• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskrpsi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah maupun guru-guru, diperoleh gambaran tentang Implementasi Budaya Sekolah dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Paguat Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Adapun hasil wawancara terkait dengan temuan terhadap Implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1.2. Bentuk-bentuk budaya sekolah. a. Bentuk budaya salaman

Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah tentang membentuk karakter siswa melalui visi misi, informan menjelaskan bahwa:

Dalam pembentukan karakter siswa itu siswa seperti bentuk buaya salaman di mana orang yang bertemu dengan kita yang tua dari kita maka kita salaman dan mencium tangan mereka. Apalagi kita bertemu dengan guru, kakak,ketika kembali dari sekolah Dalam hal ini saya sebagai kepala sekolah dalam membentuk karakter siswa yang saya programkan dalam melaksanaan program sekolah dan disertai dengan program-program nyata mengenai penciptaan budaya sekolah melalui penciptaan komunikasi formal dan informal dimana komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi sekolah dalam membangun dalam membentuk karakter siswa (W.11. KS 6-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Kami membiasakan perilaku jujur pada siswa diawali dengan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa dalam membentukan karakter siswa itu melalui kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah baik melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyusunan

(2)

54

program pendidikan karakter dalam bidang intrakurikuler sudah diintegrasikan kesetiap mata pelajaran yang diajarkan setiap hari dan disesuaikan dengan indikator yang ada di RPP, sedangkan membentuk karakter siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sudah diprogram melalui kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran seperti ada kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa melalui mata pelajaran kesenian, oleh raga dan semua itu sudah diprogramkan melalui visi misi kepala sekolah (W. 1.1 SM 6-12-2012)

Setelah itu informasi dikonfirmaskan kembali dengan salah seorang informan menjelaskan bahwa:

informasi ini didukung oleh informan menjelaskan bahwa:

Pelaksanaan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa memang sudah diprogram melalui pendidikan karakter sesuai dengan visi, misi sekolah sesuai dengan budaya sekolah yang sudah diterapkan oleh kepala sekolah seperti melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam program pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa ada dua bidang tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik (W.1.1.NA 6-12-2012)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui visi misi sekolah dalam membentuk karakter siswa sudah merupakan budaya sekolah dalam menerapkan karakter siswa sudah diprogramkan melalui kegiatan sekolah baik melalui kegiatan kurikuler yang sudah diintegrasikan melalui mata pelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler melalui kegiatan dilur jam pelajaran seperti pengembanga bakat dan minat siswa, melalui kegiatan olah raga dan kesenian serta melalui kegiatan PMR dan pramukan. Namuan temuan dalam penelitan adalah melalui dua kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah baik itu kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler dapat mengoptimalkan kemampuan siswa

(3)

55

dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik.

b. Bentuk Prilaku

Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah tentang membentuk karakter siswa melalui visi misi, informan menjelaskan bahwa:

Dalam pembentukan karakter siswa itu terjadi perubahan bentuk perilaku siswa seperti perilaku berkata dengan benar serta jujur dalam menemukan sesuatu. Dalam hal ini saya sebagai kepala sekolah dalam membentuk karakter siswa yang saya programkan dalam melaksanaan program sekolah dan disertai dengan program-program nyata mengenai penciptaan budaya sekolah melalui penciptaan komunikasi formal dan informal dimana komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi sekolah dalam membangun dalam membentuk karakter siswa (W.11. KS 6-12-2012) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Kami membiasakan perilaku jujur pada siswa diawali dengan menanamkan rasa percaya diri pada setiap siswa dalam membentukan karakter siswa itu melalui kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah baik melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Penyusunan program pendidikan karakter dalam bidang intrakurikuler sudah diintegrasikan kesetiap mata pelajaran yang diajarkan setiap hari dan disesuaikan dengan indikator yang ada di RPP, sedangkan membentuk karakter siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sudah diprogram melalui kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran seperti ada kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa melalui mata pelajaran kesenian, oleh raga dan semua itu sudah diprogramkan melalui visi misi kepala sekolah (W. 1.1 SM 6-12-2012)

Setelah itu informasi dikonfirmaskan kembali dengan salah seorang informan menjelaskan bahwa:

(4)

56

informasi ini didukung oleh informan menjelaskan bahwa:

Pelaksanaan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa memang sudah diprogram melalui pendidikan karakter sesuai dengan visi, misi sekolah sesuai dengan budaya sekolah yang sudah diterapkan oleh kepala sekolah seperti melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam program pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa ada dua bidang tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik (W.1.1.NA 6-12-2012)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui visi misi sekolah dalam membentuk karakter siswa sudah merupakan budaya sekolah dalam menerapkan karakter siswa sudah diprogramkan melalui kegiatan sekolah baik melalui kegiatan kurikuler yang sudah diintegrasikan melalui mata pelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler melalui kegiatan dilur jam pelajaran seperti pengembanga bakat dan minat siswa, melalui kegiatan olah raga dan kesenian serta melalui kegiatan PMR dan pramukan. Namuan temuan dalam penelitan adalah melalui dua kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah baik itu kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang hal yang berkaitan dengan perilaku positif sehingga siswa dapat menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam penyusunan program karakter melalui kegiatan ini potensi siswa sebagai peserta didik menjadi salah satu rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas karakter siswa dapat dilakukan dengan baik .

(5)

57 c. Bentuk Simbol

Hasil wawancara yang dilakukan dengan informan guru menjelaskan bahwa:

Bentuk-bentuk simbol seperti memberikan anak panah seperti simbol kejujuran ada simbol disiplin dimana budaya sekolah merujuk pada sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang dibentuk oleh lingkungan sekolah, kepemimpinan kepala sekolah dapat mengembangkan nilai-nilai budaya sekolah sehingga dapat membentuk karakter siswa yakni nilai keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras serta disiplin serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta peduli terhadap lingkungan dan menjalin kepedulian sosial dan ini semua sudah diterapkan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah dan dapat membentuk karakter siswa. (W.1.3. NM 11-12-2012

Informasi ini dikonfirmasikan kembali kepada salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Kepala sekolah bersama guru sudah mengembangkan nilai-nilai yang merupakan budaya yang ada di sekolah dalam membentuk karakter siswa seperti nilai kejujuran disiplin, kerjasama, kerja keras serta tanggung jawab dan itu termuat didalam visi misi sekolah dan kepala sekolah sebagai pengendali seluruh kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah yang diterapkan adalah pengembangan nilai-nilai budaya terutama dalam membentuk karakter siswa dan itu terlihat didalam aktivitas siswa baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pergaulan sehari-hari siswa baik melalui lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat (W. 1.3.SM 11-12-2012)

Informasi ini didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Penguatan nilai-nilai budaya sekolah melibatkan siswa aktif dalam semua kegiatan keseharian di sekolah sehingga interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, serta etika yang berlaku di sekolah dan berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan karakter dalam membentuk karakter siswa dimana nilai-nilai ini yang melandasi perilaku siswa dalam kehidupan baik itu dilakukan dilingkungan sekolah maupu masyarakat. Nilai-nilai karakter yang masukan dalam pendidikan karakter baik melalui program intrakurikuler yakni cara berpikir, bertindak dan kerjasama maupun kegiatan ekstrakurikuler yang

(6)

58

disesuaikan denga tema kegiatan dilaksanakan seperti melalui pendidikan moral, watak dan ini kami lakukan dalam membentuk karakter siswa (W.1.3 NA 11-12-2012)

Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan yang merujuk pada sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang dianutnya, sikap yang dimlikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkan dan tindakan yang ditunjukan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk suatu kegiatan khusus dari sistem sekolah atau dikatakan budaya sekolah adalah karakteristik khas sekolah yang mengembangkan nilai-nilai dan keyakinan dalam suatu organisasi sekolah yang dapat membentuk karakter dalam seluruh personil yang ada di sekolah dan khususnya dalam membentuk karakter siswa. Namun temuan dalam penelitian nilai-nilai budaya sekolah sehingga dapat membentuk karakter siswa yakni nilai keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras serta disiplin serta tanggung jawab dalam melaksanakan tugas serta peduli terhadap lingkungan dan menjalin kepedulian sosial dan ini semua sudah diterapkan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah dan dapat membentuk karakter siswa. Nilai-nilai karakter yang masukan dalam pendidikan karakter baik melalui program intrakurikuler yakni cara berpikir, bertindak dan kerjasama maupun kegiatan ekstrakurikuler yang disesuaikan denga tema kegiatan dilaksanakan seperti melalui pendidikan moral, watak dan ini kami lakukan dalam membentuk karakter siswa.

(7)

59

SMA Negeri I Paguat adalah sebuah sekolah yang memiliki potensi sangat baik dalam hal perbaikan menuju sebuah keberhasilan dan kesuksesan dalam mencapai tujuan organisasi tergambar lewat visi. Misi dalam program sekolah

Visi

“ Mewujudkan sekolah Berprestasi, Menguasai Iptek, berwawasan Lingkungan yang dilandasari Iman dan Taqwa

Indikator Visi:

1. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif berlandaskan imtaq

2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan yang menghasilkan prestasi akademik dan non akademik

3. Terwujudnya Prasana dan sarana pendidikan yang relevan dan mutakhir

4. Terwujudnya peningkatan mutu kelembangaan dan manajemen pengelolaan sekolah

5. Terwujudnya perangkat kurikulum yang lengkap, memadai, dan berwawasan kedepan

6. Terwujudnya standar penilaian yang otentik sesuai SNP

7. Terwujudnya sistem pendidikan yang efektif, transparansi dan akutabel

8. Mewujudkan suasana belajar yang agamis, bermoral, berbudaya dalam lingkungan yang aman dan nyaman

9. Terwujudnya peran serta stakeholder dalam penyelenggaran pendidikan untuk meningkatkan kualitas output

(8)

60 Misi Sekolah

1. Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap, muthakhir, dan berwawasan ke depan

2. Mewujudkan lulusan yang cerdas dan kompetitif sesuai SNP

3. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan yang menghasilkan prestasu akademik dan non akademik

4. Mewujudkan prasarana dan sarana pendidikan

5. Mewujudkan peningkatan mutu kelembangaan dan manajemen 6. Mewujudkan standar penilaian yang otentik sesaui SNP

7. Mewujudkan sistem pendidikan yang efektif transparan, akuntabel dan partisipatif.

d. Membangun sistem reward

Dalam membangun sistem reward kepada siswa kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti hadiah ada dalam bentuk finansial dan ada dalam bentuk buku bahkan ada dalam bentuk perlengkapan sekolah khususnya bagi siswa yang tidak mampu baik itu melalui kegiatan kurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dalam melaksanakan setiap kegiatan yang ada di sekolah.

Kepala sekolah membangun sistem reword sehingga dapat membentuk karakter siswa dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan di sekolah

Hasil wawancara yang dilakukan oleh informan kepala sekolah menjelaskan bahwa:

(9)

61

Dalam membangun sistem reword kepada siswa saya selaku kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti hadiah ada dalam bentuk finansial dan ada dalam bentuk buku bahkan ada dalam bentuk perlengkapan sekolah khususnya bagi siswa yang tidak mampu. Melalui kegiatan kurikuler dalam saya menghimbau kepada guru-guru selalu memberikan penguatan dan penghargaan terhadap proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi dalam menerima pelajaran dan melalui kegiatan ekstrakurikuler saya selalu mengikutkan siswa kedalam lomba baik itu tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten dan saya selalu menyiapkan perlengkapan mereka apa yang mereka butuhkan sehingga semangat mereka dalam mengikuti kegiatan itu termitivasi itu adalah salah satu reword yang saya berikan kepada siswa sehingga terbentuk karakter seperti kerja sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dibebankan oelh sekolah

(W 1.4. KS 14-12-2012)

Setelah itu informasi dikonfirmasikan kembali pada salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Untuk mengembangkan nilai budaya dapat membentuk karakter siswa kami banyak melakukan perubahan dalam pengembangan karakter siswa dimana kami lebih menekankan pada pemberiaan penghargaan atau apersiasi atau tindakan baik itu dilakukan siswa misalnya penghargaan dalam memberikan pujian atau memberikan ucapan-ucapan yang membesarkan hati siswa didalam kegiatan belajar mengajar atau siapa yang pertama selesai melaksanakan tugas itu kami beri hadiah sehingga siswa termotivasi dalam mengerjakan tugas dan siswa berprestasi kami berikan hadiah baik dalam bentuk finansial maupun dalam bentuk benda (W. 1.4. FM 14-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan kepada informan guru mendukung informasi menjelaskan bahwa:

Pemberian reword kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar misalnya pemberian pengharaan berupa pujian dan dalam bentuk kelompok dapat diterapkan karakter mengembangkan kebiasaan saling berbagi, saling menghargai pendapat teman, saling mendukung dan tanggung jawab serta disiplin dalam mengerjakan tugas dan kebiasaan kami di sekolah selalu kami memberikan penghargaan kepada siswa dimana kelompok yang pertama mengerjakan tugas itu kami berikan hadiah seperti ada gambar-gambar yang menyenangkan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang berikan dan siswa berprestasi kami berikan penghargaan berupa finansial dan siswa yang dapat mengembangkan bakat dan minat kami berikan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya melalui kegiatan yang ada di sekolah (W.1.4. NA 14-12-2012)

(10)

62

Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa membangun sistem reword siswa termasuk dalam membentuk karakter siswa adalah menerapkan nilai-nilai budaya yang dikembangkan oleh sekolah untuk dapat memotivasi siswa didalam mengembangkan bakat dan minat siswa sehingga reword adalah salah satu yang dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun temuan dalam penelitian dalam membangun sistem reword kepada siswa kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi seperti hadiah ada dalam bentuk finansial dan ada dalam bentuk buku bahkan ada dalam bentuk perlengkapan sekolah khususnya bagi siswa yang tidak mampu.

e. Membangun Hubungan Sosial

Melalui kegiatan akademik dan non akademik setiap kegiatan yang ada di sekolah kami selalu mengundang orang tua siswa dan komite serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan seperti kegiatan non akademik kebersihan lingkungan penanaman sejuta pohon disetiap jalan itu termasuk karakter cinta lingkungan yang kami tanamkan kesiswa dengan tujuan membangun hubungan kerjasama dengan masyarakat sehingga terjadi interaksi sekolah dengan masyarakat.

Adapun Implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa di SMA Negeri 1 Paguat Kabupaten Pohuwato dibuatkan dalam bentuk diagram dibawah ini:

(11)

63

Kepala sekolah dapat membangun hubungan sosial dalam mengembangkan budaya sekolah sehingga dapat membentuk karakter siswa

Hasil wawancara informan guru diperoleh penjelasan bahwa:

Dalam membangun hubungan kerjasama dengan orang tua siswa dengan masyarakat hal ini yang selalu dibina oleh kepala sekolah misalnya pada penilaian prestasi akademik siswa, kami pihak sekolah melakukan penilaian terhadap pengembangan karakter siswa melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pendidikan termasuk para siswa, kepala sekolah, guru, komite sekolah serta orang tua dan masyarakat dalam hal ini bertujuan penilaian hasil belajar yang berkaitan dengan karakter siswa dapat diketahui oleh semua unsur yang bertanggung jawab dalam pendidikan (W.1.5. FM 15-12-2012)

Pendapat diatas dikonfirmasikan kembali dengan salah seoran informan guru yang menjelaskan bahwa:

Bentuk budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa

Bentuk Kebiasan

-Budaya bersih, kebiasan - Bentuk Perilaku: - Jujur, disiplin Bentuk Simbol Simbol kejujuran Simbol Disiplin Membangun Kerja Sama Membangun hubungan sosial

Penerapan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa

(12)

64

Membentuk karakter siswa melalui program pendidikan di sekolah kami selalu menjalin hubungan kerjasama dengan stakeholder dimana sekolah menjadi salah satu tempat atau lingkungan yang dapat membentuk karakter siswa misalnya melalui kegiatan akademik dan non akademik setiap kegiatan yang ada di sekolah kami selalu mengundang orang tua siswa dan komite serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan seperti kegiatan nonakademik kebersihan lingkungan penanaman sejuta pohon disetiap jalan itu termasuk karakter cinta lingkungan yang kami tanamkan kesiswa (W.1.5 ST 15-12-2012)

Setelah dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan gura menjelaskan bahwa:

Ya, dalam membentuk karakter siswa kami selalu menanamkan nilai-nilai budaya sekolah melalui penilaian prestasi akademik dan non akademik pada kegiatan akademik seorang siswa biasanya dinilai oleh guru mata pelajaran atau sekolompok guru yakni penilaian kemajuan dalam pengembangan karakter siswa melalui teman sejawat dengan tujuan kami mengembangkan sikap kejujuran dan tanggung jawab dalam setiap pekerjaan siswa, dan melalui kegiatan non akademik kami selalu melibatkan orang tua siswa dan masyarakat misalnya tentang kebersihan mesjid setiap hari-hari besar islam penanaman sejuta pohon nilai karakter adalah kerjasama, harga menghargai dan itu kami lakukan pada setiap kegiatan di sekolah (W.1.5.NA 15-12-2012)

Informasi tersebut dikonfirmasikan kembali dengan informan kepala sekolah menjelaskan bahwa:

Untuk mengembangkan nilai-nilai budaya yang di sekolah yang kami utamakan adalah bagaimana membentuk karakter siswa baik melalui kegiatan akademik dan nonakademik disini kami setiap kegiatan yang kami lakukan di sekolah selalu mengundang orang tua siswa serta masyarakat bahkan seluruh stakeholder sehingga dapat terjalin hubungan kerja sama dilingkungan sekolah (W.1.5.KS 15-12-2012)

Berdasarkan informasi dari beberapa informan menjelaskan bahwa dalam membentuk karakter siswa dapat menjalin hubungan sosial dengan orang tua siswa dengan masyarakat serta stakeholder adalah nilai-nilai budaya yang diterapkan di sekolah sehingga dapat membangun hubungan kerjasama dengan

(13)

65

seluruh pihak dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah. Namun temuan dalam penelitian adalah melalui kegiatan akademik dan non akademik setiap kegiatan yang ada di sekolah kami selalu mengundang orang tua siswa dan komite serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan seperti kegiatan nonakademik kebersihan lingkungan penanaman sejuta pohon disetiap jalan itu termasuk karakter cinta lingkungan yang kami tanamkan kesiswa

4.2. Nilai-Nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa a. Nilai Kerja Sama

Kepala sekolah dapat membangun kerjasama tim dalam pengembangan budaya sekolah

Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah menjelaskan bahwa:

Kerjasama tim pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Untuk itu nilai kerjasama, tanggung jawab, serta menghargai pendapat orang lain merupakan suatu keharusan dan kerjasama yang merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan yang ada pada seluruh personil sekolah dan itu saya terapkan didalam melaksanakan program sekolah yakni kerjasama diseluruh personil dan itu saya bina selama saya menjabat sebagai kepala sekolah (W.2.1 KS 17-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Setiap kegiatan yang ada di sekolah baik itu kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik kami selalu membentuk tim dalam melaksanakan kegiatan dan melibatkan siswa dalam melakukan pekerjaan dan siswa selalu kami membina bekerjasama baik dalam bentuk kelompok besar maupun kelompo kecil dibawah bimbingan kami itu melatih siswa bagaimana mampu bekerja sama, tanggung jawab, serta menghargai

(14)

66

pendapat teman itu termasuk nilai karakter yang selama ini dibangun dan sudah merupakan nilai budaya yang ada di sekolah (W. 2.1. NA 17-12-2012)

Informasi ini didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Dalam melaksanakan kegiatan yang ada di sekolah selalu kami membentuk tim yang dibawah binaan kepala sekolah dalam bekerjasama dan itu kami lakukan di sekolah termasuk dalam pengambilan keputusan kami selalu menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab (W.2.1.FM 17-12-2012)

Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa kerjasama tim merupakan nilai karakter yang termasuk nilai-nilai budaya yang dikembangkan di sekolah dalam pelaksanaan kegiatan baik itu kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik sekolah selalu mengembangkan kerja sama tim sehingga nilai karakter adalah kerjasama, tanggungjawab, dan saling menghargai didalam melaksanakan suatu kegiatan. Namun temuan dalam penelitian adalah nilai kerjasama, tanggung jawab, serta menghargai pendapat orang lain merupakan suatu keharusan dan kerjasama yang merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan yang ada pada seluruh personil sekolah dan itu saya terapkan didalam melaksanakan program sekolah yakni kerjasama diseluruh personil yang ada di sekolah

Pengembangan budaya sekolah diarahkan pada sasaran yang dapat diukur dalam mengembangkan budaya sekolah berorientasi pada kinerja

b. Nilai kinerja

Hasil wawancara dari informan kepala sekolah menjelaskan bahwa:

Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur dalam hal ini sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah untuk

(15)

67

meningkatkan mutu pendidikan terutama peningkatan kualitas guru-guru dalam hal yang dinilai adalah kinerja dari setiap guru dan disiplin dapat meningkat dan setiap penilaian dalam peningkatan kinerja harus berorientasi pada kinerja dan itu bentuk dari nilai-nilai budaya sekolah seperti bagaimana guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa kearah yang lebih baik disini guru bukan sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya tetapi baigamana guru dapat merubah perilaku siswa sehingga siswa mampu beradapitasi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat (W.2.2.KS 19-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seoran informan guru menjelaskan bahwa:

Dalam penguatan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah kami selalu beroerintasi pada kinerja sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing guru. Dan juga pada siswa kami selalu membimbing siswa dalam hal melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas bagaimana seorang siswa mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan disini nilai budaya adalah disiplin dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas dan siswa termotivasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan (W. 2.2.RD 19-12-2-12)

Informasi didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa dapat diukur kinerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pembimbing dan mengarahkan siswa kearah yang lebih baik melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah guru selalu membimbing siswa dalam melaksanakan tugas dengan tepat waktu nilai karakter adalah disiplin dan ketetapan waktu disetiap melaksanakan tugas (W.2.2 FM 19-12-2012)

Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangan nilai-nilai budaya dalam membentuk karakter. Kepala sekolah selalu mengukur kinerja guru sebagai pembimbing dan mampu mengarahkan siswa kearah yang lebih baik dimana guru bukan sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi bagaiamana guru mampu merubah perilaku siswa sehingga dapat terbentuk nilai-nilai karakter siswa yang merupakan

(16)

68

penerapan dari nilai-nilai budaya sekolah, kepala sekolah selalu beroerientasi pada kinerja untuk mengukur ketercapaian guru. Namun temuan dalam penelitian pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur dalam hal ini sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama peningkatan kualitas guru-guru dalam hal ini yang dinilai adalah kinerja dari setiap guru dan disiplin yang dapat meningkatkan dan setiap penilaian dalam peningkatan kinerja harus berorientasi pada kinerja dan itu bentuk dari nilai-nilai budaya sekolah

Adapun penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa di SMA Negeri 1 Paguat Kabupaten Pohuwato dibuat dalam bentuk peta konsep dibawah ini:

c. Nilai Kejujuran

Kepala sekolah menanamkan nilai kejujuran kepada siswa dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah

Kerjasana Tim Berorientasi Kinerja Nilai Kejujuran Nilai-nilai budaya sekolah dalam Membentuk karakter siswa Nilai disiplin Pembentukan nilai-nilai karakter siswa dalam pengembangan budaya sekolah Melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler

(17)

69

Hasil wawancara dari informan guru menjelaskan bahwa:

Nilai-nilai budaya yang diterapkan di sekolah adalah nilai kejujuran disini kami dari pihak sekolah selalu menerapkan pada kegiatan sebelum masuk kelas atau pada saat apel siswa kami sering menanyakan kepada siswa siapa yang datang terlambat dan siswa dapat mengajukan tangan, jujur dalam melaksanakan tugas sendiri, jujur dalam berkata dan kami menerapkan nilai kejujuran di sekolah seperti ada kotak kejujuran di setiap kelas itu menandakan barang siapa yang menemukan barang orang lain itu langsung dimasukan kedalam kotak dan kami sudah terapkan kepada siswa dan pada akhirnya dampaknya pada siswa itu sendiri tidak siswa yang kehilangan barang-barangnya walaupun barang itu tertinggal (W.2.3.NA 20-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan pada informan kepala sekolah menjelaskan bahwa:

Memang nilai-nilai kejujuran yang saya selalu terapkan kepada siswa bahkan seluruh personil yang ada di sekolah sebab kunci dari segalanya adalah kejujuran baik itu melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik pada kegiatan akademik melalui kegiatan kurikuler itu saya masukan pada proses pembelajaran dimana siswa dibimbing mengunkapkan sesuatu dengan jujur walaupun pahit itu rasanya dalam hal berprilaku sehari-hari di sekolah dalam kegiatan nonakademik biasanya saya sebelum pelajaran dimulai saya mengeliligi kelas dan selalu bertanya siapa yang terlambat masuk dan siapa yang tidak ikut apel begitu juga pada guru-guru saya membuat daftra hadir yang terlambat datang kesekolah dan rencana saya kedepan saya akan membuat kantin kejujuran di sekolah itu baru tahap perencanaan (W.2.3 KS 20-12-2012)

Informasi ini didukung oleh seorang informan guru menjelakan bahwa:

Nilai kejujuran kami selalu terapkan kepada siswa baik melalui kehidupan sehari-hari maupun melalui kegiatan akademik dan nonakademik dan itu sudah merupakan nilai-nilai budaya yang kami kembangkan di sekolah melalui kegiatan akademik dimasukan dalam setiap mata pelajaran setiap perangkat pembelajaran itu harus diterapkan nilai-nilai karakter apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran begitu juga dalam kegiatan nonakademik (W.2.3.NA 20-12-2012)

(18)

70

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa adalah yang pertama kejujuran sebab kejujuran merupakan kunci dari segala perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kejujuran diterapkan di sekolah melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik. Namun temuan dalam penelitian menerapkan nilai kejujuran di sekolah seperti ada kotak kejujuran di setiap kelas kejujuran baik itu melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik pada kegiatan akademik melalui kegiatan kurikuler itu saya masukan pada proses pembelajaran dimana siswa dibimbing mengunkapkan sesuatu dengan jujur walaupun pahit itu rasanya dalam hal berprilaku sehari-hari di sekolah dalam kegiatan nonakademik biasanya saya sebelum pelajaran dimulai saya mengeliligi kelas dan selalu bertanya siapa yang terlambat masuk dan siapa yang tidak ikut apel begitu juga pada guru-guru saya membuat daftra hadir yang terlambat datang kesekolah dan rencana saya kedepan saya akan membuat kantin kejujuran di sekolah itu baru tahap perencanaan

d. Nilai disiplin

Kepala sekolah menerapkan disiplin kepada siswa dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah

Hasil wawancara dari salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Disiplin yang diterapkan di sekolah yang pertama adalah masuk di sekolah tepat waktu mengikuti apel tepat waktu siswa yang terlambat mengikuti apel diberi sangsi misalnya berpidato didepan teman-teman dan juga ada yang mengumpul rumput dan keluar tepat waktu ada siswa ditemukan keluar sekolah belum waktunya diberi sanksi mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh guru dalam proses pembelajaran disiplin dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Disiplin

(19)

71

dalam bertutur kata ini termasuk nilai-nilai budaya yang kami terapkan di sekolah (W.2.4. FM. 22-12-2012)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Dalam penguatan nilai-nilai budaya sekolah yang selalu kami terapkan di sekolah selain nilai kejujuran.kerja sama. tanggung jawab dan lain-lain adalah disiplin. Nah nilai disiplin disini seperti sebelum apel kami selalu mengkoordinir siswa yang ditemukan terlambat kami beri sanksi yang dapat memotivasi siswa(W. 2.4.NA 22-12-2012)

Informasi ini didukung oleh salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Benar apa yang sudah dijelaskan sebelumnya kami selalu mendepankan nilai disiplin kepada siswa dan itu juga bukan hanya siswa seluruh personil yang ada di sekolah baik itu kepala sekolah, guru-guru dan tenaga administrasi semuanya itu sudah ditetapkan jam masuk dan jam keluar siswa yang terlambat dberi sangsi dan guru-guru serta tenaga administrasi kalau terlambat ada daftar hadir khusus yang terlambat dan itu harus jujur mengisinya (W.2.3.NM 22-12-2012)

Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai-nilai budaya yakni disiplin harus diterapkan pada seluruh personil sekolah nilai disiplin sudah diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah baik melalui kegiatan akademik maupun kegiatan nonakademik. Namuan temuan dalam penelitian disiplin yang diterapkan di sekolah yang pertama adalah masuk di sekolah tepat waktu mengikuti apel tepat waktu siswa yang terlambat mengikuti apel diberi sangsi misalnya berpidato didepan teman-teman dan juga ada yang mengumpul rumput dan keluar tepat waktu ada siswa ditemukan keluar sekolah belum waktunya diberi sanksi mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh guru dan guru-guru dan tenaga administrasi semuanya itu sudah ditetapkan jam masuk dan jam keluar siswa yang terlambat dberi sangsi dan

(20)

guru-72

guru serta tenaga administrasi kalau terlambat ada daftar hadir khusus yang terlambat dan itu harus jujur mengisinya.

e. Melalui kegiatan Kurikuler dan ekstrakurikuler

Penguatan nilai-nilai budaya sekolah diterapkan melalui kegiatan kurikuler

ekstrakurikuler

Hasil wawancara dari salah seorang informan guru menjelaskan bahwa: Melalui proses pembelajaran untuk menanamkan nilai karakter pada siswa dilakukan pada kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Pada kegiatan kurikuler dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan sebelumnya dalam hal ini perubahan perilaku siswa ditandai dengan adanya perubahan sikap ke arah yang positif antara lain dapat dilihat dari oleh pikir, kreaktif, inovatif. Olahraga sehat, disiplin, bersahabat olah hati beriman dan bertaqwa, olah karsa ramah, gotong royong dan ini nilai karakter yang kami terapkan kesiswa sehingga dapat terbentuk karakter siswa seperti: rasa kebersamaan, disiplin tanggug jawab serta hormat menghrormati dan kegiatan ektrakurikuler melalui kegiatan pelestaraian lingkungan dan melalui kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa (W.2.5.FM 26-12-2-12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan menjelaskan bahwa:

Nilai-nilai karakter yang dimasukan dalam pendidikan karakter baik dalam program kurikuler dan ekstrakurikuler memiliki kesamaan dan disesuaikan dengan tema kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu melalui pendidikan budi pekerti, pendidikan moral dan diterapkan etika dan estetika bertujuan dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk membentuk karakter siswa. Dalam kegiatan kurikuler itu diintegrasikan melalui mata pelajaran. (W.2.5. NA 26-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali pada informan kepala sekolah mendukung informasi menjelaskan bahwa:

Penguatan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah itu kami sudah terapkan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dimana pada kegiatan

(21)

73

kurikuler sudah diintergrasikan pada seluruh mata pelajaran yang akan diterapkan melalui proses pembelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler itu sudah dibuat dalam kegiatan seperti pramuka, kegiatan PMR, cinta lingkungan dan melalui kegaitan dalam pengembangan bakat dan minat (W.2.5. KS 26-12-2012)

Berdasarkan informasi dari berbagai informan dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai-nilai karakter yang dapat membentuk karakter siswa itu sudah dilaksanakan pada kegiatan kurikuler diintergrasikan melalui mata pelajaran melalui perangkat pembelajaran disetiap perangkat pembelajaran itu dimasukan nilai-nilai karakter apa yang diharapkan pada setiap kompetensi dasar seperti nilai religius, sikap dan perilaku, kerjasama hormat menghargai dan kegiatan ekstrakurikuler melalui kegiatan keagamaan, kegiatan nasional, kerjabakti dan cinta lingkungan serta melalui kegiatan seni dan olahraga. Namun temuan dalam penelitian penguatan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah itu kami sudah terapkan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dimana pada kegiatan kurikuler sudah diintergrasikan pada seluruh mata pelajaran yang akan diterapkan melalui proses pembelajaran sedangkan kegiatan ekstrakurikuler itu sudah dibuat dalam kegiatan seperti pramuka, kegiatan PMR, cinta lingkungan dan melalui kegaitan dalam pengembangan bakat dan minat

4.3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa

4.3.1. Kondisi internal

Hasil wawancara dari informan menjelaskan bahwa:

Faktor internal adalah yang disebabkan masih sebagaian guru dalam proses pembelajaran itu hanya menyampaikan materi pelajaran dan kurang memetingkan karakter pada siswa itu terlihat dalam perangkat pembelajaran masih sebagaian belum memuat nilai-nilai karakter apa yang diharapkan pada

(22)

74

kompetensi dasar yang dicapai pada penyampaian metode yang digunakan masih bersifat konvensional dan faktor eksternal masih kurangnya perhatian orang tua dalam mengikutkan anaknya kedalam kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dan juga masyarakat kurang pedulinya terhadap cinta lingkungan dukungan masyarakat masih kurang (W.2.3. SM 27-12-2012)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan informan kepala sekolah menjelaskan bahwa:

Penguatan nilai-nilai budaya dalam membentuk karakter siswa itu saya sudah jelaskan sebelumnya itu dilaksanakan baik melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler dalam hal pada kegiatan kurikuler itu sudah diintegrasikan melalui mata pelajaran tetapi kondisi internal yang dapat mempengaruhinya adalah masih sebagaian guru juga mengajar masih menggunakan metode tradisional tetapi itu saya maklumi dan ada juga faktor siswa yan sulit merubah prilaku sikap yang merupakan faktor bawaan tetapi kami sangat berusaha dan kondisi ekternal itu masih kurangnya dukungan orang tua siswa dan masyarakat dalam kegiatan yang kami laksanakan (W 2.3.KS 27-12-2012)

Informasi ini didukung oleg salah seorang informan guru menjelaskan bahwa:

Nilai- nilai yang diterapakan dalam membentuk karakter siswa itu benar ada yang disebabkan oleh faktor internal adalah guru dan siswa dan kondisi eksternal adalah kuangnya dukungan orang tua dan masyarakat dalam pelaksanakan kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah tetapi kami dari pihak sekolah tidak putus asah tetapi kami berusaha kerjasama dengan masyarakat seperti kami melakukan kebersihan ditempat-tempat ibadah, kebersihan dipinggir jalan (W. 2.3.RD 27-12-2012)

Berdasarkan informasi dari berbagai informan menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai budaya yang ada di sekolah itu dapat dipengaruhi oleh kondisi internal yakni guru dan siswa sedangkan kondisi eksternal adalah orang tua dan masyarakat masih sebagaian masyarakat kurang mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah namun temuan dalam penelitian masih sebagaian guru juga mengajar masih menggunakan metode tradisional tetapi itu saya

(23)

75

maklumi dan ada juga faktor siswa yan sulit merubah prilaku sikap yang merupakan faktor bawaan tetapi kami sangat berusaha dan kondisi ekternal itu masih kurangnya dukungan orang tua siswa dan masyarakat dalam kegiatan yang kami laksanakan

4.3.2. Kondisi eksternal

4.4. Pembahasan.

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar anggota masyarakat sekolah saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi meliputi antara siswa berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan siswa, konselor dengan siswa dan sesamanya, pegawai administrasi dengan siswa, guru dengan sesamanya. Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku disuatu sekolah.

Kendala-kendala dalam

mengembangkan budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa

Kondisi internal Kondisi eksternal

Dampak pelaksanaan pengembangan

budaya sekolah dalam membentuk karakter siswa

(24)

76

Dirto. Dkk (1995:87) menjelaskan bahwa budaya sekolah adalah karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai-nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya dan tindakan yang ditunjukan oleh selruh personil sekolah yang membentuk suatu kegiatan khusus dari sistem sekolah. Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasai perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah dimasyarakat luas.

Manfaat dari pengembangan budaya sekolah, diantaranya adalah: (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik, (2) dapat membuka seluruh jaringan komunikasi kerja yang lebih baik dari segala jenis baik komunikasi vertikal maupun horizontal, (3) lebih bersifat terbuka dan transparansi, (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi, (5) jika menemukan suatu kesalahan akan segera dapat diperbaiki, (6) meningkatkan solidaritas dan rasa kebersamaan, (7) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.

Manfaat bagi individu dan kelompok antara lain: (1) meningkatkan kepuasaan kerja, (2) pergaulan lebih akrab, (3) disiplin meningkat, (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan, (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif, (6) belajar dan berprestasi terus, (7) selalu ingin memberikan terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.

Budaya sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam lembaga pendidikan suatu sekolah

(25)

77

dimana sekolah tersebut dipegang oleh kepala sekolah, guru, dan staf maupun peserta didik yang dapat bermanfaat dalam memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.

Nilai dan keyakinan dapat memberikan konstribusi dalam menggerakan sekolah sangat tergantung pada peran dan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk mengkomunikasikan nilai dan keyakinan sekolah agar memberikan dampak positif terhadap perilaku stafnya. Peserta didik, guru, dan orang tua serta masyarakat harus memahami, menghayati dan mengartikulasi nilai dan keyakinan untuk menggerahkan semua sumber daya seklah dalam mencapai tujuan.

Kepala sekolah dapat membangun nilai dan keyakinan sekolah yang kokoh sebagai landasan mewujudkan sekolah yang baik (good school). Nilai dan keyakinan tersebut dapat menjadi landasan moral perilaku warga sekolah. Kepala sekolah membangun nilai dan keyakinan anggota di dasarkan pada visi dan misi sekolah tersebut.

Norma dapat dipahami sebagai seperangkat ketentuan yang berlangsung secara alami atau ditetapkan oleh suatu kelompok untuk ditaati bersama.norma dapat berupa kebiasaan, adat istiadat dan peraturan. Norma dapat menjadi referensi anggota dalam berfikir dan bertindak tentang apa yang akan dicapai di sekolah. Itulah sebabnya sekolah memiliki norma akan melahirkan karakteristik budaya sekolah yang berkualitas. Sekolah memiliki budaya dapat dilihat dari kemampuan sekolah untuk menciptakan seperangkat norma sebagai acuan warga sekolah dalam berperilaku di sekolah, kepala sekolah, guru, peserta didik dan

(26)

78

pihak lainnya tanpa norma tertanam dalam aktivitas sehari-hari maka sulit untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Maka kepala sekolah dituntut untuk membangun norma sekolah agar tercipta sekolah yang bermutu.

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan mempraktikknya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lain menurut Gaffar (2010:1), sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam keperibadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting yaitu: (1) proses transformasi nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam keperibadian dan (3) mebjadi satu dalam perilaku.

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran emosi dan motivasinya (perasaan).

Dalam konteks pendidikan karakter melihat bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai mahluk yang berketuhanan sehingga dapat mampu mengembangkan nilai-nilai budaya disekolah. Sedangkan pendidikan nasional bertujuan membentuk watak yang diarahkan pada pembentukan watak. Tujuan utama pendidikan karakter adalah memfasilitasi

(27)

79

penguatan dan pengembangan nilai-nilai budaya tertentu sehingga terwujud dalam perilaku siswa baik melalui proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah)

Referensi

Dokumen terkait

1 H. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru pendidikan jasmani olahraga dan

Sekolah (RKAS). Pengalokasian biaya pengembangan pendidik disusun melalui RKAS dengan melibatkan Tim Pengembang Sekolah yang terdiri atas dari kepala sekolah, guru,

Tujuan dari adanya lembaga pendidikan salah satunya adalah untuk membentuk karakter siswa. Karakter menjadi pembeda antara anak yang bersekolah dan tidak bersekolah. Dengan

sekolah lainnya. Melalui pembinaan yang baik dan terprogram oleh kepala sekolah dan guru, program kewirausahaan tersebut diharapkan menjadi salah satu sumber dana

Ini sekolah yang besar tidak semuanya harus dilakukan kepala sekolah, jadi penanganan pedagogis guru, pada prakteknya dengan pembagian tugas kepada guru senior

Pada kegiatan inti: (a) guru bersama siswa membentuk kelompok menjadi 5 kelompok; (b) secara berkelompok, dengan memperhatikan penjelasan guru, siswa menyelesaikan tugas

Maksud dalam ikut serta disini saya (guru PAI) mengintervensi secara langsung siswa yang melakukan sikap indisipliner atau siswa yang tidak disiplin saat kegiatan

Adapun pertanyaan yang diajukan mulai dari pendapat kepala sekolah, guru dan murid tentang bahayanya narkoba, kebijakan kepala sekolah dalam membuat aturan hingga