• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VI SDN 064008 MEDAN LABUHAN TAHUN AJARAN 2014-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VI SDN 064008 MEDAN LABUHAN TAHUN AJARAN 2014-2015."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VI SD NEGERI 064008 MEDAN LABUHAN

TAHUN AJARAN 2014-2015

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

SUPIYANSYAH

NIM 8136182051

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Supiyansyah, NIM 8136182051. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas VI SDN 064008 Medan Labuhan tahun ajaran 2014-2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar PKn siswa kelas VI SD N 064008 Medan Labuhan tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dilakukan karena sebelum penggunaan model pembelajaran

think-pair-share (TPS) kesenjangan nilai antara siswa siswa yang mendapat nilai

tinggi dan siswa mendapat nilai sangat rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VI SDN 064008 Medan Labuhan tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 24 siswa. Subjek ini dipilih berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang menujukkan bahwa siswa kelas VI mempunyai nilai rata-rata kelas dan ketuntasan kelas masih rendah. Kriteria keberhasilan tindakan untuk aktivitas dan hasil belajar adalah batas tuntas 70 (KKM 70) dan ketuntasan kelas sebesar 80%. Instrumen pengumpulan data hasil belajar PPKn dengan menggunakan tes hasil belajar dan instrument pengumpulan data aktivitas belajar adalah lembar pengamatan(observasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar PKn pada kondisi awal (tes kemampuan awal), siklus I, dan siklus II. Pada nilai tes kemampuan awal rata-rata kelas hanya 57,5 dengan ketuntasan kelas sebesar 20,83% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 berjumlah 5 siswa. Pada siklus I terjadi peningkatan yaitu rata-rata kelas menjadi 67,91 dan ketuntasan kelas meningkat menjadi 45,83% (mengalami peningkatan sebesar 25%) dan siswa yang memperoleh nilai > 70 berjumlah 11 siswa. Selanjutnya, pada siklus II juga mengalami peningkatan yaitu rata-rata kelas menjadi 75,20 dan ketuntasan kelas menjadi 83,33% (mengalami peningkatan sebesar 37,5%) dan siswa yang memperoleh nilai > 70 berjumlah 20 siswa.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar PKn pada siswa kelas VI SD N 064008 Medan Labuhan tahun ajaran 2014/2015.

(6)

ii ABSTRACT

Supiyansyah, NIM 8136182051. Implementation of Cooperative Learning Model Think Pair Share (TPS) in Improving Civic Education Activity and Learning Outcomes Student Sixth Grade Elementary School District 064008 Medan Labuhan Year 2014-2015.

The purpose of this study was to determine whether the use of the learning model think-pair-share (TPS) may enhance the activity and learning outcomes Civics at sixth grade elementary school 064008 Medan Labuhan academic year 2014/2015. This is done because of prior use learning model Think-Pair-Share (TPS) value gap between students students who scored high and the students scored very low. This research is a classroom action research (classroom action research) were conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages, action planning, action, observation, and reflection. The subjects were all students of sixth grade elementary school 064008 Medan Labuhan academic year 2014/2015, amounting to 24 students. These subjects were selected based on preliminary test results showed that the ability of the sixth grade students have an average rating grade class and completeness is still low. Criteria for success of the action for activity and learning outcomes is complete boundary 70 (KKM 70) and completeness class by 80%. Data collection instruments civics learning outcomes by using test results of learning and student learning activities civics done using observation sheet (observation). The results showed that an increase in activity and learning outcomes Civics on the initial conditions (initial capability test), the first cycle and the second cycle. At the beginning ability test scores on average only 57.5 class with class completeness of 20.83% and the students who received grades ≥ 70 totaled 5 students. In the first cycle increased at an average of 67.91 and completeness class becomes class increased to 45.83% (an increase of 25%) and students who received grades> 70 amounted to 11 students. Furthermore, on the second cycle also increased at an average grade to 75, 20 and completeness class to 83.33% (an increase of 37.5%) and students who received grades> 70 numbered 20 students. Based on these results it can be concluded that the application of learning methods think-pair-share (TPS) may enhance the activity and learning outcomes Civics at sixth grade elementary district 064008 Medan Labuhan academic year 2014/2015.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang selalu

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik. Dalam proses penyelesaian tesis ini penulis banyak menghadapi

kesulitan dan kendala, namun berkat arahan dan motivasi dosen pembimbing,

narasumber, dan para sahabat akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Semoga

bantuan yang diberikan menjadi amal ibadah bagi mereka dan mendapatkan balasan

kebaikan dari Allah Swt.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus ikhlas penulis sampaikan

kepada Bapak DR. Deny Setiawan, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Dr.Wisman Hadi, S.Pd, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran

memberikan pengarahan, bimbingan, dan dorongan kepada penulis. Ucapan terima

kasih juga di sampaikan kepada Ibu Dr. Reh Bungana Br P.A, M.Hum, bapak Dr.Arif

Rahman, M.Pd. dan Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Pd. sebagai narasumber yang telah

banyak memberikan sumbangan pikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan

penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri

Medan, Bapak Prof.Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta semua staf yang telah

memberikan fasilitas dan pelayanan administrasi dengan baik.

2. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(8)

iv

Pendidikan Dasar dan seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan

motivasi, serta membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

3. Kepala sekolah SD N 064008 yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian , dan Ibu - ibu guru SDN 064008 kec. Medan Labuhan yang

memberikan waktu dan pemikiran sebagai pengamat.

4. Kepada istri tercinta Trini Haryani S.Sos.I dan putra saya Arga Dzikri

Maqdisa sebagai semangat dan motivasi belajar saya.

5. Khususnya kepada orang tua saya tercinta (Alm) Budiman dan (Almh) Ti’ah

berserta seluruh keluarga yang memberikan dukungan kepada saya, baik

secara moril maupun materil

6. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar dan IMAPENDAS

Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah banyak

memberikan motivasi dalam upaya menyelesaikan tesis saya ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan kelemahan tesis ini. Untuk itu, penulis mengharapkan sumbangan

pemikiran maupun kritik yang konstruktif demi kesempurnaanya.Terlepas dari

kelemahan dan kekurangan yang ada, semoga tesis ini bermanfaat bagi

pengembangan pendidikan.

Medan, Mei 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

ABSTRAK ... i

2.1.2 Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar ... 14

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar ... 16

2.1.4 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 20

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 28

2.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif TPS ... 32

2.1.7 Aktivitas siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 35

2.1.8 Kelebihan dan kekurangan ... 39

2.2 Kerangka Berpikir... 41

2.3 Penelitian yang Relevan ... 44

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

3.2 Subjek Penelitian ... 46

3.3 Desain Penelitian ... 46

3.4 Rancangan Penelitian ... 47

3.5 Defenisi Operasional Variabel ... 50

3.6 Instrumen Pengumpulan data ... 50

3.7 Teknik Pengumpulan data ... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 54

4.1.1.1 Perencanaan ... 55

4.1.1.2 Pelaksanaan ... 56

4.1.1.3 Observasi... 58

4.1.1.4 Refleksi ... 66

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 69

4.1.2.1 Perencanaan ... 69

4.1.2.2 Pelaksanaan ... 70

4.1.2.3 Observasi ... 73

4.1.2.4 Refleksi ... 77

4.2 Pembahasan ... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Koopereatif TPS ... 34

Tabel 2.2 Indikator/Aspek yang Diamati pada Aktivitas Siswa ... 39

Tabel 3.1.Kategori Aktivitas Guru dan Siswa ... 52

Tabel 3.2 Interval Hasil Belajar Siswa ... 52

Tabel 4.1 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 58

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 63

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 66

Tabel 4.4 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 72

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 74

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 77

Tabel 4.7 Hasil Belajar PKn pada Siklus I dan Siklus II ... 79

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II ... 84

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) ... 43

Gambar 3.1 Rencana Penelitian Tindakan Kelas (Adaptasi dari Hopkins,1993) ... 46

Gambar 4.1 Guru Menjelaskan Materi Pelajaran ... 61

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Saat Proses Belajar Mengajar ... 63

Gambar 4.3 Diagram Aktivitas Siklus I ... 64

Gambar 4.4 Siswa Melaksanakan LKS dalam pasangannya pada Siklus II . 73 Gambar 4.5 Diagram Aktivitas Siswa Siklus II ... 75

(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 100

Lampiran 2 RPP Siklus I ... 101

Lampiran 3 RPP Siklus II ... 107

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal ... 113

Lampiran 5 Soal Soal Pretes ... 114

Lampiran 6 Ulangan Siklus I ... 117

Lampiran 7 Ulangan Siklus II ... 119

Lampiran 8 Kunci Jawaban ... 121

Lampiran 9. LKS ... 128

Lampiran 10. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar PKn Siswa ... 122

Lampiran 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ... 124

Lampiran 12. Nama-Nama Pasangan Dan Anggota Siklus I ... 162

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam

mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sebagaimana tercantum pada Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan Pendidikan

Nasional sebagai berikut ini.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

Jawab (Depdiknas, 2003: 8).

Pendidikan di sekolah merupakan salah satu jalur yang sangat penting

dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan

di sekolah diharapkan dapat menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas,

cerdas, berketerampilan dan berwatak. Cerdas dalam arti memiliki pengetahuan

dan teknologi serta terdidik sehingga dapat mengunakan nalar dan intelektualnya.

Berketerampilan artinya mampu melaksanakan berbagai tugas dan kewajibannya

yang memerlukan keterampilan fisik, sedangkan berwatak berarti memiliki

(15)

2

Pada kenyataannya disaat upaya peningkatan kualitas pendidikan sedang

dilaksanakan justru terlihat bahwa kualitas lulusan dan prestasi belajar para siswa

cenderung menunjukkan penurunan terlebih pada era globalisasi saat ini yang

menghadapkan manusia pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Hal ini

akan memberikan dampak pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan-perubahan ini tentu memberi dampak pada lembaga pemeritahan, yang

salah satunya adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan dituntut untuk

dapat menyelenggarakan proses pendidikan secara optimal dan aktif sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang sesuai dengan

harapan atau berjalan sebagaimana mestinya.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diwajibkan pada kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah dan mata

kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan

dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

khususnya pada Pasal 37. Berdasarkan hal tersebut Pendidikan Kewarganegaraan

tidak bisa dianggap sederhana karena merupakan pelajaran yang diwajibkan

sehingga upaya–upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, baik di sekolah–sekolah maupun di perguruan tinggi, harus

terus ditingkatkan.

Sebagai ilmu yang bersifat abstrak dan verbal, tentunya Pendidikan

Kewarganegaraan berbeda dengan ilmu–ilmu terapan yang bersifat pasti. Hal ini

menjadikan siswa terkadang mendapat kesulitan dalam mengikuti proses

(16)

3

dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar kurang memuaskan karena

siswa banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan. Siswa tidak mengerjakan

tugas yang diberikan guru. Dalam proses belajar hanya beberapa orang siswa yang

berani mengeluarkan pendapat dan selebihnya siswa senang bercerita dengan

teman yang berdekatan tempat duduknya. Siswa lebih senang membahas cerita

sinetron, cerita tentang siaran televisi yang lain ketika pembelajaran sedang

berlangsung.

Kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan siswa ini tidak hanya

disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Ke

warganegaraan tetapi juga karena faktor lain seperti gaya atau metode mengajar

guru, lingkungan, sarana dan prasarana belajar, dan motivasi siswa. Secara umum

guru dan siswa merupakan komponen yang vital dalam pembelajaran karena

mereka saling terkait satu sama lain dengan tugas dan peranan yang berbeda.

dalam hal ini guru bertugas memberikan pengetahuan dan siswa menerimanya.

Mereka juga berperan penting mensukseskan proses pembelajaran yang sedang

dijalankan. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai

instruktur atau pelatih melainkan juga sebagai fasilitator, pemberi arah, dan

sekaligus teman siswa. Bila peran tersebut dijalankan guru secara optimal,

diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan dorongan dan

kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk bekerja sama selama proses

pembelajaran berlangsung.

Dalam pembelajaran yang aktif, siswa dituntut untuk mengalami sendiri,

(17)

4

mereka dalam belajar terus terlatih. Siswa juga semakin berpartisipasi dalam

proses pembelajaran dengan melibatkan diri dalam berbagai jenis kegiatan

sehingga secara fisik mereka merupakan bagian dari pembelajaran tersebut dan

siswa semakin aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu guru

seharusya menciptakan model yang efektif dan efisien sehingga siswa mempunyai

keinginan yang tinggi untuk belajar. Guru juga harus peka ketika kegiatan belajar

mengajar sudah membosankan bagi siswa, maka guru harus segera

memodifikasikan model pengajaran, sehingga siswa tetap berada dalam suasana

yang kondusif untuk belajar. Namun, pada kenyatannya, saat ini cukup banyak

guru yang kesulitan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga

siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan akibatnya siswa

kurang berkembang secara optimal. Hal ini disebabkan salah satunya karena

kurangnya kreativitas dalam menemukan dan menerapkan model pembelajaran

baru yang menarik.

Selain yang disebutkan diatas, proses pembelajaran di ruang kelas juga

harus terkondisi secara dua arah, baik antara guru dengan siswa maupun antara

siswa dengan siswa lainnya. Agar komunikasi dua arah tersebut dapat terwujud

tentu guru sebagai fasilitator pendidikan dituntut untuk mampu dalam

mengembangkan model pembelajarannya. Metode mengajar diartikan sebagai

suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar

kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam hal ini adalah metode

untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

(18)

5

menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar sehingga

siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Pemilihan model tersebut perlu

memperhatikan beberapa hal, seperti materi yang disampaikan, tujuannya, waktu

yang tersedia, jumlah siswa serta hal–hal yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar. Guru yang baik harus mampu menguasai bermacam–macam model

mengajar sehingga dapat memilih dan menentukan model yang tepat untuk

diterapkan pada materi pembelajaran tertentu.

Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi ajar. Joyce dalam trianto (2007:5) mengemukakan:

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat - perangkat pembelajaran termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum dll.

Memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar melalui

penerapan model pembelajaran secara benar dan tepat memerlukan pemahaman

dan tindakan nyata dari guru. Ketepatan model pembelajaran dalam aktivitas

belajar mengajar oleh guru adalah langkah awal dari tindakan perbaikan.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah pemahaman dan

penguasaan materi ajar oleh peserta didik. Kemudahan menguasai materi

pembelajaran identik dengan penguasaan kompetensi-kompetensi dasar yang telah

ditetapkan dalam standar isi. Kompetensi-kompetensi inilah yang akan diukur

ketercapaiannya melalui indikator-indikator penilaian dalam berbagai teknik dan

(19)

angka-6

angka atau nilai batas ambang kriteria keberhasilan belajar atau kriteria ketuntasan

minimum.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas VI SD

Negeri 064008 Medan Labuhan, diketahui bahwa hasil belajar PKn tergolong

masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran

PKn hanya lima orang siswa yang mampu mencapai KKM.

Selain hasil belajar yang masih rendah, proses belajar yang dilakukan

siswa masih belum optimal hal itu terlihat misalnya siswa yang tidak fokus pada

saat materi disampaikan. Mereka terlihat mengobrol dan bercanda dengan teman

sebangkunya. Apabila guru bertanya siswa siswa tidak tahu memberikan jawaban,

dan jika ada materi yang kurang jelas, siswa cenderung diam. Apabila diminta

untuk mengemukakan pendapatnya mereka tidak bisa mengemukakan

pendapatnya. Hanya beberapa anak yang mau bertanya dan mengeluarkan

pendapat atau ide pada saat mata pelajaran berlangsung. Dari beberapa hal di atas

menunjukkan para siswa kurang aktif saat pelajaran berlangsung. Selain masalah

dari siswa, guru mengajar tidak mengunakan model pembelajaran yang tepat,

cenderung menggunakan pembelajaran ekspositori. Memberikan tugas kepada

siswa untuk mencatat dan sistem hafalan sehingga siswa belajar kurang

menyenangkan.

Pembelajaran PKn yang cenderung membosankan, membuat mata

pelajaran PKn menjadi mata pelajaran yang tidak diminati siswa karena siswa

merasa lebih cepat bosan mengikuti pelajaran tersebut, siswa akan cepat letih

(20)

7

siswa yang mengantuk atau bercerita dengan teman lainnya yang berdekatan

tempat duduknya dan ada juga siswa yang permisi keluar kelas berulang kali

dengan alasan ke kamar mandi atau ada hal yang lain yang harus dikerjakannya

sementara belajar PKn tidak terlalu penting bagi mereka. Dikarenakan tidak

optimalnya proses pembelajaran disekolah siswa tidak mampu menjawab

soal-soal dan pertanyaan saat ujian sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar

siswa.

Oleh karena itu model konvensional dalam pengajaran PKn harus dirubah.

Hal ini dilakukan supaya siswa tidak lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran

PKn. Sebaliknya, dengan model baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya

sekedar menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan

informasi kepada teman-temannya.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia

khususnya di SDN 064008 Medan Labuhan adalah lemahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas

diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal sejumlah informasi, otak

siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi, tanpa dituntut

untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika siswa lulus dari sekolah, mereka pintar

secara teoretis tetapi mereka miskin aplikasi.

Untuk mengatasi masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang

(21)

8

pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan menerapkan aspek-aspeknya

yang dimulai dari tahap berpikir (think), berpasangan, (pair) dan berbagi (share).

Pada tahap awal, siswa diberi kesempatan untuk memikirkan permasalahan awal

tentang materi yang akan dipelajari. Pada tahap ini, perkembangan kognitif siswa

lebih berfokus pada kemampuan berpikir.

Siswa diberi kesempatan berdiskusi dan saling memberikan informasi

tentang apa yang dipikirkannya. Siswa juga dapat mengembangkan interaksi yang

silih asah, silih asih, dan silih asuh. Pengetahuan, gagasan, sikap, dan nilai-nilai

siswa berkembang melalui interaksinya dengan siswa-siswa yang lainnya.

Interaksi sosial yang terjadi adalah bagaimana cara mereka berpikir dan

memahami orang lain yang meliputi perasaan emosi, perhatian, dan sudut

pandang terhadap temannya.

Model pembelajaran koopertif ini sangat tepat digunakan pada pokok

bahasan kerjasama negara ASEAN karena model belajar kooperatif merupakan

model belajar berkerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran dan diharapkan

siswa dapat menunjukan kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran di

kelas. Selain itu, siswa di kelas enam sekarang ini senang bercerita ketika

pembelajaran sedang berlangsung, hal ini sangat tepat dengan tahapan share pada

pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada tahapan share yaitu berbagi

pendapat dengan pasangannya.

Model pembelajaran kooperatif ini juga sudah pernah diterapkan di

sekolah lain seperti di sekolah SDN 016369 kabupaten Batubara model ini

(22)

9

Prambanan tahun 2010 yang dilakukan oleh Dita Wahyu Tri Utaminingsih hasil

penelitian tersebut menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Model

pembelajaran ini juga sudah pernah diterapkan, penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (tps) dalam tema lingkungan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa kelas V SDN Perak Utara 1 no 58 dan dibuktikan hasil belajar

meningkat

Berdasarkan hal inilah, diyakini bahwa dengan penerapan pembelajaran ko

operatif tipe think pair share, sangat tepat untuk meningkatkan proses dan hasil

belajar PKn siswa kelas VI SD Negeri 064008 Medan Labuhan. Hal ini juga

sesuai dengan yang dinyatakan Ibrahim (2000:7) bahwa “Pembelajaran kooperatif

telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini diberi

judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) dalam Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VI SDN 064008 Medan Labuhan."

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang disajikan di atas, maka

permasalahan yang muncul dapat diidentifikasikan, sebagaimana yang terlihat di

bawah ini:

1) Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan hanya

mengorganisasi sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan

(23)

10

2) Ada kesenjangan nilai antara siswa, beberapa siswa mendapat nilai yang

tinggi dan yang lainnya meendapat nilai sangat rendah.

3) Metode ceramah umumnya membuat siswa menjadi cepat bosan.

4) Rendahnya hasil belajar rata rata kelas siswa dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

5) Kurangnya referensi guru dalam menemukan model pembelajaran yang

efektif dan menarik.

6) Kurangnya motivasi guru dalam menerapkan model pembelajaran yang

efektif dan menarik.

7) Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS) belum pernah diterapkan di kelas VI SDN 064008 Medan Labuhan.

8) Siswa kurang bersemangat dalam proses pembelajaran, dan sering keluar

masuk kelas.

9) Siswa sering ribut sewaktu pembelajaran berlangsung.

10) Siswa jenuh karena terlalu banyak menulis.

11) Guru kelas VI SDN 064008 selama ini menggunakan model

pembelajaran expositori.

12) Dalam proses belajar mengajar hanya beberapa siswa saja yang aktif dan

yang lainnya lebih banyak diam.

13) Ketika diberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang berani

menjawab.

14) Tidak ada terlihat kerja sama antara siswa dalam proses pembelajaran

(24)

11

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan di atas, tidak

semua masalah diteliti. Hal ini disebabkan agar penelitian yang dilaksanakan lebih

terfokus, untuk itu penelitian ini dibatasi pada masalah yang ada dalam

pembelajaran PKn, yaitu siswa masih kurang terlibat aktif dalam proses

pembelajaran yang mengakibatkan siswa cenderung pasif dan kurang berkembang

kemampuannya. Selain itu sebagaimana sudah disajikan bahwa rendahnya hasil

belajar siswa. Maka guru harus menemukan model pembelajaran yang efektif dan

menarik bagi siswa agar siswa tidak bosan dan akan lebih aktif pada saat

pembelajaran berlangsung. Terkait dengan itu penelitian ini difokuskan pada

usaha peningkatan hasil belajar PKn dan aktivitas belajar PKn dengan

menerapkan pembelajaran kooperati tipe think pair share (TPS) pada pokok

bahasan kerja sama negara ASEAN pada siswa kelas VI SDN 064008 Medan

Labuhan.

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan

masalah :

1) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan kerja sama

ASEAN di kelas VI SDN 064008 Medan Labuhan.

2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

(25)

12

sama negara ASEAN di kelas VI SDN 064008 Medan Labuhan.

1.5Tujuan Penelitian

Secara khusus tujuan penelitian ini memiliki dua tujuan kedua tujuan

tersebut adalah:

1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI pada pembelajaran

PKn di SDN 064008 Medan Labuhan melalui model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share.

2) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada pembelajaran PKn

di SDN 064008 Medan Labuhan melalui model pembelajaran kooperatif

tipe think pair share.

1.6Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, diharapkan penelitian ini mempunyai

manfaat sebagai berikut :

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan

yang bermanfaat dalam bidang pendidikan mengenai penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap peningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan,

dan pengembangan bagi penelitian pada masa yang akan datang khususnya

pada bidang dan permasalahan sejenis atau masalah yang relevan

3) Siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari materi PKn yang

(26)

13 bosan belajar PKn.

4) Siswa diharapkan mempunyai semangat yang tinggi dalam mempelajari

PKn sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang

bersangkutan.

5) Bagi guru, guru dapat menentukan model mengajar yang tepat sesuai

dengan kemampuan tiap kelas pada mata pelajaran yang bersangkutan,

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

Bab VI, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar PKn melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

think pair share meningkat. Hal ini diperoleh melalui hasil evaluasi siklus I

menunjukkan skor rata kelas mencapai 67,91 dan pada siklus II

rata-rata kelas mencapai 75,20. Dengan demikian skor rata-rata-rata-rata dari siklus I ke

siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,29. Pada siklus I persentase

ketuntasan klasikal mencapai 45,83% dan pada siklus II persentase

ketuntasan klasikal mencapai 83,33%. Sehingga melalui penjelasan tersebut

dapat dikatakan terjadi peningkatan pada persentase ketuntasan klasikal

sebesar 37,5%.

2. Terjadi peningkatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share . Aktivitas

siswa memperoleh rata-rata persentase untuk setiap pasangan dari siklus I ke

siklus II yakni untuk pasangan I meningkat sebesar 15%; pasangan II

meningkat 10%; pasangan III meningkat sebesar 15%; pasangan IV

meningkat sebesar 20%; pasangan V meningkat sebesar 10%, pasangan VI

meningkat sebesar 20%, pasangan VII meningkat sebesar 15%; pasangan

VIII meningkat 10%; pasangan IX meningkat sebesar 15%; pasangan X

meningkat sebesar 20%; pasangan XI meningkat sebesar 10%; dan

(28)

rata-3. rata persentase untuk pengamat 1 dan 2 dari siklus I ke siklus II terjadi

peningkatan yakni masing-masing meningkat sebesar 7,24% baik

pengamatan yang dilakukan oleh pengamat 1 maupun pengamat 2.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan

sebagai berikut:

1. Bagi guru, agar dapat menerapkan model pembelajaran koopertif think pair

share dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengingat, model

pembelajaran think paer share dapat meningkatkan proses pembelajaran yang

dilakukan guru dalam pembelajaran PKn. Agar model pembelajaran think

pair share ini dapat terlaksana dengan baik, maka guru harus:

1) Menguasai materi pelajaran.

2) Mengetahui keterkaitan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

3) Memahami strategi pembelajaran think pair share.

4) Berkonsultasi dengan ahli yang memahami materi.

5) Mempunyai keinginan dan keberanian untuk menerapkan strategi

pembelajaran think pair share.

2. Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share ,

guru juga disarankan agar memanfaatkan komponen lain yang dapat

menunjang keberhasilan pembelajaran khususnya pembelajaran PKn yakni

dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Hal ini ditujukan untuk

(29)

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi

siswa.

3. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan aktivitasnya dalam kegiatan

pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang berfokus pada siswa atau

student centered. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar dan

aktivitas PKn siswa.

4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tindakan, sebaiknya

melakukan penelitian secara tuntas dengan cara mengkombinasikan berbagai

metode dan media pembelajaran dengan memperhatikan pokok bahasan yang

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Aji Baroto. 2008. "Overview of Cooperative Learning Definition". Journal

Science and Technology. Volume 37, Issue 9, 415-440.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arends.R. 1997. Classroom instructional and management. New York:Mc Graw

Hill Comapanies

Anonim. 2006.Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang SI.

http://www.dikmenum.go.id /dataapp/ kurikulum. Diunduh tanggal 28 April 2009 jam 12.32 WIB.

Anonim. 2006. Undang-Undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Wipress.

Basrowi & Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Dedidwitagama.2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas PKn.

http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/01/31/laporan-tindakan/kelas-pkn. Diunduh tanggal 28 April 2009 jam 09.16 WIB.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD-SMP-SMA-SMK.

Djamarah,syaiful bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Doantarayasa.2008.PrestasiBelajar. http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prest asi-belajar/. Diunduh tanggal 10 Juni 2009 jam 19.15 WIB.

Donald R. Cruishank, Deborah L. Bainer, & Kim K. Metcall. 1999. The Act of

Teaching. United States of America: Mc Graww-Hill Companies.

Elista.2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas PKn.http://elista.akprind.ac.id/

upload/files/800-bab-i.doc. Diunduh tanggal 29 April 2009 jam 09.10 WIB.

(31)

Fachrul Razi.2001.Mengenal Civic Education.

http://re-searchengines.com/fahcrul-razi.html. Diunduh tanggal 10 Juni 2009 jam 18.45 WIB.

Fadliyanur. 2008.Civics educati

on.http://fadliyanur.blogspot.com/2008/1/civic-education.html. Diunduh tanggal 13 Juni 2014 jam 13.37 WIB.

Ghiffard. 2009.SkripsiBabII.http://ghiffard.multiply .com/journal/item/1/skripsi_ko

e_bab_II. Diunduh tanggal 28 April 2014 jam 08.45 WIB

Hamzah B. Uno. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Herawati Susilo, Husnul Chotimah, & Yuyun Dwita Sari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru

dan Calon Guru. Malang: Bayumodic Publishing

Hopskin.1993. Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud LPTK. Jakarta

Ibrahim. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unesa-University press.

Kasihani, Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Kardiman.Y.2009.PKn dan UjianNasional.http://fazalfarisi.blogspot.com/2009/0

3/contoh.html. Diunduh tanggal 10 Juni 2014 jam 18.15 WIB.

Linda Brown & Vicky Lara. 2007.” Teaching Large Classes". International

Journal of Educational Research. Volume 45, Issue 4, 110-125.

Lie, A. 2005. Cooperative learning. Jakarta : Gramedia

Moleong, L. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhamad Subarkah. 2009. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi.

http://muhamads-teknologi-

pendidikan.blogspot.com/2009/03/paradigma-pendidikan-kewarganegaraan.html. Diunduh tanggal 8 Juni 2009 jam 18.48 WIB.

Muhammad, Numan Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: Rosdakarya.

Nana Sudjana.(2008). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung.PT

(32)

Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nizar Alam Hamdani & Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research.

Sukabumi: Rahayasa Research and Training.

Oemar Hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.

________ 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar

Maju.

Peter Salim & Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.

Jakarta: Modern English.Richard. I Arends. 1998. Learning To Teach:

Fifth Edition. Boston: Mc Graw-Hill Companies, Inc.

_________. 1997. Classroom Instruction and Management. United States

of America: The Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. http://ridwan202.wordpress.com/200

8/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/. Diunduh tanggal 3 Juni 2009 jam 14.35 WIB.

Santrock,John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : kencana

Sayuti,wahdi.2009. Selayang Pandang Civics Education.http://wahdisayuti.word

press.com/2009/02/107/selayang-pandang-civics-education. Diunduh tanggal 10 Juni 2014 jam 19.05 WIB.

Schunk,dale H. 2012. learning theories. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Slavin, R, E. 1995. Cooverative Learning Theory, Research and Practice. Second

Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sriyono.2005.Pembelajaran Kooperatif dan Inovatif. Surabaya: Media Buana Pustaka

Stephen B. Klein. 1996. Learning Principles and Applications. Misissippi State

University: Mc Graw-Hill, Inc.

Sunartombs.2009. Pengertian Prestasi Belajar.

(33)

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Kualitatif (Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian). Surakarta: UNS Press.

Sagala, syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Syahrilfuddin, dkk. 2004. Psikologi Pendidikan. Fakultas Keguruan dan

IlmuPendidikan UNRI. Pekanbaru: Cendekia Insani

Udin S. Winataputra. 2007. Temu Sambut Mahasiswa Baru Program Studi PKn.

http://sps.upi.edu/pend/wp. Diunduh tanggal 27 April 2014 jam 13.15WIB.

Usman M, Uzer. 2002. Menjadi guru Profesional. Bandung : Rosda

_________.2006.Baru Knowing Belum Doing.http://www.wahidinstute.org/indone

sia/suplemengatra/gatraedisi-viii.pdf Diunduh tanggal 10 Juni 2014 jam 18.15 WIB.

Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:

Tar si to.

Winkel, WS. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:

Gramedia.

Gambar

Gambar 2.1  Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) Pekerjaan Pengadaan Konstruksi Peningkatan dan perluasan Puskesmas Jorong Kegiatan Pengadaan Sarana dan

Bila pasien pulang diluat jam kerja untuk urusan administrasi akan dilakukan di hari berikutnya RS KHUSUS MATA PROF DR ISAK

Produk berair, tidak bersifat asam (pH > 5,0), dapat mengandung garam atau gula atau keduanya, termasuk emulsi minyak dalam air dengan kandungan lemak rendah

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.