• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kantor Pusat Dan Cabang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Kantor Pusat Dan Cabang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH STUDI KASUS HUBUNGAN KANTOR

MAKALAH STUDI KASUS HUBUNGAN KANTOR

PUSAT DAN CABANG

PUSAT DAN CABANG

OLEH: OLEH:

DHENTY AYUDIA NINGRUM DHENTY AYUDIA NINGRUM

B1C115092 B1C115092 KELAS GENAP KELAS GENAP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS HALUOLEO

UNIVERSITAS HALUOLEO

2017

2017

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I ... 3 BAB I ... 3 PENDAHULUAN ... 3 PENDAHULUAN ... 3 Latar Belakang ... 3 Latar Belakang ... 3 Rumusan Masalah ... 3 Rumusan Masalah ... 3 Tujuan... 3 Tujuan... 3 Manfaat... 3 Manfaat... 3 BAB II BAB II ... 4... 4 TINJUAN PUSTAKA ... 4 TINJUAN PUSTAKA ... 4 2.1 2.1 Perbedaan Perbedaan Agen Agen dan dan Cabang...Cabang... ... ... 44 2.2 2.2 Hubungan Kantor Hubungan Kantor Pusat Pusat dan dan Cabang Cabang ... ... ... 44 2.3 2.3 Laporan Laporan Keuangan Keuangan kantor kantor Pusat Pusat dan dan kantor kantor Cabang Cabang ... ... ... 66 2.4 2.4 Penyusunan Laporan Penyusunan Laporan Keuangan Keuangan Gabungan Gabungan Kantor Kantor Pusat Pusat dan dan Cabang. Cabang. ... ... 66 BAB III ... 8

BAB III ... 8

PEMBAHASAN ... 8

PEMBAHASAN ... 8

3.1. 3.1. Persoalan-persoalan hubungan Persoalan-persoalan hubungan kantor kantor pusat pusat dan dan cabang cabang ... ... 88 3.2. 3.2. Persoalan-persoalan khusus Persoalan-persoalan khusus terjadi terjadi ... ... ... 99 3.3. 3.3. Pencatatan Pencatatan dalam dalam pembukuan pembukuan kantor kantor pusat pusat dan dan kantor kantor cabang cabang ... ... 1111 BAB IV ... 22

BAB IV ... 22

PENUTUP... 22

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Didalam perkembangan usaha, perusahaan dapat beroperasi bukan hanya didalam lingkungan suatu kota, akan tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah ataupun ke luar negeri. Pada umumnya sebagai titik tolak perkemban gan suatu usaha tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.

Pada saat meluasnya daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah bagi pimpinan  perusahaan. Akan tetapi masalah tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara yang paling efektif dan

ekonomis antara lain mengangkat pedagang keliling atau petuga s bagian penjualan yang langsung mendatangani para langganan, penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan perpos dengan sistem konsinyasi dan lain -lain.

Terkadang, cara tersebut tidak sesuai harapan pimpinan berhubung sangat besarnya  perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dibentuk pusat-pusat  penjualan di dalam daerah tertentu yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pemasaran. Pusat-pusat yang dibentuk dapat berupa agen atau cabang yang mempunyai fungsi pembelian ataupun penjualan.

Dengan tema “Hubungan Kantor pusat dan cabang II” akan membahas tentang persoalan- persoalan khusus didalam akuntansi yang akan timbul pada saat perusahaan men ggunakan sistem

desentralisasi. Dan hubungan tersebut menyangkut dalam hal pengiriman (transfer) uang antar cabang, pengiriman barang-barang antar cabang, barang-barang untuk cabng dinota diatas harga  pokok.

Rumusan Masalah

1. Apa persoalan-persoalan yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang? 2. Bagaimana persoalan-persoalan tersebut bisa terjadi?

3. Bagaimana pencatatan dalam buku kantor pusat dan kantor cabang?

Tujuan

1. Untuk mengetahui persoal-persoalan yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang.

2. Untuk mengetahui sebab terjadinya persoalan-persoalan tersebut. 3. Untuk mengetahui posisi keuangan kantor pusat dan kantor cabang.

Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui persoalan yang menyangkut hubungan kantor pusat dan cabang.

2. Mahasiswa dapat mengetahui pada saat terjadinya persoalan-persoalan tersebut. 3. Mahasiswa dapat mengetahui pencatatan pembukuan kantor pusat dan cabang.

(4)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Perbedaan Agen dan Cabang

Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh lab a sebesar- besarnya, untuk mencapai tujuan tersebut volume penjualan harus ditingkatkan yaitu dengan memperluas daerah pemasaran. Beberapa alternatif langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan daerah pemasaran yaitu dengan konsinyasi, membuka agen penjualan dan dengan membuka kantor cabang. Adapun perbedaan dari kantor agen dan kantor cabang yaitu dilihat dari 2 hal yakni dari setruktur organisasi dan ke giatan.

Keterangan Agen Cabang

Dari sisi struktur organisai.

 Berada di luar organisasi  perusahaan (bendiri

sendiri).

Bagian dari prusahaan.

Dari sisi kegiatan :  Penjualan kepada  pihak ketiga.  Persediaan barang dagang.  Penentuan syarat  penjualan.  Penanggungan beban operasional dan modal kerja.  Tidak melaksanakan tetapi dilaksanakan oleh kantor pusat.

 Tidak memiliki, tetapi tersedia barang contoh.  Tidak menentukan

melainkan ditentukan oleh kantor pusat.

 Tidak menanggung, tetapi ditanggung oleh kantor pusat.

 Melaksanakan penjualan

 Memiliki persediaan.

 Dapat menentukan.

 Cabang mengelola  penjualan dan beban operasional termasuk kas.

2.2 Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Operasi Suatu Cabang

1. Beroperasi sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah pengendalian kantor pusat.

2. Modal kerja (berupa uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva lainnya ) diberi oleh kantor  pusat.

3. Barang dagangan dapat dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia dari kantor  pusat.

4. Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan pembeli: mengirimkan  barang / jasa ; membuat faktur penjualan ; menagih piutang ; menyimpan dalam rekening  banknya sendiri.

(5)

5. Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat, seperti :

a. Penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah yang utuh.

 b. Pembentukan dana kas kecil untuk pengeluaran kas di cabang.

Akuntansi Suatu Cabang

1. Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat

Sifat kantor cabang memiliki sifat seperti agen, desentralisasi akuntansi (pelaksanaan jurnal,  buku besar atau seperangkat buku yang terpisah) pada kantor pusat. Pencatatan data akuntansi

kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui dokumen asli dan ringkasan memo transaksi yang dilengkapi voucher, duplikat sebagai arsip cabang.

2. Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat dan kantor cabang

Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui duplikat jurnal,  pencatatan dokumen asli ke dalam jurnal dilakukan oleh kantor cabang. Pencatatan yang dilakukan

kantor pusat ke dalam rekening kantor cabang yang terpisah atau dimasukkan ke dalam buku besar umum kantor pusat. Pada akhir periode akuntansi, kantor pusat melakukan penyesuaian (adjusment) dan menutup pembukuan (closing) rekening kantor cabang untuk menetapkan  besarnya laba-rugi cabang.

3. Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor cabang

Pencatatan data transaksi ke dalam jurnal dan pemindah pembukuan ke dalam buku besar umum. Laporan keuangan disusun secara periodik untuk di kirim ke kantor pusat, dan laporan keuangan ini diperiksa oleh internal auditor kantor pusat. Penyelesaian penutupan saldo buku-buku dilakukan oleh kantor cabang, maka hubungan kantor cabang dan kantor pusat terlihat sebagai  berikut :

a. Kantor Cabang

Digunakan rekening Kantor Pusat (Home Office) untuk penghubung dengan Kantor Pusat. Rekening kantor pusat (Home Office) ini :

1) Untuk kerugian operasi kantor cabang.

di Debet : Untuk pengiriman uang yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat. 2) Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.

di Kredit : Untuk mencatat uang tunai, barang-barang dan aktiva lainnya yang diterima dari kantor  pusat. Rekening kantor pusat menunjukkan jumlah kewajiban kantor cabang.

(6)

a. Kantor Pusat

Digunakan Rekening Timbal Balik (Reciprocal Account) disebut dengan rekening:

 b. Kantor Cabang (Branch Office), atau Investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) Rekening kantor cabang ini :

1) Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.

di Debet : Untuk pengiriman uang, barang-barang dan aktiva lainnya yang diserahkan ke kantor cabang.

2) Untuk kerugian kantor cabang.

Kredit : Untuk pengiriman uang tunai dari kantor cabang.

2.3 Laporan Keuangan kantor Pusat dan kantor Cabang

Laporan Keuangan Kantor Pusat

a. Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal untuk memperlihatkan hasil operasi (perhitungan rugi laba) dan kondisi keuangan (neraca).

 b. Rekening investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) terlihat sebagai aktiva (Assets)  pada neraca kantor pusat.

c. Penghasilan masing-masing kantor cabang dapat diperlihatkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.

Laporan Keuangan Kantor Cabang.

1. Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal

2.  Neraca saldo cabang dapat dilampirkan sebagai daftar pendukung saldo investasi pada kantor cabang.

3. Perhitungan rugi laba kantor cabang dapat dilampirkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.

2.4 Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang.

1. Tujuan Penyusunan Penggabungan Laporan Keuangan

Penggabungan laporan keuangan (Neraca dan Perhitungan Rugi Laba) kantor pusat dan kantor cabang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dari suatu unit usaha, yang diperlukan para pemegang saham, kreditur dan kantor-kantor pajak.

2. Persiapan Penggabungan Laporan Keuangan

(7)

(account) yang bersifat timbal balik (reciprocal). Rekening-rekening reciprocal harus dihapuskan (Elimination) pada neraca dan perhitungan rugi laba, yaitu :

a. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada neraca:

1. Rekening kantor pusat di dalam neraca kantor cabang & rekening kantor cabang didalam neraca kantor pusat.

2. Rekening hutang dan piutang kantor pusat dan kantor cabang:

 b. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada perhitungan rugi laba:

1. Rekening pengiriman barang dagangan ke kantor cabang di dalam perhitungan rugi laba kantor pusat dan rekening pengiriman barang dagangan dari kantor pusat di dalam  perhitungan rugi laba kantor cabang.

2. Rekening pendapatan dan biaya lainnya yang terjadi akibat transaksi di antara kantor pusat dan kantor cabang.

(8)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Persoalan-persoalan hubungan kantor pusat dan cabang

Persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (perusahaan menggunakan sistem Desantralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dan cabang menyangkut hal-hal  berikut:

a. Pengiriman uang tunai antar cabang (Interbranch Transfer of Cash)

 b. Pengiriman barang-barang antar cabang (Interbranch Transfer of Merchandise) c. Barang-barang yang dikirim untuk cabang dinota diatas harga pokok

1. Pengiriman Uang Tunai Antar Cabang

a. Hubungan Umum: Kantor cabang mempunyai hubungan dengan kantor pusat dan pihak luar untuk transaksi kas.

 b. Hubungan khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui kepada satu kantor.

2. Pengiriman Barang Dagang Antar Cabang

a. Hubungan Umum: Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.

 b. Hubungan Khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui pengiriman barang dagangan dari satu kantor cabang ke kantor cabang lainnya.

c. Masalah Khusus: “Biaya Angkut ( Freight Charges )”

Yang dibebankan kepada dan dibayar oleh kantor cabang yang Mengirim kepada kantor cabang yang menerima, serta perhitungan pembebanan biaya angkut di kantor pusat, diantaranya:

a. Kantor cabang yang mengirim barang dagangan membayar biaya angkut dan memperhitungkan sebagai beban kantor pusat.

 b.  b. Kantor cabang yang menerima barang dagangan dibebankan biaya angkut yang normal, seperti halnya menerima barang dagangan dari kantor pusat.

c. Kantor pusat memperhitungkan biaya angkut untuk pengiriman barang antar cabang ke dalam rekening Yaitu:

Kelebihan biaya angkut dari biaya angkut yang normal. Dalam penyusunan perhitungan rugi-laba kantor pusat, rekening “kelebihan  biaya angkut untuk pengiriman barang dagangan antar kantor cabang” dilaporkan sebagai subtraksi dari ikhtisar pendapatan kantor cabang (Summary of Branch Earnings) dibagian bawah dari perhitungan rugi-laba.

(9)

3. Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok.

Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang dinota diatas harga pokoknya,  biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:

1. Dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok (Billing at an arbitrary rate above cost). a. Hubungan umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor

cabang.

 b. Hubungan khusus :Kantor pusat menetapkan harga dinota den gan tambahan % tertentu diatas harga pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang.

Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:

a. Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang. Peristiwa ini terjadi selama periode akuntansi.

 b. Pada saat pelaporan nilai persediaan barang dagangan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Peristiwa ini terjadi pada akhir periode akuntansi, dan kantor cabang mengirimkan pelaporan laba / rugi bersih.

2. Dinota dengan harga jual eceran (Billing at retail sales price).

a. Hubungan Umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.

 b. Hubungan Khusus : Kantor pusat menetapkan dinota dengan harga jual eceran untuk setiap  pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual eceran.

Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:

a. Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang, terjadi selama  periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan tambahan %

tertentu diatas harga pokok.

a. Pada saat pelaporan nilai sisa persediaan barang dagangan sekaligus pelaporan laba bersih oleh kantor cabang ke kantor pusat, terjadi pada akhir periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok.

3.2. Persoalan-persoalan khusus terjadi

a. Pengiriman Uang antar cabang

Pengiriman uang antar cabang (Interbranch transfer of cash) ini terjadi apabila apabila  perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktifitas tiap-tiap

(10)

hubugan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu  berhubungan dengan otorisasi terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut. Otorisasi terhadap transaksi demikian biasanya berada pada kantor pusat. Dari segi akuntansinya, meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit usaha yang berdiri sendiri (sistem desantrilisasi), namun demikian pengecualian terhadap transaksi antar cabang seperti itu diadakan agar hasil usaha tiap-tiap cab ang dapat lebih dikontrol oleh pusat.

 b. Pengiriman barang antar cabang

Seperti halnya pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang (Interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada  pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang

tertentu kepada cabng lainnya.

Persoalan itu adalah tentang perlakuan akuntansi terhadap biaya pengangkutan barang- barang yang bersangkutan. Dalam hal pengiriman barang-barang dari kantor pusat ke suatu cabang  biasanya ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang tersebut diperhitungkan dan menjadi  beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang -barang yang bersangkutan.

c. Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok

Barang-barang yang dikiri oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota diatas harga  pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:

1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan tertentu diatas harga pokok dengan tujuan antara lain:

a. Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat dicabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya.

 b. Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang.

Dengan menentukan harga barang-barang untk cabang diatas harga pokoknya, sebenarnya  bahwa laba yang dilaporkan adalah lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi. Demikian pula laporan persediaan akhir barang- barang yang yang ada di cabang-cabang tidak sesuai dengan harga pokonya. Informasi terhadap harga pokok dan persediaan barang dagangan yang berada dikantor cabangnya itu tetap harus dikumpulkan oleh kantor pusat, kaena merupakan data  penyesuaian atas hasil usaha cabang yang bersangkutan.

Selisih yang terjadi antara “harga pokok” menurut kantor pusat dengan “harga dalam nota” untuk cabang (selisih antara cost dan billed price) ditampung dalam rekening: cadangan (selisih) kenaikan harga barang-barang cabang (Allowance for overvaluation of branch merchandise).

2. Barang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran dengan tujuan antara lain: a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang

(11)

hasil-hasil operasi cabang.

 b. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada dicabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.

c. Mempermudah untuk pencocokan didalam mengadakan investarisasi phisik barang di cabang, dimana jumlah persediaan phisik hars sama dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.

d. Melaksanakan kebijaksanaa harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.

Apabila barang-barang untuk cabang dinota dngan harga jual eceran,maka harga pokok  penjualan dicabang otomatis, sama dengan penjualannya. Aktivitas cabang akan menunjukkan

kerugian dan kerugian cabang tersebut sama dengan jumlah seluruh biaya usaha.

Laba atau rugi usaha yang sesungguhnya dari usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat diketahui oleh kantor pusat. Pencatatan yang ada dikantor cabang yang tidak dapat menunjukkan rugi dan laba usahanya itu, hanya dipakai untuk tujuan-tujuan statistik dan  perbandingan belaka.

3.3. Pencatatan dalam pembukuan kantor pusat dan kantor cabang

a. Pengiriman Uang antar cabang

Suatu perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta memerintahkan kepada cabang Bandung untuk mengirimkan uang sebesar Rp. 100.000,00 kepada cabang Semarang. Sesuai dengan uraian tersebut diatas, maka pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat dalam transaksi ini adalah sebagai berikut:

(12)

 b. Pengiriman barang antar cabang

Apabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka  perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur sebagai berikut:

a. Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor  pusat.

 b. Pembebenan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkutapabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima.

c. Dalam buku-buku kantor pusat, selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebenan ongkos angkut antar cabang itu diperlakuan sebagai “Selisih ongkos angkut barang- barang antar cabang” (Excess Freigh On Interbranch Transfer of Merchandise).

Contoh:

PT. Aneka Batik di Yogyakarta, mengirimkan sejumlah barang kecabang di Semarang seharga Rp. 500.000 Ongkos angkut barang tersebut dari Yogyakarta ke Semarang adalah Rp. 25.000.

Beberapa hari kemudian oleh karena ada perubahan kebijaksanaan, kantor pusat memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang-barang yang baru diterima dikirimkan kecabang Bandung seluruhnya, cabang Semarang melaksankan perintah tersebut dan membayar ongkos angkut sebesar Rp. 60.000.

Apabila kantor pusat langsung mengirim barang-barang tersebut dari Yogyakarta ke Bandung hanya memerlukan ongkos angkut Rp.70.000

Pencatatan pada buku-buku kantor pusat, cabang Semarangdan Cabang Bandung akan nampak sebagai berikut:

(13)
(14)

 Keterangan:

Didalam laporan keuangan kantor pusat secara individual saldo rekening “Selisih ongkos angkut antar barang antar cabang” dapat dicantumkan sebagai pengurang daripada rugi-laba cabang penerima yang terakhir. Akan tetapi dalam laporan keuangan gabungan (Perhitungan rugi-laba gabungan), saldo “Selisih ongkos angkut bar ang- barang antar cabang” tersebut dapat dicantumkan/dicatat sebagai bagian dari: harga pokok yang dijual, biaya penjualan, ataupun biaya administrasi & umum.

Masalah alokasi pembebanan ini tergantung kepada bagian yang bertanggung jawab atas transfer  barang-barang tersebut.

c. Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok

1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan tertentu diatas harga pokok. Contoh:

Barang-barang yang harga pokoknya (cost) Rp. 500.000 dikirimkan oleh kantor pusat kepada cabangnya, dengan harga setelah dinaikkan 25% dari harga pokok atau sejumlah Rp. 625.000. Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dang cabang akan tampak sebagi berikut:

(15)

 Keterangan:

Apabila barang telah laku dijual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat disamping selisih antara harga jual cabang dengan harga dinota, juga diperhitungkan cadangan kenaikan harga yang ada. Sesuai dengan jumlah yang terjual menurut laporan dari cabang yang  bersangkutan. Biasanya perhitungan untuk mengurangi “Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” dilakukan pada akhir periode. Rekening cadangan kenaikan harga barng-barang cabang ini dikurangi proporsional degan jumlah yang terjual, sehingga saldonya menjadi sejajar dengan tambahan/kenaikan harga atas persediaan yang masih ada di cabang.

Contoh:

Misalnya pengiriman barang seperti contoh dimuka dari harga pok ok sebesar Rp. 500.000 dengan harga nota untuk cabang Rp. 625.000, pada akh ir periode kantor cabang melaporkan bahwa  persediaan barang yang ada seharga Rp. 400.000, sedang laporan perhitungan laba rugi cabang menunjukkan laba bersih Rp. 50.000. Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dan cabang akan tampak sebagai berikut:

(16)

Dari jurnal-jurnal tersebut diatas, dan berdasarkan laporan dari cabang, b arang-barang yang terjual adalah sebesar Rp. 225.000 (Rp. 625.000,00-Rp. 400.000 ) Barang seharga Rp. 225.000 kini adalah berdasarkan harga nota dari kantor pusat setelah ditambah kenaikan harga sebesar 25%. Jadi harga pokok sebenarnya dari jumlah tersebut adalah: 100/125 x RP 225.000 = Rp 180.000.

Dengan demikian maka kenaikan harga untuk barang-barang yang telah terjual oleh cabang adalah sebesar Rp. 45.000 (Rp. 225.000-Rp. 180.000). Oleh karena itu rekening “Rugi-Laba Cabang” dikoreksi dengan ditambah (dikredit) sejumlah Rp 45.000. Saldo rekening Cadangan kenaikan harga barang- barang cabang” pada akhir periode tinggal: Rp. 80.000 (Rp. 125.000- Rp. 45.000) Jumlah ini akan proposional dengan saldo persediaan di cabang yang berjumlah sebesar Rp 400.000,00 di mana di dalamnya terkandung kenaikan harga sebesar 25% dari harga pokokn ya. Laporan keuangan gabungan apabila barang-barang cabang dinota diatas harga pokok.

(17)

dengan harga pokoknya (at cost), relatif lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda dari harga  pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoaln khsus didalam penyusunan laporan keuangan

gabungan. Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula, agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan.

2. Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi/laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.

3. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur (working papers) dibuat atas dasar data neraca sisa dari usat dan cabangnya agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap di bawah ini diberikan contoh sebagai berikut :

Contoh 5 :

PT Artha, di Jakarta mempunyai sebuah cabang di Medan.Terhadap barang-barang yang dikirim ke cabangnya, PT Artha membebankna harga barang-barang tersebut 125% dari harga  pokoknya.Di samping menerima barang-barang dari kantor pusat, cabang Medan diberi kebebsan  pula untuk membeli barang lokal yang diperlukannya.

Berikut ini adalah neraca sisa PT di Jakarta beserta cabangnya di Medan untuk periode akhir tahun  buku 2012:

(18)

Diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2012, persediaan barang yang ada pada masing-masing pihak adalah:

Atas dasar data tersebut di atas, maka daftar lajur dan laporan keuangan yang disusun dari daftar lajur tersebut dapat dilihat pada halaman –  halaman yang berikut ini :

(19)

Penjelasan (untuk Penyesuaian dan Eliminasi)

1. Rekening-rekening Neraca yang sifatnya timbal-balik (reciprocal) dieliminasi dengan  jurnal:

R/K Kantor Pusat Rp. 434.000

R/K Kantor Cabang Medan Rp. 434.000

2. Saldo rekening Rugi-Laba yang sifatnya timbal-balik antara Kantor Pusat dan Cabang dieliminasi dengan jurnal:

Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan Rp. 192.000 Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang Cabang

(25% x Rp. 192.000) Rp. 48.000

Pengiriman barang-barang Dari Kantor Pusat Rp. 240.000 3. Saldo awal rekening “Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang Cabang” pada 1-1-2012

adalah sebesar Rp. 20.000. Kenaikan ini diperhitungkan atas saldo awal persediaan barang- barang yang masih ada di Cabang Medan. Oleh karena itu saldo kenaikan harga ini harus

dieliminasi dengan jurnal :

Cadangan Kenaikan Harga Barang- barang cabang Rp. 20.000

Persediaan Brang-barang 1-1-2012 Rp. 20.000

4. Persediaan akhir barang-barang yang ada di Cabang, yang asalnya dari Kantor Pusat, baik untuk kepentingan perhitungan Rugi-Laba maupun Neraca Cabang, masih mengandung unsur kenaikan harga sebesar 25%. Barang-barang dari Kantor Pusat yang ada di Cabang adalah sebesar harga nota Rp. 80.000. Berhubung dengan itu unsur kenaikan itu harus

(20)

dieliminasi degan jurnal:

Persediaan barang-barang 31-12-2012 (Laporan Rugi-Laba) Rp. 16.000 Persediaan barang-barang 31-12-2012 (Neraca)

(25/125 x Rp. 80.000 = Rp. 16.000) Rp.16.000

Tentang Proses penutupan buku-buku baik di Cabang dan di Kantor Pusat untuk mengikhtisarkan rekening Rugi-Laba serta pemindahannya ke Rekening Kantor Pusat maupun Laba yang Ditahan dilakukan seperti biasa. Adapun Laporan Perhitungan Rugi-Laba gabungan Laporan Laba yang ditahan dan Neraca Gabungan yang disusun dari daftar lajur tersebut adalah sebagai berikut:

(21)
(22)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setiap Hubungan Kantor Pusat dan Cabang, akan ada persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi yang terjadi di perusahaan tersebut. Dan persoalan-persoalan yang terjadi didalam akuntansi akan dicatat dalam pembukuan dengan meng gunakan Sistem Desentralisasi yang artinya setiap susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan & klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Cabang membukukan dan mencatat semua transaksinya , kemudian mengirimkan kopi dokumen transaksi ke Kantor Pusat, dimana oleh Kantor Pusat akan dicatat pada buku yang

Dalam praktik yang sering digunakan adalah metode yang pertama atau laba /rugi kantor agen tidak dipisahkan dengan laba atau rugi Kantor Pusat.. Penjelasan dari ke dua metode

Di dalam system akuntansi desentralisasi untuk hubungan kantor PusatCabang, antara R/K kantor pusat dengan R/K kantor cabang tidak selalu sama jumlahnya oleh

Untuk transaksi jual dan sewa kembali ( sales and lease back ), selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual diakui sebagai laba atau rugi yang ditangguhkan

Kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada akun terpisah untuk menangguhkan laba dari penjualan antarperusahaan sampai persediaan dijual ke

Untuk transaksi jual dan sewa kembali ( sales and lease back ), selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual diakui sebagai laba atau rugi yang ditangguhkan

Cabang telah mengkredit perkiraan Kantor Pusat pada waktu mengkoreksi perkiraan Sebesar laba bersih yang ditetapkan terlalu rendah untuk periode yang lalu, maka ayat jurnal pada

Untuk tujuan pengendalian intern dan penilaian kinerja kantor pusat, sebaiknya digunakan metode yang kedua yaitu laba atau rugi kantor agen dipisahkan dengan laba atau rugi