• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Kerja pada Karyawan Perusahaan Konveksi Baju Anak "X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Kerja pada Karyawan Perusahaan Konveksi Baju Anak "X" di Kota Bandung."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini menggunakan teori Motivasi Kerja dari Hertzberg yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat motivasi kerja pada karyawan konveksi X baju anak di Kota Bandung.

Teknik penarikan sample yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling 30 orang karyawan. Alat ukur yang digunakan adalah hasil modifikasi oleh peneliti berdasarkan alat ukur yang sudah disusun oleh Marvin Dunnete (1976) berdasarkan teori Hertzberg tentang motivasi kerja yang terdiri dari 72 item. Skor yang didapat kemudian dicari rata-ratanya dan diperoleh hasil tinggi-rendah selanjutnya dikategorikan ke dalam kuadran.

Dari hasil perhitungan statistik diketahui hasil uji validitas pada kuesioner untuk variabel Faktor Hygiene yang diteliti berkisar antara 0,302 – 0,704 dan hasil uji validitas pada kuesioner untuk variabel Faktor Motivatitor yang diteliti berkisar antara 0,303 – 0,677. Adapun hasil dari uji reliabilitas Alpha Cronbach terhadap item faktor motivator adalah sebesar 0,854 dan terhadap item faktor hygiene adalah sebesar 0,863 yang berarti bahwa butir-butir pernyataan pada kuesioner konsisten untuk mengukur variabelnya.

Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil mayoritas karyawan berada pada kuadran I dan kuadran IV. Dimana kuadran I menunjukkan bahwa karyawan termotivasi dan kurang memiliki keluhan terhadap perusahaan tempatnya bekerja dan kuadran IV menunjukan bahwa karyawan tidak termotivasi dan memiliki banyak keluhan terhadap perusahaannya.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research is using Motivation of Work Theory from Hertzberg to find out the motivation level of kid clothes convection employees in Bandung City.

In this research, researcher use purposive sampling method within 30 employees. The measurement used in this research was modified from Marvin Dunnete's measurement method (1976), based on Hertzbergs theory about work motivation that consist of 72 items. After getting the score, the mean could be calculated and we could get the scores that would be categorized in quadrants.

Based on statistics calculation, the questionnaire validity test for Hygiene Factor Variable that being examined range from 0,302 – 0,704 and the questionnaire validity test for Motivator Factor variable range from 0,303 – 0,707.

Alpha Cronbach's test of reliability for motivation factor item is 0,854 and 0,863 for hygiene factor item, that means the items in this questionnaire are consistent for variable measurement. Based on the research result, the majority of the employee were on the first and the fourth quadrant. The first quadrant shows the motivated employees and have less complaint about company where they worked and the forth quadrant shows the unmotivated employees and have much complaints about their company.

(3)

ix

1.2. Identifikasi Masalah………..……….………...7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………....……...….7

1.3.1. Maksud Penelitian………...………..………...…..7

1.3.2. Tujuan Penelitian………...………...……….…...7

1.4. Kegunaan Penelitian………...…..……...7

1.4.1. Kegunaan Teoritis………...….7

1.4.2. Kegunaan Praktis………...….8

1.5. Kerangka Pikir………...…..……...…8

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi Kerja...14

2.1.1. Definisi Motivasi Kerja ………..……...14

2.1.2. Faktor Individual yang Dapat Memengaruhi Motivasi Kerja ...14

2.1.3. Teori Motivasi Kerja ...15

2.1.3.1 Latar Belakang Teori……...…………...15

2.1.3.2 Konsep Teori……...18

2.1.4 Faktor Motivasi kerja...19

2.1.4.1 Faktor Hygiene ………..………...19

2.1.4.2 Faktor Motivator ……….………...20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian...21

3.2 Bagan Rancangan Penelitian...22

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...22

3.3.1 Variabel Penelitian...22

3.3.2 Definisi Konseptual...22

3.3.3 Definisi Operasional...22

3.4 Alat Ukur...22

3.4.1 Kuesioner Motivasi Kerja………...……...23

3.4.2 Kisi-Kisi Alat Ukur Motivasi Kerja………...…...23

3.4.3. Sistem Penilaian ……..………...………...25

3.4.4 Data Penunjang………..…...28

3.4.5 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur………...…...28

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.4.5.2. Realibilitas Alat Ukur………...……...30

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...32

3.5.1 Populasi Sasaran...32

3.5.2 Karakteristik Populasi...32

3.6 Teknik Analisis Data...32

3.6.1 Faktor Hygiene...33

3.6.2 Faktor Motivator...33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian...34

4.1.1. Data Demografis Responden ...34

4.2. Hasil Penelitian...36

4.3. Pembahasan…...37

4.4. Diskusi……….....41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan...42

5.2. Saran…...42

5.2.1 Saran Teoretis...42

5.2.2 Saran Praktis...43

DAFTAR PUSTAKA...44

DAFTAR RUJUKAN...45

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Item Faktor Hygiene...23

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Item Faktor Motivator...24

Tabel 3.3 Nilai Skor Kuesioner Positif.............26

Tabel 3.4 Nilai Skor Kuesioner Negatif...26

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Guilford...31

Tabel 4.1 Data Jenis Kelamin Karyawan...34

Tabel 4.2 Data Usia Karyawan...35

Tabel 4.3 Data Bagian Pekerjaan Karyawan...35

Tabel 4.4 Data Masa Kerja Karyawan...36

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...12

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil Penelitian Hertzberg...16

Gambar 2.2 Perbandingan Teori Maslow dan Hertzberg...17

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kata Pengantar Kuesioner Motivasi Kerja

Lampiran 2 : Data Penunjang

Lampiran 3 : Kuesioner Motivasi Kerja

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Kesediaan Perusahaan

Lampiran 5 : Surat Pernyataan Kesediaan Responden

Lampiran 6 : Validitas Alat Ukur

Lampiran 7 : Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 8 : Kategorisasi Hasil Alat Ukur

Lampiran 9 : Sebaran Jawaban Responden Terhadap Item-item

Lampiran 10 : Hasil Kuadran

Lampiran 11 : Data Mentah

Lampiran 12 : Output SPSS

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan,

meningkatkan volume penjualan, dan mempertahankan kelangsungan perusahaan untuk

memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai haruslah melalui pelaksanaan yang tepat,

misalnya dengan menjalin hubungan yang baik antara perusahaan dan karyawan. Karyawan

sendiri merupakan pelaku perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif

dalam mewujudkan tujuan perusahaan (Hasibuan,2007).

Bisa diibaratkan karyawan itu menjadi roda penggerak dalam suatu perusahaan untuk

mencapai tujuannya dengan memiliki suatu motivasi kerja, tentunya akan memperbesar

peluang bagi karyawan itu untuk mencapai tujuannya juga. (Ashar Munandar,2008) Karyawan

sendiri memiliki pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat menentukan dedikasi, prestasi

kerja, dan motivasi terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Motivasi kerja merupakan

akibat suatu hasil dari tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang

bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Artinya,

apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk

memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya (Vroom,1994). Dengan

demikian perusahaan perlu memberikan target yang bisa dicapai oleh karyawan, dengan tetap

memelihara dan mengelola motivasi kerja para karyawannya agar selalu tinggi dan fokus pada

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu dan terampil dalam

bekerja, tetapi yang terpenting adalah karyawan mau bekerja dengan giat dan berkeinginan

untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan karyawan tidak akan

ada artinya bagi perusahaan jika karyawan tidak mau bekerja dengan giat, bisa dikatakan

perusahaan memerlukan karyawan yang memiliki motivasi dalam bekerja, karena motivasi

kerja merupakan hal yang penting bagi karyawan sebab motivasi kerja dapat menyalurkan dan

mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang

optimal yang bisa membuat karyawan bekerja dengan baik dan terintegrasi pada tujuan

perusahaan. Perusahaan perlu menjaga motivasi karyawan karena motivasi mendasari setiap

karyawan untuk bertindak dan melakukan sesuatu, dengan memiliki motivasi kerja yang tinggi

maka karyawan akan lebih giat didalam melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya dengan

motivasi kerja yang rendah, maka karyawan tidak mempunyai semangat bekerja, mudah

menyerah, dan kesulitan dalam melakukan pekerjaannya. (Hasibuan,2007)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik perusahaan konveksi baju anak “X” di

Kota Bandung, Perusahaan sudah berdiri sejak tahun 1979 dan merupakan perusahaan kecil

yang memproduksi baju dan celana anak-anak. Perusahaan ini dijalankan oleh seorang pemilik

perusahaan dan dibantu oleh seorang anak dari pemiliknya untuk mengawasi dan membantu

pemberian gaji karyawan.

Pada awalnya perusahaan ini hanya memiliki 6 orang karyawan saja, dan dalam

menjalankan perusahaan juga terdapat berbagai hambatan, misalnya masalah modal,

pemasaran, dan karyawan itu sendiri. Sampai saat ini perusahaan telah berjalan selama 36 tahun

(tahun 2015) perusahaan ini telah berkembang walaupun tidak begitu pesat, sekarang

perusahaan ini sudah bisa mengatasi permasalahan dalam modal dan pemasarannya, namun

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Perusahaan memiliki 30 orang karyawan tetap, yang terbagi menjadi 1 orang pria

sebagai tukang potong, 7 orang wanita sebagai bagian obras (bagian jahit obras adalah

karyawan yang menjahit dengan menghubungkan 2 jenis kain kaos. Biasanya mesin obras

digunakan untuk menjahit pinggir bagian pinggang sebelah dalam.), 7 orang wanita sebagai

bagian jahit, 1 orang pria sebagai bagian overdek (bagian overdek adalah karyawan yang

bekerja untuk menjahit lipatan. Permukaan atas berupa jahitan dengan 2 benang untuk melihat

jenis jahitan overdek bisa dilihat di kaos bagian bawah), 2 orang wanita sebagai bagian kancing,

3 orang wanita sebagai bagian pembersihan, dan 9 orang wanita sebagai bagian dalam

pengemasan.

Gambaran karyawan bekerja yaitu karyawan yang sudah memegang kain kaos bisa

menjahit atau mengobrasnya terlebih dahulu sesuai dengan bagiannya, lalu dilanjutkan ke

bagian overdek atau bagian potong, lalu kain kaos yang sudah berbentuk diberi kancing, dan

kain tersebut selanjutnya dikemas. Sedangkan bagian pembersihan terus melakukan

pembersihan sisa potongan kain di perusahaan tersebut. Dengan begitu bisa dikatakan setiap

pekerjaan karyawan saling berhubungan satu sama lain tetapi tidak ada bagian yang perlu

menunggu bagian lain selesai karena semua karyawan bekerja di bagiannya masing-masing.

Dalam mengatur para karyawannya, pemilik perusahaan ini menemukan beberapa

hambatan beberapa diantaranya adalah 26 orang karyawannya (86,6%) melakukan hal-hal yang

tidak disiplin misalnya dalam satu minggu hampir selalu ada karyawan yang tidak masuk

dengan alasan yang tidak jelas, banyak mengobrol saat jam kerja, bermain handphone, datang

telat saat waktu masuk pagi maupun masuk setelah istirahat, dan meninggalkan pekerjaan di

saat jam kerja misalnya untuk pergi merokok ke toilet. Dalam hal ini pemilik biasanya akan

memberikan peringatan dengan cara menegur dan memberikan peringatan kepada

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha tersebut. Pemilik mengeluhkan karyawannya yang kurang bekerja dengan giat karena kuantitas

produksinya jarang ada peningkatan.

Pemilik perusahaan tidak memberikan target kepada karyawannya, semuanya

diserahkan kepada karyawannya ingin menyelesaikan berapa banyak hal ini dikarenakan para

pemesan barang juga tidak menargetkan barang yang harus dihasilkan dalam seminggu, barang

yang dihasilkan adalah untuk dijadikan persediaan oleh pemesan tersebut sehingga tidak

dipatok oleh kuantitas dan waktu. Hal ini membuat hasil pekerjaan antara satu karyawan dengan

karyawan lainnya tidak seimbang dikarenakan memang tidak adanya kejelasan target, sehingga

ada karyawan yang bisa menyelesaikan tugasnya sebanyak 100 lusin per minggu, tapi ada juga

karyawan yang hanya bisa mengerjakan 30 lusin per minggu atau hasil pekerjaan karyawan

lebih banyak dari biasanya karena sedang diawasi oleh pemilik perusahaan. Gaji akan diberikan

kepada karyawan setelah satu minggu dengan menghitung berapa banyak hasil yang bisa

dikerjakan oleh karyawan tersebut. Waktu perusahaan ini beroperasi adalah pukul 8.00- 16.00

di hari Senin – Jumat sedangkan hari Sabtu hanya sampai jam 14.00. Adapun waktu istirahat

para pegawai itu dari pukul 11.30 – 12.15.

Berdasarkan atas wawancara dengan pemilik perusahaan tersebut dikarenakan

kurangnya kejelasan tujuan perusahaan misalnya tidak memberikan target kepada karyawannya

hal tersebut menimbulkan perilaku kerja karyawan yang negatif dan hal tersebut menunjukkan

kecenderungan rendahnya motivasi dalam bekerja karena harus selalu diawasi dan didorong.

Padahal seharusnya karyawan diharapkan memiliki motivasi kerja yang tinggi sehingga

bisa bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan produktivitas yang dihasilkan juga bisa lebih

meningkat dengan begitu pendapatan yang akan didapat oleh karyawan dan keuntungan yang

akan didapat oleh perusahaan akan sama – sama meningkat.

Agar bisa memotivasi karyawan seorang pemimpin harus mengetahui motif dan

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha individu untuk bekerja adalah dasar, dan sikap terhadap pekerjaan dapat menentukan

keberhasilan dan kegagalan. Dalam teorinya yang dinamakan teori motivation-hygiene yang

termasuk ke dalam faktor hygiene yaitu mutu pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi

fisik kerja, hubungan dengan rekan kerja, dan keamanan pekerjaan. Faktor hygiene ini pada

dasarnya untuk mengetahui tingkat kesejahteraan karyawan sedangkan faktor motivator untuk

para karyawan adalah faktor intrinsik dari pekerjaan itu sendiri dan yang termasuk ke dalam

faktor motivator yaitu kesempatan kenaikan pangkat, peluang pertumbuhan pribadi,

pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian. (Hertzberg dalam Robbins,2015).

Motivasi kerja karyawan akan tinggi karena faktor hygiene dan motivator ini sudah

terpenuhi oleh perusahaannya, karyawan akan merasakan kesejahteraan dan termotivasi ketika

bekerja, sebaliknya apabla perusahaan belum bisa memenuhi faktor hygiene dan motivatornya

maka motivasi kerja karyawan tersebut bisa dikatakan rendah karena karyawan belum

merasakan kesejahteraan dan tidak termotivasi ketika bekerja.

Maka dari itu penulis juga melakukan wawancara awal kepada delapan orang karyawan

perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung pada pertengahan tahun 2015, hal ini

dilakukan untuk mengetahui gambaran awal motivasi kerja yang dimiliki karyawan tersebut,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Sebanyak delapan orang karyawan (100%) menyatakan, bahwa pengawasan dari

atasannya baik, hal tersebut dikarenakan atasan mereka sering memberikan arahan, teguran,

dan masukan dengan cara yang baik dan mereka juga dapat menerimanya. Sebanyak delapan

orang karyawan (100%) menyatakan, bahwa pendapatan yang mereka peroleh itu belum cukup

untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka selama satu minggu, mereka tetap bekerja

dikarenakan pendapatan yang mereka peroleh tersebut bisa turut menambah pendapatan

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Mengenai kebijakan perusahaan, sebanyak delapan orang karyawan (100%) merasa

kebijakan perusahaan yang ada belum jelas, hal tersebut dikarenakan tidak adanya kejelasan

produksi yang harus dihasilkan dalam seminggu. Sebanyak delapan orang karyawan (100%)

menyatakan, kondisi fisik kerja mereka baik, hal tersebut dikarenakan tempat bekerja mereka

memiliki pencahayaan yang baik, ruang ibadah, kamar mandi yang layak, udara juga tidak

panas, walau sedikit sempit tapi tidak begitu berpengaruh pada pekerjaan, hal tersebut membuat

mereka tetap nyaman dalam bekerja.

Mengenai rekan kerja, 8 orang karyawan (100%) menyatakan, bahwa mereka

berinteraksi dengan baik antara karyawan yang satu dengan yang lain misalnya dengan saling

membantu, saling memberikan masukan atas pekerjaan yang dilakukan, saling mengajarkan

apabila ada karyawan yang baru, dan juga saling memberikan semangat. Sebanyak delapan

orang karyawan (100%) menyatakan, tidak ada kekhawatiran dalam bekerja karena atasan

mereka hampir tidak pernah melakukan pemecatan.

Mengenai kesempatan untuk naik pangkat, sebanyak 8 orang karyawan (100%)

menyatakan bahwa hal tersebut jarang dilakukan dan hanya berlaku bagi karyawan yang

bekerja dalam waktu yang lama. Sebanyak 5 orang karyawan (60%) menyatakan, bahwa

mendapatkan masukan dari atasan agar bisa bekerja lebih baik, sehingga mereka berusaha untuk

bekerja dengan lebih baik lagi, namun 3 orang karyawan (37,5%) lainnya merasa sudah baik

dalam bekerja sehingga tidak diberi masukan oleh atasannya.

Mengenai pengakuan yang diberikan sebanyak 6 orang karyawan (75%) menyatakan

tidak pernah mendapatkan tanggapan apa-apa atas hasil kerjanya, sedangkan 2 orang karyawan

(25%) pernah mendapatkan tanggapan berupa pujian atas hasil kerjanya dan hal ini membuat

mereka lebih bersemangat dalam bekerja. Sebanyak 8 orang karyawan (100%) menyatakan

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha pencapaian prestasi 8 orang karyawan (100%) menyatakan tidak mendapatkan penghargaan

dari perusahannya.

Dari uraian yang dipaparkan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti tingkat

motivasi kerja pada karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana tingkat motivasi kerja pada karyawan

perusahaan konveksi baju “X” anak di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai tingkat motivasi kerja pada karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang lebih

mendalam mengenai tingkat motivasi kerja pada karyawan perusahaan konveksi baju

anak “X” di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Memberikan informasi mengenai motivasi kerja ke dalam bidang ilmu Psikologi

Industri dan Organisasi pada pemilik perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha

 Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan

penelitian lanjutan mengenai studi deskriptif mengenai motivasi kerja.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada pemilik perusahaan konveksi baju anak “X” di

Kota Bandung mengenai tingkat motivasi kerja yang dimiliki oleh karyawan tersebut

berdasarkan atas dua faktor yang berperan yaitu faktor hygiene dan faktor motivator.

Agar informasi ini kedepannya dapat digunakan untuk membimbing karyawan yang

memiliki masalah dengan hal tersebut dalam rangka mencapai hasil kerja yang

optimal.

 Memberikan masukan kepada pemilik perusahaan konveksi baju anak “X” di

Kota Bandung agar dapat meningkatkan motivasi kerja karyawannya.

1.5. Kerangka Pikir

Karyawan merupakan roda penggerak suatu perusahaan untuk bersama-sama

mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Hal ini berlaku juga dengan karyawan

perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung yang ingin bekerja agar bisa memenuhi

keperluannya sehari-hari sedangkan perusahaan untuk bisa tetap berjalan dan memiliki

keuntungan.

Karyawan sendiri memiliki karakteristik biografis seperti umur (dari penelitian pekerja

lebih tua akan lebih merasa puas dengan pekerjaannya daripada pekerja yang lebih muda), jenis

kelamin (dari penelitian pekerja sering terjadi diskriminasi jenis kelamin sehingga turut

memengaruhi motivasi kerja seseorang), dan masa kerja (dari penelitian telah diketahui bahwa

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha senioritas berhubungan negatif dengan absen dan kemungkinan semakin kecil untuk keluar dari

tempatnya bekerja) (Robbins:2015)

Perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung ini merupakan perusahaan kecil

dan sederhana yang memiliki 30 orang karyawan yang memiliki bagiannya masing-masing.

Walaupun perusahaan ini kecil, tetapi dalam mengurus karyawan pemiliknya merasa kesulitan

dikarenakan kurangnya kedisiplinan bekerja.

Kurangnya kedisiplinan dalam bekerja menunjukkan bahwa karyawan tersebut tidak

memiliki gairah dalam bekerja, gairah dalam bekerja terlihat dari karyawan yang memiliki

pekerjaan yang membuatnya tertantang dan termotivasi. Bisa dikatakan bahwa gairah dalam

bekerja itu menggambarkan motivasi kerja seseorang.

Motivasi kerja sebenarnya bisa untuk mengarahkan potensi dari karyawan agar bisa

bekerja secara lebih produktif dan antusias sehingga bisa mencapai hasil yang optimal, dan bisa

membuat pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan menjadi lebih baik karena adanya integrasi

antara atasan dan bawahan dan bisa membuat karyawan menjadi lebih bertanggung jawab dan

mengoptimalkan pekerjaannya. Hertzberg menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan sikap

kerja yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja, (Hertzberg dalam

Robbins:2015). Motivasi kerja sendiri memiliki 2 aspek penting yaitu faktor hygiene dan faktor

motivator.

Faktor hygiene sendiri merupakan upaya-upaya untuk bisa menenangkan karyawan agar

bisa bekerja dengan nyaman dan sejahtera, hal itu terdapat dalam mutu

pengawasan(kemampuan atasan dalam pemberian dukungan, perhatian, dan pelibatan

karyawannya), gaji(upah yang diberikan kepada karyawan atas hasil kerjanya), kebijakan

perusahaan(ketetapan peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan), kondisi fisik kerja(keadaan

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha relasi kekompakan antar masing-masing karyawan), dan keamanan pekerjaan(ketidakhawatiran

sewaktu-waktu akan dipecat atau kecelakaan kerja)

Faktor motivator merupakan upaya-upaya untuk bisa memotivasi karyawan dengan

pekerjaan mereka, hal ini terdapat dalam kesempatan untuk naik pangkat(kesempatan karyawan

untuk bisa maju), peluang untuk pertumbuhan pribadi(kesempatan bagi karyawan untuk bisa

mengembangkan dirinya), pengakuan(tanggapan yang diberikan oleh atasan atas hasil

kerjanya), tanggung jawab(besar kecilnya pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan), dan

pencapaian(penghargaan yang diberikan oleh atasan terhadap prestasi kerja karyawan).

Karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung diharapkan memiliki

faktor hygiene dan faktor motivator yang tinggi, maka tampilan perilaku mereka tidak memiliki

banyak keluhan perihal mutu pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi fisik kerja,

hubungan dengan rekan kerja, dan keamanan pekerjaan, dan mereka juga termotivasi karena

perusahaan membuka kesempatan untuk naik pangkat, peluang pertumbuhan pribadi,

pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian yang baik. Karyawan akan merasa aman dan

nyaman dalam bekerja serta termotivasi untuk bekerja dengan lebih giat juga berusaha

mengoptimalkan kuantitas dan kualitas hasil kerjanya hal ini dikarenakan perusahaan telah

memenuhi kedua aspek motivasi kerja.

Apabila perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung memiliki faktor hygiene

yang tinggi dan faktor motivator yang rendah, maka tampilan perilaku mereka tidak memiliki

banyak keluhan perihal mutu pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi fisik kerja,

hubungan dengan rekan kerja, dan keamanan pekerjaan, namun mereka kurang termotivasi

karena perusahaan kurang membuka kesempatan untuk naik pangkat, peluang pertumbuhan

pribadi, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian . Karyawan hanya merasa sejahtera dan

nyaman dalam bekerja, namun kurang termotivasi untuk bekerja dengan giat dan karyawan

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha hanya memenuhi salah satu aspek motivasi kerja yaitu faktor hygiene namun belum memenuhi

faktor motivatornya.

Apabila perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung memiliki faktor hygiene

yang rendah dan faktor motivator yang tinggi, maka tampilan perilaku mereka memiliki banyak

keluhan perihal mutu pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi fisik kerja, hubungan

dengan rekan kerja, dan keamanan pekerjaan, namun mereka termotivasi karena perusahaan

membuka kesempatan untuk naik pangkat, peluang pertumbuhan pribadi, pengakuan, tanggung

jawab, dan pencapaian yang baik. Karyawan kurang merasa sejahtera dan nyaman dalam

bekerja, namun pada dasarnya karyawan sebenarnya termotivasi untuk bekerja dengan giat,

sehingga karyawan tampak banyak mengeluh dan motivasinya juga pada akhirnya menjadi

kurang terlihat. Hal ini dikarenakan perusahaan hanya memenuhi salah satu aspek motivasi

kerja yaitu faktor motivator namun belum memenuhi faktor hygiene-nya.

Sedangkan ketika perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung memiliki faktor

hygiene dan faktor motivator yang sama-sama rendah, maka tampilan perilaku mereka memiliki banyak keluhan perihal mutu pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi fisik kerja,

hubungan dengan rekan kerja, dan keamanan pekerjaan, mereka juga tidak termotivasi karena

perusahaan kurang membuka kesempatan untuk naik pangkat, peluang pertumbuhan pribadi,

pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian. Karyawan tidak merasakan kesejahteraan dan

kenyamanan dalam bekerja, serta kurang termotivasi untuk bekerja dengan giat, hal ini

dikarenakan perusahaan sama sekali tidak memenuhi baik faktor hygiene maupun faktor

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha Berikut adalah bagan mengenai penjelasan di atas:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Faktor – Faktor Motivator

- Kesempatan untuk naik

-Hubungan dengan rekan

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

• Motivasi kerja karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung

berbeda-beda derajat motivasinya.

• Motivasi kerja dapat diukur berdasarkan faktor hygiene dan faktor motivator.

• Karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung yang faktor hygiene

dan faktor motivator kerjanya tinggi, maka akan merasa sejahtera dalam bekerja sehingga

karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik.

• Karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung yang faktor

hygiene-nya tinggi sedangkan faktor motivator kerjahygiene-nya rendah, maka karyawan hahygiene-nya akan merasa

sejahtera dalam bekerja, namun tidak bisa termotivasi untuk bekerja lebih baik.

• Karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung yang faktor

hygiene-nya rendah sedangkan faktor motivator kerjahygiene-nya tinggi, maka pada dasarhygiene-nya karyawan

termotivasi dalam bekerja namun karena tidak merasa sejahtera dalam bekerja, motivasi

karyawan pun menjadi kurang terlihat.

• Karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota Bandung yang faktor hygiene

dan faktor motivator kerjanya rendah, maka karyawan akan merasa tidak sejahtera dan tidak

termotivasi untuk bekerja lebih baik.

• Karyawan sendiri memiliki karakteristik biografis seperti umur, jenis kelamin, dan

(23)

42

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan:

 Tingkat motivasi kerja pada karyawan perusahaan konveksi baju anak “X” di Kota

Bandung mayoritasnya berada pada Kuadran I dan Kuadran IV.

 Kuadran I menunjukkan bahwa karyawan merasa sangat termotivasi dan kurang

memiliki keluhan terhadap perusahaan.

 Kuadran IV yang menunjukkan bahwa karyawan tidak merasa termotivasi yang disertai

dengan banyaknya keluhan terhadap perusahaan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan melibatkan

faktor-faktor secara lebih terperinci yang ada dalam penelitian ini sehingga bisa

memperkaya dan menunjukkan pengaruhnya terhadap motivasi kerja, yaitu faktor

(24)

43

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis

Agar karyawan perusahaan konveksi baju “X” anak dapat memertahankan motivasi

kerjanya serta bisa terus meningkatkannya, maka peneliti menyarankan:

 Pemilik perusahaan perlu memberikan tujuan yang lebih jelas mengenai pekerjaan

karyawan di masing-masing bagian, misalnya dengan memberikan target produksi yang

harus dicapai setiap minggunya.

 Atasan juga perlu mengawasi dan memberikan perhatian kepada setiap karyawan,

misalnya dengan memberikan pujian atas prestasi yang telah dicapai oleh karyawan

yang berhasil mencapai target yang telah diberikan.

 Serta diadakan pelatihan rutin terhadap karyawan sehingga bisa lebih mengembangkan

kemampuannya. Bila diperlukan perusahaan bisa merotasi karyawan ke bagian yang

kurang lebih sama atau dengan bisa dengan mudah dikuasai agar bisa menghilangkan

(25)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA

KARYAWAN PERUSAHAAN KONVEKSI BAJU ANAK

“X”

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

EVELINE NRP: 1130018

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(26)
(27)
(28)

vii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama peneliti ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus

yang terkasih karena telah memberikan hikmat dan berkat dalam menyelesaikan penelitian yang

berjudul Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Kerja Pada Karyawan Perusahaan Konveksi Baju

Anak “X” Di Kota Bandung. Penelitian ini disusun untuk memenuhi Tugas Akhir di Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian ini jauh dari sempurna, meskipun

demikian, peneliti berusaha untuk menyusun dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu peneliti

mengharapkan saran dan kritik bagi penelitian ini.

Selama proses penyusunan ini, peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

sebab itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Dra. O. Irene Prameswari Edwina, M.Si. sebagai Dekan yang telah memberikan

kemudahan selama penulis menjalani studi.

2. Dra. Juliati Ardhi Santoso, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah

menyemangati dan memberikan dukungan selama penyusunan penelitian ini.

3. Gianti Gunawan, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak

memberikan masukan dan dukungan semangat selama penyusunan penelitian ini.

4. Selly Feransa, M.Psi., Psikolog selaku dosen yang telah banyak memberikan saran dan

bantuan selama proses penyusunan penelitian ini.

5. Keluarga peneliti, orang tua dan kakak – kakak semua yang memberikan dukungan penuh

baik dalam doa, moril, materil, dan semangat dalam proses penyelesaian penelitian ini.

6. Pemilik Perusahaan Konveksi “X” baju anak di Kota Bandung yang sudah memberikan izin

(29)

viii

7. Karyawan Perusahaan Konveksi “X” baju anak di Kota Bandung yang bersedia untuk

menjadi responden dalam penelitian, sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan lancer.

8. Jane Savitri, Msi., Psik sebagai dosen pengajar yang telah membimbing penulis dalam

penulisan Metodologi Penelitian Lanjutan.

9. Fundianto, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pengajar yang telah membimbing penulis dalam

penulisan Usulan Penelitian.

10. Seluruh dosen dan staf Pengajar Fakultas Psikologi UKM Bandung untuk segala bimbingan

dan bekal ilmu yang diberikan selama menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi UKM.

11. Kepada sahabat-sahabat peneliti, Jherrie Manjalie, Eunike Natalia, Intan Permatasari,

Debby Febrina, Effie Kurniati, Rahel Tanusaputra, Fransisca Caecillia, Yuliana Chandra dan

semua teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan berupa dukungan, semangat,

masukan dan informasi untuk penelitian ini.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, yang telah banyak

membantu serta mendukung penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya.

Akhir kata peneliti hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Tuhan

memberkati kita semua dan juga semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan

pihak-pihak yang membutuhkan.

Terima Kasih

(30)

44

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ivancevich & Matteson. (2002). Organizational Behavioral and Managament sixth edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies

Munandar, Ashar Sunyoto. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia

Robbins, P. Stephen. (2015). Perilaku Organisasi Edisi 16 Bahasa Indonesia Jakarta: Salemba Empat

(31)

45

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Gambar

Gambar 3. 1  Interpretasi Hasil Kuesioner................................................................................27

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh signifikan dari hubungan antara kecepatan, kelincahan, dan daya tahan kardiorespirasi terhadap keterampilan

Hasil analisis kondisi kelas X IPS 2 yang diajar oleh praktikan, sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Berhubung kegiatan PPL inihanya berlangsug hanya satu bulan,

Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair tempurung kelapa ( Cocos nucifera Linn ) dan lama penyimpanan beserta interaksinya dalam mempertahankan

3) Eksekusi Riil yang dalam praktek banyak dilakukan akan tetapi tidak diatur dalam HIR ( M.. Alur Kerangka Pemikiran. Putusan Majelis Hakim Keputusan Desa.. Suatu

Dengan diketahuinya hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dan suasana kerja dengan kinerja guru SMP Negeri Satu Atap Kerugmunggang Kecamatan Borobudur Kabupaten

a.) Barang yang diekspor telah memenuhi persyaratan Ketentuan Asal Barang. b.) Pelaksanaan ekspornya didukung dengan dokumen-dokumen yang benar dan diperlukan. c.) Pengisian

[r]

Metode penilitian yang digunakan adalah cyclic strategy dan metode prototype sebagai pengembangan sistemnya, sehingga diharapkan system yang dirancang sesuai dengan video