• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru Sekolah Dasar Manchester terhadap pembelajaran kurikulum 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru Sekolah Dasar Manchester terhadap pembelajaran kurikulum 2013."

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 diterapkan oleh Pemerintah Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu sampai dengan Desember 2014. Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013. Pengalaman yang tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, menimbulkan kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013 (2) persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi (3) upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari partisipan yang terkait dengan proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah transkripsi, organisasi data, analisis, interpretasi, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan persepi guru SD Manchester terkait pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah positif dari segi teoritis. Secara teori, konsep ideal Kurikulum 2013 itu bagus, tetapi pelaksanaannya tidak mudah seperti teorinya. Guru sudah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.

(2)

Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Perception of the primary school teachers of Manchester against the learning of curriculum 2013.

The Curriculum 2013 has been applying by the Government of Indonesia in July 2013 and up to December 2014. The education practitioners welcome the pros and the cons on the implementation of the curriculum 2013. A different experience and a different ability of thinking probably cause the different perception between one teacher and other teachers in giving perception about the curriculum 2013. Based on the background, this study attempts to describe: (1) the primary school teachers Manchester’s understanding about the purpose of the curriculum 2013 (2) the primary school teachers Manchester’s perception relate to the learning of the curriculum2013 from the process of planning, the implementation, and the evaluation (3) the effort of the primary school teachers of Manchester in supporting the application of the curriculum 2013.

This research is descriptive case study research with a qualitative approach. The data collection method used is observation in-depth interviews, and documentation study. The information obtained from the participant associated with a learning process. The data analysis technique used in this research is a transcription, an organization data, an analysis, an interpretation, and a conclusion.

The result shows that the perception of the primary school teachers of Manchester relate to the learning of the curriculum 2013 is positive in terms of the theoretical side. In the theory, the ideal concept of the curriculum 2013 is good, but the implementation is not as easy as the theory. The teachers already tried various things to support the implementation of the curriculum 2013 by joining a training or workshop, preparing RPH whenever they want to teach, using reference books to support the material that does not exist, divide tasks with other teachers to cope with the amount of an administration, and engage the students in learning.

(3)

i

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR MANCHESTER

TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Oktaviani Chandra Dewi

111134111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.  Kedua orangtuaku tercinta (Sugiyanto dan Sri Wiji Eni) yang selalu

menyemangati peneliti dan selalu mengorbankan banyak hal untuk peneliti.  Segenap keluarga besarku

 Fadhilatul Nurkonita, terima kasih untuk kebersamaan kita, doa dan

semangat yang tak henti-hentinya diberikan kepadaku.

 Annisa Zulfah, yang selalu memberikan dukungan dan semangat, terima

(7)

v MOTTO

Janganlah kamu putus asa, kalau daya upayamu tidak lekas memperlihatkan hasil yang nyata.

( Tan Malaka)

Ia membuat segalanya indah pada waktuNya (Pengkhotbah 3:11)

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 diterapkan oleh Pemerintah Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu sampai dengan Desember 2014. Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013. Pengalaman yang tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, menimbulkan kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013 (2) persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi (3) upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari partisipan yang terkait dengan proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah transkripsi, organisasi data, analisis, interpretasi, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan persepi guru SD Manchester terkait pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah positif dari segi teoritis. Secara teori, konsep ideal Kurikulum 2013 itu bagus, tetapi pelaksanaannya tidak mudah seperti teorinya. Guru sudah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.

(11)

ix ABSTRACT

Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Perception of the primary school teachers of Manchester against the learning of curriculum 2013.

The Curriculum 2013 has been applying by the Government of Indonesia in July 2013 and up to December 2014. The education practitioners welcome the pros and the cons on the implementation of the curriculum 2013. A different experience and a different ability of thinking probably cause the different perception between one teacher and other teachers in giving perception about the curriculum 2013. Based on the background, this study attempts to describe: (1) the primary school teachers Manchester’s understanding about the purpose of the curriculum 2013 (2) the primary school teachers Manchester’s perception relate to the learning of the curriculum2013 from the process of planning, the implementation, and the evaluation (3) the effort of the primary school teachers of Manchester in supporting the application of the curriculum 2013.

This research is descriptive case study research with a qualitative approach. The data collection method used is observation in-depth interviews, and documentation study. The information obtained from the participant associated with a learning process. The data analysis technique used in this research is a transcription, an organization data, an analysis, an interpretation, and a conclusion.

The result shows that the perception of the primary school teachers of Manchester relate to the learning of the curriculum 2013 is positive in terms of the theoretical side. In the theory, the ideal concept of the curriculum 2013 is good, but the implementation is not as easy as the theory. The teachers already tried various things to support the implementation of the curriculum 2013 by joining a training or workshop, preparing RPH whenever they want to teach, using reference books to support the material that does not exist, divide tasks with other teachers to cope with the amount of an administration, and engage the students in learning.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Sri Agustini S., M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Eny Winarti, Ph.D., Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi., Dosen Pembimbing Akademik.

7. Kepala Sekolah beserta Bapak dan Ibu guru SD Manchester yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 10

1. Konsep Dasar tentang Persepsi ... 10

a. Pengertian Persepsi ... 10

b. Syarat Terjadinya Persepsi ... 12

c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13

2. Pengertian dan Peran Guru ... 15

(15)

xiii

4. Kurikulum SD ... 19

a. Pengertian Kurikulum ... 19

b. Struktur Kurikulum ... 19

c. Komponen Kurikulum ... 21

1) Komponen Tujuan ... 22

2) Komponen Isi ... 25

3) Komponen Metode ... 27

4) Komponen Evaluasi ... 27

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 39

C. Desain Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Wawancara ... 41

2. Observasi ... 43

3. Dokumentasi ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Keabsahan Data ... 45

1. Uji Kredibilitas ... 45

2. Uji Transferabilitas ... 47

3. Pengujian Dependability ... 47

4. Pengujian Konfirmability ... 48

G. Teknik Analisis Data... 48

1. Transkripsi ... 48

2. Organisasi Data ... 49

3. Analisis ... 50

4. Tahap Interpretasi ... 50

(16)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Hasil Temuan ... 52

2. Identitas Partisipan ... 54

3. Hasil Wawancara ... 55

B. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 103

C. Saran ... 103

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD ... 20

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan ... 24

Tabel 2.3 Pengembangan Struktur Kurikulum SD ... 26

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara ... 108

Lampiran 1.2 Transkrip Hasil Wawancara ... 109

Lampiran 1.3 Transkrip Observasi Penelitian ... 130

Lampiran 1.4 Hasil Triangulasi Data ... 133

Lampiran 1.5 Daftar Coding ... 134

Lampiran 1.6 Organisasi Data ... 148

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah membahas tentang alasan peneliti mengadakan penelitian ini. Identifikasi masalah adalah pengenalan terhadap suatu permasalahan yang ada dalam penelitian. Batasan masalah adalah membatasi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini yang terlalu luas. Rumusan masalah memuat pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisikan tentang keinginan yang dicapai oleh peneliti, dan manfaat penelitian berisikan uraian kegunaan hasil penelitian yang dilakukan.

A. Latar Belakang

(21)

pendidikan dan guru-guru yang mengasuh pendidikan. Oleh karena itu perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut development (pembaharuan) atau

inovasi kurikulum (Arifin, 2012).

Menurut mantan Mendikbud Muhammad Nuh, penerapan kurikulum 2013 penting dan genting terkait bonus demografi pada 2010-2035. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Abduhzen dalam Kompas, 21 Februari 2013). Mendikbud juga mengatakan pada kurikulum 2013 mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat (www.kemdikbud.go.id/uji public kurikulum 2013). Pengintegrasian ini penting karena anak melihat dunia sebagai suatu keutuhan yang terhubung, bukannya penggalan-penggalan lepas dan terpisah.

Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 mulai tahun ajar 2013/2014. Pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, pihak yang kontra menyatakan penerapan kurikulum 2013 pada Juli atau kapan pun dalam format yang ada tampaknya tidak menimbulkan efek kualitatif yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Praktisi pendidikan yang lain mengatakan:

(22)

teoritisnya memang tinggi, tetapi yang riil berubah dan mudah dilaksanakan hanya pengurangan jumlah mata pelajaran dan penambahan durasi pembelajaran di sekolah” (Abduhzen dalam Kompas, 21 Februari 2013).

Artinya konsep ideal suatu kurikulum dari pemerintah memang bagus, pandangan teoritisnya tinggi tetapi dalam kenyataannya tidak semua sekolah mampu mewujudkan konsep ideal itu.

Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon pro dan kontra dari praktisi pendidikan merupakan bentuk akibat dari persepsi yang diambil oleh individu. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya.

(23)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu partisipan, beliau mengungkapkan:

Tujuan kurikulum 2013 bagus tetapi perangkatnya tidak mendukung, kesiapan SDMnya tidak mendukung karena terkesan dipaksakan” (Partisipan 4).

Ungkapan ini menunjukkan bahwa persepsi partisipan terhadap tujuan atau konsep dari kurikulum 2013 bagus, tetapi untuk penerapan di lapangan masih mengalami kesulitan. Persiapan perangkat pembelajaran seperti buku ajar dinilai kurang mendukung. Kesiapan guru juga dinilai kurang karena mereka baru mendapat pelatihan sebelum penerapan kurikulum selama 5 hari dengan metode yang kurang sesuai, yaitu mengerjakan lembar kerja dan analisis struktur kurikulum. Metode ini kurang menjawab apa yang ingin diketahui para guru.

(24)

Berbagai latar belakang dikemukakan oleh pemerintah berkaitan dengan pentingnya penerapan kurikulum 2013 antara lain akhlak generasi muda yang semakin brutal, tidak jujur, tidak disiplin, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Disamping isu moral, juga dikemukakan isu ekonomi, yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan pangan. Sebenarnya ada yang lebih penting dari semua itu. Hal ini sebagaimana diungkapkan mendikbud yaitu bonus demografi-jumlah penduduk yang meledak harus bisa terserap pasar. Artinya pendidikan hanya menciptakan buruh-buruh pabrik- pasar tenaga kerja sistem kapitalisme.

(25)

mungkin terwujud bila pola pikir guru telah berubah. Perubahan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 akan membuat guru tidak lagi memiliki pola pikir bahwa mengajar harus di dalam kelas dan menghadap ke papan tulis. Tetapi mengajar bisa dilakukan di luar kelas seperti perpustakaan, kebun, tanah lapang, atau juga di sungai. Media pembelajaran pun tidak harus buku, alat peraga, atau komputer. Tanam-tanaman dan pohon di kebun, sungai, dan sejenisnya juga dapat menjadi media pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Adanya pro kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 mulai tahun ajar 2013/2014.

2. Pola pikir guru untuk menyesuaikan perubahan kurikulum. 3. Kesiapan guru mengimplementasikan kurikulum 2013.

C. Batasan Masalah

(26)

Persepsi guru SD Manchester terhadap pembelajaran Kurikulum 2013 terkait buku ajar dan proses pembelajaran serta upaya mendukung penerapan Kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013?

2. Bagaimana gambaran persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi?

3. Bagaimana upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013

2. Mendeskripsikan gambaran persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi

(27)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk pengembangan kurikulum dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada praktisi pendidikan supaya memperhatikan konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan yang dapat dijadikan kompas bagi begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air.

b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi pengalaman secara langsung dalam bidang penelitian dan sebagai referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang kurikulum.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi dalam menghadapi perkembangan kurikulum.

G. Definisi Operasional

(28)

1. Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan alat indera yang dimiliki oleh individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima.

2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

3. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

4. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

(29)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini akan dibahas tiga sub bab, yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir. Pada kajian teori peneliti akan membahas tentang Kurikulum SD, serta teori-teori yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap pembelajaran pada kurikulum 2013. Penelitian yang relevan memaparkan tentang penelitian dari orang lain yang sesuai dengan permasalahan yaitu tentang persepsi guru terhadap pembelajaran Kurikulum 2013. Kerangka pikir pada landasan teori ini akan menggiring pembaca untuk memahami penelitian yang akan dilakukan.

A. Kajian Teori

1. Konsep Dasar tentang Persepsi a. Pengertian Persepsi

(30)

Sugihartono (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif, ada juga persepsi negatif, yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.

(31)

yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya.

Persepsi, baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Dalam pikiran seseorang tersimpan persepsi positif maupun negatif, ketika seseorang melihat atau merasakan suatu kejadian dengan alat indera yang dimiliki, maka persepsi itu akan muncul dengan sendirinya, persepsi positif atau negatif tergantung sudut pandang individu tersebut.

Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118). Jalaluddin (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.

b. Syarat Terjadinya Persepsi

(32)

perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; c) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Menurut Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a) Objek yang dipersepsi

(33)

yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

c) Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

(34)

sikap, keinginan. Faktor eksternal merupakan hal diluar individu yang dapat mempengaruhi persepsi misalnya latar belakang seseorang, pengetahuan, dan informasi yang diperoleh.

2. Pengertian dan Peran Guru

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Uno (2009) menyatakan guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru merupakan unsur dominan dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat (Mustofa, 2007). Guru adalah suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh orang di luar bidang pendidikan.

(35)

Miarso (2008) menyatakan guru yang berkualitas atau yang ber-kualifikasi, adalah yang memenuhi standar pendidik, menguasai materi/isi pelajaran sesuai dengan standar isi, dan menghayati dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan standar proses pembelajaran. Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas guru baik melalui pelatihan, seminar, dan melalui pendidikan formal terkait pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. Dengan usaha tersebut diharapkan akan meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai kondisi guru yang profesional, para guru harus menjadikan orientasi mutu dan profesionalisme guru sebagai etos kerja mereka dan menjadikannya sebagai landasan orientasi berperilaku dalam tugas-tugas profesinya (Karsidi, 2005).

Peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 menegaskan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam melaksanaan pembelajaran.

(36)

sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerjaan rutin, “pemindah kemah”, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator (Mulyasa,2009). Peran tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki peran penting dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, membentuk kepribadian anak didik untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dapat mensejahterakan rakyat, negara dan bangsa. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru (Uno, 2009). Jika kemampuan guru tinggi, maka guru akan cepat menangkap dan beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga kurikulum dapat diterapkan secara maksimal. Namun bila kemampuan guru rendah maka guru tidak akan dengan mudah beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga pelaksanaan kurikulum menjadi terhambat.

(37)

3. Tinjauan Umum tentang Pembelajaran

Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seorang individu berorientasi dengan informasi dan lingkungan (Hidayat, 2013:146). Pembelajaran berarti mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Menurut Yunanto (2004:4) dalam Hidayat (2013:146), pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.

Menurut Sardiman (1986:7) dalam Djamarah (2010:324) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik. Sedangkan Miarso (2004:528) dalam Djamarah (2010:324) mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk dirinya secara positif dalam kondisi tertentu. Bagi Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam Djamarah (2010: 325), pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal.

(38)

belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

4. Kurikulum SD

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20/2003). Singkatnya, kurikulum adalah suatu pedoman atau acuan yang digunakan untuk proses pembelajaran.

Menurut Nasution (2009) kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Hamalik (2008) menyatakan kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran namun semua hal yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa. Kurikulum merupakan suatu prencanaan yang memuat isi dan bahan pelajaran, cara, metode atau strategi pembelajaran, dan merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. b. Struktur Kurikulum

(39)

= Pembelajaran Tematik Terintegrasi

pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Struktur kurikulum untuk satuan pendidikan dasar berisi muatan umum. Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan: a. Pendidikan agama; b. Pendidikan Kewarganegaraan; c. Bahasa; d. Matematika; e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g. Seni budaya; h. Pendidikan jasmani dan olahraga; i. Keterampilan/kejujuran; dan j. Muatan lokal.

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD tahun I, II dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD adalah 40 menit. Struktur kurikulum SD adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD

Sumber : Draft Kurikulum 2013

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU

I II III IV V VI Kelompok A

1. Pendidikan Agama 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

5 6 6 6 6 6

3. Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 10

Matematika 5 6 6 6 6 6

Kelompok B

1. Seni Budaya dan keterampilan (termasuk muatan lokal)

4 4 4 6 6 6

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

(termasuk muatan lokal)

4 4 4 4 4 4

(40)

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten, dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

c. Komponen Kurikulum

(41)

Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum Sumber : Draft Kurikulum 2013

Adapun uraian dari masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut:

1) Komponen Tujuan

Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: a) Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

(42)

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.

b) Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut. 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

(43)

Jadi, tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di sini diklasifikasikan ke dalam tingkat satuan pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar, menengah, dan menengah kejuruan. Tujuan institusional merupakan cerminan dari standar kompetensi lulusan yang diharapkan dari setiap tingkat satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan terbagi menjadi tiga domain, yakni domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

Pada kerangka kurikulum 2013, rincian dari tujuan tingkat satuan pendidikan, antara lain:

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan

Sumber : Draft Kurikulum 2013

Domain Kognitif Domain Afektif Domain

(44)

c) Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan setiap mata pelajaran akan berbeda-beda, tetapi tujuan kurikuler ini merupakan turunan dari standar kompetensi lulusan.

d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Jadi sama halnya dengan tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran dari setiap bahasan akan berbeda-beda, namun masih merupakan bagian dari tujuan kurikuler.

2) Komponen Isi

(45)

Tabel 2.3 Pengembangan Struktur Kurikulum SD

Usulan: Pemisahan IPA dan IPS (Kelas IV-VI)

No Komponen I II III IV V VI

Usulan: Pemisahan IPA dan IPS (Kelas V-VI)

No Komponen I II III IV V VI

Sumber : Draft Kurikulum 2013

(46)

3) Komponen Metode

Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Strategi pembelajaran berkaitan dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum dalam rangka penyampaian tujuan yang telah dirumuskan. Sujana dalam Herry (2003 : 1.23) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

4) Komponen Evaluasi

(47)

Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.

Tyler dalam Herry (2003 : 1.25) mengemukakan bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat esensial guna mengetahui apakah tujuan scara nyata telah terealisasikan. Sementara itu, Taba dalam Herry (2003 : 1.25) berpendapat bahwa secara prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini adalah tingkatan di mana siswa mencapai tujuan. Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.

(48)

banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Kurikulum 2006 dianggap belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Selain itu kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

(49)

Tabel 2.4 Kesenjangan pada kurikulum 2006

Kondisi saat ini Konsep ideal

A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan 1. Belum sepenuhnya B. Materi Pembelajaran B. Materi Pembelajaran 1. Belum relevan dengan

kompetensi yang

dibutuhkan

2. Beban belajar terlalu berat 3. Terlalu luas, kurang C. Proses Pembelajaran C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat pada guru

(teacher-centered learning)

(50)

penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. Penilaian D. Penilaian

1. Menekankan aspek kognitif

2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan

2. Fokus pada ukuran kinerja PTK

1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 2. Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum F. Pengelolaan

(51)

kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3. Pemerintah

menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman

Sumber : Draft Kurikulum 2013

Tabel di atas kesenjangan yang terjadi pada kurikulum 2006 dengan konsep ideal yang ada. Kemudian pada penelitian ini peneliti akan menggunakan konsep ideal sebagai acuan dalam pengumpulan data saat ini yang menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, komponen kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya akan menjadi materi pokok peneliti dalam wawancara.

(52)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain skripsi yang bejudul “Kompetensi Profesionalisme Guru SD N 1 Penyangkringan Kendal pada Proses Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013” oleh Atika Tri Widyati (2014). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh guru masih merasa kesulitan mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013. Guru belum maksimal menerapkan kompetensi profesional dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Hasil wawancara guru berkaitan dengan kompetensi profesionalisme guru pada proses pembelajaran adalah guru berusaha mengembangkan kompetensi profesionalisme dalam setiap pembelajaran dengan menguasai materi, menggunakan metode yang bervariasi, dan memanfaatkan media yang ada di sekitar. Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran sudah terpadu tetapi guru masih kesulitan dalam hal penilaian siswa. Peneliti memberikan saran kepada guru dan sekolah agar lebih mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013. Sekolah dapat memberikan fasilitas sarana dan prasarana bagi guru agar dapat mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dengan lebih baik lagi.

(53)

merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan persepsi dan upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan berbagai media serta mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap peserta didik.

Penelitian yan telah dilakukan oleh Ahmad Shofa (2014) dengan judul

penelitian yaitu “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap Pembelajaran

Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara”. Kurangnya pemahaman guru sekolah

(54)

bahan referensi dan mengikuti sejumlah kegiatan yang mendukung terkait dengan adanya Kurikulum 2013 sehingga dalam implementasinya di lapangan dapat berjalan secara optimal.

Ketiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti ini mengungkapkan fakta bahwa pembelajaran pada kurikulum 2013 tergantung dari kompetensi profesional guru. Fakta lain yang diungkapkan bahwa guru masih memiliki kesulitan dalam hal penilaian siswa baik penilaian autentik maupun penilaian unjuk kerja. Guru juga belum maksimal menerapkan kompetensi profesional dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi guru sekolah dasar Manchester terhadap pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Berikut bagan literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya:

Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan Atika Tri Widyati (2014)

(55)

C. Kerangka Berpikir

Pengimplementasian kurikulum KTSP dianggap kurang maksimal seiring munculnya anggapan bahwa KTSP hanya berpusat pada kognitif, belum peka pada perubahan sosial dan penilaian belum berbasis kompetensi. Untuk menjawab tantangan jaman dan hasil penelitian PISA serta pemenuhan kompetensi maka pemerintah mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.

Perubahan yang dilakukan pada kurikulum 2013 antara lain penambahan jam pelajaran, pengurangan mata pelajaran, melanjutkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan penilaian berpusat pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Keputusan pemerintah memberlakukan kurikulum 2013 menimbulkan pro dan kontra. Pihak pro mengungkapkan bahwa hasil uji publik lebih dari 50% positif, kebutuhan jaman dalam peningkatan mutu dan pelatihan guru sudah dilakukan sejak pelaksanaan UKG. Sedangkan pihak yang kontra mengungkapkan bahwa persiapan implementasi kurikulum baru terlalu mendesak, perlu ada evaluasi KTSP terlebih dahulu sebelum dilakukan perubahan serta perlu adanya perbaikan mutu guru.

(56)

daerah, perlu kesiapan dan pelatihan guru, persiapan dalam proses pembelajaran dan penyediaan buku ajar. Untuk lebih mempermudah kerangka pemikiran tersebut, penulis gambarkan dalam bentuk bagan kerangka penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3 Bagan kerangka berpikir Perubahan Kurikulum

(57)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini menguraikan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini serta alasan yang digunakan. Setting penelitian menjelaskan tentang situasi atau keadaan tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian ini akan membahas tentang peneliti sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data. Teknik keabsahan data akan menjelaskan tentang uji kredibilitas, transferabilitas, dependability dan konfirmability, sedangkan teknik analisis data menjelaskan tentang proses awal

hingga akhir dalam penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Data hasil penelitian deskriptif lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor penelitian

(58)

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati” (Sugiyono, 2008).

Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting karena mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Hal tersebut digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan yang memerlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui penelitian deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan teknik pseudonym yaitu penyamaran nama sekolah maupun partisipan yang terlibat dalam penelitian, hal ini digunakan untuk menjaga keamanan privasi agar tidak tercemar maupun disalah gunakan.

Pemilihan pendekatan ini berdasarkan alasan bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah persepsi guru terhadap penerapan pembelajaran kurikulum 2013 pada suatu sekolah (SD Manchester). Penelitian ini mendeskripsikan fenomena implementasi kurikulum 2013 kaitannya dengan pembelajaran. Informasi dalam penelitian ini diperoleh dari guru koordinator kelas pada kondisi yang alamiah atau tanpa rekayasa.

B. Setting Penelitian

(59)

Sekolah memilki 2 gerbang utama yang berhadapan langsung dengan jalan, tidak jarang terjadi kemacetan ketika pagi hari. Lingkungan sekitar sekolah dikelilingi bangunan seperti kampus, perumahan maupun toko, serta TK yang menjadi satu dengan SD. Sekolah ini memiliki kelas paralel yaitu a, b, dan c. Dalam satu kelas terdapat minimal 26 siswa. Guru-guru yang mengajar di SD Manchester sebagian besar merupakan pengajar muda, mereka mengajar antara 3-9 tahun dan merupakan lulusan S1. Ada 2 guru yang merupakan lulusan SPG SD dan telah mengajar selama 26-33 tahun. Sebagian besar guru yang mengajar merupakan guru tetap. Guru kelas 1, 2, 4, dan 5 yang telah menerapkan kurikulum 2013 serta kepala sekolah SD Manchester akan terlibat pada penelitian ini. Guru yang terlibat adalah masing-masing guru koordinator kelas paralel.

C. Desain Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan.

1) Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah.

a) Melaksanakan observasi awal untuk identifikasi masalah dan analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru, serta pencarian data online dari website resmi Kemendikbud maupun koran online mengenai kurikulum 2013.

b) Menentukan subjek penelitian dan sampel. Peneliti menetapkan SD

(60)

penelitian merupakan kepala sekolah dan guru koordinator kelas yang

menerapkan kurikulum 2013.

c) Menyusun instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan berupa

pedoman wawancara. Selain itu didukung pula dengan dokumentasi untuk

memperoleh data tentang kurikulum 2013 dari Peraturan menteri

pendidikan dan kebudayaan. Dokumentasi juga digunakan sebagai rekap

seluruh kegiatan penelitian baik berupa foto kegiatan pembelajaran, hasil

wawancara, bukti guru telah melakukan sosialisasi atau seminar mengenai

kurikulum 2013 serta surat ijin penelitian.

2) Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan disalah satu SD di Kota Yogyakarta dengan

menggunakan subyek penelitian sebanyak 5 partisipan. Peneliti melakukan

observasi, wawancara, dan mengumpulkan dokumentasi dari kepala

sekolah serta guru kelas yang menjadi partisipan.

3) Tahap Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan

Melakukan pembahasan dan menyimpulkan hasil penelitian secara

deskriptif dari analisis data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

(61)

mendalam terhadap partisipan untuk mendapatkan pemahaman sesuai topik penelitian yaitu pembelajaran terkait penerapan kurikulum 2013. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview. Dalam pelaksanaannya wawancara lebih bebas dan tujuannya untuk menemukan permasalahan lebuh terbuka (Sudjana dan Ibrahim, 2007)

Tujuan dari wawancara adalah peneliti ingin menggali informasi mengenai pendapat guru terhadap penerapan kurikulum 2013 saat ini dengan konsep ideal yang telah ditetapkan pemerintah. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara agar mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus ditanyakan (Lampiran 1.1 : 108). Selain menggunakan konsep ideal kurikulum sebagai pedoman peneliti juga menggunakan pertanyaan mendasar pengembangan kurikulum yang diungkapkan Tyler dalam Herry (2003 : 1.14) sebagai acuan dalam membuat pedoman. Adapun pertanyaan tersebut adalah :

1. What education purpose should the school seek to attain?

2. What education experiences can be provided that are likely to attain these purpose?

3. How can these education experiences be effectively organized? 4. How can we determine wether these purpose are being

attained?

(62)

isi atau bahan ajar yang harus diberikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan strategi pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi atau penilaian pencapaian tujuan.

2. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari guru yang menjadi sumber data penelitian. Penggunaan observasi partisipan ini akan menghasilkan data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono 2008). Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di kelas rendah yaitu kelas I, II dan di kelas tinggi yaitu kelas IV dan V. Peneliti juga terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari guru seperti mengajar, membuat administrasi dan mengoreksi.

3. Dokumentasi

(63)

juga menggunakan dokumentasi berupa hasil lembar wawancara dan observasi.

E. Instrumen Penelitian

Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden.

(64)

selama satu semester, dan diadakan setiap hari Kamis mulai pukul 7 pagi hingga pukul 1 siang. Selama probaling I peneliti berkesempatan belajar mengenai tugas-tugas guru, observasi guru mengajar, praktek membuat RPP dan mengajar mandiri. Pada semester 6, peneliti melakukan program pengakraban lingkungan II (Probaling II) yang bertempat di SDK Sorowajan selama satu semester. Probaling II dilaksanakan setiap hari Kamis mulai pukul 07.00 sampai pukul 13.30. Dalam Probaling II ini, peneliti belajar untuk lebih memahami tugas dan kewajiban Kepala Sekolah. Pada semester 7, peneliti melakukan PPL (Program Pengalaman Lapangan) selama 3 bulan, berproses bersama guru mengenal tentang administrasi sekolah, membuat RPP, mengajar terbimbing dan mengajar mandiri.

F. Teknik Keabsahan Data 1. Uji Kredibilitas

a. Perpanjangan pengamatan

(65)

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut. c. Bahan referensi

(66)

pada penelitian ini telah dijelaskan pada bab II dipergunakan untuk menguji terkumpulnya data tersebut.

2. Uji Transferabilitas

Pengujian transferabilitas atau keteralihan menunjukkan ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke sekolah dimana penelitian dilaksanakan. Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti membuat laporan yang rinci, jelas, dan sistematis. Laporan penelitian ini dibuat dengan rinci dan jelas berisi data-data lengkap mengenai hasil penelitian mulai dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi serta menggunakan kata-kata efektif dalam penyajian data sehingga mudah dibaca. Laporan hasil penelitian juga dibuat sistematis dengan isi dari laporan disampaikan secara urut sesuai dengan fokus penelitian dimulai dari tujuan, persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013.

3. Pengujian Dependability

(67)

yang diperoleh ketika mengumpulkan data. Selain evaluasi secara lisan, dosen pembimbing juga akan meneliti hasil printout penelitian.

4. Pengujian Konfirmability

Pengujian konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif kualitatif, dimana peneliti membahas mengenai hasil penelitian pendapat terhadap penerapan kurikulum 2013. Beberapa tahapan dalam menganalisa data kualitatif yaitu :

1. Transkripsi

Hasil pengumpulan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian diubah ke dalam bentuk teks atau transkripsi. Dalam membuat transkripsi apa yang dikatakan partisipan pada wawancara harus ditulis sama persis tanpa mengubah apapun, misalnya partisipan mengatakan anu atau ee pada transkip tetap harus ditulis. Selanjutnya, data yang dihasilkan dari analisis hasil wawancara, buku ajar, dan kurikulum 2013 dibandingkan berdasarkan tingkat kesesuaian dengan kurikulum (Lampiran 1.2 : 109).

(68)

penghalusan teks. Penghalusan teks ini dilakukan dengan cara penghapusan dan penyisipan pada kalimat tanpa mengurangi makna dan tujuan dari kalimat tersebut. Tujuan dari penghalusan untuk memperbaiki kalimat agar lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami untuk keperluan analisis selanjutnya dengan catatan tidak mengubah isi dan makna dari teks tersebut. Sedangkan penyisipan dilakukan supaya proposisi yang ada lebih tajam dan mengacu pada makna yang dimaksud oleh kalimat tersebut (Sudjana dan Ibrahim, 2007).

2. Organisasi Data

(69)

3. Analisis

Hasil dari pengumpulan data akan dianalisis berdasarkan persepsi guru terhadap pembelajaran kurikulum 2013 di SD Manchester dengan konsep ideal dari pemerintah, apakah kondisi saat ini sesuai dengan konsep ideal yang ada. Konsep ideal disini tertuang dalam permendiknas, kemudian data observasi dan wawancara dianalisis untuk mengetahui pembelajaran kurikulum 2013 yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai dengan peraturan pemerintah. Tahap ini terdapat dalam hasil penelitian dan pembahasan. (Lampiran 1.7 : 151)

4. Tahap Interpretasi

(70)

dimiliki peneliti. Jadi, pada tahap ini peneliti memasukkan pandangan atau pemahaman yang dimiliki peneliti untuk mengolah data.

5. Penarikan Kesimpulan

(71)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini peneliti membahas dua topik pada hasil penelitian dan pembahasan, yaitu deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. Deskripsi hasil penelitian berisi tentang hasil temuan, identitas responden, dan hasil wawancara. Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data.

A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Hasil Temuan

(72)

menggunakan RPH (Rencana Pelaksanaan Harian), guru menuliskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada buku kerja mereka. Peneliti mengembangkan sendiri dari RPH menjadi RPP sesuai dengan panduan yang ada dibuku guru, begitu juga dengan proses pembelajaran memuat langkah-langkah pendekatan saintifik dari mengamati sampai mengkomunikasikan. Penilaian proses pembelajaran peneliti menggunakan panduan buku guru dan guru juga memberi buku Bupena untuk referensi. Peneliti tidak mengajar satu kali tapi delapan kali dan masuk di kelas yang berbeda.

(73)

membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana persepsi guru mengenai pembelajaran dalam Kurikulum 2013.

Landasan teori menyebutkan bahwa peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam melaksanaan pembelajaran.

2. Identitas Partisipan

Dari hasil observasi diperoleh data sebagai berikut:

Partisipan 1 adalah Kepala Sekolah SD Manchester. Beliau berjenis kelamin laki-laki dan berumur 51 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau sudah mengajar selama 32 tahun. Sebelum menjadi Kepala Sekolah SD Manchester beliau pernah mengajar dibeberapa SD antara lain SDK Ganjuran, SDK Kadirojo, SDK Kalasan.

(74)

telah mengajar selama 9 tahun 9 bulan dan pernah mengajar dibeberapa SD antara lain SDK Kotabaru 1, SDK Wirobrajan 1.

Partisipan 3 adalah Guru kelas II A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas II. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 37 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau telah mengajar selama 7 tahun dan sebelum menjadi guru di SD Manchester beliau pernah mengajar di SDK Gayam.

Partisipan 4 adalah Guru kelas IV A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas IV. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 34 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013.

Partisipan 5 adalah Guru kelas V A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas V. Beliau berjenis kelamin laki-laki dan berumur 52 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah SPG dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau telah mengajar selama 33 tahun. Pada awalnya beliau menjadi guru honorer di SD Manchester, kemudian diangkat sebagai CPNS dan menjadi PNS di SD Manchester sampai sekarang.

3. Hasil Wawancara

Gambar

Tabel 2.4 Kesenjangan pada kurikulum 2006  ................................................
Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan  .............................
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jadi setelah itu kami melakukan pembelajaran pertama saya yag merupakan pelajaran Bahasa Indonesia di pelajaran itu kami tidak melakukan perkenalan lagi karena guru bahasa

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kedelai, isolat protein kedelai, kedelai yang ditambahkan dekstrin, serta dua puluh produk minuman bubuk komersial berbasis

Lingkungan Eksternal Lingkungan Internal Lingkungan Sosial Lingkungan Tugas Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan Internal Struktur Budaya SDO Anggaran

Namun, meningkatnya ekspektasi pasar terhadap masih dipertahankannya kebijakan suku bunga rendah oleh bank sentral AS hingga September tahun ini, dan seiring

Teknik wawancara menurut Sugiyono (2011) adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan studi pendahuluan guna memecahkan masalah penelitian serta

Tugas Akhir yang penulis susun ini merupakan persyaratan dalam memperoleh sebutan Vocation Ahli Madya Program Studi Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas

Pada pekerjaan memotong benda kerja, harus diperhatikan tinggi mata pahat pemotongnya harus Pada pekerjaan memotong benda kerja, harus diperhatikan tinggi mata pahat pemotongnya

Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru mapel dan kepala sekolah dan hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa proses pembelajaran mapel PAI