• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) pada tikus terinduksi streptozotosin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) pada tikus terinduksi streptozotosin."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dalam penurunan kadar glukosa darah pada tikus jantan Wistar yang terinduksi streptosozin. Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 16 ekor tikus jantan Wistar, umur 1,5-2 bulan, dan berat 120-160 g. Kelompok I merupakan kontrol basal yang diberikan akuades dari hari ke-1 hingga hari ke-7. Kelompok II merupakan kontrol pankreotoksik streptozotosin dosis 40 mg/kgBB secara intraperitonial yang diinduksi pada hari ke-1 dan hari ke-2 hingga hari ke-7 diberikan akuades. Kelompok III merupakan kontrol negatif CMC Na dengan konsentrasi 0,5% secara per oral diberikan dari hari ke-1 hingga hari ke-7. Kelompok IV merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dosis 50 mg/kgBB yang diberikan 3 hari sebelum diinduksi streptozotosin dan pemberian ekstrak dilanjutkan hingga hari ke-7secara per oral, serta pada hari ke-1 diinduksi streptozotosin 40 mg/kgBB secara intraperitonial. Hasil dilihat berdasarkan kadar glukosa darah pada hari 0, 4, dan 7, serta histologis pankreas pada hari ke-14. Kadar glukosa darah yang diperoleh di analisis menggunakan mean ± SD. Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dosis 50 mg/kgBB tidak memiliki pengaruh penurunan kadar glukosa darah pada tikus jantan Wistar terinduksi streptozotosin 40 mg/kgBB.

(2)

ABSTRACT

The aim of study research were prove the decrease levels of blood glucose effect of ethanol extract Artocarpus altilis (Park.) Fosberg in male Wistar induced streptozotocin. The research was pure experimental research with randomized complete direct sampling design. This research use 16 male Wistar rats, attain the age 1.5-2 month, and 120-10 gram weight. Group I is the basal control was given aquadest on 1st days until 7th days . Group II is the streptozotocin pancreotoxin control dose 40 mg/kgBB intraperitonial induce on first day and 2nd days until 7th days given aquadest. Group III is negative control CMC Na with 0.5% concentration orraly from 2nd days until 7th days. Group IV is a treatment group for ethanolic extract of Artocarpus altilis (Park.) Fosberg leaves with dose 50 mg/kgBB given 3 days prior to induced streptozotocin and extract continue until 7th days orally, as well as on the first day induced streptozotocin 40 mg/kgBB intraperitoneal. For pancreotoxic control group, animals were given streptozotocin at the first day. Results based on blood glucose levels seen on days 0, 4, and 7, as well as histological pancreas on day 14. Blood glucose levels were obtained in the analysis using mean ± SD. Based on the data that obtained, the ethanol extract of Artocarpus altilis (Park.) Fosberg seed at dose of 50 mg/kgBB does not have effect decreased levels of blood glucose in Wistar male rats induced by streptozotocin 40 mg/kgBB.

(3)

i

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) PADA TIKUS TERINDUKSI

STREPTOZOTOSIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Anggun Amalia Margita (108114029)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Allah SWT sebagai ungkapan syukur dan pujianku

Papa & Mama tersayang

Kakak-kakakku & Adikku

(7)
(8)
(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan

pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.)

Fosberg.) pada Tikus Terinduksi Streptozotosin”. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penelitian ini dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia membimbing, mengoreksi, memberi dukungan, dan saran

mulai dari awal persiapan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

3. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing

kedua yang telah bersedia membimbing, mengoreksi, memberi

dukungan, dan saran mulai dari awal persiapan hingga akhir penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt, selaku Dosen Penguji yang

bersedia memberikan saran dan kritik selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dosen Penguji yang

(10)

viii

6. Ibu Phebe Hendra M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah mendampingi dan mendukung penulis selama

menekuni studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

7. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

ijin penggunaan fasilitas laboratorium guna penelitian skripsi ini.

8. Laboran Pak Parjiman, Pak Heru, Paka Kayat, Pak Wagiran, Pak Parlan,

Pak Kunto, Mas Bimo, dan Pak Mus yang telah banyak membantu

menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini.

9. Seluruh staff karyawan dan pengajar Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

10.Bapak drh. Sugiyono, M. Sc., selaku Dosen Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan saran dan membantu

dalam melakukan penelitian.

11.Niang Ratna, Kakak-kakakku Evie Christanti Oktarina dan Anggara Eka

Nugraha, serta adikku Orchida Vidia Nadira, atas semangat, dukungan,

dan doa yang diberikan kepada penulis selama penulis menjalani masa

perkuliahan.

12.Chatarina Serafina Ika Wijayanti, Therezita Sahita Laksmi, dan Inggrid

Roswita Tokan, yang telah berjuang bersama penulis dalam penyusunan

skripsi ini yang merupakan syarat penulis untuk mendapat gelar Sarjana

(11)

ix

13.Puspita Sari Dewi sebagai sahabat yang telah memberikan dukungan,

saran dan bantuan selama penulis menjalani masa perkuliahan.

14.Teman-teman tercinta Ella Puspitasari, Kak Dolorosa Lintang Suminar,

Catharina, dan Tirzayana atas persahabatan, kebersamaan dan suka duka

yang dijalani selama ini.

15.Teman-teman FST A angkatan 2010 dan semua teman farmasi USD

khusunya angkatan 2010.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang

telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat

khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadi

acuan-acuan untuk penelitian selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat

khususnya di bidang farmasi, serta semua pihak baik mahasiswa, lingkungan

akademis, maupun masyarakat.

Yogyakarta, 20 November 2014

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

(13)

xi

BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA... 6

A. Uraian Tanaman Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 6

(14)

xii

1. Metode enzimatik ... 19

2. Metode kondensasi dengan gugus amina ... 20

3. Metode oksidasi-reduksi ... 20

H. Streptozotosin ... 20

I. Landasan Teori ... 23

J. Hipotesis ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 25

1. Variabel utama ... 25

4. Pembuatan ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 31

5. Penetapan kadar air serbuk daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 31

(15)

xiii

7. Pembuatan suspensi CMC Na 0,5% ... 32

8. Pembuatan dapar Na sitrat 50 mM pH 4,5 ... 32

9. Penetapan dosis streptozotosin ... 33

10. Induksi hiperglikemia pada tikus ... 33

11. Pengukuran kadar glukosa darah ... 33

12. Desain dan perlakuan penelitian ... 34

13. Pengumpulan sampel ... 35

14. Pembuatan slide histologi pankreas ... 35

F. Analisis Hasil ... 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Determinasi Serbuk Daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 40

B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg... 40

C. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Etanol Artocarpus altilis (Park.) Fosberg 41 D. Penentuan Dosis Pankreotoksik Streptozotosin ... 42

E. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Artocarpus altilis (Park.) Fosberg .... 43

1. Kadar glukosa darah ... 43

2. Berat badan ... 48

F. Pemeriksaan Histologis Pankreas ... 49

1. Gambaran histologis kelompok kontrol basal ... 50

2. Gambaran histologis kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5% ... 51

(16)

xiv

4. Gambaran histologis kelompok perlakuan ekstrak etanol Artocarpus

altilis (Park.) Fosberg dosis 50 mg/kgBB ... 54

G. Rangkuman Pembahasan... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 64

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria Penegakan untuk penderita diabetes melitus ... 18

Tabel II. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP ... 27

Tabel III. Volume bahan untuk pengukuran kadar glukosa ... 33

Tabel IV. Peningkatan rata-rata KGD (mg/dl) tikus jantan galur Wistar

pada hari ke-0, 4, dan 7. ... 45

Tabel V. Berat badan tikus jantan Wistar (mg/dl) pada kelompok

perlakuan hari ke- 0, 4, 7, kontrol basal, kontrol CMC, dan kontrol pankreotoksik 50 mg/kgBB (n=4) ... 48

Tabel VI. Persentase kerusakan sel Islet Langerhans pankreas tikus

pada keempat kelompok dengan pengecatan Hematoksili Eosin ... 50

Tabel VII. Hasil penetapan kadar air serbuk daun Artocarpus altilis

(Park.) Fosberg ... 69

Tabel VIII. Hasil bobot pengeringan ekstrak etanol daun Artocarpus

altilis (Park.) Fosberg ... 69

Tabel IX. Hasil rendemen ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.)

Fosberg ... 70

Tabel X. Data penimbangan berat badan tikus pada kelompok basal,

kontrol negatif, kontrol pankreotoksik, dan kontrol perlakuan EEAA ... 71

Tabel XI. Data pengukuran kadar glukosa darah tikus pada kelompok

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi pankreas ... 10

Gambar 2. Foto mikroskopik eksokrin pankreas ... 11

Gambar 3. Foto mikroskopik endokrin pankreas. ... 12

Gambar 4. Struktur streptozotosin ... 20

Gambar 5. Skema Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 39

Gambar 6. Kurva waktu vs rata-rata KGD tikus jantan Wistar (mg/dl) pada pemberian ekstrak etanol Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dosis 50 mg/dl ... 46

Gambar 7. Kurva waktu vs rata-rata berat badan tikus pada kelompok kontrol basal, kontrol negatif, kontrol pankreotoksik, dan perlakuan EEAA ... 48

Gambar 8. Foto mikroskopik organ pankreas tikus kelompok kontrol basal perbesaran 400x ... 50

Gambar 9. Foto mikroskopik organ pankreas tikus kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5% perbesaran 400x ... 51

Gambar 10. Foto mikroskopik organ pankreas tikus kelompok kontrol pankreotoksik streptozotosin 40 mg/kgBB perbesaran 400x ... 53

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengesahan Medical and Health Researc Ethics

Committe (MHREC) ... 65

Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi serbuk daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 66

Lampiran 3. Daun Artocapus alitilis (Park.) Fosberg ... 67

Lampiran 4. Foto serbuk daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 67

Lampiran 5. Foto ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 68

Lampiran 6. Foto suspensi ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dalam CMC-Na 1% ... 68

Lampiran 7. Nekropsi Tikus ... 68

Lampiran 8. Penetapan kadar air serbuk daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 69

Lampiran 9. Bobot pengeringan ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 69

Lampiran 10. Hasil rendemen ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg ... 70

Lampiran 11. Data penimbangan berat badan tikus jantan Wistar ... 71

Lampiran 12. Data pengukuran kadar glukosa darah tikus jantan Wistar ... 72

Lampiran 13. Hasil pembacaan histopatologi organ pankreas tikus ... 73

(20)

xviii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh ekstrak

etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dalam penurunan kadar glukosa

darah pada tikus jantan Wistar yang terinduksi streptosozin.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 16 ekor tikus jantan Wistar, umur 1,5-2 bulan, dan berat 120-160 g. Kelompok I merupakan kontrol basal yang diberikan akuades dari hari ke-1 hingga hari ke-7. Kelompok II merupakan kontrol pankreotoksik streptozotosin dosis 40 mg/kgBB secara intraperitonial yang diinduksi pada hari ke-1 dan hari ke-2 hingga hari ke-7 diberikan akuades. Kelompok III merupakan kontrol negatif CMC Na dengan konsentrasi 0,5% secara per oral diberikan dari hari ke-1 hingga hari ke-7. Kelompok IV merupakan

kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dosis

50 mg/kgBB yang diberikan 3 hari sebelum diinduksi streptozotosin dan pemberian ekstrak dilanjutkan hingga hari 7 secara per oral, serta pada hari ke-1 diinduksi streptozotosin 40 mg/kgBB secara intraperitonial. Hasil dilihat berdasarkan kadar glukosa darah pada hari 0, 4, dan 7, serta histologis pankreas pada hari ke-14. Kadar glukosa darah yang diperoleh di analisis menggunakan mean ± SD.

Berdasarkan data yang diperoleh, ekstrak etanol daun Artocarpus altilis

(Park.) Fosberg dosis 50 mg/kgBB tidak memiliki pengaruh penurunan kadar glukosa darah pada tikus jantan Wistar terinduksi streptozotosin 40 mg/kgBB.

(21)

xix

ABSTRACT

The aim of study research were prove the decrease levels of blood

glucose effect of ethanol extract Artocarpus altilis (Park.) Fosberg in male Wistar

induced streptozotocin.

The research was pure experimental research with randomized complete direct sampling design. This research use 16 male Wistar rats, attain the age 1.5-2 month, and 120-10 gram weight. Group I is the basal control was given

aquadest on 1st days until 7th days . Group II is the streptozotocin pancreotoxin

control dose 40 mg/kgBB intraperitonial induce on first day and 2nd days until 7th

days given aquadest. Group III is negative control CMC Na with 0.5%

concentration orraly from 2nd days until 7th days. Group IV is a treatment group

for ethanolic extract of Artocarpus altilis (Park.) Fosberg leaves with dose 50

mg/kgBB given 3 days prior to induced streptozotocin and extract continue until

7th days orally, as well as on the first day induced streptozotocin 40 mg/kgBB

intraperitoneal. For pancreotoxic control group, animals were given streptozotocin at the first day. Results based on blood glucose levels seen on days 0, 4, and 7, as well as histological pancreas on day 14. Blood glucose levels were obtained in the analysis using mean ± SD.

Based on the data that obtained, the ethanol extract of Artocarpus

altilis (Park.) Fosberg seed at dose of 50 mg/kgBB does not have effect decreased levels of blood glucose in Wistar male rats induced by streptozotocin 40 mg/kgBB.

(22)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemi akibat cacat pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya yang

disertai dengan penurunan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Hiperglikemi kronik diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah (American Diabetes Association, 2007; Craig, Hattersley, and

Donaghue, 2009).

Diabetes melitus terdiri dari beberapa tipe, yaitu diabetes tipe 1, diabetes

tipe 2, diabtes gestasional, dan diabetes tipe lainnya. Diabetes melitus tipe 1 biasa

disebut dengan insulin-dependent diabetes ini disebabkan destruksi sel beta (sel )

penghasil insulin pada pulau Langerhans pankreas. Diabetes melitus tipe 2 biasa

disebut non-insulin dependent terjadi karena kesalahan dalam produksi insulin,

resistensi terhadap insulin, atau berkurangnya sensitivitas sel terhadap insulin

yang melibatkan reseptor di membran (Holt & Hanley, 2007).

Organ tubuh yang menghasilkan insulin adalah pankreas. Apabila lebih

dari 70% sel pankreas mengalami kerusakan maka akan menimbulkan

disfungsi yang menyebabkan diabetes melitus (McPhee and William, 2007).

Kerusakan sel pankreas dapat disebabkan oleh karena faktor genetik, infeksi

oleh kuman, faktor nutrisi, zat diabetogenik, pembentukan spesies oksigen reaktif

(23)

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan

di dunia khususnya di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

Wild, Roglic, Green, Sicree, and King (2004) diperoleh bahwa prevalensi

diabetes untuk semua kelompok umur di seluruh dunia diperkirakan 2,8% pada

tahun 2000 dan 4,4% pada 2030. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

orang di dunia dengan diabetes pada tahun 2000 dan diproyeksikan meningkat

menjadi 366 juta pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri diperkirakan bahwa pada

tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus mencapai 21,3 juta orang.

Dengan semakin meningkatnya prevalensi penderita diabetes dan minat

masyarakat pada penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional semakin meluas.

Berbagai macam ramuan obat dari alam yang sudah digunakan oleh nenek

moyang kita sejak dulu kala kini mendapat perhatian besar. Penelitian dan

pengujian terhadap sejumlah tumbuhan yang berkhasiat untuk pengobatan banyak

dilakukan oleh para ahli. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan alam sebagai

obat tradisonal umumnya tidak menimbulkan efek samping yang berarti seperti

yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi. Selain itu, obat tradisional mudah

diperoleh, harga murah, dan dapat di tanam sendiri sebagai Tanaman Obat

Keluarga (TOGA) (Latief, 2012).

Salah satu tanaman yang digunakan secara empiris adalah daun sukun

(Artocarpus altilis). Berdasarkan penelitian Marianne, Yoandani, and Rosnani

(2011) ekstrak etanol daun sukun memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin,

(24)

and J. Mojzis (2008) menunjukkan bahwa senyawa flavonoid merupakan senyawa

aktif yang berperan sebagai antidiabetes. Salah satu turunan flavonoid yang

terkandung dalam daun sukun adalah kuersetin dan artoindonesianin (Ramadhani,

2009). Kuersetin memiliki efek perlindungan pada pankreas yang diinduksi

streptozotosin dengan mengurangi stress okasidatif dengan menghambat

peroksida lipid dan secara tidak langsung meningkatkan produksi antioksidan

endogen (Adewole, 2007; Coskun, 2005).

Dari uraian diatas, penelitian ini dilakukan menggunakan ekstrak

etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg karena etanol termasuk ke dalam

pelarut polar, sehingga dapat menarik senyawa golongan flavonoid (kuersetin)

yang merupakan salah satu senyawa polar yang berperan dalam memproteksi

organ pankreas (Marianne, dkk, 2011).

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apakah pemberian ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.

dosis 50 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa

darah pada tikus yang terinduksi streptozotosin ?

b. Apakah pemberian ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.

dosis 50 mg/kgBB memiliki pengaruh memperbaiki gambaran histologis

(25)

2. Keaslian penelitian

1) Telah dilakukan pengujian daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.yang

dilakukan oleh Ermin, dkk (1991) yang melaporkan bahwa daun sukun

efektif mengobati penyakit seperti liver, hepatitis, pembesaran limpa,

jantung, ginjal, tekanan darah tinggi dan kencing manis karena

mengandung fenol, kuersetin dan champorol.

2) Menurut Nublah (2011) dengan pembebanan glukosa monohidrat dosis

tunggal sebelum diberikan ekstrak air dan ekstrak etil asetat daun sukun

dapat menurunkan kadar glukosa darah meskipun belum sebanding

dengan glibenklamid.

3) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gustina (2012) membuktikan

bahwa ekstrak etanol dan etil asetat berupa flavonoid daun sukun dapat

menghambat enzim α-glukosidase, sehingga berpotensi sebagai

antidiabetes.

Sejauh penelusuran penulis, penelitian tentang pencegahan hiperglikemi pada

ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) yang

terinduksi streptozotosin pada tikus jantan galur wistar belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmu khususnya ilmu kefarmasian mengenai pengaruh pemberian ekstrak

etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. dan dampaknya terhadap

(26)

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pengaruh penggunaan tanaman Artocarpus altilis (Park.)

Fosberg. sebagai tanaman alternatif pencegahan diabetes melitus.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh penurunan

kadar glukosa darah pada pemberian ekstrak etanol daun Artocarpus altilis

(Park.) Fosberg pada dosis 50 mg/kgBB pada tikus terinduksi streptozotosin.

2. Tujuan khusus

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk :

a. Mengetahui pengaruh penurunan kadar glukosa darah pada pemberian

ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg dosis 50

mg/kgBB berdasarkan pengukuran kadar glukosa darah pada tikus

terinduksi streptozotosin.

b. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Artocarpus altilis

(Park.) Fosberg dosis 50 mg/kgBB berdasarkan gambaran histologi

(27)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. 1. Habitat dan morfologi

Tumbuhan sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) memiliki tinggi

rata-rata 12-15 meter. Tumbuhan sukun dapat tumbuh baik sepanjang tahun

di daerah tropis basah dan beriklim penghujan. Tanaman sukun memiliki

batang yang besar, bergetah dan bercabang banyak. Daun tanaman sukun

kaku, tebal, dan memiliki bentuk oval sampai lonjong. Ukuran daun sukun

bervariasi, satu pohon memiliki ukuran daun dengan panjang 20-60 cm, lebar

20-40 cm, dan panjang tangkai daun 3-7 cm. Pada bagian ujung daun

meruncing, bagian pangkalnya membulat, dan tepi daun berlekuk meyirip.

Permukaan daun bagian atas licin, warnanya hijau mengkilap, sedangkan

bagian permukaan bawah daun kasar, berbulu dan berwarna kusam. Posisi

daun menyebar menghadap ke atas dengan jarak antar daun bervariasi antar

2-10 cm. Bunga tanaman sukun berkelamin tunggal tetapi berumah satu.

Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting. Bunga

jantan berbentuk tongkat panjang berwarna kuning, dan bunga betina

berbentuk bulat bertangakai pendek. Buah sukun terbentu dari keseluruhan

jambak bunga. Buah sukun berbentuk bulat dan sedikit membujur. Biji buah

sukun berbentuk ginjal dan berwarna hitam dengan panjang 3-5 cm. tanaman

sukun memiliki akar tunggang yang dalam dan akar samping yang dangkal

(28)

2. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg (Pitojo, 1992).

3. Kandungan

Tanaman sukun mengandung beberapa senyawa kimia seperti

alkaloid, flavon dan flavanon (Raman, Sudhahar, and Anandarajagopal,

2012), tanin, fenolik, glikosida, saponin, steroid, terpenoid dan antraquinon

(Sidsesha, Nataraju., dan Bannikuppe, 2011). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Syah, Achmad, Bakhriar, Hakim, Juliawaty, dan Latip (2006)

ditemukan dua turunan senyawa geranil dari dihidrokalkon dan flavanon,

yaitu 2-geranil-2’,4’,3’, 4’-tetrahidroksihidro-kalkon dan 8-geranil-4’,

5,7-trihidroksi flavanon. Serta senyawa rutin dan kuersetin (Pham, An, Mai and

Le, 2011).

4. Nama daerah

Dari berbagai negara, yaitu breadfruit (English), arbre à pain(French),

árboldel pan (Spanish), Brotfruchtbaum (German), rimas (Philippines),

(29)

bia/nimbalu(Solomon Islands), beta (Vanuatu), ulu (Hawaii, Samoa), uru

(Tahiti and SocietyIslands), kuru (Cook Islands), mei/mai (Micronesia, Tonga,

Marquesas), lemai(Mariana Islands) and mos (Kosrae) (Ragone, 1997). Nama

daerah dari sukun adalah Sakon (Aceh), Hatopul (Batak), Bakara (Makasar),

Suku (Nias), Sukun (Sunda), Sukun (Jawa), Suun (Ambon) (Heyne, 1987).

5. Manfaat

Pada masyarakat Indonesia umumnya, sukun biasa digunakan sebagai

obat tradisional yang dapat mengobati berbagai penyakit seperti sirosis hati,

hipertensi, dan diabetes melitus (Mustafa, 1998). Secara tradisional air

rebusan daun sukun dilaporkan dapat mengobati penyakit kulit, menurunkan

tekanan darah, menyembuhkan penyakit asma, hepar, dan juga ginjal (Syah,

et al., 2006).

B. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses penarikan zat yang dapat larut dari bahan

yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan Republik Indonesia, 1986). Ekstraksi dengan menggunkan metode

maserasi merupakan cara ekstraksi (penyarian) sederhana yang dilakukan dengan

cara merendam serbuk dalam cairan penyari selama beberapa hari pada

temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil diaduk (Badan Pengawasan

Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005). Maserasi digunakan untuk

penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan

penyari. Cairan penyari yang dapat digunakan dalam proses maserasi, yaitu air,

(30)

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga

zat aktif menjadi larut. Adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan di luar sel menyebabkan larutan yang terpekat didesak keluar

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1986).

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunkan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi standar

baku yang telah ditetapkan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia, 2005).

C. Pankreas

Pankreas memiliki berat sekitar 60 gram, panjang sekitar 12-15 cm,

berwarna abu-abu, dan berada di regio epigastrik dan hipokondriak rongga

abdomen. Pankreas terdiri atas bagian kepala yang luas yang berada di

lengkungan duodenum, badan berada di belakang lambung, dan ekor yang sempit

berada di depan ginjal kiri dan menyentuh lompa (Nurachmah dan Rida, 2010).

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang memiliki fungsi endokrin yang

menghasilkan hormon-hormon (insulin, glukagon, dan somatostatin) dan eksokrin

yang menghasilkan enzim-enzim pankreas (amilase, peptidase, dan lipase) (lihat

gambar 1). Pankreas eksokrin mengandung banyak asinus yang mengeluarkan

getah pankreas ke dalam duodenum melalui ductus pankreaticus. Sedangkan,

pankreas endokrin terdiri atas banyak pulau Langerhans (McPhee and William,

(31)

Gambar 1. Anatomi pankreas (Kearns , Merrigan , Schork, 2003).

1. Eksokrin

Pankreas eksokrin terdiri atas kelompok-kelompok asinus. Sel

asinus merupakan sel epitel yang berbentuk piramid, dengan granula

zymogen yang terletak di central. Setiap asinus pankreas terdiri atas

beberapa sel asinus yang mengelilingi lumen (McPhee dan William,

2007).

Dalam sel asinus terdapat granula zymogen yang mengandung

enzim pencernaan. Jumlah granula zymogen di dalam sel bervariasi, lebih

banyak sewaktu puasa dan berkurang setelah makan. Getah pankreas

merupakan kombinasi dari sel asinar dan sekresi sel duktus. Sifat getah

pankreas ini basa yang berperan penting dalam menetralkan asam lambung

yang memasuki duodenum bersama makanan dari lambung (McPhee dan

(32)

Pada gambar 2 merupakan gambar mikroskopik eksokrin

pankreas. Dari gambar terlihat empat bagian penyusun dari eksokrin, yaitu

acinar cells, centroacinar cells, intercalated duct, dan blood vessel.

Centroacinar cells tersambung dengan intercalated ducts yang terletak di

luar acinar cells. Struktur dari acinar cells dan centroacinar cells

menyerupai balon kecil (asinus) menuju intercalated duct. Intercalated

duct merupakan saluran yang pendek dan mengalir ke saluran pengumpul

intralobula (intralobular collecting duct).

Gambar 2. Foto mikroskopik eksokrin pankreas (Michael, Kaye, Gordon, Pawlina, and Wojciech, 2002)

Enzim pankreas dapat mencerna sebagian zat makanan. Proenzim

yang terkandung dalam butiran zymogen pankreas, yaitu :

a. Endopeptidase proteolitik (tripsinogen, chymotrypsonogen) dan

eksopeptidase proteolitik (procarboxypeptidase, proaminopeptidase)

mencerna protein dengan membelah ikatan peptida internal

(endopeptidases) atau dengan membelah asam amino dari karboksil atau

(33)

b. Enzim amilolitik (alfa-amilase) mencerna karbohidrat dengan membelah

hubungan glikosidik polimer glukosa.

c. Lipase mencerna lemak dengan membelah ikatan ester trigliserida,

menghasilkan asam lemak bebas,

d. Enzim nucleolytik (deoxyribonuclease dan ribonuklease) mencerna asam

nukleat, memproduksi mononucleotides (Michael, et al.,2002)

2. Endokrin

Pulau Langerhans adalah mikroorgan endokrin multihormon dari

pankreas, menempati 20% volume pankreas. membentuk 1-2% berat

pankreas. Pada manusia ada 1-2 juta pulau Langerhans. Pulau Langerhans

banyak di dalam kauda dibandingkan korpus dan kaput (Ganong,1995).

Gambar 3. Foto mikroskopik endokrin pankreas (Michael, et al.,2002) Pada gambar diatas (gambar 3) merupakan gambar mikroskopik dari

endokrin pankreas yang terdiri dari Pulau Langerhans yang berbentuk bulat

dengan berbagai ukuran yang dikelilingi oleh sel asinus eksokrin. Pulau

Langerhans biasanya lebih besar dari asinus dan terlihat lebih padat seperti

(34)

Kelenjar pankreas yang tersebar berada dalam kelompok sel-sel khusus

yang disebut pulau pankreas (Langerhans). Pulau ini tidak memiliki duktus

(saluran) sehingga hormon berdifusi secara langsung ke dalam darah. Ada

tiga jenis pulau Langerhans, yaitu sel yang menyekresi glukagon, sel

yang menyekresi insulin, dan sel yang mensekresi somatostatin. Kelenjar

pankreas mensekresi hormon insulin dan glukagon, yang pada dasarnya

berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah (Nurachmah dan

Rida, 2010).

D. Jenis Kerusakan Pankreas

1. Pankreatitis akut

Pankreatitis akut adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat

peradangan akut dan autodigesti destruktif pankreas dan jaringan didekat

pankreas. Pankreatitisi akut dapat disebabkan oleh trauma, metabolik, infeksi,

herediter, racun dan toksin, obat, vaskular, mekanis, idiopatik, dan dua

penyakit tersering yang berkaitan dengan pankreatitis akut adalah

penyalahgunaan alkohol dan penyakit saluran empedu (McPhee and William,

2007).

2. Pankreatitis kronik

Pankreatitis kronik adalah penyakit kambuhan yang menimbulkan

nyeri abdomen hebat, insufisiensi pankreas eksokrin dan endokrin, kelainan

duktus yang parah, dan klasifikasi pankreas. Pankreatitis kronik disebabkan

oleh penyalahgunaan alkohol, obstruksi duktus (mis, batu empedu), pankreas

(35)

hiperlipidemia, obat, trauma, autoimun, herediter, fibrosis kistik

(mukovidosis), dan idiopatik (McPhee and William, 2007).

3. Infusiensi pankreas

Infusiensi eksokrin pankreas adalah sindrom maldigesti akibat

kelainan yang mengganggu efektivitas aktivitas enzim pankreas. Karena

lipase pankreas sangat penting untuk mencerna lemak, ketiadaan enzim ini

menyebabkan stearotea (terbentuknya tinja berlemak, berjumlah besar, dan

berwarna terang). Penyebab maldigesti pada infusiensi pankreas aksokrin

mencakup pankreatitis kronik, fibrosis kistik, kanker pankreas,

gastrektomiparsial atau total, dan reseksi pankreas (McPhee and William,

2007).

4. Karsinoma pankreas

Secara mikroskopis, 90% kanker pankreas adalah adenokarsinoma;

sisanya adalah karsinoma adenoskuamosa, anaplastik, atau sel asinus. Kanker

pankreas cenderung menyebar ke jaringan sekitar, yang menginvasi

organ-organ tetangga di sepanjang fasia perineural, dan menimbulkan nyeri hebat,

dan melalui limfe dan aliran darah, yang menimbulkan metstatis ke kelenjar

limfe regional, hati dan tempat-tempat jauh lainnya. Kausa penyakit ini tidak

diketahui. Sebagian besar kasus kanker pankreas bersifat sporadik; sejumlah

kecil (3%) terjadi pada pasien dengan predisposisi herediter. Penyakit ini 6

kali lebih sering pada wanita pengidap diabetes ketimbang dibandingan yang

(36)

diabetes pria) dan 2,5-5 kali lebih sering pada perokok (McPhee and William,

2007).

5. Diabetes melitus

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah akibat

dari kekurangan insulin, baik absolut maupuan relatif (Cahyono, 2008).

E. Diabetes Melitus 1. Definisi

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan

metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi. Diabetes terjadi karena cacat

pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes dapat

menyebabkan komplikasi kronis yang mengakibatkan kerusakan berbagai

organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Scobie,

2007).

Diabetes adalah suatu penyakit tunggal dimana merupakan kelompok

sindrom heterogen yang ditandai dengan poliuri (banyak kencing), polidipsi

(banyak minum) dan polifagi (banyak makan) (Lanywati, 2006) yang disertai

dengan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia dengan kriteria

diagnostik mencakup glukosa plasma puasa 126 mg/dL, gejala diabetes

plus glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL, atau kadar glukosa plasma 200

mg/dL setelah pemberian 75 g glukosa per oral (uji toleransi glukosa)

(McPhee and William, 2007). Pada tikus kadar glukosa normal, yaitu 50-135

(37)

2. Klasifikasi

a. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM))

ditandai dengan kerusakan sel yang menyebabkan kerusakan insulin

absolut yang biasanya terjadi pada anak-anak (Scobie, 2007).

Pada diabetes tipe 1 kerusakan sel disebabkan karena adanya

destruksi imunologis yang selektif terhadap sel pulau Langehans yang

diperantai oleh limfosit T. Limfosit T supresor CD8 diduga sebagai sel

utama yang bertanggung jawab dalam kerusakan sel . Destruksi

autoimun sel merupakan suatu proses yang diperkirakan diperantarai

oleh sitokin (McPhee and William, 2007). Gangguan autoimun yang

terkait dengan diabetes tipe 1, yaitu penyakit Celiac, Addison,

hipotiroidisme, dan anemia pernisiosa (Watkins, 2003).

b. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus

(NIDDM)) disebabkan oleh gangguan sekresi insulin karena fungsi sel

yang abnormal. Ada beberapa penyebab dari gangguan sekresi insulin

dalam DM tipe 2 dengan beberapa kelainan yang telah terbukti

mengganggu keseimbangan antar neogenesis dan apoptosis. Studi klinis

pada manusia dan hewan membuktikan tentang konsep glukotoksisitas,

dimana ketinggian kadar glukosa plasma dengan berkurangnya sel

(38)

juga dapat menyebabkan gangguan pada sel . Pasien dengan DM tipe 2

menunjukkan respon berkuranganya incretin glucagon-like peptide

(GLP)-1 dalam merespon glukosa oral, sementara administrasi GLP-1

meningkatkan respon sekresi insulin postprandial dan dapat

mengembalikan glikemia mendekati normal (Scobie, 2007).

Komplikasi yang dapat timbul akibat diabetes melitus, yaitu

gangguan pembuluh darah besar (makroangiopati), atherosklerosis,

infark miokardium, diabetes retinopati, diabetes neuropati, dan diabetes

nefropati (Price and Loraine, 1997)

c.Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah intoleransi glukosa pada saat

kehamilan yang dapat disebabkan oleh diabtes tipe 1 atau tipe 2.

Penurunan toleransi glukosa terjadi selama kehamilan normal, terutama

diketahui pada trisemester ketiga. Kriteria untuk mendiagnosis toleransi

glukosa abnormal pada kehamilan belum disepakati di seluruh dunia

(Scobie, 2007).

d. Diabetes melitus lain-lain

Diabetes mellitus jenis lainnya, kejadiannya dikaitkan dengan

adanya kelainan genetic, yaitu Maturity Onset Diabetes of Youth

(MODY) yang dikarakteristikan oleh adanya gangguan sekresi insulin

yang sedikit atau bahkan tanpas disertai resistensi insulin. Pasien yang

mengalami MODY akan mengalami hiperglikemia pada usia dini

(39)

3. Diagnosis

Diagnosis klinis umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan

khas DM. Tabel I menunjukkan kriteria untuk menyatakan seseorang

menderita diabetes melitus. Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan

kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

> 126 mg/dL juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis.

Tabel I. Kriteria Penegakan Diagnosis untuk Penderita Diabetes Melitus Glukosa Plasma

Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung 50 asam amino yang

merupakan hormon yang disekresi oleh pankreas yang memiliki fungsi utama

untuk menurunkan kadar nutrien darah, glukosa, asam amino dan asam lemak

(Nurachman dan Rida, 2010).

Insulin menimbulkan efek dengan bekerja pada otot, hati , dan jaringan

lemak. Sekresi insulin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu peningkatan

glukosa plasma, peningkatan asam amino plasma, peningkatan GIP

(40)

penurunan aktivitas simpatik, dan penurunan plasma epineprin (Stanfield,

2011).

Pada saat kadar glukosa plasma meningkat akibat dari glukosa diangkut

ke dalam aliran darah dari saluran pencernaan menyebabkan terjadinya

peningkatan sekresi insulin oleh beta sel pankreas (Stanfield, 2011).

Pengangkutan glukosa dalam aliran darah dilaksanakan oleh suatu transporter

glukosa yang disebut GLUT. Ada enam bentuk GLUT, yaitu GLUT-1,

GLUT-2, GLUT-3, GLUT-4, GLUT-5, dan GLUT-6. GLUT-1 berfungsi

untuk memindahkan glukosa menembus sawar darah otak, GLUT-2 berfungsi

untuk memindahkan glukosa yang masuk ke sel ginjal dan usus ke aliran

darah sekitar melalui pembawa kontrasporter, GLUT-3 berfungsi untuk

pengangkut utama glukosa ke dalam neuron, dan GLUT-4 bertanggun jawab

atas sebegian besar penyerapan glukosa pada mayoritas sel tubuh . GLUT-4

bekerja hanya setelah berikatan dengan insulin (Sherwood, 2009).

G. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah 1. Metode enzimatik

Prinsip dari metode ini adalah enzim glukosa oksidase (GOD) akan

mengoksidasi glukosa oleh udara (O2) menjadi asam glukonat dan hidrogen

peroksida. Hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-amino-antipirin dan

fenol yang dikatalis oleh enzim peroksidase membentuk senyawa kuinonimin

(41)

Reaksi yang terjadi :

Glukosa + O2 + 2 H2O GOD asam glukonat + H2O2

2 H2O2 + 2,4-dikloro phenol + 4-aminoantipirin PAP quinonimine + 4H2O

(Anonim, 2012).

2. Metode kondensasi dengan gugus amina

Prinsip dari metode ini adalah aldose akan dikondensasikan dengan

orto-toloidin dalam suasana asam dan setelah dipanaskan akan

menghasilkan larutan yang berwarna hijau (Widowati, Dzulkarnain, dan

Sa’roni, 1997).

3. Metode oksidasi - reduksi

Penetuan kadar glukosa darah pada metode ini dilakukan dengan cara

dioksidasi menggunakan oksidan ferrisianida. Oksida ini direduksi

menjadi ferrosianida oleh glukosa dalam suasana basa dengan pemanasan,

kemudian kelebihan ferri ditritasi secara iodometri (Widowati,

Dzulkarnain, dan Sa’roni, 1997).

H. Streptozotosin

Gambar 4. Struktur streptozotosin (Lenzen, 2008).

Sterptozotosin (STZ) ( Gambar 4) adalah suatu senyawa

(42)

menyebabkan kerusakan sel pankreas, sehingga terjadi hiperglikemi (Lenzen,

2008). Streptozotosin berbentuk bubuk, berwarna kuning pucat yang dapat

digunakan untuk menginduksi diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2 pada hewan

uji (Etuk, 2005).

Dosis sterptozotosin yang biasa digunkan dalam menginduksi diabetes

mellitus tipe 1 yaitu 40-60 mg/kgBB (intravena) dan lebih dari 40 mg/kgBB

(intraperitonial). Pemberian streptozosin secara berulang dapat menginduksi

diabetes mellitus tipe 1 yang diperantai sistem imun. Pada diabetes tipe 2

streptozotosin dapat diinduksi dengan dosis 100 mg/kgBB intravena atau

intraperitoneal pada tikus yang berumur 2 hari kelahiran (Nugroho, 2006). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Mulyani, Laksmindra dan Sismindari

(2001) pemberian streptozotosin sebesar 40 mg/kgBB dengan dosis tunggal pada

tikus Sprague Dawley memberikan respon yang stabil dan penurunan insulin yang

lebih cepat dibandingkan dengan dosis 60 mg/kgBB.

Streptozotosin masuk ke dalam sel pankreas melalui transporter

glukosa (GLUT2) dan menyebabkan alkilasi DNA melalui gugus nitrosourea

yang mengakibatkan kerusakan sel pankreas. Peningkatan ATP

dephosphorylation setelah penginduksian streptozotosin mengakibatkan

terbentuknya substrat untuk xanthine oxidase sehingga pembentukan radikal

superoksida. Akibatnya, hidrogen peroksida dan radikal hidroksil juga dihasilkan.

Selain itu, streptozotosin membebaskan sejumlah oksida nitrat yang menghambat

aktivitas akonitase dan berpartisipasi dalam kerusakan DNA. Sebagai hasil dari

(43)

penelitian yang dilakukan oleh Pathak, Helge, Vladmir and Daan (2008)

streptozotosin secara selektif akan menghambat aktivitas enzim O-G1cNAse yang

bersama-sama dengan O-G1cNAc transferase bertanggung jawab dalam

perpindahan O-G1cNAc dari protein. Akibaranya terjadi O-glikosilasi protein

intraseluler dengan adanya N-methylnitroso mengakibatkan sel mengalami

apoptosis, sehingga memberi efek toksik pada sel pankreas yang mengakibatkan

regulasi kadar produksi insulin menurun dan regulasi kadar glukosa darah menjadi

terganggu.

Degradasi sel yang terjadi akan terlihat 2-4 hari setelah pemberian

streptzotosin akibat adanya pembengkakan pada pankreas dapat dilihat dari

terjadinya peningkatan kadar glukosa darah (Akbarzadeh, et al., 2007).

Pemberian streptozotosin untuk menginduksi diabetes melitus lebih efektif

(44)

I. Landasan Teori

Pankreas merupakan bagian dari sistem pencernaan yang bertugas

membuat dan mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus, dan juga organ

endokrin yang bertugas membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah

untuk mengontrol metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh

(Longnecker, 2014).

Kerusakan pada pankreas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemia akibat cacat sekresi insulin dan peningkatan resistensi seluler

terhadap insulin (Anonim,2009)

Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) merupakan tumbuhan tropik

yang memilki kandungan saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tanin,

riboflavin, fenol dan kuersetin. Daun sukun dapat mengobati beberapa penyakit

seperti liver, hepatitis, ginjal, hipertensi, dan salah satunya diabetes melitus.

Menurut Chandrika, et al., 2006 dengan dosis 50 mg/kgBB pada pemberian

ekstrak air panas daun Artocarpus heterophyllus dapat memberikan efek

antihiperglikemik pada tikus.

Pankreas dapat dirusak dengan peninduksian senyawa tertentu, seperti

aloksan dan streptozotosin. Streptozotosin merupakan salah satu senyawa yang

secara selektif merusak sel sehingga menyebabkan terganggunya sekresi insulin

yang mengakibatkan glukosa dalam tubuh semakin meningkat sehingga

(45)

dilakukan ekstrak etanol daun sukun mengandung flavanoid yang memiliki

aktivitas sebagai antioksidan, dimana antioksidan merupakan suatu senyawa yang

dapat mengikat radikal bebas sehingga kerusakan sel-sel pankreas dapat

dihambat dan juga mampu meregenerasi sel-sel pankreas yang rusak sehingga

defisiensi insulin dapat diatasi, serta dapat memperbaiki sensitifitas reseptor

insulin sehingga hiperglikemi dapat dicegah (Marianne, dkk, 2011).

J. Hipotesis

1. Ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. dosis 50 mg/kgBB

memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus jantan

Wistar yang terinduksi streptozotosin.

2. Ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. dosis 50 mg/kgBB

memiliki pengaruh terhadap gambaran histologi pankreas pada tikus jantan

(46)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Farmakologi-Toksikologi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan pada

hewan uji ( dosis ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg).

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu :

1. Kadar glukosa darah tikus jantan Wistar.

2. Hasil histologis pankreas tikus jantan Wistar.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam

penelitian ini adalah jenis kelamin, galur, berat badan, umur dari hewan

uji, jumlah asupan makanan, dan waktu pencuplikan darah. Hewan uji

yang digunakan adalah tikus jantan Wistar dengan berat badan 120-160 g

(47)

intraperitonial, ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.

secara per oral.

b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam

penelitian ini adalah keadaan patologis dari hewan uji yang digunakan,

stabilitas streptozotosin, dan kondisi tanah.

3. Definisi operasional

a. Daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. adalah daun segar berwarna hijau,

tidak berlubang dan tidak terlalu tua dan muda (diambil daun yang berada

tidak dipangkal dan diujung batang) yang diperoleh pada bulan November

2013 dari Desa Sewon, Bantul, Yogyakarta.

b. Ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. adalah sediaan

pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia daun

Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. menggunakan metode ekstraksi.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol

96%. Proses ekstraksi dilakukan selama 7 hari.

c. Berat badan tikus adalah ukuran badan tikus dalam sisi berat yang

ditimbang menggunakan timbangan. Ukuran ini yang dipakai untuk

menilai keadaan gizi pada tikus. Perhitungan yang diperoleh dapat

dijadikan penanda dari kondisi hipoglikemik pada tikus.

d. Kadar glukosa darah tikus adalah banyaknya glukosa di dalam darah tikus.

Pengukuran kadar glukosa darah tikus menggunakan metode GOD-PAP.

Dimana tikus dikatakan hiperglikemia apabila kadar glukosa darah 11,1

(48)

e. Gambaran hitologis pankreas adalah gambaran keadaan dari struktur

jaringan organ pankreas secara detail dengan menggunakan mikroskop.

Gambaran histologis pankreas akan mengalami perubahan apabila

terinduksi streptozotosin.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan Wistar, dengan umur 6-8

minggu, berat badan 120-160 g yang diperoleh Laboratorium Hayati

Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.

yang diperoleh dari desa Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Bahan kimia

a. Senyawa penginduksi (kontrol positif pankreotoksik) berupa

streptozotosin (STZ) merk Nacalai dari BIOZATIC yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi FMIPA Unversitas Islam Indonesia

Yogyakarta.

b. Etanol 96 % sebagai pelarut dalam ekstraksi daun Artocarpus altilis

(Park.) Fosberg. yang diperoleh dari CV. General Labora, Yogyakarta.

c. Pereaksi untuk pengukuran glukosa darah yang digunakan adalah enzim

(49)

Tabel II. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP

Phenol Amino Antipirin Peroksidase (PAP) ≤ 1 kU/l

Glukosa standar 100 mg/dl (5,5 mmol/dl)

d. Aquadest sebagai pelarut CMC Na 0,5%, Na sitrat, dan asam sitrat

diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Buffer sitrat yang terdiri dari Na sitrat dan asam sitrat sebagai pelarut

streptozotosin diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

f. Na CMC 0,5% sebagai pelarut glibenklamid dan ekstrak etanol Artocarpus

altilis (Park.) Fosberg. diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

g. Eter sebagai pembius hewan uji sebelum di nekropsi yang diperoleh dari

Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

h. Formalin 10% sebagai pengawet organ pankreas yang diperoleh dari

Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

i. Alkohol absolut 80%, dan 95% sebagai cairan dehidran yang diperoleh

dari Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

(50)

j. Xylol sebagai clearing agent dan pewarnaan H&E yang diperoleh dari

Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

k. Parafin sebagai bahan impregnasi yang diperoleh dari Laboratorium

Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

l. Harris-Hematoxyline sebagai pewarna dalam pewarnaan H&E yang

diperoleh dari Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

m. Acid Alkohol sebagai larutan untuk pewarnaan H&E yang diperoleh dari

Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

n. Eosin sebagai larutan untuk pewarnaan H&E yang diperoleh dari

Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

D. Alat dan Instrument Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mesin penyerbuk (Retsch), oven (Memmert), ayakan dengan nomor mesh 40,

timbangan analitik (OHAUSS), maserator, waterbath, hot plate, evaporator

(BUCHI), aluminium foil, moisture balance (HG5 Hologen Moisture Analyzer),

seperangkat alat gelas berupa Erlenmeyer, beaker gelas, gelas ukur, labu ukur,

cawan porselin, pengaduk (Pyrex Iwaki Glass), spuit injeksi, spuit injeksi oral,

(51)

efendorf, mikrovitalab (Microlab 200, Merck), micro haematocrit tubes, vortex

(Genie Wilten), timbangan tikus (OHAUSS), mortir dan stamper, stopwatch,

tabung reaksi, embedding casette, pisau skalpel No 22-24, balok kayu, mikrotom,

coverglass, inkubator, tabung film, silet, tissue embedding console, bunsen,

cetakan pagoda, balok kayu (ukuran 3 cm x 1 cm x 1 cm), mikrotom, panangas,

gelas obyek, gelas penutup, staining jar, corong gelas, lap, stop watch, kotak

preparat dan mikroskop, magnetic stirer, kertas saring, akuades dalam botol

semprot, styrofoam, jarum, mikrotip, label, keranjang preparat dan refrigerator.

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman sukun

Determinasi daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.) mengikuti

Bihrmann’s Caudiciforms dan Taxonomy, serta dilakukan di Laboratorium

Sistematika Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan

Daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. diperoleh dari desa Sewon,

Bantul, Yogyakarta. Daun yang diambil adalah daun segar berwarna hijau, tidak

berlubang dan tidak terlalu tua dan muda (diambil daun yang berada tidak

dipangkal dan diujung batang).

3. Pembuatan simplisia

Pembuatan simplisia daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. yang telah

dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan pada sinar

matahari, untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya, daun dikeringkan

(52)

menggunakan mesin penyerbuk di LPPT Universitas Gadjah Mada. Kemudian

serbuk diayak menggunakan ayakan dengan nomor 40 mesh.

4. Pembuatan ekstrak etanol daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg

Pembuatan ekstrak etanol daun sukun dilakukan dengan cara menyari

simplisia daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. dengan derajat kehalusan 40

mesh. Serbuk seberat 100 g direndam dengan 75 ml pelarut etanol 96% di dalam

erlenmeyer selama 5 hari terlindung dari cahaya dan dilakukan pengadukan

setiap hari. Kemudian serbuk diremaserasi lagi dengan 25 ml pelarut etanol 96%

selama 2 hari, di tempat sejuk, terlindung dari cahaya dan dilakukan pengadukan

setiap hari. Setelah dimaserasi dan diremaserasi, hasil maserasi dan remaserasi

disaring dengan kertas saring. Hasil saringan kemudian dievaporasi dengan

evaporator pada suhu 50ºC, kemudian dipindahkan ke cawan porselin yang telah

ditimbang sebelumnya, dengan maksud untuk mempermudah perhitungan

rendemen ekstrak kental yang akan diperoleh. Selanjutnya, ekstrak kental didalam

cawan porselin diuapkan di waterbath dengan suhu 50oC kemudian dimasukkan

dalam oven untuk diuapkan dengan suhu 50oC agar mendapatkan ekstrak etanol

daun sukun dengan bobot ekstrak yang tetap.

5. Penetapan kadar air serbuk daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.

Penetapan kadar dilakukan dengan cara susut pengeringan. Sebanyak 5,0 g

serbuk daun Artocarpus altilis ditimbang dan kemudian serbuk dimasukkan ke

dalam alat moisture balance pada suhu 105º C selama 15 menit dan kemudian

(53)

dalam alat moisture balance. Selisih tersebut merupakan kadar air serbuk yang

diteliti.

6. Dosis ekstrak etanol Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.pada penelitian

Dosis ekstrak etanol Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. yang digunakan

adalah 50 mg/kgBB. Dosis ini mampu memberikan efek hipoglikemik pada tikus

dengan pemberian ekstrak air panas daun Artocarpus heterophyllus yang

mempunyai famili yang sama Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. (famili

Moraceae) (Chandrika et al, 2006).

7. Pembuatan suspensi CMC Na 0,5%

Serbuk CMC ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian dilarutkan dengan

akuades yang telah dipanaskan sebelumnya. Diaduk sambil dipanaskan di atas hot

plate hingga semua serbuk larut, kemudian ad 100 ml dengan akuades.

8. Pembuatan dapar Na Sitrat 50 mM pH 4,5

Na sitrat ditimbang sejumlah 14,705 g, kemudian ditambahkan akuades

hingga 1 liter. Ditimbang juga asam sitrat 10,507 g ditambahkan akuades ad 1

liter. Dilakukan proses titrasi Na sitrat dengan menggunakan asam sitrat hingga

diperoleh pH 4,5 yang diukur dengan menggunakan pH-meter.

a. Asam sitrat

50 mM = 0,05 molar

Molar = 0,05 molar / 1 liter (Mr asam sitrat = 210,14)

Asam sitrat = 10,507 g dalam 1 liter

b. Na sitrat

50 mM = 0,05 molar

Molar = 0,05 molar / 1 liter (Mr Na sitrat = 294,1)

(54)

9. Penetapan dosis streptozotosin

Dosis STZ yang digunakan adalah dosis yang mampu meningkatkan

kadar glukosa darah tikus Sparague Dawley jantan berdasarkan penelitian

sebelumnya oleh Astuti, dkk. (2001), yaitu sebesar 40 mg/kgBB.

10.Induksi hiperglikemia pada tikus

Tikus dikatakan hiperglikemia jika kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL.

Pada hari ke-0, kadar glukosa darah diukur dengan metode GOD-PAP,

kemudian tikus kelompok positif pankreotoksik pada hari ke-1 diinduksi

dengan STZ dosis 40 mg/kgBB (single dose) yang sebelumnya telah

dilarutkan dengan buffer Na sitrat pH 4,5 dan diinjeksi secara intraperitonial.

Kelompok perlakuan diinduksi STZ dosis 40 mg/kgBB pada hari ke-1 dan

dilanjutkan dengan memberikan ekstrak etanol Artocarpus altilis (Park)

Fosberg dosis 50 mg/kgBB hingga hari ke-7. Hari ke-0, 4 dan 7 kadar

glukosa darah diukur dengan menggunakan metode GOD-PAP.

11.Pengukuran kadar glukosa darah

a. Pembuatan serum. Darah tikus diambil melalui sinus orbitalis mata pada

mata dan ditampung dalam tabung efendrof, kemudian disentrifugasi

dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit dan diambil serumnya.

b. Pengukuran kadar glukosa. Alat yang digunakan dalam mennganalisis

kadar glukosa darah adalah mikrovitalab. Kadar glukosa dinyatakan dalam

mg/dl. Pengukuran kadar glukosa serum dilakukan di Laboratorium

Anatomi Fisiologi Manusia - Biokimia Fakultas Farmasi Universitas

(55)

bahan seperti pada tabel III., kemudian divortex dan dibaca serapannya

setelah didiamkan selama 20 menit (operating time) pada suhu 20-25ºC.

Tabel III. Volume bahan untuk pengukuran kadar glukosa

Bahan

12.Desain dan perlakuan penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan 16 ekor tikus jantan

Wistar yang dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan.

a. Kelompok I (Basal)

Hari ke-0, dan 4 tikus diukur kadar glukosa darah dan berat badannya.

Tikus tidak diberi perlakukan apapun hingga hari 7, kemudian hari

ke-7, tikus diukur kembali kadar glukosa darah dan berat badan.

b. Kelompok II (Kontrol Pankreotoksik)

Hari ke-0 tikus diukur kadar glukosa darah dan berat badan, kemudian hari

ke-1 diinduksi STZ 40 mg/kgBB i.p. Tikus tidak diberi terapi, kemudian

hari ke-4, dan 7 diukur kembali kadar glukosa darah dan berat badan.

c. Kelompok III (Negatif)

Hari ke-0 tikus diukur kadar glukosa darah dan berat badan, kemudian hari

ke-1 diberi CMC Na dengan dosis 50 mg/kgBB. Tikus tidak diinduksi

streptozotosin, kemudian hari ke-4 dan 7 diukur kembali kadar glukosa

(56)

d. Kelompok IV (Perlakuan)

Hari ke-0, tikus diukur kadar glukosa darah dan berat badan yang tiga hari

sebelumnya diberikan ekstrak daun Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. 50

mg/kgBB p.o., kemudian hari ke-1 diinduksi streptozotosin 40 mg/kgBB

i.p. dan hari ke-1 hingga hari ke-7 diberikan ekstrak etanol daun

Artocarpus altilis (Park.) Fosberg. 50 mg/kgBB p.o. Kemudian hari ke-4

dan 7. Hari Tikus diukur kembali kadar glukosa darah dan berat

badannya.

13. Pengumpulan sampel

Tikus yang akan digunakan untuk penelitian, diukur berat badannya

sebelum diukur kadar glukosa darahnya. Pengambilan darah dilakukan melalui

sinus orbitalis mata pada mata, diambil darahnya dan diukur menggunakan

mikrovitalab dengan metode enzimatik GOD-PAP (hari ke-0 , 4 dan 7). Pada hari

ke-14, tikus di bedah dan diambil pankreasnya untuk di amati gambaran histologi

pankreas tikus.

14.Pembuatan slide histologi pankreas a. Trimming

Trimming dilakukan setelah proses fikasasi dengan melakukan pemotongan

jaringan setebal kurang lebih 4 mm dengan orientasi sesuai dengan organ

yang akan dipotong.setelah dilakukan pemotongan jaringan diletakkan

(57)

b. Dehidration

Dehidrasi jaringan dilakukan menggunakan “tissue processor” untuk

mengeluarkan air yang terkandung dalam jaringan, dengan menggunakan

cairan dehidran alkohol 80%, 95%, dan alkohol absolut. Cairan dehidran ini

kemudian dibersihkan dari dalam jaringan dengan menggunakan reagen

pembersih (clearing agent) dengan menggunkan xylol. Reagen pembersih

kemudian diganti dengan parafin dengan cara penetrasi ke dalam jaringan,

proses ini disebut impregnasi.

c. Embedding

Setelah proses dehidrasi, jaringan yang ada di dalam embedding cassette

dipindah ke dalam base mold. Kemudian diisi dengan parafin cair dan

diletakkan pada blok kayu ukuran 3x3 cm atau pada embedding cassette.

Jaringan yang sudah dilekatkan pada balok kayi atau cassette disebut blok.

Fungsi dari balok kayu atau cassette adalah untuk pemegang pada saat blok

dipotong pada mikrotom.

d. Cutting

Cutting adalah pemotongan jaringan yang sudah didehidrasi dengan

menggunakan mikrotom.

Metode :

1. Orientasi blok pada mikrotom

Blok diletakkan sejajar memanjang dengan pisau. Jaringan yang keras

harus diletakkan di bagian atas. Kemudian sediakan cukup ruangan

Gambar

gambar 1). Pankreas eksokrin mengandung banyak asinus yang mengeluarkan
Gambar 1. Anatomi pankreas (Kearns , Merrigan , Schork, 2003).
Gambar 2.  Foto mikroskopik eksokrin pankreas (Michael, Kaye, Gordon,
Gambar 3.  Foto mikroskopik endokrin pankreas (Michael, et al.,2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oxford Learner’s Pocket Dictionary New York (03 ed): Oxford University Press.. A Glossary of Literary Term

Kesimpulan : Ada pengaruh antara sistem ODDD di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo terhadap kepatuhan pasien meminum obat.. Kata Kunci : kepatuhan pasien, one day

Tujuan Penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh edukasi leaflet dan komunikasi interpersonal terhadap tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan

Solusi permasalahan mitra yang ditawarkan dalam pengabdian masyarakat ini adalah pelatihan English for Educator yakni pelatihan untuk guru-guru/pengajar yang

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Klego

[r]

Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran dengan pengurangan sudut kemiringan alat bantu bidang miring secara bertahap dapat meningkatkan keterampilan guling belakang

The second thing is the theories of personality and child development, these theories will help the writer to relate and show the influence of childhood experience upon