• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 Akuntansi Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1 Akuntansi Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 1

Bab 1

Akuntansi Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang

Untuk memperluas jaringan pemasaran atau meningkatkan omzet penjualan, suatu perusahaan dapat membentuk agen penjualan atau kantor cabang (branch office). Perusahaan yang memiliki kantor cabang disebut Kantor Pusat (home office).

Dibandingkan dengan agen penjualan, kantor cabang memiliki otonomi yang lebih luas dan beroperasi sebagaimana perusahaan pada umumnya, yaitu menerima dan menyimpan barang dagangan dari kantor pusat, melakukan pemasaran dan penjualan, memberikan persetujuan kredit kepada pelanggan, melakukan pengumpulan piutang, dan mengirimkan uang hasil penjualan ke kantor pusat. Agen penjualan pada umumnya hanya memasarkan produk dari suatu perusahaan tertentu dengan menggunakan sampel produk. Bab ini hanya membahas akuntansi untuk hubungan kantor pusat dan kantor cabang, yaitu transaksi yang terjadi antar kantor pusat dan kantor cabangnya.

1.1. Pencatatan Transaksi antar Kantor

Akuntansi hubungan kantor pusat dan kantor cabang dapat didasarkan pada sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pada sistem sentralisasi, transaksi antar kantor (kantor pusat dan kantor cabang) hanya dicatat pada buku kantor pusat, sedangkan pada sistem desentraliasi, transaksi antar kantor dicatat pada buku kantor pusat dan kantor cabang. Oleh karena itu, ketika kantor pusat membuka kantor cabang, maka kedua pihak harus membuka akun antar perusahaan (intercompany accounts) yaitu akun Kantor Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku kantor cabang. Kedua akun ini (akun Kantor Cabang dan akun Kantor Pusat) digunakan untuk mengakomodasi transaksi-transaksi antar kantor dan keduanya merupakan akun resiprokal. Artinya pendebitan pada akun Kantor Cabang akan diimbangi dengan pengkreditan pada akun Kantor Pusat dengan jumlah nilai nominal yang sama. Demikian pula sebaliknya.

Sifat dari akun Kantor Cabang adalah sama dengan akun Investasi, yaitu didebit ketika terjadi penambahan dan dikredit ketika terjadi pengurangan. Secara lebih spesifik, akun Kantor Cabang oleh kantor pusat akan didebit ketika kantor pusat mentransfer aset (kas, barang dagangan, aset tetap, dan aset lainnya) ke kantor cabang atau ketika kantor cabang melaporkan laba bersih kepada kantor pusat. Sebaliknya, akun Kantor Cabang akan dikredit ketika kantor pusat menerima transfer aset dari kantor cabang atau ketika kantor cabang melaporkan rugi bersih kepada kantor pusat.

Sifat dari akun Kantor Pusat adalah sama dengan akun Modal, yaitu dikredit ketika terjadi penambahan dan didebit ketika terjadi pengurangan. Akun Kantor Pusat oleh kantor cabang akan dikredit ketika kantor cabang menerima transfer aset dari kantor pusat atau ketika kantor cabang memperoleh laba bersih. Sebaliknya, akun Kantor Pusat akan didebit ketika

(2)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 2 kantor cabang mentransfer aset ke kantor pusat atau ketika kantor cabang mengalami kerugian. Lihat Peraga 1.1 berikut ini.

Buku Kantor Pusat

KANTOR CABANG

a. Aset ditransfer ke kantor cabang b. Aset ditransfer dari kantor cabang c. Laba bersih kantor cabang d. Rugi bersih kantor cabang

Buku Kantor Cabang

KANTOR PUSAT

b. Aset ditransefer ke kantor pusat a. Aset ditransfer dari kantor pusat d. Rugi bersih kantor cabang c. Laba bersih kantor cabang

Peraga 1.1: Hubungan Akun Kantor Cabang dan Akun Kantor Pusat

Berdasarkan Peraga 1.1, sebagai ilustrasi, jika kantor pusat mentransfer kas ke kantor cabang, maka kantor pusat mecatat Kantor Cabang (debit) dan Kas (kredit), kantor cabang mencatat Kas (debit) dan Kantor Pusat (kredit). Ketika kantor cabang melaporkan laba bersih kepada kantor pusat, kantor pusat mencatat Kantor Cabang (debit) dan Laba dari Kantor Cabang (kredit), kantor cabang mencatat Ikhtisar Laba Rugi (debit) dan Kantor Pusat (kredit).

Pengiriman Barang Dagangan ke Kantor Cabang

Kantor cabang dibentuk sebagai kepanjangan tangan kantor pusat dalam memasarkan dan menjualkan barang dagangan milik kantor pusat. Oleh karena itu, barang dagangan yang terdapat di kantor cabang pada umumnya berasal dari kiriman kantor pusat. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan kantor pusat memberi wewenang kepada kantor cabang untuk membeli barang dagangan dari pihak luar (pihak independen). Transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan kantor cabang kepada pihak eksternal dicatat sebagaimana perusahaan membeli barang dagangan, yaitu mendebit akun Pembelian jika kantor cabang menggunakan sistem sediaan periodik atau akun Sediaan jika kantor cabang menggunakan sistem sediaan perpetual.

Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang dapat difaktur sesuai kosnya atau lebih tinggi dari kosnya (misalnya kos ditambah markup). Berikut ini uraian untuk kedua kemungkinan tersebut.

Barang Dagangan Difaktur Sesuai Kos. Jurnal untuk mencatat pengiriman barang dagangan ke kantor cabang yang difaktur sesuai kos tergantung pada apakah perusahaan menggunakan sistem sediaan periodik atau perpetual. Sebagai ilustrasi, misalnya kantor pusat

(3)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 3 mengirim barang dagangan ke kantor cabang dengan kos Rp5.000, maka jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut.

Sistem Sediaan Periodik Buku Kantor Pusat

Kantor Cabang Rp5.000

Pengiriman ke Kantor Cabang Rp5.000

Buku Kantor Cabang

Pengiriman dari Kantor Pusat Rp5.000

Kantor Pusat Rp5.000

Sistem Sediaan Perpetual Buku Kantor Pusat

Kantor Cabang Rp5.000

Sediaan Rp5.000

Buku Kantor Cabang

Sediaan—Kantor Pusat Rp5.000

Kantor Pusat Rp5.000

Pada kasus tersebut, transfer aset dari kantor pusat ke kantor cabang berupa barang dagangan meningkatkan pertanggungjawaban kantor cabang kepada kantor pusat. Selain itu, transaksi tersebut tidak mempengaruhi pendapatan, karena bukan transaksi antar pihak-pihak yang independen, melainkan hanya transfer barang dagangan di dalam perusahaan yang sama.

Apabila sistem sediaan periodik digunakan oleh perusahaan, dua akun resiprokal tambahan dibuka untuk mencatat transfer barang dagangan, yaitu akun Pengiriman ke Kantor Cabang pada buku kantor pusat dan akun Pengiriman dari Kantor Pusat pada buku kantor cabang. Pada laporan laba rugi kantor pusat, saldo akun Pengiriman ke Kantor Cabang dikurangkan dari jumlah sediaan awal dan pembelian untuk merefleksikan fakta bahwa pengiriman barang ke kantor cabang mengurangi kos barang tersedia untuk dijual di kantor pusat. Pada buku kantor cabang, akun Pengiriman dari Kantor Pusat adalah setara dengan akun Pembelian. Pembedaan nama akun dilakukan untuk membedakan antara barang dagangan yang diterima dari kantor pusat dan barang dagangan yang dibeli dari pihak luar. Untuk tujuan kepraktisan, pada uraian selanjutnya hanya digunakan sistem sediaan periodik.

(4)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 4 Kos Pengiriman. Kos pengiriman (kos angkut) yang terjadi dalam pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang merupakan unsur kos. Secara teori kos angkut harus ditambahkan ke kos barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang. Namun demikian, kos angkut yang berlebihan akibat inefisiensi harus diperlakukan sebagai biaya. Hanya ongkos angkut yang bersifat normal yang seharusnya ditambahkan ke kos barang dagangan. Selisih kos angkut di atas kos angkut normal harus dicatat sebagai biaya tahun berjalan. Namun demikian, dari sudut pandang kepraktisan, kos angkut yang tidak material dapat diperlakukan sebagai biaya tahun berjalan dengan cara mendebit akun Biaya Angkut pada buku kantor cabang.

Asumsi ini yang akan digunakan pada uraian-uraian selanjutnya.

Contoh 1.1: Barang dagangan difaktur ke kantor cabang sesuai kosnya

Untuk memperluas jaringan pemasaran, PT Zigzag membentuk kantor cabang di Yogyakarta.

Berikut ini transaksi yang berkaitan dengan pembentukan kantor cabang (KC) dan operasinya pada bulan pertama.

1. Kas Rp1.000.000 ditransfer ke KC.

2. Barang dagangan dengan kos Rp4.000.000 dikirim ke KC. Barang dagangan tersebut oleh kantor pusat (KP) difaktur ke KC sesuai kosnya. Atas pengiriman ini kantor pusat membayar biaya pengiriman Rp400.000, tunai.

3. Biaya operasi yang terjadi dan dibayar oleh KC Rp200.000.

4. KC membeli barang dagangan dari pihak eksternal seharga Rp2.500.000 5. KC melakukan transaksi penjualan secara kredit sebesar Rp8.000.000.

6. Pengumpulan piutang oleh KC Rp4.700.000 7. Kas Rp1.000.000 ditransfer ke KP.

8. Jurnal penutup oleh KC. Sediaan akhir barang dagangan di kantor cabang berjumlah Rp2.000.000 dan seluruhnya merupakan barang dagangan dari KP. Ikhtisar laba rugi bulanan dikirim ke KP.

Jurnal-jurnal untuk mencatat transaksi tersebut tampak sebagai berikut.

(5)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 5 Barang Dagangan Difaktur di atas Kos. Kantor pusat dapat menerapkan kebijakan penetapan harga barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang pada harga yang berbeda dari kosnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamankan laba. Berikut ini contoh kebijakan penetapan harga barang dagangan yang dikirm ke kantor cabang.

1. Barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang ditetapkan sebesar kos ditambah mark-up sebesar persentase tertentu.

No

1 Kantor Cabang 1.000.000 Kas 1.000.000

Kas 1.000.000 Kantor Pusat 1.000.000

2 Kantor Cabang 4.400.000 Pengiriman dari KP 4.000.000

Pengiriman ke KC 4.000.000 Biaya angkut 400.000

Kas 400.000 Kantor Pusat 4.400.000

3 Tidak ada jurnal Biaya Operasi 200.000

Kas 200.000

4 Tidak ada jurnal Pembelian 2.500.000

Kas 2.500.000

5 Tidak ada jurnal Piutang dagang 8.000.000

Penjualan 8.000.000

6 Tidak ada jurnal Kas 4.700.000

Piutang dagang 4.700.000

7 Kas 1.000.000 Kantor Pusat 1.000.000

Kantor Cabang 1.000.000 Kas 1.000.000

8 Kantor Cabang 2.900.000

Laba Kantor Cabang 2.900.000 Penjualan 8.000.000

Sediaan 2.000.000

Pengiriman dari KP 4.000.000

Biaya angkut 400.000

Biaya Operasi 200.000

Pembelian 2.500.000

Ikhtisar laba rugi 2.900.000

Ikhtisar laba rugi 2.900.000

Kantor Pusat 2.900.000

Buku Kantor Pusat (Rp) Buku Kantor Cabang (Rp)

Jurnal penutup

Jurnal penutup

(6)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 6 2. Barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang ditetapkan sebesar harga jual kepihak luar.

3. Harga eceran (ritel)

Apapun kebijakan yang dipilih oleh kantor pusat, keuntungan karena mark-up atas barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang belum direalisasi sampai dengan barang dagangan tersebut dijual oleh kantor cabang. Guna mempermudah akuntansi untuk mark-up dan mempertahankan kos barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang, kantor pusat biasanya memisahkan laba belum direalisasi dari kos barang dagangan. Sebagai contoh, barang dagangan dengan kos Rp30.000 dikirim dan difaktur oleh Kantor Pusat ke Kantor Cabang A seharga Rp36.000 (120% dari kos). Transaksi ini dijurnal sebagai berikut.

Buku Kantor Pusat

Kantor Cabang Rp36.000

Pengiriman ke Kantor Cabang* Rp30.000

Laba Belum Direalisasi atas Pengiriman ke Kantor Cabang 6.000

*Sediaan dikredit jika digunakan sistem sediaan perpetual

Buku Kantor Cabang A

Pengiriman dari Kantor Pusat* Rp36.000

Kantor Pusat Rp36.000

*Sediaan—Kantor Pusat didebit jika digunakan sistem sediaan perpetual

Kantor Cabang A akan mengakui pendapatan atas penjualan barang ketika terjadi penjualan kepada pihak eksternal. Ketika barang-barang kiriman dari kantor pusat telah terjual kepada pihak eksternal, maka bagian dari laba belum direalisasi yang tercatat pada buku kantor pusat yang berkaitan dengan barang yang dijual oleh kantor cabang tersebut dianggap telah diperoleh (direalisasi). Pada umumnya, kantor pusat akan menangguhkan pengakuan laba telah direalisasi sampai laporan periodik diterima dari kantor cabang.

Sebagai ilustrasi, melanjutkan ilustrasi sebelumnya, pada tahun berjalan Kantor Cabang A menjual barang dagangan seharga Rp30.000 atas tiga per empat barang dagangan yang diterima dari kantor pusat. Pada tahun tersebut kantor cabang memperoleh laba bersih Rp2.000 dan melapor kepada kantor pusat bahwa seperempat dari barang dagangan yang diperoleh dari kantor pusat masih belum terjual. Atas laporan kantor cabang, kantor pusat akan mencatat laba bersih dilaporkan oleh kantor cabang dan menyesuaikan Laba Belum Direalisasi atas Pengiriman ke Kantor Cabang dengan jurnal sebagai berikut.

Buku Kantor Pusat

Kantor Cabang Rp2.000

Laba Kantor Cabang Rp2.000

(mencatat pengakuan laba bersih kantor cabang)

(7)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 7 Laba Belum Direalisasi atas Pengiriman ke Kantor Cabang Rp4.500

Laba Kantor Cabang (Rp6.000 × 75%) Rp4.500

(mencatat pengakuan laba yang telah terrealisasi)

Contoh 1.2: Barang dagangan difaktur ke kantor cabang diatas kosnya

Menggunakan informasi pada Contoh 1.1, tetapi barang dagangan dengan kos Rp4.000.000 (transaksi no. 2) oleh kantor pusat difaktur Rp5.000.000 (125% dari kosnya). Semua jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut ini.

No

1 Kantor Cabang 1.000.000 Kas 1.000.000

Kas 1.000.000 Kantor Pusat 1.000.000

2 Kantor Cabang 5.400.000 Pengiriman dari KP 5.000.000

Pengiriman ke KC 4.000.000 Biaya angkut 400.000

Laba belum direalisasi 1.000.000 Kantor Pusat 5.400.000

Kas 400.000

3 Tidak ada jurnal Biaya Operasi 200.000

Kas 200.000

4 Tidak ada jurnal Pembelian 2.500.000

Kas 2.500.000

5 Tidak ada jurnal Piutang dagang 8.000.000

Penjualan 8.000.000

6 Tidak ada jurnal Kas 4.700.000

Piutang dagang 4.700.000

7 Kas 1.000.000 Kantor Pusat 1.000.000

Kantor Cabang 1.000.000 Kas 1.000.000

8 Kantor Cabang 1.900.000

Laba Kantor Cabang 1.900.000 Penjualan 8.000.000

Sediaan 2.000.000

Pengiriman dari KP 5.000.000

Harga faktur ke KC 5.000.000 Biaya angkut 400.000

Sediaan akhir KC 2.000.000 Biaya Operasi 200.000

Terjual 3.000.000 Pembelian 2.500.000

Ikhtisar laba rugi 1.900.000

Laba direalisasi = (Rp3.000.000/Rp5.000.000) × Rp1.000.000 =

Ikhtisar laba rugi 1.900.000

Laba Belum Direalisasi 600.000 Kantor Pusat 1.900.000

Laba Kantor Cabang 600.000

Buku Kantor Pusat (Rp) Buku Kantor Cabang (Rp)

Jurnal penutup Jurnal penutup

Jurnal penyesuaian Penyesuaian LBD

Rp600.000

(8)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 8

Perolehan Aset Tetap untuk Digunakan oleh Kantor Cabang

Dalam operasi kantor cabang, pada umumnya kantor pusat mempertahankan pencatatan semua aset tetapnya meskipun aset tetap tersebut ditempatkan di kantor cabang. Untuk tujuan kontrol, kantor pusat dapat membentuk akun aset tetap individual untuk setiap kantor cabang (misalnya Peralatan – Kantor Cabang A; Mesin – Kantor Cabang B, dan seterusnya). Sebagai contoh, jika kantor pusat membeli peralatan seharga Rp10.000 untuk operasional kantor cabang Yogyakarta, maka transaksi tersebut dicatat oleh kantor pusat dengan jurnal sebagai berikut.

Buku Kantor Pusat

Peralatan - Kantor Cabang Yogyakarta Rp10.000

Kas Rp10.000

Jurnal tersebut tidak mempengaruhi buku kantor cabang, karena peralatan dicatat pada buku kantor pusat. Jurnal pada buku kantor cabang akan dibuat jika peralatan dibeli oleh kantor cabang, tetapi dicatat pada buku kantor pusat. Jika peralatan pada contoh sebelumnya dibeli oleh kantor cabang, maka jurnalnya adalah sebagai berikut.

Buku Kantor Pusat

Peralatan - Kantor Cabang Yogyakarta Rp10.000

Kantor Cabang Yogyakarta Rp10.000

Buku Kantor Cabang Yogyakarta

Kantor Pusat Rp10.000

Kas Rp10.000

Contoh Komprehensif

PT Damaris memiliki kantor cabang di kota Yogyakarta. Transaksi pada bulan Juli 2018 adalah sebagai berikut.

Juli, 1: Damaris mentransfer kas Rp250.000 ke kantor cabang.

2: Damaris mengirim barang dagangan ke kantor cabang sebanyak 1.000 unit dengan kos Rp300 per unit pada harga faktur Rp500 per unit. Biaya angkut (total) Rp2.000, dibayar oleh Damaris.

3: Tambahan barang dagangan dibeli oleh kantor cabang dari supplier eksternal sebanyak 500 unit pada harga Rp310 per unit.

(9)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 9 7: Peralatan display untuk kantor cabang dibeli oleh Damaris pada harga Rp360.000. Sesuai

kebijakan, semua aset tetap yang ditempatkan di kantor cabang dibukukan oleh kantor pusat.

10: Penjualan barang dagangan secara kredit oleh kantor cabang untuk periode 3 – 10 Juli sebanyak 800 unit pada harga Rp500 per unit.

18: Pengumpulan piutang oleh kantor cabang Rp320.000.

25: Penjualan barang dagangan secara kredit oleh kantor cabang untuk periode 11 – 25 Juli sebanyak 500 unit pada harga Rp500 per unit.

29: Kas Rp100.000 dikirim oleh kantor cabang ke kantor pusat.

30: Biaya yang terjadi pada kantor cabang dan dibayar tunai meliputi: advertensi Rp4.000; komisi penjualan Rp65.000; dan macam-macam biaya Rp1.000.

31: Damaris mencatat depresiasi Rp15.000, sudah termasuk depresiasi peralatan display yang ditempatkan di kantor cabang.

31: Kantor cabang membuat jurnal penutup. Pada akhir bulan (31 Juli), sesuai hasil perhitungan fisik sediaan, kantor cabang masih memiliki barang dagangan sebanyak 200 unit dengan rincian:

- Dari kiriman kantor pusat = 150 unit dengan kos Rp500 per unit.

- Dari pemasok eksternal = 50 unit dengan kos Rp310 per unit.

Berdasarkan transaksi tersebut, maka seluruh jurnal pada buku kantor pusat dan kantor cabang tampak sebagai berikut.

(10)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 10

Tgl Juli

1 Kantor Cabang - Yk 250.000 Kas 250.000

Kas 250.000 Kantor Pusat 250.000

2 Kantor Cabang - Yk 502.000 Pengiriman dari Kantor Pusat 500.000

Pengiriman ke Kantor Caban - Yk. 300.000 Biaya angkut 2.000

Laba belum direalisasi 200.000 Kantor Pusat 502.000

Kas 2.000

3 Tidak ada jurnal Pembelian 155.000

Kas/Utang dagang 155.000

7 Peralatan - Kantor cabang Yogyakarta 360.000 Tidak ada jurnal

Kas 360.000

10 Tidak ada jurnal Piutang dagang 400.000

Penjualan 400.000

18 Tidak ada jurnal Kas 320.000

Piutang dagang 320.000

25 Tidak ada jurnal Piutang dagang 250.000

Penjualan 250.000

29 Kas 100.000 Kantor Pusat 100.000

Kantor Cabang - Yk 100.000 Kas 100.000

30 Biaya advertensi 4.000

Komisi penjualan 65.000

Macam-macam biaya 1.000

Kas 70.000

31 Biaya depresiasi 15.000 Tidak ada jurnal

Akumulasi depresiasi 15.000

31 Kantor Cabang - Yk 13.500

Laba kantor cabang - Yk 13.500 Penjualan 650.000

Sediaan 90.500

Pengiriman dari Kantor Pusat 500.000

Harga faktur ke KC (1.000 unit, @ Rp500) 500.000 Biaya angkut 2.000

Sediaan akhir (150 unit, @ Rp500) 75.000 Pembelian 155.000

Terjual 425.000 Biaya advertensi 4.000

Komisi penjualan 65.000

Macam-macam biaya 1.000

Ikhtisar laba rugi 13.500

Laba belum direalisasi 170.000 Ikhtisar laba rugi 13.500

Laba kantor cabang - Yk 170.000 Kantor Pusat 13.500

Jurnal penutup Laba direalisai: (Rp425.000/Rp500.000) x Rp200.000 = Rp170.000

Jurnal penyesuaian

Buku Kantor Pusat (Rp) Buku Kantor Cabang (Rp)

Penyesuaian LBD Tidak ada jurnal

Jurnal penutup

(11)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 11

Alokasi Biaya dari Kantor Pusat

Sebagian kegiatan yang dilakukan di kantor pusat adalah kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas kantor cabang. Sebagian fasilitas yang ada di kantor pusat juga digunakan untuk kepentingan kantor cabang. Artinya kantor pusat sangat mungkin harus membayar biaya untuk kemanfaatan kantor cabang, misalnya biaya asuransi.

Secara teori, biaya asuransi tersebut seharusnya dialokasikan ke kantor cabang agar laporan laba rugi kantor cabang memperhitungan laba atau rugi secara tepat. Namun demikian, di dalam praktik terdapat keragaman kebijakan alokasi biaya, yaitu:

1. Kantor pusat mengalokasi biaya ke kantor cabang hanya biaya yang secara langsung berkaitan dengan operasi kantor cabang, misalnya biaya asuransi dan biaya advertensi.

2. Kantor pusat mengalokasi semua biaya (biaya asuransi, biaya advertensi, biaya gaji eksekutif kantor pusat, biaya fasilitas, fee audit, biaya bunga, dan sebaginya) ke kantor cabang.

3. Kantor pusat tidak mengalokasi biaya ke kantor cabang dengan pertimbangan kantor cabang tidak mempunyai kendali atas biaya-biaya tersebut.

Apabila kantor pusat menetapkan kebijakan alokasi biaya ke kantor cabang, maka kantor cabang harus mampu beroperasi untuk menghasilkan pendapatan yang mampu menutup bukan hanya seluruh biaya yang terjadi di kantor cabang, tetapi juga termasuk biaya yang dialokasikan dari kantor pusat. Atas alokasi biaya ke kantor cabang, kantor pusat membuat jurnal dengan mendebit akun Kantor Cabang dan mengkredit akun biaya-biaya yang dialokasikan ke kantor cabang. Sebaliknya, kantor cabang mendebit biaya-biaya yang dialokasikan dari kantor pusat dan mengkredit akun Kantor Pusat. Jurnal tersebut sama analoginya dengan transaksi kantor pusat mentransfer kas ke kantor cabang, kemudian kas tersebut oleh kantor cabang digunakan untuk membayar biaya-biaya.

Pengiriman Barang Dagangan antar Kantor Cabang

Kondisi ekonomi terkadang memaksa satu kantor cabang untuk mengirimkan barang dagangan yang sebelumnya diterima dari kantor pusat ke kantor cabang lainnya. Dalam situasi seperti ini, kantor cabang penerima harus mencatat transaksi pengiriman dari kantor cabang lain seperti halnya ketika menerima kiriman barang dagangan secara langsung dari kantor pusat. Oleh karena itu, ongkos angkut yang dibebankan ke kantor cabang penerima adalah sebesar ongkos angkut jika barang tersebut dikirim langsung dari kantor pusat.

Contoh 1.3: Pengiriman barang dagangan antar kantor cabang

Barang dagangan dengan kos Rp1.000.000 dikirim oleh kantor pusat ke kantor cabang A. Biaya angkut atas pengiriman tersebut sebesar Rp80.000 dibayar oleh kantor pusat. Selanjutnya, barang dagangan tersebut —atas perintah kantor pusat— dikirim oleh kantor cabang A ke kantor cabang B. Biaya angkut barang dagangan ke kantor cabang B sebesar Rp40.000 dibayar oleh kantor cabang A. Biaya angkut jika barang dagangan tersebut dikirim langsung dari kantor pusat ke kantor cabang B adalah sebesar Rp100.000.

(12)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 12 Berdasarkan transaksi tersebut, maka semua jurnal yang diperlukan pada buku masing- masing kantor adalah sebagai berikut.

4.2. Laporan Keuangan Gabungan

Hasil akhir dari proses akuntansi di kantor pusat dan kantor cabang adalah laporan keuangan kantor pusat dan kantor cabang. Mengingat kantor pusat dan kantor cabang merupakan satu perusahaan (kesatuan bisnis), maka penyajian laporan keuangan secara terpisah tidak cukup memuat informasi penting tentang kinerja keuangan secara keseluruhan dari kesatuan bisnis tersebut.

Laporan keuangan gabungan kantor pusat dan kantor cabang diperlukan untuk merefleksikan pengaruh transaksi dari kesatuan bisnis (kantor pusat dan kantor cabang sebagai satu kesatuan bisnis) dengan pihak luar. Oleh karena itu, pengaruh transaksi antar kantor pusat dan kantor cabang (atau antar kantor cabang dengan kantor cabang lainnya) harus dieliminasi untuk menghindari lebih saji atau duplikasi pengukuran dalam akun.

Laporan keuangan gabungan dibuat berdasarkan prinsip substitusi, yaitu aset, liabilitas, dan akun laba rugi kantor cabang menggantikan akun Kantor Cabang. Hal ini dicapai dalam kertas kerja (working paper) laporan keuangan gabungan melalui eliminasi akun Kantor Cabang dan akun Kantor Pusat. Selain itu, selagi ada akun lain yang timbul dari transaksi antar kantor, maka pengaruh dari akun tersebut harus juga dieliminasi. Sebagai contoh, saldo akun resiprokal Pengiriman ke Kantor Cabang dan Pengiriman dari Kantor Pusat harus dieliminasi karena akun- akun tersebut hanya merefleksikan perpindahan internal barang dagangan (perpindahan

KC A 1.080.000 Pengiriman dari KP 1.000.000

Pengiriman ke KC A 1.000.000 Biaya angkut 80.000

Kas 80.000 KP 1.080.000

Pengiriman ke KC A 1.000.000 KP 1.120.000

Pengiriman ke KC B 1.000.000 Pengiriman dari KP 1.000.000

Biaya angkut 80.000

KC B 1.100.000 Kas 40.000

Selisih biaya angkut 20.000

KC A 1.120.000

Pengiriman dari KP 1.000.000 Biaya angkut 100.000

KP 1.100.000

Buku Kantor Pusat Buku Kantor Cabang A

Buku Kantor Cabang B

(13)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 13 barang dagangan dalam satu kesatuan bisnis). Contoh lain, utang-piutang antar kantor juga harus dieliminasi karena hanya merupakan perpindahan internal kas.

Mengeliminasi saldo akun yang timbul dari transaksi internal dilakukan dalam bentuk jurnal. Namun demikian, jurnal eliminasi hanyalah jurnal untuk kepentingan pembuatan kertas kerja, bukan catatan resmi perusahaan. Oleh karena itu, jurnal eliminasi tidak akan pernah dimasukkan pada buku kantor pusat dan kantor cabang.

Untuk mengilustrasikan pembuatan kertas kerja, dimisalkan PT Tiara Nusantara (kantor pusat) memiliki kantor cabang A. Berikut ini neraca saldo kantor pusat dan kantor cabang A pada 31 Desember 2018.

Nama Akun Kantor

Pusat

Kantor Cabang A

Kas Rp40.000 Rp15.000

Piutang Dagang 22.000 20.000

Sediaan, 1/1/2018 15.000

Kantor Cabang 17.000

Aset Lain-lain 14.000

Pembelian 65.000 9.000

Pengiriman dari Kantor Pusat 12.000

Biaya-biaya 7.000 4.000

Rp180.000 Rp60.000

Liabilitas Rp8.000 Rp12.000

Modal Saham 50.000

Laba Ditahan 10.000

Kantor Pusat 17.000

Penjualan 100.000 31.000

Pengiriman ke Kantor Cabang 12.000

Rp180.000 Rp60.000

Sediaan, 31/12/2018 Rp10.000 Rp4.000

Kertas kerja dibagi ke dalam tiga bagian untuk mengakomodasi penyajian laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan posisi keuangan (neraca). Peraga 1.2 berikut ini kertas kerja laporan keuangan gabungan kantor pusat dan kantor cabang A.

(14)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 14 Peraga 1.2

PT Tiara Nusantara

Kertas Kerja Laporan Keuangan Gabungan (dalam rupiah) - 31 Desember 2018

PT. Tiara

Nusantara

Kantor Cabang

A

Eliminasi

Lap. Keu Gabungan

D K

Laporan Laba Rugi

Penjualan 100.000 31.000 131.000

Sediaan, 31/12/2018 10.000 4.000 14.000

Pengiriman ke Kantor

Cabang 12.000 12.000

122.000 35.000 145.000

Sediaan, 1/1/2018 15.000 15.000

Pembelian 65.000 9.000 74.000

Pengiriman dari Kantor

Pusat 12.000 12.000

Biaya - biaya 7.000 4.000 11.000

87.000 25.000 100.000

Laba bersih 35.000 10.000 12.000 12.000 45.000

Laporan Laba Ditahan

Laba Ditahan, 1/1/2018 10.000 10.000

Laba bersih 35.000 10.000 12.000 12.000 45.000

Laba Ditahan, 31/12/18 45.000 10.000 12.000 12.000 55.000

Neraca

Kas 40.000 15.000 55.000

Piutang Dagang 22.000 20.000 42.000

Sediaan 10.000 4.000 14.000

Kantor Cabang 17.000 17.000 -

Aset Lain-lain 14.000 14.000

103.000 39.000 125.000

Liabilitas 8.000 12.000 20.000

Modal Saham 50.000 50.000

Laba Ditahan 45.000 10.000 12.000 12.000 55.000

Kantor Pusat 17.000 17.000 -

103.000 39.000 29.000 29.000 125.000

Keterangan untuk Peraga 1.2

1. Pada neraca saldo kantor pusat dan kantor cabang terdapat akun Pengiriman ke Kantor Cabang (bersaldo kredit Rp12.000) dan Pengiriman dari Kantor Pusat (bersaldo debit Rp12.000). Oleh karena kedua akun tersebut merupakan akun resiprokal, maka harus dieliminasi dengan mendebit akun Pengiriman ke Kantor Cabang dan mengkredit Pengiriman dari Kantor Pusat dengan jurnal eliminasi sebagai berikut:

(15)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 15 Pengiriman ke Kantor Cabang Rp12.000

Pengiriman dari Kantor Pusat Rp12.000

2. Pada neraca saldo kantor pusat dan kantor cabang terdapat akun Kantor Cabang (bersaldo debit Rp17.000) dan akun Kantor Pusat (bersaldo kredit Rp12.000). Oleh karena kedua akun tersebut merupakan akun resiprokal, maka harus dieliminasi dengan mendebit akun Kantor Pusat dan mengkredit akun Kantor Cabang dengan jurnal eliminasi sebagai berikut:

Kantor Pusat Rp17.000

Kantor Cabang Rp17.000

Berdasarkan kertas kerja tersebut laporan keuangan gabungan pada PT. Tiara Nusantara tampak sebagai berikut.

PT. Tiara Nusantara Neraca, 31 Desember 2018

Kas Rp55.000,00

Piutang Dagang 42.000,00

Sediaan 14.000,00

Aset Lain-lain 14.000,00

Total Aset Rp125.000,00

Liabilitas Rp20.000,00

Modal Saham 50.000,00

Laba Ditahan 55.000,00

Total liabilitas dan ekuitas Rp125.000,00

PT Tiara Nusantara Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2018

Penjualan Rp131.000

Kos Barang Terjual

Sediaan, 1/1/2018 Rp15.000

Pembelian 74.000

Barang tersedia untuk dijual Rp89.000

Sediaan, 31/12/2018 14.000

Kos barang terjual Rp75.000

Laba kotor Rp56.000

Biaya - biaya 11.000

(16)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 16

Laba bersih Rp45.000

PT. Tiara Nusantara Laporan Saldo Laba(Laba Ditahan) Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 2018

Laba ditahan, 1/1/2018 Rp10.000

Laba tahun berjalan 45.000

Laba ditahan, 31/12/2018 Rp55.000

Dalam hal pengiriman barang ke kantor cabang difaktur di atas kos yang berarti terdapat unsur laba belum direalisasi, maka eliminasi harus mencakup juga eliminasi atas saldo laba belum direalisasi. Sebagai contoh, berikut ini neraca saldo PT. Garudaku dan kantor cabangnya (Kantor Cabang Z).

Nama Akun Kantor

Pusat

Kantor Cabang Z

Kas Rp40.000 Rp15.000

Piutang Dagang 22.000 20.000

Sediaan, 1/1/2018 15.000 12.000

Kantor Cabang 53.000

Aset Lain-lain 14.000 50.000

Pembelian 65.000 9.000

Pengiriman dari Kantor Pusat 36.000

Biaya-biaya 7.000 4.000

Rp216.000 Rp146.000

Liabilitas Rp18.000 Rp12.000

Modal Saham 50.000

Laba Ditahan 10.000

Kantor Pusat 53.000

Penjualan 100.000 81.000

Pengiriman ke Kantor Cabang 30.000 Laba Belum Direalisasi 8.000

Rp216.000 Rp146.000

Sediaan, 31/12/2018 Rp10.000 Rp4.800

PT. Garudaku selalu mengirim barang dagangan ke kantor cabangnya dengan harga faktur 20%

di atas kos. Semua sediaan awal dan akhir kantor cabang berasal dari kiriman kantor pusat.

(17)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 17 Oleh karena sediaan awal dan akhir pada kantor cabang berasal dari kiriman kantor pusat, maka sediaan awal mengandung laba belum direalisasi sebesar Rp2.000 ((20% ÷ 120%) × Rp4.800) dan sediaan akhir mengandung laba belum direalisasi sebesar Rp800 ((20% ÷ 120%) × Rp12.000). Selain itu pengiriman barang dari kantor pusat juga mengandung laba belum direalisasi sebesar Rp6.000 ((20% ÷ 120%) × Rp36.000). Laba belum direalisasi yang merupakan laba dari transaksi internal harus dielimansi ketika laporan keuangan gabungan disusun. Secara menyeluruh eliminasi yang diperlukan adalah:

Kantor Pusat Rp53.000

Kantor Cabang Rp53.000

(mengeliminasi saldo akun kantor pusat dan kantor cabang)

Laba Belum Direalisasi Rp2.000

Sediaan (1/1) Rp2.000

(mengeliminasi laba belum direalisasi yang melekat pada sediaan awal)

Laba Belum Direalisasi Rp6.000

Pengiriman ke Kantor Cabang 30.000

Pengiriman dari Kantor Pusat Rp53.000

(mengeliminasi saldo akun pengiriman barang dan laba belum direalisasi yang melekat)

Sediaan (31/12 – laporan laba rugi) Rp2.000

Sediaan (31/12 – neraca) Rp2.000

(mengeliminasi laba belum direalisasi yang melekat pada sediaan akhir tersaji di neraca dan laporan laba rugi)

Kertas kerja laporan keuangan gabungan PT. Garudaku (kantor pusat) dan kantor cabangnya (kantor cabang Z) disajikan pada Peraga 1.3 berikut ini.

(18)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 18 Peraga 1.3

PT. Garudaku

Kertas Kerja Laporan Keuangan Gabungan (dalam rupiah) - 31 Desember 2018

Kantor

Pusat

Kantor Cabang A

Eliminasi Lap. Keu Gabungan

D K

Laporan Laba Rugi

Penjualan 100.000 81.000 181.000

Sediaan, 31/12/2018 10.000 4.800 800 14.000

Pengiriman ke Kantor Cabang 30.000 30.000 -

140.000 85.800 195.000

Sediaan, 1/1/2018 15.000 12.000 2.000 25.000

Pembelian 65.000 9.000 74.000

Pengiriman dari Kantor Pusat 36.000 36.000 -

Biaya-biaya 7.000 4.000 11.000

87.000 61.000 110.000

Laba bersih 53.000 24.800 30.800 38.000 85.000

Laporan Laba Ditahan

Laba Ditahan, 1/1/2018 10.000 10.000

Laba bersih 53.000 24.800 30.800 38.000 85.000

Laba Ditahan, 31/12/18 63.000 24.800 30.800 38.000 95.000

Neraca

Kas 40.000 15.000 55.000

Piutang Dagang 22.000 20.000 42.000

Sediaan 10.000 4.800 800 14.800

Kantor Cabang 53.000 53.000 -

Aset Lain-lain 14.000 50.000 64.000

139.000 89.800 175.800

Liabilitas 18.000 12.000 30.000

Modal Saham 50.000 50.000

Laba Ditahan 63.000 24.800 30.800 38.000 95.000

Kantor Pusat 53.000 53.000 -

Laba belum direalisasi 8.000 6.000 -

2.000

139.000 89.800 91.800 91.800 175.000

(19)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 19

Latihan

Latihan 1

Untuk memperluas jaringan pemasaran, PT Bias di Yogyakarta membentuk kantor cabang (KC) baru di Semarang setelah sebelumnya membentuk kantor cabang di Solo. Kebijakan perusahaan menetapkan, ‘Seluruh aset tetap untuk operasional kantor cabang harus dibeli oleh kantor pusat, tetapi pembukuannya diselenggarakan oleh masing-masing kantor cabang yang memanfaatkannya.’ Berikut ini transaksi yang terjadi selama tahun 2013.

1. Bias mentransfer kas Rp4.000 ke KC – Semarang.

2. Bias mengirim barang dagangan ke KC – Semarang senilai Rp8.000 (kos barang menurut Bias Rp6.000).

3. Bias membeli kendaraan angkutan untuk operasional KC – Semarang seharga Rp10.000.

Taksiran umur ekonomi kendaraan 5 tahun, tanpa nilai residu, dan didepresiasi menggunakan metode garir lurus.

4. KC – Semarang mentransfer kas ke KC – Solo Rp1.000. Transaksi tersebut dilakukan sesuai perintah Bias.

5. KC – Semarang membeli barang dagangan dari pihak eksternal secara tunai seharga Rp2.000.

6. KC – Semarang menjual barang dagangan secara kredit seharga Rp15.000.

7. Pengumpulan piutang oleh KC – Semarang Rp10.000.

8. Biaya operasi (biaya gaji karyawan, biaya listrik, biaya pemasaran, dll.) yang terjadi dan dibayar oleh KC - Semarang Rp1.000.

9. KC – Semarang mentransfer kas Rp4.000 ke Bias.

10. KC – Semarang mencatat pembebanan biaya operasi dari Bias. Baya tersebut meliputi: biaya gaji Rp300; biaya utilitas Rp200.

11. KC – Semarang mencatat biaya depresiasi kendaraan untuk penggunaan tahun pertama.

12. Jurnal penutup oleh KC - Semarang. Sesuai hasil perhitungan fisik atas sediaan, diketahui sediaan akhir barang dagangan di KC – Semarang adalah Rp2.000 dan seluruhnya merupakan barang dagangan kiriman dari Bias. Ikhtisar laba rugi dikirim ke Bias.

13. Jurnal penyesuaian laba belum direalisasi oleh Bias.

Instruksi:

Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi di atas, baik pada buku Bias maupun KC - Semarang. Perusahaan menggunakan sistem sediaan periodik.

Latihan 2

Tanggal 2 Januari 2013, Kantor Pusat (KP) mengirim barang dagangan dengan kos Rp1.000.000 ke Kantor Cabang (KC) A. Biaya angkut atas pengiriman barang tersebut Rp80.000 dan telah dibayar oleh KP. Atas perintah KP, pada tanggal 10 Januari 2013, KC A mengirim seluruh barang dagangan yang diterima dari KP ke KC B. Atas pengiriman barang tersebut KC A membayar biaya angkut Rp40.000. Biaya angkut jika barang dagangan dikirim langsung dari KP ke KC B adalah Rp100.000.

(20)

Nurofik – STIE YKPN Halaman 20 Instruksi:

Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut pada buku KP, KC A, dan KC B.

Latihan 3

PT Jaya yang berkantor pusat di Yogyakarta, mempunyai kantor cabang di Semarang dan di Magelang. Sebagian transaksi yang terjadi pada kantor cabang Semarang selama tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Membeli peralatan secara tunai Rp20.000. Umur ekonomis ditaksir 5 tahun tanpa nilai residu. Metode depresiasi yang digunakan adalah garis lurus.

2. Menerima kiriman barang dari kantor pusat Rp16.000 (kos) dengan biaya angkut Rp3.000.

Biaya angkut dibayar tunai oleh kantor pusat.

3. Berdasarkan perintah kantor pusat, semua barang yang diterima tersebut ditransfer ke kantor cabang Magelang dengan biaya angkut Rp1.800. Biaya angkut apabila barang tersebut dikirim langsung oleh kantor pusat ke kantor cabang Magelang adalah Rp4.500.

Diminta

Apabila PT Jaya membebankan barang yang dikirim ke kantor cabang sebesar 20% di atas kos (120% dari kos) dan pembukuan aset tetap diselenggarakan oleh kantor pusat, buatlah jurnal yang diperlukan pada pembukuan kantor pusat, kantor cabang Semarang, dan kantor cabang Magelang.

Latihan 4

PT Diagonal memiliki kantor cabang di Yogyakarta dan Semarang. Berikut ini sebagian transaksi pada bulan Mei.

Mei, 10: Barang dagangan dengan kos Rp310.000 dikirim ke kantor cabang Yogyakarta. Barang tersebut difaktur ke kantor cabang pada harga 140% dari kos. Biaya angkut Rp1.400 dibayar oleh Diagonal.

12: Barang dagangan dengan kos Rp225.000 dikirim ke kantor cabang Semarang. Barang tersebut difaktur ke kantor cabang pada harga 125% dari kos. Biaya angkut Rp1.200 dibayar oleh Diagonal.

18: Sesuai perintah kantor pusat, kantor cabang Yogyakarta mengirim seluruh barang (tanggal kirim dari kantor pusat 10 Mei) ke kantor cabang Semarang. Biaya angkut ke kantor cabang Semarang Rp200, dibayar oleh kantor cabang Yogyakarta. Biaya angkut jika barang tersebut dikirim langsung dari kantor pusat ke kantor cabang Semarang adalah Rp1.300.

Diminta:

Jurnallah seluruh transaksi di atas pada buku PT Diagonal dan kantor cabangnya.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, sesuai dengan konsep enterprise (satu kesatuan ekonomi) kantor pusat harus menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi ( Consolidated Income Statement ) yang

Di dalam system akuntansi desentralisasi untuk hubungan kantor PusatCabang, antara R/K kantor pusat dengan R/K kantor cabang tidak selalu sama jumlahnya oleh

Bila bank menganut pencatatan secara sentralisasi, maka setiap transaksi antar cabang akan mengakibatkan pendebetan atau pengkreditan RAK Kantor pusat, namun bila bank

Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun investasi di cabang buku kantor pusat dan kantor pusat pada buku cabang memiliki saldo

Misalnya, jika cabang medan menjual 80% persediaan yang ditransfer dari kantor pusat, laba antar perusahaan yang diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai

1) Transaksi antara kantor cabang dengan kantor pusat. Transaksi ini akan mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini

Cabang telah mengkredit perkiraan Kantor Pusat pada waktu mengkoreksi perkiraan Sebesar laba bersih yang ditetapkan terlalu rendah untuk periode yang lalu, maka ayat jurnal pada

Apabila barang telah laku dijual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat disamping selisih antara harga jual cabang dengan harga dinota, juga