e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS V
Ni Made Tusti Mahayani1, Ni Ketut Suarni2, Ni Wayan Rati3
3 ,
1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2 Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimen), dengan desain non equivalent post test only control group desain. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem. Sampel penelitian ini adalah kelas V SDN 1 Seraya Timur dan kelas V SDN 3 Seraya Timur. Sampel ditentukan menggunakan teknik random sampling. Data hasil belajar dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji-t dengan rumus polled varians.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem. Hal ini ditunjukan oleh thitung (10,033) > ttabel (2,000). Selanjutnya, rata- rata (mean) kelompok eksperimen (22,08) lebih besar daripada rata-rata (mean) kelompok kontrol (12,19). Dengan demikian, model pembelajaran kuantum berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem tahun pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Kuantum, Hasil Belajar
Abstract
The research aims to determine the significant difference of social learning outcome between the group of students who studied using kuantum learning model and the group of students who studied using conventional learning model. The research design was quasi experiment, with non equivalent post-test only of control group design. The population of this study was entire students from grade V Elementary school of Cluster VII in sub-district of Karangasem. The research sample was grade V students from SDN 1 Seraya Timur and grade V students from SDN 3 Seraya Timur. Sample was classified using random sampling technique. Data of learning outcome was collected using multiple choice test. Data being obtained was analyzed using statistical descriptive analysis technique and t-test statistical inferential with polled variance formulation. The result of study shows that there is significant difference on the social learning outcome between the group of students who studied using kuantum learning model and the group of students who studied using conventional learning model on the students from grade V Elementary school of Cluster VII in sub-district of Karangasem. This is showed by tvalue (10,033) > ttable
(2,000). Next, the mean of experiment group (22,08) is greater than the mean of control group (12,19). Thus, kuantum learning model has an effect positive to the Social learning outcome of the grade V Elementary school of Cluster VII in sub- district of Karangasem school year 2016/2017.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
2 Key word: Kuantum, learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan manusia dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberadaan sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen yang sangat menentukan nasib suatu bangsa, sehingga setiap bangsa menuntut agar memiliki wawasan terhadap ilmu pengetahuan, dan dapat mengembangkannya dalam kehidupan.
Sumber daya manusia yang berkualias dapat dihasilkan salah satunya melalui pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sanjaya (2009:1) menyatakan “Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran”. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan keinginan guru, sehingga proses pembelajaran yang terjadi belum optimal. Banyak guru yang mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas terutama dalam menyampaikan materi dan mengarahkan perhatian siswa pada pokok bahasan yang disampaikan. Hal tersebut berlaku di semua jenjang pendidikan dan mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di Sekolah Dasar.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan selalu diberikan disetiap jenjang pendidikan. Hal ini sesuai dengan Tjandra, dkk (2005:5),
menyatakan bahwa, “Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan- tantangannya”. IPS merupakan mata pelajaran yang dipelajari siswa mulai dari jenjang pendidikan dasar.
Tjandra, dkk (2005:7)
mengungkapkan tujuan
diselenggarakannya pembelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut. (1) membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
(2) membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. (3) membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. (4) membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.(5) memiliki kemampuan anak didik dengan kemampuan mengembangkan kemampuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkemangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Mencermati tujuan
diselenggarakannya pembelajaran IPS, sepantasnyalah pembelajaran IPS ini diselenggarakan dengan penuh persiapan yang matang. Guru sebagai penyelenggara haruslah mampu mengelola sumber belajar sehingga siswa dapat menguasai materi pembelajaran IPS dengan baik.
Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses pembelajaran di kelas V SD Gugus VII Kecamatan Karangasem khususnya pada pelajaran IPS tidak sesuai dengan harapan. Guru mengajar menggunakan pendekatan teacher centered dengan model pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran terasa tidak menarik karena tidak terjadi hubungan timbal balik antara
guru dan siswa. Sehingga siswa terlihat pasif dan kurang memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran. Selain itu guru tidak menggunakan media ataupun alat pendukung dalam proses pembelajaran.
Sehingga proses pembelajaran yang terjadi masih jauh dari harapan. Hal tersebut dapat
menjadikan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa, sehingga terjadi kesenjangan anatara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil belajar yang terjadi dilapangan. Hal itu dapat dilihat dari tabel 1.
Tabel 1
Kriteria Ketuntasan Minimal dan Rata-Rata Nilai Ulangan Akhir Semester I Siswa Kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Karangasem
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
Nilai Rata- Rata UAS
KKM
1 SDN 1 Seraya 12 62, 08 75
2 SDN 2 Seraya 15 61,33 70
3 SDN 3 Seraya 19 63, 68 70
4 SDN 5 Seraya 9 63,44 70
5 SDN 6 Seraya 14 63,57 70
6 SDN 7 Seraya 30 63, 86 70
7 SDN 1 Seraya Timur 29 62, 20 75 8 SDN 2 Seraya Timur 53 66, 26 70 9 SDN 3 Seraya Timur 32 66, 65 70
(Sumber: Data nilai UAS IPS kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem) Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat kesenjangan antara harapan dengan hasil yang dicapai. Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai UAS IPS siswa Kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Karangasem belum memenuhi KKM.
Sehingga dapat diketahui bahwa hasil belajara IPS siswa masih rendah.
Masalah rendahnya hasil belajar siswa tentu harus disikapi dengan serius sehingga berbagai upaya perbaikan terhadap strategi, metode serta teknik pembelajaran IPS terus dilakukan. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi maka akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Selain itu masalah ini akan menyebabkan siswa mengalami kegagalan. Adapun model pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang terjadi pada pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kuantum yang akan memberikan alternatif untuk menghindari kebosanan pada siswa. Model pembelajaran kuantum akan membuat proses pembelajaran terasa lebih bermakna karena mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran kuantum memiliki tujuan adalah “untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan”
(Fathurrohman, 2016:180). Model pembelajaran kuantum memiliki enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Enam fase ini disingkat dengan TANDUR. Dengan adanya enam fase pembelajaran ini siswa akan mengalami sebuah pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan, dan bermakna.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa, model pembelajaran kuantum memiliki perbedaan yang signifikan dengan model pembelajaran konvensional sehingga diduga berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Seberapa jauh pengaruhnya pada penelitian ini belum dapat diungkapkan, sehingga permasalahan ini diangkat dalam suatu penelitian berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017”.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
Dikatakan eksperimen semua karena tidak semua variabel dikontrol dengan ketat.
Penelitian ini menggunakan desain Non Equivalent Post-Test Only Control Group
Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Karangasem yang berjumlah 9 sekolah. Adapun sebaran siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Karangasem dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Komposisi Anggota Populasi
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SDN 1 Seraya 12
2 SDN 2 Seraya 15
3 SDN 3 Seraya 19
4 SDN 5 Seraya 9
5 SDN 6 Seraya 14
6 SDN 7 Seraya 30
7 SDN 1 Seraya Timur 29
8 SDN 2 Seraya Timur 53
9 SDN 3 Seraya Timur 32
(Sumber: Guru Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Karangasem, 2017) Sebelum menentukan sampel,
dilakukan uji kesetaraan terhadap Sembilan sekolah yang menjadi populasi. Namun karena SDN 2 Seraya Timur memiliki kelas pararel yaitu kelas VA dan VB sehingga dalam uji kesetaraan menggunakan 10 kelas. Uji kesetaraan ini dilakukan dengan menganalisis nilai hasil belajar IPS. Analisis yang digunakan dalam uji kesetaraan yaitu analisis varians satu jalur (ANAVA A).
Kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga kelompok tersebut diinterpretasikan tidak setara. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, maka kelompok tersebut setara. Berdasarkan hasil analisis dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,46 dan nilai Ftabel pada dbantar = 9 dan dbdalam = 203 adalah 1,96. Dengan demikian, Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung <
Ftabel), maka H0 diterima. Jadi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Karangasem atau dengan kata lain kemampuan siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem adalah setara.
Setelah memperoleh hasil perhitungan uji kesetaraan, maka dilakukan pemilihan sampel untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
menggunakan teknik undian (random sampling). Sehingga terpilih SDN 1 Seraya Timur sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Seraya Timur sebagai kelas kontrol.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu satu variabel bebas serta satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kuantum dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS adalah tes. Tes tertulis dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk, yakni tes objektif dan subjektif. Pada penelitian ini, data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan.
Instrumen yang diuji cobakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar IPS siswa. Agar instrumen yang dibuat dapat memenuhi syarat yang baik, maka dilakukan uji validitas tes, uji reabilitas tes, uji daya beda tes, dan uji tingkat kesukaran tes. Namun, sebelum melakukan uji lapangan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi oleh para ahli (expert judgement) di bidang IPS. Selanjutnya, instrumen yang telah mendapat pertimbangan pakar kemudian diujicobakan
untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan instrumen tersebut dipergunakan sebagai instrumen penelitian.
Untuk mendeskripsikan data yang diperoleh digunakan teknik analisis statistik deskriptif yang meliputi: mean, median, modus, standar deviasi, dan varians.
Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan kesimpulan, terlebih dahulu dilakukan uji coba normalitas menggunakan analisis Chi-Kuadrat dengan rumus:
fe fe
fo 2
2
(Koyan, 2012:90) Keterangan:
2 = Chi kuadratfo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan
Kriteria pengujian, terima H0 jika
2
2
hit
, dengan taraf signifikasi 5%dan dk = (jumlah kelas – 3 ). Dilanjutkan dengan dilakukannya uji homogenitas varians kelompok menggunakan uji F dengan rumus:
(dalam Koyan, 2012)
Kriteria pengujian.
Jika F(hit) Ftabel (n1 – 1, n2 – 1) maka sampel tidak homogen.
Jika F(hit) < Ftabel (n1 – 1, n2 – 1) maka sampel homogen.
Uji dilakukan pada taraf signifikan 5%
dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1.
Setelah data diketahui normal dan variannya homogen maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi).
Dalam penelitian ini rumus t-test yang digunakan untuk menguji hipotesisadalah polled varians yang ditulis sebagai berikut.
T-test yang digunakan adalah dengan rumus:
2 1 2
1
2 2 2 1 1
2 1
1 1 2
1 1
n n n
n
s n s n
X
t X
(Student dalam Koyan, 2012:33) Keterangan:
X
1 = rata-rata skor post-test kelompok eksperimenX
2 = rata-rata skor post-test kelompok kontroln1 = banyak siswa kelompok eksperimen
n2 = banyak siswa kelompok kontrol s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok control
Kriteria pengujian, terima H0 jika thitung ttab dan tolak H0 jika thitung > ttab dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil posttest hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kuantum menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 27 dan skor terendah adalah 16.
Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu mean (M)= 22,08, median (Md)=22,1, modus (Mo)=24,3, varians (S2)=10,57, dan standar deviasi (s)=3,25
Data hasil tes kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 terlihat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kuantum menunjukkan kurva juling negatif Mo > Md > M (24,3>22,1>22,08). Hal ini
terkecil Varians
terbesar Varians
F
hit
menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi.
Data hasil posttest hasil belajar IPS siswa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 7. Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu mean (M)= 12,19 median (Md)=11,92, modus (Mo)=10,55, varians (S2)=8,33, dan standar deviasi (s)=2,88.
Data hasil tes kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa sebaran data kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan kurva juling positif karena M>Md>Mo (12,19>11,9>10,5). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah.
Selanjutnya sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas sebaran data dan homogenitas kelompok varians.Berdasarkan analisis data yang dilakukan, data berdistribusi normal dan homogen sehingga bisa dilanjutkan pada pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi) dengan rumus polledvarians. Kriterianya Kriteria tolak H0 jika thit ttab dan terima H0jika thit ttab. Hasil ringkasan perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar IPS Kelompok Data
Hasil Belajar
Varians N Db thitung ttabel Kesimpulan Kelompok
Eksperimen 10,576 29 59 10,033 2,000 thitung > ttabel H0 ditolak Berdasarkan analisis data diperoleh
thitung sebesar 10,033 dibandingkan dengan ttabel. Harga ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi T dengan dk = 29+32-2=59 dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi T diperoleh harga ttabel sebesar 2,000. Karena thitung> ttabel (10,033>2,000) maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V di Gugus
VII Kecamatan Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.
PEMBAHASAN
Hasil analisis data hasil belajar IPS kedua kelompok baik kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum maupun kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional memiliki perbedaan nilai rata- rata hasil belajar IPS. Pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum lebih besar dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
Konvensional (22,08>12,19). Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat terhadap data hasil belajar IPS kedua kelompok yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah diketahui sebaran data hasil belajar IPS kedua kelompok telah memenuhi uji prasyarat yaitu berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji-t.
Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 10,033 dan ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 5% dengan dk=59. Dengan membandingkan hasil thitung dengan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung> ttabel, sehingga hasil penelitian adalah signifikan.
Maka terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan anatara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kauntum menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga akan menumbuhkan proses pembelajaran dua arah antara guru dan siswa yaitu adanya hubungan timbal balik. Dengan demikian siswa akan memiliki keberanian untuk mengajukan pendapat, ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru.
Selain itu siswa diberikan pengalaman belajar langsung, dengan sistem belajar seperti ini mereka akan terus bisa mengingatnya. Karena sistem belajar seperti inilah yang bisa masuk ke dalam sistem Long Tern Memory mereka.
Dengan model pembelajaran kuantum keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai oleh peserta didik sangat diperhatikan. Pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan model pemelajaran kuantum melalui enam langkah
pembelajaran yang disingkat dengan TANDUR.
Tahap pertama yaitu tumbuhkan, pada tahapan ini guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa terlihat antusias untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu pada tahapan ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi, siswa dengan sigap langsung membuka buku dan mencari materi yang disampaikan oleh guru, berdasarkan hal tersebut tampak bahwa minat siswa untuk belajar sudah mulai meningkat.
Tahap kedua yaitu alami, pada tahap ini guru menginstruksikan siswa untuk membaca materi yang akan dibelajarkan di dalam kelas, kemudian siswa dengan sigap membaca materi yang akan dibelajarkan di kelas. Setelah siswa membaca materi guru mulai menunjukkan media kepada siswa, terlihat siswa sangat antusias mengamati media yang ditunjukkan oleh guru, terlihat dari cara siswa memandangi media pembelajaran. Setelah media diamati sesuai dengan instruksi guru tampak bahwa sudah adanya gambaran secara nyata mengenai materi yang dibahas di benak siswa, hal ini dapat dilihat dari siswa menganggukkan kepala pertanda ia mengerti sesuatu hal, kemudian siswa mulai berdiskusi dengan temannya serta ada siswa yang mengatakan “ooo, seperti itu” yang menyatakan bahwa ia telah memiliki gambaran nyata tentang materi yang dibahas. ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan materi yang telah dibaca, siswa telah dapat menjawab pertanyan-pertanyan yang dilontarkan oleh guru, itu berarti siswa telah mampu mengontruksi pengetahuannya sendiri.
Tahap ketiga yaitu namai, pada tahap ini guru memberikan tugas ataupun LKS yang dikerjakan dengan berkelompok, saat siswa mengerjakan tugas bersama dengan kelompok terlihat siswa sangat senang belajar dengan kelompok serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya. Ketika siswa mengerjakan tugas ataupun LKS bersama kelompok terlihat siswa bekerja bersama dan berdiskusi.
Tahap keempat yaitu demonstrasi, pada tahap ini siswa menyampaikan hasil diskusi yang telah mereka lakukan di depan kelas yang diwakili oleh perwakilan kelompok, pada tahap ini terlihat siswa tidak malu-malu maju ke depan kelas. Pada saat perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok lainnya menanggapi jika jawaban meraka tidak sama. Untuk kelompok yang menjawab benar diberikan penghargaan berupa yel-yel ataupun tepuk tangan yang meriah sehingga suasana kelas menjadi menyenangkan dan meriah hal ini sejalan dengan pendapat (Huda, 2014) menyatakan bahwa dengan model pembelajaran kuantum suasana belajar di dalam kelas akan berubah menjadi menyenangkan dan meriah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu kelompok yang menjawab benar akan disematkan bintang penghargaan yang nantinya bisa ditukarkan dengan hadiah.
Sehingga siswa terlihat sangat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Tahap kelima yaitu ulangi, pada tahap ini guru meluruskan kembali jawaban- jawaban siswa sesuai dengan hasil diskusi kelas yang terjadi, hal ini dilakukan karena terlihat ada siswa yang masih belum paham terhadap bebrapa hal dari materi yang telah dibelajarkan, sehingga semua siswa dapat memahami materi yang telah mereka pelajari di dalam kelas.
Tahap terakhir yaitu rayakan, pada tahap ini guru memberikan pujian berupa tepuk tangan dan yel-yel dari masing- masing kelompok dan hadiah kepada kelompok yang mendapat bintang terbanyak, siswa terlihat antusias dan bersemangat saat pembagian hadiah. Hal ini dapat menambah semangat siswa untuk belajar di dalam kelas hal ini sejalan dengan pendapat (DePorter, Reardon &
Nourie, 2010) menyatakan bahwa dengan melakukan perayaan berupa pemberian pujian ataupun hadiah akan mendorong siswa tetap dalam keadaan prima dan dapat menambah semangat belajar siswa di dalam kelas serta siswa akan siap secara mental untuk menerima pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil temuan selama proses pembelajaran dengan diterapkannya
model pembelajaran kuantum bahwa prinsip model pembelajaran ini adalah suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Karena dengan model pembelajaran ini siswa terlihat bersemangat dalam belajar.
Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru yaitu ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan lisan. Guru menerangkan secara aktif sedangkan siswa hanya mendengarkan serta mencatat pokok persoalan yang diterangkan oleh guru.
Tanya jawab adalah metode dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang materi yang diajarkan oleh guru.
Penugasan adalah metode pemberian tugas yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan jalan guru member tugas kepada siswa. Dalam pembelajaran konvensional yang menjadi pusat pembelajaran adalah guru (Santayasa 2005), sedangkan siswa hanya berperan pasif dalam mengikuti pembelajaran. Karena guru menjadi pusat pembelajaran maka siswa akan lebih memperhatikan guru dan pandangan siswa hanya tertuju pada guru. Namun dengan guru menjadi pusat pembelajaran tanpa diimbangi dengan aktivitas siswa, maka pembelajaran akan terasa membosankan sehingga setiap konsep yang diajarkan dapat dengan cepat dilupakan oleh siswa.
Perbedaan cara pembelajaran anatara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kuantum dengan model pembelajaran konvensional tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa.
Siswa mengalami pembelajaran yang bermakna, aktif dalam pembelajaran, memahami konsep materi yang dibelajarkan ditambah lagi dengan pemanfaatan media untuk memudahkan siswa memahami materi yang dipelajari.
Siswa akan menjadi lebih senang dalam pembelajaran karena setiap usaha yang mereka lakukan akan diberikan sebuah penghargaan, sehingga siwa termotivasi
untuk belajar lebih baik. Dengan demikian hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kauntum lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmarayasa (2012) menyatakan bahwa bahwa kelompok siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran Kuantum memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SD Gugus I Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng.
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sukasari (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Kuantum dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran PKn kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat.
Berdasarkan hasil temuan dan penelitian yang relevan, maka terbukti secara teoritik dan empirirs bahwa model pembelajaran kuantum lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar lebih efektif dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran kuantum dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem tahun pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung 10,033 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 59 adalah 2,000. Ini berarti thitung>ttabel, sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya model pembelajaran kuantum berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Karangasem tahun pelajaran 2016/2017.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Disarankan kepada kepala sekolah agar memberi kesempatan kepada guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif salah satunya model pembelajaran kuantum serta menyediakan media ataupun alat-alat yang mendukung proses pembelajaran dikelas untuk meningkatkan hasil belajar. (2) Disarankam kepada ketua gugus atau pihat terkait untuk menyelenggarakan KKG bagi guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang inovatif untuk dibelajarkan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. (3) Disarankan kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kuantum agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Deporter, dkk. 2010. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning
di Ruang-ruang Kelas. Bandung:
Kaifa.
Fathurrohman, Muhammad. 2016. Model- Model Pembelajaran Inovatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Huda, MIftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu- isu Metodis dan Paradigmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan, Teknik Analisis Data Kuantitatif.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
KencanaPrenada Group.
Santyasa, I Wayan. 2005. Buku Ajar Belajardan Pembelajaran. Singaraja:
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Tjandra, Made, dkk. 2005. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Singaraja: Jurusan Pendidikan Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan IKIPN Singaraja.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta:
Sidiknas