• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
467
0
0

Teks penuh

(1)

I - 1 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2014 - 2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan adanya dokumen

perencanaan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan

pembangunan daerah sebagai pedoman dalam pengalokasian program dan anggaran sesuai dengan target sasaran dan kebijakan pembangunan daerah. Salah satu dokumen yang harus disusun oleh pemerintah kabupaten adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, RPJMD Tahun 2014-2018 merupakan penjabaran visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati Jombang periode tahun 2013-2018 yang telah dilantik pada 24 September 2013. Dokumen RPJMD Tahun 2014-2018 merupakan rencana pembangunan jangka menengah periodesasi ketiga dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jombang Tahun 2005-2025. Visi, Misi, dan Program Bupati dan Wakil Bupati dalam penyusunannya diselaraskan dengan sasaran prioritas pembangunan nasional sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, arah kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 dan RPJPD Kabupaten Jombang Tahun 2005-2025.

RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018 merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Jombang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi arah pembangunan yang ingin dicapai daerah

(2)

I - 2 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

dalam kurun waktu masa bakti kepala daerah. Dengan dilantiknya Drs. Ec. H. Nyono Suherli Wihandoko sebagai Bupati Jombang dan Hj. Mundjidah Wahab sebagai Wakil Bupati Jombang pada 24 September 2013, maka Pemerintah Kabupaten Jombang menyusun RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018 yang nantinya akan menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada setiap tahun dan juga dijadikan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Pasal 25 Ayat (1) dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 69 Ayat (2).

RPJMD sebagai suatu bentuk perencanaan strategis yang disusun melalui proses yang dilakukan dengan memperhatikan pendekatan dalam penyusunan perencanaan, penelaahan kondisi dan permasalahan daerah serta identifikasi potensi sumberdaya yang ada agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis dengan tetap berada dalam tatanan sistem manajemen pembangunan nasional. Dengan demikian, RPJMD Tahun 2014-2018 merupakan dokumentasi rencana pemenuhan kebutuhan nyata serta untuk mengantisipasi berbagai persoalan aktual yang akan dihadapi oleh seluruh masyarakat Kabupaten Jombang.

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Landasan hukum penyusunan RPJMD Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

(3)

I - 3 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

10.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi;

11.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

(4)

I - 4 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

14.Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor: 0199/ MPPN/04/2010; Nomor: PMK 95/PMK07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

15.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2025;

16.Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014;

17.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031;

18.Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jombang tahun 2005–2025;

19.Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029;

20.Peraturan Daerah Kabupaten Kediri Nomor 14 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kediri Tahun 2010-2030;

21.Peraturan Daerah Kabupaten Kediri Nomor 10 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri Tahun 2011-2015;

22.Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2015;

23.Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Nganjuk Tahun 2011-2031;

(5)

I - 5 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

24.Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2011-2015;

25.Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031;

26.Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mojokerto Tahun 2012-2032;

27.Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Nganjuk Tahun 2013-2017;

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Sebagai konsekuensi dari landasan hukum pada penyusunan RPJMD, maka dokumen RPJMD Tahun 2014-2018 memiliki keterkaitan dengan dokumen-dokumen perencanaan pembangunan lainnya. Adapun penjelasan keterkaitan dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Hirarki perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional menjadi dasar dalam

penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu, RPJMD merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan. RPJMD harus sinkron dan sinergi antar daerah, antarwaktu, antarruang dan antarfungsi pemerintah, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah;

2. Substansi RPJP Nasional Tahun 2005-2025, RPJM Nasional Tahun 2009-2013, RPJMD Provinsi Jawa Timur 2009-2014, dan RPJPD Kabupaten Jombang Tahun 2005-2025 menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018. Secara lebih lanjut bahwa RPJMD membentuk keterkaitan secara hirarkis dengan penyusunan RKPD setiap tahunnya;

3. Penyusunan RPJMD juga memperhatikan RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029, terutama dari sisi pola dan struktur tata ruang,

(6)

I - 6 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Kabupaten Jombang;

4. Selain berpedoman dan memperhatikan ketentuan dimaksud,

penyusunan RPJMD juga memperhatikan: (1) Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals (MDGs) Tahun 2011-2015; 2) RAD Pangan dan Gizi (PG) Tahun 2013-2015; (3) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); (4) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI); (5) Pelingkupan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); (6) Standar Pelayanan Minimal (SPM); (9) RPJMD dan RTRW kabupaten sekitar; 5. RKPD yang merupakan penjabaran RPJMD akan menjadi pedoman

dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Pemerintah Kabupaten Jombang untuk program/ kegiatan yang akan didanai dari APBD. Sementara program/kegiatan yang direncanakan untuk dibiayai dana APBN akan diserasikan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) melalui proses musrenbang nasional. RKP akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (RAPBN).

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

RPJMD Tahun 2014-2018 secara teknis disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dengan sistematika penulisan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Sistematika penulisan RPJMD adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD,

maksud dan tujuan penyusunan, landasan normatif

penyusunan, hubungan dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

1.2 Dasar Hukum

1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

(7)

I - 7 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

1.5 Maksud dan Tujuan

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Bab ini menguraikan statistik dan gambaran umum kondisi daerah saat ini, dengan maksud mengetahui keadaan daerah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial ekonomi daerah yang akan diintervensi melalui berbagai kebijakan dan program daerah dalam jangka waktu lima tahun. Bab ini diperjelas dan diperinci ke dalam sub bab-sub bab sebagai berikut:

2.1 Aspek Geografi dan Demografi; 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat; 2.3 Aspek Pelayanan Umum;

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

BAB III. GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum keuangan daerah dan pembiayaan pembangunan yang pada akhirnya akan diketahui kemampuan daerah dalam membiayai program-program pembangunan. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah: 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu;

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu; 3.3 Kerangka Pendanaan.

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Bab ini berisi uraian tentang permasalahan pembangunan yang akan dianalisa, sehingga menghasilkan isu-isu strategis dengan tujuan untuk memudahkan proses perumusan arah kebijakan, strategi dan skala prioritas.

4.1 Permasalahan Pembangunan; 4.2 Isu Strategis;

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Bab ini menguraikan rumusan visi dan misi Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018, serta tujuan dan sasaran pembangunan dalam kurun waktu tahun 2014-2018. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah:

5.1 Visi; 5.2 Misi;

(8)

I - 8 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

5.3 Tujuan dan Sasaran.

BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya serta arah kebijakan yang menjadi pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran.

BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam bagian ini diuraikan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja

sasarana yang menjadi acuan penyusunan program

pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang telah di tetapkan.

BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah daerah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator kinerja dan pagu indikatif masing-masing program pembangunan daerah serta pagu indikatif untuk

program-program yang berhubungan dengan pemenuhan

penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Terdapat pula penjelasan target capaian pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan.

BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Bab ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun, sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

(9)

I - 9 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Bab ini bertujuan untuk tetap menjaga keberlangsungan dan kesinambungan proses pembangunan daerah yang sudah dilaksankan dengan masa yang akan datang. Adapun struktur sub bab dalam bab ini adalah:

10.1 Pedoman Transisi 10.2 Kaidah Pelaksanaan

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan dokumen RPJMD Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

1. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah, sebagai pedoman penyusunan Renstra SKPD dan rencana pembangunan tahunan (RKPD);

2. Menjadi tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta instrumen bagi DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan;

3. Menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan bagi seluruh pemangku kepentingan

Adapun tujuan penyusunan dokumen RPJMD Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

1. Merupakan bagian dari RPJPD Tahun 2005-2025, yang berkedudukan sebagai dokumen perencanaan induk dengan wawasan waktu 20 tahunan;

2. Merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu Bupati/Wakil Bupati Jombang 2014 periode 2013-2018;

3. Menyediakan standar untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap SKPD;

4. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pememerintah daerah dan DPRD dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur;

5. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah dan DPRD untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahunan.

(10)

II - 1 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI A. Karakteristik Lokasi Wilayah

1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Jombang adalah 1.159,50 km², atau menempati sekitar 2,5% luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta 1.258 dusun/lingkungan. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk Wilayah Pengembangan Germakerto-susila Plus, yang secara struktur maupun pola ruang lebih banyak diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur. Disamping itu, untuk pengembangan sistem perdesaan diarahkan pada penguatan hubungan desa-kota melalui pemantapan sistem agropolitan. Peta wilayah administrasi Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.1.

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Jombang

(11)

II - 2 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Batas wilayah administrasi Kabupaten Jombang adalah:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro b. Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang d. Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk

Luasan wilayah kecamatan dan jumlah desa/dusun pada masing-masing kecamatan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.1.

Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Batas Administrasi No. Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Desa/ Kelurahan Jumlah Dusun

1 Bandarkedungmulyo 32,50 11 42 2 Perak 29,05 13 36 3 Gudo 34,39 18 75 4 Diwek 47,70 20 100 5 Ngoro 49,86 13 82 6 Mojowarno 78,62 19 68 7 Bareng 94,27 13 50 8 Wonosalam 121,63 9 48 9 Mojoagung 60,18 18 60 10 Sumobito 47,64 21 76 11 Jogoroto 28,28 11 46 12 Peterongan 29,47 14 56 13 Jombang 36,40 20 72 14 Megaluh 28,41 13 41 15 Tembelang 32,94 15 65 16 Kesamben 51,72 14 61 17 Kudu 77,75 11 47 18 Ngusikan 34,98 11 39 19 Ploso 25,96 13 50 20 Kabuh 97,35 16 87 21 Plandaan 120,40 13 57 Jumlah 1.159,50 306 1.258

Sumber data: Bappeda, Tahun 2013

Berdasarkan data tersebut Kecamatan Wonosalam merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas dengan luas 121,63 Km² dan memiliki 9 desa dan 48 dusun. Sedangkan Kecamatan Ploso merupakan kecamatan dengan wilayah yang terkecil dengan luas 25,96 Km² dan memiliki 13 Desa dan 50 Dusun.

(12)

II - 3 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

B. Letak dan Kondisi Geografis 1) Posisi Geografis

Secara geografis, Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalur arteri primer Surabaya-Madiun-Yogyakarta dan jalan provinsi Malang-Jombang-Babat, serta dilintasi ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang kini sedang dalam tahap pembangunan. Ibukota Kabupaten Jombang berjarak 79 km dari Surabaya, Ibukota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang terletak antara 7°20’48,60”-7°46’41,26” Lintang Selatan serta antara 112°03’46,57”-112°27’21,26” Bujur Timur.

2) Kondisi Kawasan Kabupaten Jombang

Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 3 kawasan utama yaitu:

a) Kawasan Utara, berada di sebelah utara Sungai Brantas, merupakan bagian dari pegunungan kapur yang mempunyai fisiologi mendatar dan berbukit-bukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu, dan Ngusikan.

b) Kawasan Tengah, berada di sebelah selatan Sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok untuk tanaman padi dan palawija karena memiliki sistem irigasi yang cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben.

c) Kawasan Selatan, berada di sebelah tenggara Kabupaten Jombang, merupakan tanah pegunungan yang cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, dan Wonosalam.

3) Topografi

Berdasarkan pola relief topografi, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:

a) Bagian Selatan, merupakan morfologi perbukitan vulkanik, yang meliputi sebagian Kecamatan Mojoagung, sebagian Kecamatan Bareng, serta Kecamatan Wonosalam, dengan puncaknya antara lain G. Gede-1 (1.629 m), G. Gentonggowok (1.942 m), G. Gede-2 (1.868 m), G. Watujuwadah (1.629 m), dan G. Tambakmerang (1.360 m);

(13)

II - 4 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

b) Bagian Tengah, merupakan morfologi dataran aluvial. Satuan ini menempati sebagaian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang dicirikan oleh topografi datar dengan elevasi 21-100 meter dpal dan kemiringan lereng 0-2%, dimana terdapat aliran sungai besar yang permanen (perenial) seperti Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya. Kawasan ini telah berkembang sebagai pemukiman dan perkotaan yang pesat, terbentuk tanah-tanah yang tebal dan subur, serta terdapat lahan pertanian beririgasi teknis. Pada satuan ini elevasi berkisar antara 21 hingga 100 meter dpal;

c) Bagian Utara, merupakan perbukitan struktural lipatan, meliputi sebagian Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan Plandaan. Satuan morfologi ini dicirikan oleh adanya pola kontur yang kasar, dengan kemiringan lereng 16-40%. Pola kontur tidak teratur, karena pengaruh proses erosi dan banyaknya puncak-puncak bukit rendah, seperti G. Selolanang (261 m), G. Guwo (231 m), G. Wadon (220 m), G. Resek (164 m), dan G. Pucangan (168 m).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari dataran rendah, yakni 95% wilayahnya memiliki ketinggian kurang dari 500 meter, sementara 4,38% memiliki ketinggian 500-700 meter, dan 0,62% memiliki ketinggian >700 meter. Sedangkan secara morfometri, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelas kemiringan lereng, yaitu:

a) Kelas kemiringan 0–2%, meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang, kecuali Kecamatan Wonosalam, Kudu dan Ngusikan; b) Kelas kemiringan 2–5%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan

Mojowarno, Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Jombang, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan;

c) Kelas kemiringan 15–40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan;

d) Kelas kemiringan >40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Plandaan.

Penyebaran kemiringan lahan di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

(14)

II - 5 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Gambar 2.2.

Peta Penyebaran Ketinggian di Kabupaten Jombang

Sumber: Bappeda, Tahun 2012 4) Geologi

a) Struktur dan Karakteristik

Geologi wilayah Kabupaten Jombang secara umum tersusun atas batuan dan endapan berumur kuarter. Struktur geologi yang kompleks terdapat di kawasan utara Sungai Brantas, sedangkan kawasan selatan Sungai Brantas lebih didominasi oleh hasil aktivitas vulkanisme.

Stratigrafi daerah Kabupaten Jombang bagian utara merupakan bagian dari stratigrafi Mandala Kendeng yang umumnya terdiri dari endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik yang merupakan endapan laut dalam, kemudian endapan laut menjadi semakin dangkal, sehingga terbentuk endapan non laut.

Urutan stratigrafi Kabupaten Jombang dari yang tertua sampai termuda adalah (1) Formasi Kalibeng Bawah; (2) Formasi Kalibeng Atas; (3) Formasi Pucangan; (4)Formasi Kabuh; (5) Formasi Notopuro; (6) Endapan Vulkanik Tua; (7) Endapan Vulkanik Muda; serta (8) Aluvium.

(15)

II - 6 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Satuan Aluvium mendominasi sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Jombang, Megaluh, Kesamben, Diwek, Peterongan, Tembelang, Sumobito, Gudo, Jogoroto, Perak dan Bandarkedungmulyo. Litologi satuan ini berupa endapan aluvial dan endapan sungai berupa material lepas dominan berukuran lempung sampai kerikil. Penyebaran geologi di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.3.

Peta Penyebaran Geologi di Kabupaten Jombang

Sumber: Bappeda, Tahun 2012 b) Potensi

Jenis struktur geologi yang paling luas adalah 56.042,8 Ha, yaitu alluvium. Tanah tersebut bercirikan warnanya kelabu dan bersifat subur. Tanah aluvium cocok bagi tanaman padi, palawija, tembakau, tebu, kelapa dan buah-buahan. Dengan demikian, sebagian besar wilayah kabupaten jombang sangat berpotensi untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu, kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan dan litosol, grumosol kelabu tua,

(16)

II - 7 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

alluvial kelabu, dan asosiasi litosol dan mediteran merah. Adapun sebaran jenis tanah yang mendominasi di wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut:

1. Asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu tersebar di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojowarno, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang dan Ngoro;

2. Kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan, dan litosol tersebar di wilayah kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Sumobito, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, Kesamben, Kudu, Ngusikan, Ploso, Kabuh dan Plandaan;

3. Tanah grumosol kelabu tua di wilayah Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu dan Ngusikan;

4. Alluvial kelabu terletak di Mojowarno, Bareng dan Mojoagung;

5. Asosiasi latosol dan mediteran merah tersebar di Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Jombang, Megaluh, Kudu, Ngusikan dan Plandaan.

5) Hidrologi

Hidrogeologi wilayah Kabupaten Jombang sangat dipengaruhi oleh sebaran litologi, topografi dan struktur geologi. Pembagian wilayah hidrogeologi secara umum tercermin dari kondisi satuan-satuan morfologinya. Kondisi topografi yang khas, dimana daerah Jombang secara umum merupakan lembah antar bukit (intermountain basin) yang dapat digunakan sebagai dasar perkiraan, bahwa aliran air bawah tanah akan mengalir dari perbukitan vulkan ke arah utara dan dari perbukitan struktural ke arah selatan. Berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologinya, Kabupaten Jombang termasuk dalam wilayah Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto. Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto merupakan bagian dari Cekungan Air Bawah Tanah Brantas yang sebarannya berada di wilayah Sungai Brantas dengan luas sekitar 6.186 Km².

Hampir seluruh wilayah Kabupaten Jombang termasuk dalam DAS Brantas (99,2%), dan hanya sebagian kecil saja yang masuk DAS Bengawan Solo (0,8%). Sungai-sungai utama yang melintasi wilayah Kabupaten Jombang antara lain, Sungai Brantas, Sungai Konto, Sungai Jarak, Sungai Pakel, dan Sungai Gunting. Luasan wilayah DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut:

(17)

II - 8 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Tabel 2.2.

Luas DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang

DAS Sub DAS Luas

Ha % Brantas Beng 7.923 6,8 Konto 14.402 12,4 Marmoyo 23.166 20,0 Ngotok-Ringkanal 43.352 37,4 Gunting 26.204 22,6

Bengawan Solo Solo Hilir 21 0,0

Lamongan 882 0,8

Jumlah 115.950 100,0

Sumber: BPDAS Brantas Tahun 2013

Kabupaten Jombang memiliki potensi sumber daya air untuk keperluan irigasi, yaitu sungai sepanjang 394,30 Km, saluran induk sepanjang 62,90 Km, saluran sekunder sepanjang 434,44 Km, saluran suplesi sepanjang 4,33 Km, serta saluran pembuang sepanjang 187,08 Km. Di samping itu, untuk memenuhi ketersediaan air, terdapat 20 embung dan 84 bendung.

6) Klimatologi

Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan. Wilayah Kabupaten Jombang dipengaruhi oleh iklim tropis dengan angka curah hujan rata-rata berkisar 1.800 mm/tahun dan temperatur antara 20 C - 32 C.

Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten Jombang termasuk memiliki tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.800 mm. Berdasarkan peluang curah hujan tahunan, wilayah Kabupaten Jombang tergolong beriklim sedang sampai basah. Di bagian tenggara dan timur, curah hujan sedikit lebih besar. Wilayah Kabupaten Jombang merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, serta dilalui juga oleh dua aliran sungai besar yang merupakan sub DAS Brantas, yaitu Sungai Konto dan Sungai Gunting.

7) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

(18)

II - 9 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Jombang, kawasan lindung di Kabupaten Jombang meliputi kawasan hutan lindung (2.864,70 Ha), sempadan sungai (6.514,42 Ha), kawasan sekitar waduk (32,26 Ha), kawasan sekitar mata air (34,60 Ha), serta hutan kota (1.307,97 Ha).

Adapun kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi kawasan pertanian lahan basah (33.149,58 Ha), kawasan pertanian lahan kering (4.770,17 Ha), kawasan perkebunan (5.431,62 Ha), kawasan hutan produksi (20.580,80 Ha), kawasan permukiman (27.445,0 Ha), serta kawasan peruntukan industri (1.235,77 Ha).

C. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Jombang diarahkan pada penguatan 5 (lima) sektor unggulan, yaitu: pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan, serta pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh yang meliputi: Mojowarno, Mojoagung, Bandarkedungmulyo, Perak, Tembelang, dan Ploso.

1) Pertanian

Pada kawasan budidaya pertanian, penggunaan lahan di Kabupaten Jombang secara umum terdiri atas 2 bagian besar, yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. Berdasarkan data pengolahan data yang bersumber dari dokumen RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029, bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk kegiatan budidaya pertanian dengan kisaran mencapai 43,21% dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data luas lahan sawah yang ada dan jenis pengairannya, maka dapat dikelompokkan bahwa 92,04% sawah berpengairan teknis, 2,70% sawah berpengairan ½ teknis, 4,08% sawah berpengairan tadah hujan, 1,19% sawah berpengairan non teknis.

Jumlah perwilayahan komoditas unggulan pada tahun 2013 telah mencapai pada 9 lokasi kecamatan sesuai dengan jenis komoditas unggulan masing-masing. Jumlah kemitraan agrobisnis yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2013 mencapai 188 unit.

Untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian serta melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

(19)

II - 10 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Lahan Pertanian Abadi, Pemerintah Kabupaten Jombang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029 membentuk kawasan strategis yang diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Jombang. Kawasan tersebut selain sebagai sentra produksi pertanian juga diarahkan untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan. Tahapan identifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sudah dilaksanakan dan direncanakan alokasi lahan seluas 33.149,58 Ha sebagai lahan pertanian abadi, dengan luasan minimal yang harus dipertahankan seluas 31.569,36 Ha.

2) Perkebunan

Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Jombang dikembangkan berdasarkan potensi yang ada di wilayah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut Kimbun. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam dua kelompok, yakni perkebunan tanaman tahunan seperti cengkeh, kopi, coklat, karet, dan perkebunan tanaman semusim, antara lain berupa tebu, panili, dan tembakau.

Pengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Jombang masih di dominasi oleh komoditas tebu yang pada tahun 2013 ini produksinya sebesar 978.023,80 ton. Selain komoditas tebu, masih terdapat beberapa potensi perkebunan yang berada di Kabupaten Jombang, antara lain tembakau yang produksinya di tahun 2013 ini sebesar 47.402,47 ton, kakao dimana bentuk produksinya dalam bentuk biji kering dan mampu berproduksi hingga 141,3 ton.

3) Kehutanan

Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Hutan produksi yang ada di wilayah Kabupaten Jombang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Jombang dan KPH Mojokerto. Hutan konservasi yang ada berbentuk hutan wisata dan taman hutan raya. Sedangkan hutan lindung lebih diarahkan untuk fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dalam upaya mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Selain ketiga fungsi hutan tersebut, juga

(20)

II - 11 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

terdapat hutan rakyat yang pengelolaan dan pemeliharaannya berada di lahan milik masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang tahun 2012, bahwa kawasan hutan produksi di wilayah administrasi Kabupaten Jombang seluas 18.754,9 Ha, yang terbagi atas KPH Jombang seluas 14.900,7 Ha dan KPH Mojokerto seluas 3.854,2 Ha, Hutan lindung seluas 873,1 Ha. Sedangkan kawasan konservasi yang berbentuk hutan wisata seluas 11,4 Ha dan Taman Nasional (Tahura) seluas 2.864,70 Ha.

Perkembangan produksi hasil hutan, khususnya yang berasal dari hutan rakyat pada tahun 2013 mencapai 2.209 m³. Produksi hasil hutan rakyat yang berbentuk kayu mengalami perkembangan yang fluktuatif.

Dalam upaya konservasi hutan dan lahan, kegiatan pembangunan bidang kehutanan dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang berupa kegiatan penanaman vegetatif serta pembangunan sipil teknis. Pada tahun 2012, realisasi kegiatan vegetatif sudah terlaksana dengan capaian seluas 2.465,82 Ha dan kegiatan sipil teknis yang dilaksanakan berupa pembangunan dam penahan, dam pengendali, biopori, gully plug dan penyelamat tebing. 4) Peternakan dan Perikanan

Penyebaran pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kabupaten Jombang, yaitu:

1) Pengembangan ternak besar jenis sapi potong di Kecamatan Kudu, Kabuh, Bareng dan Plandaan. Sedangkan jenis sapi perah di Kecamatan Wonosalam, Ngoro, Diwek dan Mojoagung;

2) Ternak kecil (kambing dan domba) diarahkan di sisi utara Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Kesamben, Tembelang, Kudu, Plandaan, dan Ngusikan. Sedangkan di wilayah Selatan dikembangkan di Kecamatan Wonosalam;

3) Unggas (ayam petelur, ayam potong, itik) diarahkan tidak terlalu berdekatan dengan permukiman, yakni di Kecamatan Plandaan, Kudu, Ngusikan dan Kabuh.

Untuk pengembangan perikanan, yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Jombang adalah perikanan budidaya. Pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Jombang dialokasikan pada kawasan sekitar sungai-sungai besar. Sementara ini

(21)

II - 12 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

perkembangan perikanan budidaya, khususnya kolam, sebagian besar berada di Kecamatan Diwek dan Kecamatan Ngoro. Dalam upaya pengembangan perikanan budidaya, pembentukan kawasan perikanan diarahkan di wilayah Kecamatan Perak dan Bandarkedungmulyo.

5) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh

Kawasan strategis cepat tumbuh merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan melebihi dari daerah-daerah yang lain, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Kawasan strategis menjadi fokus pengembangan wilayah dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029. Berdasarkan RTRW Tahun 2009-2009, beberapa kecamatan yang masuk dalam pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh, diantaranya Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ploso, Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Kecamatan Mojowaro. Daerah-daerah tersebut dalam rencana pengembangannya secara fungsi pemanfaatan maupun penggunaan lahannya diarahkan untuk memberikan pelayanan kepada wilayah yang ada disekitarnya dengan segala aspek potensi yang telah dimiiki. Rencana pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di dalam RTRW, yaitu:

1. Kawasan Ekonomi Khusus Mojowarno

a) Merupakan wilayah pengembangan kegiatan agrobisnis

kabupaten. Agrobisnis tersebut mencakup sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan agrowisata.

b) Didukung dengan pengembangan fasilitas pergudangan,

perbankan, pusat penelitian dan pelatihan pengembangan SDA khususnya disektor agrobisnis, dan pasar agribisnis Kabupaten Jombang.

2. Kawasan Ekonomi Terpadu Mojoagung

Merupakan kawasan untuk kegiatan ekonomi perdagangan, berupa pasar induk yang terpadu dengan keberadaanterminal penumpang, terminal cargo dan rest area.

3. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Bandarkedungmulyo dan Perak

Keberadaan kawasan ini sebagai respon keberadaan ruas Jalan Tol Surabaya-Bandarkedungmulyo, dimana interchange (simpang susun) pintu tol terletak di Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Tembelang. Pengembangan kawasan ini diarahkan untuk

(22)

II - 13 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Pengembangan kegiatan industri menengah dan manufaktur akan didukung dengan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran yang dikembangkan di Perkotaan Perak dan Bandarkedungmulyo.

4. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Tembelang

Keberadaan exit tol yang berada di wilayah Kecamatan Tembelang akan memberikan dukungan terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tembelang dan tarikan pada beberapa wilayah kecamatan disekitarnya. Kawasan strategis cepat tumbuh Tembelang merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Pengembangan Kecamatan Tembelang pada masa mendatang dapat berfungsi sebagai pintu masuk Kabupaten Jombang yang merupakan pusat koleksi dan distribusi barang. Dengan pengembangan Perkotaan Tembelang sebagai kawasan strategis cepat tumbuh, maka Perkotaan Tembelang dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat pengembangan wilayah perkotaan Jombang yang fungsi utamanya adalah pusat kegiatan perumahan, perdagangan dan pemerintahan.

5. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Ploso

Peran dan fungsi utama perkotaan Ploso merupakan kawasan pertumbuhan baru di bagian utara Kabupaten Jombang. Oleh karena itu Kecamatan Ploso direncanakan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Perkotaan Ploso merupakan wilayah pengembangan kegiatan industri skala besar di Kabupaten Jombang dan pusat distribusi hasil perkebunan dan kehutanan.

Lokasi Perkotaan Ploso yang terdapat pada lahan yang kurang subur dan berdekatan dengan pusat kegiatan industri di Lamongan dan Tuban. Arahan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh Ploso adalah kawasan industri yang dilengkapi dengan pergudangan, permukiman industri, green belt dan ruang publik, pusat pengolahan limbah industri, frontage road untuk kawasan industri dan kegiatan perdagangan. Untuk memperlancar akses pada jalan kolektor primer direncanakan akan dibangun jembatan baru Ploso yang dapat membantu aksesibilitas distribusi barang dan jasa.

(23)

II - 14 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

D. Wilayah Rawan Bencana 1) Banjir

Kawasan rawan bencana banjir berikut adalah wilayah yang secara historis merupakan wilayah banjir atau genangan yang ada di Kabupaten Jombang:

1. Kecamatan Plandaan, meliputi Desa Plandaan, Tondowulan, Sumberjo, Jipurapah, Pojoklitih, Bangsri, Gebangbunder dan Kampungbaru;

2. Kecamatan Ngusikan, meliputi Desa Kedungbogo, Ketapangkuning, dan Keboan yang berasal dari luapan sungai Marmoyo;

3. Kecamatan Kudu, meliputi Desa Katemas, Sidokaton,

Bakalanrayung, Made, Kepuhrejo, Sumberteguh dan Kudubanjar yang berasal dari luapan sungai. Marmoyo dan menimbulkan tanah longsor;

4. Kecamatan Ploso, meliputi Desa Ploso, Rejoagung, Jatigedong,

Gedongombo, Losari, Pagertanjung, Bawangan, dan

Tanggungkramat akibat luapan sungai Marmoyo dan sungai Brantas;

5. Kecamatan Kesamben, meliputi desa Pojokrejo, Jombok, Carangrejo, Watudakon, Kedungmlati, Podoroto, Jombatan, Kedungbetik, dan Pojokkulon;

6. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Kalikejambon, Kedunglosari, Kedungotok, Mojokrapak, Pesantren, Tembelang, Sentul dan Gabusbanaran serta pernah terjadi angin puyuh/puting beliung; 7. Kecamatan Megaluh, meliputi Desa Balongsari, Sumbersari, Ngogri

dan Sidomulyo;

8. Kecamatan Peterongan, meliputi Desa Ngrandulor, Bongkot,

Tengaran, Sumberagung, Dukuhklopo, Kebontemu,

Morosunggingan, Tugusumberjo, dan Peterongan;

9. Kecamatan Jombang, meliputi Desa Jombang, Sumberjo,

Banjardowo, Plosogeneng, Pulolor dan Dapurkejambon;

10.Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Karangdagangan, Tinggar, Banjarsari, Gondangmanis, dan Barongsawahan;

11.Kecamatan Sumobito, meliputi Desa Brudu, Badas, Nglele, Sebani, Segodorejo, Kedungpapar, Sumobito, Budug, Kendalsari, Talunkidul dan Madiopuro;

(24)

II - 15 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

12.Kecamatan Mojoagung, meliputi Desa Kademangan, Mancilan, Miagan, Betek, Karobelah, Mojotrisno, Janti, Gambiran Dan Kedunglumpang,

13.Kecamatan Gudo, meliputi Desa Gudo, Pucangro, Bugasur Kedaleman, Plumbon Gambang, Godong dan Krembangan;

14.Kecamatan Jogoroto, meliputi Desa Jogoroto, Ngumpul, Jarakkulon, Sawiji dan Mayangan;

15.Kecamatan Mojowarno, meliputi Desa Karanglo, Gondek, Mojojejer, Selorejo, Catakgayam dan Grobogan.

16.Kecamatan Diwek di Desa Keras. 2) Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana yang berupa gerakan tanah/tanah longsor/erosi berada di wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Kecamatan Plandaan. Beberapa bagian wilayah di kecamatan tersebut mempunyai kelerengan diatas 40% dengan luas sekitar 7.753,6 Ha.

3) Puting Beliung

Wilayah di Kabupaten Jombang yang secara historis merupakan wilayah yang pernah terkena bahaya angin puting beliung adalah: 1. Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Mojokambang

(Dusun Mojotengah, Kemendung, Krembung, Wonorejo)

2. Kecamatan Perak, meliputi Desa Plosogenuk (Dusun Sukorejo), Desa Kalangsemanding dan Desa Glagahan.

3. Kecamatan Ngoro, meliputi Desa Genukwatu (Dusun Genukwatu dan Godong), Desa Sugihwaras (Dusun Cermenan ), Desa Gajah (Dusun Gandan), Desa Ngoro (Dusun Pandean dan Ngoro Kidul), Desa Kauman (Dusun Kauman dan Genggeng), Desa Rejoagung (Dusun Genggeng.

4. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Gabusbanaran, Desa Sentul dan Desa Pesantren.

4) Gempa Bumi

Kawasan rawan bencana berupa gempa tektonik terjadi akibat adanya patahan Ploso yang walaupun sudah lama tidak aktif, namun perlu diwaspadai berada di wilayah Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ngusikan, sebagian Kecamatan Megaluh dan Bandarkedungmulyo.

(25)

II - 16 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

E. Demografi

Kondisi demografi Kabupaten Jombang berdasarkan

perkembangan jumlah penduduk yang tercatat sepanjang tahun 2009-2012 menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 226.165 jiwa. Kenaikan penduduk tertinggi terjadi pada periode tahun 2011-2012 yang sebanyak 104.444 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,62% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jombang rata-rata berada pada kisaran 4-5%. Perkembangan jumlah penduduk secara detail disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.3.

Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jombang No Tahun Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Penduduk Jumlah

1 2009 611.765 601.342 1.213.107

2 2010 636.773 625.962 1.262.735

3 2011 671.563 659.804 1.331.367

4 2012 722.832 709.979 1.432.811

5 2013 726.118 713.154 1.419.137

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2013 *. Tribulan I 2013

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1) Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jombang pada kurun waktu 2009-2013 selalu dalam trend yang positif dan terus naik, baik berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pertumbuhan PDRB ADHK pada tahun 2009 sebesar 5,962,262,390.000 meningkat menjadi 6,327,278,130,000 pada tahun 2010, pada tahun 2011 meningkat menjadi

6,759,495,410,000, pada tahun 2012 meningkat menjadi

7,226,418,360,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 7,746,278,090,000. PDRB ADHB juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar 12,519,634,460,000, pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 14,060,872,140,000, pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar 15,945,609,060,000, pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 18,045,848,600,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 20,770,318.25.

(26)

II - 17 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Peningkatan PDRB terbesar berada ada periode tahun 2012-2013, yaitu sebesar 519,859,730,000 untuk ADHB dan sebesar 2,724,469.65 untuk ADHK. Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.1.

Perkembangan PDRB ADHK dan ADHB Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara

** Angka sangat sementara

Capaian PDRB ADHB secara lebih rinci didukung oleh 9 sektor lapangan usaha,yaitu: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,serta jasa-jasa lainnya. Capaian PDRB Kabupaten merupakan agregat dari kontribusi sektor-sektor lapangan usaha. Sumbangan atau kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha berdasarkan PDRB ADHB tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.4.

Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013 No. Sektor / Sub Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Pertanian 29,91 28,87 28,36 28,08 27,47

2. Pertambangan dan

Penggalian 1,42 1,41 1,32 1,24 1,15

3. Industri Pengolahan 12,14 11,85 11,64 11,60 11,58 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,03 0,97 0,94 0,91 0,88

5. Bangunan 2,55 2,50 2,54 2,48 2,45 5962,262.39 6327,278.13 6759,495.41 7226,418.36 7746,278.09 12519,634.46 14060,872.14 15945,609.06 18045,848.60 20770,318.25 ,0.00 5000,000.00 10000,000.00 15000,000.00 20000,000.00 25000,000.00 30000,000.00 2009 2010 2011 2012* 2013** ADHB ADHK

(27)

II - 18 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

No. Sektor / Sub Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013** 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 34,29 35,92 36,91 37,54 38,41

7. Pengangkutan dan Komunikasi

3,76 3,82 3,79 3,77 3,81 8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 3,69 3,85 3,95 4,11 4,22

9. Jasa-Jasa 11,21 10,81 10,55 10,29 10,04

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013

Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB ADHB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase kontribusi 34,29 pada tahun 2009, 35,92 pada tahun 2010, 36,91 pada tahun 2011, 37,54 pada tahun 2012 dan 38,41 pada tahun 2013. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi paling rendah adalah listrik, gas dan air bersih dengan persentase kontribusi sebesar 1,03 pada tahun 2009, 0,97 pada tahun 2010, 0,94 pada tahun 2011, 0,91 pada tahun 2012 dan 0,88 pada tahun 2013.

Dalam perkembangan kontribusi sektor lapangan usaha dalam PDRB ADHB terlihat bahwa sektor pertanian kontribusinya mengalami penurunan. Secara besaran/nilai capaian dari sektor pertanian pada periode tahun 2009 sampai tahun 2013 menunjukkan peningkatan, namun secara kontribusi mengalami penurunan. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian peningkatannya lebih lambat dibanding sektor lapangan usaha lainnya, sehingga kontribusinya juga mengalami penurunan. Namun demikian, pada tahun 2013 pertumbuhan sektor pertanian menguat, demikian juga tiga sektor besar lainnya (Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa-Jasa).

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran selalu tumbuh subur, sehingga dapat dikatakan bahwa keyakinan sebagian pakar bahwa sektor ini yang paling luwes sekaligus paling cepat berubah, terutama untuk yang kecil dan informal, makin menemukan buktinya. Mudah sekali orang masuk pasar sektor ini, sehingga banyak pakar yang memuji perdagangan kecil informal merupakan bumper ketika terjadi krisis ekonomi yang baru lalu karena keluwesannya menyerap pengangguran dan tenaga kerja tak terdidik. Andil penting sektor ini dalam perekonomian Kabupaten Jombang tak dapat diingkari siapapun.

(28)

II - 19 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

2) Perkembangan PDRB Perkapita

Indikator PDRB perkapita dapat digunakan untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat suatu daerah. PDRB Perkapita adalah indikator makro yang secara agregat dihitung dari PDRB (ADHB) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan masyarakat dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi. PDRB Perkapita pada umumnya selain dipengaruhi oleh faktor produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang berlaku dipasar. Dengan demikian, maka pengaruh inflasi menjadi cukup dominan dalam pembentukan pendapatan regional suatu daerah.

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Jombang pada tahun 2011 dan 2012 tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.5.

PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012 No. Uraian Tahun 2011(Rp. 000) *) Tahun 2012**(Rp. 000) )

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) 16.007.787.360 18.045.848.600

2. Penduduk Pertengahan Tahun 1.209.501 1.217.560

3. PDRB Per Kapita 13.235,034 14.821,321

4. Rata-Rata PDRB Perkapita per

bulan 1.102,920 1.235,110

5. Pertumbuhan (%) 13,18 11,98

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013, diolah *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Sedangkan perkembangan pendapatan per kapita dengan pendekatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Jombang selama 5 tahun terakhir tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.2.

Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2008-2012

9497,677 10411,474

11693,937 13235,034

14821,321

(29)

II - 20 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 diolah *) 2011 adalah angka sementara

**) 2012 adalah angka sangat sementara

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa selama lima tahun terakhir ini, PDRB Perkapita ADHB mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2008, PDRB Perkapita ADHB sebesar Rp.9.497.677,- meningkat menjadi Rp.10.411.474,- pada tahun 2009, tahun 2010 menjadi Rp.11.693.937,- dan meningkat menjadi Rp.13.235.034,- pada tahun 2011. Tahun 2012, pendapatan per kapita telah mencapai Rp.14.821.321 atau meningkat sebesar 11,98%.

3) Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum. Laju inflasi yang tidak terkendali dapat memicu penurunan daya beli masyarakat, terutama oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki tabungan. Selain itu, tingginya laju inflasi juga memberikan dampak semakin melebarnya tingkat distribusi pendapatan di masyarakat. Inflasi yang tinggi juga berpotensi menghambat investasi produktif. Hal ini karena tingginya tingkat ketidakpastian (mendorong investasi jangka pendek) dan tingginya bunga. Secara makro, dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat.

Laju inflasi harus dikendalikan agar tercipta kondisi perekonomian yang stabil dan mendorong pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dalam kurum waktu 2009-2013 secara terperinci adalah sebesar 5,21% pada tahun 2009, sebesar 5,83% pada tahun 2010, sebesar 6,15% pada tahun 2011, sebesar 5,92% pada tahun 2012 (angka sementara) dan sebesar 7, 31% pada tahun 2013 (angka sangat sementara). Secara rinci disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara

** Angka sangat sementara

5.21 5.83 6.15 5.92 6.81 0 2 4 6 8 2009 2010 2011 2012* 2013**

(30)

II - 21 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Beberapa sektor yang menyebabkan menguatnya inflasi pada tahun 2012, diantaranya:

1. Naiknya kontribusi sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB;

2. Turunnya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa.

Sedangkan pada tahun 2013, inflasi mengalami lonjakan cukup signifikan yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM, depresiasi nilai rupiah, kenaikan suku bunga bank, kenaikan tarif dasar listrik, serta momentum tahunan, seperti hari raya, pergantian musim, yang memicu lonjakan permintaan akan barang dan jasa sehingga harga mengalami kenaikan.

Lonjakan yang cukup signifikan membutuhkan regulasi kebijakan moneter yang cukup kuat dan efektif. Penguatan harga komoditas pokok yang dipengaruhi supply dari luar negeri sangat dipengaruhi keberhasilan dalam penguatan nilai rupiah. Selain itu, kemampuan dasar untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar merupakan upaya prioritas dalam rangka pengendalian dan stabilisasi inflasi.

B. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Urusan Pendidikan

a) Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yakni pada komponen indeks pendidikan bersama dengan angka rata-rata lama sekolah. IPM adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten Jombang dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Angka melek huruf (AMH) adalah angka yang menunjukkan tingkat kemampuan baca tulis penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. AMH Kabupaten Jombang mengalami peningkatan dari 92,86 pada tahun 2009 menjadi 94,35 pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 1,49. Perkembangan AMH Kabupaten Jombang tahun 2009 sampai tahun 2013 tersaji dalam grafik berikut:

(31)

II - 22 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Grafik 2.4.

Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Pertumbuhan AMH pada periode tahun 2009-2011 menunjukkan peningkatan linier dan mengalami lonjakan pada tahun 2012. Perkembangan yang signifikan pada tahun 2012 merupakan suatu indikasi bahwa program dalam upaya peningkatan angka melek huruf yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya, berjalan cukup efektif. Capaian AMH kabupaten merupakan agregat capaian AMH kecamatan. Perkembangan capaian AMH sampai dengan tahun 2012 untuk masing-masing kecamatan tersaji pade grafik berikut:

Grafik 2.5

Angka Melek Huruf per Kecamatan Tahun 2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf tertinggi secara berurutan terdapat di Kecamatan Gudo, Jombang dan Peterongan, sedangkan untuk yang terendah mulai dari Kecamatan

92 92.5 93 93.5 94 94.5 2009 2010 2011 2012 2013 92.86 92.89 92.92 93.79 94.35

(32)

II - 23 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

Kabuh, Ngusikan dan Megaluh. Bila dilihat angka melek huruf kabupaten yang sebesar 93,79, maka terdapat jarak yang cukup besar dengan angka yang ada di kecamatan terendah, yakni Kabuh. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk memacu peningkatan angka melek huruf khususnya di kecamatan-kecamatan yang angkanya masih di bawah 90,00.

b) Angka Rata-rata Lama Sekolah

Komponen lainnya dari indeks pendidikan adalah rata-rata lama sekolah atau mean years of schooling (MYS). Rata-rata lama sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT).

Angka rata-rata lama sekolah (MYS) di Kabupaten Jombang dalam tiga tahun terakhir ada peningkatan. Pada tahun 2010 angka rata-rata lama sekolah adalah sebesar 7,40 tahun, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 7,40 tahun berarti tidak ada kenaikan. Selanjutnya pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 7,47 atau mengalami peningkatan sebesar 0,95 % dari tahun 2010, dan menjadi 7,67 pada tahun 2013.

Peningkatan angka rata-rata lama sekolah di tahun 2013 menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Namun demikian peningkatan ini perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas, baik sarana prasarana maupun mutu pendidikan di Kabupaten Jombang. Perkembangan angka-angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.6.

Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2013

No. Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013 1 Perak 8,73 8,73 7,77 8,96 2 Gudo 8,85 8,85 8,93 8,93 3 Ngoro 6,36 6,36 7,22 7,32 4 Bareng 6,58 6,68 6,53 6,72 5 Wonosalam 5,47 5,47 5,61 6,18 6 Mojoagung 7,32 7,32 6,67 7,41 7 Mojowarno 7,40 7,40 7,39 7,45

(33)

II - 24 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

No. Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013 8 Diwek 7,70 7,70 7,23 7,98 9 Jombang 10,26 10,26 10,35 10,32 10 Peterongan 8,09 8,09 8,81 9,21 11 Sumobito 7,17 7,17 7,82 8,24 12 Kesamben 6,31 6,31 7,47 7,20 13 Tembelang 6,47 6,47 6,64 6,52 14 Ploso 6,71 6,71 6,07 6,71 15 Plandaan 6,02 6,02 6,82 6,03 16 Kabuh 4,65 5,56 5,52 6,92 17 Kudu 5,56 5,56 6,41 6,12 18 Bandarkedungmulyo 6,76 6,76 6,77 7,21 19 Jogoroto 7,75 7,75 8,16 7,96 20 Megaluh 7,15 7,15 5,61 7,42 21 Ngusikan 6,61 6,61 6,37 6,66 Kabupaten Jombang 7,40 7,40 7,47 7,67

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Dari tabel di atas dapat diketahui perkembangan angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan selama periode 3 (tiga) tahun terakhir. Dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, perkembangan angka rata-rata lama sekolah pada semua keamatan mengalami peningkatan. Sedangkan kecamatan yang mengalami fluktuasi capaian adalah Kecamatan Perak, Bareng, Mojoagung, Mojowarno, Diwek, Jombang, Kesamben, Tembelang, Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu, Jogoroto, Megaluh dan Ngusikan.

Pencapaian rata-rata lama sekolah yang belum begitu besar diantaranya disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD maupun yang tidak sekolah. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM ini. Program pendidikan dasar 9 tahun masih perlu dipacu disamping terus digalakkan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C.

c) Angka Partisipasi Kasar (APK)

Indikator pendidikan selanjutnya yang juga sangat mendukung tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan

(34)

II - 25 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.

APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK Kabupaten Jombang dalam kurun waktu tahun 2009-2012 tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung stabil dan untuk tingkat SD dan SMP, sedangkan untuk tingkat SMA secara konsisten mengalami peningkatan. Perkembangan APK tahun 2009-2012 tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.7.

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) KabupatenJombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn

bersekolah di SD/MI 124.810 125.712 126.653 127.556 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120.460

1.3. APK SD/MI 103,78 104,97 105,89 105,89

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn

bersekolah di SMP/MTS 66.028 65.231 64.220 67.445 2.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APK SMP/MTs 102,56 102,12 101,33 103,25

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn

bersekolah di SMA/SMK/MA 54.155 54.662 56.595 60.588 3.2 Jumlah penduduk kelompok

usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APK SMA/MA/SMK 93,05 94,74 98,95 99,25

Sumber: Dinas Pendidikan,Tahun 2013

Meskipun terjadi stagnasi APK pada tingkat SD, namun APK pada tingkat SMP dan SMA masih secara kontinyu dan signifikan. Hal ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat

(35)

II - 26 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

akan pentingnya arti pendidikan. Jika ditinjau per kecamatan, APK per kecamatan di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.8.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jombang Tahun 2012 Menurut Kecamatan No. Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penddk usia 7-12 th APK Jumlah murid usia 13-15 th Jumlah penddk usia 13-15 th APK Jumlah murid usia 16-18 th Jumlah penddk usia 16-18 th APK 1 Bandarkdm 4.524 5.075 89,14 1.404 1.736 80,88 815 2.248 36,25 2 Perak 5.328 4.969 107,22 3.476 3.414 101,82 4.694 2.723 172,38 3 Gudo 5.060 5.452 92,81 1.412 2.168 65,13 741 2.649 27,97 4 Diwek 10.723 9.795 109,47 7.206 5.763 125,04 6.594 4.761 138,50 5 Ngoro 11.198 7.976 140,40 3.832 4.181 91,65 3.089 3.708 83,31 6 Mojowarno 9.125 9.294 98,18 3.154 3.350 94,15 849 4.458 19,04 7 Bareng 4.713 5.690 82,83 2.139 2.221 96,31 674 2.845 23,69 8 Wonosalam 3.238 3.487 92,86 1.293 1.496 86,43 415 1.786 23,24 9 Mojoagung 8.282 8.271 100,13 4.259 4.243 100,38 5.407 3.948 136,96 10 Somobito 7.690 8.075 95,23 3.198 3.436 93,07 1.465 3.796 38,59 11 Jogo Roto 7.085 6.909 102,55 3.876 3.968 97,68 2.097 2.699 77,70 12 Peterongan 6.284 5.768 108,95 4.623 3.774 122,50 4.593 2.867 160,20 13 Jombang 15.174 8.862 171,23 11.405 9.009 126,60 21.621 6.447 335,37 14 Megaluh 3.538 3.510 100,80 1.737 1.839 94,45 339 1.530 22,16 15 Tembelang 5.230 4.914 106,43 2.838 3.457 82,09 1.160 1.927 60,20 16 Kesamben 5.858 6.302 92,95 3.928 2.339 167,94 924 3.115 29,66 17 Kudu 2.678 2.916 91,84 1.426 1.498 95,19 1.167 1.715 68,05 18 Ploso 3.443 3.850 89,43 1.647 2.166 76,04 2.711 2.353 115,21 19 Kabuh 3.335 3.719 89,67 1.417 1.681 84,30 631 2.204 28,63 20 Plandaan 3.057 3.429 89,15 1.461 1.773 82,40 362 2.045 17,70 21 Ngusikan 1.993 2.197 90,71 1.714 1.810 94,70 240 1.222 19,64 Jumlah 127.556 120.460 105,89 67.445 65.322 103,25 60.588 61.046 99,25 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013

d) Angka Pendidikan yang Ditamatkan

Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan sampai dengan akhir tahun 2012, menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan TK/RA sebesar 87.920 orang, tingkat pendidikan SD/MI sebesar 490.618 orang, tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 259.742 orang, tingkat pendidikan SMA/MA sebesar 261.186 orang, tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebesar 43,646 orang dan untuk yang lain-lain sebesar 32,950 orang.

(36)

II - 27 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018

e) Angka Partisipasi Murni

Indikator pendidikan lainnya yang sangat mempengaruhi tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.

APM Kabupaten Jombang pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan, di tingkat SD (usia 7-12 tahun) pada 2009 sebesar 92,39, baru kemudian pada tahun 2010 naik menjadi 94,16, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 95,37, sedangkan di tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 95,57.

Sedangkan untuk tingkat SMP (usia 13-15 tahun) pada tahun 2009 sebesar 78,74 meskipun di tahun 2008 sebesar 83,95, sehingga mengalami penurunan. Akan tetapi di tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 80,75, dan pada tahun 2011 turun menjadi 78,03, sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 85,04.

Untuk tingkat SMA (usia 16-18 tahun) menunjukkan tren yang

menggembirakan karena secara terus menerus mengalami

peningkatan. Tahun 2009 sebesar 68,18 sedangkan pada tahun 2010, naik lagi menjadi sebesar 69,85, dan meningkat lagi menjadi 73,27 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 75,27.

Peningkatan APM pada tingkat SMA ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan disamping juga peran aktif pemerintah dalam menyediakan fasilitas sekolah yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya. Perkembangan APM tahun 2009 sampai dengan 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.9.

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

111.113 112.761 114.078 115.124 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Puncak populasi Daphnia yang dibudi- daya dengan memakai media kotoran ayam ter- jadi pada hari ke tujuh, dengan jumlah individu yang hanya mencapai antara 20.8 – 30.7% dari

[r]

The Seventh International Conference on the Juvenile Hormones (JH VII) convened on the Mount Scopus Campus of the Hebrew University of Jerusalem from August 28 to September 3,

Dibawah tekanan atmosfer, air yang banyak mengandung CO2 secara perlahan-lahan melarutkan calcium carbonat, terutama bila air tersebut berasal dari tempat yang dalam

Islam merupakan agama yang disampaikan menggunakan simbol- simbol yang bersifat permanen doktrinal. Secara doktriner, Islam bersifat elitis dalam arti bahwa secara normatif

Hamdani Citra Pradana dan Tri Atmojo Kusmayadi ……… 202 Dimensi Metrik pada Graf Closed Helm.. Deddy Rahmadi dan Tri

kelompok air beroksigen turun 2,05 mmol/l dibanding 1,25 mmol/l kelompok plasebo. Hal ini terjadi mungkin karena sampel pada penelitian ini hanya sehari mendapat minuman

Perubahan nilai ~ daD HVL tersebut sebagai basil dari perhitungan menggunakan persamaan (I) yang tidak menyertakan faktor koreksi pertumbuhan, yang nilain.,j'a semakin