• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. C UMUR 5 TAHUN DENGAN DHF DI RUANG KERTAWIJAYA RSU DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO PETI PUTRIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. C UMUR 5 TAHUN DENGAN DHF DI RUANG KERTAWIJAYA RSU DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO PETI PUTRIANA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. C UMUR 5 TAHUN DENGAN DHF DI RUANG KERTAWIJAYA RSU DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO

KOTA MOJOKERTO PETI PUTRIANA

1211010121

Manajemen kasus DHF yang efektif memerlukan keterlibatan tenaga kesehatan yang terlatih, fasilitas laboratorium yang mutakhir dan dapat diandalkan, serta sistem persediaan darah yang adekuat dan persediaan obat-obatan yang fungsional. Penyakit DHF berdampak buruk pada sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan asuhan pada balita dengan DHF.

Jenis penelitian yang digunakan secara bentuk studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan. Pemeriksaan fisik yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada pasien dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk mendapatkan data objektif. Studi dokumentasi yaitu dengan melihat catatan medis, status klien maupun hasil pemeriksaan laboratorium.

Hasil penelitian melalui studi kasus pengkajian data subyektif telah dilakukan sesuai dengan teori yaitu mengetahui identitas pasien dan keluhan pasien. Identifikasi diagnosa diketahui bahwa pada An.C umur 5 tahun dengan DHF, terjadi gangguan kebutuhan nutrisi yang kurang, pasien dalam keadaan panas dan kurang nutrisi. Pada langkah intervensi peneliti mengajukan beberapa intervensi yang sesuai dengan keadaan pasien yaitu DHF.

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan pemberian intervensi dengan melakukan perawatan sesuai kebutuhan pasien. dengan anaknya masih panas, dan lemas sehingga perlu diberikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas

Responden hendaknya mengetahui langkah awal tindakan yang dilakukan saat anaknya terkena DHF. Pihak rumah sakit hendaknya lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada kasus DHF agar segera mendapat pelayanan supaya tidak terjadi komplikasi.

ABSTRACT

Effective management of DHF cases require the involvement of trained doctors and nurses, advanced and reliable laboratory facilities. The disease is not only a frequent cause of Extraordinary Events (KLB) but also adversely affect the

Subject : Anak Usia 5 tahun, DHF (Dengue Haemorhagic Fever) DESCRIPTION

(2)

social and economic development, this study aimed to do midwifery care in infant with DHF.

The research in the form of case study, methods of data collection was done through literature studies that was by studying books and papers about children with degree II DHF, palpation, percussion and auscultation to obtain objective data. That documentation study with medical records, the status of the client as well as the results of laboratory tests.

Results of research through case studies subjective data assessment has been carried out in accordance with the theory that knowing the identity of the patient and complaints of patients. Identification of the diagnosis was known that at the age of 5 years child C with DHF. In step of intervention researchers proposed several interventions that appropriate to the condition of patient that is DHF.

Implementation was carried out in accordance with the provision of interventions as well as in accordance with the needs of patients. At this step known result that the mother said her son was still fever.

Respondents should know how the first step that must be done. The hospital should further improve the health services, especially in cases of DHF to immediately get services so that no complications occurr.

Keywords: 5 years old Children, DHF

Contributor : 1. Ika Yuni Susanti,S.SiT.,SKM.M.PH 2. Agustin Dwi Syalfina,S.ST., SKM Date : 17 Juni 2015

Type Material : Laporan Penelitian Identifier : -

Right : - Summary : -

LATAR BELAKANG

DHF merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Perjalanan penyakit ini sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat (Rasyada, 2014). Manajemen kasus DHF yang efektif memerlukan keterlibatan dokter dan perawat yang terlatih, fasilitas laboratorium yang mutakhir dan dapat diandalkan, serta sistem persediaan darah yang adekuat dan persediaan obat-obatan yang fungsional. Diagnosis dini terhadap

penyakit ini penting guna menurunkan angka fatalitas kasus (Widyastuti, 2008).

Jumlah kasus DHF terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DHF. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial dan ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi

(3)

masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh kabupaten atau kota di Jawa Timur. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) juga menjadi masalah yang rutin di hadapi pada setiap musim hujan (Profil Kesehatan, 2013).

Jumlah penderita DHF di Indonesia tahun 2015 sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang. Terjadi peningkatan jumlah kasus dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus dengan IR 37,27. Target Renstra Kementrian Kesehatan untuk angka kesakitan DHF tahun 2013 sebesar ≤ 52 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2013 (Kemenkes RI, 2013). Di Jawa Timur Sampai tahun 2013 angka bebas jentik mencapai 39,14% hal ini belum mencapai target yang telah ditetapkan secara nasional yaitu sebesar ≥ 95% (Kemenkes RI, 2013). Hasil survei di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 didapatkan data 59 penderita, dengan rincian laki-laki sebanyak 29 penderita dan perempuan sebanyak 30 penderita. Jumlah kasus penderita yang meninggal sebanyak 4 orang, laki-laki 3 orang dan perempuan 1 orang (Dinkes.Kab.Mojokerto, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 13 Maret 2015 yang telah dilakukan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto didapatkan jumlah balita di Ruang Kertawijaya dari bulan Januari sampai Desember tahun 2014 sebanyak 250 anak dari data tersebut diperoleh balita dengan pneumonia sebanyak 50 anak (20%), diare sebanyak 149 anak (59,6%), demam thypoid sebanyak 10 anak (4%), dan balita dengan DHF sebanyak 12 anak (4,8%). Data tahun 2015 dari bulan

Januari sampai 13 Maret tercatat jumlah balita sebanyak 100 anak, dari data tersebut diperoleh balita dengan pneumonia sebanyak 20 anak (20%), balita dengan diare 50 anak (50%), balita dengan demam thypoid sebanyak 16 anak (16%), balita dengan DHF sebanyak 11 anak (11%). Berdasarkan data kasus di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto saat ini menduduki peringkat keempat dari beberapa kasus balita.

Faktor penyebab penyakit DHF adalah virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina Gejala yang ditimbulkan pada penyakit DHF derajat II sama seperti derajat I yaitu ditandai oleh adanya panas 2-7 hari dengan gejala umumnya tidak khas, namun uji tourniquet positif, serta sudah ada tanda perdarahan spontan, seperti petakie, ekimosa, perdarahan gusi, telinga dan lain-lain (Alimul, 2008). Kondisi yang menyebabkan penderita DHF lemah adalah karena adanya trombositopenia pada penderita DBD tersebut hal ini diduga terjadi melalui mekanisme kompleks imun yang didapatkan pada permukaan trombosit dan akibat penurunan produksi trombosit oleh sumsum tulang, peningkatan destruksi trombosit di reticulo endothelial system, serta agregasi trombosit akibat endotel yang teraktivasi. Endotel vaskuler yang teraktivasi akibat infeksi virus dengue memberi peluang kepada trombosit dalam sirkulasi pembuluh darah untuk berinteraksi dengan kolagen dalam lapisan sub-endotel yang kemudian memicu agregasi trombosit dan bermuara pada trombositopenia (Djunaedi, 2014). Penderita DHF yang tidak mendapat pengobatan dan

(4)

perawatan akan menimbulkan dampak seperti perdarahan pada semua organ, ensepalopati dan penurunan kesadaran. Diagnosis akurat penyakit DHF dapat dilakukan secara dini sebelum penyakit berlanjut ke tahap yang kritis atau sebelum terjadi syok (Widyastuti, 2008)

Upaya promosi kesehatan harus terus dilakukan agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya langkah 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) berkaitan dengan hal tersebut pemerintah telah mengupayakan agar masyarakat peduli dengan lingkungan, melalui programnya pemerintah telah memberikan arahan melalui pembinaan-pembinaan pada masyarakat salah satunya adalah Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : pencegahan, penemuan, pertolongan dan pelaporan, penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain (Kusriastuti, 2011). Bagi rumah sakit harus segera melakukan perawatan inap jika terdapat gejala syok seperti gelisah, tangan dan kaki terasa dingin dan terdapat sianosis sirkumoral; oliguria; denyut yang lemah dan cepat; tekanan denyut menyempit (20 mmHg atau kurang) hipotensi, dan peningkatan hematokrit secara tiba-tiba ke nilai yang tinggi atau peningkatan hematokrit secara

kontinu walaupun telah diberi cairan infuse (Widyastuti, 2008).

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa perlu untuk melakukan tinjauan kasus sebagai langkah dalam membuktikan segala dampak yang terjadi pada penderita DHF derajat II dengan judul “ Asuhan kebidanan pada balita X dengan DHF derajat II di ruang Kertawijaya RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto”.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang digunakan secara bentuk studi kasus yaitu untuk mencari gambaran yang lebih jelas tentang asuhan kebidanan yang diberikan kepada balita dengan DHF derajat II. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku – buku dan makalah tentang balita dengan DHF derajat II. Pemeriksaan Fisik, yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada pasien dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk mendapatkan data objektif. Studi Dokumentasi yaitu dengan melihat catatan. Rencana pelaksanaan studi kasus ini akan dilaksanakan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo pada bulan Maret 2015.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada langkah pertama peneliti telah melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif, pada hasil pengkajian data subyektif diketahui bahwa, Ibu mengatakan anaknya demam tinggi sejak 4 hari terus menerus dan nafsu makan menurun, serta mual dan muntah selama 3 hari pertama

Pengkajian data subyektif telah dilakukan sesuai dengan teori

(5)

Identifikasi diagnosa diketahui bahwa pada An.C umur 5 tahun dengan DHF, terjadi gangguan kebutuhan nutrisi yang kurang, saat penelitian tentang Asuhan Kebidanan pada An.C umur 5 tahun dengan DHF, setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 1x3 hari diharapkan tidak ada komplikasi dari DHF maka keadaan umum membaik, tanda vital dalam batas normal, nadi 60-90 kali/menit, suhu 36,5-37,5 ºC, pernafasan 21-25 kali/menit, BB 16 kg.

Pada langkah intervensi peneliti mengajukan beberapa intervensi yang sesuai dengan keadaan pasien yaitu DHF diantaranya adalah membuat keadaan pasien dan keluarga merasa nyaman dan lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan, suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut yang menimbulkan konvulsi (kejang) dan deteksi dini adanya komplikasi, melakukan kompres hangat mampu menurunkan suhu tubuh melalui proses penguapan pembuluh darah (vasodilatasi). Proses evaporasi atau penguapan air mampu menurunkan suhu tubuh secara maksimal. Mengetahui keseimbangan intake dan output cairan dan mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi, berkaitan dengan pemenuhan nutrisi maka makanan yang sesuai dapat memaksimalkan kerja usus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mempercepat penyembuhan maka terapi yang tepat adalah terpasang infus asering 1600/24 jam, cefotaxime 3x25 mg untuk obat antibiotik apabila adanya infeksi, ranitidin 2x25 mg untuk obat anti

nyeri, antrain 1x75 mg untuk menurunkan panas jika suhu > 38 ºC, diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) lunak.

Jam : 11.15 WIB Membina hubungan saling percaya, agar pasien dan keluarga merasa nyaman dan lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan. 2. Jam: 11.25 WIB Melakukan observasi tanda-tanda vital, nadi suhu dan pernafasan tiap 3 jam, suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut yang menimbulkan konvulsi (kejang) dan deteksi dini adanya komplikasi. Nadi 84x/menit

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri ialah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi ialah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (Mitayani, 2013). Bidan melaksankan asuhan kebidanan harus bertindak sesuai rencana yang sudah ditentukan, pencatataan dalam pelaksanaan juga termasuk penanganan kasus-kasus yang memerlukan tindakan diluar wewenangan bidan sehingga perlu dilakukan tindakan kolaborasi atau rujukan. Selain itu pengawasan monitor kemajuan kesehatan pasien juga perlu di catat (Wildan dan Hidayat, 2009).

Pada langkah ini diketahui hasil bahwa ibu mengatakan anaknya masih panas. Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital, nadi 90x/menit, suhu : 37,8 ºC, pernafasan 21x/menit,

(6)

wajah tampak kemerahan, kelopak mata cekung, mukosa bibir kering, tidak terdapat nyeri tekan pada perut sebelah kanan atas (hepar), ekstremitas akral hangat, terpasang infus Asering 1600ccper 24 jam (flash ke – 2) di tangan sebelah kiri. KESIMPULAN

Hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif, diketahui bahwa, anak demam tinggi sejak 4 hari terus menerus dan nafsu makan menurun. serta mual dan muntah selama 3 hari pertama. anak makan 3 kali, minum air putih 3-4 gelas dan 2 gelas susu per hari. anak sulit tidur hanya 1 jam pada siang hari. Pada pengkajian data obyektif ditemukan bahwa keadaan umum anak lemah, kesadarannya composmentis, Tanda-tanda Vital, Nadi 90x/ menit, Suhu 39ºC, Pernafasan 21x/ menit.

Hasil diagnosa diketahui bahwa pada An.C umur 5 tahun dengan DHF, terjadi Gangguan kebutuhan nutrisi yang kurang, setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 1x3 hari komplikasi dari DHF tidak ada keadaan umum membaik, tanda vital dalam batas normal, nadi 60-90 kali/menit, Suhu 36,5-37,5 ºC, pernafasan 21-25 kali/menit, BB 16 kg.

Intervensi dilakukan untuk membuat keadaan pasien dan keluarga merasa nyaman dan lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh petugas kesehatan, suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut yang menimbulkan konvulsi (kejang) dan deteksi dini adanya komplikasi, melakukan kompres hangat mampu menurunkan suhu tubuh melalui proses penguapan pembuluh darah (vasodilatasi).

Implementasi dengan melakukan observasi tanda-tanda vital, nadi suhu dan pernafasan tiap 3 jam, suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut yang menimbulkan konvulsi (kejang) dan deteksi dini adanya komplikasi. pemberian kompres hangat, pada bagian dahi, ketiak dengan handuk dan air hangat mampu menurunkan suhu tubuh melalui proses penguapan pembuluh darah (vasodilatasi), melakukan observasi intake dan output cairan

Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital, nadi 90x/menit, Suhu : 37,8 ºC Pernafasan 21x/menit, wajah tampak kemerahan, Kelopak mata cekung, mukosa bibir kering, tidak terdapat nyeri tekan pada perut sebelah kanan atas (hepar), ekstremitas Akral hangat, terpasang infus Asering 1600ccper 24 jam (flash ke – 2)di tangan sebelah kiri. SARAN

Mealui hasil tinjauan kasus ini peneliti mampu mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuanya terkait dengan pemberian asuhan pada pasien dengan DHF.

Melalui hasil pengkajian tentang DHF responden hendaknya mengetahui bagaimana langkah awal yang harus dilakukan saat anaknya terkena DHF atau terdapat gejala demam untuk segera diperiksakan tenaga kesehatan.

Melalui hasil studi kasus ini institusi pendidikan hendaknya menambah fasilitas keilmuan, terutama adanya perpustakaan yang memadai sebagai wahana kreativitas mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuanya.

Melalui hasil tinjauan kasus ini peneliti hanya bisa menyarankan

(7)

bahwa pihak rumah sakit hendaknya lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada kasus DHF agar segera mendapat pelayanan supaya tidak terjadi komplikasi.

Alamat Correspondensi E_mail :

Pettyputriana@yahoo.co.id Alamat : Mojokerto No. Hp : 085706053885

Referensi

Dokumen terkait

Inovasi Perguruan Tinggi untuk Peningkatan Daya Saing Industri...

Sebagai tindak lanjut dari berlakunya peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut di atas dan agar penyel enggaraan pemerintahan, pembangunan , dan pelayanan

Untuk memastikan agar keluarga-keluarga miskin di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tidak digerus imbas kenaikan harga BBM, sesungguhnya yang dibutuhkan bukan

4 Membaca teks secara intensif, (2) Mengiidentifikasikan dan mengelompokkan berdasarkan syarat yang memenuhi sebagai teks deskripsi yang akan dijadikan sebagai

Pada pertemuan APP pada tahun ini kita akan berjalan bersama dengan Simon Petrus untuk mengenal Yesus sebagai Guru dan Tuhan.. Tuhan Yesus sendiri mempercayakan panggilan yang

Jenis penelitian yang merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan metode true eksperimental design Posttest dengan kelompok control ( Posttest only control group

Kerjasama yang telah terjalin di antara kedua-dua pihak kesihatan dan pendidikan seharusnya diucapkan syabas kerana segala aktiviti yang dijalankan telah membantu meningkatkan

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang bersumber dari diri siswa tersebut