i
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 1992-2011) penelitian yang dilakukan adalah berupa studi empiris dengan menggunakan data sekunder. Data diperoleh dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik dan Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan atau studi dokumen, dimana data-data yang diambil berasal dari populasi data sekunder yang telah tersedia. Metode pengumpulan data yaitu mencatat, mengumpulkan dan mengolah data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian mengenai IHSG, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
ii
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF INFLATION, INTEREST RATES AND RUPIAH EXCHANGE RATE ON THE COMPOSITE STOCK
PRICE INDEX (CSPI) IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (PERIOD OF 1992-2011)
The aim of this study is to find out the influence of inflation, interest rates and the Rupiah exchange rate on the Composite Stock Price Index (CSPI). This study is an empirical study using secondary data. Data was obtained from the publication of the Central Bureau of Statistics (BPS) and the Indonesia Stock Exchange.
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 1992-2011)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
AGUSTINUS ENDI NURIAWAN NIM : 082114104
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 1992-2011)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
AGUSTINUS ENDI NURIAWAN NIM : 082114104
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“Mungkin kita dilahirkan untuk kalah, tetapi
kita tidak ditakdirkan untuk menyerah
”.
( Suckseed )
“Fight to the End”
Bertempur sampai akhir
(Manchester City Supporter Club, MCSC Indonesia)
Kupersembahkan untuk :
Pribadi diriku sendiri
Universitas Sanata Dharma tercinta
Sahabat sejatiku Tuhan Yesus Kristus Maha Super
Dan kedua orangtua serta keluargaku tercinta khususnya
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak untuk memberikan hasil yang terbaik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing yang telah membantu
serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Semua dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang
telah membimbing, membantu dan memberikan ilmunya kepadaku selama kuliah
di Universitas Sanata Dharma.
4. Fl. Ismiyadi dan Rita Erminawati, pasangan yang luar biasa dan orang tua yang
viii
5. Saudaraku dan kedua kakak cantikku terutama Christiana Nur Indrawati sebagai
sponsorship utama diriku bisa kuliah dan menimba ilmu di USD.
6. Sahabat-sahabatku di kampus, mudika OMK Esteyekabe, IPPB, MCSC chapter
Yogya kalian semua yang melengkapi warna pelangi dihidupku.
7. Para serigala terakhir akuntansi 2008, Pincuk, Lilik, Felix yang menemani dan
membantuku berjibaku di menit-menit akhir perjuangan hidup di USD .
8. Teman-teman akuntansi Universitas Sanata Dharma angkatan 2008 Fakultas
Ekonomi USD.
9. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Maret 2015
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... ... vii
x
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Teknik Pengambilan Sampel... 42
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 43
G. Teknik Analisis Data ... 44
1. Analisis Deskriptif ... 46
2. Uji Normalitas ... 46
3. Pengujian Asumsi Klasik ... 47
a. Uji Multikolinearitas ... 47
b. Uji Heteroskedastisitas ... 48
c. Uji Autokorelasi ... 49
4. Pengujian Hipotesis ... 50
5. Pengujian Goodness of Fit ... 50
6. Pengujian terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 51
7. Pengujian dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t) ... 52
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 53
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 53
B. Jajaran Komisaris dan Direksi ... 58
C. Visi dan Misi ... 59
D. Struktur Pasar Modal Indonesia ... 60
E. Produk Bursa Efek Indonesia ... 61
3. Uji Heteroskedastisitas ... 79
4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 80
5. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)... 82
6. Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) ... 83
7. Uji Goodnes of Fit ... 85
D. Pembahasan Penelitian ... 86
1. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ... 87
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ... 88
xi
BAB VI PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 89
C. Keterbatasan Penelitian ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 73
Tabel 5.2 Kolmogorov-Smirnov Test ... 76
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode VIF ... 77
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 78
Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser ... 79
Tabel 5.6 Hasil Regresi Linear Berganda Metode OLS ... 80
Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik F ... 82
Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik t ... 84
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 38
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BEI ... 59
Gambar 4.2 Struktur Pasar Modal Indonesia ... 60
xiv
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 1992-2011) penelitian yang dilakukan adalah berupa studi empiris dengan menggunakan data sekunder. Data diperoleh dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik dan Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan atau studi dokumen, dimana data-data yang diambil berasal dari populasi data sekunder yang telah tersedia. Metode pengumpulan data yaitu mencatat, mengumpulkan dan mengolah data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian mengenai IHSG, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis, pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F
xv
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF INFLATION, INTEREST RATES AND RUPIAH EXCHANGE RATE ON THE COMPOSITE STOCK
PRICE INDEX (CSPI) IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (PERIOD OF 1992-2011)
The aim of this study is to find out the influence of inflation, interest rates and the Rupiah exchange rate on the Composite Stock Price Index (CSPI). This study is an empirical study using secondary data. Data was obtained from the publication of the Central Bureau of Statistics (BPS) and the Indonesia Stock Exchange.
This study used literature or document study method, wherein the data was taken from the population of secondary data already available. Methods of data collection used were recording, collecting and processing the written data related to the problem of research on the Composite Stock Price Index, inflation, interest rates, and the Rupiah exchange rate. Data analysis technique used is multiple linear regression.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan investasi yang banyak digemari oleh kalangan
masyarakat yang mempunyai dana lebih untuk berinvestasi adalah pasar modal.
Dewasa ini investasi di pasar modal menjadi alternatif pilihan bagi para investor
untuk menghimpun dana. Hal ini dikarenakan pasar modal diklaim sebagai
investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi para
investor. Pasar modal dipandang sebagai sarana yang efektif dalam menghimpun
dana jangka panjang. Tingkat pengembalian yang akan didapat berbanding lurus
dengan resiko yang harus dihadapi, artinya semakin tinggi tingkat pengembalian
maka semakin tinggi pula tingkat resikonya dan begitu pula sebaliknya.
Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997,
kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami
kerugian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor untuk melakukan
investasi di pasar modal khususnya saham, dan akan berdampak terhadap harga
pasar saham di bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan variabel
variabel ekonomi, seperti suku bunga, inflasi, nilai tukar maupun pertumbuhan
pasar modal Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham
yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Secara umum, pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan
mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Pasar modal juga
merupakan usaha penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan
cara menanamkan dana ke dalam perusahaan. Fungsi utama pasar modal
adalah sebagai sarana pembentukaan modal suatu perusahaan.
Bagi kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat
untuk melakukan investasi, lembaga pasar modal di Indonesia adalah salah
satu alternatif untuk menanamkan dananya. Investasi sendiri dapat diartikan
sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang
efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto , 2008:5).
Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi
perusahaan di suatu negara, karena hampir semua industri di suatu negara
terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish)
atau mengalami penurunan (bearish) terlihat dari naik turunnya harga harga
saham yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih
yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham
(perusahaan/emiten) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Banyak teori dan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti faktor
yang berasal dari luar negeri (eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam negeri
(internal). Faktor yang berasal dari luar negeri tersebut bisa datang dari indeks
bursa asing negara lain (Dow Jones, Hang Seng, Nikkei, dll), tren perubahan
harga minyak dunia, tren harga emas dunia, sentimen pasar luar negeri, dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam negeri bisa datang dari
nilai tukar atau kurs di suatu negara terhadap negara lain, tingkat suku bunga dan
inflasi yang terjadi di negara tersebut, kondisi sosial dan politik suatu negara,
jumlah uang beredar dan lain sebagainya.
Menurut Napitupulu (2012:2), perubahan nilai indeks harga saham
gabungan (IHSG) yang merupakan gambaran dari seluruh saham di Indonesia,
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang berhubungan dengan mikroekonomi,
yakni fundamental dari perusahan tersebut masing-masing, maupun dari
faktor-faktor makroekonomi yang terjadi di Indonesia. Faktor-faktor-faktor makroekonomi
yang seringkali berpengaruh terhadap perekonomian seperti tingkat inflasi, GDP,
nilai tukar mata uang, tingkat bunga Bank Indonesia juga turut membawa
Berdasarkan penjelasan singkat di atas dan melihat penelitian sebelumnya,
maka penulis tertarik untuk melihat kembali Indeks Harga Saham Gabungan
yang diukur dengan variabel independen berupa Inflasi, Tingkat Suku Bunga,
dan Nilai Tukar Rupiah dengan variabel dependen Indeks Harga Saham
Gabungan. Oleh karena itu penulis mengajukan skripsi dengan judul Analisis
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. (Studi Empiris di Bursa Efek
Indonesia Periode Pengamatan Tahun 1992-2011) sebagai judul penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, terdapat
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia tahun 1992-2011?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai
tukar rupiah baik secara simultan maupun parsial terhadap Indeks Harga Saham
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Investor
Bagi para calon investor diharapkan dapat menjadi informasi yang menarik
dan menjadi salah satu masukan dalam mempertimbangkan dalam
pengambilan keputusan investasi.
2. Penulis
Diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan pandangan pengetahuan
serta menerapkan teori yang telah didapat semasa kuliah serta menambah
wawasan baru mengenai masalah yang diteliti.
3. Universitas Sanata Dharma
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi referensi mahasiswa lain yang
akan meneliti sejenis dimasa yang akan datang serta dapat menambah koleksi
kepustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan toeri-teori yang relevan dengan permasalahan yang
ada dan sebagai dasar untuk mengolah data.
Bab III. Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, tempat penelitian, subjek
dan objek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV. Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
Bab V. Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis data serta pembahasannya.
Bab VI. Penutup
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian,
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang
(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Definisi lainnya dari berbagai sumber terkait dengan pasar modal diantaranya:
a. Menurut Husnan (2009:3) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta.
b. Sedangkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal sebagai suatu
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
c. Pengertian lainnya pasar modal adalah “salah satu sumber pembiayaan
eksternal jangka panjang bagi dunia usaha khususnya perusahaan
yang go pubic dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat”
(Harianto dan Sudomo, 1998:22).
2. Pelaku Pasar Modal
Menurut Kasmir (2001:183-189), Pasar Modal memiliki beberapa pelaku
pasar modal sebagai penggerak. Para pemain utama yang terlibat di pasar
modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi
antara pemain utama sebagai berikut :
a. Emiten
yakni Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga
atau melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi,
para emiten memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), antara lain:
a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan
digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau
b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri
dengan modal asing.
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang
saham lama kepada pemegang saham baru.
b. Investor
yakni pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di
perusahaan yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli
surat berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian
dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan,
prospek usaha emiten dan analisis lainnya. Tujuan utama para investor
dalam pasar modal antara lain :
1) Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan
diperolehnya berupa bunga yang dibayar oleh emiten dalam bentuk
deviden.
2) Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka
semakin besar pengusahaan (menguasai) perusahaan.
3) Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi,
pengharapannya adalah pada saham yang benar-benar dapat
c. Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta mendukung
beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun
investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar
modal. Lembaga penunjang yang memegang peranan penting di dalam
mekanisme pasar modal adalah sebagai berikut :
1) Penjamin emisi (underwriter) adalah Lembaga yang menjamin
terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu tertentu dan dapat
memperoleh dana yang diinginkan emiten.
2) Perantara perdagangan efek (broker / pialang). Perantaraan dalam jual
beli efek, yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si pembeli
(investor). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain
memberikan informasi tentang emiten, serta melakukan penjualan efek
kepada investor.
3) Perdagangan efek (dealer), berfungsi sebagai pedagang dalam jual beli
efek, dan sebagai perantara dalam jual beli efek
4) Penanggung (guarantor). Lembaga penengah antara si pemberi
kepercayaan dengan si penerima kepercayaan. Lembaga yang
3. Manfaat Pasar Modal
Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2009:3) pasar modal memberikan manfaat
antara lain:
1) Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi
dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3) Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi
negara.
4) Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan
masyarakat menengah.
5) Menciptakan lapangan pekerjaan/profesi yang menarik.
6) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek
yang baik.
7) Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko
yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi
investasi.
8) Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses
kontrol sosial.
manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.
4. Bentuk-Bentuk Pasar Modal
Tandelilin (2010:28) membedakan pasar modal menjadi:
1) Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya
kepada investor.
2) Pasar Sekunder
Setelah sekuritas perdana dijual di pasar perdana, sekuritas emiten
tersebut kemudian bisa diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar
sekunder. Pasar Sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan
saham biasa, saham preferen, obligasi, waran maupun sekuritas derivatif
(opsi dan futures).
B. Indeks Harga Saham Gabungan
Menurut Sunariyah (2006:142), indeks harga saham gabungan
menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga
saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Dalam hal ini
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu
adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh
saham yang tercatat di suatu bursa efek. Maksud gabungan dari seluruh saham
ini adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham
yang tercatat di bursa tersebut.
Indeks harga saham gabungan memiliki lima fungsi (BEI, 2008) yaitu:
1. Sebagai indikator tren pasar,
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan,
3. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio,
4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif,
5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Sekarang ini Bursa Efek Indonesia memiliki 8 macam harga saham yang
secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun
elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk
berinvestasi di pasar modal (BEI, 2008).
Ke delapan macam indeks tersebut adalah:
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
b. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam
c. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria
likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan.
d. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam
kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki likuiditas dan
kapitalisasi tinggi.
e. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan
kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan.
f. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan
utama.
g. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam
kriteria papan pengembangan.
h. Indeks Individual, yaitu harga saham masing-masing emiten.
IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan
seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menurut sumber (id.wikipedia.org) IHSG merupakan salah satu indeks
pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia. Diperkenalkan pertama
Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen
yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10
Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100
dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.
Menurut Jogiyanto (2008:77), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan
dihitung sehingga menghasilkan trend, di mana angka indeks adalah angka yang
diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian
yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Dalam
perhitungan angka indeks ini digunakan waktu dasar (base period) dan waktu
yang sedang berjalan (given/parent period).
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat
pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap
saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program
restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya
adalah sebagai berikut:
dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler,x adalah Jumlah Saham,
Rata-Rata IHSG = ℎ � � ℎ �
ℎ � �
IHSG memiliki nilai return indeks yang merupakan nilai keuntungan yang
didapat para pelaku investor dalam melaksanakan perdagangan melalui
IHSG. Nilai return indeks dapat dihitung menggunakan metode penghitungan
sebagai berikut :
Ri = (Pit
–
Pit-1) / Pit-1
Ket :
Ri = Return indeks pasar (IHSG)
Pit = Indeks pasar (IHSG) pada periode t.
Pit – 1 = Indeks pasar (IHSG) pada periode t -1 (tahun sebelumnya).
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa
yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan
secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang
tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan
emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi
konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham
atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak
pasar hari ini (kapitalisasi pasar), sedangkan nilai dasar adalah kumulatif jumlah
saham pada hari dasar dikali harga dasar pada hari dasar (Thobarry, 2009).
C. Inflasi
a. Menurut Boediono (2000:97)
Inflasi yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus-menerus.
b. Ekonom Parkin dan Bade
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar
ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa
banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
c. Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus
selama peride tertentu.
d. Samuelson (1995: 572)
menyatakan bahwa tingkat inflasi adalah meningkatnya arah harga secara
umum yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik
individu maupun perusahaan. Di dalam perekonomian ada kekuatan
tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada
menerus secara perlahan. Secara keseluruhan laju inflasi yang sedang
berlangsung tergantung pada permintaan, seperti yang ditunjukkan oleh
senjang inflasi atau senjang resesi, kenaikan biaya yang diharapkan dan
serangkaian kekuatan luar yang datang terutama dari sisi penawaran
(Thobarry, 2009:48).
1. Macam-macam Inflasi
a. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
yaitu:
a. Inflasi Ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi
yang lajunya kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi
pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses
pembangunan.
b. Inflasi Sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30%
per tahun. Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi. Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
berpenghasilan tetap seperti buruh, mulai turun dan kenaikan upah
selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c. Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.
Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh
pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan
spekulasi.
d. Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per
tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hyperinflation).
b. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
1) Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full
inflation).
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan
masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan
biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya
permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya
permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu
kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai
dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
2) Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran.
Kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi
ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku
untuk menghasilkan produksi tersebut, aksi spekulasi (penimbunan),
dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di
pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana
dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
c. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit anggaran belanja
Negara yang terus menerus.
Dalam keadaan seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan Bank
Indonesia mencetak uang baru dalam jumlah besar untuk memenuhi
kebutuhan pemerintah.Selain itu inflasi dari dalam negeri juga dapat
disebabkan oleh adanya gagal panen dan sebagainya.
2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Inflasi ini timbul karena adanya karena adanya inflasi dari luar negeri
ini biasanya banyak dialami oleh negara-negara yang sedang
berkembang yang notabene sebagian besar usaha produksinya
mempergunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena dari
adanya perdagangan internasional.
2. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar. Ada beberapa
teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
a. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi
dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli
ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model
kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan
jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai
berikut :
1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun giral.
2) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan
b. Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan
kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat
(effective demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas produksi
yang tersedia. Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi berakibat harga
barang menjadi naik, akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga
menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang
(permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti
pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai
untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan
daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen),
maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada
akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya
apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana
(tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada
tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara
keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap
menghilang).
c. Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting
yang dapat menimbulkan inflasi yaitu :
1) Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan
sektor-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
a) Dipasar dunia, harga barang-barang ekspor dari negara tersebut
semakin memburuk.
b) Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan
harga.
2) Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan didalam
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat
pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini menyebabkan
harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naik sehingga
melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan
yaitu timbulnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah
dan gaji. Naiknya upah dan gaji menyebabkan kenaikan ongkos produksi
yang memacu kenaikan harga barang pula.
D. Suku Bunga
1. Pengertian Suku Bunga
Bunga pada prinsipnya adalah balas jasa yang diberikan oleh pihak yang
membutuhkan uang kepada pihak yang memerlukan uang. Bunga dapat
dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Bunga dari sisi
penawaran merupakan pendapatan atas pemberian kredit sehingga pemilik
dana akan menggunakan dananya pada jenis investasi yang menjanjikan
pembayaran yang tinggi. Sedangkan bunga dari sisi permintaan adalah biaya
atas pinjaman atau jumlah yang dibayarkan sebagai imbalan atas
penggunaan uang yang dipinjam. Bunga merupakan harga yang dibayar atas
modal. Seperti yang dikemukakan oleh H. Freud Wiston dan Eugene F.
modal serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari suatu ekuitas”.
Dari pendapat di atas suku bunga merupakan harga yang dibayarkan dari
seseorang kepada orang yang menanamkan uangnya sebagai modal suatu
usaha. Pendapat lainnya dari Wirawan Martorejo (1987:312) bahwa “suku
bunga sebagai harga yang dibayar atas penggunaan uang atau dana yang
dipinjamkan yang dinyatakan dalam persentase dari jumlah yang
dipinjamkan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sadono Sukirno
(1991:377) bahwa “Suku bunga adalah pembayaran atas modal yang
dipinjamkan dari pihak lain, yang biasanya dinyatakan sebagai persentase
dari modal yang dipinjamkan”. Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa suku bunga merupakan balas jasa dari modal yang
dipinjamkan atau ditanamkan yang biasanya dalam bentuk
persentase. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya
peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan
merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan
harga saham meningkat (Thobarry, 2009).
2. Macam-macam Suku Bunga
Menurut Kasmir (2000:55) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan
perbankan sehari-hari ada 2 (dua) macam bunga yang diberikan kepada
a. Bunga Simpanan
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai perangsang atau
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga
simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabah.
Sebagai contoh: jasa giro, bunga tabungan, bunga deposito.
b. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah bunga yang dibebankan kepada para peminjam
atau harga harus yang dibayarkan oleh nasabah kepada bank atas
pinjaman modal yang dinikmati oleh nasabah tersebut. Sebagai contoh
bunga kredit.
E. Nilai Tukar Rupiah
Menurut Adiningsih, dkk (1998: 155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah
terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai mata
uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Euro, dan lain
sebagainya.
Pengertian nilai tukar menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) adalah “an
exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per
currency”. Dengan kata lain nilai tukar didefinisikan sebagai jumlah dari suatu
mata uang yang dapat ditukarkan dengan per unit mata uang lain, atau harga satu
mata uang dalam item dari mata uang lain.
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak
negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah
terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga
saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan
menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini
berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di
Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif
akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada
kelompok yang dominan dampaknya.
Saat ini sekitar 64% dari total industri di Indonesia masih mengandalkan
bahan baku, bahan penolong, serta bahan modal impor untuk mendukung proses
produksi (www.kemenperin.go.id). Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini
akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku tersebut. Kenaikan biaya
proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan dipandang negatif (A.K Coleman
dan K.A Tettey, 2008). Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi
jual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang
melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa
prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi
apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga
dolar Amerika akan menguat dan akan menurunkan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di BEI (Sunariyah, 2006).
Dimitrova (2005) menjelaskan bahwa ada beberapa cara bagaimana nilai tukar
dapat mempengaruhi pasar modal, antara lain:
a. Penurunan nilai mata uang.
b. Investor asing tidak mau menahan aset.
c. Pasar modal yang terdiri dari sejumlah perusahaan yang berbeda.
d. Mata uang yang terdepresiasi akan mendorong industri ekspornya dan
sebaliknya, menurunkan industri impornya.
1. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi,
suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar
dan intervensi bank sentral.
b. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran
devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara
penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya
apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka
nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
c. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik
yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik
atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau
berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
2. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank
sentral/otoritas moneter. Sistem ini sering disebut clean floating
exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan
karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau
memanipulasi kurs.
2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs
pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya
dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valuta asing untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
b. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya
dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang
biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi
tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang
yang menjadi tambatannya.
c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam
nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak
menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama
sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya
dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh
karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap
perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan
dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara
karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya
ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara
tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda
mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang
berbeda dengan bobot yang berbeda.
e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas
nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual
atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs
biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat
sempit.
Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi
dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi
oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating
exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya
kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market
mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa
terjadi karena empat hal yaitu :
a. Depresiasi (depreciation) adalah penurunan harga mata uang
nasional terhadap mata uang lainnya, yang terjadi karena tarik
menarik kekuatan-kekuatan supply dan demand (market
b. Appresiasi (appreciation) adalah peningkatan harga mata uang
nasional terhadap mata uang lainnya, yang terjadi karena tarik
menarik kekuatan-kekuatan supply dan demand (market
mechanism).
c. Devaluasi (devaluation) adalah penurunan harga mata uang nasional
terhadap mata uang lainnya yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara.
d. Revaluasi (revaluation) adalah peningkatan harga mata uang
nasional terhadap mata uang lainnya yang dilakukan secara resmi
oleh pemerintah suatu negara.
F. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut Wijaya (2013:15), penyebab terjadinya inflasi bisa disebabkan
karena adanya tarikan permintaan dan desakan biaya. Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di
pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada
akibat adanya kelangkaan produksi atau kelangkaan distribusi, walaupun
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS dapat memicu
terjadinya inflasi desakan biaya karena meningkatnya biaya produksi akibat
penggunaan bahan baku impor.
Inflasi desakan biaya juga dapat disebabkan oleh adanya kenaikan
harga minyak mentah dunia. Bahan Bakar Minyak (BBM) banyak digunakan
sebagai bahan bakar industri sehingga dimasukkan sebagai komponen biaya
produksi suatu produk. Kenaikan BBM mengakibatkan kenaikan harga
produksi sehingga produsen kemudian menaikkan harga jual produknya dan
memicu terjadinya inflasi dimasyarakat. Bagi perusahaan-perusahaan
penambangan dan pengolahan minyak bumi, hal ini akan berpengaruh positif
karena kenaikan harga minyak mentah ini akan meningkatkan laba bersih
sehingga harga saham ikut naik di bursa efek. Naik turunnya harga saham
perusahaan-perusahaan tersebut menyebabkan naik turunnya Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di bursa efek akibat aksi ambil untung (profit
taking) yang dilakukan oleh para investor.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wijaya (2013), dalam
penelitiannya tentang Pengaruh Faktor Internal seperti kurs rupiah, tingkat
dan minyak mentah terhadap IHSG telah membuktikan bahwa kurs rupiah
terhadap dollar AS berpengaruh positif sedangkan tingkat inflasi dan suku
bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG.
b. Pengaruh Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat melalui penjualan SBI dan menentukan tingkat suku
bunga simpanan dan pinjaman (Wijaya, 2013:15). BI rate yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dijadikan sebagai suku bunga acuan
oleh bank-bank yang ada di Indonesia dalam menentukan besarnya suku
bunga simpanan dan pinjaman serta digunakan oleh Bank Indonesia sebagai
sasaran suku bunga SBI yang diinginkan untuk pelelangan pada masa
periode tertentu. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga atau BI rate ini akan
mempengaruhi investasi di pasar modal karena investor dapat mengalihkan
dana invetasinya dalam bentuk simpanan di bank lokal dan pembelian SBI
di pasar uang sehingga berdampak pada IHSG di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Hal ini telah dibuktikan oleh Lee (1992: 23) maupun Sitinjak dan
Kurniasari bahwa tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga
c. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Pergerakan IHSG
Dalam penelitiannya, nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap
mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu
mata uang yang ditranslasikan terhadap mata uang negara lain. Kurs inilah
sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas di pasar saham
maupun pasar uang karena invstor cenderung berhati-hati untuk melakukan
investasi. Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya
dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal
(Sitinjak dan Kurniasari 2003).
Nilai tukar mata uang suatu negara akan sangat penting dalam
perekonomiannya, nilai kurs akan terlihat dalam dunia investasi,
dikarenakan era globalisasi dimana investasi tidak hanya akan datang dari
dalam negeri, namun juga berasal dari luar negeri. Sehingga nilai tukar akan
sangat berpengaruh terhadap saham-saham dan harga saham di bursa efek.
Apabila nilai tukar mengalami pelemahan, maka hal tersebut akan
menggambarkan ketidakstabilan perekonomian suatu negara, dengan
demikian akan terjadi penarikan cash yang dilakukan investor asing karena
dinilai kurang baiknya ekonomi negara tersebut. Hal tersebut akan memicu
aksi jual saham-saham di bursa efek dan mengakibatkan turunnya IHSG.
terus berkembang, dan nilai mata uangnya naik, maka hal tersebut akan
menarik investor asing untuk ikut masuk berinvestasi. Dengan melakukan
aksi beli dalam investasi saham, maka hal tersebut akan membuat IHSG pun
naik.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Puji Rahayu (2002)
menunjukkan hasil bahwa variabel nilai tukar dan suku bunga SBI mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Shanty Oktavilia (2003), menggunakan analisis regresi berganda dimana PDB,
kurs rupiah, suku bunga SBI, Indeks DJIA mempunyai pengaruh positif terhadap
IHSG. Sedangkan suku bunga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
IHSG.
Dedy Pratikno (2006), menggunakan model ekonometrika Ordinary Least
Square (OLS) dengan variabel kurs, suku bunga SBI dan inflasi mepunyai
hubungan yang negatif terhadap IHSG, sedangkan Indeks Dow Jones
mempunyai pengaruh yang positif terhadap IHSG.
Handayani, (2007), pengaruh tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan
tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (studi di Bursa
Efek Jakarta). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
indeks harga saham dan untuk mengetahui variabel yang dominan berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa Tingkat bunga SBI, nilai kurs Dollar AS dan Tingkat inflasi secara
serempak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Tingkat bunga
SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, sedangkan
Nilai Kurs Dollar AS dan Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan. Dari ketiga variabel independen, variabel tingkat
bunga SBI adalah variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
H. Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
dirumuskan kerangka penelitian yang mendukung sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Sumber : data diolah
Inflasi
Suku Bunga
Nilai Tukar Rupiah
Indeks Harga Saham Gabungan
I. Hipotesis
Dari literatur yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini akan mengambil
simpulan sementara atau hipotesis sebagai arah penelitian ini, yaitu
H1 : Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
H2 : Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi empiris dengan menggunakan
data sekunder, yaitu penelitian berdasarkan pada data-data yang diperoleh dari
penemuan dan pengamatan yang telah dilakukan. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia berupa laporan tahunan Bank
Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), hasil publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil dari Pojok BEI Universitas Islam Indonesia
meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat suku bunga Bank
Indonesia, inflasi, kurs dolar Amerika terhadap rupiah (US$/Rp yang ditetapkan
Bank Indonesia.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuatitatif disini berupa
data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu
variabel tertentu selama kurun waktu 20 tahun dari tahun 1992 sampai dengan
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di :
a. Pojok BEI (Bursa Efek Indonesia) Universitas Islam Indonesia untuk
data mengenai Indeks Harga Saham.
b. BPS Propinsi DIY untuk data mengenai data tentang inflasi, tingkat
suku bunga BI, dan nilai tukar rupiah
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 1992-2011.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diduga dapat
mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, dan
faktor-faktor tersebut yaitu inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga. Jangka
waktu yang digunakan selama 20 tahun mulai dari tahun 1992 sampai
D. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik atau metode yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah metode dokumentasi, yaitu mencatat, mengumpulkan, dan mengolah
data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber
dokumen/buku, jurnal, artikel dan internet mengenai inflasi, suku bunga, nilai
tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG).
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan salah satu
cara pengambilan sampling tidak acak (non-random sampling), yaitu metode
purposive sampling. Menurut Sanusi (2013:95), cara pengambilan sampel ini
disebut pula dengan judgement sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan dari periode waktu
yang sama, yakni dari periode 1992 sampai dengan 2011 dengan pertimbangan
ingin melihat perkembangan Bursa Efek Indonesia dari tahun 1990 an sampai
2011 dimana Indonesia telah dua kali mengalami krisis moneter. Data yang
diperoleh secara resmi dari BPS tentang inflasi dan suku bunga dan nilai tukar
rupiah sudah dalam bentuk tahunan, sedangkan IHSG yang berfluktuasi setiap
hari, peneliti mengolahnya dengan merata-ratakan data tersebut ke dalam data
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel independen sebagai unsur yang
diasumsikan dapat mempengaruhi variabel dependen dan variabel dependen
sebagai unsur yang diasumsikan dapat dipengaruhi variabel independen.
a. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
menjelaskan variabel lain yang terikat (Husein, 2003). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel-variabel independen (Husein, 2003). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia.
2. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel
independen. Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan gabungan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Karena nilai IHSG yang berfluktuasi setiap hari oleh
karena itu peneliti mengolahnya dengan merata-ratakan data tersebut ke
dalam data tahunan. Pengukuran yang dilakukan dalam satuan rupiah.
b. Inflasi
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga-harga barang secara umum yang
terjadi terus menerus. Indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Pengukuran yang
digunakan adalah dalam satuan persen.
c. Suku Bunga
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai perangsang atau
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga
simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabah.
Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga
deposito bank umum (commercial bank) 12 bulan.
d. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain.
Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika/US.
Menurut Kuncoro (2001:68), data diperoleh dengan mengukur nilai satu
atau lebih variabel dalam sampel (populasi), semua data yang ada gilirannnya
merupakan variabel yang kita ukur, dapat diklasifikasikan menjadi data
kuantitatif dan data kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik
(angka).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beb
erapa variabel independen secara bersama‐sama maupun secara sendiri‐
sendiri terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional antara satu
variabel dependen dengan variabel independen dapat dilakukan dengan
regresi berganda dan menggunakan data gabungan apabila dalam persamaan
garis regresi tercakup lebih dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas Y),
maka regresi ini disebut disebut garis regresi linear berganda (multiple linear
regression) (Supranto, 2005:148).
Metode analisis yang digunakan adalah regresi Linier berganda
dengan model sebagai berikut :
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e
keterangan :
a = konstanta
b1, b2, b3 = koefisien regresi
X1 = Inflasi
X2 = Suku Bunga
X3 = Nilai Tukar
1. Analisis Deskriptif
Untuk memberikan gambaran secara umum, akan diadakan analisis statistik
deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian, yaitu Indeks Harga Saham
Gabungan, Laju Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah.
Deskripsi variabel tersebut disajikan dalam bentuk frekuensi absolut yang
menyajikan angka rata-rata, median, kisaran, dan standar deviasi.
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi
secara normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal,
Dasar pengambilan keputusan dalam mendeteksi normalitas yaitu:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3. Pengujian Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
dikatakan baik jika terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu
multikoleniaritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Sawieo, 2010).
Untuk mengetahui apakah ketiga aspek di atas tidak terpenuhi maka perlu
dilakukan pengujian atas masing-masing asumsi klasik tersebut.
a. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2001) uji ini bertujuan menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada
model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak
terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas
dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance