• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Dalam Berhitung Melalui Permainan Mencari Harta Karun di TK Pertiwi Kota Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Dalam Berhitung Melalui Permainan Mencari Harta Karun di TK Pertiwi Kota Banda Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

45

Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Dalam Berhitung Melalui Permainan Mencari Harta Karun di

TK Pertiwi Kota Banda Aceh

Sitti Asma TK Pertiwi Banda Aceh Email: sitti_asma@gmail.com

ABSTRAK

Pada umumnya, anak usia Taman Kanak-Kanak masih mengalami kesulitan dalam kemampuan memahami konsep bilangan. Hal ini juga dialami sebagian besar anak TK Pertiwi Kota Banda Aceh. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengembangkan potensi anak dalam mengenal angka dan merangsang kemampuan anak melalui permainan mencari harta karun. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis kelas. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas yang meliputi 2 siklus. Tiap-tiap siklus dilakukan secara berdaur yang terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Data penelitian diambil melalui observasi. Alat pengambilan data observasi yang digunakan berupa instrumen observasi yang berisi aspek-aspek kriteria aktifitas anak dalam PBM dan kemampuan PBM guru. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu angka, kemampuan menulis anak meningkat sebesar 60%. Pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh anak sebesar 25% sedangkan pada siklus II, hasil yang dicapai sebesar 85%. Perilaku yang ditunjukkan anak pun berubah setelah diberikan tindakan. Anak lebih antusias mengikuti pembelajaran, bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya, semakin terlatih dan semakin lancar dalam menulis angka 1 – 10.

Kata Kunci: Kemampuan cara menulis angka, mengenal konsep bilangan

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hak setiap warga negara, tidak terkecuali pendidikan diusia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Santoso (2004) menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang menentukan terbentuknya kepribadian masa depan anak. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.

Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satu tahap pendidikan yang tidak dapat diabaikan karena ikut menentukan perkembangan dan keberhasilan anak. Seiring dengan perkembangan pemikiran tersebut, tuntutan dan kebutuhan layanan pendidikan anak usia dini pada saat ini cenderung semakin meningkat. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini, kesibukan orang tua, dan banyaknya sekolah dasar yang

(2)

46

mempersyaratkan calon siswanya telah menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak telah mendorong tumbuh dan kembangnya lembaga penyedia layanan Pendidikan Anak Usia Dini.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 14 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan untuk membantu pertumbuhandan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pemahaman orang tua yang terbatas pada kebutuhan bahwa anaknya harus masuk TK sebelum ke SD, bahkan banyak yang mengharapkan agar anaknya sudah mampu membaca, menulis dan berhitung setelah menyelesaikan pendidikan di TK. Padahal pendidikan TK tidak mengharuskan pencapaian kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Akan tetapi dalam pendidikan TK pendidik harus selalu memberikan stimulus atau rangsangan agar anak berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Aspek perkembangan anak usia dini yang harus di rangsang salah satunya adalah aspek perkembangan kognitif anak.

Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Kemampuan kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Sujiono, 2006). Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati, jadi merupakan tigkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan sebagai cara berfikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak guru dapat menggunakan permainan dalam proses pembelajaran. Bermain adalah kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, mengadakan percobaan percobaan, untuk memperoleh pengetahuan (Jawati, 2013). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat, yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenanganmaupun mengembangkan imajinasi anak. Jika kita benar-benar memahaminya maka pemahaman tersebut akan berdampak positif pada cara kita membantuproses belajar anak. Pengamatan ketika anak bermain secara aktif dan pasif, sangat membantu kita dalam memahami jalan fikiran anak, juga dapat meningkatkan keterampilan kita dalam berkomunikasi.

Permasalahan lain yang terjadi di TK Pertiwi Kota Banda Aceh adalah metode yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil majalah dan pensil masing-masing.

Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak untuk menghitung jumlah benda yang terdapat pada majalah dan mengisinya dengan angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut pada kolom yang telah disediakan. Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk mengerjakannya sendiri. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan di TK Pertiwi Kota Banda Aceh.

Sebagai indikator rendahnya kemampuan anak di TK tersebut, dapat dilihat bahwa dari 20

(3)

47 murid kelompok B yang sudah mengenal bilangan hanya 5 murid (25%), dan sisanya sebanyak 15 murid (75%) belum mengenal angka.

Berdasarkan lapor hasil perkembangan kemampuan kognitif anak di kelas B TK Insan Madani Banda Aceh , dapat dipahami bahwa masih banyak peserta didik yang belum berkembang. Dalam mengetahui konsep banyak dan sedikit sebanyak 10 anak yang belum berkembang, 5 anak mulai berkembang, 1 anak berkembang sesuai harapan, dan 2 anak berkembang sangat baik.

Dalam kegiatan membilang banyak benda satu sampai 10 sebanyak 6 anak belum berkembang, 10 mulai berkembang, 1 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal konsep bilangan sebanyak 7 anak belum berkembang, 8 mulai berkembang, 2 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang bilangan sebanyak 7 anak belum berkembang, 5 anak mulai berkembangan, 4 anak berkembang sesuai harapan, dan 2 anak bekembang sangat baik. Dalam kegiatan mengenal lambang huruf sebanyak 7 anak belum berkembang, 8 anak mulai berkembang, 2 anak berkembang sesuai harapan, dan 1 anak berkembang sangat baik.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di TK Pertiwi Kota Banda Aceh, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung pemanfaatan media kartu angka sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak TK dan dapat memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di TK Pertiwi Kota Banda Aceh. Media ini dianggap mampu memecahkan masalah diatas karena dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang murid untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.

Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi murid untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali. Selanjut untuk meneliti masalah di atas, Penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Dalam Berhitung Melalui Permainan Mencari Harta Karun Di TK Pertiwi Kota Banda Aceh Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kemampuan Kognitif Anak

Menurut Pudjiarti dalam Khadijah (2016), kemampuan kognitif dapat diartikan dengan “kemampuan belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya serta kemampuan menggunakan daya ingat dalam menyelesaikan soal-soal sederhana”.Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa perkembangan kemampuan berpikir manusia tumbuh bersama pertambahan usia manusia. sebagian ahli psikologi berpendapat bahwa perkembangan berpikir manusia dipengaruhi oleh lingkungan social dimana manusia hidup. Teori perkembangan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dalam membimbing tingkah laku anak. Kemampuan kognitif menjadikan anak sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

(4)

48

Perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan “ kemampuan mental dan fisik untuk mengetahui objek tertentu, memasukkan informasi kedalam pikiran, mengubah pengetahuan yang sudah ada dengan informasi yang baru diperoleh dan merupakan tahapan-tahapan berpikir”

Menurut Piaget dalam Asrul dkk (2016), menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. dalam perkembangannya, kemampuan kognitif akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungannya.

Permainan Harta Karun

Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai hal.Oleh karena itu bermain merupakan berbagai integral dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya.

Permainan ini adalah bermain yang menggunakan konsep matematika yaitu melalui kegiatan benda kongkrit, mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf, mengenal bentuk geometri.

Tujuan dari permainan ini adalah sebagai berikut:

a. Melatih pengetahuan mengenal bentuk geometri pada anak.

b. Melatih kecerdasan dan daya ingat siswa c. Melatih kecerdasan siswa dalam berimajinasi d. Melatih mandiri dan teliti

e. Mengetahui kecerdasan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Adapun alat dan bahan yang dapat digunakan dalam permainan harta karun antara lain adalah:

a. Kotak besar

b. Dompet sesuai jumlah anak, dan

c. Kartu angka (tiap angka jumlahnya dua) Cara Bermain Permainan Harta Karun

Adapun beberapa cara untuk bermain permainan harta karu, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi anak menjadi beberapa kelompok dengan jumlah yang sama.

b. Masukan kartu angka pada masing-masing dompet. Kartu sisanya masukan kedalam kotak.

c. Letakan seluruh dompet di samping kotak besar.

d. Tentukan urutan bermain tiap kelompok dengan cara hompimpa. Tiap kelompok menyuruh satu wakilnya untuk hompimpa. Tentukan juga waktu yang dipakai dalam permainan ini, minimal 2 menit.

(5)

49 e. Setelah ada aba-aba, kelompok yang dapat giliran pertama akan mengambil dompet, masing-masing anak mendapat satu. Anak-anak itu akan membuka dompet dan menemukan kartu angka. Selanjutnya, anak akan mencari kartu angka dengan gambar angka yang sama pada kotak besar. Setelah dua menit, maka kelompok dengan giliran selanjutnya yang bermain.

f. Pemenangnya adalah kelompok yang paling banyak memperoleh harta karun dengan benar.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini menggunakan guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah pada kelompok B TK Pertiwi Kota Banda Aceh. Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaranjaran 2017/2018.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini pada anak usia 5-6 tahun di kelompok B TK Pertiwi Kota Banda Aceh.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflekstion), dan selanjutnya diulang kembali dalam satu siklus. Adapun penelitian ini membahas permainan mencari harta karun di TK Pertiwi Kota Banda Aceh.

Teknik Pengumpulan Data

Selanjutnya untuk memperoleh data atau informasi digunakan teknik sebagai berikut:

a. Pengamatan (observasi)

Observasi ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang kegiatan pengembangan kognitif di TK Pertiwi Kota Banda Aceh. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian seperti kegiatan pengembangan kognitif pada anak di TK Pertiwi Kota Banda Aceh .

b. Interview

Metode ini digunakan untuk mewawancarai guru guna memperoleh data-data yang berhubungan dengan metode pengembangan yang digunakan orangtua dan guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak serta melakukanobservasi langsung terhadap peserta didik.

(6)

50

c. Dokumentasi

Penulis menggunakan metode ini sebagai alat untuk memperoleh data tentang perkembangan kognitif, memperoleh data tentang hasil karya kerja anak dalam belajar, kegiatan anak yang berkaitan dengan kemampuan kognitif.

Teknik Analisa Data

Model analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah “ model interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi”. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung.

Penelitian akan menghitung jumlah persentase pada setiap anak untuk dianalisis. Analisis persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

X% = x 100%

Keterangan : X% = Persentase yang dicari

n = Jumlah kemampuan yang diperoleh N = Skor maksimal

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi perkembangan persentase keterampilan kognitif anak melalui permainan harta karun di TK Pertiwi Kota Banda Aceh, yang mana peserta didik minimal sebanyak 80% berhasil mencapai kategori memiliki kemampuan kognitif yang baik (BSB/Berkembang Sangat Baik). Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan permainan harta karun dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak dalam berhitung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertemuan I (Siklus I)

Setelah diadakan pengamatan pada kemampuan kognitif . Dari 18 peserta didik di kelas B, yang Belum Berkembang ( BB) dapat diketahui ada 9 (50%) peserta didik, Mulai Berkembang (MB) terdapat 5(28%) peserta didik, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) terdapat 3(17%) peserta didik, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) terdapat 1(5%) peserta didik.

Refleksi

Hasil refleksi terhadap siklus I pertemuan ke-I dapat dilihat sebagai berikut : a) Efesiensi waktu masih kurang, adanya keterbatasan waktu sehingga penerapan

permainan harta karun belum berkembang dengan baik.

b) Minat anak belum terlihat terhadap penerapan permainan harta karun yang akan dilakukan.

c) Kurangnya kegiatan permainan harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak.

(7)

51 Pertemuan ke-II (Siklus I)

Setelah diadakan pengamatan terhadap kemampuan peserta didik dari 18 peserta didik di kelas B1 yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 8 (45%) anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 6 (#%%) anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 (11%) anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 (11%) anak.

Refleksi

Hasil refleksi terhadap siklus I pertemuan Ke-II dapat dilihat sebagai berikut : a) Persediaan media yang belum memadai, sehingga membuat suasana kegiatan

pembelajaran menjadi kurang kondusif.

b) Penggunaan waktu yang kurang efesien sehingga kegiatan pembelajaran cenderung terburu-buru dalam mngembangkan kemampuan kognitif melalui permainan harta karun.

Pertemuan ke-III (Siklus I)

Setelah dilakukan pengamatan terhadap kemampuan kognitif melalui permainan harta karun pada pertemuan ke- III. Peserta didik yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 7 (39%) anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 7 (39%) anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 (11%) anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 (11%) anak.

Refleksi

Hasil refleksi terhadap siklus I pertemuan ke-III dapat dilihat sebagai berikut : a) Persediaan gambar yang belum memadai sehingga membuat anak tidak sabar

menunggu giliran dalam kegiatan permainan harta karun.

b) Minat dan motivasi peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran mulai terlihat namun masih belum maksimal, hal ini terlihat masih ada peserta didik yang bermain dan tidak fokus pada kegiatan yang diberikan.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang muncul pada pelaksanaan siklus I . untuk itu, pada pelaksanaan siklus II perlu ada perbaikan desain pembelajaran. Adapun rencana revisi tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Persediaan media gambar yang ditambah agar anak lebih fokus dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya melalui permainan harta karun.

(2) Memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik setiap pertemuan di kelas agar peserta didik dapat menerima dan menerapkan kegiatan permainan harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif. Selain itu, dalam merencanakan kegiatan permainan harta karun diperlukan tahapan-tahapan yang lebih menarik, sehingga menumbuhkan minat anak untuk melalukan kegiatan dan dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui permainan harta karun.

Siklus II

Pertemuan ke-4 (Siklus II)

Setelah dilakukan pengamatan pada pertemuan ke-4, dimana kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik menyebutkan lambang bilangan 1-10, menghitung jumlah

(8)

52

benda yang ditemukan, menuliskan lambang bilangan 1-10. Yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 5 (28%) anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 4 (22%) anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 4 (22%) anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 5 (28%) anak.

Refleksi

Hasil refleksi terhadap siklus II pertemuan ke-4 dapat dilihat sebagai berikut:

a) Pengelolaan waktu yang seefektif mungkin dalam melakukan permainan harta karun dengan melakukan pembagian kelompok memudahkan peserta didik dalam mengikuti kegiatan

b) Kemampuan bekerjasama peserta didik sudah mulai terlihat , akan tetapi ada anak yang belum mau bergantian menggunakan media dalam permainan harta karun

c) Kemampuan peserta didik yang mengikuti kegiatansudah terlihat meningkat, tetapi masih ada beberapa ank yang belum dapat menyebutkan lambang bilangan dikarenakan masih malu dan ragu.

Pertemuan ke-5 (Siklus II)

Setelah dilakukan pengamatan pada pertemuan ke-5, dimana kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik menyebutkan lambang bilangan 1-10, menghitung jumlah benda yang ditemukan, menuliskan lambang bilangan 1-10. Yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 2 (11%) anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 3 (17%) anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 6 (33%) anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 7 (39%) anak.

Refleksi

Hasil refleksi terhadap pertemuan ke-5 siklus II dapat dirinnci sebagai berikut: : Kemampuan bekerjasama peserta didik sudah mulai terlihat, akan tetapi ada anak yang belum mau bergantian menggunakan media dalam permainan harta karun.

Pertemuan ke-6 (Siklus II)

Setelah dilakukan pengamatan pada pertemuan ke-6, dimana kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik menyebutkan lambang bilangan 1-10, menghitung jumlah benda yang ditemukan, menghubungkan bilangan dengan lambang bilangan 1-10. Yang memberikan hasil Belum Berkembang (BB) sebanyak 0 (0%) anak, Mulai Berkembang (MB) sebanyak 1 (6%) anak, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 2 (11%) anak, dan Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 15 (83%) anak.

PEMBAHASAN

Taman kanak-kanak adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, baik jasmani maupun rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, sebagai usaha yang dilakukan agar anak usia 4-6 tahun lebih siap untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Pada dasarnya anak telah memiliki potensi kreatif, dengan potensi yang kreatif anak membutuhkan aktifitas atau kegiatan yang kreatif agar dapat mengasah kreatifitas anak khususnya dalam perkembangan kognitif.

(9)

53 Pada pelaksnaan siklus I melalui 3 pertemuan dengan pelaksanaan pembelajaran secara klasikal di kelas B dapat dijumpai beberapa hambatan dan kelmahan, diantaranya persediaan media pada pelaksanaan permainan harta karun kurang diterima oleh peserta didik dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak, sehingga permainan harta karun belum berkembang secara baik.

Berdasarkan hasil perkembangan pada siklus I dapat dilihat pada table 1 berikut :

Tabel 1. Hasil persentase Siklus I

Siklus I BB MB BSH BSB Jumlah Peserta Didik

Pertemuan 1 9 (50%) anak

5 (28%) anak

3 (17%) anak

1 (5%)

anak 18 anak

Pertemuan 2 8 (45%) anak

6 (33%) anak

2 (11%) anak

2 (11%)

anak 18 anak

Pertemuan 3 7 (39%) anak

7 (39%) anak

2 (11%) anak

2 (11%)

anak 18 anak

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, terlihat kemampuan kognitif anak melalui permainan harta karun dapat dikatakan belum berhasil karena belum mencapai 80%. Dengan demikian peneliti merancang kembali kegiatan pada siklus II yang mana dapat dilihat hasil persentase sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil persentase Siklus II

Siklus II BB MB BSH BSB Jumlah Peserta Didik

Pertemuan 4 5 (28%) anak

4 (22%) anak

4 (22%) anak

5 (28%)

anak 18 anak

Pertemuan 5 2 (11%) anak

3 (17%) anak

6 (33%) anak

7 (39%)

anak 18 anak

Pertemuan 6 0 (0%) anak

1 (6%) anak

2 (11%) anak

15 (83%)

anak 18 anak

Berdasarkan hasil persentase di atas, maka kemampuan kognitif melalui permainan harta karun telah menunjukkan perubahan yang lebih baik dan telah mencapai indikator keberhasilan 80%. Hal ini dapat dilihat dari rancangan kegiatan dalam menerapkan permainan harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak di TK Pertiwi Kota Banda Aceh .

Berdasrkan hasil refleksi dari kedua siklus tersebut melalui 6 kali pertemuan kegiatan permainan harta karun dalam mengembangkan kemampuan kognitif di TK Pertiwi Kota Banda Aceh , dapat dijumpai peningkatan persentase yang cukup berarti.

Berdasarkan hasil di atas terbukti bahwa melalui permainan harta karun dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini dalam berhitung anak di TK Pertiwi Kota Banda Aceh .

(10)

54

PENUTUP Simpulan

Berdsarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif dapat dikembangkan melalui permainan mencari harta karun. Peneliti melakukan kegiatan permainan mencari harta karun yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak usia dini, sehingga dapat mengembangkan kemampuan mereka khususnya kemampuan kognitif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan bagi AnakBerkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ardy Wiyani , Nova. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrul, dan Ahmad Syukri Sitorus, (2016). Strategi Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membina Sumber Daya Manusia Berkarakter. Medan : Perdana Publishing.

Dinar Pratisti,Wiwien. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Jawati, Ramaikis (2013). Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak melalui Permainan Ludo Geometri di PAU Habibul Ummi II. Ditemukan di : http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/view/1537/1338

Khadijah (2016). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan : Perdana Publishing.

Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Raja grafindo Persada.

Kurniawan, Heru, Titi Anisatul Laely. 2014. 30 Permainan Kreatif untuk Kecerdasan Logika Matematika Anak. Bandung: Alfabeta.

Patmonodewo, Soeminarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar PAUD.

Santoso, Sugeng (2004). Pendidikan anak Usia Dini. Jakarta : Citra Pendidikan.

Sujiono, Yuliani Nurani (2006). Metode Pengemabnagn Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel 1. Hasil persentase Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian ilmuan menekankan pada efektivitas aktor politik dalam menjalankan amanat Rakyat, seperti implementasi kebijakan politik yang menguntungkan Rakyat,

[r]

Praksis pembelajaran berorientasi hard skills pada kenyataannya tidak didukung oleh temuan hasil penelitian bahwa faktor yang berperanan penting dalam menentukan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 sampai dengan Mei 2015 ini ialah khasiat ekstrak akar purwoceng, dengan judul Perkembangan

Pada gambar di atas dapat diceritakan perbandingan yang akan diteliti dengan membandingkan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat terhadap

[r]

Melalui RT-PCR dan sikuen nukleotida sebagian genom virus dapat disimpulkan bahwa penyakit klorosis pada tanaman tomat di Indonesia berasosiasi dengan infeksi TICV dan

Pengukuran setiap indikator variabel dalam penelitian ini yaitu menggunakan Skala Likert dengan setiap jawaban didistribusikan ke dalam kategori yang berbeda. Untuk