111
1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas
Siswa hal Akidah
Berdasarkan hasil wawancara narasumber, bahwa nilai aqidah sudah
tertanam pada diri siswa pada usia sejak dini, tinggal bagaimana kita
mempertahankan aqidah (keyakinan) itu lebih kuat melekat pada pribadi
peserta didik. Dalam pandangan Islam, sejak lahir manusia telah mempunyai
jiwa agama, yaitu jiwa yang mengakui adanya Dzat yang Maha Pencipta yaitu
Allah SWT. Sejak didalam ruh, manusia telah mempunyai komitmen bahwa
Allah SWT adalah Tuhannya.1 Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menumbuh suburkan nilai-nilai yang sudah ditanamkan dari mulai lahir
sampai sekarang ini, sebab keimanan seseorang itu naik turun, perlu adanya
usaha terus menerus untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan pada Allah
SWT.
Akidah berarti “Kepercayaan”, maksudnya ialah hal-hal yang diyakini
oleh orang-orang Islam, artinya mereka menetapkan atas kebenarannya seperti
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.2 Pembelajaran aqidah (keimanan) pada dasarnya bertujuan untuk menanamkan
keyakinan kepada siswa tentang pengakuan adanya Tuhan beserta ciptaanya
1
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam..., hal. 135
2
yang tercantum dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah, kepada
malaikat-malaikat Allah, kepada kitab-kitab Allah, kepada hari akhir dan kepada qada’ qadar. Aqidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, juga menjadi
acuan dasar dalam bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya akan
membuahkan amal soleh.
Di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek dalam meningkatkan nilai aqidah
pada siswa disamping melalui proses pembelajaran tapi juga melalui
pengamalan langsung di sekolah. Guru menumbuh suburkan nilai akidah
disekolah ini selain pembelajaran di dalam kelas namun juga melakukan
kegiatan keagamaan. Dalam pembelajaran guru PAI menggunakan strategi
kontekstual dalam meningkatkan pembelajaran aqidah, karena akidah sangat
sukar dan sulit untuk dipraktekkan terhadap siswa. Hal ini didukung oleh
Mulyono dalam bukunya “Strategi Pembelajaran”. Menurut beliau strategi kontekstual merupakan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan
dari guru ke siswa.3 misalnya: untuk memberikan pengertian tentang Tauhid, maka satu-satunya strategi yang dapat digunakan adalah strategi kontekstual.
Karena Tauhid tidak dapat diperagakan, sukar didiskusikan, maka seorang guru
akan memberikan uraian menurut caranya masing-masing dengan tujuan murid
dapat mengikuti jalan pikiran guru dengan cara mengaitkan dengan kehidupan
siswa sehari-hari.
3
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad Global
Sedangkan dalam aplikatif di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek
menanamkan nilai keagamaan seperti halnya kegiatan berdo’a sebelum melakukan kegiatan, tadarrus Al-Qur’an, melakukan istighosah sebelum melaksanakan ujian sekolah, ziarah wali yang mencerminkan keimanan kita
pada Allah SWT serta diniatkan sepenuhnya untuk beribadah pada Allah
SWT. Hal ini didukung oleh Samsul Munir Amin dalam bukunya
“Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami”. Menurut beliau adapun
menumbuh suburkan aqidah yakni mulai dengan pemberian pemahaman dan
pengertian, anjuran dan himbauan serta pembiasaan terhadap peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.4
Menurut peneliti proses internalisasi nilai aqidah disekolah sejalan
dengan konsep yang dikemukakan oleh Samsul Munir Amin. Untuk
menginternalisasikan nilai aqidah pada siswa guru memberikanan
pengetahuan, penghayatan (internalisasi), pembiasaan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Dengan
demikian nilai aqidah (keyakinan) akan melekat pada pribadi siswa. Tidak
hanya siswa, orang tua dan guru pun juga sama, mereka juga harus
berusaha mempertahankan nilai aqidah yang sudah melekat pada
pribadinya dan berupaya untuk menumbuh kembangkan nilai itu terhadap
anak didiknya.
4
2. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas
Siswa hal Ibadah
Apa yang telah ada didalam keimanan akan menjadi nyata apabila
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk dari realisasi
tersebut adalah melalui amal ibadah.5 Ibadah secara bahasa, berarti taat,
tunduk, turut, mengikut dan do’a. Bisa juga diartikan menyembah,
sebagaimana disebut dalam Q.S Al-Fatihah ayat 5.6 ibadah tidak hanya dilakukan ibadah saja, namun bisa dilakukan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
Menurut Ahmad Tafsir, Ibadah adalah jalan hidup yang mencakup seluruh
aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan,
perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.7
Di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek dalam meningkatkan nilai ibadah
pada siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi kontekstual.
Strategi kontekstual adalah Strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu
proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan / konteks
5
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam, (jakarta: SKETSA, 2007) hal.88
6
Chabib Thaha, Metodelgi Pengajaran Agama..., hal. 170
7
ke permasalahan / konteks lainnya.8 Misalnya bagaimana tatacara shalat dan tatacara wudhu yang benar, hal ini berkaitan dengan kehidupan manusia
sehari-hari.
Namun disini tidak hanya melalui kegiatan pembelajaran, namun juga
melalui pengamalan langsung disekolah dengan melaksanakan tadarrus
al-Qur’an, sholat dhuha, dan penyembelihan hewan qurban, zakat fitrah, Jika
pembiasaan sudah tertanam, maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk
beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal dan sumber kenikmatan
dalam hidupnya. Karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan
sesama manusia. Sebagaimana hal ini didukung oleh Muhaimin dalam
bukunya “Paradigma Pendidikan Islam”. Menurut beliau kegiatan-kegiatan
keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan secara
terprogram dan rutin (istiqomah) di sekolah dapat mentransformasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai agama secara baik pada diri peserta didik.
Sehingga agama menjadi sumber nilai dan pegangan dalam bersikap dan
berperilaku baik dalam lingkungan pergaulan, belajar, olah raga, dan
lain-lain.9
Menurut peneliti proses internalisasi nilai ibadah disekolah sejalan dengan
konsep yang dikemukakan oleh Muhaimin. Untuk menginternalisasikan nilai
ibadah pada siswa guru membiasakan siswa melaksanakan kegiatan dan
praktik keagamaan di sekolah, maka nilai tersebut lama kelamaan akan
terinternalisasikan pada diri siswa. Selain itu dengan mengamalkan nilai
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Prose Pendidikan...,hal. 177-228
9
religius di sekolah maka nilai tersebut akan tumbuh dan berkembang pada
diri siswa, dan menjadi pedomannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Guru PAI dalam menumbuh kembangkan nilai ibadah yaitu melalui
pengabsenan pada setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan siswa dan
akan mengajarkan siswa untuk disiplin serta istiqomah dalam menjalankannya.
Dengan mengabsen kegiatan siswa maka lama kelamaan pada diri siswa
akan tumbuh kesadaran untuk mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Strategi Guru Pendididkan Agama Islam dalam Meningkatkan
Religiusitas Siswa hal Akhlak
Buah dari keimanan yang direalisasikan melalui pelaksanaan ibadah
sebagai wujud penghambaan kepada Allah SWT adalah akhlakul karimah.
Semakin kuat keimanan seseorang maka akan semakin giat ia beribadah dan
tentunya akan semakin baiklah akhlaknya. Akhlak yaitu kehendak jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.10 Bahwa apabila anak-anak dididik dan dibiasakan pada kebaikan, maka ia pun akan tumbuh sebagaimana
yang diberikan dan dibiasakan kepadanya. Dan memelihara anak yang baik
adalah dengan mendidik dan mengajarkanya akhlak yang mulia kepadanya.
Guru PAI di SMK Islam 1 Durenan dalam meningkatkan keagamaan
akhlak pada siswa, pada saat kegiatan belajar mengajar dengan melalui strategi
ekspository. Strategi ekspository adalah strategi pembelajaran yang
10
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi, karena strategi expositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi
“chalk and talk”.11
Seperti guru memberikan motivasi langsung terhadap siswa
untuk selalu berperilaku baik terhadap siapapun, termasuk pada guru, teman
dan orang tua siswa dianjurkan untuk bersopan-santun, lemah-lembut. Yang
dimaksud motivasi adalah dorongan yang sangat menentukan tingkah laku dan
perbuatan manusia.12 Hal ini di dukung oleh Bukhari Umar dalam bukunya
“Hadits Tarbawi”. Menurut beliau bahwa Rasulullah SAW sangat
menginginkan umatnya berakhlak mulia. Untuk mencapai keinginan tersebut
beliau menggunakan motivasi”.13 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara narasumber dengan adanya guru memberikan motivasi terhadap siswa, maka
siswa akan selalu bersikap akhlak karimah.
Selain dengan adanya guru memberikan motivasi, guru juga selalu
memperingati PHBI, seperti dilakukan di SMK Islam 1 Durenan, memperingati
Maulid Nabi SAW dengan mendatangkan mubaligh dari luar dan selain itu
PHBI diperingati dengan cara mengadakan perlombaan, seperti lomba
tumpeng, pidato, kaligrafi dan qiraat. Hal tersebut didukung oleh Ngainun
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Prose Pendidikan...,hal. 177-228
12
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007) hal.238
13
Naim dalam bukunya “Character Building”. Menurut beliau nilai-nilai yang
terkandung dalam perlombaan, antara lain adanya nilai pendidikan. Dalam
perlombaan, peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang nilai sosial, yaitu
peserta didik bersosialisasi atau bergaul dengan yang lain, nilai akhlak yaitu
dapat membedakan yang benar dan yang salah, seperti adil, jujur, amanah, jiwa
sportif, mandiri. Selain itu ada nilai kreativitas dapat mengekspresikan
kemampuan kreativitasnya dengan cara mencoba sesuatu yang ada dalam
pikiranya.14
Dengan hal itu maka dapat disimpulkan dengan adanya pemberian
motivasi terhadap siswa yaitu mendorong siswa agar selalu berperilaku dengan
baik, sopan santun dan lainnya dan sedangkan adanya kegiatan perlombaan
dalam mempeingati PHBI yaitu suatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa,
membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat,
menambah wawasan dan membantu mengembangkan kecerdasan. Dan dalam
perlombaan menanamkan suatu nilai akhlak, yaitu dapat membedakan yang
benar dan yang salah, seperti adil, jujur, amanah, jiwa sportif, mandiri pada diri
siswa.
14