• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN WARGA DI KABUPATEN SINJAI SKRIPSI. Oleh IRZA FIRAJULLAH ZATRIANDIKA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN WARGA DI KABUPATEN SINJAI SKRIPSI. Oleh IRZA FIRAJULLAH ZATRIANDIKA NIM"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

IRZA FIRAJULLAH ZATRIANDIKA NIM 105711118916

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ii

SKRIPSI

Oleh

IRZA FIRAJULLAH ZATRIANDIKA NIM 105711118916

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)

iii

Skripsi ini saya persembahkan sangat spesial untuk kedua orang tua saya yang teramat sangat selalu memperjuangkan dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Terimakasih kepada semua orang yang terlibat membantu demi keberhasilan penulis.

MOTO HIDUP

Ada sesuatu dalam dirimu yang tak dapat mereka renggut, yang tak dapat mereka sentuh.

Itu milik mu. Ia adalah harapan.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah tiada henti diberikan kepada hamba Nya. Sholawat salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Penanggulangan Kemiskinan Warga di Kabupaten Sinjai”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak “Junianto” dan Ibu “Ramlah Rida Ramadhani Syar” yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si,selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik.

6. Bapak A Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga selesai.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak pernah lelah dalam menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Kepada Saudariku tercinta Alya, Aisyah dan para keluarga yang selalu menyanyangi.

10. Putri Amaliah yang telah menjadi orang yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan dalam studi penulis, juga telah sabar menampung keluh kesah penulis.

(9)

ix

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

12. Terima kasih kepada teman-teman EP 16 E yang telah memberikan saya motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Terima kasih kepada teman-teman tongkrongan FGD Soda Gembira, Lingkar Nalar, GPH yang telah menjadi tempat belajar penulis.

14. Terima kasih kepada teman-teman X Cafe, Askar, Toto, Zul yang telah memberi semangat dalam aktivitas studi penulis.

15. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, 2021

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Irza Firajullah Zatriandika, 2021 STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN WARGA DI KABUPATEN SINJAI, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar Dibimbing oleh Pembimbing I H. Muhammad Ikram Idrus dan Pembimbing II A Nur Achsanuddin UA.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi penanggulangan kemiskinan warga oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai. Penelitian dilakukan melalui pendekatan deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif (berbentuk penjelasan atau keterangan) dan kuantitatif (data berbentuk angka).

Data tersebut diperoleh melalui obeservasi, wawancara dengan daftar pertanyaan peneliti yang telah dipersiapkan, dibantu alat pendokumentasian secara elektrik dan non-elektirk. Untuk teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penanggulangan kemiskinan warga yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai telah berjalan efektif dan angka kemiskinan yang semakin menurun. Akan tetapi masih perlu beberapa strategi penanggulangan kemiskinan yang dapat diidentifikasi dari potensi internal dan eksternal baik dari kapasitas individu masyarakat dan dukungan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya komprehensif dan integratif dalam membentuk peluang ekonomi dan memanfaatkan modal sosial yang kuat dalam masyarakat.

Kata kunci: Strategi Penanggulangan, Kemiskinan.

(11)

xi

ABSTRACT

Irza Firajullah Zatriandika, 2021 CITIZENS'S POVERTY REDUCTION STRATEGY IN SINJAI REGENCY, Thesis of the Faculty of Economics and Business Department of Development Economics, University of Muhammadiyah Makassar Supervised by Supervisor I H. Muhammad Ikram Idrus and Supervisor II A Nur Achsanuddin UA.

This study aims to describe the poverty reduction strategy of residents by the local government of Sinjai Regency. The research was conducted through a descriptive approach using a qualitative approach (in the form of an explanation or description) and quantitative (data in the form of numbers). The data was obtained through observation, interviews with a list of research questions that had been prepared, assisted by electrical and non-electrical documentation tools. The data analysis technique used in this research is SWOT analysis.

The results of the study indicate that the poverty alleviation of residents carried out by the local government of Sinjai Regency has been effective and the poverty rate is decreasing. However, several poverty reduction strategies are still needed that can be identified from internal and external potentials, both from the individual capacity of the community and support from the Regional Government.

Therefore, there is a need for comprehensive and integrative efforts in shaping economic opportunities and utilizing strong social capital in society.

Keywords: Management Strategy, Poverty.

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Konsep Teori ... 8

1. Kemiskinan ... 8

2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan ... 15

3. Analisis SWOT ... 16

B. Tinjauan Empiris ... 23

C. Kerangka Konsep ... 29

(13)

xiii

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 35

D. Teknis Pengumpulan Data ... 36

E. Definisi Operasional Variabel ... 37

F. Metode Analisis ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 41

B. Upaya Penanggulangan Kemiskinan Warga oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai ... 52

C. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Warga Kabupaten Sinjai melalui Analisis SWOT ... 61

BAB V. PUNTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Sasaran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Indonesia, Maret 2020 ... 2

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Sinjai 2018-2019 ... 4

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors

Analysi Summary / EFAS) ... 22

Tabel 2.2 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors

Analysi Summary / IFAS) ... 23

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel 3.1 Matriks Kombinasi Analisis Lingkungan Internal dan Anlisis

Lingkungan Eksternal ... 39

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

Menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai, 2020 ... 46

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2020 ... 47

Tabel 4.3 Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Menurut

Jenis Kelamin di Kabupaten Sinjai, 2020 ... 47

Tabel 4.4 Data Informan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai ... 52

(15)

xv

Tabel 4.5 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Sinjai 2016-2020 ... 54

Tabel 4.6 Komponen dalam Anlisis SWOT ... 62

Tabel 4.7 Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Faktors Anlysis Summary / IFAS) ... 63

Tabel 4.8 Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Faktors Anlysis

Summary / EFAS) ... 64

Tabel 4.9 Matrik SWOT Perumusan Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Warga di Kabupaten Sinjai ... 67

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Matriks SWOT ... 19

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep ... 33

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sinjai ... 41

Gambar 4.2 Program Unggulan Kabupaten Sinjai Tahun 2020 ... 60

Gambar 4.3 Matrik Ringkasan Analisis Faktor Strategis (Strategic Factor Analysis Summary / SFAS) ... 66

(17)

1 A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan suatu persolan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di Negara manapun, salah satunya Negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang padat. Dengan jumlah penduduk yang sangat padat, menyebabkan Indonesia mengalami masalah sosial seperti kemiskinan.

Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek kerena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, derajat kesehatan yang rendah, buta huruf, dan ketidaksamaan derajat antar jenis kelamin serta buruknya lingkungan hidup (World Bank,2017).

Menurut Irhami (2017), Kemiskinan merupakan salah satu persoalan yang tidak pernah luput dari perhatian pemerintah suatu Negara dibelahan dunia manapun. Kemiskinan menjadi persoalan fenomenal dalam bidang ekonomi yang menjadi titik acuan keberhasilan pemerintah Negara dari waktu ke waktu, terlebih pada Negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai salah satu Negara yang masuk kategori berkembang menyadari bahwa pentingnya memperhatikan masalah kemiskinan dan mengusahakan segala upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan dengan melakukan perencanaan jangka panjang untuk meningkatkan perekonomian.

Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi terpenuhnya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan

(18)

sosial politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Terpenuhinya kebutuhan dasar menjadi tujuan penting dalam pelaksanaan pembangunan.

Fenomena kemiskinan diIndonesia tersebar luas hampir diseluruh pelosok negeri ini baik didaerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Hal ini masih nyata bahwa tidak ada satupun daerah di Indonesia yang bebas dari garis kemiskinan.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Miskin Indonesia, Maret 2020

Kemiskinan Indonesia Jumlah Penduduk Miskin (juta orang)

Penduduk Miskin Kota 11,16

Penduduk Miskin Desa 15,26

Penduduk Miskin Nasional 26,42

Sumber data :Badan Pusat Statistik Tahun 2020

Dari tabel 1.1 tersebut, penduduk miskin pada tahun 2020 berjumlah 26,42 juta jiwa, 9,78% diantaranya hidup dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan nasional Indonesia ditetapkan pada rata-rata pengeluaran Rp454.652- sekitar Rp12.000 per hari. Ada juga perbedaan pada awal 2020, di mana 11,16 juta jiwa (7,38%) dari penduduk perkotaan tergolong miskin, sementara pedesaan terdiri dari 15,26 juta jiwa (12,82%).

Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma tertentu, pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi terdiri dari elemen pertama pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minuman dan kebutuhan mendasar lainnya. Dan yang kedua jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

(19)

Faktor penyebab terjadinya kemiskinan adalah keterbatasan sumber daya manusia dapat diartikan kualitas sumber daya manusia misalkan keterampilan, pendidikan, dan pengetahuan. Dapat pula berasal dari kebijakan pembangunan atau kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan kawasan atau wilayah yang terpencil dan sulit dijangkau, dan adanya ketimpangan antara pembangunan diwilayah desa maupun kota (Suwadi, 2014:25).

Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan, definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan adalah terjadinya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran.

Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.

Dalam tulisan Nadir (2017), menyampaikan bahwa Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI, Bambang Brodjonegoro membeberkan tiga strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan melalui implementasi agenda Sustainable Development Goals ( SDGs) di Indonesia. Pertama, perlindungan sosial yang komprehensif. Kedua, penyediaan dan peningkatan akses terhadap layanan dasar, dan ketiga, mata pencaharian yang layak serta berkelanjutan. Tantangan

(20)

dalam mengatasi kemiskinan multidimensional butuh intervensi tidak hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi semata tapi juga konsistensi kita melaksanakan agenda SDGs. Ini menjadi jawaban relevan terhadap permasalahan pengentasan kemiskinan.

Terkait pengentasan kemiskinan ini, maka perlu meninjau permasalahan ditingkat daerah atau kabupaten. Salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Sinjai yang kondisinya menunjukkan masih tingginya angka tingkat kemiskinan jika dibandingkan dengan kota maupun provinsi lain.

Alasannya karena kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama pemerintah pusat sebagai penyangga dan bersama-sama untuk membangun masyarakat sehingga angka kemiskinan bisa menurun dan masyarakat bisa sejahtera.

Kabupaten Sinjai adalah salah satu daerah tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 250.000 jiwa (sinjaikab.go.id).

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Sinjai 2018-2019 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk (%)

2018 22,48 9,28

2019 22,27 9,14

Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan 2019

Dari tabel 1.2 menunjukkan angka Kemiskinan di Kabupaten Sinjai yaitu masih cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2018-2019, tingkat kemiskinan di Kabupaten Sinjai pada tahun 2018 mencapai 9,28% atau sebanyak 22.480 jiwa.

Pada tahun 2019 tingkat kemiskinan mencapai 9,14% atau sebanyak 22.270 jiwa.

(21)

Jumlah penduduk miskin yang keberadaannya yang masih cukup besar di Kabupaten Sinjai secara langsung dipengaruhi oleh keberadaan rumah tangga miskin yang ada di sembilan kecamatan di Kabupaten Sinjai. Walaupun jumlah kemiskinan di Kabupaten Sinjai sudah berkurang, tapi kenyataannya masih banyak kemiskinan yang dijumpai.

Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Sinjai pada saat ini tengah berupaya menurunkan jumlah penduduk miskin dari berbagai dimensi.

Oleh karenanya, agar upaya penurunan kemiskinan ini dapat efektif dan terarah, maka perlu perencanaan yang terintegrasi dan terkoordinir baik dengan bermacam macam kebijakan yang harus tercermin dalam setiap kebijakan pemerintah dan dilakukan secara bersama sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam waktu yang relatif panjang dan berkelanjutan. Untuk menjangkau hal itu, diperlukan strategi oleh Pemerintah Daerah kabupaten Sinjai.

Terkait perlunya strategi yang nantinya akan dituangkan dalam perencanaan dan untuk pelaksanaan rencana penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah daerah setempat serta untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka perlu dilakukan analisis sesuai situasi secara strategis, dalam hal ini digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths/S), kelemahan (Weaknesses/W), peluang (Opportunities/O), dan ancaman (Threats/T) dalam suatu proyek atau suatu program pembangunan.

Menurut Muchtar (2015), analisis SWOT merupakan salah satu instrumen yang beraneka guna, yang dapat digunakan berkali-kali pada berbagai tahap proyek; membangun sebuah telaah atau untuk bahan diskusi sebelum membuat

(22)

perencanaan. Instrumen ini dapat diterapkan secara luas, atau sub komponen yang kecil (bagian dari strategi) dapat dipisahkan agar dapat melakukan analisis yang mendetail. SWOT sering menjadi pelengkap yang berguna ketika melakukan Analisis Pemangku Kepentingan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Strategi Penanggulangan Kemiskinan Warga Di Kabupaten Sinjai”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah: bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan warga oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi penanggulangan kemiskinan warga oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai..

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi dalam bidang ekonomi dan diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan bahan bacaan pihak yang membutuhkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas, sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian berikutnya yang ada kaitannya dengan strategi penanggulangan kemiskinan.

(23)

b. Bagi Pemerintah, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam hal pengambilan kebijakan yang terkait dengan strategi penanggulangan kemiskinan atau program pengentasan kemiskinan dalam membantu mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat.

c. Bagi Masyarakat, sebagai sumber informasi bagi masyarakat bahwasanya strategi penanggulangan kemiskinan dapat membantu mengurai beban masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan.

(24)

8 A. Landasan Teori

1. Kemiskinan

a. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan (Alhudori, 2017:117).

Menurut Supriatna (dalam Wahyu dan Aidar, 2018: 363), kemiskinan adalah keadaan dimana kebutuhan seseorang terbatas dan itu terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Juga suatu penduduk dikatakan miskin apabila rendahnya tingkat pendidikan yang disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang ada, kurangnya produktivitas kerja, pendapatan yang dibawah rata-rata, serta rendahnya tingkat kesehatan dan gizi juga kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan seseorang disebut miskin.

Sedangkan menurut Wulandari (2016:112), kemiskinan itu bersifat multidimensional. Artinya, kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka

kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Kemiskinan adalah masalah multidimensional, tidak hanya masalah ekonomi saja namun menyangkut

masalah sosial, budaya, dan politik.

Menurut Sjafari (dalam Syaiful Ilmi, 2017:69) dalam diskursus mengenai kemiskinan itu sendiri, ada tiga pandangan yang berkembang, yaitu

(25)

konservatifme, liberalisme dan radikalisme. Penganut masing-masing pandangan memiliki cara yang berbeda dalam menjalankan kemiskinan. Kaum konservatif memandang bahwa kemiskinan bermula dari karakteristik khas orang miskin itu sendiri. Orang menjadi miskin karena tidak mau bekerja keras, boros, tidak mempunyai rencana, kurang memiliki jiwa wiraswasta, fatalis dan tidak ada hasrat untuk berprestasi. Menurut Oscar Lewis, orang-orang miskin adalah kelompok sosial yang mempunyai budaya kemiskinan sendiri yang mencakup psikologis, sosial dan ekonomi. Kaum liberal memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah semacam realistik dan situasional adaptation pada lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit. Sedangkan kaum radikal mengabaikan budaya kemiskinan, mereka menekankan peran struktur ekonomi, politik dan sosial dan memandang bahwa manusia adalah makhluk yang kooperatif.

Implikasi kemiskinan yang melibatkan pandangan pandangan tersebut menjadikan kemiskinan sebagai sesuatu yang sangat kompleks. Memahami kemiskinan tentunya tidak hanya dapat dilihat dari satu segi dan satu sudut pandang saja, melainkan harus mampu membacanya dalam kerangka multidisipliner yang komprehensif. Secara sederhana, sebagaimana dinyatakan

oleh Suparlan (dalam Syaiful Ilmi, 2017:70), kemiskinan dapat didefinisi kan sebagai suatu tingkat kehidupan yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.

Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya

(26)

terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, standar pendidikan, dan lain sebagainya yang muncul dalam masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Sari (2011), mengatakan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multi sektoral yang harus menjadi tanggung jawab semua pihak, mulai dari tingkat pusat sampai pada individu masyarakat. Masalah kemiskinan hanya dapat diputuskan apabila pemerintah melakukan kebijakan yang serius dan memihak pada keluarga miskin. Namun sering kali kebijakan yang dibuat justru kurang memihak keluarga miskin, akibatnya kebijakan yang ada semakin memperburuk kondisi keluarga miskin bahkan menyebabkan seseorang yang tidak miskin menjadi miskin. Oleh karena itu, usaha penanggulangan kemiskinan haruslah memiliki perencanaan, penetapan kebijakan dan strategi serta arah yang jelas dalam penanggulangannya dan didukung dengan program kegiatan yang tepat sasaran yaitu keluarga miskin.

b. Faktor Penyebab Kemiskinan

Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (dalam Cica, 2016:109), sebagai berikut: 1). Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah, 2). Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah, 3). Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal.

Sementara menurut Mahmudi (dalam Adhitya dan Bayu, 2019), terdapat tiga faktor yang menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu: 1). Rendahnya tingkat kesehatan, 2). Rendahnya pendapatan, 3). Rendahnya tingkat

(27)

pendidikan. Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya kemiskinan karena tingkat kesehatan masyarakat yang rendah akan produktivitas menjadi rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih lanjut menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapatan rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kemiskinan itu selanjutnya menyebabkan seseorang tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas serta membayar biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan.

c. Ukuran dan Kriteria Kemiskinan

Ukuran kemiskinan menurut Kuncoro (dalam Adhitya, 2019:1349), dibedakan menjadi tiga ketegori, yaitu: 1). Kemiskinan absolute, dimana masyarakat yang digolongkan dalam ketegori kemiskinan absolute jika pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup, 2). Kemiskinan relative, yaitu masyarakat yang digolongkan dalam kategori miskin relative apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya, 3). Kemiskinan kultural, yaitu masyarakat yang digolongkan dalam kategori kemiskinan kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.

(28)

Badan Pusat Statistik (BPS, 2014) mendefinisikan kemiskinan dengan membuat kriteria besarnya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan.

Dalam konteks itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan kriteria tersebut.

Kriteria statistik BPS tersebut adalah:

1) Tidak miskin, adalah mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.

2) Hampir tidak miskin dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. – Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlahnya mencapai 27,12 juta jiwa.

3) Hampir miskindengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya mencapai 30,02 juta.

4) Miskin dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.- kebawah atau sekitar Rp 7.780.- ke bawah per orang per hari. Jumlahnya mencapai 31 juta.

5) Sangat miskin(kronis) tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah pastinya. Namun, diperkirakan mencapai sekitar 15 juta.

Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 146 / HUK / 2013 tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu, terdiri atas 14 Kriteria Kemiskinan.

14 Kriteria Kemiskinan Menurut KEMENSOS RI, meliputi :

1) Luas Lantai Bangunan Tempat Tinggal Kurang dari 8 M2 per Orang.

2) Jenis Lantai Tempat Tinggal Terbuat dari Tanah/Bambu/Kayu Murahan.

(29)

3) Jenis Dinding Tempat Tinggal dari Bambu/Rumbia/Kayu Berkualitas Rendah/Tembok Tanpa Di Plester.

4) Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air Besar/Bersama-sama dengan Rumah Tangga Lain.

5) Sumber Penerangan Rumah Tangga tidak Menggunakan Listrik.

6) Sumber Air Minum berasal dari Sumur/Mata Air tidak terlindung/Sungai/Air Hujan.

7) Bahan Bakar untuk Memasak sehari-hari adalah Kayu Bakar/Arang/Minyak Tanah.

8) Hanya Mengonsumsi Daging/Susu/Ayam dalam satu kali Seminggu.

9) Hanya Membeli Satu Stel Pakaian Baru dalam Setahun.

10) Hanya Sanggup Makan Sebanyak Satu/Dua Kali dalam Sehari.

11) Tidak Sanggup Membayar Biaya Pengobatan di Puskesmas/Poliklinik.

12) Sumber Penghasilan Kepala Rumah Tangga adalah : Petani dengan Luas Lahan 500 M2, Buruh Tani, Nelayan, Buruh Bangunan, Buruh Perkebunan dan atau Pekerjaan Lainnya dengan Pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per Bulan.

13) Pendidikan Tertinggi Kepala Rumah Tangga : Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD/Tamat SD.

14) Tidak Memiliki Tabungan/Barang yang Mudah dijual dengan Minimal Rp.

500.000,- seperti Sepeda Motor Kredit/Non Kredit, Emas, Ternak, Kapal Motor, atau Barang Modal Lainnya.

d. Program Penanggulangan Kemiskinan

Untuk meningkatkan efektivitas dalam upaya penanggulangan kemiskinan Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang

(30)

Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8% sampai 10% pada akhir tahun 2014. Melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ditingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan diprovinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hal ini telah mengklasifikasikan kebijakan dalam tiga kelompok (cluster) yaitu sebagai berikut:

1) Klaster I

Kelompok kebijakan penanggulangan kemiskinan berbasisi bantuan sosial terpadu berbasis keluarga. Tujuannya adalah mengurangi beban rumah tangga miskin melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi. Mekanisme pelaksanaan program bersifat langsung dan klasifikasi program ini meliputi program Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN).

2) Klaster II

Kelompok kebijakan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip. Jenis program klaster II adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya Produktif.

(31)

3) Klaster III

Kebijakan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Tujuannya adalah memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Program pada klaster III adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Kredit Usaha Bersama (KUBE).

2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat sangat relevan sebagai paradigma kebijakan desentralisasi dalam penanganan masalah sosial termasuk masalah kemiskinan.

Menurut Abidin, dkk (2013), Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam penanggulangan kemiskinan, diantaranya adalah melalui kebijakan makro ekonomi, pendekatan kewilayahan, dan pendekatan pemenuhan hak-hak dasar kebutuhan manusia. Kebijakan makro ekonomi untuk menanggulangi kemiskinan adalah dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Pendekatan kewilayahan yang digunakan untuk menanggulangi kemiskinan adalah dengan percepatan pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan, pengembangan kawasan pesisir, dan percepatan pembangunan di daerah tertinggal. Sedangkan melalui pendekatan pemenuhan hak-hak dasar adalah dengan melakukan pemenuhan hak atas pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, akses terhadap sumber daya sosial dan ekonomi, kegiatan usaha produktif, perumahan air bersih dan rasa aman.

Sedangkan menurut Nurcahya (2020), strategi penanggulangan kemiskinan daerah telah menjadi acuan bagi pemerintah dalam menyusun PERDA, aplikasi nya perlu pengawasan dan disusun program yang lebih praktis.

(32)

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diambil kebijakan pembangunan yang berpihak pada penanggulangan kemiskinan, yang di antara lain meliputi:

optimalisasi pemanfaatan APBD, penajaman program-program, pengarahan dana pinjaman dan hibah, sinkronisasi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan, serta pelibatan pentahelix.

3. Analisis SWOT a. Pengertian

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman utama organisasi ke dalam daftar yang ter organisir dan biasanya disajikan dalam bilah kisi-kisi yang sederhana (Priharto, 2019).

Menurut Robinson dan Pearce (1997), analisis SWOT merupakan salah satu komponen penting dalam manajemen strategi. Analisis SWOT ini nantinya akan menghasilkan profil sekaligus memahami dan mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan organisasi. Kelemahan dan kekuatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ancaman eksternal dan peluang sebagai dasar untuk menghasilkan opsi atau alternatif strategi lain (idtesis, 2018).

Fredy Rangkuti (2014) mengatakan bahwa analisis SWOT juga memungkinkan organisasi memformulasikan serta mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut dari pelaksanaan serta tujuan organiasasi, dalam analisis SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis dapat juga menyebabkan dilakukan suatu perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan (Setiawan, 2021).

b. Fungsi Analisis SWOT

(33)

Dalam tulisan Rahutomo (2016) menjelaskan berikut ini:

Teori SWOT (Strengths – Weaknesses – Opportunities - Threats) menurut Wheelen dan Hunger (2012:16) merupakan sebuah langkah untuk dapat mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Lingkungan eksternal berisi variabel peluang dan ancaman (oppoturnities and threats) yang berada di luar organisasi dan bukan merupakan hal yang dapat dikontrol oleh pimpinan organisasi dalam jangka waktu dekat. Lingkungan internal organisasi terdiri dari variabel kekuatan dan kelemahan (strenghts and weaknesses) yang berada dalam tubuh organisasi itu sendiri dan biasanya tidak dalam kontrol pimpinan organisasi dalam waktu dekat.

Yang termasuk dalam variabel ini adalah struktur, budaya, dan sumber daya organisasi.

Heinz Weihrich (1982) menjelaskan bahwa matriks SWOT (Strengths- Weaknesses-Opportunities-Threats) adalah sebuah alat yang sangat penting

dalam membantu manajer untuk mengembangkan empat strategi :strategi SO (strengths-opportunities), strategi WO (weaknesses-opportunities), strategi ST (strengths-threats), dan strategi WT (weaknesses-threats). Lebih lanjut Fred R.

David (2011: 178) menjelaskan bahwa mencocokkan faktor internal dan eksternal adalah hal yang paling sulit dalam membuat matriks SWOT karena membutuhkan penilaian yang baik.

Strategi SO menggunakan kekuatan internal yang dimiliki untuk mengambil manfaat dari peluang lingkungan yang ada. Semua manajer pasti ingin organisasinya dapat memanfaatkan dengan baik peluang yang ada dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki. Organisasi pada umumnya akan berusaha memenuhi strategi WO, ST, atau WT untuk menciptakan situasi

(34)

dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika sebuah organisasi mempunyai kelemahan utama, maka organisasi tersebut akan berusaha mengatasinya dan membuatnya menjadi lebih kuat. Begitu juga ketika organisasi menghadapi ancaman yang besar, maka sebuah organisasi akan menghindarinya dan berkonsentrasi kepada peluang.

Strategi WO bertujuan untuk meningkatkan kelemahan internal dengan mengambil manfaat dari peluang yang ada. Terkadang organisasi menemukan sebuah peluang, namun kelemahan organisasi mencegah untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut. Contohnya adalah ketika Polres mengetahui identitas dan lokasi pelaku penipuan, namun karena jarak yang jauh dan kurangnya biaya pelaku menjadi tidak dapat ditangkap. Salah satu strategi WO yang dapat diterapkan adalah dengan meminta bantuan kepada Polres di lokasi pelaku kejahatan untuk membantu melakukan penangkapan terhadap pelaku tersebut. Dengan begitu peluang untuk menangkap pelaku kejahatan tetap dapat dimanfaatkan.

Strategi ST menggunakan kekuatan organisasi untuk mengurangi dampak dari ancaman yang berasal dari luar organisasi. Ini bukan berarti sebuah organisasi yang kuat harus selalu bertemu dengan ancaman secara langsung.

Contoh strategi ini adalah penggunaan undang-undang pencucian uang (strenghts) untuk mengembalikan kerugian negara yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi (threats). Korupsi merupakan sebuah ancaman yang menghambat pembangunan nasional serta merugikan keuangan negara.

Strategi WT adalah sebuah strategi bertahan untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman yang berasal dari luar lingkungan organisasi. Sebuah organisasi yang menghadapi banyak ancaman dari

(35)

lingkungan luar dan memiliki banyak kelemahan mungkin berada dalam posisi yang tidak pasti. Pada kenyataannya organisasi tersebut harus berjuang untuk bertahan dan tetap eksis dalam sebuah lingkungan organisasi.

Nampak bahwa analisis SWOT ialah perkembangan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, merupakan kekuatan serta kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang serta ancaman.

c. Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas tentang peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi/perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis (Riadi, 2013).

Gambar 2.1Matriks SWOT

Sumber :Muchlisin Riadi,Analisis SWOT (Pengertian, Tujuan, Aspek, Kuadran dan Matriks). 2020.

Matriks SWOT merupakan sebuah alat analisis subyektif tentang informasi organisasi yang melakukan usaha/kegiatan digolongkan dalam empat bagian untuk membantu pemahaman, penyajian, diskusi dan pengambilan keputusan. Empat dimensi yang ada pada matriks membagi kelebihan dan

(36)

kekurangan kemudian mempertemukannya dengan faktor internal dan faktor eksternal.

Penggunaan matriks SWOT harus menyesuaikan dengan tujuan organisasi, karena satu kelebihan organisasi bisa menjadi kelemahan bagi organisasi jika tidak sesuai dengan tujuan awal. Tidak menutup kemungkinan, hasil dari analisis SWOT memaksa organisasi untuk membuat suatu tujuan baru dan dari tujuan baru yang disusun organisasi maka organisasi juga harus membuat matriks SWOT baru lagi.

Penggunaan matriks SWOT juga berguna untuk mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan penting yang ada pada organisasi, dari hasil analisis tersebut kemudian organisasi dapat membuat tingkat prioritas dan mengalokasikan sumber daya kepada isu-isu atau permasalahan organisasi sesuai dengan tingkat prioritas.

Intinya, matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu pemangku kebijakan mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-Threats).

Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT (Rangkuti, 2006), yaitu:

1. Tuliskan kekuatan internal organisasi yang menentukan.

2. Tuliskan kelemahan internal organisasi yang menentukan.

3. Tuliskan peluang eksternal organisasi yang menentukan.

4. Tuliskan ancaman eksternal organisasi yang menentukan.

5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.

(37)

6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.

7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.

8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat.

d. Analisis Faktor Strategis Eksternal

Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary / EFAS), dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.

3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.

(38)

4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3.

Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.

Tabel 2.1

Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysi Summary / EFAS)

Faktor-faktor Strategis

Eksternal Bobot Rating Skor Pembobotan

(Bobot x Rating) Peluang

(Opportunities/O) : 1. Peluang 1 2. Peluang 2

bobot peluang 1 bobot peluang 2

rating peluang 1 rating peluang 2

Jumlah O A B

Ancaman (Threats/T) :

1. Ancaman 1 2. Ancaman 2

bobot ancaman 1 bobot ancaman 2

rating ancaman 1 rating ancaman 2

Jumlah T C D

T o t a l (a+c)= 1 (b+d)

Sumber : Fredy Rangkuti,Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, 2006

e. Analisis Faktor Strategis Internal

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary / IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.2

(39)

Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary / IFAS)

Faktor-faktor

Strategis Internal Bobot Rating

Skor Pembobotan (Bobot x Rating) Kekuatan

(Strengths/S) : 1. Kekuatan 1 2. Kekuatan 2

bobot kekuatan 1 bobot kekuatan 2

rating kekuatan 1 rating kekuatan 2

Jumlah S A b

Kelemahan (Weaknesses/W):

1. Kelemahan 1 2. Kelemahan 2

Bobot kelemahan 1 bobot kelemahan 2

rating kelemahan 1 rating kelemahan 2

Jumlah W C d

T o t a l (a+c) = 1 (b+d)

Sumber : Fredy Rangkuti,Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, 2006.

B. Tinjauan Empiris

Berkaitan dengan penelitian ini ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dijadikan pedoman atau landasan dalam penelitian ini, yaitu seperti tertera dalam tabel berikut.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

1. Sanadjihtu Sangadji, Totok Wahyu Abadi, dan Luluk Fauziah (2015)

Karakterisitik Kemiskinan dan

Penanggulang annya di Kabupaten Sidoarjo

Teknik penganalisisa

n yang

digunakan adalah grounded yang

dikonstruksika n Strauss &

Corbin (1990)

Penanggulangan kemiskinan harus didasarkan pada karakteristik

masyarakat miskin

dan wilayah.

Berdasarkan

karakteristik wilayah tersebut, kemiskinan

yang ada di

(40)

melalui

coding, yakni open coding, axial coding, selective coding dan simpulan verifikasi

Kabupaten Sidoarjo termasuk kategori kemiskinan kultural.

Kebijakan umum penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo diantaranya, adalah peningkatan tingkat penididikan

masyarakat, derajat kesehatan

masyarakat, daya saing sumber daya manusia, daya beli masyarakat, dan pengendalian laju pertumbuhan

penduduk.

Pelaksanaan program

dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sidoarjo masih belum optimal, terutama program BKSM, Jamkesda, dan Raskin. Untuk program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan dana bergulir termasuk efektif dan tepat sasaran.

2. Ade Triono dan Djunita Warsita (2019)

Strategi Penanganan Kemiskinan di Kabupaten Bogor

Menggunakan model melalui tahapan; data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclusing drawing (penarikan kesimpulan)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya Pemerintah Daerah Kabupaten

Bogor untuk

mengatasi hambatan permasalahan

kemiskinan alam bentuk yaitu; 1.

Keterlibatan

Pemerintah dalam pemberdayaan

ekonomi masyarakat, 2. Kebijakan dan program penanganan kemiskinan

(41)

Pemerintah Pusat, 3.

Kebijakan dan program penanganan kemiskinan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

3. Abd. Rahman (2015)

Analisis Keunggulan Kompetitif dan Strategi

Penanggulang an Kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi

Analisis data penelitian ini menggunakan Location Quotient (LQ), dan Tipologi Klasen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keunggulan

Kompetitif di Kecamatan Licin hasil analisis pangsa di Kecamatan Licin menunjukkan bahwa pangsa tertinggi adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 53,35% dan sub sektor tertinggi adalah pertambangan non migas sebesar 52,77% dan ada 1 sektor

(Pertambangan dan Penggalian) dan 2 subsektor

(Peternakan dan Pertambangan Non Migas) yang memiliki nilai LQ lebih dari 1, maka dengan hasil analisis ini dapat dijadikan referensi untuk memanfaatkan potensi yang terkait dengan lapangan

usaha diatas

semaksimal mungkin untuk kemakmuran masyarakat di Kecamatan Licin.

Strategi

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Banyuwangi yaitu: 1) Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis

(42)

Keluarga (Family- Base Policy) Rumah Tangga Miskin; 2) Strategi

penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga (family center edintegrated social assistance; 3) Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas

(Pemberdayaan Kelompok Rumah Tangga Miskin); dan

4) Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Individu Terpilih Sebagai Pemicu Pencapaian

Peningkatan

Pendapatan bagi Kelompok Rumah Tangga Miskin Produktif.

4. Reza Fahrudin (2015)

Evaluasi Kebijakan Penanggulang an Kemiskinan Pemerintah Kota Balikpapan

Penelitian ini menggunakan analisis yang diutarakan oleh Creswell (2007) yang mana

menggunakan metode spiral dengan

melalui tahap- tahap

representasi dan visualisasi data, deskripsi klasifikasi dan interpretasi, pembacaan dan

pengelolaan data.

Hasil penelitian menunjukkan Arah kebijakan

penanggulangan kemiskinan

pemerintah kota Balikapapan sangat tepat, hal ini dikarenakan

kebijakan

penanggulangan kemiskinannya

terintegrasi dengan kebijakan makro pembangunan kota Balikpapan.

Pembangunan

manusia bermakna dalam kualitas hidup masyarakat (kota Balikpapan).

Sehingga isu

kemiskinan

Gambar

Tabel 4.5 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di  Kabupaten Sinjai 2016-2020 ...........................................................
Gambar 2.1Matriks SWOT
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu  No  Nama  Peneliti  Judul  penelitian  Teknik  Analisis  Hasil Penelitian  1
Gambar 2.2  Kerangka Konsep
+4

Referensi

Dokumen terkait

perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal perusahaan (peluang.. dan ancaman) yang dianalisis dengan satu model analisis yaitu model matriks. SWOT untuk

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

Matrik SWOT ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

Matriks SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson seperti yang tercantum dalam Tabel 7 menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi

Matrik SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal)

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT Matriks jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dapat

Matriks SWOT Faktor Eksternal Peluang Opportunities Ancaman Treath Faktor Internal Sumber Daya Alam mendukung dari segi komparatif Infrastruktur mendukung Tingkat konsumsi akan