JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
SRI NURHAYATI 0613010065/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
BERPRESTASI DOSEN AKUNTANSI UPN ”VETERAN”
JAWA TIMUR
yang diajukan :
SRI NURHAYATI 0613010065/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Munari, MM Tanggal : ………. NIP.030 195 017
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Berprestasi Dosen Akuntansi UPN Veteran Jawa Timur”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak. Drs. Ec. Munari, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Oktober 2010
Penulis
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 5
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Perkembangan Teori Akuntansi... 10
2.2.2. Akuntansi Perilaku... 12
2.2.2.1. Pengertian Akuntansi Perilaku... 12
2.2.2.2. Tujuan Akuntansi Perilaku ... 13
2.2.3. Persamaan Dan Perbedaan Antara Ilmu Keprilakuan Dengan Akuntansi Keprilakuan ... 14
2.2.4. Penjelasan Umum Tentang Profile Kebutuhan Prestasi .... 15
2.2.5. Hirarki ... 20
Berprestasi... 25
2.2.9. Pengaruh Karakteristik Biografis Personal Terhadap Kebutuhan Untuk Berprestasi ... 25
2.2.10. Pengaruh Gender Terhadap Kebutuhan Untuk Berprestasi... 26
2.3. Kerangka Pikir ... 27
2.4. Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 28
3.1.1. Definisi Operasional ... 28
3.1.2. Pengukuran Variabel... 29
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 32
3.2.1. Populasi... 32
3.2.2. Sampel... 32
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.3.1. Jenis dan Sumber Data... 33
3.3.2. Pengumpulan Data ... 34
3.4. Uji Kualitas Data ... 34
3.4.1. Uji Validitas Data ... 34
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 35
3.4.3. Uji Normalitas... 35
3.6.2. Uji Hipotesis ... 38
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 38
3.6.2.2. Uji Parsial... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 40
4.1.1. Sejarah Singkat Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur... 40
4.1.2. Gambaran Umum Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur... 42
4.1.3. Falsafah, Visi, Misi, Dan Tujuan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur... 43
4.1.4. Lokasi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur ... 44
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 45
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 48
4.3.1. Uji Analisis Data... 48
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 48
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 48
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 49
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 50
4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 51
4.3.4.2. Uji Parsial ... 56
4.4. Pembahasan ... 58
4.4.1. Implikasi ... 58
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 61
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 61
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 63
5.2. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Halaman Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai
“Hirarki (X1)” ... 45
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Karakteristik Biografis Personal (X2)” ... 46
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Gender (D)” ... 47
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kebutuhan Untuk Berprestasi (Y)” ... 47
Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas... 48
Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 49
Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 50
Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 51
Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 52
Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 53
Tabel. 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …... 55
Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 55
Tabel. 4.13 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial … ... 56 Tabel. 4.14 Hasil Analisis Data Dengan Program SPSS. 16 For Windows … 57
Halaman Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 27
ix Oleh : SRI NURHAYATI
Abstrak
Tujuan pendidikan akuntansi salah satunya adalah menghasilkan tenaga kerja terdidik dan profesional di bidang akuntansi karena sebagian proses pembentukan profesionalisme dicapai melalui pendidikan yaitu pendidikan tinggi. Berkaitan dengan profesionalisme bidang akuntansi, pendidikan akuntansi di Indonesia sejak tahun 1994 telah mengalami perubahan. Hal ini ditandai dengan penggantian Prinsip Akuntansi Indonesia menjadi pedoman Menurut Widyastuti dan Sabeni kebutuhan untuk berprestasi seorang dosen akuntansi mungkin dipengaruhi lingkungan budayanya sewaktu masih kanak-kanak, menempuh pendidikan dan lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang dimaksud adalah praktek hirarki yang dipangku ataupun gender. Bagi dosen yang telah melakukan pembelajaran, diperlukan evaluasi atas kinerja kedosenanya (instructional performance). Evaluasi ini diperlukan untuk menentukan apakah dosen yang bersangkutan perlu dinaikan pangkatnya (diberi penghargaan), atau diperbaiki kinerjanya. Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran kebutuhan berprestasi seorang dosen akuntansi dipengaruhi oleh tiga teori kebutuhan profesionalisme yang disampaikan oleh David Mc Clelland tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini tentang profil kebutuhan berprestasi apakah dipengaruhi oleh faktor-fakor; hirarki, gender, serta karakteristik biografis personal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh hirarki dan karakteristik biografis personal antara dosen akuntansi pria dan wanita terhadap kebutuhan untuk berprestasi dosen akuntansi.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 32 responden (Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur). Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 32 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal dan gender terhadap kebutuhan untuk berprestasi, teruji kebenarannya.
Keyword : Hirarki, Karakteristik Biografis Personal, Gender dan Kebutuhan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN BERPRESTASI DOSEN AKUNTANSI UPN ”VETERAN”
JAWA TIMUR
Oleh :
SRI NURHAYATI
Abstrak
Tujuan pendidikan akuntansi salah satunya adalah menghasilkan tenaga kerja terdidik dan profesional di bidang akuntansi karena sebagian proses pembentukan profesionalisme dicapai melalui pendidikan yaitu pendidikan tinggi. Berkaitan dengan profesionalisme bidang akuntansi, pendidikan akuntansi di Indonesia sejak tahun 1994 telah mengalami perubahan. Hal ini ditandai dengan penggantian Prinsip Akuntansi Indonesia menjadi pedoman Menurut Widyastuti dan Sabeni kebutuhan untuk berprestasi seorang dosen akuntansi mungkin dipengaruhi lingkungan budayanya sewaktu masih kanak-kanak, menempuh pendidikan dan lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang dimaksud adalah praktek hirarki yang dipangku ataupun gender. Bagi dosen yang telah melakukan pembelajaran, diperlukan evaluasi atas kinerja kedosenanya (instructional
performance). Evaluasi ini diperlukan untuk menentukan apakah dosen yang
bersangkutan perlu dinaikan pangkatnya (diberi penghargaan), atau diperbaiki kinerjanya. Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran kebutuhan berprestasi seorang dosen akuntansi dipengaruhi oleh tiga teori kebutuhan profesionalisme yang disampaikan oleh David Mc Clelland tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini tentang profil kebutuhan berprestasi apakah dipengaruhi oleh faktor-faktor; hirarki, gender, serta karakteristik biografis personal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh hirarki dan karakteristik biografis personal antara dosen akuntansi pria dan wanita terhadap kebutuhan untuk berprestasi dosen akuntansi.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 32 responden (Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur). Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 32 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal dan gender terhadap kebutuhan untuk berprestasi, teruji kebenarannya.
Keyword : Hirarki, Karakteristik Biografis Personal, Gender dan
FACTORS INFLUENCING REQUIREMENT OF HAVE ACHIEVEMENT TO LECTURER ACCOUNTANCY OF UPN " VETERAN"
JAWA EAST
Oleh :
SRI NURHAYATI
Abstrak
Target of education of accountancy one of them is to yield professional and educated labour in accountancy area because some of process forming of tired professionalism [pass/through] education that is higher education. Relate to accountancy area professionalism, education of accountancy in Indonesia since year 1994 have experienced of change. This matter Is marked with replacement of Principle Accountancy Indonesia become guidance According to Widyastuti and of Sabeni requirement for have achievement to a accountancy lecturer is possible influenced by his cultural environment of child still time, going through its job environment and education. such Activity environment is hierarchy practice which hold in lap me and or gender. To lecturer which have [done/conducted] study, needed by evaluation of its performance of him (performance instructional). This evaluation is needed to to determine do pertinent lecturer need its rewarded, or improve repaired by its performance. With this research is expected will give picture requirement of have achievement to a accountancy lecturer influenced by three theory requirement of professionalism submitted by David Mc Clelland but to be discussed in this research about profile requirement of have achievement to do influenced by factor-factor; hierarchy, gender, and also biographical characteristic of personal. This research aim to to test and prove empirically influence of biographical characteristic and hierarchy of personal between man accountancy lecturer and woman to requirement for the achievement of accountancy lecturer.
Sampel which is used in this elite is 32 responder (Lecturer Faculty Of Economics Majors Accountancy of UPN "Veteran" East Java). While source of used data come from answer of kuisioner disseminated at 32 responder. obtained to be data to be analysed by using technique analyse doubled linear regresi by means of ... assist computer, using program of SPSS. 16.0 For Windows
From result of analysis can be concluded that Hypothesis expressing that anticipated there is influence of hierarchy, biographical characteristic of and personal of gender to requirement for have achievement, tested by its truth.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pendidikan akuntansi salah satunya adalah menghasilkan
tenaga kerja terdidik dan profesional di bidang akuntansi karena sebagian
proses pembentukan profesionalisme dicapai melalui pendidikan yaitu
pendidikan tinggi. Profesionalisme menurut Soewardjono adalah sikap atau
semangat mempertahankan status profesi dan memelihara citra publik
terhadapnya, serta menekuni ilmu dan substansi pekerjaan dalam bidang
tersebut. (Widyastuti dan Sabeni, 2003: 1022)
Peran pendidikan tinggi menurut Safford dan Krenshaw
mengemukakan bahwa pendidikan tinggi harus melakukan transformasi
secara struktural maupun sistematik terhadap staf akademik maupun non
akademik Scwitzer (1990), Suddem (1993), Hanno dan Tuner (!996) dalam
hasil penelitianya tentang profesionalisme menyoroti bahwa akuntan sebagai
pengajar mutlak diperlukan atas penguasaan dan pelaksanaan pengetahuan,
keahlian, dan karakter. (Widyastuti dan Sabeni, 2003: 1022)
Menurut teori kebutuhan yang dikemukakan David Mc Cleland
(Robbins, 2001: 173) orientasi kerja individu seringkali dipengaruhi
kebutuhan-kebutuhan yaitu :
1. Kebutuhan akan prestasi (nAch)
Dorongan untuk unggul mencapai sederetan standar guna
2. Kebutuhan akan kekuasaan (nPow)
Kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang diinginkan
3. Kebutuhan akan afiliasi
Hasrat akan hubungan persahabatan dan kedekatan antar personal.
Berkaitan dengan profesionalisme bidang akuntansi, pendidikan akuntansi di Indonesia sejak tahun 1994 telah mengalami perubahan. Hal ini ditandai dengan penggantian Prinsip Akuntansi Indonesia menjadi pedoman Standar Akuntansi Keuangan Pada kongres Ikatan Akuntansi Indonesia tahun 1994, juga pada saat itu disetujui juga Kompartemen Akuntansi Pendidik. (Widyastuti dan Sabeni, 2003: 1022)
Menurut Widyastuti dan Sabeni kebutuhan untuk berprestasi seorang dosen akuntansi mungkin dipengaruhi lingkungan budayanya sewaktu masih kanak-kanak, menempuh pendidikan dan lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang dimaksud adalah praktek hirarki yang dipangku ataupun gender.
Dengan bertolak dari asumsi bahwa kegiatan dosen terpenting adalah
efektivitas pembelajaran, maka ada tujuh karakteristik yang perlu
diperhatikan dalam mengevaluasi dosen antara lain pengorganisasian kuliah
dengan baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dalam mata kuliah, sikap
positif terhadap mahasiswa, pemberian ujian dan nilai yang adil, keluwesan
dalam pendekatan dosen, hasil belajar mahasiswa yang memuaskan. Kegiatan
evaluasi ini boleh dikatakan merupakan awal yang perlu dilakukan sebelum
dilakuakn tindakan perbaikan dosen. (Miarso, 2004: 7)
Dalam rangka mengetahui seberapa jauh pengajar akuntansi di
Indonesia mempunyai tingkat profesionalisme dalam mengajar maka
diperlukan suatu studi yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan utama yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah
cukup profesionalkah pengajar akuntansi di perguruan tinggi jurusan
akuntansi di UPN ”Veteran” Jawa Timur ? Pertanyaan ini menjadi lebih
relevan ketika dihadapkan pada berbagai fenomena yang sangat mungkin
berpengaruh pada pendidikan tinggi akuntansi. Seperti merujuk kasus plagiat
seorang profesor yang terjadi dari perguruan tinggi terkemuka dibandung.
Tulisanya dinilai menjiplak artikel jurnal ilmiah Australia karya Carl
Ungerer. Kita tahu betapa kasus ini sangat memalukan dan memilukan,
khususnya bagi dunia akademis jika dihubungkan dengan keprofesionalan
seorang dosen. (Google, 2010)
Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran
kebutuhan berprestasi seorang dosen akuntansi dipengaruhi oleh tiga teori
yang akan dibahas dalam penelitian ini tentang profil kebutuhan berprestasi
apakah dipengaruhi oleh faktor-fakor; hirarki, gender, serta karakteristik
biografis personal.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN BERPRESTASI DOSEN AKUNTANSI UPN VETERAN JAWA TIMUR”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal dan gender terhadap kebutuhan untuk berprestasi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh hirarki dan karakteristik biografis personal antara dosen akuntansi pria dan wanita terhadap kebutuhan untuk berprestasi dosen akuntansi.
1.4. Manfaat Penelitian
Mnafaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi obyek (dosen)
karakteristik biografis personal antara dosen akuntansi pria dan wanita terhadap kebutuhan untuk berprestasi seorang dosen dalam menanggapi lingkungan kerjanya.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh profil kebutuhan
prestasi terhadap profesionalisme dosen akuntansi di UPN ”Veteran”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu :
1. Mas’ud Machfoeds (1999)
Judul : ”Studi Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesionalisme
Dosen Akuntansi Perguruan Tinggi”.
Permasalahan : Tingkat profesionalisme dosen akuntansi di Jawa dan
di luar Jawa.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat profesionalisme dosen akuntansi perguruan
tinggi di Jawa secara signifikan lebih tinggi daripada
dosen akuntansi perguruan tinggi di luar Jawa, hal ini
ditunjukkan dengan nilai uji t sebesar -0,465 dengan
tingkat signifikasi sebesar 0,642. hal ini menunjukan
Ho diterima atau dengan kata lain tingkat
profesionalisme dosen akuntansi di Jawa lebih tinggi
dibandingkan dengan dosen akuntansi perguruan tinggi
di luar Jawa, karena tingkat nilai t hitung yang
diperoleh adalah sebesar -1,149 dengan nilai
2. Widyastuti dan Sabeni (2003)
Judul : ”Pengujian Empiris Profil Kebutuhan Profesional
Dosen Akuntansi di Jawa”.
Permasalahan : Apakah ada perbedaan profil kebutuhan profesional
atas profesionalisme dosen akuntansi berdasarkan tipe
dosen (praktek/non praktek), Hirarki (pimpinan/ketua
dengan non ketua), Gender (pria/wanita).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profil
kebutuhan profesionalisme dalam diri dosen akuntansi
ternyata dapat timbul dari dalam diri dosen, dan
sebagian juga dipicu oleh tuntutan atau tanggung
jawab profesionalnya atas peran yang dilakukan dalam
organisasi.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa Kebutuhan prestasi (Nach) pada dosen
akuntansi tidak dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya,
melainkan timbul karena tanggung jawab
profesionalnya. Sedangkan kebutuhan kekuasaan
(nPow) dan afiliasi (nAff) dapat timbul karena adanya
pengaruh dari lingkungan kerjanya, seperti hirarki dan
praktek sebagai akuntan. Karena tuntutan peran dalam
organisasi seperti halnya pimpinan, maka kebutuhan
kekuasaan ternyata berbeda secara signifikan sebagai
3. Weni (2005)
Judul : ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Mahasiswa Akuntansi Terhadap Profesionalisme
Dosen Akuntansi (Studi pada Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” JATIM Dan
Universitas Negeri Surabaya)”.
Permasalahan : Terdapat perbedaan pengaruh tingkat IPK mahasiswa
dan tingkat penghasilan orang tua mahasiswa terhadap
persepsi mahasiswa UNESA tentang profesionalisme
dosen akuntansi UNESA antara mahasiswa yang orang
tuanya sarjana dengan yang bukan sarjana dan terdapat
perbedaan pengaruh tingkat IPK mahasiswa dan
tingkat penghasilan orang tua mahasiswa terhadap
persepsi mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional antara mahasiswa yang orang tuanya sarjana
dengan yang bukan sarjana serta terdapat perbedaan
persepsi mahasiswa terhadap tingkat profesionalisme
dosen akuntansi UNESA dengan tingkat
Profesionalisme dosen akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan pengaruh antara variabel IPK
mahasiswa dan tingkat penghasilan orang tua
akuntansi tentang profesionalisme dosen akuntansi
UNESA antara mahasiswa yang orang tuanya sarjana
dan bukan sarjana, terdapat perbedaan pengaruh antara
variabel IPK mahasiswa dan tingkat penghasilan orang
tua mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur antara mahasiswa yang orang
tuanya sarjana dan yang bukan sarjana dan terdapat
perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi tentang
tingkat profesionalisme dosen akuntansi antara
UNESA dengan Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
4. Sudiro (2008)
Judul : ”Pengaruh Timbal-balik Antara Kepuasan Kerja
dengan Keluarga dan Komitmen Kerja Serta
Dampaknya Terhadap Prestasi Kerja dan Karir
Dosen”.
Permasalahan : Menganalisis pengaruh timbal-balik antara kepuasan
kerja dengan kepuasan keluarga dan komitmen kerja
serta menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap
prestasi kerja terhadap karier dosen.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masing-masing
variabel berhubungan dan berpengaruh, berdasarkan
koefisien terstandarisasi menunjukan pengaruh
kepuasan keluarga dan kepuasan kerja. Disamping itu,
hasil penelitian ini juga menunjukan koefisien
terstandarisasi untuk pengaruh antara kepuasan kerja
terhadap prestasi kerja, komitmen kerja terhadap
prestasi kerja dan prestasi kerja terhadap karier dosen,
semuanya mempunyai pengaruh positif dan signifikan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Perkembangan Teori Akuntansi
Teori akuntansi telah berkembang melalui revolusi selama tahun
1960-an dan 1970-an dan berlanjut sampai tahun 1980-an. Teori akuntansi
sangat erat hubunganya dengan praktek akuntansi berupa evaluasi praktek
dan pengaruhnya, penjelasan praktek atau pengembangan kerangka acuan
sebagai pedoman untuk mengadakan perubahan dalam praktek akuntansi
dan adaptasinya terhadap lingkungan yang baru. Akuntansi berkembang
sejalan dengan bertambahnya kebutuhan, dan perubahan terjadi secara
bertahap dalam konsep dan klinik akuntansi. (Mustika, 2009: 160)
Teori dapat didefinisikan sebagai seperangkat gagasan (konsep),
definisi serta proposisi (dalil) yang saling berkaitan yang memberikan suatu
pandangan sistimatis tentang fenomena dan menetapkan hubungan antara
variabel yang bertujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena. Tujuan
utama teori akuntansi adalah memberikan seperangkat prinsip yang saling
berhubungan, yang diperoleh secara logis, serta yang berguna sebagai suatu
kerangka referensi untuk penilaian dan perkembangan praktek akuntansi.
Peran akuntansi adalah bagian dari sistem informasi akuntansi untuk
terus bisa dipakai maka harus terus-menerus mengikuti perkembangan
sosial jika tidak maka akuntansi bisa kehilangan manfaatnya dan
ditinggalkan masyarakat. Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan,
mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi
dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para
pemakainaya. (Harahap, 1991: 1)
Sebagaimana tujuan akuntansi menurut APB statement no 4
akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya memberikan informasi
kuantitatif biasanya dalam bentuk moneter tentang satu unit ekonomi yang
dimaksudkan digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta
kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntansi.
Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang
sepanjang waktu dengan perkembangan lingkungan akuntansi, agar dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. (Ikhsan dan
Ishak, 2005: 1)
Seperangkat pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi
pengertian yaitu sebagai pengertian profesi (keahlian) yang dipraktikan
didunia nyata dan sekaligus sebagai disiplin pengetahuan yang diajarkan
diperguruan tinggi. Dari segi profesi, akuntansi sering dipandang
semata-mata sebagai serangkaian prosedur, metode dan teknik tanpa
memperhatikan teori dibalik praktik tersebut. Akuntansi dipandang sebagai
pelaksanaan dan penerapan standar untuk menyusun seperangkat laporan
Pada pengetahuan diperguruan tinggi, akademisi memandang
akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Bidang
praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan
sesuai dengan PABU. Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan,
deskripsi, dan argumen yang dianggap melandasi praktik akuntansi yang
semuanya dicakup dalam teori akuntansi (Suwardjono, 2005: 4)
2.2.2. Akuntansi Perilaku
Akuntansi perilaku merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang
semakin berkembang. Awal perkembangan akuntansi perilaku menekankan
pada aspek akuntansi manajemen, khususnya pada pembuatan anggaran.
Tetapi dalam hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi
keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Perkembangan akuntansi
perilaku lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan
pada ilmu-ilmu sosial menyeluruh mengenai bagaimana perilaku manusia
mempengaruhi data akuntansi dan keputusan bisnis, serta bagaimana
akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia. (Ikhsan
dan Ishak, 2005: 16)
2.2.2.1. Pengertian Akuntansi Perilaku
Menurut Ikhsan dan Ishak (2005: 23) Akuntansi perilaku berada di
balik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur,
mencatat dan melaprkan informasi keuangan. Dengan demikian dimensi
kontruksi, serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang
efisien. Akuntansi prilaku, dengan mempertimbangkan hubungan antara
perilaku manusia dan sistem akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan
budaya manusia dalam suatu organisasi.
2.2.2.2. Tujuan Akuntansi Perilaku
Menurut Ikhsan dan Ishak (2005: 4) Akuntansi perilaku diyakini
dapat menjadi suatu terobosan yang baik dalam pengukuran bisnis dan
informasi. Akuntansi perilaku menggunakan metodologi ilmu
pengetahuan perilaku yang bertujuan untuk melengkapi gambaran
informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka.
Akuntansi perilaku menyediakan suatu kerangka yang disusun
berdasarkan teknik berikut ini
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap
orang-orang dan kinerja perusahaan.
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang
relevan terhadap perencanaan strategis.
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan
keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.
Secara umum lingkup akuntansi perilaku menurut Ikhsan dan
Ishak (2005: 24) dapat dibagi menjadi tiga lingkup yaitu :
1. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan
mempunyai kaitanya dengan sikap dan filosofi manajemen yang
mempengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi
dalam organisasi.
2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari
akuntansi perilaku ini berkenaan dengan bagaimana sistem akuntansi
mempengaruhi motivasi, produktivitas, kepuasan kerja, dan kerja
sama.
3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku
manusia. Bidang ketiga dari akuntansi perilaku ini mempunyai
hubungan dengan cara sistem akuntansi digunakan sehingga
mempengaruhi perilaku.
2.2.3. Persamaan dan Perbedaan Antara Ilmu Keprilakuan dengan Akuntansi Keprilakuan
Ilmu keprilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi
keprilakuan manusia. Akuntansi keprilakuan menghubungkan antara
keprilakuan manusia dengan akuntansi. Para akuntan keprilakuan
bertanya-tanya mengenai apa pengaruh dari mengerjakan proses akuntansi ketika
individu dan perilaku dikumpulkan, dan apa pengaruh perilaku manusia
berdasarkan proses akuntansi? Para akuntan keprilakuan juga merasa
tertarik untuk melihat bagaimana keprilakuan dapat mempengaruhi
perubahan atas cara akuntansi dilaksanakan dan bagaimana prosedur
laporan akuntansi dapat digunakan lebih efektif untuk membantu individu
Sementara ilmu keprilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial,
akuntansi keprilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan
pengetahuan keprilakuan. Oleh karena itu ilmuan keprilakuan terlibat dalam
riset terhadap aspek-aspek teori motivasi, kepuasan sosial, maupun bentuk
sikap. Para akuntan keprilakuan menerapkan unsur-unsur khusus dari riset
atau teori tersebut untuk menghubungkan dengan situasi akuntansi yang
ada. (Ikhsan dan Ishak, 2005:28)
2.2.4. Penjelasan Umum Tentang Profil Kebutuhan Prestasi
Menurut Mustika (2009 : 163) Konsep tersebut berdasarkan
keinginan manusia untuk menghadapi tantangan dan sifat inovatif serta
untuk mempunyai sikap suatu ”perilaku yang berorientasi prestasi” yaitu
suatu perilaku yang mengarah memenuhi suatu standart keunggulan (
standart of excellen ). Teori memandang motif untuk berprestasi berbeda
dengan ketamakan atau keserakahan untuk uang kecuali sejauh uang
dipertimbangkan sebagai simbol untuk berprestasi. David McClelland
dengan menggunakan TAT (Thematic Appreciation Test) untuk mengukur
tiga kebutuhan yaitu untuk berprestasi, kebutuhan untuk kekuasaan, dan
kebutuhan untuk afiliasi, beliau menemukan bahwa tingkat berprestasi
berkolerasi dengan personalitas dan variabel-variabel kultural.
Induvidual yang berorientasi prestasi suka mengangsumsikan
tanggung jawab untuk prestasi individual, mencari tugas-tugas yang
menantang dengan mengambil risiko yang dikalkulasikan (calculated risk)
tergantung pada probabilitas keberhasilan. Sebab itu orang yang
berorientasi prestasi akan mengambil risiko yang kecil untuk tugas sebagai
Tokoh motivasi yang lain mengemukakan bahwa manusia pada
hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan
orang lain oleh David McClelland kemampuan seseorang untuk berprestasi
ini membuat David McClelland terpesona untuk melakukan serangkaian
riset empirisnya bersama asosiasinya di universitas Harvard Amerika
Serikat, selama lebih dari 20 tahun bersama dengan timnya David
McClelland melakukan penelitian desakan untuk berprestasi ini. (Thoha,
2004: 235)
Hasil penelitian McClelland membuat dia lebih percaya bahwa
kebutuhan untuk berprestasi adalah sesuatu yang berbeda dan dapat
dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan lainya, menurut David McClelland
seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia ingin
melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari karya orang lain.
(Thoha, 2004: 236)
Menurut McClelland (Thoha, 2004: 236) ada beberapa karakteristik
dari orang berprestasi antara lain :
1. Suka mengambil resiko yang moderat (moderate risk) pada umumnya
nampak pada permukaan usaha, bahwa orang berprestasi tinggi
resikonya juga besar tetapi penemuan David McClelland menunjukan
lain. Sebagai ilustrasi David McClelland melakukan percobaan
laboratorium, beberapa partisipan diminta olehnya untuk melempar
lingkaran-lingkaran kawat pada pasak yang telah dipasang. Pada
umumnya orang-orang tersebut melempar secara acak kadang-kadang
lebih tinggi cara melemparnya akan jauh lebih berbeda dengan cara
kebanyakan orang tersebut. Orang ini akan lebih berhati-hati untuk
mengukur jarak dia tidak akan terllau dekat supaya semua kawat bisa
masuk pasak dengan mudah dan juga tidak terlalu jauh sehingga
kemungkinan meleset itu besar sekali. Dia ukur jarak sedemikian rupa
sehingga kemungkinan masuknya kawat lebih banyak dibanding
dengan melesetnya, orang semacam ini mau berprestasi dengan suatu
resiko yang moderat tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil
resikonya.
2. Memerlukan umpan balik yang segera ciri ini amat dekat dengan
karakteristik di atas. Seseorang yang mempunyai kebutuhan
berprestasi tinggi, pada umumnya lebih menyenangi akan semua
informasi mengenai semua hasil-hasil yang dikerjaknaya. Informasi
yang merupakan umpan balik yang bisa memperbaiki prestasinya di
kemudian hari sangat dibutuhkan oleh orang tersebut. Informasi itu
akan memberikan kepadanya penjelasan, bagaimana ia berusaha
mencapai hasil sehingga ia tahu kekuranganya yang nantinya akan
diperbaikinya untuk prestasi berikutnya.
3. Memperhitungkan keberhasilan seseorang berprestasi tinggi pada
umumnya hanya memperhitungkan keberhasilan prestasinya saja dan
tidak memperdulikan penghargaan-penghargaan yang berupa materi. Ia
lebih puas pada nilai intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya
sehingga menimbulkan prestasi dan sama sekali tidak mengharapkan
berprestasi kemudian mendapat penghargaan, pujian, dan hadiah yang
melimpah hal tersebut adalah bukanlah karena ia mengharapkan tetapi
karena orang lain atau lingkungan di sekitarnya yang menghargainya.
4. Menyatu dengan tugas. Sekali orang yang berprestasi tinggi memilih
suatu tujuan untuk dicapai maka ia cenderung untuk menyatu dengan
tugas pekerjaanya sampai ia benar-benar berhasil secara gemilang. Hal
ini berarti ia bertekat akan mencapai tujuan yang telah dipilihnya
dengan ketekatan hati yang bulat tidak setengah-setengah. Dia tidak
bisa meninggalkan tugas yang selesai baru separo perjalanan dan dia
tidak akan puas sebelum tugas pekerjaan tersebut selesai seluruhnya,
dengan memberikan hasil maksimal. Tipe komitmen pada dedikasinya
ini memancar dari kepribadianya yang teguh, yang kadangkala
mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap orang yang
berhubungan denganya. Orang lain merasakan bahwa orang yang
berprestasi tinggi ini seringkali tidak bersahabat (loner). Dia lebih
condong berpikir secara realistik mengenai kemampuanya dan tidak
menyenangi orang lain bersama-sama dalam satu jalan untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian jelaslah bahwa tipe orang yang berprestasi
tinggi ini tidaklah selalu ramah dengan orang lain.
Adapun Jay Hall bersama kelompoknya yang dapat dikatakan
sebagai orang yang lebih baru dibandingkan David McClelland melaporkan
hasil studinya yang agak menyeluruh tentang gaya manajer. Dia
mengobservasi lebih dari 16.000 manajer dengan membaginya atas
manajer-manajer yang mempunyai prestasi tinggi, tengah, dan rendah.
Berikut ini adalah laporan hasil penemuanya :
1. Manajer yang mempunyai prestasi rendah, dapat diketahui lewat sifat
pandanganya yang pesimis, dan mempunyai sifat dasar tidak percaya
pada kemampuan bawahanya. Adapun manajer yang berprestasi tinggi
menunjukan sifat yang berlawanan dari yang rendah prestasinya. Dia
selalu optimis dan memandang bawahanya sebagai potensi yang
berguna bagi kelanjutan organisasi.
2. Motivasi pribadi manajer itu dapat diproyeksikan pada bawahanya.
Dengan demikian manajer dengan motivasi prestasi yang tinggi selalu
memikirkan aspek-aspek pekerjaan yang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk bisa berprestasi. Dia berusaha membicarakan
hal ini dengan para bawahanya dan berusaha mempolakan dalam
struktur pekerjaan yang menjamin bawahan untum mencapai prestasi.
Adapun manajer dengan motivasi prestasi yang moderat selalu
memikirkan status simbol. Dan yang bermotivasi prestasi rendah
senantiasa memikirkan tentang keamanan. Baik yang moderat maupun
yang rendah mempunyai cara-cara yang sama dengan memotivasi
bawahan.
3. Manajer yang mempunyai motivasi prestasi tinggi siap
mempergunakan metode partisipasi dengan bawahanya, sementara itu
yang moderat dan rendah tidak mempunyai kemauan untuk melibatkan
bawahan dalam berperan serta pada pembuatan-pembuatan keputusan.
4. Manajer yang bermotivasi prestasi tinggi cenderung bersikap terbuka
manajer maupun dengan bawahanya. Adapun dengan yang bermotivasi
prestasi yang moderat selalu dikuasai oleh perasaan dan ide-idenya
sendiri. Sedangkan manajer yan bermotivasi prestasi rendah cenderung
untuk menghindari berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lain.
5. Manajer berprestasi tinggi menunjukan sikapnya mau memikirkan baik
orang-orang yang ada dalam organisasinya maupun produksinya.
Manajer yang berprestasi moderat mempunyai minat yang besar untuk
memikirkan produksi dan perhatian yang rendah pada orang-orang.
Adapun manajer yang berprestasi rendah selalu memperhatikan
perlindungna diri dan tidak memperhatikan orang-orang dan produksi.
Berberapa hasil penemuan Hall menunjukan adanya perbedaan
dengan penemuan David McClelland tentang berprestasi tinggi dan rendah.
Suatu contoh disebutkan bahwa orang yang bermotivasi prestasi tinggi
cenderung tidak bersahabat (loner) dan tidak menyenangi orang lain.
Sementara itu penemuan Hall menyatakan bahwa orang yang bermotivasi
prestasi tinggi cenderung berorientasi pada orang-orang, mau bersifat
terbuka dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan bawahanya,
berkehendak melakukan metode partisipasi, dan mau memikirkan atau
memandang optimis bawahanya sebagai potensi yang bermanfaat.
2.2.5. Hirarki
Menurut Sudiro (2008: 41) unsur jabatan pada tenaga edukatif atau
dosen. Jabatan dosen adalah jabatan fungsional dilingkungan perguruan
Menurut UU RI Tahun 2005 no.14 tentang guru dan dosen adalah
pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni melalui pendidikan dan penelitian (pasal 1 ayat 2 halaman 3). Menurut
SK Menpan No.59/MENPAN/1987 menunjukan bahwa :
1. Guru besar
Mengemban tugas dan melaksanakan tugas mandiri untuk
semua bidang dan jenjang pendidikan.
2. Lektor kepala
Melaksanakan tugas mandiri untuk bidang I (pendidikan dan
pengajaran mahasiswa), II (peneliti dalam pendidikan dan pengajaran
mahasiswa) pada jenjang pendidikan S-1 dan S2.
3. Lektor
Melaksanakan tugas mandiri pada jenjang pendidikan S-1 dan
S-2. Jabatan lektor dalam bidang pendidikan dan pengajaran serta
peneliti dalam angka pendidikan dan pengajaran ditugaskan atas
tanggung jawab tenaga pengajar lebih senior.
4. Asisten ahli
Ditugaskan atas tanggung jawab tenaga pengajar lebih senior
dan membantu tugas mengajar yang lebih senior pada jenjang
pendidikan S-1.
2.2.6. Karakteristik Biografis Personal
Karakteristik bigrafis personal meliputi usia, jenis kelamin, status
Kepribadian adalah perpaduan antara faktor genetik dan pembelajaran serta
lingkungan. Masa kerja juga berperan untuk mencapai tahapan kematangan
profesi. Penghasilan berperan karena dimungkinkan sebagai umpan balik
(feedback) atas prestasi seorang profesional seperti yang dijelaskan Gordon
(1996).
Penjelasan umum menurut Robbins (2001: 45) adalah sebagai
berikut :
1. Status Kawin
Tidak cukup studi untuk menarik kesimpulan mengenai efek
status perkawinan pada produktivitas. Namun riset yang konsisten
menunjukan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya,
mengalamai pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan
pekerjaan mereka daripada rekan kerjanya yang masih bujangan.
Perkawinan memaksakan tanggung jawab yang meningkat
yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap berharga dan penting.
Tetapi pertanyaan sebab-akibatnya tidaklah jelas. Sangat mungkin
bahwa karyawan yang tekun dan puas lebih besar kemungkinanya
adalah karyawan yang menikah.
2. Banyaknya tanggungan
Terdapat bukti yang kuat bahwa banyaknya anak yang dipunyai
karyawan mempunyai korelasi yang positif dengan absensi, terutama
diantara wanita. Serupa pula tampaknya bukti menunjukan suatu
hubungan yang positif antara banyaknya tanggungan dan kepuasan
kerja. Beberapa menyatakan bahwa anak-anak meningkatkan
pergantian yang lain menunjukan bahwa mereka menunjukan
3. Masa Kerja
Karakteristik biografis yang terakhir yang kita periksa adalah
masa kerja. Dengan pengecualian beda pria dan wanita, agaknya tidak
ada isu yang lebih merupakan subjek mitos dan spekulasi daripada
dampak senioritas pada kinerja pekerjaan.
Telah dilakukan tinjauan riset berulang-ulang yang meluas
terhadap senioritas produktivitas. Sementara kinerja masa lalu sering
dikaitkan dengan keluaran dalam posisi baru, senioritas sendiri itu
tidaklah merupakan peramal yang lebih dari produktif. Dengan kata
lain, jika semua hal lain sama, tidak ada alasan untuk meyakini bahwa
orang-orang yang telah lebih lama berada pada suatu pekerjaan akan
lebih produktif daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah.
Secara konsisten ditemukan bahwa masa kerja berhubungan secara
negatif dengan pergantian karyawan dan telah disarankan sebagai salah
satu peramal tunggal yang baik mengenai pergantian. Bukti
menandakan bahwa masa kerja pada suatu pekerjaan sebelumnya dari
seorang karyawan merupakan suatu peramal yang ampuh dan
keluarnya karyawan itu di masa depan.
2.2.7. Perbedaan Jenis Kelamin (Gender)
Menurut Kuntari dan Kusuma (2000: 77), pengertian gender yang
pertama ditentukan adalah penggolongan gramatikal terhadap kata-kata lain
yang berkaitan denganya secara garis besar berhubungan dengan dua jenis
Menurut Kuntari dan Kusuma pada bidang ilmu-ilmu sosial istilah
gender diperkenalkan untuk memacu pada perbedaan-perbedaan antara pria
dan wanita tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis yang
menyangkut jenis kelamin.
Kamus besar bahasa Indonesia (2001, 469 dan 529) Mendefinisikan
jenis adalah sesuatu yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dan sebagainya)
yang khusus sedangkan kelamin adalah jodoh (laki-laki dan perempuan
atau jantan dan betina). Sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua
makhluk sebagai jantan dan betina atau pria dan wanita, jenis laki-laki atau
perempuan (genus). Jadi jenis kelamin adalah makhluk hidup yang terbagi
dalam dua kelompok yaitu laki-laki (pria) dan perempuan (wanita).
Perbedaan jenis kelamin sesungguhnya tidak menjadi masalah
sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada sebagian besar
organisasi perbedaan jenis kelamin atau yang biasa disebut dengan gender
masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power).
Pembentukan perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal misalnya
melalui sosialisasi, budaya yang berlaku serta kebiasaan-kebiasaan yang
ada. Adanya diskriminasi dalam pekerjaan dapat menurunkan kinerja serta
prospek karir wanita yang disebabkan karena adanya kesempatan yang
terbatas dalam peningkatan kemampuan dan pengembangan hubungan
kerja yang dapat mendukung karir mereka. (Kuntari dan Kusuma, 2001: 76)
Perkembangan moral dan cara-cara berpikir wanita berbeda secara
fundamental terhadap pria, selaras dengan itu Shaub (1994), Borkowski dan
Ugrass (1996) juga mengatakan bahwa perkembangan moral berbeda
karena gender dan pengaruh gender cukup kecil terhadap perkembangan
moral (Thoma, 1986). Pengaruh gender ini muncul ketika perbedaan antara
2.2.8. Pengaruh Hirarki Terhadap Kebutuhan Untuk Berprestasi
Bagi dosen yang telah melakukan pembelajaran, diperlukan evaluasi
atas kinerja kedosenanya (instructional performance). Evaluasi ini
diperlukan untuk menentukan apakah dosen yang bersangkutan perlu
dinaikan pangkatnya (diberi penghargaan), atau diperbaiki kinerjanya.
Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia ingin
melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari karya orang lain.
(Thoha, 2004: 236)
Seseorang yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi, pada
umumnya lebih menyenangi akan semua informasi mengenai semua
hasil-hasil yang dikerjaknaya. Informasi yang merupakan umpan balik yang bisa
memperbaiki prestasinya di kemudian hari sangat dibutuhkan oleh orang
tersebut. Informasi itu akan memberikan kepadanya penjelasan, bagaimana
ia berusaha mencapai hasil sehingga ia tahu kekuranganya yang nantinya
akan diperbaikinya untuk prestasi berikutnya, maka dapat disimpulkan
bahwa hirarki berpengaruh terhadap kebutuhan untuk berprestasi
2.2.9. Pengaruh Karakteristik Biografis Personal Terhadap Kebutuhan Untuk Berprestasi
Keberhasilan seseorang dalam berprestasi tidak memperdulikan
penghargaan-penghargaan yang berupa materi. Ia lebih puas pada nilai
intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya sehingga menimbulkan
prestasi dan sama sekali tidak mengharapkan materi atau penghargaan lain
penghargaan, pujian, dan hadiah yang melimpah hal tersebut adalah
bukanlah karena ia mengharapkan tetapi karena orang lain atau lingkungan
di sekitarnya yang menghargainya,
Menurut Widyastuti dan Sabeni kebutuhan untuk berprestasi
seorang dosen akuntansi mungkin dipengaruhi lingkungan budayanya
sewaktu masih kanak-kanak, menempuh pendidikan dan lingkungan
kerjanya. sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik biografis
personal berpengaruh terhadap kebutuhan untuk berprestasi.
2.2.10.Pengaruh Gender Terhadap Kebutuhan Untuk Berprestasi
Perbedaan jenis kelamin sesungguhnya tidak menjadi masalah
sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Namun pada sebagian besar
organisasi perbedaan jenis kelamin atau yang biasa disebut dengan gender
masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power).
Adanya diskriminasi dalam pekerjaan dapat menurunkan kinerja serta
prospek karir wanita yang disebabkan karena adanya kesempatan yang
terbatas dalam peningkatan kemampuan dan pengembangan hubungan
kerja yang dapat mendukung karir mereka. (Kuntari dan Kusuma, 2001: 76)
Perkembangan moral dan cara-cara berpikir wanita berbeda secara
fundamental terhadap pria, selaras dengan itu Shaub (1994), Borkowski dan
Ugrass (1996) juga mengatakan bahwa perkembangan moral berbeda
karena gender. Dan pengaruh gender ini muncul ketika perbedaan antara
pria dan wanita dalam pengambilan keputusan. (Mustika, 2009: 168),
sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan gender dapat berpengaruh
2.3. Kerangka Pikir
Sesuai dengan landasan teori dan fakta-fakta pendukung yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun sebuah diagram kerangka pikir
seperti ini disajikan pada gambar 2.1, sebagai berikut :
Gambar. 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan tujuan penelitian
diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini
Diduga hirarki, karakteristik biografis personal dan gender
berpengaruh terhadap kebutuhan untuk berprestasi. Hirarki
(X1)
Gender (D)
Kebutuhan untuk berprestasi (Y)
Karakteristik biografis personal (X2)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005: 126)
Berdasarkan model analisis, adapun variabel-variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel bebas (X)
(X1) = Hirarki
(X2) = Karakteristik biografis personal
Variabel Dummy (D)
(D) = Gender
Variabel terikat (Y)
(Y) = Kebutuhan untuk berprestasi.
Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel bebas (X) 1. Hirarki (X1)
Unsur jabatan pada tenaga edukatif atau dosen. Jabatan dosen
adalah jabatan fungsional dilingkungan perguruan tinggi meliputi
2. Karakteristik biografis personal (X2)
Karakteristik biografis personal adalah suatu keadaan yang
membedakan seorang individu dalam hal ini seorang dosen dengan
dosen lainya.
Variabel Dummy (D) 3. Gender (D)
Perbedaan jenis kelamin antara dosen pria dan wanita apakah
terdapat perbedaan prestasi antara dosen pria dan wanita.
Variabel terikat (Y)
4. Kebutuhan untuk berprestasi (Y)
Adalah dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan
dengan seperangkat standart, bergulat dengan sukses dan tanggung
jawab atas usaha yang telah dilakukan.
3.1.2. Pengukuran variabel
Adapun teknik pengukuran untuk setiap variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hirarki (X1)
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval,
dengan teknik pengukuran semantic defferential. Menurut Nazir (2005
: 131).skala interval yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek
yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain,
yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak
Dalam teknik Semantic Defferential ini responden diminta
untuk menilai suatu objek dengan menggunakan skala 5 (lima) poin
dengan pola sebagai berikut
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Jawaban satu berarti cenderung tidak setuju dengan pernyataan
yang diberikan. Nilai 3 merupakan nilai tengah antara sangat tidak
setuju dengan sangat setuju. Kesimpulan jawaban dengan nilai satu
dan dua cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan yang
diberikan, jawaban nilai empat dan lima berarti cenderung sangat
setuju dengan pernyataan yang diberikan. (Sugiyono, 2006:15)
2. Karakteristik biografis personal (X2)
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval,
dengan teknik pengukuran semantic defferential. Menurut Nazir (2005
: 131).skala interval yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek
yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain,
yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak
yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur.
Dalam teknik Semantic Defferential ini responden diminta
untuk menilai suatu objek dengan menggunakan skala 5 (lima) poin
dengan pola sebagai berikut
1 2 3 4 5
Jawaban satu berarti cenderung tidak setuju dengan pernyataan
yang diberikan. Nilai 3 merupakan nilai tengah antara sangat tidak
setuju dengan sangat setuju. Kesimpulan jawaban dengan nilai satu
dan dua cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan yang
diberikan, jawaban nilai empat dan lima berarti cenderung sangat
setuju dengan pernyataan yang diberikan. (Sugiyono, 2006:15)
3. Gender (D)
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal
sebagai variabel Dummy. Skala nominal adalah data yang hanya dapat
digolong-golongkan secara terpisah, secara diskrit atau kategori.
(Sugiyono, 2006:15)
Dasar Ketentuan Untuk Variabel Dummy (D) :
Pria : 0
Wanita : 1
4. Kebutuhan untuk berprestasi (Y)
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval,
dengan teknik pengukuran semantic defferential. Menurut Nazir (2005
: 131).skala interval yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek
yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain,
yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak
yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur.
Dalam teknik Semantic Defferential ini responden diminta
untuk menilai suatu objek dengan menggunakan skala 5 (lima) poin
dengan pola sebagai berikut
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Jawaban satu berarti cenderung tidak setuju dengan pernyataan
yang diberikan. Nilai 3 merupakan nilai tengah antara sangat tidak
setuju dengan sangat setuju. Kesimpulan jawaban dengan nilai satu
dan dua cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan yang
diberikan, jawaban nilai empat dan lima berarti cenderung sangat
setuju dengan pernyataan yang diberikan. (Sugiyono, 2006:15)
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek
atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari
hasil penelitian (Sumarsono,2004 : 44)
Populasi dalam penelitian ini adalah Dosen Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur sebanyak 46 dosen (28
Dosen TPTO dan 18 Dosen LB)
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004: 44).
Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu
penelitian. Untuk itu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah probability sampling (penarikan sampel secara acak)
yaitu setiap anggota populasi memiliki peluang yang besarnya sudah
diketahui untuk terpilih sebagai sampel dan peneliti bisa memperkirakan
yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu setiap populasi
mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono,
2004 : 46).
Untuk menentukan jumlah responden yang akan dijadikan sampel
digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan
(e = 10%).
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 32 dosen.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
Sumber Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban
Kuesioner yang disebar pada 32 Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder pada
umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan histories yang tersusun
dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109).
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
ADMIK FE. 2009/2010, UPN “Veteran” Jawa Timur.
3.3.2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu dengan memberikan Anket (Kuisioner) kepada responden. Menurut
Nazir (2005 : 246) Anket (Kuisioner) yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden
guna melengkapi data (Nazir, 2005 : 246).
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data
Validitas suatu penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang
akurat. Oleh karena itu jika kata sinonim dari reliabilitas yang tepat adalah
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2005: 45)
Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso (2002: 227) yaitu
sebagai berikut :
1. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel maka butir atau variabel
tersebut valid.
2. Jika r hasil negatif, serta r hasil < r tabel maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang
diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu variabel
diukur dengan menggunakan beberapa indikator dan setiap indikator
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan dan menggunakan teknik semantic
differential (Ghozali, 2005: 132)
Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005: 132) yaitu
sebagai berikut :
1. Jika r alpha positif, serta r alpha > 0,6 maka item pertanyaan variabel
tersebut reliabel.
2. Jika r alpha negatif, serta r alpha < 0,6 maka pertanyaan variabel
tersebut tidak reliabel.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov
Smirnov (Sumarsono, 2004: 40).
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka
distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka
distribusi adalah normal.
3.5. Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini
tidak bias (Sesuai dengan tujuan). Untuk mengambil keputusan BLUE, maka
harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh
persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)
1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji
Durbin-Watson (DW test), tetapi dalam penelitian ini data yang
digunakan bukan data time series, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak
2. Multikolineritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance
Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi
tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas
Multikolinieritas (Ghozali, 2005 : 57-59)
3. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidak adanya heteroskedastisitas digunakan uji korelasi rank
spearman
Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005: 77) yaitu
sebagai berikut :
1. Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05
maka H0 diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05
maka H0 ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda dengan model persamaan yang digunakan, sebagai berikut :
Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3D + e
(Anonim, 2009: L-21)
Keterangan :
Y = Kebutuhan untuk berprestasi
a = Konstanta
X1 = Hirarki
X2 = Karakteristik biografis personal
D = Gender
b1…3 = Koefisien regresi
e = Standart Error
3.6.2. Uji Hipotesis
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model
Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model
regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh hirarki, karakteristik
biografis personal dan gender terhadap kebutuhan untuk berprestasi
(Anonim, 2009: L-21)
Hipotesis Statistik
1. Ho : b1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok
guna melihat pengaruh hirarki, karakteristik biografis
personal dan gender terhadap kebutuhan untuk
H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna
melihat pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal
dan gender terhadap kebutuhan untuk berprestasi
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05,, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna
melihat pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal dan
gender terhadap kebutuhan untuk berprestasi.
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat
pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal dan gender
terhadap kebutuhan untuk berprestasi.
3.6.2.2. Uji Parsial
Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara
empiris pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal dan gender
secara parsial terhadap kebutuhan untuk berprestasi
Hipotesis Statistik
1. Ho : b1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh hirarki, karakteristik
biografis personal dan gender secara parsial terhadap
kebutuhan untuk berprestasi.
H1 : b1≠ 0, menunjukkan ada pengaruh hirarki, karakteristik
biografis personal dan gender secara parsial terhadap
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh hirarki, karakteristik biografis
personal dan gender secara parsial terhadap kebutuhan untuk
berprestasi
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada pengaruh hirarki, karakteristik biografis personal
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur didirikan oleh
para veteran pejuang kemerdekaan pada tanggal 5 Juli 1959. Pada awalnya
merupakan perguruan tinggi kedinasan yang bernama Akademi Adminitrasi
Perusahaan Veteran (AAPV) surabaya,dengan keputusan Menteri Urusan
Veteran Dimobilisasi Nomor 133/KPTS/1996. Mulai tanggal 1 April 1966
oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan disatukan dalam Perguruan
Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) sebagai Perguruan Tinggi
Kedinasan dan selanjutnya pada tanggal 30 Juni 1978 menjadi Universitas
Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan
Nomor Kep/01/1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang perataan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” cabang Jawa Timur yang semula di
awah Universitas Penbangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta menjadi
mandiri menjadi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa
Timur.
Berdasarkan keputusan bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri Pertahanan dan Keamanan Nomor 0307/U/1994
pengabdian Universitas Pembangunan Nasional melalui pelaksanaan
keterkaitan dan kewaspadaan terhitung mulai tanggal 1 April 1995 beralih
status dari Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) di bawah Departemen
Pertahanan dan Keamanan menjadi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di
bawah Yayasan Kejuangan Panglima Sudirman (YKPBS) meliputi lima (5)
Fakultas (Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi
Industri, Fakultas Ilmu Administrasi dan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan) dengan 16 jurusan atau program studi (Progdi), yang
terakreditasi sebanyak 9 program studi dan sedang dalam proses akreditasi
sebanyak 7 program studi.
Berdasarkan indtruksi Menteri Pertahanan dan Keamanan Nomor
Ins/01/II 1996 tanggal 6 Februari 1996 tentang pelimpahan wewenang tanggung jawab pembina Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
telah diserahkan pembinaannya kepada Yayasan Kejuangan Panglima
Besar Sudirman (YKPBS). Yayasan Kejuang Panglima Besar Sudirman
didirikan oleh Menteri Pertahanan Keamanan dan Pangab dengan Akte
Notaris Koesbiono Sarmanhadi,SH., Nomor 58 tanggal 26 Januari 1990
yang telah disempurnakan dengan akte Notaris Koesbino Sarmanhadi,SH.,
Nomor 14 tanggal 6 Maret 1996.
Yayasan Kejuangan Panglima Besar jenderal Sudirman (YKPBS)
adalah induk dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.Jawa Timur dan Jakarta yang berkedudukan di Departemet
Keamanan jalan Merdeka Barat 13 Jakarta juga membina Sekolah