannya datar saja, tanpa ada modifikasi irama, nada dan suara, maka pendengar merasa bosan dan keterampilan berbicara tentu berkurang dan tidak efektif.

3) Pilihan kata (Diksi)

Pilihan kata harus jelas, sesuai, tepat dan beragam. Jelas maksudnya agar pendengar mudah memahami yang akan menjadi objek. Pendengar semakin terdorong semangatnya dan mudah memahami arti kata jika yang didengarnya adalah kata-kata yang sering

(28)

didengar dan sudah diketahui. Kata asing ini pasti belum diketahui dan rasa ingin tahu meningkat, namun ini akan mengurangi kelancaran dalam berkomunikasi. Pilihan kata harus sinkron dengan pokok pembicaraan yang akan dipaparkan dan kepada siapa kita akan berbicara. Jika masalah yang dibicarakan adalah masalah ilmiah maka kata yang digunakan juga harus ilmiah dan baku. Cara menyampaikannya juga serius disesuaikan dengan situasi yang berlangsung.

4) Ketepatan penggunaan kalimat serta bahasanya

Ketepatan kalimat yang dimaksud terkait dengan penggunaan kalimat efektif yang digunakan agar lawan bicara mudah memahami maksud pembicara. Seorang penutur atau pembicara harus pandai menggunakan kalimat efektif, agar dapat membangkitkan pengaruh, menyimpan dingatan yang mandalam di hati pendengar. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap tidaknya unsur-unsur kalimat.

b. Faktor nonkebahasaan

Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh fator kebahasaan seperti yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebhasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan berbicara, dalam

(29)

proses belajar-mengajar, sebaiknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu ketika berbicara di depan umum. Yang termasuk faktor nonkebahasaan ialah :

1) Sikap pembicara

Seorang pembicara dituntut memiliki sifat positifketika berbicara maupun menunjukkan ototritas dan integritas pribadinya, tenang dan bersemangat dalam berbicara.

2) Pandangan mata

Seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat dalam pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandaangan mata yang tidak kondusif,misalnya melihat ke samping, ke atas, atau menunduk.

3) Keterbukaan

Seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur, dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan,atau gagasannya dan bersedia menerima kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau tidak dilandasi argumentasi yang kuat.

4) Gerak-gerik dan ekspresi wajah

Seorang pembicara dituntut mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari penggunaan

(30)

gerak-gerik yang berlebihan dan bertentangan dengan makna kata yang digunakan. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

5) Kenyaringan suara

Seseorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi, dan jumlah pendengar. Kenyaringan suara yang dimaksud bukan berbicara dengan berteriak, tetapi dengan suara yang dapat dipahami oleh semua pendengar dengan artikulasi yang jelas. Kenyaringan suara pembicara ditentukan oleh jumlah pendengar tempat dan situasi.

6) Kelancaran

Seorang pembicara percaya diri dan lancar akan memudahkan pendengar memahami maksud dan isi pembicaraannya. Kerap kita temukan pembicara dengan terputus-putus atau diselipkan dengan kata ee, aa. Hal tersebut sangat mengurangi konsentrasi pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

7) Penguasaan topik

Penguasaan topik juga termasuk faktor yang sangat penting dalam mencapai efektifitas keterampilan berbicara. Agar penyajian lisan berjalan dengan efektif maka perlu penguasaan topik yang baik dan persiapan yang matang agar dapat meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri.

(31)

Bersumber pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi kegiatan berbicara seseorang adalah faktor kebahasaan (linguistik) dan faktor nonkebahasaan (nonlinguistic). 9. Definisi Metode Bertukar Gagasan

Gagasan atau pikiran merupakan hasil pemikiran, keinginan, harapan yang disampaikan penulis kepada pembaca atau pendengarnya. Gagasan juga dilengkapi dengan data, fakta, informasi dan pendukung lainnya yang diharapkan dapat memperjelas gagasan serta meyakinkan calon pembacanya (Suyono: 2004).

Pembahasan bertujuan untuk menyampaiakan gagasan berupa hasil penalaran dan bukti data, untuk membuktikan kepada pendengar atau pembaca tentang kebenaran, pendirian, atau kesimpulan pembicara. Gagasan juga sering ditemukan saat debat, diskusi, rapat, seminar, talkshow. Gagasan disampaikan untuk mencegah suatu masalah bukan untuk memperkeruh masalah. Gagasan yang disampaikan juga harus objektif atau sesuai sasaran dan masuk akal. Gagasan juga disebut pendapat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) gagasan merupakan hasil pemikiran, dan ide. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan gagasan:

a. Gagasan disampaikan secara langsung dan didasari pemikiran yang logis, objektif dan sehat,

(32)

c. Gagasan yang disampaikan harus sesuai objek permasalahan dan tidak keluar dari permasalahan,

d. Tidak memaksakan pendapat sendiri harus diterima dan Menghilangkan rasa emosional,

e. Tidak diperboleh merendahkan atau menjelekkan orang lain,serta f. Gagasan yang disampaikan berupa contoh pelaksanaan dari gagasan

yang timbul dari orang lain.

g. Dengan menggunakan kalimat yang digunakan singkat, padat, dan jelas untuk mengungkapkan gagasan

Suyono (2004: 56), tolak ukur penyampaian gagasan ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

a. Gagasan yang dikemukakan harus berkaitan dengan masalah

b. Gagasan yang dikemukakan memperlancar pemahaman masalah, penyelesaian masalah, dan penemuan sebab,

c. Gagasan yang dikemukakan tidak mengulang gagasan yang pernah telah disampaikan oleh peserta lain

d. Gagasan yang dikemukakan didukung faktor, contoh, penjelasan, perbandingan atau saksi nyata,

e. Bahasa untuk menyampaikan gagasan menggunakan kalimat dan kata yang tepat,

f. Gerak, mimik, nada suara, tekanan, yang digunakan memperjelas gagasan yang disampaikan, serta

(33)

Berdasarkan beberapa pendapat menurut para ahli, sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa gagasan adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk debat, rapat , seminar, dan diskusi atau cara mempertemukan pikiran, gagasan, dan perasaan masing-masing berunding ditanggap, dianggap oleh siswa lainnya dalam kelas.

1. Metode debat

a) Pengertian metode debat

Di era global ini, debat menjadi sangat penting. Debat memberikan partisipasi yang sangat besar bagi kehidupan demokrasi tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan ini debat dapat menjadi metode yang sangat berperan penting untuk meningkatkan gagasan terpenting bila siswa diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang bertentangan pada diri mereka sendiri.

Metode ini merupakan metode yang dapat membantu anak didik menuangkan gagasan, ide dan pendapatnya. Debat adalah kontradiksi argumentasi, Nurcahyo (2012: 3). Kelebihan pada metode ini yaitu pada kemampuan menghidupkan kembali keberanian siswa berbicara dan bertanggung jawab atas pengetahuan yang didapat melalui proses debat, baik dikelas maupun di luar kelas.

Proses debat ini merupakan suatu bentuk retorika modern yang kebanyakan tercirikan oleh adanya dua pihak atau lebih yang melanjutkan komunikasi dengan bahasa dan saling berupaya

(34)

mempengaruhi pendapat dan sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat Siddiq (Musaba 2012: 40) bahwa debat merupakan proses bertukar pikiran secara terbuka untuk menganalisis masalah yang masih pro dan kontra dengan melihat aturan debat.

Debat adalah konvensi yang paling tepat dan penting digunakan untuk menumbuhkan keterampilan berfikir dan mempertajam keterampilan berbicara. Debat juga dapat memberikan peran serta yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

b) Tujuan debat

Metode debat merupakan metode pengajaran yang mengarahkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan dari metode ini adalah untuk menyelesaikan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan mengetahui pengetahuan siswa serta membuat suatu keputusan (Danajaya : 2011)

Debat bertujuan untuk melatih mental atau keberanian mengemukakan pendapat di depan umum, mematahkan pendapat dari lawan debat serta melatih diri untuk bersikap kritis terhadap semua materi yang diperdebatkan. Dengan demikian debat merupakan sarana yang paling fungsional untuk menyajikan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi verbal dan melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap cendekiawannya.

(35)

Debat dapat dikategorikan terdiri atas tiga jenis, yaitu debat parlementer atau majelis , debat pemeriksaan ulangan dan debat formal. Ketiga jenis debat tersebut digunaklan di sekolah dan perguruan tinggi, Mulgrave ( Tarigan 2013: 96).

1) Debat majelis atau parlementer (assembly or parlementary debating.

2) Debat pemeriksaan ulangan (cross examination debating)

3) Debat formal atau debat konvensional (formal, convensional debating)

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar belum mencapai kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75, maka dari itu keterampilan berbicara, harus dikembangkan dengan menggunakan metode debat dalam proses pembelajaran agar hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan guru dan siswa. Proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan proses bertukar gagasan dalam metode debat.

Metode debat yang peneliti gunakan yaitu menekankan adanya proses bertukar gagasan atau adu argumentasi. Adanya rasa bersaing pada siswa saat adu argumentasi saat inilah keterampilan berbicara siswa dinilai. Metode debat ini dapat merangsang siswa untuk berbicara dan mengeksplorasi kemampuan yang ada pada diri siswa agar keterampilan

(36)

berbicara siswa dapat meningkat. kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1. Bagan Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menulis Membaca Berbicara Menyimak Siklus PTK Bertukar Gagasan Metode Debat Analisis Data Hasil Siklus I Siklus II

(37)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan penjelasan kajian teori yang dikemukakan di atas, adapun hipotesis tindakan yang diajukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut: “jika metode bertukar gagasan diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar diterapkan maka hasil belajar siswa meningkat”.

(38)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitan

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain penelitian tindakan kelas (class action research) yang bersifat partisipatori dan kolaboratif, yang secara sengaja dilakukan karena ada kepedulian bersama terhadap keadaan yang perlu ditingkatkan. Kolaboratif berarti antara peneliti dan guru memungkinkan kesejajaran antara kedua pihak untuk melakukan penelitian bersama.

Inti dari penelitian ini adalah untuk mencoba suatu alternatif solusi yang baru terhadap suaatu permasalahan yang terjadi di kelas baik yang dialami peserta didik ataupun guru. Alternatif baru tersebut digunakan dalam beberapa tahap siklus. Kegiatan peneliti berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur, Sutama (2011: 134) . Wina Sanjaya (2009: 26) juga Menjelaskan bahwa penelitian tindak kelas adalah proses penelitian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui pemikiran diri dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut melalui berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas adalah cara yang dapat dijalankan oleh guru untuk meningkatkan kapasitas dan tanggung jawab guru dalam pengelolaan kelas.

(39)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan dalam kelas dengan tindakan tertentu guna memecahkan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terhadap sisw saat proses pembelajaran siswa di kelas.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Setting Penelitian ini menjelaskan tentang lokasi dan gambaran tentang kelompok siswa atau subjek yang dikenai tindakan.

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 28 orang, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penentuan subjek penelitian ini didasarkan pada hasil observasi awal peneliti dan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada semester ganjil 2020, sesuai dengan kurikulum 2013 di SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

(40)

C. Faktor yang diselidiki 1. Faktor proses pebelajaran

Melihat siswa selama proses pembelajaran seperti kehadiran, keaktifan siswa, konsentrasi dalam proses pembelajaran .

2. Faktor hasil belajar

Mengamati kemapuan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran debat setelah diterapkan metode bertukar gagasan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode bertukar gagasan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan tindakan-tindakan alternatif yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran keterapilan berbicara. Suharsimi Arikunto, dkk. (2009: 16), menyebutkan ada empat garis besar tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengaatan (4) releksi. Siklus I dan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I. Untuk lebih jelasnya, alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(41)

( Suharsimi :2008)

Bagan 2. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan bagan alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas di atas secara lebih rinci tahap-tahap yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Tingkat perencanaan adalah proses menyusun langkah yang ingin dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode bertukar gagasan dalam debat pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar. Adapun Perencanaan dalam penelitian ini meliputi:

Perencanaan Pelaksanaan Siklus I Pengamatan Refleksi Hasil Refleksi Pengamatan Pelaksanaan Siklus II

(42)

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. RPP ini digunakan sebagai petunjuk guru saat memulai kegiatan proses pembelajaran di kelas.

b) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi ini akan memudahkan guru untuk mengetahui seberapa besar semangat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam berbicara c) Membuat struktur observasi mengenai kegiatan pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua ini pelaksanaan yang dilakukan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Guru menaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi tindakan tersebut wajar dan tidak dibuat-buat.

c. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran pada saat tindakan dilakukan. Observasi ini dilaksanakan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti harus mendokumentasikan semua kejadian peristiwa atau hal yang terjadi dalam kelas, seperti kinerja guru, keadaan kelas, perilaku dan sikap siswa, penyampaian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diberikan. Pengamatan pada proses pembelajaran yang menggunakan metode debat ini

(43)

dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan berbicara siswa. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menyatukan data-data yang akan diolah untuk menetapkan tindakan yang akan dilakukan peneliti selanjutnya. Hasil pengamatan yang ada dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk langkah yang akan ditempuh selanjutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk mengkaji kembali apa yang sudah dilakukan. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui perubahan dari tindakan serta mengetahui hambatan-hambatan yang berlangsung selama proses pembelaajaran terjadi kemudian berhadapan dengan penelitian untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II relatif sama dengan yang dilakukan pada siklus I, namun pada beberapa langkah perbaikan atau penabahan tindakan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Pelaksanaan siklus II adalah perbaikan dan penyepurnaan dari siklus pertama dengan melihat hasil evaluasi pada siklus pertama.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Sanjaya 2009: 84). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes dan nontes (observasi).

(44)

Instrumen penelitian digunakan sebagai alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data penelitian sesuai metode yang digunakan

Adapun lembar pengamatan yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan proses bertukar gagasan pada metode debat yaitu :

1. Tes

Untuk memahami sejauh mana keterampilan berbicara siswa dalam proses bertukar gagasan dengan metode debat yaitu dengan menggunakan tes. Metode tes ini dilakukan pada saat pembelajaran berbicara berlangsung.

2. Lembar Observasi

Agar peneliti lebih terarah dalam melakukan observasi sehingga data yang didapatkan sesuai dengan keinginan peneliti maka Lembar observasi digunakan sebagai pedoman. Hasil pengamatan ditulis dalam lembar observasi yang disediakan.

Tabel 1.1 Lembar pengamatan kegiatan guru (√)

No Aspek yang dinilai Kriteria penilaian

Ya Tidak Ket

1. Guru memberikan apersepsi yang terpaut dengan topik debat

2. Guru membagi kelompok menjadi 4

kelompok.

3 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 4. Guru menjelaskan tata cara pembelajaran

(45)

debat

5. Guru memonitor kerja kelompok dan memberikan bimbingan secara merata

6. Guru memberikan dukungan terhadap

pendapat siswa dengan mendengarkan dengan penuh perhatian

7. Guru mencegah kegaduhan

8. Guru merefleksikan hasil pembelajaran

Tabel 1.2 Lembar pengamatan kegiatan siswa (√)

No Aspek yang dinilai Kriteria penilaian

Ya Tidak Ket

1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 2. Siswa aktif saling bertukar gagasan tentang

isi permasalahan dari berbagai sudut pandang yang dilengkapi argument dalam proses debat

3. Solidaritas dan kerja sama siswa dalam kelompok

4. Keterampilan siswa menyampaikan

argument

5. Keterampilan siswa bertukar gagasan dalam debat

6. Kemampuan menghargai pendapat

kelompok lain.

(46)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan observasi sebagai berikut:

1. Tes

Arikunto (2006: 150) mengemukakan tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan, atau alat lain yang digunakan untuk menilai keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh indivindu atau kelompok. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes praktik keterampilan berbicara, yaitu melalui debat antar kelompok yang sudah dibagi oleh guru. Tes ini dilakukan untuk mengukur tingkat keterampilan berbicara siswa.

2. Observasi

Arikunto 2006: 156-157 juga mengemukakan bahwa observasi merupakan konsentrasi terhadap suatu objek dengan menggunakan semua alat indra. Observasi ini digunakan untuk menyelidiki bagaimana suatu proses pembelajaran berjalan, baik terhadap siswa maupun guru. Observasi terhadap siswa digunakan untuk mengamati aktivitas selama pembelajaran sedangkan observasi kepada guru digunakan untuk mengamati keterlaksanaan perencanaan pembelajaran.

(47)

Menurut Sanjaya (2010: 106) analisis data adalah suatu proses mengolah menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai tujuan penelitian. Analisis data penelitian tindakan kelas ini berupa deskriptif kualitatif.

Analisis data kualitatif diperoleh dari data observasi wawancara, dan dokumentasi. Hasil analisis data secara kualitatif ini digunakan untuk melihat perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II, serta melihat efektivitas penggunaan metode bertukar gagasan dalam pembelajaran debat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Sedangkan analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa selama proses pebelajaran. Analisis data secara kuantitatif dapat dihitung secara presentase.

Tabel 2. Aspek yang dinilai dalam berbicara

No. Aspek yang dinilai Bobot

1. Ketepatan Ucapan 15 2. Tata Bahasa 15 3. Pilihan Kata 15 4. Kelancaran 15 5. Penguasaan Topik 15 6. Volume Suara 15

7. Gerak gerik dan mimic 10

Jumlah 100

(48)

Penggunaan dilakuka dengan menggunakan rumus Tingkat penguasaan = skor yang dicapai siswa X 100% Tabel 2.2. Parameter Penelitian

No Skor A-E Kategori

1 85 – 100 A Sangat Baik

2 65 – 84 B Baik

3 55 – 64 C Sedang

4 35 – 54 D Rendah

5 0 – 34 E Sangat Rendah

*Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus:

P = ∑

∑ x 100%

Keterangan : P = Presentase Ketuntasan

Nilai yang dicapai siswa nantinya akan dikategorikan menjadi lima yaitu sangat baik, baik, sedang, rendah, dan sangat rendah. Siswa yang mencapai nilai antara 85-100 dikategorikan berhasil dengan sangat baik. Siswa yang mencapai nilai antara 65-84 dikategorikan berhasil dengan baik. Siswa yang mencapai nilai antara 55-64 dikategorikan sedang, siswa yang mencapai nilai antara 35-56 dikategorikan rendah. Sedangkan siswa yang mencapai nilai 0-34 dikategorikan sangat sedikit.

Sedangkan untuk memastikan ketuntasan belajar peserta didik dengan melihat tabel 2 Kategori Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

(49)

ditentukan oleh sekolah. Hal ini dilandaskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007.

Tabel 2. Kategori Ketuntasan Minimal (KKM)

Persentase Skor Kategori

0 – 64 Tidak tuntas

65 – 100 Tuntas

*Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007

Analisis data ini dilakukan secara terpisah dengan maksud agar penentuan berbagai informasi yang lebih terperinci yang mendukung maupun menghambat pembelajaran. Pembelajaran dengan metode bertukar gagasan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar.

H. Kriteria Penilaian

Tes yang dilakukan untuk mengukur keterampilan berbicara ragam formal siswa adalah tes perbuatan. Tes ini digunakana untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa. Penelitian dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa untuk keterampilan berbicara meningkat. Aspek-aspek yang dinilai meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan dan non kebahasaan ini meliputi, 1) ketepaatan ucapan, 2) tata bahasa, 3) pilihan kata, 4) kelancaran, 5) penguasaan topic, 6) volume suara, 7) gerak-gerik dan mimik. Tabel 3. Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara

(50)

1. Ketepatan Ucapan

- Tidak pernah melakukah kesalahan ucapan - Terjadi sekali kesalahan ucapan

- Terjadi dua kali kesalahan ucapan - Terjadi lebih dua kali kesalahan ucapan

- Terjadi lebih dua kali kesalahan ucapan dan mendapat pengaruh bahasa asing atau daerah

- Hampir seluruh kalimat mengalami kesalahan ucapan

15

2. Tata Bahasa

- Tidak melakukan kesalahan dalam tata bahasa - Terjadi sekali kesalahan tata bahasa

- Terjadi dua kali kesalahan tata bahasa - Terjadi tiga kali kesalahan tata bahasa - Terjadi lebih tiga kali kesalahan tata bahasa - Penggunaan tata bahasa selalu tidak tepat

15

3. Pilihan Kata

- Pemilihan kata yang digunakan luas dan bervariasi - Pemilihan kata yang digunakan bervariasi

- Pemilihan kata sudah cukup baik, hanya kurang bervariasi - Menggunakan satu kata yang tidak tepat dengan konteks

kalimat

- Menggunakan dua kata yang tidak tepat dengan konteks kalimat

- Menggunakan tiga kata yang tidak tepat dengan konteks kalimat

15

4. Kelancaran

- Pembicaraan tidak pernah tersendat (lancar) - Pembicaraan tersendat satu kali

- Pembicaraan tersendat dua kali - Pembicaraan tersendat tiga kali

- Pembicaraan tersendat lebih dari tiga kali

- Pembicaraan sangat lambat dan sering berdiam diri dan terputus-putus

15

5. Penguasaan Topik

- Sangat menguasai segala sesuatu dalam pembicaraan - Menguasai topik pembicaraan

- Memahami agak baik pembicaraan, kadang-kadang melakukan pengulangan dan penjelasan

- Kurang menguasai bahan pembicaraan

(51)

- Sedikit menguasai bahan pembicaraan - Sangat tidak menguasai bahan pembicaraan 6. Volume Suara

- Sangat nyaring dan sangat jelas - Nyaring dan jelas

- Cukup nyaring dan jelas - Tidak nyaring tetapi jelas - Tidak nyaring dan tidak jelas

15

7. Gerak-gerik dan mimic - Tenang dalam berbicara - Tenang tetapi agak ragu

- Gugup dalam berbicara tetapi tidak menggunakan gerakan yang tidak sesuai dengan materi pembicaraan

- Gugup dan kaku serta menggunakan gerakan yang tidak sesuai dengan materi pembicaraan

- Gugup, kaku, serta malu menatap lawan bicara sehingga hanya menunduk sambil berbicara

10

Jumlah Skor Maksimum 100

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini memerlukan waktu 1 bulan, agar penelitian ini terlaksana sesuai harapan. Pertemuan pertama, fokus penyampaian materi dan pengenalan proses bertukar gagasan dalam debat. Pertemuan selanjutnya, praktik berbicara sekaligus penilaian. Berikut tahapan-tahapan pada siklus pertama ini:

1. Planning (Perencanaan)

Tahap ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, tetapi pada bab ini akan dibahas pelaksanaan setiap tahapan tersebut. Pada tahapan perencanaan dilakukan aktivitas untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan proses bertukar gagasan dalam debat pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar. Perencanaan dalam penelitian ini yaitu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.

2. Action (Tindakan)

Pelaksanaan tindakan mengarah pada RPP yang telah disusun oleh peneliti. Langkah pembelajaran pembelajaran pada siklus ini,

(53)

1. Pertemuan ke-1

Pertemuan ini, siswa diberikan materi berupa tata cara debat dan segala hal yang berkaitan dengan proses debat. Guru/ peneliti juga memberikan contoh tema yang menjadi perdebatan saat itu yaitu tentang Pro-Kontra. Pembelajaran berlangsung lancar dan terjalin komunikasi aktif antara guru dengan siswa. Berkat motivasi dari guru,ada tiga siswa sudah mulai berkomentar perihal materi pembelajaran. Berikut rincian setiap tahapan pembelajaran.

a. Pendahuluan

Pada tahap ini, guru/peneliti menyilakan siswa untuk berdoa terlebih dahulu, menanyakan kabar siswa danguru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran pada hari itu. Pertama-tama guru/peneliti memberikan rangsangan kepada siswa dengan menanyakan siswa tentang informasi terhangat saat ini dan memberikan contoh artikel dan menanyakan kepada siswa apakah sudah membacanya. Kemudian, guru/peneliti mempersilahkan siswa untuk menyimak sebuah artikel yang mengulas topik tersebut.

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

Siswa mendiskusikan pokok permasalahan berdasarkan contoh artikel yang telah disimak yang akan menjadi perdebatan dalam masyarakat kemudian guru mengomentari tanggapan siswa dan menjelaskan bahwa setiap pendapat harus disertai alasan, baik itu berupa saran dan kritik maupun penolakan dan persetujuan. Guru mengaitkan hal tersebut dengan acara debat

(54)

di televisi dan menjelaskan secara umum tentang debat dan format debat serta cara mempertahankan argumentasi.

Elaborasi

Siswa diberikan peluang untuk menegaskan materi dengan menjawab pertanyaan lisan dari guru, dan guru dan siswa membahas setiap pertanyaan yang diajukan guru.

Konfirmasi

Guru dan siswa merefleksi materi agar materi yang disampaikan guru dapat dipahami dan tersimpan dalam ingatan siswa.

c. Penutup

Sebelum pembelajaran ditutup, guru membagi kelompok siswa secara acak dan meminta siswa untuk mencari sebuah topik hangat lainnya. Setelah itu guru dan siswa berdoa dan menutup pelajaran.

2. Pertemuan ke-2

Pertemuan kedua ini adalah praktik debat dengan memberikan contoh debat terlebih dahulu, siswa yang berjumlah empat orang akan dijadikan simulasi dengan topik “Penggunaan handphone disekolah” sehingga siswa mempunyai gambaran pada debat selanjutnya. Dapat dikatakan, pertemuan di hari kedua ini menjadi pembelajaran meski hanya berupa simulasi biasa. a. Pendahuluan

Pada peertemuan Guru menstimulasi siswa untuk mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya dan mempersilakan siswa untuk bertanya sebelum siswa kembali dengan tim masing-masing.

(55)

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

Siswa menyiapkan diri dengan tim masing-masing dan mendata informasi dari sebuah topik yang akan diperdebatkan dengan sumber yang jelas.

Elaborasi

Untuk simulasi sebagai contoh awal, tim pro dan tim kontra diminta maju ke depan dan Setiap putaran, tim pro dan kontra diberikan waktu 15 menit. Dalam simulasi ini, guru menjadi penjaga waktu agar siswa yang menjadi penjaga waktu bisa menjalankan tugas pada debat selanjutnya. Setelah selesai, guru menganalisis pelaksanaan simulasi debat dengan topik “penggunaan handphone disekolah”.

Konfirmasi

Guru dan siswa menguatkan dan menyimpulkan kembali materi yang telah dipelajari.

c. Penutup

Sebelum mengakhiri pembelajaran dengan bersama-sama berdoa, guru menyampaikan kegiatan selanjutnya yaitu melanjutkan debat oleh tim yang belum tampil pada pertemuan sebelumnya.

3. Pertemuan ke-3

Pada Pertemuan ketiga, terdapat dua kelompok yang tampil, debat berlangsung pada pertemuan ini berjalan lancar dan terarah. Namun dengan cepat guru memberi peringatan dan mengarahkan debat agar kembali kondusif.

(56)

a. Pendahuluan

Guru menanyakan kabar siswa dan menstimulasi siswa untuk mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru mempersilakan siswa yang belum tampil berdebat kembali ke timnya dan mempersilakan tim yang akan tampil terlebih dahulu.

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

Siswa bersiap untuk memulai debat sementara guru menunjuk siswa untuk menjadi penjaga waktu dan juri.

Elaborasi

Tim pro dan tim kontra dari kelompok 1 dengan topik “Permaianan tiktok dikalangan anak sekolah” dipersilahkan maju pada putaran pertama, disetiap putaran, tim pro dan kontra diberi waktu 15 menit. Setelah selesai, kelompok 2 dengan topik “Rambut sebagai salah satu peraturan di sekolah” untuk tampil kedua.

Konfirmasi

Siswa yang bertugas menjadi juri mengomentari secara singkat hasil debat selanjutnya guru dan siswa menyimpulkan dan menegaskan kembali materi yang telah dipelajari

c. Penutup

Guru menyampaikan kegiatan selanjutnya yaitu melanjutkan debat oleh tim yang belum tampil pada pertemuan selanjutnya lalu bersama-sama berdoa dan menutup pelajaran.

(57)

4. Pertemuan ke-4

Pertemuan terakhir pada penelitian ini adalah. Kegiatan pada setiap tahapan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Untuk kegiatan inti pada pertemuan ke-2,3, dan 4 memiliki tahapan yang sama dalam hal setiap tim bergantian untuk tampil berdebat sesuai topik yang telah ditentukan dan disepakati oleh siswa beserta tim dan tim lawan.

a. Pendahuluan

Guru menstimulasi siswa untuk mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya, dan meminta siswa yang belum tampil berdebat untuk tampil bersama tim kelompoknya.

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

Siswa mempersiapkan diri bersama timnya untuk memulai debat dan guru memilih siswa lain untuk menjadi penjaga waktu.

Elaborasi

Tim pro dan tim kontra dari kelompok 3 dengan topik “Terlambat datang di sekolah dipulangkan” kelompok 3 tampil saat penampilan pertama. Setiap putaran, tim pro dan kontra diberi waktu 15 menit. Selanjutnya, kelompok 4 tampil pada putaran pertama dengan topik “Terlambat datang di sekolah dipulangkan” untuk tampil diputaran kedua.

(58)

Siswa yang diberi tugas sebagai juri membahas dengan singkat hasil perdebatan. Guru dan siswa menyimpulkan dan menguatkan kembali materi yang telah dipelajari.

c. Penutup

Guru menanggapi setiap tim yang telah tampil kemudian bersama siswa berdoa dan menutup pelajaran.

Terdapat empat topik yang diperdebatkan berdasarkan topik yang menjadi pilihan siswa, antara lain:

a. Putaran pertama, tim pro dan kontra memperdebatkan topik tentang penggunaan handphone disekolah.

b. Putaran kedua, tim pro dan kontra memperdebatkan topik tentang permainan tiktok dikalangan anak sekolah.

c. Putaran ketiga, tim pro dan kontra memperdebatkan topik tentang rambut sebagai salah satu peraturan di sekolah.

d. Putaran keempat, tim pro dan kontra memperdebatkan topik tentang terlambat dating di sekolah dipulangkan.

Berdasarkan 4 topik yang telah tampil, total siswa yang tampil debat sebanyak 24 siswa. Dari jumlah siswa sebanyak 28 siswa, maka terdapat 4 siswa yang tidak memiliki tim debat. Oleh sebab itu, peneliti menunjuk siswa tersebut untuk menjadi juri dan penjaga waktu secara bergantian. 2 orang menjadi juri dan 2 orang menjadi penjaga waktu.

(59)

Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berjalan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan peneliti. Pada observasi kegiatan siswa, peneliti sendiri yang melakukan pengawasan secara langsung dan mengisi lembar yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Sedangkan untuk lembar observasi kegiatan guru, peneliti meminta bantuan kepada guru kelas untuk mengamati kegiatan peneliti sebagai guru dalam pembelajaran proses bertukar gagasan dalam debat. Untuk memahami secara keseluruhan mengenai kondisi riil pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian secara deskriptif dan sistematis. Adapun data analisis adalah data-data perubahan sikap siswa secara umum baik yang diambil dari lembar observasi maupun tanggapan siswa secara umum yang diberikan dengan cara lisan dan tertulis dan hasil tes siklus I dan siklus II.

1. Aktivitas belajar siswa a. Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan saat pelaksanaan tindakan pada siklus I bahwa skor perolehan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode bertukar gagasan belum mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru dan peneliti. Skor perolehan keterampilan berbicara siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Skor Aspek Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada Siklus I

No Nama Siswa

Skor Penilaian Berbicara Jum. Skor persentase K U TB P K K EL PT VS GM 1 MRN 2 3 2 2 2 2 2 15 53.6%

(60)

2 AZ 2 1 1 2 1 1 2 10 35.7% 3 KJ 3 3 1 4 2 1 1 15 53.6% 4 MPY 6 6 5 5 6 5 5 38 55.7% 5 SB 5 5 5 4 2 2 2 25 70.3% 6 FU 5 5 2 2 2 4 5 25 66.3% 7 RAG 3 2 2 2 3 3 4 19 67.9% 8 RA 5 5 3 4 4 3 4 28 54% 9 DNZ 6 6 6 6 3 3 5 35 57.0% 10 SZ 4 3 4 4 2 2 2 21 75.0% 11 MDA 5 5 3 5 4 2 1 25 89.3% 12 NF 5 4 5 5 1 2 3 25 67.3% 13 NRI 4 3 2 2 3 2 2 18 64.3% 14 FZ 2 2 2 2 2 3 2 15 53.6% 15 MRR 5 5 5 5 2 3 1 26 78.% 16 RK 2 2 3 2 2 3 4 18 64.3% 17 AAN 2 3 2 2 2 2 2 15 53.6% 18 MH 6 6 6 6 3 4 3 34 60% 19 DCM 2 3 4 2 2 3 4 20 71.4% 20 MA 6 6 6 6 3 2 2 31 60.7% 21 MR 4 3 2 3 2 2 2 18 64.3% 22 S 5 2 2 5 2 2 2 20 65.4% 23 H 3 3 3 2 2 2 2 17 60.7%

(61)

24 TK 6 6 6 4 4 2 2 30 56% 25 PAS 3 2 4 2 2 3 2 18 64.3% 26 MAN 6 6 5 5 2 2 2 28 50% 27 MAG 6 6 6 6 2 2 2 30 50% 28 NH 3 3 3 3 3 3 2 20 60% Jumlah 639 1767% Rata-rata 62,5% Keterangan : K : Ketepatan Ucapan TB : Tata Bahasa P : Pilihan Kata K : Kelancaran PT : Penguasaan Topik VS : Volume Suara

GM : Gerak-gerik dan mimik

Dari tabel diatas menunjukkan ketidakaktifan siswa adalah kurangnya percaya diri dalam berbicara dan dalam memberikan bahasa dan keterbatasan waktu sehingga timbul hambatan dalam memberikan bahasa.

b. Siklus II

Pada siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh yaitu:

Tabel 4.2 Skor Aspek Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada Siklus II

No Nama Siswa

Skor Penilaian Berbicara Jum. Skor persentase K U TB P K K EL PT VS GM 1 MRN 5 5 3 4 4 3 4 28 88.6%

(62)

2 AZ 2 3 2 2 2 2 2 15 53.6% 3 KJ 3 3 3 3 3 3 2 20 67.2% 4 MPY 6 6 6 6 6 2 5 37 50.5% 5 SB 6 6 6 6 3 3 5 35 67.4% 6 FU 6 6 5 6 2 4 2 31 77% 7 RAG 5 5 3 4 4 3 4 28 60% 8 RA 6 2 6 6 3 3 3 29 80% 9 DNZ 6 6 6 3 3 3 3 30 87% 10 SZ 5 5 3 3 6 3 4 29 66.8% 11 MDA 6 6 6 6 3 3 5 35 78.9% 12 NF 6 6 6 6 3 3 5 35 74.6% 13 NRI 5 6 3 3 4 3 4 28 67.6% 14 FZ 3 3 3 3 3 3 2 20 71.4% 15 MRR 6 6 6 6 3 3 5 35 68.7% 16 RK 3 4 3 3 3 2 2 20 71.4% 17 AAN 5 5 3 4 4 3 4 28 78.6% 18 MH 6 6 6 6 3 2 2 31 77% 19 DCM 6 6 6 5 3 3 2 31 80.5% 20 MA 6 6 6 6 3 5 3 35 69.6% 21 MR 5 5 3 4 4 3 4 28 72.4% 22 S 6 5 4 4 4 4 4 31 70% 23 H 5 5 3 4 4 3 4 28 78.3%

(63)

24 TK 6 6 6 6 6 2 2 34 55.7% 25 PAS 5 5 3 4 4 3 4 28 60.5% 26 MAN 6 6 6 6 3 3 3 33 78.7% 27 MAG 6 6 6 6 3 2 2 31 56% 28 NH 6 6 6 6 2 2 2 30 70% Jumlah 823 2489% Rata-rata 78,5% Keterangan : K : Ketepatan Ucapan TB : Tata Bahasa P : Pilihan Kata K : Kelancaran PT : Penguasaan Topik VS : Volume Suara

GM : Gerak-gerik dan mimik

2. Hasil Belajar a. Siklus I

Berdasarkan hasil tes belajar pada lampiran siklus I. Jika nilai yang perolehan dikelompokkan dalam skor nilai perolehan, maka diperoleh tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.3 Skor Perolehan Keterampilan Berbicara Siswa melalui Metode Bertukar Gagasan Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar pada Siklus I

Gambar

Tabel 1.1 Lembar pengamatan kegiatan guru (√)
Tabel 1.2 Lembar pengamatan kegiatan siswa (√)
Tabel 2. Aspek yang dinilai dalam berbicara
Tabel 2.2. Parameter Penelitian
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa peningkatan keterampilan berbicara bahasa Arab melalui strategi active learning pada siswa kelas X.2 SMA Islam

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas XC SMA Negeri Sumpiuh setelah diadakan pembelajaran

Penelitian Tindakan Kelas dengan rumusan masalah “Apakah metode pembelajaran Sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DIALOG BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL RESPONS VERBAL DILENGKAPI DENGAN GAMBAR Studi Kuasi Eksperimen pada Kelas X SMA Al-Ma’arif

Berdasarkan latar belakang diatas , rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII.3 SMP

Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam pelajaran bahasa Indonesia, untuk mencapai

Maka dapat disimpulkan bahwa bahwa metode debat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas X RPL 1 SMK Telekomunikasi Darul Ulum Jombang mengalami peningkatan dan penerapan