• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN UMBI UBI JALAR CILEMBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN UMBI UBI JALAR CILEMBU"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas (L.) Lam) UNTUK BAKTERI Lactobacillus acidophilus,

Salmonella typhii DAN Escherichia coli

SKRIPSI

OLEH:

LAILY PURNAMA SARI NIM 151501117

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas (L.) Lam) UNTUK BAKTERI Lactobacillus acidophilus,

Salmonella typhii DAN Escherichia coli

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LAILY PURNAMA SARI NIM 151501117

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri dengan Menggunakan Umbi Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) untuk Bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., dan Ibu Dr. Dra Marline Nainggolan, MS. Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt., dan Bapak Drs.

Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan dan Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, Ayahanda Rasmijan dan ibunda Murtini tercinta, serta kakak, abang atas doa, dukungan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

(5)
(6)
(7)

PEMBUATAN MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN UMBI UBI JALAR CILEMBU (Ipomoea batatas (L.) Lam) UNTUK BAKTERI Lactobacillus acidophilus,

Salmonella typhii DAN Escherichia coli

ABSTRAK

Latar Belakang : Ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) adalah salah satu bahan alami yang merupakan sumber karbohidrat dan memiliki berbagai nutrisi yang cukup seperti protein, vitamin (A,B,C) dan mineral sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus Salmonella typhii dan Escherichia coli

Tujuan : Memanfaatkan umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) sebagai media pertumbuhan bakteri.

Metode : Pada penelitian ini diambil pati ubi jalar cilembu dengan proses pemarutan dan untuk mendapatkan tepung dilakukan dibuat dalam bentuk simplisia serbuk ubi jalar cilembu. Pembuatan media digunakan pati dan tepung serta penambahan agar, nacl dan susu uht masing-masing dengan konsentrasi formula yaitu 5% (F1), 7,5% (F2), dan 10% (F3), sebagai media pembanding yaitu NA (Nutrient Agar). Selanjutnya dilakukan pengujian mikrobiologi secara invitro dengan metode gores, sebar dan tuang menggunakan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli dan dilakukan pengamatan.

Hasil : Hasil penelitian memberikan ubi jalar cilembu baik pati maupun tepung dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Hasil pertumbuhan bakteri yang terbaik yaitu bakteri Salmonella typhii. Hasil media yang terbaik yaitu tepung ubi jalar cilembu dengan konsentrasi 10% (F3), hal ini karena pertumbuhan bakteri mengandung nutrisi dan mineral yang lebih tinggi dibanding FI dan F2 dan untuk pati kurang baik pertumbuhannya. Metode biakan bakteri pada penelitian ini digunakan metode gores, tuang dan sebar.

Kesimpulan : Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus Salmonella typhii dan Escherichia coli.

Kata Kunci :Ubi jalar cilembu, media pertumbuhan bakteri.

(8)

THE PREPARATION OF BACTERIAL GROWTH MEDIA USING CILEMBU SWEET POTATO TUBER (Ipomoea batatas (L.) Lam) FOR

Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii AND Escherichia coli BACTERIA

ABSTRACT

Background: Cilembu sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) is rich in carbohydrate and contains nutrients such as protein, vitamins (A, B, C) and minerals that makes it a good bacterial culture medium for Lactobacillus acidophilus Salmonella typhii and Escherichia coli bacteria.

Purpose: To see the possibility of the utilization of cilembu sweet potato tubers (Ipomoea batatas (L.) Lam) as a bacterial growth medium.

Method: In this study, cilembu sweet potato was shredded to obtain the starch and the flour was made from the simplicial powder of cilembu sweet potato. The starch and flour were used for the preparation of the media with addition of agar, NaCl and milk with a concentration of formulas namely 5% (F1), 7.5% (F2), and 10% (F3) respectively, NA (Nutrient Agar) as a comparison medium.

Microbiology study was then carried out using Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii and Escherichia coli bacteria and observations were done.

Results: The results showed that cilembu sweet potato, both starch and flour, can be used as a medium for bacterial growth. The best bacterial growth was Salmonella typhii bacteria. The best medium was cilembu sweet potato flour with a concentration of 10% (F3) due to higher content of nutrition and minerals compared to F1 and F2 and the starch did not showed good bacterial growth. The methods used for bacterial culture in this study were streak, pour and spread methods.

Conclusion: The results of this study showed that cilembu sweet potato tubers (Ipomoea batatas (L.) Lam) can be used in the preparation of culture medium for Lactobacillus acidophilus Salmonella typhii and Escherichia coli bacteria.

Keywords: Cilembu sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam), bacterial growth media.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... .. i

HALAMAN JUDUL ... ..ii

HALAMAN PENGESAHAN ... .iii

KATA PENGANTAR ... .iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... .vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

DAFTAR ISI ... .ix

DAFTAR TABEL ... .xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Tumbuhan... 6

2.1.1 Sejarah dan Asal Ubi Jalar Cilembu ... 6

2.1.2 Taksonomi Ubi Jalar Cilembu ... 7

2.1.3 Morfologi Ubi Jalar ... 8

2.1.4 Kandungan Gizi Ubi Cilembu ... 9

2.1.5 Ciri dan Bentuk Ubi Cilembu ... 10

2.1.6 Pati Ubi Cilembu ... 11

2.1.7 Tepung Ubi Cilembu ... 11

2.1.8 Manfaat ubi Cilembu ... 12

2.2 Pertumbuhan Mikroorganisme ... 12

2.2.1 Pengaruh Faktor Fisik Pada Pertumbuhan Mikroorganime ... 12

2.2.2 Pengaruh Faktor Kimia Pada Pertumbuhan Mikroorganime ... 13

2.3 Media Pertumbuhan Bakteri ... 16

2.4 Media Nutrient Agar ... 18

2.5 Metode Inokulasi Biakan Bakteri ... 19

2.5.1 Cara Pengembangbiakan Bakteri ... 20

2.5.2 Inkubasi Bakteri ... 21

2.6 Uraian Bakteri ... 22

2.6.1 Bakteri Escherichia coli ... 22

2.6.2 Bakteri Salmonella typhii ... 22

2.6.3 Bakteri Lactobacillus acidophilus ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Alat ... 24

3.3 Bahan ... 24

3.4 Penyiapan Sampel ... 25

(10)

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 25

3.4.2 Identifikasi Sampel... 25

3.4.3 Pengolahan Sampel ... 25

3.4.3.1 Pengolahan Sampel Pati Ubi Jalar Cilembu... 25

3.4.3.1 Pengolahan Sampel Tepung Ubi Jalar Cilembu... 26

3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi dan Media ... 26

3.5.1 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 26

3.5.1.1 Larutan Iodum ... 26

3.5.1.2 Larutan Etanol 70%... 27

3.5.1.3 Pereaksi CuSO4 1% ... 27

3.5.1.4 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N ... 27

3.5.1.5 Pereaksi Asam Klorida 2 N ... 27

3.5.2 Pembuatan Media ... 27

3.5.2.1 Media Nutrient Agar ... 27

3.5.2.2 Pembuatan Media Agar miring ... 28

3.5.2.3 Pembuatan Stok Kultur Bakteri ... 28

3.5.2.4 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji ... 28

3.5.2.5 Pengenceran Bakteri Uji ... 28

3.6 Pemeriksaan Karakteristik Pati ... 28

3.6.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 28

3.6.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 29

3.6.3 Pemeriksaan Kelarutan... 29

3.6.4 Penetapan Susust Pengeringan ... 29

3.6.5 Uji Kadar Abu ... 30

3.6.6 Uji Karbohidrat ... 30

3.6.7 Uji protein ... 30

3.6.8 Pemeriksaan pH ... 30

3.7 Formula yang Direncanakan ... 31

3.7.1 Media Pengganti Nutrient Agar ... 31

3.8 Cara Pengujian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Identifikasi Sampel... 33

4.2 Pengolahan Pati dan Tepung Ubi Jalar Cilembu ... 33

4.3 Pemeriksaan Karakterisasi ... 33

4.4 Pembuatan Media Umbi Ubi Jalar Cilembu ... 35

4.4.1 Pembuatan Media dari Pati Umbi Ubi Jalar Cilembu ... 35

4.5 Pengujian Media Umbi Ubi Jalar Cilembu terhadap Bakteri... 36

4.5.1 Hasil pengujian Media Pati Umbi Ubi Jalar Cilembu ... 36

4.5.2 Hasil pengujian Media Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu ... 37

4.6 Kriteria Pertumbuhan Bakteri pada Media Ubi Jalar Cilembu ... 38

4.6.1 Kriteria Pertumbuhan Bakteri pada Media Pati Ubi Jalar Cilembu ... 38

4.6.2 Kriteria Pertumbuhan Bakteri pada Media Tepung Ubi Jalar Cilembu ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(11)

DAFTAR TABEL

2.1 Kandungan gizi ubi jalar cilembu ... 9

3.7 Formula yang direncanakan ... 31

4.1 Hasil Karakteristik Ubi jalar Cilembu kuantitatif ... 33

4.2 Hasil Karakteristik Ubi jalar Cilembu kualititatif ... 34

4.3 Jumlah Koloni Bakteri pada Media Pati Ubi jalar Cilembu ... 36

4.4 Jumlah Koloni Bakteri pada Media Tepung Ubi jalar Cilembu ... 37

4.5 Kriteria Pertumbuhan Bakteri pada Media Pati Ubi jalar Cilembu ... 38

4.6 Kriteria Pertumbuhan Bakteri pada Media Tepung Ubi jalar Cilembu ... 39

(12)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 5 2.1 Ubi jalar cilembu ... 7 2.2 Fase pertumbuhan mikroorganisme ... 15

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 45

2. Hasil Pemeriksaan Makroskopis ... 46

3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis ... 48

4. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu... 49

5. Gambar Alat ... 50

6. Gambar Bahan ... 53

7. Bagan Alir ... 54

8. Hasil Pertumbuhan Bakteri ... 61

9. Perhitungan ... 70

10.Tabel Pengulangan Pengujian ... 72

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme (Waluyo, 2009).

Mempelajari sifat-sifat dan menumbuhkan mikroorganisme memerlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Atlas, 2004). Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi sumber karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino, 2014).

Dasar makanan yang paling baik untuk pertumbuhan bakteri ialah medium yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur- sayuran, sisa-sisa makanan atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia (Dwidjoseputro, 1987).

Media sangat penting untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, perhitungan jumlah mikroba, dan pengujian sifat-sifat fisik bakteri sehingga suatu bakteri dapat diidentifikasi. Media pertumbuhan dalam berbagai bidang sangat besar peranannya, media pertumbuhan dapat digunakan sebagai media untuk pemeriksaan dan pengembangan penyakit yang berasal dari virus dan bakteri, pembuatan antimikroba untuk membunuh virus dan jamur pada tumbuhan, sebagai media pengembangan zat antivirus. Media yang umum digunakan untuk

(15)

menumbuhkan mikroorganisme adalah media Nutrient agar yang merupakan media racikan berbentuk siap pakai.

Mahalnya harga media komersial yang dapat mencapai Rp 500.000,- hingga Rp 1.500.000,- setiap 500 g serta melimpahnya sumber alam yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal serta untuk memberikan alternatif media pertumbuhan mikroorganisme (Anisah, 2015).

Beberapa peneliti berhasil menemukan media alternatif untuk pertumbuhan mikroorganisme dari bahan-bahan yang mudah ditemukan di alam. Seperti dari sumber protein yaitu kacang hijau, kacang kedelai hitam dan berbagai sumber karbohidrat seperti seperti ubi jalar dan singkong (Arulananthan, 2012).

Ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) adalah salah satu bahan alami yang merupakan sumber karbohidrat yang harganya relatif murah. Selain ubi jalar cilembu ada juga ubi jalar orange, ungu, kuning dan putih. Ubi tersebut memiliki nutrisi yang cukup sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri.

Menurut Mayastuti (2002), Ubi jalar cilembu ( Ipomoea batatas ( L.) Lam) memiliki kandungan vitamin A dalam bentuk β–karoten. vitamin B-1 vitamin B-2 dan niacin, serta vitamin C. Selain itu, ubi cilembu juga mengandung karbohidrat, protein dan lemak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui penggunaan pati umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) untuk media pertumbuhan bakteri.

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah :

a. Apakah tepung dan pati umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli ?

b. Apakah tingkat kesuburan pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli menggunakan media pati dan tepung umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat dibandingkan dengan Media Nutrient Agar (NA) ?

1.3 Hipotesis Penelitian

a. Tepung dan pati umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli.

b. Tingkat kesuburan pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli menggunakan media tepung dan pati umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat dibandingkan dengan Media Nutrient Agar (NA)

1.4 Tujuan Penelitian

a. Memanfaatkan tepung dan pati umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) sebagai media pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli.

b. Mengetahui pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli pada media pertumbuhan bakteri dengan menggunakan

(17)

umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dan membandingkan pertumbuhan bakteri tersebut tersebut dalam media nutrient agar dengan memperhatikan jumlah koloninya.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi bahwa umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri.

b. Memberikan informasi bahwa media instant (media yang sudah dipatenkan) dapat digantikan dengan media umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam)

c. Memberikan informasi kepada peneliti dalam pembuatan media pertumbuhan bakteri menggunakan bahan yang mudah di dapat dan relatif murah.

(18)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir yang dapat dilihat pada Gambar 1.1:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Parameter

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Pati dan tepung umbi

ubi jalar cilembu

Pertumbuhan bakteri Konsentrasi pati dan

tepung umbi ubi jalar cilembu dalam media pertumbuhan bakteri

Pertumbuhan bakteri Lactobacillus

acidophilus, Salmonella typhi

dan Escherichia coli.

jumlah koloni bakteri Lactobacillus

acidophilus

jumlah koloni bakteri Salmonella typhi

jumlah koloni bakteri Escherichia coli

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Sejarah dan Asal Ubi Jalar Cilembu

Ubi Cilembu adalah kultivar ubi jalar merupakan ras lokal asal dari Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa barat. Ubi cilembu ini populer di kalangan konsumen semenjak tahun 1990-an.

Lahannya yang gembur dan subur sangat cocok dengan tanaman yang menjalar ini. Selain itu lahan yang berada di daerah pegunungan yang berhawa dingin dan menyejukkan (Haryati dkk., 2015).

Ubi cilembu dikenal dengan nama ketela rambat, huwi boled (Sunda), tela rambat (Jawa), sweetpotato (Inggris), dan shoyo (Jepang) merupakan sumber karbohidrat yang cukup penting dalam sistem ketahanan pangan kita. Selain karbohidrat sebagai kandungan utamanya, ubi cilembu juga mengandung vitamin, mineral, zat-zat antioksidan dan serat (pektin, selulosa, hemiselulosa) (Haryati dkk., 2015).

Ada beberapa varietas ubi cilembu yang ada di Indonesia yaitu Daya, Borobudur, Prambanan, Mendut, Kalasan, Muara Takus, Cangkuang, Sewu. Sedangkan varietas-varietas yang baru dikenalkan pada tahun 2001 antara lain: Cilembu yang berasal dari Sumedang. Masing- masing varietas memiliki rasa khas yang berbeda-beda (Haryati dkk., 2015).

Ubi cilembu bisa juga ditanam di daerah lain, namun rasanya bisa berrbeda karena unsur hara dalam tanah dan iklim sangat mempengaruhi karakteristik ubi tersebut (Mayastuti 2002).

(20)

Ubi jalar Cilembu lebih istimewa dari pada umbi biasanya karena umbi ini lebih manis, lebih manisnya ubi jalar cilembu disebabkan boleh kadar gula ubi jalar Cilembu lebih tinggi dari ubi jalar lain yaitu ubi mentah mencapai 11-13%

dan ubi masak 19-23% (Rukmana, 2005)

2.1.2 Taksonomi ubi jalar cilembu (Ipomoea batats L).Lam)

Menurut Mayastuti,2002 kedudukan taksonomi tanaman ubi jalar (Ipomoea batats L).Lam) Cilembu adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Solanales

Suku : Convolvulaceae

Marga : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas (L).Lam

Varietas : Cilembu

Gambar 2.1 Ubi jalar Cilembu Sumber : Dokumentasi pribadi

(21)

2.1.3 Morfologi Ubi Jalar

Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman ubi jalar berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, dan tumbuh tegak atau merambat (menjalar). Panjang batang tanaman bertipe tegak antara 1-2 m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2-3m. Ukuran batang dibedakan atas tiga macam, yaitu besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997).

Pada buku-buku batang tumbuh daun bertangkai agak panjang tunggal.

Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga. Bunga ubi jalar berbentuk terompet, tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai kalyx, dan satu putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai pukul 04.00-11.00. Bila terjadi penyerbukan buatan, bunga akan membentuk buah. Buah ubi jalar berbentuk bulat berkotak tiga, berkulit keras dan berbiji (Rukmana, 1997).

Tanaman ubi jalar yang sudah berumur ±3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk ubi dan dapat dipanen pada umur 3-3,5 bulan. Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 250-1000 g per ubi.

Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan tergantung jenis (varietas)nya. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu.

(Rukmana, 1997).

(22)

2.1.4 Kandungan Gizi Ubi Cilembu

Kandungan Gizi ubi jalar Cilembu selengkapnya dapat dilihat pada Tabel:

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Ubi Cilembu/100 gram Bahan

Komponen Jumlah

Energi (kJ) 360 (86 kcal)

Karbohidrat (g) 20,1

Pati(g) 12,7

Gula (g) 4,2

Diet Serat (g) 3,0

Lemak (g) 0,1

Protein (g) 1,6

Vitamin A A equiv (mg)

2. Beta-Karoten (mg)

709 8509 Vitamin B

1. Thiamine (Vit. B1) (mg) 2. Riboflavin (Vit. B2) (mg) 3. Niacin (Vit. B3) (mg) 4. Asam Pantotenat (B5) (mg) 5. Vitamin B6 (mg)

6. Folat (Vit. B9) (mg)

0,1 0,1 0,61

0,8 0,2 11

Vitamin C (mg) 2,4

Air (g) 68,50

Kalsium (mg) 30,0

Besi (mg) 0,6

Magnesium (mg) 25,0

Fosfor (mg) 47,0

Kalium (mg) 337

Sodium (mg) 55

Seng (mg) 0,3

Sumber : Mayastuti (2002).

(23)

Menurut Mayastuti (2002), Ubi jalar Ipomoea batatas (L).Lam) varietas Cilembu memiliki kandungan vitamin A dalam bentuk β – karoten sebesar 8.509 mg. Suatu jumlah yang cukup tinggi untuk perbaikan gizi bagi mereka yang kekurangan vitamin A. Padahal, ubi-ubian jenis lain, kandungan vitamin A-nya 60–7.700 mg per 100 gram. Selain vitamin A yang tinggi, ubi Cilembu juga mengandung kalsium hingga 30 mg per 100 gram, vitamin B-1 0,1 mg, vitamin B-2 0,1 mg dan niacin 0,61 mg, serta vitamin C 2,4 mg.

2.1.5 Ciri dan Bentuk Ubi Cilembu

Cilembu ini memiliki beberapa jenis, di antaranya adalah : a. Jenis Nirkum

Ubi cilembu ini sudah terkenal sejak tahun 1990 an. Tetapi karena kurang memberikan nilai ekonomis dan proses pembudidayaan rumit membuatnya sekarang tidak dibudidayakan secara masal seperti dulu. Tapi untuk mengakalinya petani pun menyilangkan antara jenis nirkum dan jenis lainnya hingga menghasilkan ubi jenis rancing (Haryati dkk., 2015).

b. Jenis Nirkum ketan / ubi rancing / mene’s

Ubi ini lebih manis, memiliki bentuk panjang dan dagingnya memiliki warna kemerahan. Biasanya ubi ini sampai di ekspor ke luar negeri seperti ke negara Malaysia, Singapura, Korea dan Jepang (Haryati dkk., 2015).

c. Jenis Ubi Odos / Jawer

Untuk jenis yang satu ini memiliki karakteristik kulit putih kekuningan saat mentah, dan memiliki cairan seperti madu lebih sedikit daripada jenis nirkum (Haryati dkk., 2015).

(24)

d. Jenis ubi inul

Ubi inul bentuknya lebih bulat seperti kentang, memiliki warna kuning tapi agak pudar dan memiliki rasa kurang manis bahkan hampir tidak manis (Haryati dkk., 2015).

2.1.6 Pati Ubi Cilembu

Pati merupakan suatu karbohidrat yang tersusun atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen (C6H10O5)n. Pati merupakan polimer kondensasi dari suatu glukosa yang tersusun dari unit-unit anhidroglukosa. Unit-unit glukosa terikat satu dengan lainnya melalui C1 Oksigen yang dikenal sebagai ikatan glikosida (Swinkels, 1985).

Pati merupakan campuran dari amilosa dan amilopektin yang tersusun di dalam granula pati. Amilosa merupakan polimer linier yang mengandung 500- 2000 unit glukosa yang 19 19 terikat oleh ikatan α-(1,4) sedangkan amilopektin selain mengandung ikatan α (1,4) juga mengandung ikatan α-(1,6) sebagai titik percabangannya (Swinkels, 1985).

2.1.7 Tepung Ubi Cilembu

Tepung merupakan produk yang memiliki kadar air yaitu 11-14%. Paling umum dilakukan untuk menurunkan kadar air yaitu dengan cara pengeringan, baik dengan penjemuran langsung atau dengan alat. Pembuatan tepung ubi jalar dimodifikasi meliputi pembersihan, pengirisan, penghancuran dan pengeringan sampai kadar air tertentu. Tepung ubi jalar juga memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai sumber karbohidrat, serat pangan, dan beta karoten (Kadarisman dan Sulaeman, 1993). Selain itu tepung ubi jalar mempunyai kandungan gula yang cukup tinggi sehingga dalam pembuatan produk olahan berbahan tepung ubi jalar dapat mengurangi penggunaan gula sebanyak 20% (Nuraini, 2004).

(25)

2.1.8 Manfaat ubi Cilembu

Ubi Cilembu juga bermanfaat sebagai antioksidan yang kuat untuk menetralisir keganasan radikal bebas, penyebab penuaan dini dan pencetus aneka penyakit degeneratif seperti kanker dan penyakit jantung sehingga akan meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit degeneratif (Anonim, 2010).

2.2 Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme lebih ditunjukkan oleh adanya peningkatan jumlah mikroorganisme dan bukan peningkatan ukuran sel individu pada dasarnya ada dua macam tipe pertumbuhan, yaitu pembelahan inti tanpa diikuti pembelahan sel sehingga dihasilkan peningkatan ukuran sel ( misalnya pada mikroorganisme xenocytic) dan pembelahan inti yang diikuti pembelahan sel sehingga dihasilkan peningkatan jumlah sel serta pembesaran ukuran sel diikuti pembelahan membentuk dua progeni yang kurang lebih berukuran sama (Pratiwi, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik, dan cahaya. Faktor kimia meliputi karbon, oksigen, mikroelemen atau unsur kelumit (trace element), dan faktor-faktor pertumbuhan organik termasuk nutrisi yang terdapat dalam media pertumbuhan (Pratiwi, 2008).

2.2.1. Pengaruh faktor fisik pada pertumbuhan mikroorganisme a. Temperatur

Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam aktivitas kimia. Peningkatan temperatur sebesar 10ºC dapat meningkatkan aktivitas enzim sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi dapat menyebabkan

(26)

denaturasi protein yang tidak dapat balik (irreversible) sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti.Pada temperatur pertumbuhan optimal akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal.

b. pH

pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Peningkatan dan penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan ionisasi gugus-gugus dalam protein, amino dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel. Kebanyakan bakteri memiliki pH optimum terletak antara 6,5 dan 7,5.

c. Tekanan osmosis

Tekanan osmosis merupakan tekanan yang dihasilkan akibat adanya proses osmosis. Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan ke luar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta menyebabkan sel secara metabolik tidak aktif (Pratiwi, 2008).

2.2.2. Pengaruh faktor kimia pada pertumbuhan a. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen, yaitu elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak dan mikroelemen yaitu elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit.

Makroelemen meliputi karbon (C), oksigen (O), magnesium (Mg), kalsium (Ca),

(27)

besi (Fe), sulfur (S), fosfor (P), Nitrogen (N), kalium (K), hidrogen (H).

Mikroelemen meliputi mangan (Mn), zinc (Zn) dan tembaga (Cu) (Pratiwi,2008).

b. Media kultur

Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium disebut media kultur.

c. Oksigen

Klasifikasi mikroorganisme berdasarkan kebutuhan oksigen dibagi menjadi 4 golongan,yaitu:

1. Aerob mutlak, oksigen sebagai syarat utama metabolisme

2. Anaerob mutlak, tidak mentoleransi adanya oksigen atau akan mati bila ada oksigen

3. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa oksigen.

4. Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik pada konsentrasi oksigen yang rendah yaitu kurang dari 20%, pada konsentrasi oksigen yang tinggi menyebabkan toksik ( Pratiwi, 2008).

Ada empat macam fase pertumbuhan mikrpoorganisme, yaitu fase lag, fase log (fase eksponensial), fase stationer, dan fase kematian.

a. Fase lag

Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel-sel mikroorganisme diambil dari kultur yang sama sekali berlainan, maka yang sering

(28)

terjadi adalah mikroorganisme tersebut tidak mampu tumbuh dalam kultur (Pratiwi, 2008).

Fase pertumbuhan mikroorganisme dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Fase pertumbuhan mikroorganisme b. Fase log (fase eksponensial)

fase log (fase eksponensial) merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Hal yang dapat menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan (Pratiwi, 2008).

c. Fase stationer

Pada fase stationer, pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati (Pratiwi, 2008). Kekurangan nutrisi, akumulasi produk sisa, dan perubahan pH yang bersifat toksik bagi sel dianggap menjadi penyebab berhentinya pertumbuhan eksponensial sel (Radji, 2010).

(29)

d. Fase kematian

Pada fase kematian, jumlah sel yang mati meningkat, faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik(

Pratiwi, 2008).

2.3 Media Pertumbuhan Bakteri

Media merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan secara in vitro. Pemilihan media yang akan digunakan disesuaikan sifat penelitian atau pemeriksaan. Fungsi dari suatu media yaitu secara kualitatif digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroorganisme, sedangkan secara kuantitatif digunakan untuk perbanyakan dan perhitungan jumlah mikroorganisme (Harti, 2014).

Media perbenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri didalam skala laboratorium. Media perbenihan harus dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan organik (Radji, 2010).

Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media perbenihan disebut inokulum. Bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media perbenihan itu disebut biakan bakteri (Radji, 2010).

Pembiakan bakteri di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yag sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan.

Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi , zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen, kedalam bahan

(30)

dasar media dapat pula ditammbahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu : I. Berdasarkan asalnya , dapat dibagi atas beberapa media yaitu :

a. Media chemically defined yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci, contohnya : glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat.

b. Media kompleksyaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci yaiutu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secar terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam, contohnya : ekstrak daging , pepton, Nutrient Agar (Lay, 1996).

II. Berdasarkan kegunaannya , dapat dibedakan menjadi beberapa media yaitu sebagai berikut :

a. Media umum

Media yang paling sering digunakan dalam penelitian mikrobiologi.

contohnya : Nutrient Agar merupakan media yang kaya dan subur.

b. Media selektif

Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi, contohnya : MCA, PDA, Saboaraut Agar (SA).

c. Media diferensial

Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu organisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar, contohnya : EMB, SSA.

d. Media Diperkaya

Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh

(31)

dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit, beberapa zat organik yang mengandung zat karbon dan nitrogen (Irianto, 2006).

III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas : (Irianto, 2006) a. Media padat / solid

b. Media semi solid c. Media cair

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan medium supaya mikroorganisme dapat tumbuh baik adalah:

1. Mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba 2. Mempunyai tekanan osmose, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai 3. Tidak mengandung zat-zat penghambat

4. Steril( Rakhmawati, 2012).

2.4 Media Nutrient Agar

NA (Nutrient Agar) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, NA (Nutrient Agar) dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat, dalam hal ini media yang di gunakan di produksi oleh Oxoid.ltd., Basingstoke, Hampshire, England, dengan merek OXOID. kode CM0003. Komposisi NA Kode CM0003 adalah pepton 5.0, sodium chlorida 5.0, agar 15.0, lab-lemco’ powder 1.0, yeast extract 2.0 (tertulis dalam kemasan) (Rossita dkk., 2015).

Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan

(32)

kegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri (Munandar, 2016).

2.5 Metode inokulasi biakan bakteri

Penanaman bakteri (inokulasi) adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat kesterilan yang sangat tinggi. Untuk melakukan inokulasi terlebih dahulu semua alat harus steril , hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi (Saputro, 2017).

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik inokulasi yaitu :

1. Siapkan ruangan tempat penanaman bakterti, kondisi harus bersih dan steril.

Inokulasi dapat dilakukan dalam kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut di lewatkan saringan melalui suaru agar terkena sinar ultraviolet.

2. Pemindahan dengan pipet. Cara ini di lakukan dalam pengujian air minum dengan cara di ambil 1 ml sampel dan diencerkan dengan air sebanyak 99 ml.

3. Pemindahan dengan kawat inokulas. Ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diameternya 1-3mm. Kawat inokulasi terlebih dahulu di pijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup di lewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat tersebut di sentuhkan lagi dengan nyala api (Saputro, 2017).

(33)

2.5.1 Cara Pengembangbiakan Bakteri

Menurut (Saputro, 2017) membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya mengembangbiakkan dalam media cawan petri.

Pengembangbiakan dalam cawan ini ada beberapa metode , yaitu : a. Cara gores (Streak plate)

Ose yang telah steril dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang diencerkan, lalu digoreskan ose tersebut pada cawan yang berisi media steril, goresan dapat dilakukan pada 3-4 bagian membentuk garis horizontal di sisi cawan. Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan, pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu selanjutnya , sehingga di dapat koloni yang tumbuh terpisah dengan koloni lain.

b. Cara sebar (Spread plate)

Pada metode sebar, 0,1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan disebar pada media steril yang telah didiapkan. Selanjutnya suspensi dalam cawan diratakan dengan batang hockey stik L-shaped rod agar koloni tumbuh merata pada media dalam dalam cawan. Kemudian diletakkan dalam inkubator (37ºC) selama 1-2 hari. Batang hockey stik L-shaped rod harus benar-benar steril , yaitu dengan mencelupkan terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan dengan bunsen. Batang hockey stik L-shaped rod yang masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen dapat merusak media agar sehingga harus di dinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (± 15 cm)

c. Cara tuang (Pour plate)

Metode tuang sangat mudah dilakukan tanpa membutuhkan ketrampilan khusus. Metode ini dilakukan dengan pengenceran isolat. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapat tidak terlalu padat. Satu ml

(34)

suspensi bakteri di tuangkan kedalam cawan petri steril dan dituangkan media stetil hangat (40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator (37ºC) selama 1-2 hari. Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi atau masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas karena dapat mengganggu proses penuangan dan mengeluarka uap yang akanmenempel pada cawan penutup, sehingga menggangu proses pengamatan. Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik kemudian di letakkan dalam inkubator.

d. Cara Tusuk (Stab)

Metode tusuk di lakukan pada media agar tegak. Mikroba yang ditumbuhkan pada metode tusuk umumnya adalah mikroba anaerob karena koloni mikroba yang tumbuh di dalam media agar sehingga tidak memungkinkan adanya oksigen yang cukup bagi mikroba. Metode tusuk dilakukan dengan cara menusukkan ose jarum yang telah diberi inokulum ke dalam media agar tegak dengan tidak menyetuhkan ose pada dinding tabung reaksi

2.5.2 Inkubasi Bakteri

Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah di inokulasikan pada media (padat atau cair), kemudian di simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Penanaman bakteri dengan media agar akan dilakukan dengan inkubasi. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik. Inkubasi di golongkan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Inkubasi pada lemari biasa atau suhu kamar.

b. Inkubasi pada inkubator yang suhunya dapat ditentukan (Saputro, 2017).

(35)

2.6 Uraian Bakteri

2.6.1 Bakteri Escherichia coli a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria Divisio : Gracilicutes

Class : Scotobacteria

Ordo : Eubacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli b. Morfologi

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4- 0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. Escherichia coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 2012).

2.6.2 Bakteri Salmonella thypi (Garrity 2004) a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriacea

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella thypi

(36)

b. Morfologi

Bakteri Salmonella typhi adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang lurus dengan ukuran 0,7-1,5 µ m, biasanya tunggal dan kadang-kadang membentuk rantai pendek, jenis yang bergerak berflagela peritrik, hidup secara aerobik fakultatif, meragikan glukosa dengan menghasilkan asam kadang- kadang gas. Tumbuh optimal pada suhu 37oC dan berkembang baik pada suhu kamar, bakteri ini dapat ditemukan di saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini merupakan penyebab demam tifoid (Pelczar 1958).

2.6.3 Bakteri Lactobacillus acidophilus a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria Divisi : Firmicutes Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales Famili : Lactobacillaceae Genus : Lactobacillus

Spesies : Lactobacillus acidophilus (Ahumada et al, 2003).

b. Morfologi

Bakteri Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari delapan genera umum dari bakteri asam laktat , secara umum merupakan bakteri Gram positif dengan sel berbentuk batang panjang tetapi terkadang hampir bulat dan membentuk rantai yang pendek, berukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 μm bersifat non motil, dan non spora yang memproduksi asam laktat sebagai produk utama dari metabolisme fermentasi dan menggunakan laktosa sebagai sumber karbon utama dalam memproduksi energi (Buttris, 1997).

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental desain dengan variabel terikat menggunakan berbagai macam formula serta variabel bebas adalah pati ubi jalar cilembu dan agar. Tahapan-tahapan penelitian meliputi pengumpulan sampel, identifikasi sampel, pengolahan sampel dan karakterisasi pati dan pembuatan media.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah alat inkubator, alat-alat gelas, aluminium foil (Total Wrap), autoklaf (Wisd Laboratory Analyrical), batang pengaduk, benang wol, blender , bluetip, bunsen, cawan petri, deck glass, gunting , inkubator, hot plate stirrer (Thermo Scientific Cimarec), kain kasa,kain saringan, kapas, kertas label, kertas perkamen, kurs porselen, lemari pendingin, loyang, mikro pipet, mikroskop, mortir dan stamper, neraca analitik (Boeco Germany), objek glas, ose, oven (Dynamica), parutan, penjepit tabung, pipet tetes,pisau, saringan, spatula, tanur (Stuart).

3.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah umbi ubi jalar cilembu (ipomoeae batatas (L.) Lam), akuades, agar, biakan bakteri Escherichia coli, Lactobacillus acidophilus dan Salmonella typhi,, larutan iodum 0,005 M, etanol 70%, etanol 80%, Nacl, media nutrient agar .

(38)

3.4 Penyiapan Sampel

Penyiapan Sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel dan pengolahan sampel.

3.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan tumbuhan dilakukan secara purposive, artinya tanpa membandingkan sampel yang diambil dengan sampel yang sama dari daerah lain.

Sampel yang digunakan adalah umbi ubi jalar cilembu yang di pasarkan pada supermarket semarco medan provinsi sumatera utara.

3.4.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel (Ubi Jalar cilembu) dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Fakultas FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3.4.3 Pengolahan Sampel

3.4.3.1 Pengolahan Pati Ubi Jalar Cilembu

Sampel diolah dengan cara pembuatan pati ubi jalar cilembu yaitu sebanyak 5 kg daging umbi ubi jalar dipisahkan dari kulitnya dengan cara pengupasan.Selama pengupasan dilakukan sortasi bahan baku dengan pemilihan ubi jalar yang bagus. Daging ubi jalar kemudian ditimbang. Daging ubi jalar dicuci sampai bersih didalam bak yang berisi air untuk memisahkan kotoran yang menempel pada ubi jalar. Daging ubi jalar diparut secara manual (parutan biasa) sampai halus. Ubi yang sudah diparut ditimbang kembali, kemudian ditambahkan air sehingga terbentuk bubur dan diremas-remas agar pati lebih banyak yang terlepas dari sel umbi. Bubur umbi kemudian disaring dengan kain saring sehingga pati lolos dari saringan sebagai suspensi pati, dan serat tertinggal pada saringan. Suspensi pati yang di peroleh di endapkan di dalam wadah pengendapan selama 12 jam. Pati akan mengendap sebagai pasta. Cairan diatas endapan

(39)

dialirkan dan ditampung didalam wadah yang lain, dan pasta dikeringkan dengan alat pengering (Oven) sampai kadar air dibawah 14%. Pati ubi jalar yang telah kering atau pati kasar kemudian diayak sampai (sekurang-kurangnya 80 mesh) sampai halus (Mustafa, 2015).

3.4.3.2 Pengolahan Tepung Ubi Jalar Cilembu

Pengolahan tepung ubi yaitu sebanyak 5kg ubi jalar di cuci untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel pada pada ubi jalar cilembu.

Selanjutnya di lakukan perajangan ubi jalar cilembu untuk mempermudah dan mempercepat pada proses pengeringan untuk mendapatkan tepung ubi cilembu, dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan pisau. Setelah ubi Cilembu berbentuk irisan dilakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam ubi jalar cilembu dengan menggunakan oven selama 12 jam dan suhu 60°C. Setelah kepingan kering kemudian dilakukan proses penghancuran, proses penghancuran dilakukan untuk menghancurkan ubi menggunakan blender yang sebelumnya berbentuk kepingan sehingga dihasilkan bentuk tepung yang diharapkan. Tepung ubi jalar yang telah dihancurkan kemudian diayak untuk mendapatkan tepung yang halus Proses pengayakan dilakukan dengan menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 80 (Saleha, 2016).

3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi dan Media 3.5.1 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.5.1.1 Larutan Iodum 0,005 M

Iodium kristal sebanyak 14 gram dilarutkan dalam larutan 36 gram kalium iodida pekat dalam 1000 mL air suling (Ditjen, POM., 1979).

(40)

3.5.1.2 Larutan Etanol 70% v/v

Sebanyak 72,9 mL etanol 96% dilarutkan dalam air suling hingga 100 mL (Ditjen, POM., 1979).

3.5.1. 3 Larutan Pereaksi CuSO4 1% (b/v)

Sebanyak 1 g CuS04 dilarutkan dalam akuades secukupnya dan diencerkan hingga 100 Ml (Ditjen, POM., 1995).

3.5.1.4 Larutan Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 8 g kristal Natrium Hidroksida dilarutkan dalam akuades sebanyak 100 mL (Ditjen, POM., 1995).

3.5.1.5 Larutan Pereaksi Asam Klorida 2N

Sebanyak 17 mL larutan asam klorida P diencerkan dengan akuades hingga 100 mL (Ditjen, POM., 1995).

3.5.2 Pembuatan Media 3.5.2.1 Media Nutrient Agar

Adapun komposisi media Nutrient Agar (NA) adalah sebagai berikut : Komposisi : Lemco beef extract 1 g

Yeast extract 2 g Peptone 5 g NaCl 5 g Agar 15 g Cara pembuatan:

Sebanyak 28 g nutrient agar ditimbang, disuspensikan kedalam air suling sebanyak 1000 mL, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna lalu disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit (Oxoid, 1982).

(41)

3.5.2.2 Pembuatan media agar miring

5 ml media NA dimasukkan ke dalam tabung reaksi.Tabung kemudian diletakkan dengan kemiringan 30-45º dan dibiarkan pada suhu kamar hingga media memadat. Media disimpan dalam lemari pendingin (Lay, 1994).

3.5.2.3 Pembuatan stok kultur bakteri

Sebanyak satu ose dari masing-masing biakan murni bakteri Lactobacillus acidophilus,Salmonella thypii, dan Escherichia coli diinokulasi pada permukaan agar miring, diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam (Ditjen POM, 1995).

3.5.2.4 Pembuatan suspensi bakteri uji

Koloni bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella thypii, dan Escherichia coli diambil dari agar miring nutrient agar menggunakan jarum ose, lalu disuspensikan ke dalam pelarut nacl 0,9% sebanyak 10 ml dan kocok homogenkan dalam tabung reaksi. Kekeruhan suspensi mikroba uji diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 580nm dan transmitan 25% (Depkes RI, 1995).

3.5.2.5. Pengenceran Suispensi Bakteri

Dilakukan pengenceran suspense bakterti 106 sebanyak 4 kali yaitu 105, 104, 103, 102 dengan menggunakan NaCl dimana masing-masing NaCl dimasukkan 9 ml kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml ke masing-masing pengenceran secara berurutan.

3.6 Pemeriksaan Karakteristik Pati 3.6.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik terhadap pati ubi cilembu dilakukan dengan mengamati tekstur, rasa, warna ,dan baunya.

(42)

3.6.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan makroskopik terhadap pati dan tepung ubi jalar cilembu dilakukan dengan cara pati dan tepung secukupnya diambil dan diletakkan diatas objek glass kemudian ditetesi dengan satu tetes akuades dan ditutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop kemudian dilihat bentuk amilum dan lamella.

3.6.3 Pemeriksaan Kelarutan a. Kelarutan dalam air dingin

Ke dalam tabung reaksi masing-masing dimasukkan pati sebanyak 0,1g kemudian ditambahkan 1 mL air dingin kemudian diaduk dan diamati kelarutannya.

b. Kelarutan dalam air

Ke dalam tabung reaksi masing-masing dimasukkan pati sebanyakn 0,1g kemudian di suspensikan 1 mL air panas kemudian diaduk dan diamati kelarutannya

c. Kelarutan dalam Aqua DM

Ke dalam tabung reaksi masing-masing dimasukkan pati sebanyak 0,1g kemudian di suspensikan 1 mL Aqua DM kemudian diaduk dan diamati kelarutannya

d. Kelarutan dalam etanol

Ke dalam tabung reaksi masing-masing dimasukkan pati sebanyakn 0,1g kemudian di suspensikan 1 mL etanol kemudian diaduk dan diamati kelarutannya.

3.6.4 Penetapan Susut Pengeringan

Cawan porselen ditimbang dikeringkan selama 30 menit pada suhu 100°C sampai 105° C selama 2 jam dan ditimbang bobotnya, ditimbang sebanyak 5 gram

(43)

masing-masing pati dan tepung dimasukkan dalam cawan porselen dan ditimbang beratnya. Masukkan kedalam oven dipanaskan sampel pada suhu 100° sampai 105° selama 2 jam. Pada waktu oven dibuka, cawan porselen didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Perlakuan ini dilakukan hingga didapat bobot konstan (SNI, 1998).

3.6.5 Penetapan Kadar Abu

Krus porselen kosong dipijar di dalam tanur dengan suhu 550°C Kemudian ditimbang bobotnya, ditimbang 2 g masing-masing pati dan tepung ubi jalar cilembu dimasukkan ke dalam krus porselen dan dihitung bobotnya.

Kemudian dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 550°C sampai membentuk abu dan didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang bobotnya (Depkes, RI.,1995).

3.6.6 Uji Karbohidrat

Ditimbang masing-masing pati dan tepung sebanyak 0,05gram , kemudian ditambahkan 1 tetes larutan iodium (lugol) diatas objek glass. Diamati perubahan warnanya yaitu biru kehitaman.

3.6.7 Uji Protein

Tepung dan Ubi jalar cilembu diletakkan pada plat tetes, disuspensikan dengan akuades 1 ml, ditambahkan 3 tetes larutan NaOH, lalu ditambahkan 3 tetes larutan CuSO4 terbentuk warna ungu menunjukkan reaksi terhadap protein (Ditjen POM, 1995).

3.6.8 Pemeriksaan pH

Sebanyak 1 tetes suspensi pati atau tepung diteteskan diatas kertas indikator pH, kemudian dilihat dan diamati perubahan warna serta pHnya.

(44)

3.7 Formula yang direncanakan 3.7.1 Media pengganti Nutrient Agar

Media yang direncanakan sebagai pengganti media NA (Nutrient Agar) terdiri dari Formula 1, Formula 2 dan Formula 3, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Bahan Formula media

Formula I (5%)

Formula II (7,5%)

Formula III (10%)

Pati / tepung 5 gram 7,5 gram 10 gram

Susu UHT 8 ml 8 ml 8 ml

NaCl 5 gram 5 gram 5 gram

Agar 10 gram 7,5 gram 5 gram

Air suling 1000 ml 1000 ml 1000 ml

Cara Pembuatan :

Sebanyak 28 g media Formula I ditimbang, dilarutkan kedalam air suling sebanyak 1000 mL, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna lalu disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, dilakukan dengan cara yang sama untuk formula II dan Formula III (Oxoid, 2016).

3.8 Cara Pengujian

Pengujian media pati dan tepung ubi jalar cilembu yaitu dengan metode inokulasi terhadap bakteri uji dengan cara :

a. Cara gores

Metode ini di lakukan untuk bakteri anaerob yaitu dengan cara dituangkan media sebanyak 10-15 ml kedalam cawan petri yang sudah disterilkan, didiamkan hingga padat dan dingin. Setelah media padat dan dingin kemudian ambil suspensi bakteri yang telah diencerkan (106) menggunakan jarum ose yang sudah dipanaskan diatas api bunsen, kemudian suspensi bakteri (106) digoreskan diatas

(45)

permukaan media secara zig-zag, selanjutnya cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen dan di beri label identitas. Cara ini di lakukan untuk bakteri aerob.

b. Cara sebar

Metode ini di lakukan untuk bakteri aerob yaitu dengan cara dituangkan media sebanyak 10-15 ml kedalam cawan petri yang sudah disterilkan, didiamkan hingga padat dan dingin. kemudian ambil suspensi bakteri yang telah diencerkan (102) sebanyak 0,1 ml di masukkan kedalam media yang sudah padat dan dingin, kemudian inokulum disebar dengan menggunakan batang kaca yang bengkok (stik L) steril. kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen dan di beri label identitas. Cawan petri di letakkan dengan posisi terbalik pada saat inkubasi di dalam inkubator.

e. Cara tuang

Metode ini di lakukan untuk bakteri anaerob yaitu dengan cara diambil sebanyak 0,1ml suspensi bakteri yang telah diencerkan (102) dimasukkan kedalam cawan petri kosong kemudian tunagkan media cair kedalam cawan petri lalu homogenkan dengan metode angka 8 hingga bakteri dan media homogen, kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen dan di beri label identitas.

Setelah proses inokulasi dilakukan dengan metode diatas selanjutnya di inkubasikan bakteri kedalam inkubator pada suhu 37ºC selama 24 jam kemudian diamati pertumbuhan dan jumlah koloni bakteri pada masing-masing cawan petri (Saputro, 2017).

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi dari ubi jalar cilembu yang telah diidentifikasi di Herbarium Medanese (MEDA), Universitas Sumatera Utara.

4.2 Pengolahan Pati dan Tepung Ubi Jalar Cilembu

Hasil pengolahan pati yaitu digunakan umbi ubi jalar cilembu sebanyak 5 kg kemudian diperoleh pati sebanyak 500 gram dan hasil pengolahan tepung yaitu digunakan umbi ubi jalar cilembu sebanyak 2 kg dan diperoleh tepung sebanyak 500 gram.

Hasil pemeriksaan makroskopik yang dilakukan yaitu meliputi masing- masing pati dan tepung ubi jalar cilembu . Pati ubi jalar cilembu berwarna putih sedangkan tepung ubi jalar cilembu berwarna kuning kehijauan, berbau khas, dan mempunyai rasa yang sedikit manis. Hasil mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 48 serbuk pati ubi jalar cilembu terlihat adanya lamela dan hilus sedangkan pada tepung ubi jalar cilembu terdapat amilum, lamela dan hilus.

4.3 Pemeriksaan Karakterisasi

Hasil pemeriksaan karakterisasi pati ubi jalar cilembu dan tepung ubi jalar cilembu yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.1 :

No Parameter Uji Kuantitatif

Pati Tepung

1. Susut Pengeringan 13,6% 11,6%

2. Kadar Abu 1,2% 2,3%

3. Rendemen 10% 25%

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi pati dan tepung ubi jalar cilembu secara kuantitatif.

(47)

Hasil penetan kadar air ubi jalar cilembu yang diperoleh baik pati maupun tepung memenuhi syarat yaitu diperoleh kadar air dibawah 14%. Berkurangnya kandungan air pada pati dan tepung ubi jalar cilembu yaitu melalui proses pengolahan pati dan tepung terutama proses pengeringan Mustafa, 2015).

Hasil penetapan kadar abu yang diperoleh pati ubi jalar cilembu yaitu 1%

sedangkan tepung ubi jalar cilembu yaitu 2,5%. Menurut Antarlina (1997), kandungan abu ubi jalar maksimal 2,58 %, sehingga kadar abu pati dan tepung ubi jalar cilembu memenuhi syarat. Kandungan kadar abu yang rendah diduga berhubungan dengan proses pengolahan tepung dan pati dimana melalui tahapan pencucian dengan air. Pencucian tersebut dapat menyebabkan larutnya mineral ubi jalar dalam air (Noer, 2017).

Hasil pemeriksaan karakterisasi pati dan tepung ubi jalar cilembu secara kualitatif yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Hasil Karakterisasi pati dan tepung ubi jalar cilembu secara kualititatif.

No Parameter Uji Kualititatif

Pati Tepung

1. Uji karbohidrat Positif

(biru kehitaman)

Positif (biru kehitaman)

2. Uji Protein Negatif (Hijau

muda)

Negatif (Hijau muda)

3. Kelarutan Larutan dalam air

panas

Larutan dalam air panas

Uji karbohidrat pati dan tepung ubi jalar cilembu menunjukkan hasil yang positif mengandung karbohidrat dimana pati dan tepung ubi cilembu menunjukkan warna awal kehijauan kemudian menjadi warna biru kehitaman setelah penambahan KI.

Uji biuret dilakukan untuk melihat kandungan protein pada ubi jalar cilembu, dimana apabila sampel ditambahkan preaksi ini akan menghasilkan

(48)

warna ungu, tetapi pada pati dan tepung ubi jalar cilembu menghasilkan warna kehijauan setelah ditambahkan pereaksi benedict. Hal ini dapat terjadi karena kandungan protein yang sangat kecil didalam sampel.

Kelarutan pati ubi jalar cilembu dan tepung ubi jalar cilembu tidak larut didalam air dingin dan etanol tetapi larut didalam air panas (air yang mendidih), hal ini dikarenakan pati tersusun antara amilosa dan amilopektin, dimana amilosa bersifat larut dalam air , sedangkan amilopektin tidak larut dalam air. Proses pemanasan menyebabkan pati kehilangan sebagian amilosa, sehingga terjadi penurunan kadar pati amilosa mempunyai rantai lurus yang cenderung membentuk susunan paralel satu salam lain dan saling berikatan melalui ikatan hidrogen. Ikatan ini dapat terjadi karena molekul amilosa memiliki banyak gugus hidroksil, dimana gugus ini bersifat polar dan sifat polar ini menyebabkan amilosa bersifat hidrofilik (Winarno, 2004).

4.4 Pembuatan Media Umbi Ubi Jalar Cilembu

4.4.1 Pembuatan Media dari Pati dan Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu Pembuatan media menggunakan pati dan tepung umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dari 3 formula dimana konsentrasi yang digunakan yaitu 5% b/v, 7,5% b/v dan 10% b/v. Metode yang digunakan yaitu metode tuang, sebar dan gores. Bakteri uji yang digunakan yaitu Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli dengan waktu inkubasi 24 jam pada suhu 37oC.

Berdasarkan hasil yang didapat pada pembuatan media menggunakan pati dan tepung umbi ubi jalar cilembu (Ipomoea batatas (L.) Lam) pada formula 1 media lebih cepat memadat dibanding dengan formula 2 dan formula 3 hal ini

(49)

terjadi berdasarkan adanya perbandingan antara tepung dan agar yang berbeda dari masing-masing formula, dimana perbandingan pada Formula 1 yaitu 1:2, pada formula 2 1:1 dan formula 3 perbandingan 2:1. Media pati dan tepung ubi jalar cilembu memerlukan waktu memadat sekitar 15-20 menit.

4.5 Pengujian Media Umbi Ubi Jalar Cilembu terhadap Bakteri

4.5.1 Hasil pengujian Media Pati Umbi Ubi Jalar Cilembu terhadap Bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli

Hasil pengujian media pati umbi ubi jalar cilembu terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli terlihat pada Tabel 4.3 dimana sebagai kontrol yang digunakan adalah media NA ( Nutrient Agar ).

Tabel 4.3 jumlah koloni bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhi dan Escherichia coli pada media pati ubi jalar cilembu

Keterangan : (*) : 3 (tiga) kali pengulangan, F : Formula, F1 : 5%, F2 : 7,5%, F3 : 10%, NA : Nutrient Agar, CFU/ml : Colony Forming Unit, 102 : Pengenceran bakteri, ∞ : Pertumbuhan bakteri tidak dapat dihitung.

Tabel diatas menunjukkan hasil koloni bakteri pada semua konsentrasi (5%, 7,5%, dan 10%) media pati ubi jalar cilembu mendekati jumlah koloni media kontrol NA (Nutrient Agar), tetapi jumlah koloni yang didapat dari setiap bakeri menunjukkan hasil yang berbeda , hal ini dapat disebabkan suspensi bakteri yang kurang homogen pada proses homogenisasi sehingga memungkinkan terjadi

Biakan Bakteri

Metode Biakan

Konsentrasi Pati (*) Kontrol F1 NA

(CFU/ml)

F2 (CFU/ml)

F3 (CFU/ml) Lactobacillus

acidophilus

Tuang 14 x102 16 x102 ∞ ∞

Sebar ∞ 16 x102 11 x102

Salmonella typhii

Tuang 164 x102 104 x102 215 x102 ∞ Sebar 161 x102 320 x102 174 x102Escherichia

coli

Tuang 26 x102 10 x102 ∞ ∞

Sebar 68 x102 60 x102 ∞ ∞

(50)

perbedaan jumlah koloni bakteri. Jumlah koloni bakteri yang disimbolkan dengan (∞) menunjukkan bahwa koloni bakteri sudah menumpuk sehingga sulit untuk menghitung jumlah koloni pada bakteri.

Pertumbuhan koloni bakteri dapat diamati pada permukaan agar hal ini karena bakteri yang digunakan pada pengujian yaitu bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli bersifat aerob fakultatif sehingga dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen hal ini berhubungan dengan metode yang digunakan yaitu metode sebar dan metode tuang, pada metode tuang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat aerob (membutuhkan oksigen) dan metode tuang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat anaerob (dapat hidup tanpa adanya oksigen).

4.5.2 Hasil pengujian Media Tepung Umbi Ubi Jalar Cilembu terhadap Bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli

Hasil jumlah koloni bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhi dan Escherichia coli yang didapat pada media tepung ubi jalar cilembu dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 jumlah koloni bakteri Lactobacillus acidophilus, Salmonella typhii dan Escherichia coli pada media tepung ubi jalar cilembu

Biakan Bakteri

Metode Biakan

Konsentrasi tepung (*) Kontrol F1 NA

(CFU/ml)

F2 (CFU/ml)

F3 (CFU/ml) Lactobacillus

acidophilus

Tuang 5 x102 ∞ ∞ ∞

Sebar ∞ ∞ ∞ ∞

Salmonella typhii

Tuang 123 x102 177 x102 483 x102

Sebar 33 x102 5 x102 7 x102

Escherichia coli

Tuang 88 x102 87 x102 ∞ ∞

sebar 126 x102 164 x102 ∞ ∞

Keterangan : (*) : 3 (tiga) kali pengulangan, F : Formula, F1 : 5%, F2 : 7,5%, F3 : 10%, NA : Nutrient Agar, CFU/ml : Colony Forming Unit, 102 : Pengenceran bakteri, ∞ : Pertumbuhan bakteri tidak dapat dihitung.

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak etanol umbi ubi jalar ungu dan oranye dilakukan uji sitotoksik dengan metode MTT, dilanjutkan dengan uji kualitatif golongan senyawa yang terkandung di dalam

Pada perlakuan Bacillus subtilis pada media ubi jalar putih memiliki pertumbuhan yang baik ditinjau dari aspek garis streak yang terbentuk tebal, ukuran koloni bakteri

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud megkaji dan membuat media substitusi Nutrient Agar (media instan) dengan menggunakan ubi jalar putih, ubi jalar kuning dan

Kadar pati dalam ubi jalar putih sama besarnya dengan ubi kayu, sehingga ubi jalar putih dapat juga digunakan sebagai sumber bioetanol seperti halnya ubi kayu yang telah lebih dulu

Telah dilakukan penelitian mengenai “Uji Daya Hambat Perasan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus. aureus ATCC 25923 dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas ubi jalar mempengaruhi perubahan karakteristik granula pati yang terkandung dalam tepung ubi jalar yang diberikan perlakuan

Pada perlakuan Bacillus subtilis pada media ubi jalar putih memiliki pertumbuhan yang baik ditinjau dari aspek garis streak yang terbentuk tebal, ukuran koloni bakteri

KESIMPULAN Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak metanol ubi jalar terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus didapatkan bahwa ubi jalar mempunyai