• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Model Persamaan Sturktural Dalam Analisis Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Jumantik di Kecamatan Denpasar Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Model Persamaan Sturktural Dalam Analisis Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Jumantik di Kecamatan Denpasar Timur."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

APLIKASI MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA JURU PEMANTAU JENTIK (JUMANTIK)

DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR

COKORDA ISTRI VERA PURLEDI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

APLIKASI MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA JURU PEMANTAU JENTIK (JUMANTIK)

DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR

COKORDA ISTRI VERA PURLEDI

NIM. 1220025074

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

APLIKASI MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA JURU PEMANTAU JENTIK (JUMANTIK)

DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

COKORDA ISTRI VERA PURLEDI

NIM. 1220025074

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa di hadapan

Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 30 Juni 2016

Pembimbing

(dr. I Ketut Tangking Widarsa, MPH.)

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa di hadapan

Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 30 Juni 2016

Ketua (Penguji I)

(dr. I Wayan Artawan Eka Putra, M. Epid)

NIP. 198104042006041005

Anggota (Penguji II)

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmatNya penyusunan skripsi yang berjudul “Aplikasi εodel Persamaan Struktural

dalam Analisis Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Kepemimpinan Terhadap

Kinerja Jumantik di Kecamatan Denpasar Timur” dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai syarat untuk tugas akhir dalam

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Pada skripsi ini menguraikan tentang latar belakang,

tinjauan pustaka, kerangka konsep dan definisi operasional, metode yang digunakan

pada penelitian, hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan dan saran.

Dalam skripsi penelitian ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan kepada :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ;

2. dr. I Ketut Tangking Widarsa, MPH., selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan waktu, pikiran serta tenaga dalam membimbing serta mengarahkan

penulis selama penyusunan skripsi;

3. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan rekan-rekan

mahasiswa angkat 2012 yang telah membantu penulis selama penyusunan

(7)

vi

4. Kepada Orang Tua dan keluarga yang senantiasa menemani dan membantu serta

memberi dukungan kepada penulis agar tetap bersemangat;

5. Kepada Lucky Seven dan teman-teman IKM 12 yang senantiasa membantu dan

memberikan dukungankepeda penulis;

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Juni 2016

(8)

vii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN BIOSTATISTIK DAN KEPENDUDUKAN

Skripsi, Juni 2016

Cokorda Istri Vera Purledi

APLIKASI MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP

KINERJA JUMANTIK DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR

ABSTRAK

Hasil rekapitulasi pemantauan jentik Gertak tahun 2015 menunjukkan bahwa Kecamatan Denpasar Timur memiliki presentase ABJ paling rendah dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar 91,01%. Rendahnya ABJ di Kecamatan Denpasar Timur mengindikasikan bahwa kinerja jumantik dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk penyebab DBD masih belum maksimal. Oleh karena itu pada penelitian ini diteliti kinerja jumantik dan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan crossectinal. Sebanyak 100 jumantik di Kecamatan Denpasar Timur dijadikan sebagai sampel penelitian. Data kompetensi, motivasi, kepemimpinan, dan kinerja dikumpulkan dengan metode angket menggunakan kuesioner. Data kompetensi, motivasi, kepemimpinan, dan kinerja dianalisis secara deskriptif, sedangkan hubungan kompetensi, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerja dianalisis dengan

menggunakan metode Model Persamaan Struktural.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil 86% jumantik mempunyai kompetensi yang baik, 66% memiliki motivasi yang kurang, dan 83% jumantik telah memiliki koordinator yang dikategorikan baik. Dilihat dari kinerja, sebesar 56% jumantik memiliki kinerja yang kurang. Berdasarkan analisis pengaruh, kompetensi memberikan pengaruh total sebesar 0,68 dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja (p<0,001). Motivasi memberikan pengaruh langsung sebesar -0,43 namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja jumantik (p=0,67) karena indikator gaji masih di bawah standar dan indikator kebutuhan penghargaan yang mendekati batas standar pengukuran. Pengaruh total kepemimpinan terhadap kinerja sebesar 0,30 dan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja (p=0,01).

Dapat disimpulkan bahwa kinerja jumantik dipengaruhi secara positif oleh kompetensi dan kepemimpinan, sedangkan dipengaruhi secara negatif oleh motivasi. Ketiga variabel yang mempengaruhi kinerja perlu ditingkatkan terutama motivasi. Diperlukan upaya perbaikan untuk mengubah pengaruh negatif motivasi dengan memperbaiki indikator gaji dan kebutuhan penghargaan agar dapat meningkatkan kinerja.

(9)

viii PUBLIC HEALTH DEPARTEMENT

MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY

Cokorda Istri Vera Purledi

The Aplication of Structural Equation Modelling To Analyze Influence of Competence, Motivation, and Leadership on Jumantik Performance in

The East Denpasar District

ABSTRACT

Recapitulation of larva monitoring snapped in 2015 showed that the East Denpasar District has the lowest percentage of ABJ compared to other districts in the amount of 91.01%. The low ABJ in East Denpasar District indicates that the performance in the implementation jumantik causes dengue mosquito eradication is still not optimal. Therefore, this study examined the performance of jumantik and the factors that affect the performance.

This research was observational analytic design crossectinal. A total of 100 jumantik in East Denpasar District serve as a sample. Data competence, motivation, leadership, and performance were collected by questionnaire method using a questionnaire. Data competence, motivation, leadership, and performance were analyzed descriptively, whereas the relationship competence, motivation, and

leadership on performance was analyzed using Structural Equation Modelling.

In this study showed 86% jumantik have a good competence, 66% have less motivation, and 83% have had coordinators jumantik categorized as either. Judging from the performance, by 56% jumantik have poor performance. Based on the analysis of the effect, the competency provides total effect of 0.68 and significant effect on performance (p <0.001). Motivation gives direct effect of -0.43, but did not significantly affect the performance of jumantik (p = 0.67) because the indicator is still below standard wages and indicators of esteem needs are approaching the limit of measurement standards. The net effect of leadership on the performance of 0.30 and significantly influence the performance (p = 0.01).

It can be concluded that the performance jumantik positively influenced by the competence and leadership, while negatively affected by motivation. These three variables that affect the performance needs to be improved especially motivation. Improvement efforts are needed to transform the negative influence of motivation to improve indicators of wages and esteem needs in order to improve performance.

(10)

ix DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR TABEL ... ixi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHLULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 3

1.4Tujuan ... 3

1.4.1 Tujuan Umum ... 3

1.4.2Tujuan Khusus ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Jumantik ... 6

2.1.1 Pengertian Jumantik ... 6

2.1.2Peranan Jumantik ... 6

2.2 Kinerja ... 7

2.2.1 Pengertian Kinerja ... 7

2.2.2 Pengukuran Kinerja ... 7

2.2.3 Pengukuran Kinerja Juru Pemantau Jentik (Jumantik) ... 8

2.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 9

2.3 Kompetensi ... 10

2.3.1Pengertian Kompetensi ... 10

2.3.2Pengukuran Kompetensi ... 10

2.4Motivasi ... 12

2.4.1Pengertian Motivasi ... 12

(11)

x

2.5Kepemimpinan ... 15

2.5.1Pengertian Kepemimpinan ... 15

2.5.2Pengukuran Kepemimpinan ... 15

2.6Metode Model Persamaan Struktural ... 17

2.6.1Pengertian Model Persamaan Struktural ... 17

2.6.2Konsep Model Persamaan Struktural ... 17

2.6.3Langkah Membuat Model Struktural Equation Modelling (SEM) ... 19

2.6.4Menentukan Derajat Bebas (Identify Model) ... 19

2.6.5Dasar Penilaian dan Estimasi Model ... 20

2.6.6Uji Asumsi dan Persyaratan ... 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1Kerangka Konsep ... 23

3.2 Hipotesis Penelitian ... 24

3.3Variabel Penelitian ... 24

3.4Definisi Operasional Variabel ... 24

3.5 Model Persamaan Struktural ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1Desain Penelitian ... 34

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.3Populasi Penelitian ... 34

4.4Sampel Penelitian ... 34

4.4.1 Sampel ... 34

4.4.2Cara Pengambilan Sampel ... 35

4.5Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 35

4.5.1Pengumpulan Data ... 35

4.5.2Pengolahan Data ... 35

4.6Analisis Data ... 36

4.6.1Analsis Data Deskriptif ... 36

4.6.2Uji Asumsi dan Persyaratan ... 36

4.6.3Analisis Faktor Konfirmatori ... 37

4.6.4 Analisis Hubungan Antar Faktor ... 37

BAB V HASIL PENELITIAN... 38

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian... 38

5.2 Karakteristik Sampel ... 39

5.3 Gambaran Kompetensi, Motivasi, Kepemimpinan, dan Kinerja Jumantik... 40

(12)

xi

5.3.2 Deskripsi Indikator Pengukuran Motivasi ... 43

5.3.3 Deskripsi Indikator Pengukuran Kepemimpinan ... 44

5.3.4 Deskripsi Indikator Pengukuran Kinerja ... 45

5.4 Analisis Model ... 40

5.4.1 Model Persamaan Struktural ... 40

5.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

5.4.3 Identifikasi Model ... 42

5.4.4 Penilaian Model ... 43

5.4.5 Analisis Pengaruh ... 45

BAB VI PEMBAHASAN ... 47

6.1 Kompetensi, Motivasi, Kepemimpinan, dan Kinerja Jumantik ... 47

6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 49

6.3 Keterbatasan Penelitian ... 53

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 54

7.1 Simpulan ... 54

7.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Goodness of Fit Statistics... 20

Tabel 5.1 Jumlah Anggota Jumantik di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas I Denpasar Timur dan UPT. Puskesmas II Denpasar Timur Berdarkan Desa/Kelurahan... 38

Tabel 5.2 Karakteristik Sampel... 39

Tabel 5.4 Hasil Uji Goodness of Fit... 41

Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Validitas dan Reliabilitas... 41

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Skematis Teori Perilaku dan Kinerja... 9

Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 23

Gambar 3.2 Bagan Model Persamaan Struktural Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Jumantik... 33

Gambar 5.1 Model Persamaan Struktural... 40

Gambar 5.2 Indikator Pengukuran Kompetensi... 43

Gambar 5.3 Indikator Pengukuran Motivasi... 44

Gambar 5.4 Indikator Pengukuran Kepemimpinan... 44

(15)

xiii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Daftar Singkatan

ABJ : Angka Bebas Jentik

CFR : Crude Fertitity Rate

IR : Incidence Rate

Jumantik : Juru Pemantau Jentik

LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

SEM : Structural Equation Modelling

Daftar Istilah

≥ : Sama dengan atau lebih besar

< : Lebih kecil

> : Lebih besar

: Epsilon

% : Persentase

db : Derajat kebebasan

p : Jumlah variabel indkator dari variabel endogen atau p value

(16)

1 BAB I PENDAHLULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue. Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti,

aedes spp, dan aedes albopictus (Kemenkes RI, 2010). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015, DBD merupakan salah satu penyakit menular yang masih

terjadi di Provinsi Bali. DBD menduduki peringkat pertama dalam 10 besar penyakit

pada pasien rawat inap di RSUD di Provinsi Bali tahun 2014. Dilihat dari IR

(Incidence Rate) pada tahun 2014 sebesar 210,2 per 100.000 dan lebih tinggi

dibandingkan target nasional yang diharapkan kurang dari 51 per 100.000 penduduk.

CFR (Crude Fertitity Rate) tahun 2014 sebesar 0,2 per 100.000 penduduk, angka

tersebut lebih tinggi dari target nasional yang diharapkan hanya sebesar 0,01 per

100.000 penduduk.

Tingginya kasus DBD erat kaitannya dengan masalah lingkungan. Selain faktor

perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik, faktor lingkungan juga dapat

mempengaruhi baik buruknya derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan

tersebut dapat terdiri dari kepadatan hunian rumah dan densitas larva (Kemenkes RI,

2010). Semakin tinggi kepadatan penduduk suatu daerah, semakin cepat

perkembangan suatu penyakit (Dinkes Provinsi Bali, 2015). Hasil penelitian Maria,

dkk (2013), menemukan bahwa densitas larva berpengaruh terhadap kejadian DBD

(17)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan salah satu kebijakan

yang disesuaikan dengan 8 Porgram Pokok Kepmenkes No. 581 tahun 1992 dalam

upaya penanggulangan kasus DBD, yaitu melaksanakan pemantauan jentik berkala

(Pratamawati, 2012). Kebijakan tersebut dilaksanakan dengan melibatkan peran serta

masyarakat melalui pembentukan juru pemantau jentik (jumantik). Jumantik

merupakan orang yang berasal dari masyarakat, yang diberikan pelatihan untuk

melaksanakan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus-menerus serta

menggerakan masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD

(Depkes RI, 2004a). Keberhasilan dari program jumantik dapat diukur dengan melihat

kinerja jumantik. Penelitian yang dilakukan Sandhi (2014), menunjukkan sebesar

56,1% kinerja jumantik kurang baik di Kecamatan Denpasar Selatan. Kinerja jumantik

dapat dilihat dari pencapaian target Angka Bebas Jentik (ABJ) pada suatu wilayah.

Secara nasional ABJ ditargetkan lebih dari 95% (Ditjen PP&PL RI, 2005).

Dilihat dari kinerja jumantik di Kota Denpasar pada hasil pemantauan jentik

Gertak, Kecamatan Denpasar Timur memiliki presentase ABJ paling rendah

dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar 91,01% (Dinkes Kota Denpasar, 2015).

Rendahnya ABJ di Kecamatan Denpasar Timur mengindikasikan bahwa kinerja

jumantik dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk penyebab DBD masih

belum maksimal. Oleh karena itu dipandang perlu adanya penelitian terkait kinerja

jumantik sehingga, peneliti ingin melihat bagaimana kinerja jumantik dan faktor-

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian yang dilakukan Sandhi (2014) di Kecamatan Denpasar Selatan,

menunjukan sebesar 56,1% kinerja jumantik di kecamatan tersebut kurang baik.

Menurut Dinkes Provinsi Bali (2015), Kecamatan Denpasar Timur memiliki

persentase ABJ paling rendah pada hasil pemantauan Gertak diantara kecamatan di

Kota Denpasar lainnya yaitu sebesar 91,01%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

kinerja jumantik di Kecamatan Denpasar Timur masih belum maksimal dalam

pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk penyebab DBD, sehingga peneliti ingin

melihat bagaimana kinerja jumantik dan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja

tersebut.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari pernyataan diatas, peneliti ingin melihat bagaimana analisis hubungan

kempetensi, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerja jumantik di Kecamatan

Denpasar Timur.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dan

(19)

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah.

1. Untuk mengetahui kinerja jumantik.

2. Untuk mengetahui kompetensi jumantik.

3. Untuk mengetahui motivasi jumantik.

4. Untuk mengetahui kepemimpinan koordinator jumantik.

5. Menganalisis hubungan kompetensi, motivasi, dan kepemimpinan terhadap

kinerja jumantik.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah yang menyangkut

bidang kesehatan masyarakat mengenai pemanfaatan metode Model Persamaan

Struktural untuk mengananlisis pengaruh kompetensi, motivasi, dan kepemimpinan

terhadap kinerja jumantik di Kecamatan Denpasar Timur.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan bukti empiris pengaruh kompetensi, motivasi, dan kepemimpinan

terhadap kinerja jumantik.

2. Sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan dalam upaya perbaikan

kinerja jumantik oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

(20)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan aplikasi Model Persamaan Struktural untuk

menganalisis hubungan kompetensi, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerja

jumantik di Kecamatan Denpasar Timur. Objek dalam penelitian ini adalah jumantik

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jumantik

2.1.1 Pengertian Jumantik

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) mendefinisikan jumantik

merupakan orang yang berasal dari masyarakat, yang diberikan pelatihan untuk

melaksanakan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus-menerus serta

menggerakan masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.

Menurut Ditjen PP&PL RI (2005) kader jumantik merupakan kelompok kerja yang

dibentuk untuk pemberantasan penyakit DBD di tingkat desa dalam wadah Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).

2.1.2 Peranan Jumantik

Dinkes Kota Denpasar (2013) menyebutkan peranan jumantik dalam

penanggulangan demam berdarah adalah mengajak masyarakat di sekitar tempat

tinggal untuk menjadi pemantau jentik sendiri (self jumantik) dan selalu melakukan

gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan dan rumah, mengadakan

pemeriksaan jentik berkala di lingkungan dan melakukan pencatatan pada form

pemantauan serta Kartu Rumah yang tergantung di depan masing-masing rumah

warga, memberikan pertolongan pertama dan menasehati keluarga untuk membawa ke

puskesmas atau rumah sakit bila muncul gejala lanjut saat menemukan warga dengan

gejala DBD, dan jumantik ikut melaksankan penyelidikan bila menemukan warga

(22)

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja (performance) menurut Prawirosentono dalam Sugianto (2011)

merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang maupun kelompok dalam sebuah

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya

mencapai tujuan organisasi tersebut secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai

dengan moral maupun etika. Teori yang dikemukakan Robbins dalam Rai (2008)

mendefinisikan kinerja sebagai hasil evaluasi terhadap perkerjaan yang telah

dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.

2.2.2 Pengukuran Kinerja

Muljadi (2006) menjelaskan bahwa kinerja dapat diukur dengan cara sebagai

berikut.

1. Membandingkan kinerja nyata dengan kinerja yang telah direncanakan.

2. Membandingkan kinerja nyata dengan hasil yang diharapkan.

3. Membandingkan kinerja nyata dengan standar kinerja.

Menurut Mangkunegara (2009), pengukuran kinerja individu dilakukan melalui

beberapa dimensi kinerja antara lain.

1. Kuantitas diartikan sebagai seberapa lama seorang bekerja dalam satu hari.

Kuantitas dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap orang dalam menyelesaikan

pekerjaannya.

2. Kualitas didefinisikan sebagai seberapa baik seseorang dalam mengerjakan

pekerjaanya. Kualitas dapat dilihat dari ketepatan atau kesesuaian dengan

(23)

3. Pelaksanaan tugas diartikan sebagai seberapa jauh seseorang mampu

melaksanakan pekerjaannya dengan akurat atau tidak terdapat kesalahan.

4. Tanggung jawab terhadap pekerjaan didefinisikan sebagai kesadaran atas

kewajiban pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan.

2.2.3 Pengukuran Kinerja Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

Kinerja jumantik dalam penanggulangan DBD dapat diukur dari nilai ABJ yang

diharapkan memenuhi target nasional yaitu lebih dari 95% (Ditjen PP&PL RI,2005).

Target tersebut diperoleh dari rumus sebagai berikut.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik

ABJ = x 100 %

Jumlah rumah diperiksa

Adapun tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh jumantik untuk

dapat memenuhi standar tersebut menurut Dinkes Kota Denpasar tahun 2013 yaitu.

1. Melaksanakan kunjungan rumah dan tempat-tempat umum yang ada di wilayah

kerja sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh koordinator jumantik.

2. Memberikan penyuluhan perorangan dan melaksanakan pemantauan jentik di

rumah atau bangunan 30 rumah/hari/orang.

3. Penggerak dan pengawas masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN).

4. Membuat catatan atau laporan pemeriksaan jentik setiap hari kerja.

5. Memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat potensial

perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

(24)

2.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Teori yang dikemukakan oleh Gibson dalam Notoatmodjo (2007) yang

mengemukakan bahwa, kinerja dipengaruhi oleh tiga variabel. Variabel yang pertama

adalah variabel individu yang meliputi kompetensi, latar belakang, dan demografis.

Dalam teori tersebut juga menyatakan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh variabel

psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel

ketiga yang mempengaruhi kinerja adalah variabel organisasi yang meliputi sumber

daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.

VARIABEL INDIVIDU

 Kompetensi

 Latar Belakang

 Pengalaman  Demografi PERILAKU INDIVIDU (apa yang dikerjakan)  Kinerja VARIABEL PSIKOLOGI  Persepsi  Sikap  Kepribadian  Belajar  Motivasi VARIABEL ORGANISASI

 Sumber Daya

 Kepemimpinan

 Imbalan

 Struktur

 Desain

Pekerjaan

Gambar 2.1 Bagan Skematis Teori Perilaku dan Kinerja

(25)

2.3 Kompetensi

2.3.1 Pengertian Kompetensi

Menurut teori yang dikemukakan oleh Miller, dkk dalam Hutapea (2008)

mendefinisikan kompetensi sebagai gambaran mengenai suatu hal yang harus

diketahui atau dilakukan oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan

baik. Sedangkan menurut Emmyah (2009) menyatakan kompetensi merupakan suatu

kemampuan dalam melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang

dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang

dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi juga diartikan sebagai keterampilan dan

kemampuan dalam hubungannya dengan kinerja (Rahmawati, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012), kompetensi

merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja. Dalam penelitian yang

dilakukan (Safwan, dkk, 2014; Emmyah, 2009; Haskas, 2013) menyatakan bahwa

kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Listio (2010) terdapat korelasi yang signifikan antara

kompetensi dengan motivasi kerja.

2.3.2 Pengukuran Kompetensi

Menurut Purnadi dalam Naya (2009), kompetensi memiliki 5 karakteristik dasar

yang berpengaruh terhadap kinerja antara lain.

1. Motif merupakan niat dasar yang konstan dalam bertindak.

2. Pembawaan merupakan karakteristik fisik yang secara konsisten merespon

situasi atau informasi.

(26)

4. Pengetahuan merupakan informasi yang dimliki oleh seseorang sesuai dengan

kemampuannya.

5. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugasnya

baik secara fisik atau mental.

Menurut Moeheriono (2009) menyebutkan terdapat 5 dimensi kompetensi yang

harus dimiliki oleh semua individu yaitu.

1. Keterampilan mengelola tugas (Task management skills) merupakan

kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang berbeda dalam melaksanakan

suatu pekerjaan.

2. Keterampilan mengambil tindakan (Contingency management skills) merupakan

kemampuan dalam mengambil suatu tindakan dengan cepat dan tepat saat

muncul sebuah permasalahan dalam pekerjaan.

3. Keterampilan menjalankan tugas (Task-skills) merupakan kemampuan untuk

mengerjakan tugas-tugas rutin dan melaksanakan tugas sesuai dengan standar

di tempat kerja.

4. Keterampilan beradaptasi (Transfer skills) merupakan kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan kerja yang baru.

5. Keterampilan bekerja sama (Job role environment skills) merupakan

kemampuan untuk bekerjasama dan memelihara kenyamanan dalam lingkungan

(27)

2.4 Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi

Motivasi menurut teori yang dikemukakan oleh Robin dalam Brahmasari (2008)

merupakan sebuah keinginan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi yang

dikondisikan dengan kemampuan individu. Menurut teori yang di kemukakan oleh

Maslow dalam Notoatmodjo (2010), motivasi didasarkan pada kebutuhan manusia.

Kebutuhan tersebut dipaparkan dalam bentuk bertingkat-tingkat atau hierarki yang

sering disebut Hierarki Kebutuhan Malow.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Listio (2010) menunjukkan bahwa

motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Safwan, dkk, 2014; Sugianto, 2011; Wicaksono,

2014) juga menyatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

2.4.2 Pengukuran Motivasi

Dalam teori yang dikemukakan oleh Maslow dalam Notoatmodjo (2010),

menyebutkan bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor kebutuhan

diantaranya.

1. Kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan paling dasar bagi seseorang.

2. Kebutuhan akan adanya rasa aman yang tidak hanya keamanan fisik saja, tetapi

juga keamanan secara fsiologi misalnya bebas dari tekanan atau intimidasi dari

pihak lain.

3. Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi dengan orang lain karena pada dasarnya

manusia merupakan makhluk sosial yang selalu ingin berkelompok dan

(28)

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) seperti yang misalnya penghargaan dalam sebuah organisasi terhadap anggota atau karyawan atas prestasi kerja yang

dimiliki.

5. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang muncul setelah keempat

kebutuhan diatas terpenuhi dan merupakan kebutuhan terakhir dalam teori

hierarki Maslow. Aktualisasi diri didefinisikan sebagai bagian dari pertumbuhan

individu, yang akan terus menerus berlangsung sejalan dengan meningkatnya

jenjang karier seorang individu.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg dalam Notoatmodjo

(2010) mengembangkan teori motivasi “Dua Faktor” (Herzberg’s Two Factors

Motivation Theory). Dalam teori ini Herzberg mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam pekerjaannya yaitu

1. Faktor-faktor penyebab kepuasan (satisfier) atau faktor motivasional merupakan

faktor yang menyangkut psikologis seseorang. Apabila kepuasan dicapai dalam

pekerjaan, maka akan menggerakkan tingkat motivasi bagi seseorang untuk

bekerja dan akhirnya dapat menghasilkan kinerja yang tinggi. Faktor

motivasional (kepuasan) mencakup antara lain.

a. Prestasi (achievement) diartikan sebagai keberhasilan yang diraih oleh

seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.

b. Penghargaan (recognation) merupukan apresiasi yang diberikan oleh

seorang pemimpin atas keberhasilan yang diraih oleh bawahannya.

c. Tanggung jawab (responsibility) diartikan sebagai kepercayaan yang

(29)

faktor motivasi bagi seseorang. Motivasi tersebut dapat menumbuhkan rasa

tanggung jawab terhadap pekerjaan.

d. Kesempatan untuk maju (posibility of growth) diartikan sebagai

pengembangan yang diberikan oleh seorang pemimpin agar bahawan

merasa termotivasi dalam melaksanakan pekerjaan.

e. Pekerjaan itu sendiri (work) merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang

pemimpin meyakinkan bawahannya akan pentingnya pekerjaan yang

dilakukan oleh bawahan tersebut.

2. Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissatisfaction) atau faktor higiene yang

menyangkut faktor pemeliharaan atau maintenance. Hilangnya faktor ini akan

menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja. Faktor-faktor higienes yang

menyebabkan ketidakpuasan dalam melakukan pekerjaan antara lain.

a. Kondisi kerja fisik (physical environment), apabila kondisi lingkungan yang

baik tercipta, maka prestasi yang lebih tinggi dapat tercipta.

b. Hubungan interpersonal (interpersonal relationship), merupakan hubungan

yang tidak harmonis dapat mengganggu dalam pelaksanaan pekerjaan.

c. Kebijakan dan administrasi perusahaan (company and administration

policy), merupakan kebijaksanaan yang dibuat dalam sebuah organisasi.

d. Pengawasan (supervision) merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

pimpinan terhadap bawahan.

e. Gaji (salary) diartikan sebagai kompensasi yang diterima oleh seseorang

sesuai dengan jabatan.

f. Keamanan dan keselamatan kerja (job security) merupakan hal yang harus

(30)

2.5 Kepemimpinan

2.5.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut teori yang dikemukakan oleh Fiedler dalam Muninjaya (2012)

menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan interpersonal yang

memberikan kekuasaan dan pengaruh lebih besar kepada salah satu pihak

dibandingkan dengan pihak lain. Besar kecilnya kekuasaan dan pengaruh yang

dimiliki seorang pemimpin dipengaruhi oleh kondisi diri dari pemimpinnya. Dalam

teori Yulk dalam Usman (2006) mengemukakan bahwa kepemimpinan atau leadership

merupakan suatu proses dalam mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai

tujuan organisasi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Brahmasari (2008) menunjukkan bahwa

kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian yang dilakukan (Sari, 2013; Sugianto, 2011; Wicaksono, 2014) juga

menunjukkan kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang

dilakukan Pengaribuan (2008) menunjukkan terdapat pengaruh antar kepemimpinan

terhadap motivasi kerja pegawai. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Rizqiah,dkk

(2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial gaya kepemimpinan

terhadap motivasi kerja karyawan.

2.5.2 Pengukuran Kepemimpinan

Menurut teori yang dikemukakan oleh Gibson dalam Paramita (2011), gaya

(31)

1. Charisma

Adanya karisma dalam diri seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi

bawahannya untuk berperilaku dan berbuat sesuai dengan keinginan pemimpin

tersebut.

2. Ideal influence (pengaruh ideal)

Pemimpin yang baik harus dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

bawahannya.

3. Inspiration

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menjadi sumber inspirasi

bagi bawahannya, agar bawahan tersebut memiliki inisiatif untuk dapat

berkembang.

4. Intellectual simulation

Kemampuan intelektual seorang pemimpin dapat menuntun bawahannya untuk

lebih maju dan berkembang.

5. Individualized consideration (perhatian individu)

Perhatian yang diberikan oleh seorang pemimpin akan mempengaruhi

bawahannya dalam mermberikan loyalita tinggi terhadap pimpinan tersebut.

Adapun indikator dalam menilai kepemimpinan menurut Warrick dalam

Setyawati (2014) yaitu.

1. Memperhatikan kebutuhan bawahan, dikaitkan dengan kebutuhan bawahan

dalam melakukan pekerjaan.

2. Menciptakan suasana saling percaya, merupakan hal yang harus diperhatikan

(32)

3. Simpati terhadap bawahan dan menumbuhkan peran serta bawahan dalam

pembuatan keputusan.

2.6 Metode Model Persamaan Struktural 2.6.1 Pengertian Model Persamaan Struktural

Model Persamaan Struktural atau Structural Equation Modeling (SEM) adalah

metode analisis multivariat generasi ke II, yang merupakan penggabungan dari dua

metode analisis yaitu antara analisis faktor dan model persamaan stimulan. Dalam

penelitian bidang kesehatan, model persamaan struktural banyak digunakan dalam uji

validitas dan reabilitas konstruk, analisis jalur, dan analisis model persamaan

struktural (Widarsa, 2015). Menurut Santoso (2007) mendeskripsikan SEM sebagai

suatu teknik statistik multivariat yang merupakan penggabungan antara analisis faktor

dan analisis regresi (korelasi) yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar

variabel yang ada pada sebuah model, baik antar indikator dengan konstraknya

maupun hubungan antar konstrak.

2.6.2 Konsep Model Persamaan Struktural

Menurut Widarsa (2015), variabel dalam konsep analisis SEM dibedakan

menjadi variabel laten (konstrak), variabel observed (indikator atau manifest), variable

endogen, dan variabel eksogen. Berikut adalah penjelasan dari variabel-variabel

tersebut.

1. Variabel Konstruk dan Variabel Indikator

Variabel konstruk atau variabel latent merupakan variabel yang ingin dilihat

(33)

sehingga diperlukan indikator- indikator. Variabel konstrak atau variabel laten

dalam persamaan struktural digambarkan dengan sebuah elip.

2. Variabel indikator yang disebut juga obeserved variable atau variabel manifest

merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung dan diguankan untuk

mengukur suatu konstrak. Dalam persamaan struktural, variabel indikator

digambarkan dengan kotak segi empat.

3. Variabel Endogen dan Variabel Eksogen

Dalam analisis SEM, variabel laten dibedakan menjadi variabel endogen dan

eksogen. Variabel endogen diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Variabel laten juga disebut variabel tergantung atau variabel

antara. Variabel eksogen atau disebut juga variabel bebas merupakan variabel

yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain.

4. Kesalahan Pengukuran

Kesalahan pengukuran atau measurement error hampir dapat dipastikan akan

terjadi pada setiap pengukuran. Oleh karena itu, pada model SEM, semua

variabel indikator diasumsikan memiliki kesalahan pengukuran. Kesalahan

pengukuran dalam analisis SEε dilambangkan dengan delta ( ).

5. Kesalahan Struktural

Kesalahan struktural atau structural error didefinisikan sebagai kesalahan yang

disebabkan oleh karena variasi dari variabel endogen tidak seluruhnya dapat

dijelaskan oleh variabel eksogen. Semua variabel endogen diasumsikan

mempunyai keslahan struktural. Kesalahan struktural dilambangkan dengan

(34)

2.6.3 Langkah Membuat Model Struktural Equation Modelling (SEM)

Adapun langkah-langkah dalam membuat model SEM yaitu sebagai berikut :

Langkah 1 : Tahap Konseptualisasi Model

Dalam konseptualisasi model harus didasarkan atau mengacu kepada teori yang terkini

dan relevan. Konseptualisasi model ini harus menjelaskan hubungan antara variabel

laten dan juga merefleksikan pengukuran variabel latent melalui beberapa variabel

indikator yang dapat diukur secara langsung. Variabel latent merupakan variabel yang

tidak dapat diukur secara langsung, sehingga diperlukan indikator dalam

pengukurannya.

Langkah 2 : Penyusunan Diagram Jalur dan Spesifikasi Model

Setelah konseptualisasi model, dari konsep tersebut dibuat diagram jalur hubungan

antar variabel penelitian. Selanjutnya memberikan nama yang unik kepada semua

variabel laten, indikator, dan error. Kemudian menentukan jumlah dan sifat parameter

yang diestimasi seperti error, loading factor, pengaruh variabel eksogen terhadap

variabel endogen, dan pengaruh variabel endogen terhadap variabel eksogen lainnya.

2.6.4 Menentukan Derajat Bebas (Identify Model)

Identifikasi model ditujukan untuk menentukan apakah model yang akan dibuat

teridentifikasi atau tidak. Identifikasi model dapat dilakukan dengan melihat degress

of freedom (derajat kebebasan). Degress of freedom pada analisis SEM dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

(p + q ) (p+ q + 1) db =

(35)

Keterangan :

db = derajat kebebasan

p = jumlah variabel indkator dari variabel endogen

q = jumlah variabel indikator dari variabel eksogen

Terdapat tiga kemungkinan hasil identifikasi, yaitu sebagai berikut.

1. Model under identified, dimana db < 0. Bila model tidak teridentifikasi, maka

model tersebut tidak dapat mengestimasi parameter model.

2. Model just identified, bila db = 0 dan disebuat saturated model. Bila model yang

dibuat merupakan model saturated, maka penilaian dan pengujian dari model

tidak perlu dilakukan.

3. Model over identified, bila db > 0. Bila model over identified, maka penilaian

dan pengujian model dapat dilakukan.

2.6.5 Dasar Penilaian dan Estimasi Model 2.6.5.1 Penilaian Model

Penilaian model ditujukan untuk menentukan apakah model tersebut fit dengan

data. Penilaian model dilakukan dengan Uji Goodness of Fit (Goodness of Fit Test) .

Terdapat beberapa jenis Uji Goodness of Fit yang umum dipakai pada analisis SEM

[image:35.595.115.527.641.748.2]

yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1 Goodness of Fit Statistics

No. Statistiks Kriterian ‘Fit’

1. Chi-square P > 0,05

2. RMSEA (Root Mean Square Error Approximation) < 0,08

3. GFI (Goodness of Fit Index) > 0,90

4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) > 0,90

5. PGFI (Parsimonimus > 0,90

(36)

7. PNFI (parsimonimus Adjusted Normed Goodness of Fit Index)

> 0,90

8. CFI (Comparative Fit Index) > 0,90 9. IFI (Incremental Fit Index) > 0,90

10. RFI (Relative Fit Index) > 0,90

2.6.5.2Estimasi Model Pengukuran

Kualitas instrumen dapat diukur dengan validitas dan reliabilitas data. Validitas

dari masing-masing item pada konstrak ditentukan dengan melihat nilai loading factor

pada Standardized Regression Weight. Bila nilai loading factor dari masing-masing

item ≥ 0,5 maka dinyatakan vaild. Reliabilitas dari model pengukuran ditentukan

dengan melihat nilai covarrian error. Bila covarrian error dari masing-masing item <

0,5 maka item atau indikator pada model pengukuran sudah reliabel.

2.6.6 Uji Asumsi dan Persyaratan

Adapun uji asumsi dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam model SEM yaitu

sebagai berikut.

1. Ukuran Sampel

Rumus sampel untuk analsis yang menggunakan model SEM belum ada. Ukuran

besar sampel minimal yang disarankan untuk analisis SEM adalah 5 sampai 10

sampel untuk setiap parameter yang akan diestimasi.

2. Normalitas Data

Semua item data yang akan dianalisis SEM harus berdistribusi normal.

Normalitas dapat dilihat dari nilai p pada kemencengan (skewness) dan

keruncingan atau kurtosis distribusi. Apabila nilai p > 0,05 maka data tersebut

(37)

3. Outlier

Outlier ditentukan berdasarkan metode Mahalobis. Adanya data outlier dapat

menyebabkan distribusi data menjadi tidak normal. Apabila terdapat data yang

outlier, maka data tersebut dihilangkan dan tidak diikutkan dalam analasis.

Apabila setelah data outlier dihilangkan, model belum juga fit, maka dilakukan

modifikasi model dengan menghubungkan variabel yang memiliki nilai covarian

antar variabel yang tinggi sehingga model menjadi fit.

4. Multikolinieritas

Tidak boleh terdapat multikolinieritas antar variabel eksogen. Dua variabel

eksogen dinyatakan memiliki hubungan kuat (multikolinier) bila kedua variabel

tersebut memiliki korelasi yang kuat (r ≥ 0,7). Bila hal ini terjadi, sebaiknya

salah satu variabel tersebut dikeluarkan dari model atau variabel-variabel yang

membentuk multikolinieritas tersebut digabungkan menjadi satu ‘composit

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Skematis Teori Perilaku dan Kinerja
Tabel 2.1 Goodness of Fit Statistics

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH.. KECAMATAN MASARAN

Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa kompetensi, motivasi dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kinerja guru sehingga para guru

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru dan motivasi guru terhadap kinerja guru. Jenis penelitian ini adalah

Secara tidak langsung, kepemimpinan dan kecerdasan emosional melalui motivasi kerja berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada kantor kecamatan

Hasil penelitian baik secara serempak maupun secara parsial variabel kepemimpinan, kompetensi, dan motivasi kerja, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

Untuk mengetahui apakah Motivasi, Kompetensi, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Hasil ini menunjukkan bahwa ada kontribusi yang signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi pedagogik, dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 kepemimpinan, motivasi dan kompetensi secara parsial dan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada