• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212008063 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212008063 Full text"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Perilaku keuangan adalah ilmu yang menyajikan kumpulan dari alternatif yang dicapai untuk memperbaiki definisi keuangan klasik dari rasional ekonomi (Chira,Inga;dkk, 2008). Perilaku keuangan menggambarkan aspek psikologis yang meneliti mengapa individu dalam mengambil keputusan sering menyimpang dari pilihan yang rasional. Dalam studi tentang perilaku, asumsi yang dibangun adalah bahwa perilaku seseo rang dalam pengambilan keputusan sebenarnya tidak sepenuhnya rasional (Supramono, 2007). Seringkali perilaku seseorang dalam mengambil keputusan seperti pada masalah keuangan dilatar belakangi oleh emosi atau pengaruh orang lain di sekitarnya.

Menurut Bass (1983) sebagaimana dikutip Wardhani (2001) menyatakan bahwa kualitas keputusan merupakan ukuran dari efektifitas pengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang efektif merupakan suatu proses yang komplek dan tergantung pada keterampilan dalam pengambilan keputusan yang diberikan kepada para pengambil keputusan. Keputusan dari seorang pengusaha yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan dan karir, yang bahkan tidak bisa diperbaiki lagi (Daryanto,1990: 24). Keputusan yang tidak tepat sering kali dikaitkan pada proses pembuatan keputusan, misalnya: alternative – alternative dalam pembuatan keputusan yang tidak ditentukan dengan jelas, informasi yang tepat tidak bisa diperoleh, atau biaya dan keuntungan tidak dipertimbangkan secara cermat. Namun kadangkala kesalahannya bukan terletak pada keputusan yang diambil, tetapi pada proses pembuatan keputusan tersebut.

(2)

2

Heuristic yang diartikan sebagai kriteria, metode, atau prinsip untuk menentukan solusi yang

paling efektif untuk mencapai tujuan. Heuristic digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan memilih yang efektif dari beberapa solusi. (Pearl 1984) Sedangkan framming effects yang didefinisikan sebagai keputusan seseorang yang dipengaruhi oleh

gaya, dimana latar belakang untuk membuat keputusan itu sudah terbentuk sebelumnya. Bias merupakan aspek yang turut berperan dalam pengambilan keputusan kredit. Menurut Dewi (2010) aspek bias merupakan aspek yang cenderung menghasilkan keputusan yang tidak menjamin ketepatan secara mutlak. Pengambil keputusan memiliki kemungkinan untuk mengambil keputusan yang salah atau perkiraan yang melenceng. Kondisi ini membahayakan karena tidak dapat dilihat dan terkait langsung dengan proses pemikiran. Bias mengakibatkan kesalahan prediksi, karena dapat membuat orang salah dalam memperhitungkan resiko yang dapat terjadi. Hal ini yang menjadi ketertarikan untuk membahas mengenai aspek bias. Bias dibagi menjadi empat macam: (1) excessive optimism, (2) overconfidence, (3) confirmation, dan (4) illusion of control.

(3)

3

terpaksa menjual asset pribadi atau mencari pendanaan melalui kredit. Para pengusaha makanan ringan dapat memperoleh kredit melalui bank atau lembaga perkreditan lainnya. Disinilah psikologis mereka diuji, keputusan kredit yang diambil oleh para pelaku usaha ini harus tepat agar usaha yang dijalankannya dapat berkembang dengan baik, karena apabila keputusan yang diambil tidak tepat dapat merugikan usaha yang dijalankannya.

Dengan adanya kredit, seorang pelaku usaha dapat mengembangkan usahanya dengan tambahan modal yang didapat dari kredit. Banyak sekali pengusaha-pengusaha kecil sampai menengah keatas yang melakukan kredit untuk menjalankan usahanya. Dalam pengambilan kredit seorang pengusaha memiliki berbagai pertimbangan dalam melakukan kredit. Apabila seorang pengusaha dapat memilih keputusan kredit dengan tepat maka usahanya akan berhasil, begitu pula sebaliknya.

(4)

4

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh bias dalam pengambilan keputusan kredit yang dilakukan para pengusaha makanan ringan di kota Salatiga. Dari masalah masalah penelitian tersebut, rumusan persoalan penelitian ini adalah:

 Apakah excessive optimism dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

 Apakah overconfidence dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

 Apakah confirmation dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

 Apakah illusion of control dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit pada industri makanan ringan di kota Salatiga?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu para pengusaha makanan ringan dalam mengambil keputusan kredit dan mengetahui apakah seorang pelaku usaha cenderung mengalami bias dalam pengambilan keputusan kredit.

(5)

5

LANDASAN TEORI

Keputusan Kredit

Robbins (2007) mendefinisikan keputusan sebagai pilihan yang diambil dari dua atau lebih alternatif. Keputusan yang diambil tentunya akan didukung dengan berbagai faktor yang melatarbelakangi pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat biasanya adalah keputusan yang bersifat rasional, sesuai dengan hati nurani, dan didukung oleh fakta-fakta yang ada sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Terdapat tiga keputusan di bidang manajemen keuangan, yaitu: keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan modal kerja. Mengambil suatu keputusan adalah memilih satu dari berbagai macam alternative yang ada.

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “Credere” yang mengandung arti kepercayaan. Oleh karena itu pada dasarnya pemberian kredit adalah kepercayaan. Karena itu dasar dari kata kredit adalah kepercayaan bahwa seseorang atau penerima kredit akan memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan terlebih dahulu pada masa yang akan datang. Jadi seseorang sebagai pihak pemberi kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah disepakati bersama.

(6)

6

Aspek bias

Menurut Shefrin (2007), aspek bias dibagi menjadi 4 jenis kategori yaitu: (1) excessive optimism, (2) overconfidence, (3) confirmation, dan (4) illusion of control.

Excessive optimism (optimism yang berlebihan) berkaitan dengan terlalu tinggi hasil

yang menguntungkan daripada hasil yang tidak menguntungkan (Shefrin, 2007). Yaitu jenis penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya orang menaksir terlalu tinggi terhadap hasil yang baik dan menganggap remeh hasil yang kurang baik dari pengalaman yang mereka dapat. Meinert (1991) telah menunjukkan bahwa “alasan utama adanya masalah utang hari ini adalah optimisme masa lalu yang berlebihan dari seorang pelaku usaha. Optimis merupakan sikap yang diharapkan dimiliki oleh semua investor disebabkan pengaruhnya terhadap perilaku yang selalu berusaha mencapai hasil yang ditargetkan, namun apabila optimis menjadi berlebihan maka akan membuat seseorang menjadi tidak realistis dengan keadaan rill yang dihadapi atau menyepelekan resiko yang akan terjadi (Bratvold, Begg, & Campbell, 2005).

Overconfidence (percaya diri yang berlebihan), yaitu suatu jenis penyimpangan yang

menyebabkan seberapa seringnya seseorang membuat kesalahan karena rasa percaya diri yang berlebihan. Overconfidence menurut Shefrin (2007) berkaitan dengan seberapa baik orang mengerti kemampuan mereka sendiri dan batas pengetahuan mereka. Penyebab dari overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa informasi yang diperoleh mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki kemampuan analisis yang akurat dan tepat, namun hal ini sebenarnya merupakan suatu ilusi pengetahuan dan kemampuan dikarenakan adanya beberapa alasan seperti pengalaman yang kurang dan keterbatasan keahlian mengintepretasi informasi (Baker & Nofsinger 2002).

Confirmation bias yaitu suatu penyimpangan yang menyebabkan seseorang lebih suka

(7)

7

hanya ingin mendengar apa yang mereka ingin dengar (Shefrin, 2007). Sedangkan menurut Joutsen, (2009) Confirmation bias diartikan sebagai mengabaikan informasi yang tidak mendukung pandangan kita dan mengambil terlalu banyak informasi yang sesuai dengan pandangan kita. Atau dengan kata lain individu akan memiliki kebiasaan mendengar apa yang disukai, selain itu juga individu yang berperilaku confirmation bias akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari alasan yang mendukung mengapa alasannya tepat dan sebaliknya. Seseorang yang mengalami confirmation bias cenderung lebih mendengarkan pendapat orang yang sejalan dengan pemikirannya dan mengabaikan pendapat orang yang bertentangan dengan pemikirannya. Penyimpangan konfirmasi sering terjadi karena adanya kesalahan sewaktu melakukan konfirmasi terhadap informasi yang didapatkan. (Joutsen, 2009)

Illusion of control adalah kecenderungan manusia percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada kenyataannya mereka tidak dapat. Dimana pada umumnya seseorang merasa mampu mengendalikan hasil dari keputusan yang diambilnya. Kepercayaan pengusaha dapat memiliki pengaruh terhadap hasil, sehingga investor menaksir terlalu tinggi kontrol yang mereka miliki terhadap hasil (Nofsinger, 2005) Sedangkan menurut Shefrin (2007) mengemukakan bahwa ketika seorang manajer membuat suatu keputusan, hasil yang diperoleh merupakan kombinasi dari ketrampilan yang dipunya dan keberuntungan.

Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Kredit

(8)

8

yang dibangun bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan sebenarnya tidak sepenuhnya rasional (Supramono, 2007).

Stoner (1995) mengatakan bahwa setiap keputusan mengandung unsur ketidakpastian dan memiliki resiko yang sangat besar dan bertujuan untuk membendung penyimpangan yang ada. Sering kali individu berperilaku tidak rasional dam membuat kesalahan sistematis dari peramalan yang dilakukan. Setiap keputusan yang diambil individu masih dipengaruhi oleh aspek bias yang membuat individu bisa gagal dalam mengambil keputusan kredit.

Aspek bias dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Terdapat kemungkinan kesalahan atau perkiraan yang melenceng dalam pengambilan keputusan. Aspek psikologis merupakan faktor yang turut berperan dalam pengambilan keputusan seseorang. Setiap individu memiliki aspek psikologis yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan kredit, dimana keputusan kredit tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya bias. Aspek bias memiliki 4 jenis kategori yaitu: (1) excessive optimism, (2) overconfidence, (3) confirmation, dan (4) illusion of control.

Excessive optimism adalah sikap optimis yang berlebihan. Biasanya pengenalan

(9)

9

optimistis tersebut menjadi tidak siap, dan cenderung melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan karena berada di bawah tekanan atau kepanikan. Dalam hal keputusan kredit diartikan bahwa pengusaha yang memiliki excessive optimism mempunyai keyakinan yang tinggi akan kemajuan usahanya dimasa yang akan datang, sehingga mereka yakin bahwa kredit yang diambil dapat dibayar sesuai jangka waktu yang ditentukan, selain itu dana yang didapat dari kredit bisa d ikembangkan untuk memperlancar usahanya.

H1: terdapat pengaruh positif dari excessive optimism terhadap pengambilan keputusan kredit.

Overconfidence terjadi ketika seseorang yang mempunyai keyakinan yang terlalu

berlebih mengenai kemampuan aslinya. Pada umumnya, orang cenderung melebih- lebihkan kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu dengan baik. Sikap percaya diri yang berlebihan ini sangat membantu para pelaku usaha dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti. Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri optimal biasanya mampu menangani situasi yang sulit dengan baik. Pengusaha yang memiliki overconfidence merasa yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, menganggap dirinya lebih baik daripada pengusaha lain, dan yakin akan memperoleh keuntungan ya ng tinggi dengan resiko yang rendah dengan menggunakan kredit sebagai tambahan modal usaha. Overconfidence juga akan mengesampingkan informasi yang didapat karena dia terlalu percaya pada keyakinan sendiri

H2 : terdapat pengaruh positif dari overconfidence terhadap pengambilan keputusan kredit. Confirmation bias. Seorang pengusaha akan banyak meluangkan waktu untuk

(10)

10

keputusan kredit, seorang pengusaha yang mengalami confirmation bias akan mendengarkan informasi yang ingin didengar saja. Membuat alasan yang membenarkan pendapatnya tentang keputusan kredit yang diambil dan mengabaikan informasi yang tidak mendukung pendapatnya. Semakin banyak informasi yang mendukung pendapatnya, seorang pengusaha akan semakin berani untuk mengambil kredit. Sehingga pengusaha akan berpendapat bahwa kredit merupakan hal yang wajar untuk memajukan usahanya dalam penambahan modal dan cenderung mengabaikan informasi – informasi yang negatif tentang kredit.

(11)

11

kesuksesan masa lalu yang dialami seorang pengusaha, maka mereka akan semakin percaya dengan kemampuan yang mereka miliki, bahkan meskipun faktor keberuntunganlah yang terlibat. Jika pengusaha memiliki informasi yang banyak mengenai kredit maka akan berdampak positif terhadap illusion of control, semakin aktif pula pengusaha dalam mengambil keputusan kredit dalam penambahan modal kerja. Pengusaha yang sebelumnya pernah melakukan pengambilan keputusan kredit dan berhasil dalam pengelolaan kredit maka akan memiliki illusion of control apabila melakukan pengambilan keputusan kredit kembali. H4: terhadap pengaruh positif dari illusion of control terhadap pengambilan keputusan kredit.

Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan antara berbagai variable diatas, kemudian dirumuskan dalam model penelitian, bahwa variabel excessive optimism, overconfidence, confirmation, dan illusion of control berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan kredit. Oleh karena itu kerangka model penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Excessive

optimism Overconfidence

Confirmation

Illusion of control

Pengambilan keputusan kredit

H1 + H2 + H3 +

(12)

12

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan ole h peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil Menengah industri makanan ringan di kota Salatiga dengan jumlah populasi 295 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria pemilik sekaligus pengelola industri makanan ringan di kota Salatiga yang bersedia menjadi responden.

Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuisioner dan wawancara kepada beberapa UMKM industri makanan ringan yang terletak di kota Salatiga.

Indikator Empirik

(13)
(14)

14

Bias Definisi Indikator

Illusion of Control Suatu penyimpangan yang menyebabkan seseorang

Dalam penelitian ini, alat analisis yang dipakai adalah analisis dengan logistic regression. Analisis ini digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen

(x) terhadap variabel dependen (y), dengan syarat bahwa variabel dependen merupakan variabel dummy yang hanya memiliki dua alternative dan variabel independen memiliki skala data interval atau ratio.. Variabel independen dalam penelitian ini adalah excessive optimism, overconfidence, confirmation, dan illusion of control. Sedangkan variabel dependennya adalah pengambilan keputusan kredit.

Dengan model regresi : Ln �

1−� = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4

Keterangan :

p : peluang seorang pengusaha mengambil kredit b0 : konstanta dari model regresi logistik

b1 : koefisien regresi dari varabel bebas

x1 : excessive optimism

x2 : overconfidence

x3 : confirmation

(15)

15

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan bersama – sama dengan penelitian “Pengaruh Personality Traits terhadap Pengambilan Keputusan Kredit UMKM pada Industri Makanan Ringan di Kota Salatiga” yang dilakukan oleh Darmawan (2012). Pengambilan sampel yang dilakukan di kota Salatiga ini dilakukan dengan cara membagikan kuisioner kepada pedagang – pedagang kecil di pasar raya I, pasar raya II, pasar pagi serta menitipkan kuisioner lewat toko yang menjual makanan di kota Salatiga.

(16)

16

Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 responden, dari 60 responden terdapat sebanyak 49 orang responden yang pernah mengambil kredit dan 11 responden yang belum pernah mengambil kredit. Berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada para UMKM di kota Salatiga, diperoleh karakteristik responden mengenai pernah atau belum pernah ambil kredit, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan jumlah tenaga kerja. Dalam penelitian ini juga diperoleh informasi tentang dimana kredit tersebut diambil, baik melalui bank, pinjaman saudara, maupun ke lembaga keuangan lainnya. Lembaga keuangan yang cukup sering disebutkan oleh responden sebagai sumber kredit mereka adalah BRI. Selain itu terdapat pula beberapa lembaga keuangan lainnya yang diakses oleh responden antara lain BNI, Bank Mandiri, Bank Danamon, BPR, koperasi, dan Bank Jateng.

Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Belum Pe rnah Ambil Kredit

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Belum Pernah Ambil Kredit

Jumlah (orang) Presentase

Pernah Ambil Kredit 49 81,67

Belum Pernah 11 18,33

Total 60 100

Sumber : data primer (2012)

(17)

17

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah /

Presentase

20- 29 30-39 40-49 50-59 60-69

Pernah Ambil Kredit 8 12 15 11 3 49

Belum Pernah 2 4 3 2 0 11

Total 10 16 18 13 3 60

Sumber : data primer (2012)

(18)

18

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah presentase responden perempuan yang pernah ambil kredit lebih besar daripada presentase jumlah responden laki – laki, yaitu sebesar 32 orang (65%) untuk jumlah presentase responden perempuan dari total presentase responden yang pernah ambil kredit 49 orang, dan 17 orang (35%) untuk jumlah responden laki – laki dari total presentase responden yang pernah ambil kredit 49 orang. Sedangkan presentase responden laki – laki yang belum pernah ambil kredit lebih besar sebesar 6 orang (55%) dari total presentase responden yang belum ernah ambil kredit sebesar 11 orang, dan 5 orang (45%) untuk jumlah presentase perempuan dari total presentase responden sebesar 11 orang yang belum pernah ambil kredit. Sifat dari laki – laki dan perempuan berbeda. Laki – laki lebih berani mengambil resiko dalam pengambilan keutusan kredit. Sedangkan seorang wanita lebih hati – hati dalam mengambil kredit dan mempunyai pemikiran yang panjang. Oleh karena itu, perempuan lebih matang dalam pengambilan keputusan kreditnya.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

(19)

19

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 3 responden yang tidak memberikan informasi mengenai pendidikan terakhirnya. Dapat diketahui bahwa sebanyak 19 responden (39,58%) dari 25 responden lulusan SMA lebih banyak mengambil kredit, dapat diketahui juga sebesar 14 responden (29,17%) dari 15 responden lulusan diploma atau sarjana yang cukup banyak mengambil kredit. Sedangkan, terdapat pula 3 responden yang tidak memberikan informasi mengenai pendidikan terakhirnya. Faktor pendidikan sangat berperan terhadap pengambilan keputusan kredit. Dengan pendidikan yang dimiliki pengusaha membuat pengusaha memiliki kemauan untuk mencari informasi sebanyak – banyaknya, dan menyadari bahwa perlunya informasi yang dibutuhkan untuk mengambil kredit.

Disrtibusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 5. Disrtibusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja (orang)

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang pernah ambil kredit dengan jumlah tenaga kerja 0-2 orang (termasuk pemilik usaha) merupakan kelompok responden paling banyak, yaitu sebesar 24 orang (48,98%) dari total respoden yang pernah ambil kredit sebesar 49 orang. Sedangkan responden yang belum pernah ambil kredit dengan jumlah tenaga kerja 0-2 orang (termasuk pemilik usaha) juga merupakan kelompok responden paling banyak, yaitu sebesar 7 orang (63,64%) dari total responden yang belum pernah ambil kredit sebesar 11 orang. Jumlah tenaga kerja juga berperan terhadap pengambilan keputusa kredit, terutama bagi pengusaha yang memiliki sedikit tenaga kerja. Pengambilan keputusan kredit sangat berperan apabila mereka ingin memperluas usaha mereka dan menambah tenaga kerja dibutuhkan modal yang cukup.

(20)

20

tertentu jika memberikan jawaban “setuju” dan “sangat setuju” pada kuisioner untuk semua indikator aspek bias tertentu. Dengan demikian, setiap responden dapat memiliki aspek bias lebih dari satu variabel. Berikut adalah jumlah responden untuk setiap aspek bias:

Tabel 6. Jumlah Responden untuk Setiap Aspek Bias

Aspek Bias Jumlah Responden (orang) aspek bias excessive optimism yang berarti memiliki sikap optimis yang cenderung berlebihan. 13 responden memiliki aspek bias overconfidence atau memiliki rasa percaya terhadap diri sendiri yang cenderung berlebihan. 4 responden memiliki aspek bias confirmation yang berarti cenderung mengesampingkan pendapat dari orang lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya dan hanya mendengar pendapat dari orang lain yang sejalan dengan pemikirannya. Sebagian responden juga merasa bahwa dirinya mampu mengendalikan sepenuhnya usaha yang dijalankan dimasa mendatang (illusion of control), yaitu berjumlah 15 orang.

Aspek bias yang melekat pada setiap individu responden tersebut diduga dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri. Selanjutnya akan disajikan tabulasi distribusi aspek bias individu responden berdasarkan karakteristiknya.

Tabel 7. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Usia

(21)

21

Responden dengan rasa optimism berlebihan (excessive optimism) paling banyak terjadi pada kelompok usia antara 40-49 tahun, yaitu sebanyak 15 orang. Hal itu sejalan dengan kenyataan bahwa berdasarkan usia, memang paling banyak responden berasal dari kelompok usia tersebut yaitu 18 orang (lihat tabel 2). Kondisi yang cukup menarik adalah untuk responden dari kelompok usia 60-69 tahun yang hanya berjumlah tiga orang ternyata seluruhnya mengalami bias excessive optimism. Mereka memiliki rasa optimisme yang tinggi bisa jadi karena mereka merasa sudah memiliki pengalaman yang banyak.

Jumlah responden berdasarkan aspek bias dan karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Aspek bias Jenis Kelamin Jumlah Laki - laki Perempuan

Excessive optimism 17 29 46

Overconfidence 6 7 13

Confirmation 1 3 4

Illusion of control 7 8 15

Total 78

Jumlah responden per

kelompok usia 23 37

Sumber : data primer (2012)

(22)

22

Aspek bias diduga juga dipengaruhi oleh karakteristik tingkat pendidikan responden. Tabulasi aspek bias responden dan tingkat pendidikannya, disajikan pada tabel berikut :

Tabel 9. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Aspek bias

Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa responden dengan tingkat pendidikan diploma atau sarjana yang berjumlah 15 orang (100%) seluruhnya mengalami excessive optimism. Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang lain yaitu SD, SMP, dan SMA

berturut-turut 75%; 61,5%; dan 72%. Latar belakang pendidikan diploma atau sarjana yang sering disebut dengan pendidikan tinggi dan berperan dalam pembentukan karakter seseorang termasuk membentuk keyakinan terhadap hal- hal yang akan dilakukan. Dengan kata lain, pendidikan tinggi diduga mempengaruhi cara berpikir dan pembentukan rasa optimis seseorang. Dari 13 orang responden yang mengalami bias illusion of control, tidak ada satu orang pun yang berlatar belakang pendidikan SD. Hal ini mengindikasikan bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah, merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kondisi masa depan terkait dengan keterbatasan pengetahuan mereka. Hal ini didukung dengan sedikitnya responden dengan la tar belakang SD yang memiliki rasa overconfidence, yaitu hanya satu orang. Namun, perasaan tidak mampu mengendalikan

(23)

23

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh aspek bias terhadap pengambilan keputusan kredit, dilakukan analisis dengan bantuan alat analisis regresi logistik. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Koefisien Hasil Regresi Logistik

Dari tabel diatas dapat dituliskan persamaan regresi: Ln �

(24)

24

Sedangkan untuk variabel overconfidence menunjukan arah yang berlawanan dengan hipotesis yang telah diajukan. Variabel overconfidence memiliki koefisien sebesar 0.715 (�−0.335), yang berarti setiap kenaikan skor overconfidence, maka peluang mengambil kredit akan turun. Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, karena responden tidak memiliki k epercayaan yang tinggi terhadap kredit. Variabel overconfidence tidak terbukti signifikan dengan nilai signifikansi 0.252

Untuk variabel confirmation menunjukan arah yang berlawanan dengan hipotesis yang telah diajukan. Variabel confirmation memiliki koefisien sebesar 0.868 (�−0.141), yang berarti setiap kenaikan skor confirmation, maka peluang terhadap pengambilan keputusan kredit akan turun. Hal ini bertolak belakang dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, karena responden terbuka dengan masukan atau pendapat dar i orang lain, maka tidak memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit. Variabel confirmation tidak terbukti signifikan dengan nilai signifikansi 0.441.

Dan untuk variabel illusion of control menunjukan arah yang searah engan hipotesis yang telah diajukan. Variabel illusion of control memiliki koefisien sebesar 1.100 (�0.095), yang berarti setiap kenaikan skor variabel illusion of control, maka peluang mengambil kredit akan naik. Hal ini sesuai dengan hipoteis yang telah diajukan sebelumnya, semakin tinggi kontrol pengusaha terhadap pengambilan keputusan kredit, maka akan memberikan pengaruh positif terhadap pengambilan keputusan kredit tersebut. Variabel illusion of control tidak terbukti signifikan dengan nilai signifikansi 0.614.

(25)

25

Omnibus Tests digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. N ilai �2 Goodness of fit test dalam penelitian ini sebesar 5,809 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,214. Jika dibandingkan dengan tingkat signifikansi 5%, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar sehingga mengindikasikan seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengusaha industri makanan ringan di kota Salatiga cenderung tidak mengalami bias dalam pengambilan keputusan kredit. Masing – masing aspek bias tidak berpengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dalam pengambilan keputusan kredit yang dilakukan oleh pengusaha. Hasil perolehan tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar pengusaha cenderung tidak memiliki excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control dalam pengambilan

keputusan kreditnya. Excessive optimism merupakan jenis penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya orang menaksir terlalu tinggi terhadap hasil yang baik dan menganggap remeh hasil yang kurang baik dari pengalaman yang mereka dapat, sedangkan overconfidence yaitu suatu jenis penyimpangan yang menyebabkan seberapa seringnya seseorang membuat kesalahan karena rasa percaya diri yang berlebihan, confirmation bias yaitu suatu penyimpangan yang menyebabkan seseorang lebih suka mendengar pendapat orang yang sejalan dengan pemikiranya, dan illusion of control yang merupakan kecenderungan manusia percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada kenyataannya mereka tidak dapat.

(26)

26

dapat dibuktikan dari data yang diperoleh melalui kuisoner. Dari 48 responden yang pernah ambil kredit terdapat 33 orang diantaranya telah mencapai tingkat pendidikan SMA, Diploma, maupun Sarjana. Juga tercatat bahwa terdapat beberapa responden yang telah mengambil kredit lebih dari satu kali, sehingga pengusaha dapat lebih bijaksana dalam mengambil kredit untuk usahanya. Pengusaha memiliki rasa optimis (excessive optimisim) dan percaya diri (overconfidence) yang cukup bagus namun tidak berlebihan, sehingga dapat melakukan perhitungan yang cermat dan matang. Dalam pengambilan keputusan kredit pengusaha tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri (illusion of control), tetapi juga mau mendengarkan masukkan atau informasi dari orang lain (confirmation bias) sebagai bahan pertimbangan agar keputusan yang diambil nantinya dapat tepat dan dapat dipertanggung jawabkan.

(27)

27

KESIMPULAN

Penelitian ini menguji tentang pengaruh bias dalam pengambilan keputusan kredit pada usaha mikro kecil dan menengah di kota Salatiga dengan sampel sebanyak 60 pengusaha roti kering dan kue basah di kota Salatiga yang menggunakan kredit untuk usahanya. Dari hasil penelitian ini terdapat 49 responden yang menggunakan kredit dan 11 responden yang tidak mengunakan kredit. Dari hasil uji regresi logistik terhadap beberapa hipotesis yang diajukan menunjukkan bahwa excessive optimism, overconfidence, confirmation bias, dan illusion of control tidak berpengaruh signifikan dengan tingkat

signifikan sebesar 5% terhadap bias dalam pengambilan keputusan kredit pada pengusaha makanan ringan di kota Salatiga.

(28)

28

Keterbatasan Penelitian dan Saran

(29)

29

DAFTAR PUSTAKA

Chira, Inga; Michael Adams; dan Barry Thornton, (2008). Behavioral Bias Within The Decision Making Process, Journal of Business and Economic Research, Vol. 6, No.8. Dewi, Ericha Kusuma, (2010). Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi, Thesis

Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana

Marbun, Linceria Roseline, (2010). Aspek Bias Psikologis dalam pengambilan Keputusan Hutang Studi pada Industri Tempe dan Kripik Tempe di Desa KarangTengah

Prandon Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur, Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Meinert, Jhon, (1991). Financial Ad vice from a Business Veteran. Journal of Accountancy, vol 17. New York.

Nofsinger, John R, (2001). Investment Madness : How Psychology Affects Investing and What to do About It, FinancialTimes Prentice Hall Books, Singapore.

Nofsinger, John R, (2005). The Psichology of Investing. Second Edition. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Pompian, Michael M, (2006). Behavioral Finance and Wealth Management, John Wiley & Sons, Inc, New York.

Robbins, S.P; dan Judge, T.A, (2007), Organizational Behavior, Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Santoso, Jeni Sumi, (2009). Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi Pengusaha Tekstil di Pekalongan. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana.

(30)

30

Stoner, James A.F; Freeman R. Edward; Gilbert J.R; dan Daniel R, (1996), Manajemen, Jilid 2, PT Prendhallindo, Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dsn R&D, Alfabeta, Bandung. Supramono, (2007). “Sebuah Catatan : Peluang dan Domain Situasi Perilaku Pengelolaan

Keuangan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XIII, No. 1.

Supramono, (2008). Dari Keuangan Keperilakuan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan, Universitas Satya Wacana, Salatiga

Supramono, (2010). Dari Keuangan Keprilakuan menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Wiharjo, Katarina Kumalasari, (2012). Faktor Demografis dan Mental Accounting : Penggunaan Kartu Kredit pada Karyawan Bank Bumi Arta Tbk. Cabang Surakarta,

Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5. Disrtibusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 7. Distribusi Aspek Bias Responden Berdasarkan Usia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Serangan organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegagalan panen pada tanaman padi. Untuk itu diperlukan sebuah aplikasi yang

Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat menyebabkan terdapat berbagai jenis serangan yang dapat digunakan untuk menyerang sebuah server , akan tetapi terdapat

Untuk menyelesaikan permasalahan login yang terlalu banyak ini, maka digunakanlah sistem Single Sign On (SSO) dengan menggunakan aplikasi web Central

Dalam pengujian ini terjadi beberapa bug dalam game seperti tampilan halaman materi yang terlalu banyak menggunakan tulisan, kesalahan letak posisi button pada

Tidak adanya integrasi informasi menyebabkan data pengunjung website yang mencari informasi dan wisatawan yang mengunjungi secara langsung kota Tomohon menjadi

Pramusaji yang cepat tanggap dalam melayani pelanggan, menyajikan makanan dan minuman sesuai dengan pesanan pelanggan dan tidak membuat pelanggan tersebut menunggu

Kemungkinan yang menyebabkan hubungan positif signifikan antara pola asuh permisif dengan prokastinasi akademik pada siswa kelas X SMA Xaverius Bandar Lampung dapat

Kedua asumsi kemungkinan yang menyebabkan adanya perbedaan signifikan motivasi mengerjakan skripsi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di Fakultas Psikologi