UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996
TENTANG
PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bert uj uan unt uk mewuj udkan suat u masyarakat adil dan makmur yang merat a mat eriil dan spirit ual berdasarkan Pancasil a dan Undang-Undang Dasar 1945 dal am wadah Negara Kesat uan Republ ik Indonesia yang merdeka, bersat u, berdaul at dan berkedaul at an Rakyat dal am suasana perikehidupan bangsa yang aman, t ent eram, t ert ib, dan dinamis dal am l ingkungan pergaul an dunia yang merdeka, adil , bersahabat , t ert ib, dan damai; b. bahwa unt uk mewuj udkan t uj uan pembangunan nasional t ersebut ,
perl u dil akukan upaya secara t erus menerus di bidang kesej aht eraan rakyat dengan memberikan perhat ian khusus t erhadap bahaya penyal ahgunaan obat , psikot ropika, narkot ika, dan zat adikt if ; c. bahwa psikot ropika sangat bermanf aat unt uk pengobat an dan il mu
penget ahuan, t et api penyal ahgunaannya dapat menimbul kan masal ah kesehat an dan kesej aht eraan umat manusia sert a masal ah sosial l ainnya;
d. bahwa makin pesat nya kemaj uan di bidang t ransport asi dan inf ormasi yang sej al an dengan perkembangan il mu penget ahuan sert a t eknol ogi, maka masal ah penyal ahgunaan dan peredaran gel ap psikot ropika j uga meningkat sehingga perl u kerj a sama int ernasional unt uk mengat asinya;
Psychot ropic Subst ances (Konf erensi Perserikat an Bangsa-Bangsa t ent ang Adopsi Prot okol Psikot ropika), yang t el ah menghasil kan Convent ion on Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971);
f . bahwa ket ent uan Konvensi t ersebut sel aras dengan usaha Pemerint ah Republ ik Indonesia dal am mel akukan pengendal ian dan pengawasan t erhadap penggunaan dan peredaran psikt ropika); g. bahwa sesuai dengan pert imbangan-pert imbangan di at as,
dipandang perl u unt uk mengesahkan Convent ion on Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971) dengan Undang-undang;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 ayat (1)Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971).
Pasal 1
Mengesahkan Convent ion on Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971) dengan Reservat ion (Pensyarat an) t erhadap Pasal 31 ayat (2), yang bunyi l engkap Persyarat an it u dal am bahasa Inggeris dan t erj emahannya dal am bahasa Indonesia, sert a sal inan naskah asl i Convent ion on Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971) dal am bahasa Inggeris sert a t erj emahannya dal am bahasa Indonesia sebagaimana t erl ampir, merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari Undang-undang ini.
Pasal 2
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dal am Lembaran Negara Republ ik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 7 Nopember 1996 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
t t d.
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 7 Nopember 1996
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
t t d.
PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996
TENTANG
PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)
UMUM
Cit a-cit a Bangsa Indonesia sebagaimana t ercant um dal am Undang-Undang Dasar 1945 adal ah mel indungi segenap Bangsa Indonesia dan sel uruh t umpah darah Indonesia dan unt uk memaj ukan kesej aht eraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut mel aksanakan ket ert iban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadil an sosial .
Dal am rangka mencapai cit a-cit a Bangsa Indonesia dan t urut mewuj udkan t at anan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadil an sosial , perl u dit ingkat kan kerj a sama int ernasional dengan prinsip pol it ik l uar negeri yang bebas akt if .
Berdasarkan prinsip t ersebut , kebij aksanaan pembangunan yang bert umpu pada pemerat aan pembangunan dan hasil -hasil nya, perl u t et ap dipel ihara dan diamankan dari berbagai gangguan dan ancaman yang merupakan dampak dari era gl obal isasi. Dal am mengant isipasi adanya gangguan dan ancaman t ersebut , Indonesia berusaha t urut sert a dal am upaya meningkat kan kerj a sama ant ar negara, t erut ama dal am mewuj udkan kesej aht eraan rakyat , dengan perhat ian khusus t erhadap bahaya penyal ahgunaan obat psikot ropika, narkot ika, dan zat adikt if .
Psikot ropika adal ah zat at au obat , baik al amiah maupun sit et is, bukan narkot ika, yang berkhasiat psiko-akt if mel al ui pengaruh sel ekt if pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada akt ivit as ment al dan peril aku. Pada prinsipnya psikot ropika bermanf aat dan sangat diperl ukan dal am pel ayanan kesehat an, sepert i pada pel ayanan penderit a gangguan j iwa dan saraf , maupun t uj uan il mu penget ahuan. Wal aupun demikian, penggunaan psikot ropika yang t idak dil akukan ol eh dan/ at au t idak di bawah pengawasan t enaga yang diberikan wewenang dapat merugikan kesehat an, dan dapat menimbul kan sindrom ket ergant ungan yang merugikan perseorangan, kel uarga, masyarakat , generasi sekarang dan generasi yang akan dat ang sert a merusak nil ai-nil ai budaya bangsa.
Indonesia sebagai suat u negara kepul auan yang l et ak geograf inya cukup st rat egis bagi l al u l int as int ernasional dengan j uml ah penduduk yang besar, sangat rawan t erhadap penyal ahgunaan dan peredaran gel ap psikot ropika.
Dengan semakin pesat nya kemaj uan dal am bidang t ransport asi dan inf ormasi yang sej al an dengan perkembangan il mu penget ahuan dan t eknol ogi, penyal ahgunaan dan peredaran gel ap psikot ropika menunj ukkan gej al a yang semakin l uas dan berdimensi int ernasional sehingga dipandang perl u adanya peningkat an kerj a sama int ernasional . Berdasarkan resol usi The Unit ed Nat ions Economic and Social Council (Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikat an Bangsa-Bangsa) Nomor 1474 (XLVIII), t anggal 24 Maret 1970, maka pada t anggal 11 Januari - 21 Pebruari 1971, di Wina, Aust ria, disel enggarakan t he Unit ed Nat ions Conf erence f or t he Adopt ion of a Prot ocol on Psychot ropic Subst ances (Konf erensi Perserikan Bangsa-Bangsa t ent ang Adopsi Prot okol Psikot ropika), yang t el ah menghasil kan Convent ion Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971).
Konvensi t ersebut merupakan suat u perangkat hukum int ernasional yang mengat ur kerj a sama int ernasional dal am pengendal ian dan pengawasan produksi, peredaran dan penggunaan psikot ropika, sert a pencegahan, pemberant asan penyal ahgunaannya dengan membat asi penggunaan hanya bagi kepent ingan pengobat an dan/ at au il mu penget ahuan.
Mat eri muat an konvensi pada hakikat nya sudah sel aras dengan usaha Pemerint ah Republ ik Indonesia dal am mel akukan pengendal ian dan pengawasan t erhadap psikot ropika.
Pengesahan konvensi t ersebut dapat l ebih menj amin kemungkinan penyel enggaraan kerj a sama dengan negara-negara l ain dal am pengawasan peredaran psikot ropika dan usaha-usaha penanggul angan at as penyal ahgunaannya.
Dari aspek kepent ingan dal am negeri dengan menj adi pihak pada konvensi t ersebut Indonesia dapat l ebih mengkonsol idasikan upayanya dal am mencegah dan mel indungi kepent ingan masyarakat umum, t erut ama generasi muda, t erhadap akibat buruk yang dit imbul kan ol eh penyal ahgunaan psikot ropika.
Di samping it u, t indakan t ersebut akan memperkuat dasar-dasar t indakan Indonesia dal am mel akukan pengat uran yang komprehensif mengenai peredaran psikot ropika di dal am negeri. Dengan demikian penegakan hukum t erhadap t indak pidana penyal ahgunaan psikot ropika akan dapat l ebih dimant apkan.
Sal ah sat u wuj ud nyat a dari kerj a sama int ernasional adal ah ikut sert anya Indonesia unt uk mengesahkan Convent ion Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971).
Pokok-pokok pikiran yang mendorong l ahirnya Konvensi sebagai berikut : 1. Perhat ian t erhadap kesehat an dan kesej aht eraan umat manusia.
3. Tekad unt uk mencegah dan memerangi penyal ahgunaan dan peredaran gel ap psikot ropika.
4. Pert imbangan bahwa t indakan yang t epat diperl ukan unt uk membat asi penggunaan psikot ropika hanya unt uk pengobat an dan/ at au t uj uan il mu penget ahuan.
5. Pengakuan bahwa penggunaan psikot ropika unt uk pengobat an dan/ at au t uj uan il mu penget ahuan sangat diperl ukan sehingga ket ersediaannya perl u t erj amin. 6. Keyakinan bahwa t indakan ef ekt if unt uk memerangi penyal ahgunaan psikot ropika
t ersebut memerl ukan koordinasi dan t indakan yang universal .
7. Pengakuan adanya kewenangan Perserikat an Bangsa-Bangsa dal am mel akukan pengawasan psikot ropika dan keinginan bahwa badan int ernasional yang mel akukan pengawasan t ersebut berada dal am kerangka organisasi Perserikat an Bangsa-Bangsa.
8. Pengakuan bahwa diperl ukan konvensi int ernasional unt uk mencapai t uj uan ini.
Dal am Konvensi ini beberapa mat eri pokok yang diat ur, ant ara l ain, sebagai berikut : 1. Pengert ian
Di dal am Konvensi ini yang dimaksud dengan psikot ropika adal ah set iap bahan, baik al amiah maupun sit et is, sebagaimana t ert uang di dal am Daf t ar Psikot ropika adal ah set iap bahan, baik al amiah maupun sint et is, sebagaimana t ert uang di dal am Daf t ar Psikot ropika Gol ongan I, II, III dan IV yang dil ampirkan dan merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari Konvensi ini.
Psikot ropika ini mempunyai manf aat unt uk pengobat an dan/ at au t uj uan il mu penget ahuan, t et api dapat menimbul kan kecenderungan unt uk disal ahgunakan sehingga akan dapat mengganggu kesehat an dan menimbul kan masal ah sosial l ainnya.
2. Lingkup Pengawasan
Para Pihak dimint a akt if mel akukan pengawasan t erhadap psikot ropika yang t erdapat dal am Daf t ar Psikot ropika Gol ongan I, II, III, dan IV. Sel ain psikot ropika yang t ercant um di dal am Daf t ar Psikot ropika Gol ongan I, II, III, dan IV t ersebut agar Para Pihak j uga dimint a akt if mel aporkan besert a dat a pendukungnya kepada Sekret aris Jenderal Perserikat an Bangsa-Bangsa apabil a mempunyai inf ormasi berkenaan dengan psikot ropika yang bel um berada di bawah pengawasan int ernasional , yang menurut pendapat nya perl u dimasukkan ke dal am Daf t ar Psikot ropika.
3. Penggunaan, Penandaan, dan Perikl anan
Penggunaan psikot ropika hanya dapat dil akukan berdasarkan resep dokt er at au diberikan ol eh t enaga l ain yang diberi wewenang.
Unt uk kesel amat an pemakai, diperl ukan penandaan mengenai pet unj uk penggunaan dan peringat an yang dicant umkan pada kemasan psikot ropika. Perikl anan psikot ropika bagi masyarakat umum pada prinsipnya dil arang.
4. Perdagangan Int ernasional
Para pihak dimint a agar produksi, perdagangan, pemil ikan, dan pendist ribusian psikot ropika yang t ert uang pada Daf t ar Psikot ropika Gol ongan I, II, III, dan IV didasarkan at as izin yang dikel uarkan ol eh inst ansi yang berwenang.
Berkenaan dengan psikot ropika dal am Daf t ar Psikot ropika Gol ongan I, II, III, dan IV, Para Pihak dimint a agar produsen dan semua yang diberi wewenang unt uk memperdagangkan dan mendist ribusi psikot ropika, menyel enggarakan pencat at an yang menunj ukkan rincian, j uml ah yang dibuat , psikot ropika yang ada dal am sediaan, nama penyal ur, dan penerima.
Konvensi ini menghendaki agar Para Pihak mel akukan pengat uran yang sebaik-baiknya berkenaan dengan ekspor impor Psikot ropika. Para Pihak mel al ui Sekret aris Jenderal Perserikat an Bangsa-Bangsa, dapat menyat akan bahwa negara t ersebut mel arang pemasukan ke dal am negaranya at au sal ah sat u wil ayahnya, psikot ropika yang t ercant um dal am Daf t ar Psikot ropika Gol ongan I, II, III, dan IV.
5. Tindakan unt uk Pert ol ongan Pert ama dan Keadaan Darurat .
Psikot ropika yang t ermasuk dal am Daf t ar Psikot ropika Gol ongan II, III, dan IV, yang dibawa mel al ui penangkut an int ernasional unt uk t uj uan pert ol ongan pert ama pada kecel akaan at au unt uk keadaan darurat , t idak dianggap sebagai kegiat an ekspor-impor at au perl int asan mel al ui negara.
6. Pemeriksaan
7. Pel aporan
Kewaj iban Para Pihak mel aporkan kepada Sekret aris Jenderal Perserikat an Bangsa-Bangsa mengenai:
a. penerapan Konvensi di negaranya, perubahan-perubahan pent ing dal am hukum dan perat uran perundang-undangan psikot ropika;
b. nama-nama pej abat pemerint ah dan al amat yang menangani perdagangan int ernasional psikot ropika;
c. kasus l al u l int as gel ap at au penyit aan dari l al u l int as gel ap yang dianggap pent ing;
d. ekspor, impor dan produksi.
8. Pencegahan Penyal ahgunaan
Para Pihak akan mengambil l angkah pencegahan penyal ahgunaan psikot ropika, ident if ikasi dini, pengobat an dan rehabil it asi secara t erkoordinasi sert a akan meningkat kan kemampuan personal mel al ui pel at ihan.
9. Peredaran Gel ap
Dengan memperhat ikan sist em konst it usi, hukum dan administ rasinya, Para Pihak akan mel akukan pencegahan penyal ahgunaan dengan:
a. membuat perat uran-perat uran nasional guna kepent ingan koordinasi dal am t indakan pencegahan dan pembernat asan peredaran gel ap dengan menunj uk kepada suat u badan yang bert anggung j awab t erhadap koordinasi t ersebut ;
b. mel akukan kampanye pemberant asan peredaran gel ap psikot ropika;
c. mengadakan kerj a sama ant ar Para Pihak dan organisasi int ernasional yang berwenang.
10. Penerapan Ket ent uan Tent ang Pengawasan Yang Lebih Ket at
Para Pihak dapat mengambil l angkah pengawasan yang l ebih ket at at au l ebih t egas daripada yang dit et apkan dal am Konvensi ini, dengan t uj uan unt uk mel indungi kesehat an dan kesej aht eraan masyarakat .
Pasal 25 dan 26 Convent ion on Psychot ropic Subst ances 1971 (Konvensi Psikot ropika 1971), cara yang dit empuh unt uk menj adi Pihak pada Konvensi adal ah dengan menyampaikan Piagam Aksesi.
Apabil a Indonesia t el ah menyampaikan Piagam Aksesi, maka Konvensi ini akan mul ai berl aku bagi Indonesia secara int ernasional set el ah 90 (sembil an pul uh) hari t erhit ung sej ak t anggal dit erimanya Piagam Aksesi ol eh Sekret aris Jenderal Perserikat an Bangsa-Bangsa.
Aspek l uar negeri yang hendak dicapai adal ah unt uk memperl ancar kerj asama int ernasional di bidang penanggul angan bahaya peredaran gel ap dan penyal ahgunaan psikot ropika dengan semua negara dan l embaga int ernasional , t erut ama dengan negara-negara anggot a ASEAN l ainnya yang l ebih dahul u t el ah merat if ikasi konvensi ini.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Apabil a t erj adi perbedaan penaf siran t erhadap t erj emahannya dal am bahasa Indonesia, maka yang berl aku adal ah naskah asl i Konvensi ini dal am bahasa Inggeris.
Diaj ukannya Reservat ion (Pensyarat an) t erhadap Pasal 31 ayat (2) Konvensi berdasarkan prinsip unt uk t idak menerima kewaj iban dal am pengaj uan persel isihan kepada Mahkamah Int ernasional , kecual i dengan kesepakat an Para Pihak.
Pasal 2
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996
TENTANG
PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)
RESERVATION ON ARTICLE 31 PARAGRAPH (2) CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971
The Republ ic of Inconesia, whil e acceding t o t he Convent ion on Psychot ropic Subst ances 1971, does not consider it sel f bound by t he provision of Art icl e 31 Paragraph (2) and t akes t he posit ion t hat disput e rel at ing t o t he int erpret at ion and appl icat ion on t he Convent ion which have not been set t l ed t hrough t he channel provided f or in paragraph (1) of t he said art icl e, may be ref ered t o t he Int ernat ional Court of Just ice onl y wit h t he consent of al l t he part ies t o t he disput e.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
t t d.
SOEHARTO
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996
TENTANG
PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)
PENSYARATAN TERHADAP PASAL 31 AYAT (2) KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971
Republ ik Indonesia, wal aupun mel akukan aksesi t erhadap Konvensi Psikot ropika 1971, t idak berart i t erikat pada ket ent uan Pasal 31 ayat (2) dan berpendirian bahwa apabil a t erj adi persel isihan akibat perbedaan penaf siran dan penerapan isi Konvensi, yang t idak t ersel esaikan mel al ui j al ur sebagaimana diat ur dal am ayat (1) Pasal t ersebut , dapat menunj uk Mahkamah Int ernasional hanya berdasarkan kesepakat an Para Pihak yang bersengket a.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
t t d.