• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan jajanan adalah makanan berupa penganan kudapan.Makanan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak orang, termasuk anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli makanan dari pedagang di kantin sekolah maupun pedagang di sekitar rumah.Konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah merupakan suatu kebiasaan yang hampir terjadi di seluruh dunia (Fitri, 2012).

Menurut data Food and Agriculture Organisation (FAO, 2013), diperoleh data bahwa anak usia 6 sampai 11 tahun merupakan konsumen tersering dan terbesar dalam mengkonsumsi makanan jajanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan mengalami peningkatan yaitu 74% menjadi 95% dari tahun 2012 sampai 2013.

Data di Indonesia merurut hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan Repulik Indonesia (BPOM RI, 2013), mendapatkan data bahwa 80% anak sekolah mengkonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah baik dari penjaja maupun di sekitar kantin sekolah.Frekuensi makanan ringan lebih dari 11 kali perminggu (66%).

Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Novitasari (2005) di SDN Anyelir I Depok, mendapatkan data bahwa dari 210 siswa terdapat 165 siswa (79%) memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah.

(2)

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, didapatkan bahwa anak usia sekolah mengalami peningkatan pengkonsumsian makanan jajanan di kantin sekolah dari 70% menjadi 83%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem Tahun 2012, didapatkan data bahwa dari tahun 2011 menuju 2012 terjadi kenaikan pengkonsumsian makanan jajanan pada anak sekolah dasar di kantin sekolah dari 68% menjadi 78 %.

Kebiasaan jajanan pada anak sekolah dapat berdampak negatif pada status kesehatan dan status gizi anak yang mengkonsumsi makanan jajanan tersebut. Disisi lain, makanan jajanan memiliki dampak positif karena makanan jajanan yang dikonsumsi anak sekolah dapat melengkapi dan menambah kebutuhan gizi anak (BPOM, 2005).

Mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dapat menimbulkan penyakit yang disebut foodborne disease atau penyakit bawaan makanan yang dapat menimbulkan masalah gangguan pencernaan (Jacob, 2003). Menurut data World Health Organization (WHO, 2013) menyatakan bahwa di negara maju seperti Amerika 3.000

orang meninggal setiap tahunnya akibat foodborne disease. Menurut data Center for Science in Public Interest (2012), di Asia khususnya negara maju seperti Cina,

diperoleh bahwa lebih dari 250 anak sakit dan 40 orang anak meninggal per tahun akibat terkontaminasi makanan jajanan yang tidak sehat.

Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB, 2012-2013) mengenai jajanan anak sekolah di Indonesia, diperoleh bahwa di Indonesia kelompok siswa Sekolah Dasar

(3)

(SD) merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan makanan (BPOM, 2013). Tahun 2012 terjadi sebanyak 24 kali kejadian keracunan makanan yang berasal dari makanan jajanan dengan kejadian luar biasa tertinggi terjadi pada anak SD, yaitu 21 kali kejadian keracunan (BPOM, 2012). Pada tahun 2013, terjadi 180 kejadian keracunan makanan dimana 30 KLB keracunan makanan terjadi di lingkungan sekolah.Penyebab KLB keracunan pangan di lingkungan anak SD sebesar 29, 58% berasal dari makanan yang terkontaminasi oleh bakteri (BPOM, 2013).

Data yang didapat oleh BPOM Provinsi Bali (2013), diperoleh bahwa dari 135 kejadian kasus keracunan makanan di Bali, terdapat 57 siswa SD yang mengalami keracunan makanan setelah mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekitar sekolah. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem (2013) yang melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan, diperoleh data bahwa 17 siswa SD keracunan makanan setelah mengkonsumsi jajanan di kantin sekolah.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah adalah jenis kelamin, uang jajan, pengetahuan, teman sebaya, peran serta orang tua, dan kebiasaan membawa bekal (Fitri, 2012). Pada anak laki-laki tingkat konsumsi makanan jajanan lebih tinggi daripada perempuan, hal tersebut dikarenakan anak laki-laki lebih sering beraktifitas seperti bermain dan berolahraga, sehingga membutuhkan asupan makanan lebih banyak daripada anak perempuan yang aktifitasnya lebih rendah dari pada anak laki-laki (Juster, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Feubner (2003) di SD Al-Azhar Jakarta,

(4)

mendapatkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat konsumsi makanan yang lebih tinggi daripada siswi perempuan.

Faktor uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan. Menurut Berg (1986), besarnya uang yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan besar uang jajan mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah.

Faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak (Notoatmojo, 2003). Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi akan mampu menerapkan kemampuannya dalam memilih maupun mengolah pangan, sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizinya (Yuliastuti, 2012). Menurut menelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan bahwa pengetahuan anak mengenai gizi makanan jajanan dapat mempengaruhi kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan jajanan.

Faktor teman sebaya mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak, pengaruhnya akan semakin besar apabila anak memiliki keinginan yang besar untuk diterima dalam sebuah kelompok tertentu (Hurlock, 2003). Menurut hasil penelitian Gregori (2011), mendapatkan bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi jajanan pada anak sekolah.

(5)

Pengaruh peran serta orang tua sangat mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada anak (Cahyaningsih, 2011). Sifat anak adalah mudah meniru hal yang ada di lingkungannya, terutama di lingkungan keluarga (Notoatmojo,2003). Menurut penelitian Cooke (2004), memperoleh bahwa makanan yang dikonsumsi orang tua mempengaruhi kebiasaan makanan anak.

Faktor kebiasaan membawa bekal merupakan faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajanan anak di sekolah. Kebiasaan anak membeli makanan jajanan di sekolah karena mereka tidak membawa bekal makanan dari rumah (Suci, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiasari (2001), mendapatkan bahwa kebiasaan membawa bekal mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan anak.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada guru, siswa dan pedagang pada kantin di SDN 1 Tista, pada tahun 2013 tingkat pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang dijual pada kantin sekolah antara lain: ketupat sayur, cilok, nasi goreng, mie goreng, es cendol, es gula, es susu, snack buatan pabrik, gorengan, kerupuk, roti dan biskuit.

Makanan tersebut dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok.Makanan yang ada di kantin sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau tertutup sehingga lalat bisa hinggap pada makanan tersebut. Beragamnya jenis

(6)

makanan yang dijual di kantin sekolah, mengharuskan siswa agar lebih selektif dalam memilih makanan jajanan yang akan dikonsumsi.

Dari data yang didapat di Puskesmas Kecamatan Abang, pada tahun 2013 didapatkan bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Jika kejadian diare tidak ditangani, maka akan berpengaruh terhadap siswa. Siswa yang tidak bersekolah akibat sakit terkena diare akan ketinggalan pelajaran di kelas. Hal tersebut bisa menurunkan prestasi siswa di sekolah. Menurunnya prestasi akan mengakibatkansiswa ketinggalan kelas.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan masih jarang dibahas di SDN 1 Tista. Mengingat peran makanan jajanan dapat dijadikan sebagai makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, maka penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SD.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi jajanan anak Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah

(7)

Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahuigambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajananpada siswa SDN 1 Tista.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tentang kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista.

2. Mengetahui gambaran faktor-faktor dalam kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi dan makanan jajanan, besar uang jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya dan pengaruh orang tua pada siswa di SDN 1 Tista.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

(8)

1. Bagi peneliti, sebagai bahan belajar dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan siswa SDN 1 Tista.

2. Bagi SDN 1 Tista, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru agar dapat mengawasi dan memperhatikan jenis makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah, serta dapat memberikan intervensi yang tepat terkait kebiasaan makanan jajanan pada siswa.

3. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar dapat mengawasi dan memperhatikan kebiasaan makanan jajanan pada anak.

4. Bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan, penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam penentuan kebijakan terkait perencanaan program kesehatan gizi anak sekolah pada UPTD Kesehatan yang ada dalam binaan dinas kesehatan terutama dalam pengembangan sumber daya manusia (tenaga), penyediaan fasilitas pelayanan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di lapangan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian sebagai sumbangan referensi dan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan anak.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan informasi awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

“U ntuk melakukan pendidikan etika toleransi kepada anak-anak tidak hanya di dalam kelas saat pembelajaran saja, namun harus di beri contoh langsung seperti kita, dari

Tujuan dalam penelitian untuk mengetahui besarnya minat siswa kelas XII SMA Negeri 1 Dampal Selatan untuk melanjutkan pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pemikiran liberal Barat tidak memprediksikan bahwa wacana rasional akan selalu menuju kesepakatan tentang bangunan institusi yang sama (yakni negara demokrasi

XYZ dapat menggunakan perangkat firewall tersendiri, yaitu Checkpoint 2210 Appliance, untuk menggantikan sistem keamanan jaringan yang menggunakan fitur access list pada CE

Kusyanto, Mohammad, “Konsep Dasar Arsitektur Tata Ruang Rumah Tinggal Tradisional Jawa Tengah pada Perkembangan Tata Ruang Masjid Kadilangu Demak dari Awal Berdiri

Dari hasil penyuluhan dengan seluruh responden di dapatkan informasi bahwasannya rasa ingin tahu dan informasi yang kurang dapat menimbulkan perilaku perawatan

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Budi mempunyai sekaleng cat yang dapat digunakan untuk mengecat dinding kamarnya yang luasnya 16 meter persegi, untuk melakukan pengecatan pada kedua sisi