SKRIPSI
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN JUMLAH PARITAS DENGAN DERAJAT HISTOPATOLOGI
KANKER ENDOMETRIUM TIPE I DI RSUP. H. ADAM MALIK
PERIODE 2012-2015
Oleh :
MICHELLE WIRYADANA 130100241
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN JUMLAH PARITAS DENGAN DERAJAT HISTOPATOLOGI
KANKER ENDOMETRIUM TIPE I DI RSUP. H. ADAM MALIK
PERIODE 2012-2015
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
MICHELLE WIRYADANA
130100241
ABSTRAK Pendahuluan
Karsinoma endometrium dapat diartikan sebagai tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium. Saat ini, kanker endometrium menempati posisi ke-6 kanker tersering pada perempuan dan ke-14 sebagai kanker terbanyak secara keseluruhan.
Kanker Endometrium secara umum merupakan tipe I (sekitar 80% dari semua kasus kanker endometrium). Faktor risiko kanker endometrium tipe I yang paling sering adalah faktor yang terkait estrogen yang tidak terhambat dimana hal ini umumnya dijumpai pada penderita obesitas dan nuliparitas. Penelitian ini ingin melihat apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dan jumlah paritas dengan derajat histopatologi kanker endometrium.
Metode
Data diambil dari rekam medik pasien kanker endometrium tipe I di RSUP H.
Adam Malik periode 2012-2015 sebanyak 44 kasus, berupa indeks massa tubuh pasien dan jumlah paritas yang dialami pasien serta laporan histopatologis yang diperiksa oleh patologis laboratorium patologi anatomi RSUP. H. Adam Malik.
Hasil
Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test, didapatkan nilai p=1.000 (p >0,05) untuk hubungan IMT dengan derajat histopatologis kanker endometrium tipe 1, dan nilai p=1,000 (p>0,05) didapatkan untuk hubungan jumlah paritas dengan derajat histopatologis kanker endometrium tipe I.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yakni tidak adanya hubungan yang signifikan
antara IMT dan jumlah paritas dengan derajat histopatologis kanker endometrium
tipe I
ABSTRACT Introduction
Endometrial carcinoma is a primary epithelial malignant tumor in the endometrium, usually with glandular differentiation and potentially invading the myometrium. This cancer is the 6th and the 14thmost common gynecologic malignancy and overall cancers respectively. Endometrial cancer is mostly type I (representing 80% of all endometrial cancer cases). Risk factors of type I endometrial cancer is commonly associated with unopposed estrogen, which is commonly found in people with higher BMI and nulliparity. This study aims to find the relationship between BMI and number of parity with histological grading of type I endometrial cancer.
Methods
The data was collected from medical record of 44 type I endometrial cancer patients in Haji Adam Malik General Hospital within 2012-2015, such as BMI, number of parity, and histopathological record that has been confirmed by anatomy pathologists of RSUP. H. Adam Malik.
Result
Using fisher exact test, the p value=1,000 (p>0,05) is obtained for the relation between BMI and histological grading of type I endometrial cancer, and p value=
1,000 (p>0,05) for the association between number of parity and histological grading of type I endometrial cancer.
Conclusion
No significant relation was found between BMI and number of parity with histological grading of type I endometrial cancer.
Keyword : body mass index, parity, histological grading, endometrial cancer
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul ”Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Jumlah Paritas dengan Derajat Histopatologis Kanker Endometrium tipe Idi RSUP H. Adam Malik Periode 2012-2015” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian karya tulis hasil penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
2. Dosen Pembimbing I, dr. Cut Adeya Adella, Sp.OG(K) dan Dosen Pembimbing II, dr. Lokot Donna Lubis, M.Ked(PA), Sp.PA, yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dosen Penguji I, Dr. dr. Masitha Dewi Sari, Sp.M(K) dan Dosen Penguji II, dr. Sabri, Sp.BS, untuk setiap kritik dan saran yang membangun.
4. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Jelita Siregar, M.Ked (Clin. Path), Sp.PK, yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan kedokteran.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga
penyelesaian studi dan juga penulisan skripsi penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil dalam proses penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih belumsempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan penulisan skripsi ini.
Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, 05 Desember 2016
Michelle Wiryadana
130100241
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...iii
ABSTRAK………..……….….. .iv
ABSTRACT..………..….…...v
KATA PENGANTAR……….…..…. vi
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR GAMBAR ...………....x
DAFTAR TABEL ……….……….………...xi
DAFTAR SINGKATAN .……….……….….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….……….………...…..xiii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Rumusan Masalah...1
1.3. Tujuan Penelitian...2
1.4. Manfaat Penelitian...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4
2.1. Kanker Endometrium...4
2.1.1. Definisi dan Epidemiologi Kanker Endometrium...4
2.1.2. Faktor Risiko Kanker Endometrium...4
2.1.3. Diagnosis Kanker Endometrium...7
2.1.4. Derajat Histopatologis dan Stadium Kanker Endometrium....8
2.1.5. Histopatologi Kanker Endometrium...9
2.1.6. Tatalaksana Kanker Endometrium...15
2.1.7. Prognosis Kanker Endometrium...15
2.1.8. Hubungan Obesitas dan Nuliparitas dengan Kanker
Endometrium...16
4.1. Rancangan Penelitian...21
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...21
4.2.1. Lokasi Penelitian...21
4.2.2. Waktu Penelitian...21
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...21
4.3.1. Populasi...21
4.3.2. Sampel...21
4.4. Variabel Penelitian...22
4.4.1. Variabel Independen...22
4.4.2. Variabel Dependen...22
4.4.3. Definisi Operasional...22
4.5. Metode Pengumpulan Data...24
4.5.1. Pengolahan Data...24
4.5.2. Analisis Data...24
BAB 5 HASIL PENELITIAN...25
5.1. Hasil Penelitian...25
5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian...25
5.1.2. Hasil Analisis Univariat...25
5.1.2.1.Distribusi Karakteristik Responden...25
5.1.3. Analisis Bivariat...27
5.2. Pembahasan...28
5.2.1.Hasil Penelitian Analisis Univariat...28
5.2.2.Hasil Penelitian Analisis Bivariat...30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...30
6.1. Kesimpulan...33
6.2. Saran...33
DAFTAR PUSTAKA...36
LAMPIRAN...39
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Stadium Korpus Uteri……...10 Tabel 2.2. Perbandigan pengelompokkan stadium dengan klasifikasi TNM.10 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Indeks Massa Tubuh Pasien...24 Tabel 5.2. Distribusi Status Jumlah Paritas Pasien...24 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Derajat Histopatologi Kanker Endometrium
tipe I...24 Tabel 5.4. Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Histopatologi
Kanker Endometrium Tipe I...25 Tabel 5.5. Tabulasi Silang Jumlah Paritas dengan Derajat Histopatologi
Kanker Endometrium Tipe I...26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Endometrioid adenokarsinoma grade I……….9
Gambar 2.1. Endometrioid adenokarsinoma grade II dan III………9
DAFTAR SINGKATAN
IMT = Indeks Massa Tubuh
PCOS = Polycystic Ovarian Syndrome MLH 1 = MutL Homolog 1
MSH 2 = MutS Homolog 2 MSH 6 = MutS Homolog 6
BRCA = Breast Cancer gene mutation TVS = Transvaginal Ultrasound D&C = Dilatasi dan Kuretase
NCCN = National Comprehensive Cancer Network
FIGO = Internation Federation of Gynecology and Obstetryc
WHO = World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Rincian Biaya Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Survey Awal Lampiran 4 Ethical Clearance Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Daftar Tabel Induk
Lampiran 7 Data Analisis Statistical Product and Service
Solutions (SPSS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Secara umum karsinoma endometrium dapat diartikan sebagai tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium.
1Saat ini, kanker endometrium menempati posisi ke-6 kanker tersering pada perempuan dan ke-14 sebagai kanker terbanyak secara keseluruhan dengan jumlah sebanyak 320.000 kasus baru yang terdiagnosis pada tahun 2012.
2Kanker Endometrium sendiri ditandai dengan adanya perdarahan abnormal dari vagina, namun sering pula ditemukan pasien dengan tanpa gejala. Dari sudut pandang klinis, kanker endometrium dapat dibagi menjadi dua tipe, yakni : tipe I dan tipe II berdasarkan usia, prekursor hiperplasia, derajat histopatologi, invasi myometrium, tipe histologis, sifat, dan abnormalitas molekular.
3Kanker endometrium tipe I yang menyumbang sekitar 80-90% dari semua kasus kanker endometrium dan biasanya merupakan oestrogen dependent endometrioid, yang umumnya memiliki prognosis yang lebih baik.Kanker endometrium tipe II biasanya datang lebih terlambat, bersifat lebih agresif dengan prognosis yang lebih buruk. Penyebabnya bukan dipicu oleh estrogen danmemiliki kekambuhan serta metastasis yang lebih tinggi.
4Faktor risiko yang menyebabkan kanker endometrium tipe I terkait dengan
ketidakseimbangan antara paparan hormone estrogen dan progesteron,
termasuk obesitas dan penggunaan terapi pengganti hormone
Sistem derajat histopatologi dipakai untuk menilai perbandingan jumlah sel sehat dengan sel kanker yang dapat dilihat dibawah mikroskop.
6Berdasarkan FIGO 2015, WHO membagi derajat histopatologi tumor ganas endometrioid karsinoma menjadi well differentiated, moderately differentiated, dan poorly differentiated. Hal ini dapat membantu dalam penegakkan diagnosis, pemilihan terapi, dan penentuan prognosis pasien.
7Oleh karena IMT berlebih dan nuliparitas memiliki peranan dalam menyebabkan keganasan endometrium tipe I dan belum terdapat kaitan jelas antara IMT dan jumlah paritas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I, serta penelitian ini juga belum pernah dilakukan di RSUP H. Adam Malik sebelumnya, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara faktor risiko IMT berlebih dan nuliparitas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP H. Adam Malik) Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan peneliti adalah sebagai berikut:
”Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dan jumlah paritas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I RSUP H. Adam Malik periode 2012-2015?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara obesitas dan jumlah paritas dengan gambaran derajat histopatologis kanker endometrium tipe I di RSUP H. Adam Malik periode 2012-2015.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui angka kejadian kanker endometrium tipe I di RSUP H.
Adam Malik periode 2012-2015,
2. Mengetahui indeks massa tubuh pasien kanker endometrium tipe I di RSUP H. Adam Malik periode 2012-2015,
3. Mengetahui jumlah paritas pasien kanker endometrium tipe I di RSUP H. Adam Malik,
4. Menilai hubungan indeks massa tubuh yang berlebih dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I di RSUP H. Adam Malik periode 2012-2015,
5. Menilai hubungan nuliparitas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I di RSUP H. Adam Malik periode 2012-2015.
1.4. Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa indeks massa tubuh dan jumlah paritas berisiko menyebabkan kanker rahim sehingga faktor- faktor ini dapat dicegah guna mengurangi risiko, morbiditas, dan mortalitas kanker rahim pada masyarakat.
Bagi Peneliti
1. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan sebuah penelitian berdasarkan kaedah-kaedah yang telah ditetapkan.
2. Memberikan kontribusi ilmiah, mengembangkan kemampuan berpikir, dan meningkatkan kemampuan analisis peneliti.
Bagi Instansi Pendidikan
Menambah referensi kepustakaan di Universitas Sumatera Utara dan
menjadi acuan bagi penelitian-penelitian yang akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Endometrium
2.1.1.Definisi dan Epidemiologi Kanker Endometrium
Kanker endometrium dimulai ketika lapisan dalam uterus (endometrium) tumbuh tak terkendali.
8Karsinoma endometrium dapat diartikan sebagai tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai myometrium.
9Berdasarkan data dari penelitian tahun 2002, kanker endometrium merupakan kanker paling sering ke-6 yang sering menyerang wanita di seluruh dunia, menempati urutan ke-12 dari keseluruhan kanker,dengan sekitar 290.000 kasus tercatat pada tahun 2008, menyebabkan hingga 5%
kasus kanker baru yang tercatat pada wanita dan 2% pada kasus kanker seluruhnya.
10Di Indonesia berdasarkan laporan histopatologis pada tahun 2002, dijumpai kanker endometrium merupakan kanker ke-8 tersering pada wanita dengan 316 kasus
11, sedangkan data distribusi GLOBOCAN 2012 menunjukkan kejadian kanker rahim dan serviks sebanyak 12.6-19.6 per 100.000 populasi.
12Insiden karsinoma endometrium berdasarkan data dari Officeof National Statistic meningkat dari dua per 100.000 wanita per tahun dibawah usia 40 tahun sampai 40-50 per 100.000 wanita per tahun pada dekade ke-6, ke-7, dan ke-8. Data di Asia Tenggara, insiden karsinoma endometrium mencapai 4,8 % dari 670.587 kasus kanker pada wanita.
9Di Indonesia, penelitian terakhir mendapatkan prevalensi kanker endometrium di RSCM Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita cederung lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita di negara-negara Barat dan Eropa (berusia > 50 tahun sebanyak 63,9% dan berusia muda <
40 tahun sebanyak 12.5%).
12.1.2. Faktor Risiko Kanker Endometrium
Penyebab kanker endometrium belum diketahui pasti, namun terdapat
beberapafaktor yang menyebabkan terjadinya kanker endometrium seperti
faktor
reproduksi dan menstruasi; hormon; kontrasepsi oral; obesitas, kondisi medis; ataupun faktor genetik, dimana gen pencetus dari kanker endometrium yaitu MLH1, MSH2, MSH6.
13Kanker endometrium tipe I (endometrioid) merepresentasi 80% dari semua kasus dengan kebanyakan jenis adenokarsinoma endometrioid.Diduga merupakan tumor terkait estrogen, biasanya didahului dengan hyperplasia endometrial atipikal. Tumor ini memiliki faktor risiko berupa obesitas, nuliparitas, usia menarche dini, menopause yang lebih lama, diabetes melitus, dan hipertensi. Kanker endometrium tipe II, tipe papiler, serosa, dan jernih, merepresentasi 20% dari kasus kanker endometrium dan tidak terkait dengan estrogen ataupun hyperplasia endometrium, namun tumbuh pada endometrium yang atrofik dan berasal dari karsinoma intraepitel,sebuah lesi prakanker. Tumor ini memiliki derajat histopatologis yang kurang baik dengan prognosis yang lebih buruk. Pasien ini biasanya multipara dan tidak memiliki peningkatan insiden obesitas, hipertensi dan diabetes.
5Obesitas dan overweight dengan indeks massa tubuh (IMT) sebagai sebuah
pengukuran yang dapat dibandingkan antar studi maupun populasi dibagi
menurut kriteria WHO menjadi IMT lebih besar daripada 25 kg/m
2disebut
overweight(kelebihan berat badan), sedangkan IMT lebih besar daripada 30
kg/m
2dapat dikatakan sebagai obesitas.
14, 15Berdasarkan data dari WHO
mengenai indeks massa tubuh yang telah disesuaikan untuk populasi Asia,
IMT kurang dari 18,5kg/m
2adalah underweight, sedangkan IMT normal
dalam rentang 18,5-23 kg/m
2, dan IMT yang memiliki risiko kesehatan
namun masih dapat diterimayakni 23-27,5 kg/m
2sedangkan IMT>27,5kg/m
2dikaitkan dengan peningkatan risko kesehatan yang tinggi.
16Indeks massa tubuh yang tinggi dikaitkan dengan paparan estrogen yang tidak terhambat. Setelah menopause, ovarium dan kelenjar adrenal terus menghasilkan androstenedione, yang dimana akan diubah menjadi oestronedi jaringan lemak oleh enzim aromatase. Estrogen yang lebih lemah ini akan menstimulasi proliferasi endometrium yang kronik dan perkembangan kanker endometrium pascamenopause. Tumor yang berasal dari lingkungan hiperestrogenik ini kebanyakan berupa kanker endometrium tipe I yang memiliki ciri histologis berupa endometrioid, low grade, status reseptor hormon positif , dan memiliki prognosis yang baik.
17Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munstedt, et. al menunjukkan bahwa pasien obesitas dengan karsinoma endometrium memiliki tumor dengan derajat diferensiasi yang lebih baik dan berdasarkan penelitian Crosbien E.J. et.al menunjukkan bahwa untuk kanker endometrium tipe I, peningkatan indeks massa tubuh berkaitan dengan tampilan histopatologis yang kurang agresif .
18,19Kehamilan mempengaruhi keseimbangan hormon sehingga bergeser
menjadi lebih banyak progesteron saat kehamilan, menyebabkan jumlah
kehamilan yang lebih banyak dapat melindungi pasien dari kanker
endometrium. Perempuan yang tidak pernah hamil memiliki risiko lebih
tinggi terutama apabila ia juga infertil
.20Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, wanita yang sudah menikah tetapi tidak pernah melahirkan anak
(nuliparitas) dibanding wanita yang tidak pernah menikah memiliki resiko tinggi untuk terkena karsinoma endometrium.
92.1.3.Diagnosis Kanker Endometrium Presentasi Klinis
Lebih dari 90% dari kanker endometrium terjadi pada wanita diatas 45 tahun dengan kebanyakan didiagnosis pada usia antara 55-64 tahun.
Abnormalitas perdarahan rahim termasuk perdarahan pascamenopause, perdarahan hebat saat menstruasi, atau perdarahan intermenstruasi merupakan gejala yang paling sering pada sekitar 75-90 % wanita dengan kanker endometrium.Jarang dijumpai adanya kanker endometrium dengan sel kelenjar atipikal pada skrining sitologi servikal reguler.Setiap perdarahan yang terjadi pada wanita pascamenopause termasuk perdarahan berupa mild spotting harus dievaluasi karena sekitar 3-20% wanita dengan perdarahan pascamenopause ditemukan menderita kanker endometrium.Wanita di atas 45 tahun dengan perdarahan pascamenopause harus dievaluasi dengan biopsi endometrium untuk mengesampingkan kejadian kanker. Pada wanita dibawah 45 tahun dengan perdarahan rahim abnormal, yang terjadi bila dilatarbelakangi dengan adanya unopposed estrogen pada kasus obesitas dan PCOS atau pasien dengan riwayat keluarga Lynch Syndrome atau mutasi BRCA harus dievaluasi secepatnya. Demikian pula perdarahan rahim abnormal yang terus-menerus yang tidak respon terhadap manajemen medis pada wanita di bawah 45 tahun, harus dicurigai karena terdapat sekitar 7%
kejadian kanker endometrium pada wanita dengan kelompok usia ini.
Sebuah penebalan lapisan endometrium yang terlihat pada pencitraan
panggul dengan penyebab lain juga memerlukan evaluasi untuk menyingkirkan diagnosis kanker endometrium, Pada saat diagnosis, dua per tiga dari pasien dengan kanker endometrium memiliki penyakit yang terbatas pada rahim.
21Evaluasi pada Pasien dengan Suspek Kanker Endometrium
Pasien dengan suspek kanker endometrium harus dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul lengkap. Ukuran dan pergerakan dari rahim dan ada atau tidaknya gross cervical involvement, massa di luar uterus, atau asites harus diperhatikan. Area supraklavikular harus diperiksa untuk menyingkarkan pembesaran nodus.Sonografi panggul, terutama transvaginal ultrasound (TVS) sering menjadi lini pertama untuk investigasi pada wanita dengan perdarahan rahim abnormal.Hysterosonography, dimana saline steril dimasukkan ke dalam rongga endometrium dan rahim dicitrakan dengan TVS, dapat membantu membedakan penebalan endometrium difusa atau fokal dan polip endometrium. Pada wanita pascamenopause dengan penebalan endometrium lebih dari 4 mm diwajibkan untuk melakukan biopsy untuk menyingkirkan suatu keganasan.
21Biopsi endometrium merupakan tes baku emas, karena dapat membantu
untuk mengonfirmasi adanya kanker. Teknik ini merupakan teknik yang
paling kurang invasif dengan sensitifitas 73% dan spesifisitas 100% dalam
mendeteksi penyakit endometrium. Dilatasi dan kuretase (D&C) harus
dilakukan hanya apabila pada ruang praktik biopsi endometrium
menunjukkan sel endometrium yang tidak mencukupi untuk
dievaluasi.Histeroskopi dapat membantu untuk mengidentifikasi lesi fokal pada endometrium dan memastikan hasil biopsi sehingga dapat membantu ketika hasil ultrasound tidak konklusif.Terdapat juga kekhawatiran mengenai kemungkinan tumpahan sel ganas ke rongga peritoneal akibat tekanan tinggi di uterus selama prosedur sehingga memperburuk prognosis.Namun dari data yang dipublikasi yang tersedia, tampaknya mengindikasikan bahwa histeroskopi secara statistic tidak terkait dengan perburukan hasil, dan berdasarkan hal ini maka kebanyakan penulis menyimpulkan histeroskopi dapat digunakan pada pasien dengan kanker endometrium tanpa sebaliknya menimbulkan efek terhadap prognosis.Kuretase endoservikal pada saat biopsi endometrium dapat membantu menyingkirkan keterlibatan servikal pada kanker endometrium.
Sitologi servikal dulunya disarankan namun dihapus setelah direvisi pada pedoman National Comprehensive Cancer Network (NCCN).
212.1.4.Derajat Histopatologi dan Stadium Kanker Endometrium The FIGO Committee on Gynecologic Oncology, pada pertemuan tahun 1988, merekomendasi penentuan stadium kanker endometrium melalui pembedahan. Harus pula terdapat verifikasi histologi mengenai derajat diferensiasi dan perluasan dari tumor.
7Derajat Histopatologis (G)
• GX: Grade cannot be assessed.
• G1: Well differentiated.
• G2: Moderately differentiated.
• G3: Poorly or undifferentiated.
Pada lower-grade cancers (grade 1 dan 2), lebih banyak merupakan jaringan kanker yang membentuk kelenjar, sedangkan pada higher-grade cancers (grade 3), kebanyakan sel tersusun dalam bentuk yang kacau atau tidak teratur dan tidak membentuk kelenjar.
8Kasus karsinoma korpus harus dikelompokkan terkait dengan derajat diferensiasi dari adenocarcinomasebagai berikut :
• G1: kurang dari 5% pada sebuah pola pertumbuhan solid nonsquamous atau nonmorular.
• G2 : 6%-50% pada sebuah pola pertumbuhan solid nonsquamous atau nonmorular.
• G3 : di atas 50% dari sebuah pola pertumbuhan solid nonsquamous atau nonmorular.
Atipia inti yang khas (pleomorfisme dan anak inti menonjol), tidak sesuai untuk derajat histopatologi arsitektural, meningkatkan derajat dari tumor dengan derajat histopatologi 1 atau 2 menjadi 1 derajat diatasnya.
Kebanyakan penulis beranggapan karsinoma serosa dan jernih menjadi high
grade per definisi. Adenokarsinoma dengan diferensiasi skuamosa
digolongkan berdasarkan derajat nuklear dari komponen glandular.
7Gambar 2.1. Endometrioid adenokarsinoma grade I
3Gambar 2.2. Endometrioid adenokarsinoma grade II dan III
3Klasifikasi Stadium menurut FIGO 2015
Klasifikasi stadium menurutFIGO saat ini untuk kanker pada korpus uteri
dapat dilihat pada tabel 2.1. Perbandigan pengelompokkan stadium dengan
klasifikasi TNM dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.1. Klasifikasi Stadium Kanker Korpus Uteri
6Tabel 2.2 Perbandingan Pengelompokkan Stadium dengan Klasifikasi TNM
6Nodus Limfatikus Regional (N)
• NX: Nodus limfatikus regionaltidak dapat dinilai.
• N0: Tidak ada metastasis nodus limfatikus regional.
• N1: Metastasis nodus limfatikus regionalke nodus limfatikus pelvis.
• N2: Metastasis nodus limfatikus regional ke nodus limfatikus para-aortik, dengan atau tanpa adanya nodus limfatikus pelvis.
7Metastasis Jauh (M)
• MX: Metastasis jauhtidak dapat dinilai.
• M0: Tidak dijumpai metastasis jauh.
• M1: Metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfatikus inguinal ataupenyakit intraperitoneal).
72.1.5Histopatologi Kanker Endometrium
a. Endometrioid adenocarcinoma: neoplasma glandular yang menunjukkan konfigurasi asinar, papiler ataupun solid, namun tidak mempunyai ciri nuklear seperti pada kanker endometrium serosa. Memiliki kemiripan yang beragam dengan kelenjar endometrium tergantung dari derajat diferensiasinya.Penilaian berdasarkan solid glandular bukan komponen skuamosa dan memliki varian berupa karsinoma endometrioid:dengan diferensiasi skuamosa, villoglandular, secretory, ciliated, lainnya
b. Mucinous adenocarcinoma : > 50% neoplasma terdiri dari sel musin(intracytoplasmic mucin)
3,22Karsinoma Endometrium Tipe Agresif
a. Serous carcinoma: papila bercabang, ireguler, dengan pertumbuhan tunas serta stratifikasi dari sel pleomorfik. Jarang dijumpai arsitektur kelenjar.
b. Clear cell carcinoma: sel tersusun dalam pola tubulocystic, papillary, dan solid, sering dengan sel jernih dan hobnail.
3,22Adenokarsinoma Campuran
Campuran dari dua atau lebih tipe histologis dari kanker endometrium,
setidaknya satu dari kategori kanker endometrium tipe II. Terdiri dari
berbagai tipe karsinoma yang menggambarkan >10 % dari tiap :squamous
cell carcinoma: secara eksklusif tersusun dari sel skuamosa;transitional cell
carcinoma : morfologi mirip dengan tumor pada saluran kemih;small cell carcinoma : menyerupai small cell carcinoma di paru.
3,22Undifferentiated dan Dedifferentiated carcinoma
Karsinoma tidak terdiferensiasi merupakan neoplasma epitel ganas dengan tanpa diferensiasi. Karsinoma dediferensiasi terdiri dari karsinoma tidak terdiferensiasi dengan komponen kedua berupa kanker endometrium FIGO derajat 1 atau 2.
3,222.1.6.Tatalaksana Kanker Endometrium
Secara umum tatalaksana kanker endometrium dapat dilakukan dengan histerektomi dengan salfingo-ooforektomi bilateral merupakan pilihan umum pengobatan. Limfadenektomi pelvis dan para-aortik dapat dilakukan pada pada pasien dengan indikator prognosis yang buruk Omentektomi dilakukan padaserous carcinomaTerapi radiasi dapat ditambahkan menurut luasnya penyakit saat pembedahan. Progestin dan/atau kemoterapi dapat ditambahkan pada stadium lanjut.
32.1.7.Prognosis Kanker Endometrium
5-year survival pada wanita dengan kanker endometrium stadium 0 sekitar 90%, pada stadium IA sekitar 88%, stadium IB 75%, stadium II 69%, stadium IIIA 58%, stadium IIIB 50%, stadium IIIC 47%, stadium IVA 17%, sedangkan pada stadium IVB sebesar 15%.
23Berdasarkan studi Tejerizo-Garcia etal., derajat diferensiasi tumor merupakan prediktor signifikan. Probabilitas kesintasan bebas penyakit
dalam 15 tahun menurun dari 96,3% pada G1 kanker endometrium, 80,0% pada G2 dan 66,7% pada G3. Sejalan dengan hal ini, kesintasan secara keseluruhan 95,6% pada G1, 82,1% pada G2, dan 61,9% pada G3. Pasien dengan G2 menunjukkan risiko 5,8 kali lebih tinggi terjadinya rekurensi tumor daripada pasien karsinoma endometrium awal, dimana juga meningkat hingga 11,5 kali pada pasien dengan kanker endometrium G3.24
2.1.8.Hubungan Obesitas dan Nuliparitas dengan Derajat Histopatologi Kanker Endometrium
Estrogen menghasilkan efek stimulasi pertumbuhan proliferatif pada endometrium. Saat siklus menstruasi, progesteron yang dihasilkan setelah ovulasi memicu diferensiasi endometrium dan desidualisasi. Pada akhir siklus, saat aktivitas korpus luteum menurun, menstruasi terjadi dan lapisan fungsional endometrium terkikis. Ketika endometrium terpapar dengan estrogen yang tidak terhambat (melalui contohnya, nuliparitas, siklus anovulatori, atau penggunaan unopposed estrogen), risiko hiperplasia dan kanker endometrium meningkat.
25Nuliparitas berhubungan dengan siklus anovulatorik yang ditandai dengan pajanan estrogen jangka panjang.
Berbeda dengan multipara, kehamilan mengurangi durasi pajanan terhadap estrogen dandisertai oleh pajanan progesteron.
9Beberapa hipotesis diajukan mengenai mekanisme paritas mengurangi risiko kanker endometrium.
Peningkatan progesteron saat kehamilan dapat mencegah proliferasi sel
endometrium akibat paparan estrogen berlebih dan memicu diferensiasi dan
apoptosis dari sel endometrium. Kelahiran melalui vagina sendiriatau
involusi pascapersalinan dapat memicu peluruhan dari sel kanker dan
prakanker pada lapisan endometrium di uterus. Dari hasil penelitian prospektif dijumpai bahwa nuliparitas tidak mengubah risiko kanker endometrium yang berhubungan dengan faktor risiko terkait hormon yang telah pasti.
26Obesitas diketahui merupakan faktor risiko kanker endometrium. Risiko ini dikaitkan dengan efek endokrin dan inflamatorik dari jaringan lemak.
Adiposit menghasilkan aromatase yang mengubah androgen ovarium menjadi estrogen, yang terlibat dalam memicu proliferasi endometrium.
Level hormon seks yang berikatan dengan globulin rendah pada wanita dengan obesitas, sehingga level dari hormon biologis aktif dan tidak terikat lebih tinggi. Sebagai tambahan aktivitas insulin sering terganggu pada wanita dengan obesitas. Tingkat insulin yang berikatan dengan globulin menurun dan level insulin bebas meningkat. Insulin dan insulin-like growth factors (IGF)juga menghasilkan efek proliferasi pada endometrium, bersama dengan factor pertumbuhan lainnya (contohnya epidermal growth factor). Insulin dan IGF menstimulasi proliferasi endometrium melalui jalur yang telah hiperaktif pada wanita dengan risiko kanker endometrium.
25Jaringan adiposa menyekresikan faktor inflamatorik yang disebut adipokin.Faktor-faktor ini sebagian besar bertanggung jawab terhadap resistensi insulin yang mendampingi obesitas sehingga memainkan peran dalam meningkatkan proliferasi endometrium.Adiponektin, juga dihasilkan oleh jaringan adiposa, mempunyai efek penghambatan pada jalur proliferasi.
Level adiponektin terkait secara berkebalikan dengan massa lemak.
Sehingga, berbagai jalur (termasuk konversi androgen menjadi esterogen
melalui aromatase, peningkatan level estrogen bebas, dan level IGF;
peningkatan sekresi adipokine inflamatorik, dan level adiponektin yang rendah) dapat menjelaskan peningkatan risiko kanker endometrium pada wanita dengan obesitas.
25Secara imunohistokimia, studi dari NIH (National Institute of Health) mengaitkan patogenesis molekular dari kanker endometrium tipe I dengan inaktivasi dari PTEN yang merupakan kasus terbanyak dan secara sporadik diasosiasikan degnan lesi koeksisten atau prakanker. Mutasi KRAS menyebabkan kelainan aktivasi tampak pada 10-30% kasus kanker endometrium tipe I. Mutasi fungsi yang didapat pada ekson 3 dari gen CTNNB1 ( β catenin) juga dijumpai pada 25-38% kasus. Sebaliknya akumulasi yang menyimpang dari protein p53 inaktif yang disebabkan oleh perubahan pada upstream regulatory proteins, seperti MDM2 dan p14 ARF dapat dijumpai pada 5% dari kasus kanker endometrium tipe I yang dimana berbeda dengan pada tipe II yakni sering terjadi pemendekan (truncation) p53.
27Penelitian lain oleh Euginia mengemukakan bahwa pada analisis ekspresi reseptor hormonal, ER dan PR, secara paralel berkaitan dengan peningkatan derajat diferensiasi hsitopatologi, dengan terendah berada pada kanker endometrioid (tipe I) G3 sedangkan absen pada karsinoma nonendometrioid (tipe II);sedangkan p53 positif pada kebanyakan nonendometrioid dan endometrioid G3, sedangkan pada G1 dan G2 jarang.
(28) Studi oleh Munstedt et al. mengemukakan secara immunohistokimia
ekspresi c-erb-B2 sedikit lebih rendah ada pasien obesitas (r = -0,142; p =
0,039).
18Terkait dengan : pajanan estrogen yang lebih lama
tanpa pajanan progesterone d l j l h b
Terkait dengan :
• Konversi Androgen menjadi Esterogen melalui aromatase
• Peningkatan level estrogen bebas
• Level insulin dan IGF bebas yang meningkat
• Peningkatan sekresi adipokine inflamatorik
• Level adiponectin yang rendah
Kanker Endometrium :
Ti Ti
• Well Differentiated
• Moderately Differentiated
• Poorly Differentiated Proliferasi yang
terus-menerus akan meningkatkan risiko hyperplasia
kanker d t i Nulipa
it
Overw eight/
Low grade tumor
High grade tumor
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Teori
3.2. Kerangka Konsep
3.3. Hipotesis
Ho : Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan jumlah paritas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I.
H1 : Terdapat adanya hubungan antara indeks massa tubuh dan jumlah paritas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I.
Indeks Massa Tubuh Jumlah Paritas
Derajat Histopato Kanker Endometri
tipe 1
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan metode penelitian analitik dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan jumlah paritas dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Jl. Bunga Lau No. 17. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dimana rumah sakit ini telah mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas sehingga oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan tertinggi dan memiliki fasilitas lengkap sehingga kasus-kasus berat seperti kanker akan lebih banyak ditangani di rumah sakit ini.
4.2.2.Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan sejak Maret 2016 dan diperkirakan selesai pada Desember 2016, terhitung sejak peneliti menentukan judul penelitian sampai
pembuatanlaporanhasil penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1.Populasi
Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh pasien kanker
endometrium tipe I, sedangkan populasi terjangkau merupakan pasien yang
menderita kanker endometrium tipe I di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan (RSUP HAM) pada periode 2012-2015.
4.3.2.Sampel
Sampel pada penelitian ini merupakan seluruh pasien kanker endometrium
tipe I di RSUP H. Adam Malik pada periode 2012-2015 yang telah
memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk ke dalam kriteria eksklusi
selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data dengan menggunakan
total sampling
Kriteria Inklusi
a. Pasien kanker endometrium berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi RSUP HAM,
b. Tidak memiliki riwayat kanker pada organ lain.
Kriteria Eksklusi
a. Data rekam medik yang tidak jelas 4.4. Variabel Penelitian
4.4.1.Variabel Independen Indeks Massa Tubuh
Jumlah Paritas
4.4.2.Variabel Dependen
Derajat Histopatologi Kanker Endometrium tipe I 4.4.3.Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur &
Alat Ukur
Hasil Pengukuran Skala Ukur Indeks Massa
Tubuh (IMT)
Indeks pengukuran sederhana antara perbandingan berat dan tinggi badan yang sering
digunakan untuk menilai overweight dan obesitas pada tubuh orang dewasa yang didefinsikan
Mengambil data dari rekam medik dari pasien kanker
endometrium pasien yang datang
berkunjung ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP
Pasien dengan IMT berlebih apabila
≥23 kg/m2 (overweight atau obesitas) dan pasien dengan IMT tidak berlebih apabila <23 kg/m2 (underweight/
normal).
Nominal
sebagai berat tubuh
seseorang dibandingkan dengan kuadrat tinggi badan orang tersebut (kg/m2).
HAM).
Jumlah Paritas
Jumlah
kelahiran yang dialami pasien yang diperoleh dari hasil anamnesis
dokter yang tertera pada rekam medik pasien.
Mengambil data dari rekam medik dari pasien kanker
endometrium pasien yang datang
berkunjung ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).
0=nuliparitas
≥1= paritas
Nominal
Derajat Histopatologis Kanker Endometrium
Sebuah system untuk
mengklasifikasi sel kanker
Mengambil data dari rekam medik dari pasien
Well
&moderatelydifferentiatedLow Grade
PoorlydifferentiatedHigh
Ordinal
mikroskop untuk mengetahui kemungkinan laju
pertumbuhan
sel kanker endometrium
dan
kecenderungan untuk
menyebar.
ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM).
4.5.Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni sumber data diambil dari rekam medik pasien kanker endometrium pada periode 2012-2015.
Data ini diperoleh dari Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan.
4.5.1.Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data; (2) coding, data yang telah terkumpul dikoreksi, selanjutnya diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer; (4) cleaning, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisis data.
4.5.2.Analisis Data
Data yang didapat dari hasil penelitian kemudian diolah dengan
menggunakan progam komputer SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Hasil penelitian ini akan dianalisis secara univariat dan bivariat.
BAB 5
HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara merupakan lokasi yang dipilih oleh peneliti. Sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A.
Adapun syarat dari Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, lima spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain, dan 13 sub spesialis dan RSUP H. Adam Malik memiliki semua dari persyaratan di atas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.
5.1.2. Hasil Analisis Univariat 5.1.2.1. Distribusi Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan mengolah data sekunder,
berupa data rekam medis pasien dari instalasi rekam medis Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan didapatkan hasil yang akan
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Indeks Massa Tubuh Pasien
Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentase (%)
IMT berlebih-obesitas 31 70,5
IMT kurang-normal 13 29,5
Total 44 100,0
Dari Tabel 5.1 di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015, pasien dengan IMT berlebih - obesitas berjumlah 31 orang (70,5%) dan pasien dengan IMT kurang – normal berjumlah 13 orang (29,5%).
Tabel 5.2. Distribusi Status Jumlah Paritas Pasien
Jumlah Kelahiran Frekuensi Persentase (%)
Nuliparitas 11 25
Paritas 33 75
Total 44 100
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 5.2 di atas, pasien penderita kanker endometrium tipe I di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015 yang mengalami nuliparitas adalah 11 orang (25%), sedangkan pasien dengan paritas ditemukan sebanyak 33 orang (75%).
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Derajat Histopatologi Kanker Endometrium tipe I
Derajat
Histopatologi Frekuensi Persentase (%)
low grade 39 88,6
high grade 5 11,4
Total 44 100
Dari Tabel 5.3 di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik
Medan pada periode 2012-2015, derajat histopatologi kanker
endometrium tipe I yang terbanyak adalah low grade dengan frekuensi
sebanyak 39 orang (88,6%), sedangkan derajat histopatologi high grade
hanya sebanyak 5 orang (11,4%) dengan IMT kurang-normal adalah 14 orang (31,8%).
5.1.3. Analisis Bivariat
5.1.3.1.Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Histopatologi Kanker Endometrium
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis pasien, dapat diperoleh tabulasi silang antara IMT dengan derajat histopatologis kanker endometrium yang disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 5.4. Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Histopatologi Kanker Endometrium Tipe I
Indeks Massa Tubuh
Derajat Histopatologi
Total
Persentase (%)p- Value Low
Grade
Persentase (%)
High Grade
Persentase (%) Berlebih-
obesitas
27 61,4% 4 9,1% 26 70,5%
1,000 Kurang-
normal
12 27,3% 1 2,3% 18 29,5%
Total 39 88,6% 5 11,4% 44 100%
Dari Tabel 5.4. di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015, pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat rendah dengan IMT berlebih-obesitas berjumlah 27 orang (61,4%) dan IMT rendah-normal berjumlah 12 orang (27,3%) sedangkan pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat tinggi dengan IMT berlebih-obesitas berjumlah 4 orang (9,1%) dan yang memiliki IMT kurang-normal berjumlah 1 orang (2,3%).
Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test,
Tabel 5.5. Tabulasi Silang Jumlah Paritas dengan Derajat Histopatologi Kanker Endometrium Tipe I
Jumlah Paritas
Derajat Histopatologi
Total
Persentase (%)p- Value Low
Grade
Persentase (%)
High Grade
Persentase (%)
Nuliparitas 10 22,7% 1 2,3% 11 25% 1,000
Paritas 29 65,9% 4 9,1% 33 75%
Total 39 88,6% 5 11,4% 44 100%
Dari Tabel 5.5. di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015, pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat rendah dengan nuliparitas berjumlah 10 orang (22,7%) dan jumlah yang mengalami paritas sebanyak 29 orang (65,9%) sedangkan pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat tinggi dengan nuliparitas berjumlah 1 orang (2,3%) dan pasien yang pernah mengalami paritas berjumlah 4 orang (9,1%).
Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test, didapatkan nilai p=1,000 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nuliparitas dengan kanker endometrium tipe I low grade.
5.2. Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat
hubungan antara indeks massa tubuh dan jumlah paritas dengan derajat
histopatologis kanker endometrium tipe I di RSUP H.Adam Malik
periode 2012-2015. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;
5.2.1.Hasil Penelitian Analisis Univariat
a. Gambaran Indeks Massa Tubuh Penderita Kanker Endometrium Tipe I
Dari tabel 5.1, didapatkan bahwa pasien penderita kanker endometrium tipe I terbanyak di RSUP Haji Adam Malik pada periode 2012-2015 adalah perempuan dengan indeks massa tubuh berlebih-obesitas dengan jumlah berjumlah 31 orang (70,5%) dan pasien dengan indeks massa tubuh kurang – normal berjumlah 13 orang (29,5%),Data ini sesuai dengan hasil penelitian Setiawan et. al yang mendapatkan pasien dengan IMT ≥25 sejumlah 2712 kasus (65,4%) dan pasien dengan IMT < 25 adalah sebanyak 1437 (34,6%) kasus dari total 4149 kasus.
5Penelitian lain oleh Crosbie et al. juga menunjukkan pasien dengan IMT berlebih-obesitas sebanyak 709 kasus (79,8%) dan pasien dengan IMT kurang-normal sebanyak 180 kasus (20,2%) dari total 889 kasus.
19b. Gambaran Jumlah Paritas Pasien Kanker Endometrium Tipe I
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 5.2 di atas, pasien penderita
kanker endometrium tipe I di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode
2012-2015 yang mengalami nuliparitas adalah 11 orang (25,0%), sedangkan
pasien dengan paritas ditemukan sebanyak 33 orang (75,0%). Hal ini
ternyata berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Effendi dkk. dimana
pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan nuliparitas
justru paling banyak menderita kanker endometrium tipe I yaitu sebanyak
23 orang (54%) sedangkan pasien yang pernah melahirkan sebelumnya
hanya sebanyak 20 orang (46%). Sejalan dengan penelitian ini, studi oleh
Setiawan et al. justru menunjukkan bahwa penderita kanker endometrium
nuliparitas hanya sebanyak 71 kasus (24,1%) sedangkan pasien dengan paritas sebanyak 223 kasus (75,9%).
29c. Gambaran Derajat Histopatologi Kanker Endometrium tipe I
Dari Tabel 5.3 di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015, derajat histopatologi kanker endometrium tipe I yang terbanyak adalah low grade dengan frekuensi sebanyak 39 orang (88,6%), sedangkan derajat histopatologi high grade hanya sebanyak 5 orang (11,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Crosbie etal. yaitu low grade(G1 dan G2) sebanyak 766 kasus (86.2%), sedangkan pada high grade (G3) sebanyak 123 kasus (13,8%).
19Setiawan et al. juga mengemukakan pada low grade (G1&G2) ditemui 3630 kasus (84,5%) dan high grade (G3) sebanyak 519 kasus (12,5%).
55.2.2.Hasil Penelitian Analisis Bivariat
a. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Histopatologi Kanker Endometrium Tipe I
Dari Tabel 5.4. di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015, pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat rendah dengan IMT berlebih-obesitas berjumlah berjumlah 31 orang (70,5%) dan pasien dengan indeks massa tubuh kurang – normal berjumlah 13 orang (29,5%),sedangkan pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat tinggi dengan IMT berlebih-obesitas berjumlah 4 orang (9,1%) dan yang memiliki IMT kurang-normal berjumlah 1 orang (2,3%).
Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test, didapatkan nilai p=1,000 (p >0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT berlebih dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I low grade .
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Setiawan et al. yang
menunjukkan bahwa IMT dibandingkan dengan derajat histopatologi ≤2
dibanding ≥3 memiliki asosiasi yang lebih kuat untuk low gradetumor (OR per 2kg/m
2= 1.23; 95%CI, 1,21-1,25).
5Penelitian lain oleh Mauland, et al.
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan derajat histopatologis dari kanker endometrium tipe I dengan nilai p= 0.174.
30Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel penelitan untuk dapat secara jelas menghasilkan data yang bisa merepresentatif populasi seutuhnya terutama untuk distribusi pasien dengan kanker endometrium tipe I high grade (G3). Indeks massa tubuh yang termasuk dalam pencatatan data mungkin tidak menggambarkan keadaan IMT uang diukur idealnya merupakan IMT sebelum pasien terdiagnosis dengan kanker endometrium sehingga lebih baik dilakukan dengan penelitian prospektif. Pada pasien dengan kanker yang lebih progresif ataupun pada pasien pascapengobatan kanker ditemukan penurunan berat badan sehingga dapat menimbulkan bias dalam pencatatan berat badan.
b.Hubungan Jumlah Paritas dengan Derajat Histopatologis Kanker Endometrium tipe I
Dari Tabel 5.5. di atas, diperoleh data bahwa di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015, pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat rendah dengan nuliparitas berjumlah 10 orang (22,7%) dan jumlah yang mengalami paritas sebanyak 29 orang (65,9%) sedangkan pasien penderita kanker endometrium tipe I derajat tinggi dengan nuliparitas berjumlah 1 orang (2,3%) dan pasien yang pernah mengalami paritas berjumlah 4 orang (9,1%).
Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test,
didapatkan nilai p=1,000 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan
tipe I (p=0.87). Demikian pula hal yang dipaparkan oleh penelitian Setiawan et al. yang menunjukkan jumlah paritas tidak menunjukkan asosiasi signifikan dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I (p = 0,06)
5Hal ini bisa terjadi akibat sangat sedikitnya pasien dengan nuliparitas yang datang ke rumah sakit sehingga distribusi data tidak seimbang.
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Mauland et al. dikemukakan bahwa pasien nuliparitas sering tidak memiliki diagnosis tertunda yang akibatnya memicu prognosis yang lebih buruk pada pasien tersebut. Pada keluarga yang berencana memiliki anak, pemeriksaan sitologi servikal akan dilakukan sebagai kaitan dengan antenatal care dan wanita yang tidak menikah memiliki angka kehadiran yang lebih rendah, sehingga sangat mungkin menurunkan jumlah pemeriksaan ginekologis pada wanita yang
nulipara secara umum.
30BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test, didapatkan nilai p=1.000 (p >0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT berlebih dengan derajat histopatologi kanker endometrium tipe I low grade .
2. Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Fisher Exact Test, didapatkan nilai p=1,000 (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah paritas berlebih dengan kanker endometrium derajat rendah.
3. Kejadian kanker endometrium tipe I di RSUP H. Adam Malik sebanyak 44 kasus.
4. Pasien kanker endometrium tipe I di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015 didominasi oleh pasien dengan indeks massa tubuhberlebih - obesitas berjumlah 31 orang (70,5%).
5. Pasien kanker endometrium tipe I di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015 didominasi oleh pasien denganparitas ditemukan sebanyak 33 orang (75,0%)
6. Pasien kanker endometrium tipe I di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode 2012-2015 didominasi oleh derajat histopatologi kanker endometrium tipe Ilow grade dengan frekuensi sebanyak 39 orang (88,6%),
6.2. Saran
1. Disarankan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, guna mengambil langkah-langkah promotif-preventif terkait status gizi masyarakat yang mulai cenderung berlebih-obesitas, meskipun data dari penelitian ini menunjukkan tidak begitu signifikan, namun dapat dilihat bahwa pada karakteristik pasien kanker endometrium tipe I dijumpai lebih dominan pada wanita dengan IMT berlebih-obesitas serta pemeriksaan ginekologi rutin baik pada wanita yang pernah melahirkan maupun yang belum pernah melahirkan karena banyak sekali kegananasan pada wanita yang bisa terjadi terkait nuliparitas.
2. Disarankan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak RSUP Haji Adam Malik Medan, khususnya bagian onkologi ginekologi, guna mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan menurunkan kejadian kanker endometrium tipe I, seperti mengedukasi, mendeteksi dini, ataupun memberikan pengobatan yang adekuat kepada pasien yang berisiko untuk menderita kanker.
3. Disarankan kepada pihak RSUP Haji Adam Malik Medan, khususnya yang bertanggung jawab dalam kelengkapan data rekam medis, seperti dokter dan paramedis untuk melengkapi data pada rekam medis serta menulis dengan rapi serta mencatat dengan jelas status pasien saat masuk hingga selesai pengobatan sehingga pembaca dapat memahami dengan benar dan tepat serta bisa memberi kejelasan data bagi peneliti selanjutnya.
4. Disarankan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui dan memahami dampak buruk IMT berlebih-obesitas terhadap kesehatan.
5. Disarankan kepada masyarakat untuk mengetahui dan memahami gejala dini dari kanker endometrium serta melakukan pemeriksaan lebih awal apabila timbul gejala yang serupa pada diri penderita.
6. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memperluas cakupan
penelitiannya, khususnya dalam jumlah sampel dan lokasi penelitian dan
dengan metode penelitian prospektif sehingga dapat lebih bermanfaat
dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dan kesehatan
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sofian A. Kanker Endometrium. In Aziz MF, A, Saifuddin AB, editors. Onkologi Ginekologi : Buku Acuan Nasional. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. p. 456-467.
2. World Cancer Research Fund International. Continuous Update Project. [Online].; 2015 [cited 2016 April 19. Available from:
http://www.wcrf.org/int/cancer-facts-figures/data-specific- cancers/endometrial-cancer-cancer-lining-womb-statistics.
3. Guiu XM. Endometrial Neoplasia. In Goldbloom JR, editor.
Gynecologic Pathology. 1st ed. Boston: Elsevier Churchill Livingstone;
2009. p. 233-258.
4. Kitchener HC. Chapter 57 : Cancer of the Uterine Corpus. In Edmonds DK, editor. Dewhurst's Textbook of Obstetric and Gynecology.
7th ed. London: Blackwell Publishing; 2007. p. 645-650.
5. Setiawan VW, Yang HP, Pike MC, McCann SE, Yu H, Yong BX.
Type I and II Endometrial Cancers : Have They Different Risk Factors?
Journal of clinical oncology. 2013 July; 31.
6. American Society of Clinical Oncology. cancer.net. [Online].; 2015- 2016 [cited 2016 May 13. Available from: http://www.cancer.net/cancer-
types/uterine-cancer/stages-and-grades.7. International Federation of Gynecology and Obstetrics. Cancer of the Corpus Uteri. In F. Amant MRMMK, editor. FIGO Cancer Report 2015.:
Elsevier; 2015. p. S96-S102.
8. American Cancer Society,Inc. American Cancer Society. [Online].;
2016 [cited 2016 May 15. Available from:
http://www.cancer.org/cancer/endometrialcancer/detailedguide/endometrial- uterine-cancer-what-is-endometrial-cancer.
9. Effendi A, Fidiawati WA, P R. Profil penderita karsinoma endometrium di rsud arifin. 2013.
10. World Cancer Research Fund/American Institute for Cancer
Research. Food, Nutrition, Physical Activity, and the Prevention of
Endometrial Cancer. Continuous Update Project; 2013.
11. Aziz MF. Gynecological cancer in Indonesia. doi. Journal of Gynecologic Oncology. 2009 March; 20(1): p. 8-10.
12. American Cancer Society. Global Cancer Facts & Figures 3rd edition.
Atlanta:; 2015.
13. Tulumang JA, Loho MF, Mamengko LM. Gambaran kanker endometrium yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode 2013 – 2015. Jurnal e-Clinic (eCl). 2016 Januari-Juni; 4.
14. Centers for Disease Control and Prevention. Centers for Disease Control and Prevention. [Online].; 2015 [cited 2016 April 19. Available from: http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/.
15. World Health Organization. World Health Organization. [Online].;
2015 [cited 2016 April 19. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.
16. WHO Consultations Expert. Appropriate body-mass index for asian population and its implication for policy and intervention strategies. The lancet. 2004 January 10; 363.
17. Kaaks R, Lukanova A, Kurzer MS. Obesity,endogenous hormone, and endometrial cancer risk. Cancer Epidomiol Marker Prev. ; 11: p. 1531- 1543.
18. Munstedt K, Wagner M, Kullmer U, Hackethal A, Franke F.
Influence of body mass index on prognosis in gynecological malignancies.
Cancer Causes Control. 2008 Apr 8; 19(9): p. 909-16.
19. Crosbie EJ, Robert C, Qian W, Swart AM, Kitchener HC, Renehan AG. Body mass index does not influence post-treatment survival in early stage endometrial cancer : results form the mrc astec trial. European journal of cancer. 2012; 48: p. 853-864.
20. American Cancer Society. American Cancer Society. [Online].; 2016
Springer; 2015.
22. World Health Organization. WHO Classification of Tumors of Female Reproductive Organs. 1st ed. Kurman RJ,MLHCSYRH, editor.
Geneva: International Agency for Research on Cancer (IARC); 2014.
23. American Cancer Society. American Cancer Society. [Online].; 2016 [cited 2016 06 04. Available from:
http://www.cancer.org/cancer/endometrialcancer/detailedguide/endometrial- uterine-cancer-survival-rates.
24. Tejerizo-Garcia A, Jimenez-Lopez JS, Munoz-Gonzalez JL, Bartolome-Sotillos S, Marqueta-Marques L, Lopez-Gonzalez G, et al.
Overall survival and disease-free survival in endometrial cancer : prognostic factors in 276 patients. OncoTargets and Therapy. 2013 September 13;: p.
1305-1313.
25. Kovacs P. Medscape. [Online].; 2016 [cited 2016 05 19. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/757041.
26. Schonfeld SJ, Hartge P, Pfeiffer RM, Freedman M, Greeniee RT, Linet MS, et al. An Aggregated Analysis of Hormonal Factors and Endometrial Cancer Risk by Parity. Cancer. 2012 December 20;: p. 1393- 1401.
27. Merritt MA, Cramer DW. Molecular pathogenesis of endometrial and ovarian cancer. Cancer biomark. 2010; 9(0).
28. Eugenia SC. Clinical, histopathological, and immunohistocheical stdy of endometrial carcinomas. Craiova: University of medicine and pharmacy;
2011.
29. Salvesen HB, Akslen LA, Abreksten G, Iversen OE. Poorer sruvival of nulliparous women with endometrial carcinoma. American cancer society. 1998.
30. Mauland, KK; Trovik, J; Wik, E; Raeder, MB; Njelstad, TS;
Stefansson, IM; Qyan, AM; Kalland, KH. Mauland KK, Trovik J, Wik E, et
al. High BMI is significantly associated with positive progesterone receptor
status and clinico-pathological markers for non-aggressive disease in
endometrial cancer. British Journal of Cancer. 2011; 104(6)
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Michelle Wiryadana Tempat/ Tanggallahir :Medan/06Juli1996
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Prof. H.M. Yamin, Komp. Serdang Mas , No. B6 Medan 20233
RiwayatPendidikan : 1. SD Methodist-2 Kisaran 2002 2. SMP Methodist Kisaran 2008 3. SMA Sutomo I Medan 2011 4. Fakultas Kedokteran USU 2013
Riwayat Pelatihan : 1. Simposium Nasional Scripta Research Festival 2016: ”Clinical Updates and Holistic Management of Neurology Disease (Highlights on Stroke and Meningitis)”
2. Pekan Ilmiah Mahasiswa2015: ”Diabetes Melitus”
3. SCOPH FK USU 2014: ”Seminar Dokter Keluarga
dan Workshop Sirkumsisi (First Step to be A Good
Family Doctor)”
7. SCOPH FK USU 2013: ”Seminar dan Workshop Vital Sign (Its Vital to Know the Vitals)”
Riwayat Organisasi : 1. Anggota KMB USU 2013-2016
2. Anggota Divisi Program SCORE PEMA FK USU 2015-2016
3. Anggota Divisi Keuangan SCORE PEMA FK USU 2016-2017
4. Anggota Divisi Pendidikan dan PelatihanMIND FK
USU 2016-2017
Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. Persiapan Proposal
Nama Jumlah Harga
Satuan
Total
Ijin Survey Awal 1 Rp 75.000,00 Rp
75.000,00
Biaya Print 6 Rp 25.000,00 Rp
150.000,00
Jilid Proposal 6 Rp 2.000,00 Rp
12.000,00
Total Rp 237.000,00 2. Taksasi Dana PenelitianIjin Penelitian 1 Rp 175.000,00 Rp
175.000,00
Biaya Print 6 Rp 25.000,00 Rp
150.000,00
Biaya Jilid 6 Rp 2.000,00 Rp
12.000,00 Total Rp 337.000,00
3. Transportasi Rp 100.000,00
Total Biaya Keseluruhan Rp 674.000,00
Lampiran 3
IJIN SURVEI AWAL PENELITIAN
Lampiran 4
ETHICAL CLEARANCE