SKRIPSI
PENGARUH MINUMAN KOPI TERHADAP KUALITAS TIDUR MAHASISWA/I ANGKATAN 2015 FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh:
MITRA KHAIRANI 140100005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
MITRA KHAIRANI 140100005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Minuman Kopi Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa/i Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan serta bimbingan kepada penulis baik moral dan materil secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Admar Djas, Apt. Msc selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis, meluangkan waktu, tenaga, dan ide pikiran, serta memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat.
3. dr. Adelina Haryani Sinambela, MKT dan Drs. Wakidi, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan nasihat dan saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat.
4. Orangtua tercinta Ayahanda Alm. H. Amir Hasan Rambe dan Ibunda Hj.
Dra. Rahimah yang selalu memberikan kasih sayang, doa, bimbingan dan dukungan.
5. Kakak-kakak penulis yaitu Ahmad Budiman Rambe, Mandala Putra dan Junita Nasution serta keluarga besar yang selalu setia memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
6. Rekan-rekan penulis yaitu Febriana, Inggrid, Devi, Anita yang selalu ada dalam memberikan kritik, saran dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
iii
7. Anggota TBM FK USU yang telah mendukung dan menyemangati penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa FK USU tahun angkatan 2014 yang telah memberi saran, kritik dan dukungan moril dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan bantuan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu Kedokteran dan Kesehatan dan juga bagi penulis sendiri.
Medan, 14 Desember 2017
Mitra Khairani 140100005
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi... iv
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
Daftar Singkatan... viii
Abstrak ... ix
Abstract ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3. 1. Tujuan Umum ... 3
1.3. 2. Tujuan Khusus ... 3
1.4. Hipotesis ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Tidur ... 5
2.1.1. Definisi ... 5
2.1.2. Fisiologi Tidur ... 5
2.1.3. Fase Tidur ... 6
2.1.4. Gangguan Tidur ... 8
2.2 Kualitas Tidur... 8
2.2.1 Definisi ... 8
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur ... 9
2.3 Metode Pengukuran Kualitas Tidur ... 11
2.4 Kopi ... 14
2.5 Kafein ... 15
v
2.5.1 Definisi dan Struktur Kimia ... 15
2.5.2 Manfaat dan Kegunaan ... 15
2.5.3 Farmakodinamik ... 16
2.5.4 Farmakokinetik ... 16
2.6 Efek Kafein Dengan Kualitas Tidur ... 17
2.7 Kerangka Teori... 20
2.8 Kerangka Konsep ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1. Rancangan Penelitian ... 22
3.2. Lokasi Peneltian ... 22
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
3.3.1 Populasi Penelitian ... 22
3.3.2 Sampel Penelitian ... 24
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24
3.5. Metode Analisis Data ... 24
3.6. Variable dan Definisi Operasional ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1. Kesimpulan ... 35
5.2. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
LAMPIRAN... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Struktur Kimia Kafein 1,3,7 – trimethylxanthine 15
2.2 Bagan Kerangka Teori 20
2.3 Bagan Kerangka Konsep 21
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Ringkasan Jumlah kafein berdasarkan kategori 19 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian 27 5.2 Distribusi Gangguan Tidur Ketika Tidur
Malam
29
5.3 Hubungan Konsumsi Kopi dan Kualitas Tidur 30
DAFTAR SINGKATAN
CNS : Central Nervous System
SSP : Sistem Saraf Pusat
EEG : Electroencephalographic
REM : Rapid Eye Movement
NREM : Non- Rapid Eye Movement
Hz : Hertz
LVMF : Low Voltage Mix Frequencies
EOG : Electrooculography
EMG : Electromyography
EM : Eye Movement
PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index PGD2 : Prostaglandin D2
ix
ABSTRAK
Latar Belakang. Kafein merupakan keluarga dari golongan metilxatin yang banyak terkandung pada beberapa makanan, minuman, obat-obatan dan suplemen. Kafein secara alami terdapat terutama pada tanaman kopi, buah coklat, dan daun teh. Dapat juga ditemukan pada minuman berkarbonasi dan suplemen penambah energy. Konsumsi kopi juga nampaknya menjadi tren di kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa Indonesia untuk memberikan stimulasi, menambah energi dan menghilangkan kantuk saat menjelang ujian. Mengkonsumsi kafein sebelum tidur dapat menurunkan atau mengganggu waktu tidur, meningkatkan jam tidur dan bangun tidur lebih awal. Tujuan. penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui efek mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein terhadap kualitas tidur pada mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode cross sectional terhadap 100 mahasiswa/i angkatan 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penilaian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan dengan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index. Hasil. Pada mahasiswa/i yang mengonsumsi kopi didapatkan kualitas tidur baik sebesar 24%, kualitas tidur buruk sebesar 81,3%. Pada mahasiswa/i yang tidak mengonsumsi kopi didapatkan kualitas tidur baik sebesar 76%, kualitas tidur buruk sebesar 18,7%. Paling banyak gangguan tidur dikarenakan tidak dapat tidur dalam 30 menit sejak berbaring <1 kali seminggu sebesar 29%, terbangun di tengah malam 1-2 kali seminggu sebesar 32%. Paling banyak responden menjawab tidak pernah untuk terbangun ke toilet sebesar 42%, tidak pernah kesulitan bernafas sebesar 67%, tidak pernah batuk atau mengorok sebesar 65%, tidak pernah kedinginan di malam hari sebesar 41%, tidak pernah kepanasan di malam hari sebesar 50%, tidak pernah mimpi buruk sebesar 41%, tidak pernah terasa nyeri sebesar 69%. Pada analisis data mengonsumsi kopi berhubungan dengan kualitas tidur (nilai p = 0,0001). Kesimpulan. Terdapat pengaruh antara konsumsi kopi dengan kualitas tidur pada mahasiswa/i Angkatan 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kata Kunci : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Kopi, Kualitas Tidur
ABSTRACT
Background. Caffeine is a family of methylxatin classes that is contained in some foods, drinks, medicines and supplements. Naturally, Caffeine exists primarily in coffee plants, cacao, and tealeaves. It also can be found in carbonated drinks and energy enhancement supplements. Coffee consumption also seems to be a trend among young people, school students and college students of Indonesia to provide them stimulation, enhance energy and eliminate sleepiness before the exam.
Consuming caffeine before going to bed can reduce or interfere the sleep time, increasing the amount of sleep time and wake up early. Purpose. The aim of this study is to know the effect of consuming drinks which containing caffeine to the sleep quality at students of Medical Faculty in academic year of 2015, University of Sumatera Utara. Method. This research is analytic research with cross sectional method to 100 students of Medical Faculty in academic year of 2015, University of Sumatera Utara. This research adjusted with inclusion and exclusion criteria and by using the PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) questionnaire. Results. The students who consume coffee obtained the good sleep quality is 24%, bad sleep quality is 81,3%. The students which are not consuming coffee is obtained good sleep quality is 76%, the bad sleep quality is 18,7 %. Most sleep disturbance due to not being able to sleep in first 30 minutes since lie down <1 time a week is 29%, wake up in middle of the night as much as 1-2 times a week is 32%. Most of respondents replied never for awakened to the toilet is 42%, never breathing in difficulty is 67%, never coughing or snoring is 65%, never cold in the night is 41%, never overheating in the night is 50%, never getting a nightmare is 41%, never feeling pain is 69%. On data analysis, consuming coffee related to the sleep quality (value p = 0.0001). Conclusion . There are influences between coffee consumption to the sleep quality on students of Medical Faculty in academic year of 2015, University of Sumatera Utara.
Keywords: Coffee, Medical Faculty of University of Sumatera Utara, Sleep Quality
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kafein adalah stimulansia terhadap CNS (SSP) yang banyak ditemukan dalam minuman seperti kopi dan teh dikonsumsi oleh masyarakat luas. Minuman kopi dan teh umumnya dipergunakan sebagai penambah semangat meningkatkan konsentrasi dan menghilangkan rasa lelah (Watson et al., 2016). Kafein adalah zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia, di Indonesia lebih dari 50% dan di Amerika Serikat diperkirakan 85% mengkonsumsi minuman berkafein sehari-hari (Mitchell et al., 2014).
Kopi merupakan salah satu sumber kafein yang dominan tersebar luas dan dapat diperoleh secara bebas, disamping produk lain seperti minuman energi, cocoa dan softdrink. Pengaruh gaya hidup dan semakin maraknya cafe serta kedai kopi memberikan kontribusi dalam peningkatan jumlah konsumen kopi (Liveina, 2013).
Menurut National Coffee Association United States tahun 2011, terdapat peningkatan konsumsi kopi harian pada remaja usia 18-24 tahun. Konsumsi kopi sebagai sumber utama kafein meningkat sebesar 98% dalam 10 tahun terakhir di Indonesia (Ingrouille, 2013).
Konsumsi kopi juga nampaknya menjadi tren di kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa Indonesia untuk memberikan stimulasi, menambah energi dan menghilangkan kantuk saat menjelang ujian (Liveina, 2013). Studi deskriptif menunjukkan bahwa 34,3% peminum minuman energi yang mengandung kafein mengaku mengalami efek samping diantaranya gangguan kardiovaskuler, palpitasi, insomnia, nyeri kepala, tremor, gelisah, serta mual dan muntah. Selain itu, konsumsi kafein secara rutin dapat menimbulkan ketergantungan (Bawazeer and Alsobahi, 2013).
Kafein biasanya memperpanjang latensi tidur, mengurangi total waktu tidur, efisiensi tidur, dan memperburuk kualitas tidur. Aktivitas Slow wave sleep dan Electroencephalographic (EEG) Slow wave sleep biasanya berkurang, sedangkan tahap 1 meningkat (Clark dan Landolt, 2017). Tidur adalah suatu keadaan di mana kesadaran seseorang akan sesuatu menjadi turun, namun aktivitas otak tetap memainkan peran yang luar biasa dalam mengatur fungsi pencernaan, aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta fungsi kekebalan, dalam memberikan energi pada tubuh dan dalam pemrosesan kognitif, termasuk dalam penyimpanan, penataan, dan pembacaan informasi yang disimpan dalam otak, serta perolehan informasi saat terjaga (Maas, 2002). Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun (Nashori dan Diana, 2005).
Kualitas tidur merupakan gambaran secara subyektif yang menjelaskan tentang kemampuan untuk mempertahankan waktu tidur serta tidak adanya gangguan yang dialami selama periode tidur yang secara subyektif diukur dengan menggunakan kuesioner standar dan pengukuran secara obyektif dengan menggunakan polygraph atau berdasarkan observasi (Arifin, 2011). Tidur adalah kebutuhan individual dan dapat berbeda dari orang ke orang. Orang dewasa tidur selama 7-9 jam per malam (Hirshkowitz et al., 2015).
Manfaat tidur tidak hanya tergantung pada total waktu tidur, tetapi juga kualitas tidur, yang diukur dengan variabel seperti efisiensi tidur, dan latensi tidur. Pada orang dewasa ada sejumlah studi eksperimental yang menyelidiki asupan kafein dan pengaruhnya pada tidur, dan penelitian eksperimental sebelumnya menemukan bahwa konsumsi kafein dapat berdampak pada kualitas tidur. Penelitian eksperimental di laboratorium telah menunjukkan bahwa ketika minuman yang mengandung kafein dikonsumsi satu sampai tiga jam sebelum waktu tidur mengurangi efisiensi tidur, mengurangi waktu tidur total, dan meningkatkan latensi tidur (Watson et al., 2016).
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh minuman kopi terhadap kualitas tidur mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat pengaruh minuman kopi terhadap kualitas tidur mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui kualitas tidur mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015 yang mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein
b. Untuk mengetahui kualitas tidur mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015 yang tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein
c.Untuk mengetahui gangguan tidur malam pada mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015
1.4 HIPOTESIS
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ada pengaruh mengkonsumsi minuman kopi terhadap kualitas tidur mahasiswa/i angkatan 2015.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Bagi Peneliti
Memberikan peluang bagi peneliti untuk mendalami pengetahuan dan wawasan tentang minuman kopi dan kualitas tidur
Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan sebagai dasar referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengaruh minuman kopi terhadap kualitas tidur
Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh minuman kopi terhadap kualitas tidur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TIDUR
2.1.1 Definisi Tidur
Tidur merupakan kondisi istirahat yang alami dan periodik bagi jiwa dan tubuh dengan mata terpejam (Sembulingam K, 2013). Tidur adalah keadaan istirahat yang merupakan proses pertumbuhan dan penyembuhan yang sangat penting bagi perkembangan kesehatan dari fungsi kognitif, emosional, dan sosial. Pada orang dewasa muda dan remaja, perkembangannya untuk pematangan sistem homeostasis dan irama sirkardian, di saat tidur dapat dipastikan terjadinya pergeseran waktu tidur menuju penundaan waktu tidur yang dipengaruhi oleh psikososial dan dapat mengurangi total durasi tidur (Sembulingam K, 2013). Kebutuhan tidur rata – rata bagi remaja sebanyak 8,5 – 9 jam sehari (Herdiman, 2015).
Tidur dianggap sebagai suatu perlindungan bagi tubuh untuk menghindarkan pengaruh – pengaruh yang merugikan kesehatan akibat kurang tidur. Tubuh dapat memulihkan kondisi tubuh secara fisiologis maupun psikis. Tidur yang cukup akan membuat tubuh segar ketika bangun pagi dan siap melakukan berbagai aktivitas sepanjang hari dari pagi hingga malam (Rossa et al., 2014)
2.1.2 Fisiologi Tidur
Tidur terbagi menjadi dua bagian yaitu tidur dengan gerakan bola mata yang cepat atau tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur tanpa gerakan bola mata atau tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM).
Tidur REM merupakan tidur yang disertai dengan konyugat bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua orang akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki – laki terjadi ereksi penis. Meskipun bola mata bergerak – bergerak, tidur tersebut merupakan tidur yang
dalam. Tidur ini dinamakan tidur paradoksal karena hal ini bersifat paradoks, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya meningkat (Ganong, 2008).
Tidur REM menempati sekitar 20-30% dari periode tidur. Secara fungsional tidur REM sangat penting karena memainkan peranan yang penting untuk konsolidasi memori. Mimpi sering terjadi selama periode ini (Sembulingam K, 2013).
Tidur NREM merupakan tidur tanpa gerakan bola mata. Mimpi tidak terjadi pada tipe tidur ini, dan tidur NREM menempati sekitar 70-80% dari periode total tidur.
Berdasarkan studi pola gelombang otak, NREM terbagi menjadi beberapa tingkat dimulai dari keadaan mengantuk sampai tidur nyenyak (Sembulingam K, 2013).
2.1.3 Fase Tidur
Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase yaitu:
a) Tahapan terjaga
Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan subjek dalam keadaan tenang, mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa (8– 12,5 Hz) mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi dan beberapa gerakan mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima sampai sepuluh menit (Markov dan Goldman, 2006).
b) Fase 1
Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke fase tidur disebut juga twilight sensation. Fase ini ditandai dengan berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang theta (4 - 7 Hz), atau disebut juga gelombang low voltage mix frequencies (LVMF). Pada Electrooculography (EOG) tidak tampak kedip mata atau REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi penurunan potensial Electromyography (EMG). Pada orang normal fase 1 ini tidak berlangsung lama yaitu antara lima sampai sepuluh menit kemudian memasuki fase berikutnya.
Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K (Markov dan Goldman, 2006).
7
c) Fase 2
Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG (Electroencephalography), sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%).
Elektrokulogram sama sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah dari fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20 sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu (Markov and Goldman, 2006).
d) Fase 3
Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%) dan gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama pada dewasa tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa muda setelah 5 – 10 menit fase 3 akan diikuti fase 4 (Markov and Goldman, 2006).
e) Fase 4
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang delta (gelombang delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2. Pada fase 4 ini berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit (Markov and Goldman, 2006).
f) Fase REM
Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta tetapi oleh LVM seperti fase 1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan gambaran EMG tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering dinamakan fase REM yang biasanya berlangsung 10 –15 menit. Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu 90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai fase 4 yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali fase REM kedua yang biasanya lebih lama dari eye movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama. Keadaan ini akan berulang kembali setiap 75 – 90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat , fase 2 menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4 – 5 kali setiap malam dengan irama yang teratur sehingga orang normal dengan
lama tidur 7 – 8 jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75 – 90 menit (Markov and Goldman, 2006).
2.1.4 Gangguan Tidur
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III), gangguan tidur secara garis besar dibagi dua, yaitu dissomnia dan parasomnia (Masdim, 2013). Penggolongan gangguan tidur lain berdasarkan PPDGJ III adalah gangguan tidur organik, gangguan nonpsikogenik termasuk narkolepsi dan katapleksi, apnea waktu tidur, gangguan pergerakan episodik termasuk mioklonus nokturnal, dan enuresis (Masdim, 2013).
Menurut American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) gangguan tidur dibagi menjadi insomnia, hipersomnia, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan (Obstructive Sleep Apnoe Hypopnea, Central Sleep Apnea, Sleep-Related Hypoventilation), gangguan tidur irama sirkadian, gangguan munculnya tidur NREM, gangguan mimpi buruk, gangguan tidur REM, restless legs syndrome, gangguan tidur terkait kondisi medis, dan gangguan tidur yang diinduksi zat (Thorpy, 2012).
2.2 KUALITAS TIDUR 2.2.1 Definisi
Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai domain, antara lain subyektif kualitas tidur, penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur (Buysee DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, 1989).
Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai adalah waktu dari tidur yang sebenarnya yang dialami seseorang pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan waktu yang dihabiskan di ranjang. Pada penilaian terhadap gangguan tidur dinilai apakah seseorang terbangun tidur pada tengah malam atau bangun pagi terlalu
9
cepat, bangun untuk pergi ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa sakit, dan alasan lain yang mengganggu tidur (Buysee DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, 1989).
Penilaian terhadap masa laten tidur dinilai berapa menit yang dihabiskan seseorang di tempat tidur sebelum akhirnya dapat tertidur dan apakah orang tersebut tidak dapat tidur selama 30 menit. Selanjutnya, penilaian terhadap disfungsi tidur pada siang hari dinilai apakah selama sebulan yang lalu, seberapa sering timbul masalah yang mengganggu anda tetap terjaga sadar saat mengendarai kendaraan, makan, dan beraktifitas sosial, serta dinilai juga berapa banyak masalah yang membuat seseorang tidak antusias untuk menyelesaikannya dalam sebulan. Pada penilaian terhadap efisiensi tidur dinilai waktu seseorang biasanya mulai tidur pada malam hari selama sebulan, dan waktu seseorang biasanya bangun pada pagi hari selama sebulan, serta dinilai juga waktu seseorang tertidur pulas pada malam hari selama sebulan. Pada penilaian terhadap kualitas tidur dinilai bagaimana seseorang menilai rata-rata kualitas tidurnya. Penilaian terhadap penggunaan kualitas tidur hanya ditujukan pada penilaian seberapa sering seseorang mengkonsumsi obat-obatan untuk membantu tidur dalam sebulan (Buysee DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, 1989)
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur 1. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan masalah pernapasan dapat menggangu tidurnya, napas yang pendek membuat orang sulit tidur dan orang yang memiliki kongesti di hidung dan adanya drainase sinus mungkin mengalami gangguan untuk bernapas dan sulit untuk tertidur (Barbara Kozier, Sharon Harvey, 2004). Penderita diabetes melitus sering mengalami nokturia atau berkemih di malam hari sehingga terganggu waktu tidurnya, hal ini dapat mengganggu siklus tidur.
Begitu juga seseorang yang memiliki penyakit maag, tidurnya akan terganggu karena nyeri lambung yang dirasakan (Harkreader H, MA dan M., 2007).
2. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang berada dapat mempengaruhi tidurnya. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Seseorang lebih nyaman tidur sendiri atau bersama orang lain, teman tidur dapat mengganggu tidur jika ia mendengkur (Possttemir PA, 2005).
Harkreader, Hogan, & Thobaben mengungkapkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang kurang familiar untuk tidur bagi kebanyakan pasien. Suara bising, cahaya lampu, tempat tidur dan suhu yang kurang nyaman, kurangnya privasi dan kontrol, kecemasan dan kekhawatiran serta deprivasi tidur dapat menimbulkan masalah tidur pada pasien yang dirawat di rumah sakit (Harkreader H et al., 2007).
Ketidaknyamanan dari suhu lingkungan dan kurangnya ventilasi dapat mempengaruhi kualitas tidur (Barbara Kozier, dan Sharon Harvey, 2004).
3. Latihan fisik dan Kelelahan
Seseorang yang melakukan olahraga pada siang hari akan mudah tertidur di malam harinya. Meningkatnya latihan fisik akan meningkatkan kualitas tidur (Harkreader H, MA dan M., 2007). Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan akibat kerja yang meletihkan atau penuh stress akan membuat kesulitan tidur (Possttemir PA, 2005).
4. Stres Emosional
Kecemasan dan depresi yang terjadi secara terus menerus dapat terganggu tidur.
Cemas dapat meningkatkan kadar norepinefrin melalui stimulasi sistem saraf simpatik (Barbara Kozier, dan Sharon Harvey, 2004).
5. Gaya Hidup dan Kebiasaan
Kebiasaan sebelum tidur dapat mempengaruhi tidur seseorang. Seseorang akan mudah tertidur jika kebiasaan sebelum tidurnya sudah terpenuhi, seperti berdoa sebelum tidur, menyikat gigi, minum susu, dan lain-lain. Pola gaya hidup dapat mempengaruhi jadwal tidur-bangun seseorang seperti pekerjaan dan aktivitas lainnya.
11
Waktu tidur dan bangun yang teratur merupakan hal yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas tidur dan mensinkronisasikan irama sirkardian (RF dan CJ, 2000).
6. Obat-obatan dan Zat-zat Kimia
Terdapat beberapa obat yang mempunyai efek samping atau insomnia dan menyebabkan kelelahan (Possttemir PA, 2005). Narkotik seperti morfin, dan kodein dapat meningkatkan waktu tidur dan mengantuk (Barbara Kozier, dan Sharon Harvey, 2004).
7. Diet dan Kalori
Makan makanan berat, dan berbumbu pada malam hari dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang akan mengganggu tidur (Possttemir PA, 2005). Kehilangan berat badan berkaitan dengan penurunan waktu tidur total, terganggunya tidur dan bangun lebih awal. Sedangkan, kelebihan berat badan akan meningkatkan waktu tidur total (Barbara Kozier, Sharon Harvey, 2004).
2.3 METODE PENGUKURAN KUALITAS TIDUR
Pengukuran kualitas tidur dapat dilakukan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI terdiri dari 10 pertanyaan yang dijawab sendiri dan 5 pertanyaan yang dijawab oleh teman sekamar (hanya pertanyaan yang dijawab sendiri yang digunakan dalam penilaian). 10 pertanyaan tergabung dalam 7 domain diantaranya kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, kecukupan tidur, durasi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan masalah tidur pada siang hari (Buysee DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, 1989).
1. Kualitas tidur secara subjektif. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 6 dalam PSQI, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, bagaimana Anda menilai kualitas tidur Anda secara keseluruhan?”. Kriteria penilaian disesuaikan dengan pilihan jawaban responden sebagai berikut. Sangat baik: 0, cukup baik:1, cukup buruk: 2, sangat buruk: 3, skala: ordinal.
2. Latensi tidur. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 2 dalam PSQI, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, berapa lama (dalam menit) biasanya waktu yang Anda perlukan untuk dapat jatuh tertidur setiap malam?”, dan pertanyaan nomor 5a, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami kesulitan tidur karena Anda tidak dapat tertidur dalam waktu 30 menit setelah pergi ke tempat tidur?” Masing-masing pertanyaan tersebut memiliki skor 0-3, yang kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor latensi tidur. Jumlah skor tersebut disesuaikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut. Skor latensi tidur 0: 0, skor latensi tidur 1-2: 1, skor latensi tidur 3-4: 2, skor latensi tidur 5-6: 3, skala: ordinal.
3. Durasi tidur. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 4 dalam PSQI, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, berapa jam Anda benar-benar tidur di malam hari?” Jawaban responden dikelompokkan dalam 4 kategori dengan kriteria penilaian sebagai berikut. Durasi tidur >7 jam:0, durasi tidur 6-7 jam:1, durasi tidur 5-6 jam:2, durasi tidur <5 jam: 3, skala: ordinal.
4. Efisiensi tidur sehari-hari. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 1, 3, dan 4 dalam PSQI mengenai jam tidur malam dan bangun pagi serta durasi tidur. Jawaban responden kemudian dihitung dengan rumus: Hasil perhitungan dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori dengan kriteria penilaian sebagai berikut. Efisiensi tidur >85%: 0, efisiensi tidur 75-84%: 1, efisiensi tidur 65- 74%: 2, efisiensi tidur <65%: 3, skala: ordinal.
5. Gangguan tidur. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 5b –5j dalam PSQI, yang terdiri dari hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Tiap item memiliki skor 0-3, dengan 0 berarti tidak pernah sama sekali dan 3 berarti sangat sering dalam sebulan. Skor kemudian dijumlahkan sehingga dapat diperoleh skor gangguan tidur. Jumlah skor tersebut dikelompokkan sesuai kriteria penilaian sebagai berikut. Skor gangguan tidur 0: 0, skor gangguan tidur 1-9: 1, skor gangguan tidur 10-18: 2, skor gangguan tidur 19-27: 3, skala:
ordinal.
13
6. Penggunaan obat tidur. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 7 dalam PSQI, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda mengkonsumsi obat-obatan (dengan atau tanpa resep dokter) untuk membantu Anda tidur?” Kriteria penilaian disesuaikan dengan pilihan jawaban responden sebagai berikut. Tidak pernah sama sekali: 0, kurang dari sekali dalam seminggu: 1, satu atau dua kali seminggu: 2, tiga kali atau lebih seminggu: 3, skala:
ordinal.
7. Disfungsi aktivitas siang hari. Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 8 dalam PSQI, yang berbunyi: “Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami kesulitan untuk tetap terjaga ketika sedang mengemudi, makan, atau melakukan aktivitas sosial?”, dan pertanyaan nomor 9, yang berbunyi:
“Selama sebulan terakhir, seberapa besar menjadi masalah bagi Anda untuk menjaga antusiasme yang cukup dalam menyelesaikan sesuatu?” Setiap pertanyaan memiliki skor 0-3, yang kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor disfungsi aktivitas siang hari. Jumlah skor tersebut disesuaikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut.
Skor disfungsi aktivitas siang hari 0: 0, skor disfungsi aktivitas siang hari 1-2: 1, skor disfungsi aktivitas siang hari 3-4: 2, skor disfungsi aktivitas siang hari 5-6: 3, skala:
ordinal.
PSQI menghasilkan tujuh skor yang berkorenspondensi dengan domain-domain kualitas tidur. Skor setiap komponen dimulai dari 0 (tidak sulit) sampai 3 (sangat sulit). Skor dari setiap komponen akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total (antara 0-21). Bila skor total dari PSQI >5, maka kualitas tidur dari pasien adalah buruk, demikian sebaliknya. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner PSQI, dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk menyelesaikannya. PSQI ini sendiri telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%. Reliabilitas dari kuesioner ini juga telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83 (Buysee DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, 1989).
2.4 KOPI
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Raharjo, 2012).
Sistematika tanaman kopi menurut USDA (Agriculture, 2002) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea L.
Spesies : Coffea arabica L.
Coffea robusta
2.5 KAFEIN
2.5.1 Definisi dan Struktur Kimia
Kafein merupakan keluarga dari golongan methylxanthine yang banyak terkandung pada beberapa makanan, minuman, obat-obatan dan suplemen (Sugiyono et al., 2011). Kafein secara alami terdapat terutama pada tanaman kopi, buah coklat, dan daun teh. Dapat juga ditemukan pada minuman berkarbonasi dan suplemen penambah energi (Heckman et al., 2010). Muchtadi, menyatakan bahwa kafein dapat
15
larut dalam air dan memiliki aroma wangi dan menarik namun memberikan cita rasa yang pahit (Mumin et al., 2006).
Gambar 2.1. Struktur Kimia Kafein 1,3,7 – trimethylxanthine (James dan Rogers, 2005). Kafein dalam bentuk murni muncul sebagai bedak kristal putih yang pahit dan tidak berbau. Rumus kimianya adalah C8H10N4O2 dan memiliki nama kimia 1,3,7- trimethylxanthine. Nama International Union of Pure and Applied Chemistry untuk kafein adalah 1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6(3H,7H)-dione (Spriet, 2014).
2.5.2 Manfaat dan Kegunaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Smith & Roger kafein dapat meningkatkan kecerdasan sesaat dan kewaspadaan mental seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa minum minuman berkafein sepanjang hari dapat meningkatkan kewaspadaan pikiran, Sehingga kafein sering dikombinasikan dalam minuman berenergi untuk meningkatkan kinerja mental lebih baik (Agha Aghili et al., 2014).
Menurut American College of Sport Medicine, kafein dapat meningkatkan kekuatan fisik dan daya tahan, dan mungkin menunda kelelahan. Penggunaan kafein juga dapat mengurangi perasaan lelah dan meningkatkan kinerja selama kegiatan berdiskusi dan juga olahraga seperti bersepeda, berjalan, bermain sepak bola, dan
golf. Namun kafein tampaknya tidak meningkatkan kinerja selama jangka pendek, intensitas tinggi latihan seperti berlari dan mengangkat (Keijzers et al., 2002).
2.5.3 Farmakodinamik
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus, merangsang susunan syaraf pusat, otot jantung dan meningkatkan diuresis.
Pengaruh kafein pada pembuluh darah dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah (Suyono, 2016).
International Food Information Council pada tahun 2008 mengkaji beberapa dampak positif mengkonsumsi kafein seperti mengurangi resiko penyakit diabetes melitus tipe II (Keijzers et al., 2002). Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang telah dilakukan oleh Keijzers bahwa kafein dapat meningkatkan metabolisme glukosa (Keijzers et al., 2002).
2.5.4 Farmakokinetik
Kafein diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus halus dalam waktu 45 menit setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang dewasa sehat, sekitar setengah dari kafein itu hilang dalam waktu 4-6 jam dan 75%
dibersihkan dalam waktu 6-7 jam. Sedangkan pada wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapannya adalah 5-10 jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang yaitu 30 jam (Lesher, 2014).
Kadar eliminasi methylxanthine bervariasi di antara individu karena pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga perbedaan dapat mencapai empat kali lipat.
Metabolisme zat ini juga dipengaruhi oleh agen lain atau penyakit khusus. Misalnya, merokok dan kontrasepsi oral menyebabkan peningkatan yang kecil tapi nyata terhadap eliminasi methylxanthine. Waktu paruh theophylline dapat meningkat dengan signifikan pada penderita sirosis hati, payah jantung, atau edema paru akut, dengan nilai melebihi 60 jam pernah dilaporkan (Lesher, 2014).
17
2.6 EFEK KAFEIN DENGAN KUALITAS TIDUR
Mengkonsumsi kafein sebelum tidur dapat menurunkan atau mengganggu waktu tidur, meningkatkan jam tidur dan bangun tidur lebih awal (Huang et al., 2005).
Kafein dihubungkan dengan penurunan frekuensi dari gelombang alpha, beta dan theta selama tidur (Huang et al., 2005). Alasan yang mungkin untuk efek kafein pada tidur berasal dari peran adenosin. Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja utama kafein yaitu menghambat reseptor adenosin. Adenosin merupakan neurotransmiter yang efeknya mengurangi aktivitas sel terutama sel saraf. Oleh sebab itu, apabila reseptor adenosin berikatan dengan kafein, efek yang berlawanan dihasilkan, lantas menjelaskan efek stimulan kafein (Stone, Prussin dan Metcalfe, 2011).
Sebuah studi di harvard menunjukkan bahwa adenosin adalah homeostatis faktor tidur, yang berarti bahwa adenosin berperan dalam mempertahankan siklus tidur alami tubuh. Hal ini mungkin dicapai karena terjadi peningkatan kadar adenosin pada orang yang terjaga berkepanjangan (Huang et al., 2005). Struktur yang paling penting untuk proses siklus tidur adalah basal kolinergik pada otak depan, yang berfungsi sebagai pusat mediasi adenosin untuk mengendalikan tingkat kadar adenosin. Reseptor A2A ditemukan dibawah rostal otak depan juga mungkin memiliki peran penting, terutama dalam efek adenosin yang melibatkan reseptor prostaglandin D2 (PGD2), sekelompok lipid reseptor peraturan. Ini adalah sangat menarik karena reseptor PGD2 ditemukan di dua lokasi; otak, seperti yang diharapkan, tetapi juga dalam sel mast. Sel mast memiliki peran dalam alergi karena mengandung histamin. Peran penting dari sel mast adalah untuk memperbaiki luka dan pertahanan tubuh terhadap pathogen (Stone, Prussin dan Metcalfe, 2011).
Hubungan ini meski belum sepenuhnya dipahami, mungkin menujukkan hubungan antar menghambat adenosine dan perbaikan sel imun yang menurun dan sisterm kekebalan tubuh yang lemah. Penelitian menunjukkan bahwa kafein terkait dengan produksi yang lebih rendah pada antibodi, efek anti-inflamasi, dan penekanan fungsi limfosit. Temuan ini menunjukkan dampak kafein pada masalah kesehatan dengan menghambat fungsi kekebalan tubuh yang tepat saat tidur (Huang et al., 2005).
Health Canada mengeluarkan rekomendasi pada tahun 2006 mengenai tingkat penggunaan aman menjadi ≤ 400 mg per hari (Mitchell et al., 2014). Pada mahasiswa, konsumsi kafein rata-rata 3 sampai 5 cangkir kopi per hari dikaitkan dengan kebiasaan durasi tidur ≤ 6 jam per malam (H et al., 2016). Ringkasan jumlah nilai kafein dalam minuman berdasarkan kategorinya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
19
Tabel 2.1. Ringkasan Jumlah kafein berdasarkan kategori (Mitchell et al., 2014).
2.7 KERANGKA TEORI
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Teori
Kafein
Sumber Definisi
Struktur Kimia
Farmakodinamik Farmakokinetik
Tidur NREM
REM
Penyakit
Diet & Kalori Obat-obatan & Zat Kimia Gaya Hidup & Kebiasaaan Stress Emosional Latihan Fisik & Kelelahan
Lingkungan
Kualitas Tidur
Gangguan Tidur ketika Tidur Malam
Efisiensi Kebiasaan Tidur Durasi Tidur
Latensi Tidur
Subyektif Kualitas Tidur
Penggunaan obat tidur
Disfungsi Aktifitas Siang Hari
21
2.8 KERANGKA KONSEP
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Konse
Konsumsi Minuman Kopi
Kualitas Tidur
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan metode cross sectional, yaitu semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya hanya dilakukan satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro and Ismael, 2011). Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh minuman kopi terhadap kualitas tidur pada mahasiswa/i di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.2 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan masih banyak mahasiswa/i yang mengkonsumsi minuman kopi.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa/i angkatan 2015 2. Bersedia mengikuti penelitian 3. Mengkonsumsi kopi berkafein
23
b. Kriteria Eksklusi
1. Responden yang tidak bersedia mengikuti penelitian 2. Responden yang tidak mengisi data pribadi
3. Responden yang mengkonsumsi softdrink, teh, dan minuman lain yang mengandung kafein
Besar sampel dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan Sudigdo (Sastroasmoro dan Ismael, 2011)
PQ d
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut : ,96 x ,96 x 0,56 x 0,44
0, x 0, Keteranganan :
n = besar sampel minimal Zα = 1,96 (ditetapkan) d = 0,1 (ditetapkan )
P = proporsi = 0,56 (Watson, 2016) Q = 1 – Nilai P = 0,44
Dengan besar sampel minimal 95 orang, maka sampel penelitian saya bulatkan menjadi 100 mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dari data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian berupa kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk pengukuran kualitas tidur.
Penelitian ini akan mulai dikerjakan setelah ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik USU. Sebelum dilakukan pengambilan data dari sampel, sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi akan diberikan penjelasan penelitian dan informed consent jika setuju maka responden tersebut dapat dijadikan sampel.
Pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara pembagian kuesioner.
3.5 METODE ANALISIS DATA
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry, cleaning data, dan saving.
Langkah pertama, editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data
Kedua, coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer
Ketiga, entry, data kemudian dimasukkan ke dalam program computer
Keempat, cleaning data, dengan melakukan pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data
Terakhir, saving, data kemudian disimpan untuk siap dianalisa.
Setelah dilakukan pengolahan data, maka analisis data yang akan dilakukan meliputi:
25
a. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan variabel dependen. Keseluruhan data yang didapat dari pengisian kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan uji Chi square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variable dependen yang keduanya memiliki jenis data kategorik. Jika terdapat beberapa syarat yang tidak terpenuhi dalam uji Chi-Square maka akan dilakukan uji Fisher Exact Test atau Yates Correction.
3.6 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Variabel Independen
Variabel : Kopi
Definisi operasional : Kopi arabika dan robusta yang mengandung kafein Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 1.Untuk yang mengkonsumsi kopi diberikan pernyataan seperti :
(YA) untuk yang konsumsi kopi = Skor 1
(TIDAK) untuk yang tidak konsumsi kopi= Skor 0 Skala ukur : Nominal
2. Variabel Dependen
Variabel : Kualitas tidur
Definisi operasional : Penilaian terhadap kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan
obat tidur, disfungsi aktifitas siang hari.
Alat ukur : Kuesioner PSQI
Hasil ukur : Baik, dengan skor ≤5 Buruk, dengan skor >5
Skala ukur : Ordinal
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dengan judul Pengaruh Minuman Kopi Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa/i Angkatan 2015 ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Dr. Mansur No. 5 Medan.
Sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa/i Angkatan 2015, dan diikuti oleh 100 Mahasiswa/i yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan yang terdapat pada kuesioner yang telah diberikan.
Distribusi karakterisktik responden yang diperoleh dari hasil penelitian, responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 77 orang (77%), kemudian yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 23 orang (23%). Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Watson dengan hasil responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 orang dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang.
Distribusi usia responden yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu pada usia 18 tahun yaitu sebanyak 4 orang (4%), diikuti oleh usia 19 tahun sebanyak 39 orang (39%), 20 tahun sebanyak 52 orang (52%), dan 21 tahun sebanyak 5 orang (5%).
Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 23
Perempuan 77 77
Total 100 100
Usia
18 tahun 4 4
19 tahun 39 39
20 tahun 52 52
21 tahun 5 5
Total 100 100
Berdasarkan dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden, diketahui distribusi gangguan tidur ketika tidur malam pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2015. Gangguan tidur berupa tidak dapat tidur dalam 30 menit sejak berbaring paling banyak yaitu < 1 kali seminggu (29%).
Gangguan tidur berupa terbangun ditengah malam atau terlalu dini paling banyak dialami 1-2 kali seminggu (32%). Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena terbangun untuk ke toilet (42%). Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena kesulitan bernafas (67%). Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena batuk atau mengorok (65%).Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena kedinginan di malam hari (41%). Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena kepanasan di malam hari (50%). Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena mimpi buruk (41%). Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena terasa nyeri (69%).
Responden sebagian besar tidak pernah mengalami gangguan tidur karena alasan lain.
(94%). Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Gangguan Tidur Ketika Tidur Malam
Gangguan Tidur Tidak Pernah < 1 Kali Seminggu 1-2 Kali Seminggu >3 Kali Seminggu
n % n % n % n %
Tidak dapat tidur dalam 30
menit sejak berbaring 23 23 29 29 26 26 22 22
Terbangun di tengah malam
atau terlalu dini 28 28 21 21 32 32 19 19
Terbangun untuk ke toilet 42 42 27 27 16 16 15 15
Kesulitan bernafas 67 67 16 16 11 11 6 6
Batuk atau mengorok 65 65 17 17 7 7 11 11
Kedinginan di malam hari 41 41 34 34 18 18 7 7
Kepanasan di malam hari 50 50 18 18 20 20 12 12
Mimpi Buruk 41 41 26 26 19 19 14 14
Terasa Nyeri 69 69 16 16 11 11 4 4
Alasan Lain 94 94 4 4 2 2 0 0
Dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kopi dan kualitas tidur (p<0,0001). Tabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur yang baik sebanyak 6 orang (24%), sedangkan responden yang mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur yang buruk sebanyak 61 orang (81,3%).
Kemudian responden yang tidak mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur baik sebanyak 19 orang (76%), sedangkan responden yang tidak mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur buruk ada 14 orang (18,7%).
Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman kopi dengan kualitas tidur disajikan dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3 . Hubungan Konsumsi Kopi dan Kualitas Tidur
Konsumsi Kopi
Kualitas tidur
P value
Baik Buruk
n % n %
Ya 6 24 61 81,3
0,0001
Tidak 19 76 14 18,7
Total 25 100 75 100
Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja utama kafein yang terkandung di dalam minuman kopi yaitu menghambat reseptor adenosin untuk terus terjaga.
Adenosin merupakan mediator proses tidur homeostatik. Adenosin menginduksi tidur normal sementara kafein yang menghambat reseptor adenosine di otak dapat membangunkan orang yang mengantuk dengan menghilangkan pengaruh inhibitorik adenosine (Sherwood,2009)
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Caroline Drapeau di Universitas de Montrea Canada, yang meneliti efek penggunaan kafein yang terdapat didalam minuman kopi pada kelompok usia muda dan pertengahan. Hasil menunjukkan bahwa kafein dalam kopi dapat mempengaruhi kualitas tidur (p<0,009)
31
(Drapeau and Hamel-he, 2006). Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh Rabi’ahtul Adawiyah juga menunjukkan hasil yang sama bahwa terdapat efek konsumsi kopi terhadap kualitas tidur dengan hasil uji chi square didapatkan nilai p value (p<0,014) (Adawiyah, 2013).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan judul Pengaruh Minuman Kopi Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa/i Angkatan 2015, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Mahasiswa/i di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur baik ada sebanyak 24%, sedangkan dengan kualitas tidur buruk ada sebanyak 81,3%
2. Mahasiswa/i di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur baik ada sebanyak 76%, sedangkan dengan kualitas tidur buruk ada sebanyak 18,7%
3. Terdapat hubungan mengonsumsi kopi dengan kualitas tidur
6.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang didapat, maka peneliti ingin memberikan beberapa
saran, yaitu :
1. Mahasiswa/i sebaiknya tidak terlalu sering mengonsumsi kopi terutama pada malam hari karna dapat menyebabkan kualitas tidurnya buruk
2. Untuk peneliti selanjutnya agar memperbesar jumlah sampel dan menilai kadar dosis dalam kafein yang dapat mengganggu kualitas tidur
33
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. 2013, Efek Kafein Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa Angkatan 2011 FK USU. Universitas Sumatera Utara.
Agha Aghili, H., Mohammad Hoseini, S., Yassaei, S., Fatahi meybodi, S. A., Toudeh Zaeim, M. H. and Goldani Moghadam, M. 2014, 'Effects of Carbonated Soft Drink on Consumption on Orthodontic Tooth Movements in Rates.', Journal of Dentistry of Tehran University of Medical Sciences, vol. 11, no. 2, pp. 123–
130. Available at:
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=ddh&AN=94600790&sit e=ehost-live.
Agriculture, U. S. D. of 2002, Plants profile for Coffea Arabica L. Available at:
http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=COAR2 (Accessed: 20 July 2017).
Arifin, Z. 2011, 'Analisis Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat'.
Barbara Kozier, Sharon Harvey, H. M.-S. 2004, Fundamental of Nursing Concepts, Process, and Practice. Edited by 7th. Prentice-Hall, Inc, New Jersey.
Bawazeer, N. A. and Alsobahi, N. A. 2013, 'Prevalence and Side Effects of Energy Drink Consumption among Medical Students at Umm Al-Qura University, Saudi Arabia', vol. 1, no. 3, pp. 104–108.
Buysee DJ, Reynolds CF, Monk TH, Berman SR, & K. D. 1989, The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A New Instrument for Psychiatric Research and Practice. Physiciatry Research.
Clark, I. and Landolt, H. P. 2017, 'Coffee, caffeine, and sleep: A systematic review of epidemiological studies and randomized controlled trials', Sleep Medicine Reviews. Elsevier Ltd, vol. 31, , pp. 70–78. doi:
10.1016/j.smrv.2016.01.006.
Drapeau, C. and Hamel-he, I. 006, 'Challenging sleep in aging : the effects of 200 mg of caffeine during the evening in young and middle-aged moderate caffeine consumers', pp. 133–141.
Ganong, W. F. 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd edn. EGC, Jakarta.
H, N. J. J. M. P., A, M. and D, S. C. M. 2016, 'Caffeine consumption , insomnia , and sleep duration : Results from a nationally representative sample', Nutrition.
Elsevier Inc., vol. 32, no. 11–12, pp. 1193–1199. doi: 10.1016/j.nut.2016.04.005.
Harkreader H, MA, H. and M., T. 2007, Fundamental of Nursing: Caring and Clinical Judgement. 3th edn. Saunders Elsevier, St. Louis, Missouri.
Heckman, M. A., Weil, J. and de Mejia, E. G. 2010, 'Caffeine (1, 3, 7- trimethylxanthine) in foods: A comprehensive review on consumption, functionality, safety, and regulatory matters', Journal of Food Science, vol. 75, no.
3, pp. 77–87. doi: 10.1111/j.1750-3841.2010.01561.x.
Herdiman, D. 2015, 'Hubungan Gangguan Tidur Terhadap Prestasi Belajar Pada Remaja Usia 12-15 Tahun Di Semarang: Studi Pada Siswa Smp N 5 Semarang', vol. 4, no. 4, pp. 8–32.
Hirshkowitz, M., Whiton, K., Albert, S. M., Alessi, C., Bruni, O., DonCarlos, L., Hazen, N., Herman, J., Adams Hillard, P. J., Katz, E. S., Kheirandish-Gozal, L., Neubauer, D. N., O’Donnell, A. E., Ohayon, M., Peever, J., Rawding, R., Sachdeva, R. C., Setters, B., Vitiello, M. V. and Ware, J. C. 2015, 'National Sleep Foundation’s updated sleep duration recommendations: Final report', Sleep Health. National Sleep Foundation., vol. 1, no. 4, pp. 233–243. doi:
10.1016/j.sleh.2015.10.004.
Huang, Z.-L., Qu, W.-M., Eguchi, N., Chen, J.-F., Schwarzschild, M. A., Fredholm, B. B., Urade, Y. and Hayaishi, O. 2005, 'Adenosine A2A, but not A1, receptors mediate the arousal effect of caffeine', Nature Neuroscience, vol. 8, no.
7, pp. 858–859. doi: 10.1038/nn1491.
Ingrouille, K. 2013, 'Effect of Caffeinated Beverages upon Breakfast Meal Consumption of University of Wisconsin-Stout Undergraduate Students', pp. 1–
29.
James, J. E. and Rogers, P. J. 2005, 'Effects of caffeine on performance and mood:
Withdrawal reversal is the most plausible explanation', Psychopharmacology, vol.
182, no. 1, pp. 1–8. doi: 10.1007/s00213-005-0084-6.
Keijzers, G. B., De Galan, B. E., Tack, C. J. and Smits, P. 2002, 'Caffeine can decrease insulin sensitivity in humans', Diabetes Care, vol. 25, no. 2, pp. 364–
369. doi: 10.2337/diacare.25.2.364.
Lesher, S. R. 2014, 'Caffeine, Mental Health, and Sleep Quality in Students: A Mediation Approach', Unpublished Honors Thesis.
Liveina 2013, 'Pattern and Side Effects of Caffeinated Drinks Consumption Among Medical Students At Udayana', no. Liveina, pp. 1–12.
Maas, J. B. 2002, Power Sleep. Kaifa, Bandung.
Markov, D. and Goldman, M. 2006, 'Normal Sleep and Circadian Rhythms:
Neurobiologic Mechanisms Underlying Sleep and Wakefulness', Psychiatric Clinics of North America, vol. 29, no. 4, pp. 841–853. doi:
10.1016/j.psc.2006.09.008.
35
Masdim, R. 2013, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta.
Mitchell, D. C., Knight, C. A., Hockenberry, J., Teplansky, R. and Hartman, T. J.
2014, 'Beverage caffeine intakes in the U.S.', Food and Chemical Toxicology.
Elsevier Ltd, vol. 63, , pp. 136–142. doi: 10.1016/j.fct.2013.10.042.
Mumin, A., Akhter, K. F., Abedin, Z. and Hossain, Z. 2006, 'Determination and Characterization of Caffeine in Tea , Coffee and Soft Drinks by Solid Phase Extraction and High Performance Liquid', Chemical Engineering, vol. 8, no. 1, pp. 45–51.
Nashori, F. and Diana, R. R. 2005, 'ANTARA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN MAHASISWA PEREMPUAN Fuad Nashori , R . Rachmy Diana Universitas Islam Indonesia , Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga', Humanitas : Indonesian Psychological Journal, vol. 2, , pp. 77–88.
Possttemir PA, P. A. 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktis. 4th edn. Edited by Renata Komalasari. EGC, Jakarta.
Raharjo, P. 2012, Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya, Jakarta.
RF, C. and CJ, H. 2000, Fundamental of Nursing: Human Health and Function.
3?? Lippincot, Philadelphia.
Rossa, K. R., Smith, S. S., Allan, A. C. and Sullivan, K. A. 2014, 'The effects of sleep restriction on executive inhibitory control and affect in young adults', Journal of Adolescent Health. Elsevier Ltd, vol. 55, no. 2, pp. 287–292. doi:
10.1016/j.jadohealth.2013.12.034.
Sastroasmoro, S. and Ismael, S. 2011, Dasar-Dasar Metodologi Klinis. 4th edn.
Sagung Seto, Jakarta.
Sembulingam K, P. S. 2013, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Binarupa Aksara, Jakarta.
Spriet, L. L. 2014, 'Exercise and Sport Performance with Low Doses of Caffeine', Sports Medicine, vol. 44, , pp. 175–184. doi: 10.1007/s40279-014-0257-8.
Stone, K. D., Prussin, C. and Metcalfe, D. D. 2011, 'NIH Public Access', vol. 125, , pp. 1–16. doi: 10.1016/j.jaci.2009.11.017.IgE.
Sugiyono, Muchtadi, T. and Ayustaningwarno, F. 2011, 'Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan', no. July, p. 238.
Suyono, E. M. 2016, Pengaruh Konsumsi Kopi Arabika (Coffea arabica) terhadap Daya Tahan Otot dengan Metode Pushup Test. Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember.
Thorpy, M. J. 2012, 'Classification of Sleep Disorders', no. September, pp. 687–
701. doi: 10.1007/s13311-012-0145-6.
Watson, E. J., Coates, A. M., Kohler, M. and Banks, S. 2016, 'Caffeine consumption and sleep quality in Australian adults', Nutrients, vol. 8, no. 8, pp. 1–
10. doi: 10.3390/nu8080479.
37
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mitra Khairani
NIM : 140100005
Tempat / Tanggal lahir : Kutacane, 07 Agustus 1996 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Alm. H. Amir Hasan Rambe
Nama Ibu : Hj. Dra. Rahimah
Alamat : Jl. Bunga Cempaka XI Komplek de’ Cluster No.TC-28
Alamat Email : mitrak366@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 01 Kutacane (2002-2008) 2. SMP Negeri Perisai Kutacane(2008 - 2011)
3. SMA Plus Al-Azhar Medan (2011 - 2014) 4. Fakultas Kedokteran USU (2014 - sekarang) Riwayat Organisisasi : 1. Anggota PSDM PEMA FK USU (2014-2016)
2. Anggota HUMAS TBM PEMA FK USU (2015- 2016)
39
LAMPIRAN 2
LEMBAR INFORMASI PENELITIAN
Selamat Pagi/Siang/Sore, Saudara/i yang terhormat.
Salam Sejahtera,
Perkenalkan nama saya Mitra Khairani, saya adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian.
Kuesioner ini merupakan bagian dari penyelesaian penyusunan skripsi saya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minuman kopi terhadap kualitas tidur mahasiswa/i angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Untuk itu dimohon kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner dengan memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang biasanya saudara/i lakukan atau pikirkan.
Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban benar atau salah. Dalam pengisian kuesioner ini, identitas responden semata-mata hanya digunakan untuk penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berkaitan dengan keterlibatan responden mengkonsumsi kopi. Bagian kedua kuesioner penelitian akan mencantumkan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan kualitas tidur.
Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung pada saya atau dapat menghubungi saya dinomor 081263210147. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Mitra Khairani 140100005