• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dibayar Lunas. Mengapa hari-hari raya masih mengikat, tetapi sunat tidak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dibayar Lunas. Mengapa hari-hari raya masih mengikat, tetapi sunat tidak."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Dibayar Lunas

Mengapa hari-hari raya masih mengikat, tetapi sunat tidak.

Sunat berhubungan dengan sistem pengorbanan. Itu adalah bagian dari sistem yang dengan iman memandang kepada darah Yahushua yang ditumpahkan di atas kayu salib. Dan, dengan demikian, itu bukan lagi merupakan ketentuan yang mengikat setelah penyaliban.

Sekitar dua ribu tahun kesalahan, takhayul dan tradisi telah mengubur banyak kebenaran di bawah lapisan reruntuhan.

Kebenaran-kebenaran yang dipahami oleh umat Kristen rasuli, baru sekarang, di hari- hari terakhir, ditemukan kembali dan dikembalikan ke tempat yang sebenarnya.

Namun, proses pemulihan kebenaran- kebenaran yang telah lama terlupakan itu, dapat membingungkan. Karena kurangnya pemahaman yang kuat yang disertai dengan kepemilikan kebenaran yang penuh, banyak orang bertanya-tanya, apakah ada,

ketentuan-ketentuan keimamatan yang masih harus ditaati dan, atau sebaliknya, mana yang tidak mengikat lagi.

Ritual sunat adalah salah satu hal yang telah

kadang-kadang menyebabkan kebingungan kepada mereka yang sangat memiliki komitmen untuk hidup dalam ketaatan penuh. Penelitian Alkitab yang cermat dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengungkapkan beberapa ketetapan- ketetapan “Perjanjian Lama” yang masih mengikat, yang di masa lalu telah diabaikan sebagaimana yang hanya berlaku untuk orang-orang Yahudi. Inilah beberapa daftar dari ketentuan tersebut: pantangan dari daging-daging haram;

pemeliharaanSabat hari ketujuh; dan, perayaan hari-hari raya tahunan. (Untuk mengetahui lebih banyak mengenai hari- hari raya tahunan, silahkan baca "Merayakan Perayaan Musim Semi" dan "Perayaan Musim Gugur.") Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: tetapi bagaimana dengan sunat? Perjanjian Baru menjelaskan bahwa sunat tidak dibutuhkan untuk dalam pertobatan bangsa-bangsa lain. Fakta ini telah menyebabkan banyak orang menggunakannya sebagai alasan untuk menolak pemeliharaan hari-hari raya juga. Hal ini sangat disayangkan karena umat Kristen mula-mula melanjutkan pemeliharaan hari-hari raya selama ratusan tahun. Di Skotlandia sendiri, umat Kristen memperingati Paskah selama 1.000 tahun lebih. Agar memahami alasan mengapa hari-hari raya masih mengikat tetapi sunat tidak, maka, perlu untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang hukum yang mengatur sunat.

Hukum-hukum yang berbeda dikategorikan secara berbeda. Ada undang-undang umum, undang-undang kejahatan dan undang-undang agama. Bahkan, di dalam undang-undang agama, hukum-hukum yang diberlakukan untuk ibadah-ibadah agama (misalnya:

Sabat, Hari Bulan Baru, hari-hari raya tahunan) berada dalam kategori yang berbeda dari ketetapan-

ketetapan agama yang berlaku untuk sistem pengorbanan. Sunat adalah bagian dari sistem pengorbanan.

Meskipun sistem pengorbanan itu ditetapkan pada saat kejatuhan Adam, sunat sebagai sebuah ritual keagamaan tidak ditetapkan sampai zaman Abraham. Dosa mengacaukan orang-orang yang pintar. Oleh karena itu, tidak semua hal dapat diajarkan sekaligus. Yahuwah yang menanggung kelemahan anak-anak-Nya. Dia dengan sabar bekerja dengan orang sesuai pemahaman orang tersebut. Bahkan Yahushua, pada malam sebelum kematian-Nya, memberitahukan kepada

(2)

murid-murid-Nya: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat

menanggungnya.” (Yohanes 16:12, NKJV). Karena alasan ini, kebenaran dibukakan setahap demi setahap. Sunat menjadi sebuah ritual keagamaan ketika sebuah perjanjian dibuat antara Yahuwah dan Abram.

Kitab Kejadian pasal 15 menceritakan kisah ketika mereka masuk ke dalam hubungan perjanjian ini. Yahuwah

memberitahu kepada Abram, “Janganlah takut, Abram: Akulah perisaimu, upahmu akan sangat besar.” (Kejadian 15:1, KJV).

Beberapa waktu sebelumnya, Yahuwah telah berjanji kepada Abram bahwa tanah Kanaan akan diberikan kepada keturunan-keturunannya. Kini, Abram mengatakan bahwa janji itu akan dipenuhi melalui hambanya, Eliezer, karena Abram tidak memiliki anak. Tetapi Yahuwah mengatakan kepadanya, menegaskan bahwa Abram akan memiliki anak biologis yang akan menjadi pewarisnya. Ia bahkan menambahkan bahwa keturunan-keturunan Abram akan sebanyak bintang- bintang di langit. (Lihat Kejadian 15:2-5). Ayat berikutnya adalah sebuah pernyataan yang penuh kuasa, indah dan menarik:

“Lalu percayalah Abram kepada Yahuwah; maka Yahuwah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”

(Kejadian 15:6).

Abram percaya kepada janji Yahuwah. Ia sudah tua; istrinya sudah tua; tetapi ia percaya kepada firman Yahuwah yang mengatakan:

“Akulah Yahuwah yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.”

(Kejadian 15:7)

Lalu, Alkitab mencatat bahwa Abram, dengan membuat apa yang sekilas tampak

merupakan sebuah permintaan yang mengejutkan: “ Ya Adonai Elohim, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan

memilikinya?” (Ayat 8). Ini bukanlah sebuah ungkapan keraguan. Alkitab telah menyatakan bahwa Abram telah percaya kepada janji tersebut. Sebaliknya, ini adalah permintaan, di dalam sebuah cara yang penuh hormat, apabila Yang Mahakuasa akan mengadakan sebuah perjanjian bersamanya.

Ayat berikutnya mencatat tentang penerimaan Yahuwah terhadap permintaan Abram:

Firman Yahuwah kepadanya: “Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.

Diambilnyalah semuanya itu bagi Yahuwah, dipotong dua, lalu diletakkannyalah bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. (Kejadian 15:9, 10, KJV)

Hal ini mungkin tampak aneh dalam pandangan masa kini, tetapi Abram memahami bahwa: Yahuwah telah menerima permintaannya untuk sebuah kesepakatan perjanjian! Sebuah perjanjian, berdasarkan definisinya, adalah sebuah kontrak yang mengikat secara hukum. “Sebuah perjanjian adalah sebuah kesepakatan antara dua orang atau lebih, yang dimasukkan ke dalam tulisan dan di materaikan, di mana salah satu pihak . . . berjanji untuk melakukan atau memberikan sesuatu kepada pihak yang lain.”1 Berdasarkan definisi tersebut, sebuah perjanjian membutuhkan setidaknya dua pihak atau individu. Saat ini, pihak-pihak yang terlibat harus menandatangani sebuah dokumen resmi. Berbagai negara memiliki beberapa perbedaan kecil, tetapi terlepas dari perbedaan-perbedaan kecil tersebut, itu masih mengikat secara hukum.

Terkadang, juru tulis saksi-saksi pengadilan mengajukan tanda tangan dan dokumen kedua pihak ke pengadilan setempat.

Di zaman Abram, perjanjian-perjanjian disahkan dengan cara berbeda. Hewan-hewan dikorbankan, tubuh hewan-hewan tersebut dibagi dua dan masing-masing pihak yang masuk ke dalam kesepakatan perjanjian akan lewat di antara tubuh hewan-hewan yang telah dibagi dua. Itu adalah cara untuk mengatakan, “Beginilah yang terjadi kepadaku dan yang lainnya juga, apabila saya harus melanggar kesepakatan perjanjian ini.” Ini adalah tepat yang Alkitab catat tentang apa yang Yahuwah lakukan: “Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah Yahuwah mengadakan perjanjian dengan Abram.” (Kejadian 15:17 dan 18).

(3)

Kata “perjanjian” diterjemahkan dari kata Ibrani berîyth. Yang berarti, secara harfiah, “memotong . . .; sesuatu yang padat (karena dilakukan dengan lewat di antara potongan-potongan daging)”.2 Betapa pemurahnya pihak Yang Mahakuasa untuk memberikan janji-Nya yang tak terpatahkan kepada manusia supaya Abram mengerti!

Setelah Abram meminta, menurut pengertiannya sendiri, untuk membantu Yahuwah menggenapi bagian-Nya dari perjanjiann tersebut: Abram memperanakkan Ismail oleh Hagar. Hal ini bukanlah bagian dari rencana Yahuwah! Betapa sabarnya Yahuwah menanggung kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalan kita sebagai manusia. Tiga belas tahun berlalu; Yahuwah kembali kepada Abram. Pada saat inilah bahwa perjanjian itu disahkan dengan ritual sunat.

Perjanjian Yahuwah dengan Abram mencakup jauh lebih dari yang Abram, pada saat itu, dapat pahami. Yahuwah tidak hanya menjanjikannya seorang anak melalui Sarai, tetapi bahwa melalui garis keturunannya Mesias yang telah lama dijanjikan itu akan datang! Anak Tunggal Yahuwah yang akan mati untuk menebus orang-orang berdosa. Ini adalah ketentuan penuh Yahuwah yang dijanjikan di dalam perjanjian-Nya dengan Abraham. Ibrani 9:22 menjelaskan: “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”

Ini adalah sebuah perjanjian darah dimana Abram dan Yahuwah terlibat. Sebagai perjanjian darah, diperlukan darah yang tertumpah pada kedua pihak untuk dapat

disahkan. Yahuwah tidak memerlukan kematian Ismail atau kematian Ishak untuk menggantikan kematian Anak-Nya sendiri. Tetapi, agar kontrak tersebut mengikat secara hukum, darah yang diperlukan adalah dari Abram. Darah ini ditumpahkan di dalam ritual sunat. Semua orang yang menantikan Mesias yang dijanjikan itu, dan yang ingin menjadi pewaris janji tersebut, harus menunjukkan iman mereka di dalam perjanjian tersebut dengan melakukan ritual ini juga.

Untuk menguatkan iman di dalam bagian dari janji ini, Yahuwah mengubah nama Abram menjadi Abraham, dan nama Sarai menjadi Sara. Guna mengesahkan penerimaannya terhadap kesepakatan perjanjian tersebut, Abraham, dan

keturunannya, harus disunat.

Akulah Elohim Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.

Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.

Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.

Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat.

Haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (Kejadian 17:1, 2, 9, 10 dan 11).

Hampir dua ribu tahun kemudian, Paulus menggunakan pengalaman Abraham, Ismail dan Ishak sebagai kiasan kebenaran oleh iman yang berbeda dengan kebenaran oleh perbuatan:

Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka.

Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.

Ini adalah suatu kiasan: sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan; yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar. (Galatia 4:22-24).

Dengan memperanakkan seorang anak melalui Hagar, Abraham telah berusaha dengan kekuatannya sendiri, dengan usaha-usahanya sendiri, untuk melahirkan anak perjanjian. Dengan demikian, Ismail menjadi sebuah lambang dari

kebenaran oleh perbuatan-perbuatan. Ishak, yang dikandung setelah Sara mengalami menopause, adalah anak perjanjian

(4)

Sidang di Yerusalem:

Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: “ Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan,” Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.

Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. . . . Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua- penatua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang Yahuwah lakukan dengan perantaraan mereka. Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: “Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.” Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua- penatua untuk membicarakan soal itu.

yang sebenarnya. Pembuahannya adalah hasil dari iman Sara kepada janji Yahuwah: “karena iman ia juga Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” (Ibrani 11:11, KJV). Maka Ishak menjadi lambang kebenaran oleh iman.

Surat Paulus kepada jemaat Galatia ditulis secara khusus untuk menangani masalah sunat. Jemaat Galatia adalah orang- orang bukan Yahudi yang bertobat. Paulus telah menghabiskan beberapa waktu berada di tengah-tengah mereka untuk menjelaskan jalan keselamatan. Kemudian, setelah ia pergi, orang-orang Kristen Yahudi dari Palestina datang ke Galatia dan memberitahukan kepada orang-orang yang baru bertobat bahwa mereka tidak dapat dianggap sebagai orang- orang Kristen sejati sampai mereka melakukan ritual sunat. Dengan naifnya, namun tulus, jemaat Galatia bersedia untuk disunat.

Ketika Paulus mendapat kabar tentang pengaruh “kaum Yahudi” ini terhadap orang-orang Kristen di Galatia, ia menulis sebuah teguran yang tegas. “Hai orang-orang Galatia yang bodoh! Siapakah yang telah mempesona kamu? bukankah Yahushua yang Diurapi yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Galatia 3:1)

Paulus memahami arti tindakan yang orang-orang Kristen baru dari Galatia ini tidak ketahui. Keselamatan adalah oleh iman di dalam kasih karunia Yahuwah saja. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Eloah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8, 9).

Dia bertanya kepada orang-orang Galatia: “Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat, atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?” (Galatia 3:2). Dengan mengetahui dengan tepat apa yang ia telah ajarkan kepada mereka, Paulus mengetahui jawabannya dan menunjukkan ketidakkonsisten mereka saja. “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (Galatia 3:3)

Lalu Paulus menekankan pendapatnya dengan mengarahkan mereka kembali kepada Abraham:

Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?— secara itu jugalah Abraham “percaya kepada Eloah, maka Yahuwah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Eloah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: “Olehmu segala bangsa akan diberkati.” Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. (Galatia 3:5-9)

Para rasul memiliki iman yang murni. Jika sunat masih merupakan sebuah ketentuan yang mengikat, pada sidang Yerusalem, mereka tidak akan memutuskan bahwa sunat tidak dituntut lagi dari bangsa-bangsa lain yang bertobat. Namun, ini seharusnya tidak digunakan oleh siapa pun sebagai alasan untuk tidak lagi memelihara hari-hari raya, yang masuk dalam kategori yang sama sekali berbeda. Karena sunat adalah pengesahan perjanjian yang menjanjikan kedatangan Juruselamat, itu adalah bagian dari sistem pengorbanan yang telah digenapi di atas kayu salib. Karena alasan inilah, Paulus begitu geram pada kaum Yahudi yang terus mengajarkan bahwa sunat diperlukan untuk keselamatan.

Paulus mengingatkan kepada orang-orang Galatia yang bertobat bahwa di depan mereka, pemahaman mereka, Yahushua “yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu.” (Galatia 3:1). Dengan kata lain, Yahuwah telah memenuhi bagian-Nya dari perjanjian itu. Ia telah

menyerahkan Anak-Nya untuk dibunuh untuk menebus manusia. Melanjutkan praktek sunat sebagai sebuah ritual keagamaan adalah meremehkan kematian Yahushua di atas kayu salib. Adalah kekejian bagi Yahuwah untuk melanjutkan persembahan korban binatang. Hal itu, pada hakekatnya, mengatakan bahwa pengorbanan Yahushua tidak cukup baik.

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus memperluas perihal ini lebih jauh lagi, dengan menyatakan bahwa sunat diberikan kepada Abraham sebagai tanda kebenaran bahwa ia telah memperoleh dengan iman sebelum ia disunat dan bahwa sunat Abraham menutupi mereka yang, tidak disunat, masih melatih iman di dalam janji Yahuwah: “Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai materai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa

(5)

Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: “Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Yahuwah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Yahuwah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Yahuwah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Yahushua Yang Diurapi kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.” . . . . Setelah Paulus dan Barnabas selesai berbicara, berkatalah Yakobus: “Hai saudara- saudara, dengarkanlah aku.” . . . Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Yahuwah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala- berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. (Lihat Kisah Para Rasul 15:1,2; 4- 11; 13, 19 dan 20).

semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka.” (Roma 4:11, NKJV)

Karena sunat Abraham menutupi mereka yang tidak bersunat, tetapi masih memperoleh kebenaran Yahuwah melalui iman kepada jasa-jasa Anak-Nya, menunjukkan adanya sebuah pengetahuan bahwa, pada suatu saat di masa depan bagi Abraham, sunat akan tidak lagi menjadi ketentuan agama.

Begitu Yahushua mati, sebagai korban yang sempurna, sistem

persembahan-persembahan korban, dengan pengesahannya melalui ritual sunat, tidak diperlukan lagi. Kontraknya telah dipenuhi. Harga penebusan telah dibayar lunas.

[Yahushua], karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada [Eloah].

Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga. Yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri.

(Ibrani 7:24-27)

Fakta bahwa sunat daging memiliki makna rohani yang lebih dalam, dipahami oleh bangsa Israel kuno. Jauh kembali ke zaman Musa, Alkitab mencatat: “Hanya oleh nenek moyangmulah hati [Yahuwah] terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini. Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.” (Ulangan 10:15 dan 16).

Setiap kali bangsa Israel murtad dan memberontak, mereka diperingatkan untuk menyunat hati mereka:

Sebab beginilah firman Yahuwah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: “Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh. Sunatlah dirimu bagi Yahuwah, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat.” (Yeremia 4:3, 4)

Sunat adalah bagian dari sistem pengorbanan.

Itu adalah bagian dari sistem yang dengan iman memandang kepada darah Yahushua yang ditumpahkan di atas kayu salib. Dan, dengan demikian, itu merupakan ketetapan yang tidak mengikat lagi setelah penyaliban.

Nubuatan indah Daniel tentang Mesias dengan jelas menetapkan prinsip bahwa perjanjian darah, yang telah digenapi, tidak lagi harus melanjutkan sistem pengorbanan dimana ritual sunat merupakan sebuah bagian di dalamnya.

"Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu minggu.

Pada pertengahan minggu itu Dia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan." (Daniel 9:27).

Desakan Surga kepada orang Israel kuno masih diberikan kepada orang Israel moderen, mereka yang adalah anak-anak Abraham karena iman. Sekarang, di hari-hari

(6)

penutupan sejarah bumi ini, semua orang harus menyunat hati mereka. Tanggalkan penalaran dan alasan-alasan manusiawi. Sembahlah Dia di dalam roh dan kebenaran, dengan membawa kehendak anda ke dalam kesatuan bersama kehendak ilahi. Dengan iman, anda, juga, dapat menjadi anak Abraham, pewaris janji ilahi.

1 http://www.lectlaw.com/def/c323.htm

2 Berîyth, #1285, The New Strong’s Expanded Dictionary of Bible Words.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan sebuah simpulan yaitu pelaksanaan program pendidikan inklusif di SDN 20 Mataram menggunakan kurikulum 2013,

Dari fenomena yang telah di jelaskan diatas, maka dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa untuk pelajaran ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhinya

Magelang belum sesuai dengan prosedur tetap (protap) karena prosedur tetap peminjam informasi isi rekam medis yang ada belum menjelaskan tentang alur prosedur pelaksanaan visum

eksorsis umumnya bukan imam, tetapi sekarang yang dapat melakukan eksorsisme resmi hanya seorang imam. Tetapi itu pun tidak setiap imam, hanya imam yang telah ditunjuk uskup

Salah satu perusahaan pada industri AMDK yang memanfaatkan pangsa pasar tersebut adalah PT Syahid Global International yang baru mulai beroperasi pada pertengahan

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah pengumpulan data kualitatif yaitu meliputi wawancara dan observasi, agar penelitian dapat dilakukan sesuai dari

Dari persamaan yang tertera pada grafik diketahui bahwa walaupun kedua kurva eksponensial tidak berada pada level yang sama, tetapi nilai koefisien eksponensial yaitu

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan PPM, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPM sosialisasi model Teaching Games for Understanding (TGfU) pada guru pendidikan