Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN
THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
(Quasi Eksperimen dalam mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Ekonomi
Oleh
Yuhelni
1302689
PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
(Studi Kuasi Eksperimen dalam mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang)
Oleh Yuhelni
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana
© Yuhelni 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR
SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL SISWA (QUASI EKSPERIMEN DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 2 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK)
Yuhelni, NIM. 1302689, Pembimbing: Dr. Nugraha, SE, Ak, M.Si, CA Program Studi Pendidikan Ekonomi
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Tahun 2015
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa metode pembelajaran problem solving dan think pair share merupakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan kemampuan awal yang berbeda, sehingga perlu diterapkan dalam proses pembelajaran.
Permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran lebih berpusat kepada guru (teacher center) dan kurang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hingga akhirnya siswa menjadi pasif dan kurang krtitis. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan metode pemebelajaran problem solving dan think pair share dengan memperhatikan kemampuan awal siswa diduga dapat mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh metode pembelajaran problem solving dan think pair share ditinjau dari kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi yang dilakukan terhadap siswa kelas X IPS 1 dan X IPS 2 SMA Negeri 2 Gunung Talang yang terdiri dari 30 siswa IPS 1 dan 30 siswa IPS 2 yang merupakan kelas eksperimen. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis ( kemampuan awal dan posttest), soal kemampuan awal pilihan ganda 20 soal dan posttest pilihan ganda beralasan 20 soal.
Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji univariat hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran problem solving dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, (2) Terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap kemampuan berpikir kritis, (3) Terdapat interaksi metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM SOLVING AND THINK PAIR SHARE (TPS) TEACHING METHODS TOWARDS THE STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILL
OBSERVED FROM THEIR PRIOR KNOWLEDGE (A QUASI EXPERIMENTAL RESEARCH IN ECONOMICS SUBJECT TO THE TENTH YEAR STUDENTS OF SMA
NEGERI 2 GUNUNG TALANG SOLOK REGENCY)
Yuhelni
Advisor: Dr. H. Nugraha, SE, Akt, M.Si
Economics Education Study Program
Graduate Program, UPI Bandung 2015
ABSTRACT
This study was conducted considering the believe which says that problem solving and think pair share are teaching methods that are able to improve the students’ critical thinking skill with different prior knowledge. Thus, it is recommended to be implemented in the classrooms.
Problems in this study were raised based on the fact in classroom practices which shown that teaching and learning are still focus on the teacher (teacher-centered) with small portion of students contribution during the learning process. As a results, students become passive and less
critical. One of the efforts to improve the students’ critical thinking skill is by implementing problem solving and think pair share teaching method in learning process by considering the
students’ prior knowledge.
This research was conducted to examine the effects of problem solving and think pair share teaching method observed from the students’ prior knowledge implementation in Economics subject to the tenth grade students of SMA Negeri 2 Gunung Talang, Solok Regency.
This research used quasi experimental research method to the students of X IPS 1 (as control class) and X IPS 2 (as experimental class) of SMA Negeri 2 Gunung Talang which consist 30 students each class. Data were collected through written test (pre-test and post-test). The pre-test items were in the form of multiple choice (20 items), while the post-test items were in the form of multiple choice with reasons (20 items).
After analyzing the data by using univariate test, it can be concluded that: (1) there was an influence of problem solving and think pair share teaching method towards the students’
Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai proses manusia memperoleh ilmu pengetahuan sangat
penting dalam membentuk kemampuan berfikir. Pemahaman manusia terhadap
kehidupan menimbulkan berbagai pertanyaan, ide, dan makna yang terkandung
didalamnya. Pembiasaan berfikir secara sistematis, logis, melatih imajinasi dan
membentuk ide akan mengembangkan kemampuan manusia dalam memecahkan
masalah kehidupan. Kemampuan berfikir kritis dalam pembelajaran di sekolah
sebagai pendidikan formal sangat penting dikarenakan menentukan keberhasilan
siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan peserta didik secara
keseluruhan, sehingga masalah yang perlu dikaji adalah rendahnya kemampuan
berfikir kritis siswa.
Dewey (Johnson. E. B, 2010: 187) mengatakan bahwa „Sekolah harus
mengajarkan cara berfikir yang benar pada anak-anak‟. Sizer (Johnson. E. B, 2010:
181) memandang bahwa sekolah adalah tempat untuk berlatih berpikir dan memcahkan masalah, sebagaimana dikemukan bahwa „Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif menghadapi persoalan-persoalan
penting, serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir.
Pembelajaran yang tejadi di sekolah pada saat ini masih bersifat konvensional,
orientasi pembelajaran yang masih mengejar nilai Ujian Nasional (UN) sehingga
siswa diberikan pembelajaran instan dengan banyak mengerjakan latihan soal,
kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan
pokok bahasan. Pemahaman tentang metode pembelajaran yang tepat untuk siswa
sesuai teori pembelajaran juga masih rendah. Pelaksanaan pembelajaran masih
teacher oriented atau teks book oriented dimana guru masih sangat dominan dalam
dari pembelajaran seperti itu adalah siswa akan pasif dan kemampuan berpikir kritis
dan kreatifitas siswa tidak berkembang.
Tantangan masa depan lebih menuntut pembelajaran yang lebih
mengembangkan kepada kemampuan berpikir kritis, karena akhir dari sebuah
pembelajaran yang didapatkan siswa di sekolah yaitu keterampilan. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan pada konsep saja tapi juga
membangun kemampuan berpikir kritis siswa serta keterampilan memecahkan
masalah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Kalau kita lihat dalam proses pembelajaran salah satunya pada pembelajaran
ekonomi yang dilaksanakan para guru kita di sekolah adalah masih lebih dominan
kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep, belum menuntut siswa untuk
aktif dan melatih siswa dalam berfikir serta menemukan sendiri konsep yang ada,
siswa cenderung lebih sering menghafal konsep tanpa mengetahui bagaimana proses
untuk menemukan konsep sehingga mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa
dalam berfikir untuk pemecahan masalah.
Adanya tuntutan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di
Indonesia yang berkualitas yang dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan
yang semakin rumit dalam kompleks melalui pembentukan karakter tentunya peserta
didik dilatih untuk terus meningkatkan kemampuan intelektual dan berpikir kritis,
maka dari itu perlu adanya peningkatan penugasan ilmu pengetahuan pada berbagai
mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan. Dalam bidang studi atau mata pelajaran
ekonomi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dituntut untuk mempunyai
kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis yang digunakan peserta didik
untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Menurut Neti Budiwati dan Leni Permana (2010:18), kemampuan yang akan
dicapai peserta didik sesuai dengan tujuan mata pelajaran ekonomi yaitu:
1. Memahami sejumlah konsep untuk mengaitkan peristiwa dan masalah
ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di
Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang
diperlukan untuk mendalami ekonomi.
3. Membentuk sikap bijak, rasional, bertanggung jawab dengan memilki
pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen akuntansi yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.
4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenal nilai-nilai sosial
ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional
internasional.
Beberapa tujuan pemebalajaran ekonomi yang disebutkan di atas dapat
dikatakan bahwa memlalui pembelajaran ekonomi diharapkan peserta didik mampu
memahami konsep ekonomi dan mengembangkan sikap ingin tahu dengan cara
berpikir kritis terhadap peristiwa dan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mampu membuat keputusan yang
bertanggung jawab. Karena dalam pembelajaran ekonomi sebenarnya syarat akan
materi analisis, studi kasus-kasus yang terjadi dilapangan, dan berhubungan dengan
kehidupan nyata.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ekonomi tersebut maka guru dalam
pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk menggunakan model, metode, media, dan
sebagainya yang dapat menunjang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan
berpikir kritis peserta didik. Namun kenyataannya, dalam pembelajaran ekonomi
seringkali terjadi masalah yang menyebabkan tujuan pembelajaran ini kurang
tercapai. Misalnya saja dalam proses belajar mengajar di kelas, peserta didik sering
diarahkan pada kemampuan menghafal dan menimbun informasi tanpa melibatkan
anak untuk memahami informasi yang bisa digunakannya dalam menghubungkan
konsep ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berfikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa seperti diungkapkan Sudiarta (2009) berfikir kritis telah terbukti
mempersiapkan siswa dalam berfikir pada berbagai disiplin ilmu karena berfikir
berfikir dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan pada membuat keputusan
mengenai apa yang diyakini atau dilakukan.
Bardasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan
guru ekonomi SMA N 2 Gunung Talang kelas X pada hari senin pada tanggal 26 januari 2015 jam 18.20 WIB mengatakan bahwa “secara keseluruhan siswa belum mampu berpikir kritis, hanya beberapa yaitu satu atau dua orang yang berpikir kritis,
ini terlihat disaat guru menyampaikan pertanyaan yang berupa kasus kepada siswa
hanya beberapa siswa yang mengangkat tangan untuk mencoba menjawab pertanyaan
dari guru. Hal ini karena minat belajarnya masih kurang disebabkan salah satunya
dari guru, dimana metode pembelajaran yang digunakan masih ceramah dan
konvensional yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Dan guru ekonomi
yang lain di SMA Negeri 2 Gunung Talang juga mengatakan bahwa “hanya sedikit
dari keseluruhan siswa yang berpikir kritis penyebabnya adalah minat belajar siswa
kurang karena motivasi yang kurang dari orang tua.
Permasalahan siswa pada mata pelajaran ekonomi terlihat juga dari nilai siswa
pada saat pra penelitian, kriteria ketuntasan minimal siswa yang diterapkan di SMA
Negeri 2 Gunung Talang ini adalah 75.
Tabel 1.1 Nilai UAS Siswa Ekonomi Kelas X
Kelas
Jumlah siswa
yang memenuhi
KKM
Jumlah siswa
yang belum
memenuhi KKM
Jumlah
siswa
Persentase siswa
yag belum
memenuhi KKM
X - IS 1 9 24 33 72,72%
X - IS 2 3 27 30 90,00%
Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian
Dari hasil wawancara dan hasil pengamatan yang dilakukan guru ekonomi kelas X SMA N 2 Gunung Talang diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peserta didik kurang berperan secara aktif, karena peserta didik hanya
mendengarkan dan mencatat materi dari guru sehingga peserta didik
[image:10.612.120.521.469.585.2]Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam menerima materi dalam kelas
karena hanya beberapa siswa yang fokus memperhatikan guru.
3. Kurangnya kekritisan peserta didik dalam menanggapi materi yang
diajarkan oleh guru dilihat dari kurangnya keaktifan peseta didik dalam
bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru.
4. Kurangnya kekrtitisan peserta didik dalam menanggapi studi kasus yang
di sampaikan oleh guru.
5. Kurang terjadinya pembelajaran peserta didik yang mengkaitkan dengan
kehidupan sehari-hari karena pembelajaran yang hanya bersifat transfer
ilmu yang dilakukan guru kepada siswa
Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa yaitu dengan metode pembelajaran problem solving yang dipadukan
dengan think pair share. Metode pembelajaran problem solving diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) merupakan bekal bagi siswa untuk
menjalani proses kehidupan, dimana dalam hidup terdapat berbagai masalah yang
dihadapi, dan hendaknya dimaknai secara positif. Adanya permasalahan (problem)
yang diberikan akan mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memahami isi
pembelajaran, menantang kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi masalah
yang dihadapinya,menemukan solusi yang tepat (solving) atas permasalahan
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa
problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Afcariono (2008) menunjukkan bahwa problem solving mampu meningkatkan
kemampuan berpikir siswa seperti kemampuan bertanya dan menjawab
permasalahan yang akan dipecahkan. Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh
Adnyana (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan model pemecahan masalah
dinamis dan kerjasama antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok yang
lebih baik.
Model pembelajaan yang dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran
dan dapat meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa adalah model kooperatif. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa “Pembelajaran kooperatif” (Cooperatif Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Salah satu teknik pembelajaran dalam metode kooperatif adalah Think Pair Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang
bertujuan untuk saling memberikan informasi atau saling bertukar pikiran dengan
siswa lain.
Dalam model cooperative learning ini siswa dapat bekerja sama dengan siswa
lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan
pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi dan siswa dituntut untuk bekerja sama. Penerapan model
pembelajaran membantu peserta didik dalam membangkitkan minat dan motivasi
siswa yang selanjutnya siswa akan lebih meningkatkan aktivitas belajar yang lebih
baik. Dalam proses pembelajaran, sebelum guru memberikan pelajaran selanjutnya,
guru hendaknya mengetahui pengetahuan awal siswa, hal ini dilakukan agar guru
mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam belajar. Menurut Muhibbin Syah (2012 :121) mengatakan bahwa “pengetahuan awal merupakan prasyarat untuk mengetahui adanya perubahan”. Sejalan dengan hal tersebut Ahmad Suyono (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan awal siswa dengan
hasil belajarnya”.
Selain dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, pada
dasarnya siswa memiliki perbedaan individual. Perbedaan ini berasal dari dalam diri
maupun dari luar diri siswa. Dari segi dalam diri siswa, perbedaan tersebut dapat
dilihat dari kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan awal siswa dapat
Yuhelni, 2015
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari lingkungan siswa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahar, M.A (2011)
yang berjudul Relationship Between The School Resource Inputs And Academic
Achievement Of Student At Secondary Level In Pakistan. Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa prestasi siswa sebelumnya adalah prediktor yang paling penting
dari prestasi akademik. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek hasil
belajar siswa, oleh karena itu, kemampuan awal diduga akan mempengaruhi
keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis akan melakukan
penelitian mengenai “penerapan metode pembelajaran problem solving dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok ”.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan
metode problem solving dan metode think pair share ?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah ?
3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran problem solving dan think
pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan
2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara metode problem solving dan metode
think pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa SMA bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagi guru, memberikan informasi dan wawasan tentang metode problem
solving dan think pair share sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi serta memberi kajian tentang kemampuan
awal siswa.
2. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam
proses pembelajaran.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan