• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSIM PENANGKAPAN DAN PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN JARING CUMI DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) 711 RIZKY NUR AINUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MUSIM PENANGKAPAN DAN PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN JARING CUMI DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) 711 RIZKY NUR AINUN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MUSIM PENANGKAPAN DAN PEMETAAN DAERAH

PENANGKAPAN JARING CUMI DI WILAYAH

PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) 711

RIZKY NUR AINUN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penagkapan Jaring Cumi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2014

Rizky Nur Ainun

(4)

ABSTRAK

RIZKY NUR AINUN. Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penangkapan Jaring Cumi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711. Dibimbing oleh PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM dan EKO SRI WIYONO.

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Salah satu daerah penangkapan cumi-cumi yang potensial adalah Perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711. Cumi-cumi yang didaratkan di PPI Muara Angke yang diperoleh dari WPP 711 paling banyak ditangkap menggunakan alat tangkap jaring cumi. Informasi mengenai musim penangkapan dan estimasi daerah penangkapan ikan khususnya cumi-cumi menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perikanan jaring cumi. Musim penangkapan cumi-cumi dapat dilihat dari nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) dan daerah penangkapan sesuai musim diperoleh dengan wawancara terhadap nelayan jaring cumi PPI Muara Angke. Indeks musim penangkapan menunjukkan bahwa pada tahun 2009-2013 terjadi musim puncak penangkapan cumi-cumi pada bulan September-November, sedangkan musim sedang terjadi pada bulan Januari-Agustus dan Desember. Pada musim sedang daerah penangkapan cumi-cumi berada di selatan dan utara Perairan Pulau Bangka Belitung, sedangkan musim penangkapan puncak berada di barat dan utara Perairan Pontianak Kalimantan Barat.

Kata kunci: cumi-cumi, jaring cumi, musim penangkapan cumi-cumi, daerah penangkapan, WPP 711

ABSTRACT

RIZKY NUR AINUN. Fishing Season and Fishing Ground Mapping of The Squid Net in The Regional Fisheries Management (WPP) 711. Supervised by PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and EKO SRI WIYONO.

Squid is a kind of Indonesian export commodities. One of the potential squid’s fishing ground is in the Waters of Regional Fisheries Management (RFM) 711. The squid that is landed on PPI Muara Angke which was found in the Water of Regional Fisheries Management (RFM) was mostly captured by squid net. Information about fishing season and fishing ground estimation especially squid becomes important to improve the productivity of squid net. Squid’s fishing season can be seen from the Fishing Season Index and the fishing ground seasonally is obtained by interviewing the PPI Muara Angke’s squid net fishermen. Fishing Season Index showed that the peak season of fishing squid on September-November, while the average fishing season occured on Januari-Agustus and Desember. In average season, squid’s fishing ground found in the south and north of the waters of Bangka Belitung island, while the peak season found in western and northern waters of Pontianak in West Kalimantan.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MUSIM PENANGKAPAN DAN PEMETAAN DAERAH

PENANGKAPAN JARING CUMI DI WILAYAH

PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) 711

RIZKY NUR AINUN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penangkapan Jaring Cumi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711

Nama : Rizky Nur Ainun

NIM : C44100027

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi Pembimbing I

Dr Eko Sri Wiyono, SPi MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah

estimasi daerah penangkapan ikan, dengan judul “Musim Penangkapan dan

Pemetaan Daerah Penangkapan Jaring Cumi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014 di

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta.

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi kelancaran selama menyelesaikan skripsi ini. 2. Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi dan Dr Eko Sri Wiyono, SPi MSi selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.

3. Ayah (Moh. Abdoerrosif) dan Ibu (Tutik Rahmawati) serta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan, do’a, moril, dan nasehatnya. 4. Dwi Putra Yuwandana, SPi, Andikha Pratama Putra, Febby Yosella, Chitra

Novia Anandhita, Arsheilla Febrina, Muhamad Sobarudin, Yowan Riyandi, Mochamad Ramadhani, Linly Amelianing yang membatu dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

5. Teman-teman PSP 47 atas dukungan dan persahabatan selama ini.

6. Seluruh pihak PPI Muara Angke yang telah membantu selama proses penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat Penelitian 3

Metode Penelitian 3

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Unit Penangkapan Jaring Cumi 6

Alat tangkap 6

Kapal 7

Nelayan 9

Hasil tangkapan 9

Operasi penangkapan ikan 10

Produksi Cumi-Cumi di PPI Muara Angke 11

Upaya Penangkapan (Effort) 12

Produktivitas 13

Pola Musim Penangkapan Cumi-Cumi di PPI Muara Angke 14 Pemetaan Daerah Penangkapan Cumi-Cumi Berdasarkan Pola Musim 16

KESIMPULAN DAN SARAN 21

Kesimpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

(10)

DAFTAR TABEL

1 Penggolongan musim penangkapan ikan berdasarkan nilai Indeks

Musim Penangkapan 5

2 Spesifikasi alat tangkap jaring cumi 7

3 Spesifikasi kapal jaring cumi 8

4 Musim penangkapan cumi di perairan WPP 711 15

5 Keadaan oseanografi perairan Laut Cina Selatan setiap musim 20

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Alat tangkap jaring cumi 6

3 Kapal unit penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke 8 4 Hasil tangkapan cumi-cumi berdasarkan ukurannya 10 5 Produksi bulanan cumi-cumi di PPI Muara Angke tahun 2009-2013 11 6 Upaya penangkapan (effort) bulanan cumi-cumi di PPI Muara Angke

tahun 2009-2013 13

7 CPUE bulanan cumi-cumi di PPI Muara Angke tahun 2009-2013 13 8 Indeks musim penangkapan cumi-cumi di PPI Muara Angke 14 9 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan sedang saat

musim barat 16

10 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan sedang saat

musim peralihan 1 17

11 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan sedang saat

musim timur 18

12 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan puncak saat

musim peralihan 2 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian 24

2 Data produksi cumi-cumi tahun 2009-2013 26

3 Data upaya penangkapan cumi-cumi tahun 2009-2013 26

4 Nilai Catch Per Unit Effort 27

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang melimpah. Salah satu potensi perikanan yang ada adalah cumi-cumi (Loligo sp). Cumi-cumi hidup bergerombol dan terpusat pada perairan pantai yang memiliki ekosistem lamun atau karang tersebar mulai dari lapisan permukaan sampai dengan kedalaman 100 meter dengan daerah penyebaran meliputi perairan Pasifik bagian barat, Filipina dan Indonesia (Ismail

et al. 2013)

Cumi-cumi merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan yang banyak tersebar di Perairan Indonesia salah satunya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711. Perairan tersebut merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi penangkapan cumi-cumi untuk komoditas lokal maupun ekspor. Intensitas kegiatan penangkapan cumi-cumi yang dilakukan oleh nelayan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke di perairan WPP 711 termasuk tinggi. Menurut informasi nelayan jaring cumi PPI Muara Angke selalu melakukan operasi penangkapan di Perairan WPP 711. Produksi cumi-cumi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bila pada tahun 2009 sebesar 2.577,74 ton pada tahun 2012 naik menjadi 8.493,41 ton (UPT PPI Muara Angke 2013).

Berdasarkan data laporan tahunan PPI Muara Angke alat tangkap yang digunakan untuk menangkap cumi-cumi yaitu jaring cumi, purse seine, dan bubu. Alat tangkap yang dominan menangkap cumi-cumi di perairan WPP 711 adalah jaring cumi. Alat tangkap ini memiliki presentase paling besar dalam menyumbangkan hasil tangkapan cumi-cumi di PPI Muara Angke. Hal tersebut terbukti produksi pada bulan Desember 2013 mencapai 94,16% hasil tangkapan cumi-cumi yang didaratkan ditangkap menggunakan jaring cumi (UPT PPI Muara Angke 2013).

Produksi cumi-cumi mengalami penurunan dari tahun 2012 (8.493,41 ton) ke tahun 2013 (6.099,99 ton), sementara itu upaya penangkapan (effort) jaring cumi mengalami pertambahan dari tahun 2012 (2.796 unit) ke tahun 2013 (3.692 unit) (UPT PPI Muara Angke 2013). Analisis penangkapan sumberdaya suatu jenis ikan penting dilakukan untuk mendorong terciptanya kegiatan operasi penangkapan ikan dengan tingkat efektifitas yang tinggi dan memberikan keuntungan yang optimal. Salah satu informasi yang penting dalam kegiatan penangkapan ikan adalah musim penangkapan ikan. Musim penangkapan memberikan informasi kepada nelayan tentang waktu atau musim yang paling tepat untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan, sehingga dapat mengurangi risiko kerugian usaha penangkapan. Disisi lain, penangkapan ikan juga akan menjadi lebih efisien jika daerah penangkapannya diketahui terlebih dahulu. Daerah penangkapan ikan selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi yang dipengaruhi musim dan faktor-faktor oseanografi. Oleh karena itu penelitian mengenai musim penangkapan dan pemetaan daerah penangkapan ikan khususnya cumi-cumi menjadi penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perikanan jaring cumi.

(12)

2

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menghitung produktivitas unit penangkapan jaring cumi; 2) Menganalisis musim penangkapan cumi-cumi;

3) Menganalisis daerah penangkapan cumi-cumi berdasarkan musim penangkapannya.

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan informasi mengenai musim penangkapan serta memetakan daerah penangkapan kepada nelayan jaring cumi agar dapat meningkatkan produktivitas perikanan jaring cumi;

2) Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan sebagai pengembangan ilmu;

3) Memberikan informasi kepada pengambil kebijakan untuk menentukan kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di WPP 711 saat ini.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Maret 2014, yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta Utara, Jakarta. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(13)

3 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Kuesioner;

2) Kamera digital; 3) Alat tulis; 4) Microsft Excel; 5) Peta lokasi penelitian;

6) Software untuk membuat peta estimasi daerah penangkapan cumi-cumi.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, dimana merupakan jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur 2007). Pada umumnya penelitian deskriptif menggunakan survei sebagai metode pengumpulan datanya. Menurut Nazir (1988) metode survei cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit tetapi dengan unit sampel yang relatif besar untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada. Metode survei dilakukan untuk memperoleh data primer dan informasi aktual lainnya. Metode tersebut merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan berupa kuesioner yang diajukan kepada responden.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan atau wawancara nelayan pada saat penelitian di lapangan. Adapun data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui hasil penelitian, laporan, ataupun dokumen ilmiah lainnya.

Pengambilan dan pengumpulan data sekunder difokuskan pada objek penelitian yaitu produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan selama lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2009 sampai dengan 2013. Data tersebut digunakan untuk menghitung hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) dan pola musim penangkapan yang diperoleh dari tempat pelelangan ikan (TPI) dan unit pelaksana teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPI) Muara Angke.

Teknik pengumpulan data responden menggunakan purposive sampling. Pengambilan dan pengumpulan data primer difokuskan pada wawancara terhadap nelayan, utamanya untuk menentukan daerah penangkapan setiap musim penangkapan cumi-cumi. Semua kapal jaring cumi di PPI Muara Angke melakukan operasi penangkapan di WPP 711. Responden berjumlah 33 orang yang terdiri dari 3 orang pemilik kapal, 6 orang nahkoda, 24 orang ABK.

(14)

4

Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan tiga analisis data yang terdiri: 1) Produktivitas alat tangkap

Produktivitas alat penangkapan ikan diestimasi dengan menggunakan analisis catch per unit effort (CPUE). Nilai CPUE diperoleh dari data sekunder setiap bulan selama lima tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Analisis CPUE dihitung berdasarkan total hasil tangkapan dari satu alat tangkap dengan jumlah total upaya penangkapan (effort) dalam satuan unit. Menurut Gulland (1982) CPUE dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

CPUEi =

Keterangan:

CPUEi : jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke-i (kg/trip)

Catch i : hasil tangkapan bulan ke-i (kg)

Effort i : upaya penangkapan persatuan upaya penangkapan ke-i (trip)

2) Musim penangkapan ikan

Pola musim penangkapan cumi-cumi dihitung dengan menggunakan analisis deret waktu terhadap hasil tangkapan cumi-cumi yang didaratkan di PPI Muara Angke selama periode 2009-2013. Menurut Dajan (1983) yang dimodifikasi oleh Wiyono (2001), langkah-langkah perhitungan metodenya sebagai berikut:

(1) Menyusun deret CPUE dalam periode kurun waktu 5 tahun:

CPUEi = ni Keterangan:

i = 1,2,3,...n

ni = urutan ke-i

(2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG):

RGi =

i

Keterangan:

RGi = rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i

CPUEi = CPUE urutan ke-i

i = 7,8,...,n-5

(3) Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP):

RGPi =

i

Keterangan:

RGPi = rata-rata bergerak CPUE terpusat ke-i

RGi = rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i

i = 7,8,...,n-5

(4) Menyusun rasio rata-rata tiap bulan (Rb):

Rbi =

(15)

5 Keterangan:

Rbi = rasio rata-rata bulan urutan ke-i

CPUEi = CPUE urutan ke-i

RGPi = rata-rata bergerak CPUE terpusat urutan ke-i

(5) Menyusun nilai rasio rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang disusun untuk setiap bulan, dimulai dari bulan Juli tahun 2009 sampai dengan bulan Juni tahun 2013.

(6) Menghitung total rasio rata-rata bulanan (JRRBi)

JRRBi = ∑

i

Keterangan:

JRRBi = jumlah rasio rata-rata bulanan

RBBi = rata-rata Rbij untuk bulan ke-i

i = 1,2,...,12 (7) Indeks musim penangkapan

Idealnya jumlah rasio rata-rata bulanan JRBB sama dengan 1200, namun karena banyak faktor sehingga menyebabkan JRBB tidak selalu sama dengan 1200. Oleh karena itu nilai rasio rata-rata bulanan harus dikoreksi dengan suatu nilai koreksi yang disebut dengan Faktor Koreksi (FK).

Rumus untuk memperoleh nilai Faktor Koreksi adalah:

FK =

Keterangan:

FK = nilai faktor koreksi

JRRB = jumlah rasio rata-rata bulanan

Indeks Musim Penangkapan (IMP) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

IMPi = RRBi x FK Keterangan:

IMPi = indeks musim penangkapan bulan ke-i

RRBi = rasio rata-rata bulanan

FK = nilai faktor koreksi

i = 1,2,...,12

Peggolongan musim penangkapan ikan dapat digolongkan dalam tiga kategori berdasarkan nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) yaitu musim paceklik, musim sedang dan musim puncak (Zulkarnain et al. 2012) (Tabel 1).

Tabel 1 Penggolongan musim penangkapan ikan berdasarkan nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP)

No Nilai IMP Kategori Musim

1 < 50% Musim Paceklik

2 50% ≤ IMP < 100% Musim Sedang

3 ≥ 100% Musim Puncak

3) Daerah penangkapan ikan

Informasi mengenai daerah penangkapan ikan setiap musim penangkapan diperoleh dengan mewawancarai nelayan. Penentuan daerah penangkapan ikan menggunakan peta perairan WPP 711 untuk memperkirakan posisi lintang dan

(16)

6

bujurnya. Setelah mendapatkan lintang dan bujur daerah penangkapan ikan, kemudian diplotkan ke dalam peta digital berdasarkan musim penangkapannya (puncak, sedang, dan paceklik), sehingga dapat dilihat pergerakan daerah penangkapan ikan pada setiap musimnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Jaring Cumi Alat Tangkap

Secara umum alat tangkap jaring cumi di Muara Angke tidak berbeda jauh dengan jaring cumi di daerah lain. Alat tangkap jaring cumi yang digunakan oleh nelayan Muara Angke terdiri atas kantong jaring, badan jaring, tali kolor, tali kerek, pemberat, cincin, dan rig (Gambar 2).

Gambar 2 Alat tangkap jaring cumi

Bagian jaring cumi secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian jaring, bagian tali, dan perlengkapan lain (pemberat, cincin, dan rig) (Tabel 2). Keterangan bagian-bagian jaring cumi adalah sebagai berikut, kantong jaring terbuat dari polyamide (PA) dengan mesh size 1 inch. Badan jaring terbuat dari

polyamide (PA) dengan 4 lapisan dari bagian paling dalam dekat kantong hingga

paling luar dekat pemberat dengan mesh size lapisan 1 sebesar 1,5 inch, lapisan 2 sebesar 2 inch, lapisan 3 sebesar 2,5 inch, lapisan 4 sebesar 3 inch. Tali kolor terbuat dari polyethylene dengan diameter 3 cm, panjang 30-50 m, dan berjumlah satu buah. Tali kerek terbuat dari polyethylene dengan diameter 2,5 cm, panjang 40-45 m, dan berjumlah dua buah. Pemberat terbuat dari timah dengan berat 500 gram sejumlah 708 sampai 768 buah. Cincin terbuat dari stainless dengan berat 500 gram dan diameter 20 cm sejumlah 60-65 buah. Rig terbuat dari besi dengan

(17)

7 jumlah 2 buah yang berfungsi untuk mengatur setting dan hauling dalam pengoperasian alat tangkap. Gambar mengenai alat tangkap jaring cumi dapat dilahat pada Lampiran 1.

Tabel 2 Spesifikasi alat tangkap jaring cumi

Bagian alat Bahan Keterangan

1. Bagian jaring

a. Kantong Polyamide (PA) Mesh size 1 inch

b. Badan jaring Polyamide (PA) Mesh size perlapisan dari dekat

kantong hingga dekat pemberat - Lapisan 1: 1,5 inch

- Lapisan 2: 2 inch - Lapisan 3: 2,5 inch - Lapisan 4: 3 inch 2. Bagian tali

a. Tali kolor Polyethylene (PE) Diameter 3 cm Panjang 30-50 m Jumlah 1 buah b. Tali kerek Polyethylene (PE) Diameter 2,5 cm

Panjang 40-45 m Jumlah 2 buah 3. Perlengkapan

lain

a. Pemberat Timah Berat 500 gram

Jumlah 708-768 buah b. Cincin Stainless Berat 500 gram

Diameter 20 cm Jumlah 60-65 buah

c. Rig Besi Panjang 3-4 m

Jumlah 2 buah

Terdapat pada bagian sisi kanan kapal

Pada pengoperasian alat tangkap jaring cumi dibantu dengan menggunakan lampu yang dipasang pada kapal (Lampiran 1). Lampu digunakan sebagai atraktor untuk menarik cumi-cumi agar mendekat ke kapal. Jumlah lampu yang digunakan sebanyak 30 hingga 80 buah tergantung pada ukuran kapal dengan daya 1500-2000 watt. Kapal jaring cumi juga menggunakan lampu tembak untuk memfokuskan gerombolan cumi-cumi setelah lampu bohlam dimatikan. Alat bantu penangkapan lainnya yang digunakan adalah serok, GPS (Global

Positioning System), echosounder, radio kontak dan fishfinder.

Kapal

Kapal yang digunakan dalam kegiatan operasi penangkapan jaring cumi terbuat dari bahan kayu dan fiber. Badan kapal terbuat dari kayu dengan dilapisi fiber. Kayu yang digunakan biasanya kayu bungur (Lagerstroemia) atau kayu jati (Tectona grandis). Sebagian besar kapal jaring cumi di Muara Angke pembuatannya dilakukan di Bangka. Kapal yang digunakan untuk

(18)

8

mengoperasikan jaring cumi di Muara Angke ukurannya homogen, artinya ukurannya tidak jauh berbeda antara kapal satu dengan kapal yang lainnya. Tonage kapal tersebut berkisar antara 25-30 GT. Gambaran tentang kapal jaring cumi terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3 Kapal unit penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke

Panjang kapal adalah 12-18 m, lebar kapal 3,5-5 m, dan dalamnya 1,8-2,5 m. Tenaga penggerak yang digunakan pada kapal merupakan jenis tenaga penggerak

inboard engine. Jenis mesin yang digunakan sebagai mesin utama atau penggerak

kapal adalah 6D22 Mitsubishi dengan kekuatan 260-310 HP sebanyak satu buah. Selain mesin utama digunakan juga mesin bantu untuk menyalakan lampu dan

freezer, mesin yang biasa digunakan adalah 6D16 Mitsubishi dengan kekuatan

175 HP sebanyak dua buah. Pada kapal jaring cumi juga dilengkapi dengan alat bantu berupa winch hauler sebanyak satu buah digunakan untuk membantu menaikkan alat tangkap keatas kapal. Spesifikasi kapal dan mesin kapal jaring cumi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Spesifikasi kapal jaring cumi

Spesifikasi Keterangan 1. Dimensi utama a. Panjang (L) 12-18m b. Lebar (B) 3,5-5 m c. Dalam (D) 1,8-2,5 m 2. Mesin

a. Mesin utama 6D22 Mitsubishi 260-310 HP Jumlah 1 buah

b. Mesin bantu 6D16 Mitsubishi 175 HP

Jumlah 2 buah

(19)

9 Kapal jaring cumi menggunakan bahan bakar solar dengan kebutuhan untuk sekali melaut sebanyak 20-25 ton. Kapal jaring cumi juga dilengkapi dengan palka yang berfreezer untuk menyimpan hasil tangkapan. Kapasitas palka tersebut mampu menampung hingga 20-40 ton. Gambaran tentang palka unit penangkapan jaring cumi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Nelayan

Jumlah nelayan yang terlihat dalam kegiatan operasi penangkapan jaring cumi sebanyak 10 sampai 17 orang. Satu orang bertugas sebagai nahkoda atau juru mudi, dua orang bertugas sebagai teknisi mesin kapal, dan yang lainnya bertugas dalam pengoperasian alat tangkap jaring cumi. Juru mudi dan teknisi mesin kapal terkadang juga membantu dalam proses pengoperasian alat tangkap. Pendapatan nelayan jaring cumi di Muara Angke sebagian besar berupa sistem gaji perhari, dimana dalam satu hari gajinya sebesar Rp 15.000,00 hingga Rp 20.000,00. Akan tetapi ada beberapa pemilik kapal yang menggunakan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil yang digunakan adalah 60% untuk pemilik dari pendapatan bersih sedangkan nelayan buruh 40%. Jumlah pembagian untuk nelayan adalah 12% untuk pengurus, 10% nahkoda, 10% ABK dan 8% juru mesin. Sistem gaji lebih banyak diterapkan oleh pemilik daripada sistem bagi hasil, karena menurut pemilik sistem gaji lebih menguntungkan daripada sistem bagi hasil.

Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama jaring cumi adalah cumi-cumi (Loligo sp), sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah ikan lemadang (Coryphaena

hippurus), ikan ekor kuning (Caesionidae sp), ikan lemuru (Sardinella lemuru),

ikan tembang (Sardinella gibbosa), ikan kembung (Rastrelliger sp) dan ikan jambal siam (Pangasius suchi). Gambar hasil tangkapan sampingan jaring cumi dapat dilihat pada Lampiran 1. Cumi-cumi yang tertangkap dikelompokkan dalam lima ukuran yaitu ukuran 1 panjangnya 26-35 cm, ukuran 2 panjangnya 21-25 cm, ukuran 3 panjangnya 16-20 cm, ukuran 4 panjangnya 11-15 cm, dan ukuran 5 panjangnya 5-10 cm atau yang sering disebut cendol (cumi-cumi dalam ukuran kecil) (Gambar 4). Hasil tangkapan yang diperoleh langsung dicuci bersih setelah proses hauling diatas kapal. Setelah cumi-cumi dicuci, kemudian langsung disortir dan dikelompokkan berdasarkan ukuran dengan dibungkus plastik sebelum disimpan pada palka ber-freezer. Berbeda dengan cumi-cumi, hasil tangkapan sampingan setelah dicuci langsung dimasukkan kedalam palka dalam bentuk curah. Hasil tangkapan cumi-cumi tersebut saat didaratkan sudah dalam keadaan

frozen, hal itulah yang membuat istimewa dari hasil tangkapan cumi-cumi nelayan

(20)

10

Ukuran 1 Ukuran 2

Ukuran 3 Ukuran 4

Ukuran 5

Gambar 4 Hasil tangkapan cumi-cumi berdasarkan ukurannya Operasi Penangkapan Ikan

Kapal jaring cumi melakukan operasi penangkapan dalam satu kali trip yaitu 2-3 bulan. Pengoperasian jaring cumi dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu persiapan,

setting, dan hauling. Metode pengoperasian jaring cumi sebagai berikut:

1) Persiapan

Tahap persiapan yaitu menentukan daerah penangkapan (fishing ground) yang dituju oleh nahkoda, nahkoda disini juga berperan sebagai fishing

master. Selanjutnya nahkoda menentukan alur pelayaran menggunakan GPS

untuk sampai ke fishing ground. Lama perjalanan yang ditempuh hingga ke

fishing ground kurang lebih 2-3 hari, hal tersebut bergantung pada jarak fishing ground yang dituju.

(21)

11 2) Setting

Proses setting diawali dengan membentangkan rig atau tiang melintang yang terdapat pada sisi kanan kapal dan mengatur tali temali pada jaring. Kemudian semua lampu yang terdapat pada bagian kiri dan kanan kapal dinyalakan untuk menarik perhatian cumi-cumi. Lampu tetap dinyalakan hingga cumi-cumi naik ke permukaan dan mendekat pada kapal. Setting dilakukan sebanyak 10-15 kali dalam satu malam saat musim penangkapan puncak dan 8-10 kali dalam satu malam saat musim penangkapan sedang. 3) Hauling

Proses hauling mulai dilakukan ketika cumi-cumi telah mendekat ke permukaan. Satu per satu lampu dimatikan hingga hanya terdapat satu lampu yang menyala agar cumi-cumi terfokus pada salah satu sisi kapal yang terdapat jaring diatasnya. Setelah cumi-cumi tertangkap jaring diangkat dan hasil tangkapan cumi-cumi dipindahkan menggunakan serok ke atas kapal.

Produksi Cumi-Cumi di PPI Muara Angke

Produksi cumi-cumi dalam periode tahun 2009 hingga 2013 menunjukkan fluktuasi bulanan dan tahunan (Gambar 5). Produksi cumi-cumi pada tahun 2009 di PPI Muara Angke sebesar 2.577,7 ton dengan produksi tertinggi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Maret. Tahun 2010 produksi cumi-cumi sebesar 2.938,5 ton dengan produksi tertinggi pada bulan November dan terendah pada bulan Juni dan Agustus. Tahun 2011 produksi cumi-cumi sebesar 5.199,9 ton dengan produksi tertinggi pada bulan September dan terendah pada bulan Februari. Tahun 2012 produksi cumi-cumi sebesar 8.493,4 ton dengan produksi tertinggi pada bulan Agustus dan terendah pada bulan Februari. Sedangkan pada tahun 2013 produksi cumi mengalami penurunan. Tahun 2013 produksi cumi-cumi sebesar 6.099,9 ton dengan produksi tertinggi pada bulan November dan terendah pada bulan Februari.

(22)

12

Hasil tangkapn cumi-cumi sangat berfluktuasi setiap bulannya selama lima tahun (2009-2013). Data produksi tahun 2009-2013 memperlihatkan bahwa hasil tangkapan cumi-cumi mencapai puncak produksi pada bulan September-November dan terendah terjadi sepanjang bulan Desember-Maret. Menurut nelayan setempat fluktuasi hasil tangkapan terjadi karena kurang berkembangnya strategi yang dilakukan dalam menghadapi perubahan musim penangkapan, cuaca ekstrim, dan armada penangkapan yang bertambah setiap tahunnya. Produksi cumi-cumi selama lima tahun terakhir yang tertinggi Agustus di tahun 2012 dan terendah Maret 2009. Data produksi cumi-cumi tahun 2009-2013 terdapat pada Lampiran 2.

Upaya Penangkapan (Effort)

Upaya penangkapan cumi-cumi yang dilakukan oleh unit penangkapan jaring cumi dinyatakan dalam satuan unit. Hal ini perlu diketahui karena berkaitan dengan musim penangkapan cumi-cumi. Upaya penangkapan cumi-cumi berfluktuasi setiap bulan dan tahunnya dalam periode tahun 2009-2013 (Gambar 6).

Upaya penangkapan cumi-cumi yang dilakukan oleh jaring cumi pada tahun 2009 berjumlah 2.634 unit, dengan upaya penangkapan maksimum dilakukan pada bulan Oktober dan minimum dilakukan pada bulan Februari. Pada tahun 2010 jumlah trip sebanyak 2.508 unit dengan upaya penangkapan maksimum dilakukan pada bulan Mei dan minimum pada bulan Oktober. Tahun 2011 sebanyak 2.618 unit dilakukan oleh unit penangkapan jaring cumi, dengan upaya penangkapan maksimum pada bulan November dan minimum pada bulan Februari. Pada tahun 2012 dioperasikan sebanyak 2.796 unit armada jaring cumi dengan upaya penangkapan maksimum pada bulan Desember dan minimum pada bulan Februari. Tahun 2013 jumlah armada jaring cumi semakin meningkat dengan jumlah 3.692 unit, upaya penangkapan maksimum terjadi pada bulan Oktober dan minimum terjadi pada bulan Maret. Upaya penangkapan cumi-cumi semakin bertambah dari tahun 2010 hingga 2013. Hal ini kemumgkinan disebabkan oleh banyaknya peluang memperoleh keuntungan dari kegiatan penangkapan jaring cumi.

Upaya penangkapan jaring cumi setiap bulannya berfluktuatif. Umumnya upaya penangkapan jaring cumi mengalami kenaikan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember dengan upaya penangkapan tertinggi setiap tahunnya terjadi pada bulan Oktober atau Desember. Penurunan upaya penangkapan jaring cumi terjadi pada bulan Januari dan Februari setiap tahunnya. Fluktuasi peningkatan atau penurunan effort dipengaruhi oleh faktor ekonomi, perilaku nelayan dan lingkungan (Novri 2006). Upaya penangkapan cumi-cumi selama lima tahun terkahir yang tertinggi Oktober di tahun 2013 dan terendah Februari di tahun 2009. Data upaya penangkapan kapal jaring cumi tahun 2009-2013 terdapat pada Lampiran 3.

(23)

13

Gambar 6 Upaya penangkapan (effort) bulanan cumi-cumi di PPI Muara Angke tahun 2009-2013

Produktivitas

CPUE menggambarkan produktivitas suatu alat tangkap dalam menghasilkan suatu tangkapan. Dalam penelitian ini, CPUE diperoleh dari jumlah hasil tangkapan (dalam satuan ton) dibagi dengan upaya penangkapan (dalam satuan unit). CPUE cumi-cumi berfluktuasi setiap bulannya selama periode 2009-2013 (Gambar 7).

(24)

14

Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa CPUE tertinggi terjadi saat bulan Oktober dan terendah bulan Maret pada tahun 2009. Tahun 2010 CPUE tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah bulan Agustus. Pada tahun 2011 CPUE tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah bulan Januari. Tahun 2012 CPUE tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah bulan Januari. Pada 2013 CPUE tertinggi terjadi pada saat bulan November dan terendah pada bulan Desember. CPUE dalam jangka waktu lima tahun tersebut tertinggi pada sekitar bulan September, Oktober, dan November kemungkinan karena saat itu memasuki musim penangkapan cumi-cumi di perairan WPP 711.

CPUE setiap bulannya pada tahun 2009-2013 berfluktuatif. Peningkatan CPUE dalam tahun 2009-2013 mulai terjadi pada bulan September-November dan mulai mengalami penurunan pada bulan Desember-Februari. Peningkatan dan penurunan CPUE kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya stok cumi-cumi yang terdapat di WPP 711. CPUE selama lima tahun terakhir yang tertinggi September di tahun 2012 dan terendah Maret 2009. Berdasarkan gambar 7 telah terjadi penurunan CPUE dari tahun 2012 ke tahun 2013. Penurunan CPUE tersebut kemungkinan disebabkan sudah mulai terjadi over fishing pada WPP 711 akibat effort yang semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan effort yang tidak disertai pertambahan produksi dari tahun 2012 ke 2013 menyebabkan turunnya CPUE secara drastis. Perhitungan mengenai CPUE terdapat pada Lampiran 4.

Pola Musim Penangkapan Cumi-Cumi di PPI Muara Angke

Pola musim penangkapan ikan dapat ditentukan dengan mengetahui nilai indeks musim penangkapan (IMP) (Gambar 8). Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa indeks musim penangkapan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 159,53%, sedangkan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 68,02%.

Gambar 8 Indeks musim penangkapan cumi-cumi di PPI Muara Angke Nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) setiap bulannya berfluktuasi, dimana terjadi peningkatan nilai IMP pada bulan September-November dan

(25)

15 terjadi penurunan pada bulan Desember-Februari. Peningkatan dan penurunan nilai IMP setiap bulannya dipengaruhi oleh hasil produksi dan effort yang dilakukan. Oleh karena itu fluktuasi nilai IMP berbanding lurus dengan fluktuasi produksi, effort dan CPUE. Contoh perhitungan nilai IMP terdapat pada Lampiran 5.

Musim puncak penangkapan cumi-cumi terjadi pada bulan September, Oktober, dan November. Musim sedang penangkapan cumi-cumi terjadi pada bulan Desember hingga Agustus. Pada musim puncak penangkapan diduga kelimpahan cumi-cumi sangat tinggi, sedangkan pada musim penangkapan sedang diduga kelimpahan cumi-cumi pada perairan WPP 711. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Hartati (1998) dalam Triharyuni (2012) bahwa musim penangkapan cumi-cumi berhubungan dengan kelimpahan cumi-cumi di suatu perairan. Terjadinya puncak musim cumi di bulan September hingga November dimungkinkan terjadi karena pengaruh musim timur yang merupakan musim puncak di Indonesia dan peralihan angin barat sudah bertiup lebih awal. Menurut Purba et al. (1994) dalam Nugraha (2006), terjadinya musim puncak ikan pada musim timur masih terlihat pengaruhnya sampai bulan September hingga November.

Tabel 4 Musim penangkapan cumi di Perairan WPP 711

Bulan 2009-2013 Musim di Indonesia IMP (%) Musim Penangkapan

Januari 70,6661 Sedang Barat

Februari 68,0152 Sedang Barat

Maret 72,7952 Sedang Peralihan I

April 93,5445 Sedang Peralihan I

Mei 98,9371 Sedang Peralihan I

Juni 88,8505 Sedang Timur

Juli 92,1043 Sedang Timur

Agustus 92,1652 Sedang Timur

September 148,2890 Puncak Peralihan II

Oktober 159,5297 Puncak Peralihan II

November 135,9532 Puncak Peralihan II

Desember 79,1500 Sedang Barat

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Hartati et al. (2004) yang menyatakan bahwa musim puncak penangkapan cumi-cumi di Selat Alas (Nusa Tenggara Barat) terjadi pada bulan November dengan musim paceklik terjadi pada bulan April-September, sedangkan musim sedang terjadi pada bulan Desember-Maret dan Oktober. Berdasarkan nilai IMP tersebut, dapat diketahui kecenderungan pola musim yang menunjukkan waktu atau musim yang paling tepat untuk menangkap cumi-cumi di WPP 711 yaitu pada bulan September-November.

(26)

16

Pemetaan Daerah Penangkapan Cumi-Cumi Berdasarkan Pola Musim Pada penelitian ini pemetaan daerah penangkapan cumi-cumi didasarkan pada hasil perhitungan pola musim penangkapannya, yaitu saat musim penangkapan sedang dan musim penangkapan puncak yang disesuaikan dengan angin musim di Indonesia. Estimasi daerah penangkapan cumi-cumi dipetakan sesuai hasil data primer yaitu wawancara dengan nahkoda kapal jaring cumi. Daerah penangkapan cumi-cumi yang dituju oleh nelayan jaring cumi PPI Muara Angke berada di perairan WPP 711. Nelayan mendapatkan informasi mengenai adanya cumi-cumi di suatu perairan dengan mendapatkan informasi posisi lintang dan bujur dari nelayan lain melalui radio kontak, serta memanfaatkan fishfinder dan echosounder.

Cumi-cumi digolongkan sebagai hewan karnivora karena memakan udang dan ikan-ikan kecil pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya (Barnes 1987). Ikan-ikan pelagis tersebut memakan plankton-plankton yang ada. Perairan Bangka-Belitung dan perairan Laut Cina Selatan memiliki kelimpahan plankton yang relatif tinggi (Thoha 2004). Kelimpahan plankton pada perairan tersebut mempengaruhi kelimpahan sumberdaya cumi-cumi.

Gambar 9 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan sedang (musim barat)

Musim penangkapan sedang saat musim barat yang terjadi pada bulan Desember-Februari, nelayan melakukan penangkapan di posisi 10 -114 dan 03 -01 S. Menurut hasil wawancara nelayan, pada bulan Desember-Februari daerah penangkapan cumi berada di selatan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Hal ini disebabkan pada bulan Desember hingga Februari merupakan musim barat, dimana angin yang berhembus adalah angin musim barat. Angin musim barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia ke Benua Australia dan

(27)

17 mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, perairan dan samudera yang dilewati adalah Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia (Megalina 2010). Pada musim barat memungkinkan terjadi banyak badai, sehingga saat cuaca ekstrim unit penangkapan jaring cumi beroperasi di selatan Pulau Bangka dan Pulau Belitung untuk menghindari terjadinya kecelakaan laut akibat tingginya gelombang yang dibentuk oleh angin musim barat. Jika sedang melakukan operasi penangkapan ikan terjadi badai di laut, maka nahkoda memutuskan untuk menambatkan kapalnya pada pelabuhan terdekat yang ada di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Berbeda halnya dengan nelayan jaring cumi yang berasal dari PPI Muara Angke, nelayan yang berasal dari Pulau Bangka pada saat terjadi musim barat lebih memilih untuk tidak melaut dan beralih mata pencaharian (Adiatma 2013). Widyaprasetya (1999) dalam Almuas (2005) menyatakan bahwa pada musim barat terjadi suhu minimum dan salinitas tinggi di perairan Laut Cina Selatan diduga dipengaruhi oleh arus dari utara yang membawa massa air dari Samudera Pasifik yang bersuhu rendah dan bersalinitas tinggi. Pada musim barat arus dari utara bergerak menuju selatan (Almuas 2005). Hasil tangkapan cumi-cumi pada musim penangkapan sedang di bulan Desember-Februari yang bertepatan dengan musim barat adalah produksi terendah setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi karena saat musim barat nelayan melakukan operasi penangkapan di perairan yang tidak terlalu jauh dari daratan, sementara itu sumberdaya cumi-cumi pada saat itu berada pada perairan yang dalam yang terbawa oleh arus (Roper et al. (1984) dalam Wiadnyana (1996)).

Gambar 10 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan sedang (musim peralihan 1)

Berbeda halnya dengan bulan Desember-Februari, pada musim penangkapan sedang di musim peralihan yang terjadi saat bulan Maret-Mei daerah

(28)

18

penangkapan cumi-cumi berada pada 110 -113 dan 03 -01 LS. Ketika musim peralihan ini daerah penangkapan semakin bergerak menuju ke arah utara yang bertepatan dengan utara perairan Pulau Bangka dan Belitung. Pada bulan Maret-Mei (musim peralihan 1) arah arus di perairan tidak menentu dan gelombang serta angin mulai mereda (Triharyuni 2012). Arus menuju ke arah selatan hingga pada akhir musim peralihan 1 berbelok akibat desakan arus dari selatan menuju ke utara, (Almuas 2005). Ketika musim peralihan 1 ini terjadi cumi-cumi yang bermigrasi mulai kembali ke perairan pesisir akibat terbawa arah arus yang terjadi Roper et al. (1984) dalam Wiadnyana (1996). Fenomena pembelokan arus tersebut terjadi hanya terjadi di perairan tertentu, salah satunya di WPP 711.Hal tersebut tidak terlalu membuat nelayan khawatir akan adanya gelombang besar seperti saat musim barat, sehingga effort yang dilakukan lebih banyak daripada musim barat. Widyaprasetya (1999) dalam Almuas (2005) mengamati salinitas permukaan di Laut Cina Selatan tinggi pada musim peralihan 1 dan awal musim timur mulai menurun.

Gambar 11 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan sedang (musim timur)

Musim penangkapan sedang saat musim timur yang terjadi pada bulan Juni-Agusus, nelayan melakukan penangkapan di posisi 110 -114 dan 01 -03 LU. Pada musim timur angin yang berhembus adalah angin musim timur, yaitu angin yang berhembus dari Australia ke Asia sehingga sedikit curah hujan yang terjadi (Megalina 2010). Bulan Juni-Agustus (musim timur) gelombang tinggi terjadi di perairan Indonesia bagian selatan seperti Samudera Hindia, Laut Timor, Laut Arafuru, dan Laut Banda sehingga perairan Laut Cina Selatan tidak mengalaminya (Kurniawan 2011). Saat musim timur terjadi nelayan jaring cumi yang melakukan operasi penangkapan di daerah perairan Selat Karimata tidak terkena dampak gelombang tinggi tersebut, sehingga armada penangkapan jaring cumi bertambah pada musim timur. Masrikat (2002) menyatakan bagian selatan

(29)

19 perairan Laut Cina Selatan yang relatif lebih dangkal memiliki massa air yang lebih homogen sehingga proses percampuran terjadi secara sempurna, selain itu diduga adanya pengaruh arus yang membawa massa air dari Laut Jawa masuk ke Laut Cina Selatan selama berlangsungnya musim timur. Arus selama musim timur bergerak ke arah utara, dari selatan Khatulistiwa yang berasal dari Laut Jawa menuju arah utara perairan Laut Cina Selatan dengan kecepatan 6 m/s (Almuas 2005). Sumberdaya cumi-cumi pada musim timur mulai bermigrasi kembali kearah utara sesuai dengan pergerakan arusnya (Roper et al. (1984) dalam Wiadnyana (1996)).

Gambar 12 Daerah penangkapan cumi-cumi musim penangkapan puncak (musim peralihan 2)

Daerah penangkapan cumi-cumi pada musim puncak ovember terletak di posisi 111 - 115 dan 02 - 04 tepatnya pada perairan utara dan barat Pontianak atau Perairan Laut Cina Selatan. Pergerakan daerah penangkapan cumi-cumi semakin ke arah utara, hal ini disebabkan adanya pengaruh dari musim timur yang terjadi di Indonesia dan berdampak hingga ke musim peralihan 2. Umumnya pada musim timur massa air perairan Laut Cina Selatan memiliki salinitas yang rendah dan suhu permukaan laut hangat akibat banyak mineral yang terbawa dari sungai-sungai Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan Ilahude (1997) dalam Masrikat (2011). Soewito et al. 1 0 menjelaskan bahwa cumi-cumi menempati perairan dengan suhu antara -32 dan salinitas 8,5-30‰. elain itu musim puncak penangkapan cumi-cumi terjadi di musim peralihan 2 (September-November) karena kondisi kecepatan angin di atas perairan Indonesia tergolong rendah, sehingga gelombang laut yang terjadi pada musim peralihan 2 lebih rendah dibandingkan dengan musim barat ataupun musim peralihan 1 serta musim timur (Kurniawan et al 2011). Arus selama musim peralihan 2 bergerak ke arah utara dari selatan Khatulistiwa yang berasal dari Laut Jawa menuju arah utara perairan Laut Cina Selatan, kemudian saat akhir musim peralihan 2 arus yang selama ini bergerak ke arah utara mulai berbalik ke arah

(30)

20

selatan akibat desakan arus dari utara (Almuas 2005). Sumberdaya cumi-cumi saat musim peralihan 2 sudah mulai banyak terdapat di perairan Laut Cina Selatan akibat terbawa oleh arus (Roper et al. (1984) dalam Wiadnyana (1996)). Secara umum keadaan oseanografi perairan Laut Cina Selatan sesuai angin musim di Indonesia terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Keadaan oseanografi perairan Laut Cina Selatan setiap musim Musim Arus Salinitas Suhu Gelombang Angin

Barat Perairan Laut Cina Selatan menuju Laut

Jawa

Tinggi Rendah Tinggi Asia menuju Australia Peralihan 1 Perairan Laut

Cina Selatan menuju Laut

Jawa

Tinggi Rendah Tinggi Asia menuju Australia Timur Laut Jawa

menuju perairan Laut

Cina Selatan

Rendah Tinngi Rendah Australia menuju

Asia Peralihan 2 Laut Jawa

menuju perairan Laut

Cina Selatan

Rendah Tinggi Rendah Australia menuju

Asia

Nelayan jaring cumi PPI Muara Angke melakukan operasi penangkapan di WPP 711 pada saat musim penangkapan sedang atau puncak dikarenakan status eksploitasi di perairan tersebut untuk cumi-cumi adalah moderate (KEP. 45 MEN 2011), hal itu berarti bahwa sumberdaya cumi-cumi di perairan tersebut masih dapat dieksploitasi.

Pada musim penangkapan sedang, daerah penangkapan tidak terlalu jauh dari tempat pendaratan hasil tangkapan akan tetapi waktu operasi penangkapan lebih panjang antara tiga sampai empat bulan. Hal tersebut berbeda dengan musim penangkapan puncak, dimana unit penangkapan jaring cumi memperjauh dan memperluas daerah penangkapannya serta mempersingkat waktu operasi penangkapan menjadi dua hingga tiga bulan. Kapal jaring cumi akan kembali ke PPI Muara Angke untuk mendaratkan hasil tangkapan apabila palka untuk menyimpan hasil tangkapan sudah terisi penuh atau bahan bakar dan perbekalan sudah habis.

(31)

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1) Produktivitas jaring cumi setiap bulannya berfluktuatif dari tahun 2009-2013, dimana terjadi peningkatan produktivas pada bulan September-November dan mulai terjadi penurunan pada Desember-Februari.

2) Musim penangkapan sedang terjadi pada saat musim barat (Desember-Februari), musim peralihan 1 (Maret-Mei) dan musim timur (Juni-Agustus). Musim penangkapan puncaknya terjadi saat musim peralihan 2 yaitu September-November.

3) Daerah penangkapan cumi-cumi pada musim barat terletak di selatan Pulau Bangka dan Pulau Belitung (10 - 114 dan 03 - 01 S), musim peralihan 1 terletak di utara Pulau angka dan Pulau elitung 110 -113 dan 03 01 LS) dan musim timur terletak di Selat Karimata (110 -114 dan 01 -03 LU). Daerah penangkapan cumi-cumi pada musim peralihan 2 bergesak ke arah utara yang terletak di perairan barat dan utara Kalimantan Barat (111 - 115 dan 02 - 04 ).

Saran

Agar hasil tangkapan cumi-cumi optimum, maka operasi penangkapan cumi-cumi disarankan sebagai berikut:

1) Musim barat di perairan barat dan utara Kalimantan Barat (111 - 115 dan 02 - 04 );

2) Musim peralihan 1 di utara Pulau angka dan Pulau elitung 110 -113 dan 03 -01 LS);

3) Musim timur di Selat Karimata (110 -114 dan 01 -03 LU);

4) Musim peralihan 2 di perairan barat dan utara Kalimantan Barat (111 - 115 dan 02 - 04 ).

DAFTAR PUSTAKA

Adiatma I, Azis NB, Hartuti P. 2013. Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Iklim dalam Pemanfaatan Ruang Pesisir (Studi Kasus: Desa Batu Belubang, Bangka) [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Almuas. 2005. Analisis Karakteristik Parameter Oseanografi Untuk Penentuan Daerah Penangkapan Potensial Ikan Pelagis di Perairan Laut Cina Selatan Bagian Selatan Pada Musim Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(32)

22

Hartati, IS Wahyuni, Awaluddin. 2004. Musim Penangkapan Ikan di Indonesia edisi cetakan 1. Jakarta (ID): Balai Riset Perikanan Laut. P. 80-93.

Ismail T, Zainal AM, Nur F, Ichsan S. 2013. Kebiasaan makan dan komposisi makanan tiga species cumi (Loligo edulis, Sepioteuthis lessoniana dan Sepia

officinalis) hasil tangkapan nelayan dari Perairan Pantai Utara Provinsi

Aceh. Jurnal Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan. 2(2): 97-103.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Nomor KEP.45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Inonesia.

Kountur R. 2007. Metode Penelitian. Jakarta (ID): PPM. hlm 108.

Kurniawan R, M Najib H, Surano. 2011. Variasi Bulanan Gelombang Laut di Inonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 12(3): 221-232.

Masrikat JAN. 2002. Karakteristik Oseanografi Fisik dan Distribusi Ikan di Perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka pada Musim Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Masrikat JAN. 2011. Karakteristik Oseanografi Laut Cina Selatan. Jurnal Online

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Patimura. 10(1): 27-34.

Megalina Y. 2010. Prediksi Cuaca Ekstrim dengan Model Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Program Matlab [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Nazir M. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. hlm 67. Novri F. 2006. Analisis Hasil Tangkapan dan Pola Musim Penangkapan Ikan

Tenggiri (Scomberomorus spp.) di Perairan Laut Jawa Bagian Barat Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nugraha GA. 2007. Estimasi Biomassa Ikan Pelagis di Teluk Pelabuhan Ratu dengan Menggunakan Sistem Akustik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soewito AP, B Syarif. 1990. Uji Coba Pancing Cumi-cumi “Squid Jigger” di Perairan Laut Cina Selatan dan Kalimantan Barat. Semarang (ID): Balai Pengembangan Penangkapan Ikan.

Thoha H. 2004. Kelimpahan Plankton di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatang, Sumatera, Mei-Juni 2002. Jurnal Sains. 8(3): 96-102.

[TPI] Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke. 2009. Laporan Bulanan

Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Koperasi Perikanan “Mina Jaya” DKI Jakarta. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.

[TPI] Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke. 2010. Laporan Bulanan

Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Koperasi Perikanan “Mina Jaya” DKI Jakarta. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.

[TPI] Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke. 2011. Laporan Bulanan

Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Koperasi Perikanan “Mina Jaya” DKI Jakarta. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.

(33)

23 Triharyuni S, Reny P. 2012. Produksi dan Musim Penagkapan Cumi-cumi (Loligo

spp.) di Perairan Rembang (Jawa Tengah). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 18(2): 77-83

[UPT] Unit Pelaksana Teknis PPI Muara Angke. 2012. Laporan Bulanan PPI

Muara Angke. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.

[UPT] Unit Pelaksana Teknis PPI Muara Angke. 2013. Laporan Bulanan PPI

Muara Angke. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.

Wiadnyana NN. 1996. Kemungkinan Perairan Irian Jaya Sebagai Tempat Pemijahan Cumi-Cumi Oseanik. Jurnal Puslitbang Oseanologi LIPI Poka

Ambon. 65: 4-14.

Wiyono, ES. 2001. Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk Palabuhanatu Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zulkarnain, Wahju RI, Sulistiono. 2012. Komposisi dan Estimasi Musim

Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dari Purse Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 7(2): 61-70.

(34)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

Kegiatan bongkar hasil tangkapan jaring cumi

Hasil tangkapan sampingan (by catch)

(35)

25

Alat bantu lampu kapal jaring cumi

Tali kolor Tali kerek

(36)

26

Lampiran 2 Data produksi cumi-cumi tahun 2009-2013

Bulan Periode 2009-2013 (ton) Rata-rata produksi

bulanan 2009 2010 2011 2012 2013 Januari 61,6330 230,8900 112,7570 369,9950 435,3060 242,1162 Februari 43,1020 215,6890 95,2900 145,6940 357,8690 171,5288 Maret 10,9130 189,9670 127,9010 406,8720 460,9960 239,3298 April 166,8550 324,5690 225,0270 712,9780 501,0110 386,0880 Mei 199,8790 291,5000 326,8250 1024,5790 615,3990 491,6364 Juni 164,9520 159,1700 358,4610 749,0240 594,8710 405,2956 Juli 242,0870 171,1570 490,0430 457,9470 386,4160 349,5300 Agustus 108,4240 159,2150 481,2290 1042,3560 396,7170 437,5882 September 291,9640 229,6190 985,1960 1018,6650 476,0410 600,2970 Oktober 581,5470 348,6230 721,5000 925,9170 730,1960 661,5566 November 426,4450 379,0700 785,1420 1005,2240 762,8990 671,7560 Desember 279,9410 238,9990 490,6100 634,1570 382,2660 405,1946 TOTAL 2577,742 2938,468 5199,981 8493,408 6099,987 5061,9172

Sumber: TPI dan UPT PPI Muara Angke 2009-2013, diolah kembali

Lampiran 3 Data upaya penangkapan cumi-cumi tahun 2009-2013

Bulan Periode 2009-2013 (unit) Rata-rata effort

bulanan 2009 2010 2011 2012 2013 Januari 81 189 206 235 235 189,2 Februari 69 174 147 96 239 145 Maret 117 210 180 188 234 185,8 April 240 225 249 223 292 245,8 Mei 241 254 242 284 333 270,8 Juni 249 200 244 215 369 255,4 Juli 272 173 243 177 301 233,2 Agustus 268 223 165 284 294 246,8 September 180 213 241 230 267 226,2 Oktober 330 163 198 270 386 269,4 November 269 239 252 282 379 284,2 Desember 318 245 251 312 363 297,8 TOTAL 2634 2508 2618 2796 3692 2849,6

(37)

27 Lampiran 4 Nilai Catch Per Unit Effort

Bulan CPUE (ton/unit) Rata-rata CPUE

2009 2010 2011 2012 2013 Januari 0,7609 1,2216 0,5474 1,5744 1,8524 1,1913 Februari 0,6247 1,2396 0,6482 1,5176 1,4974 1,1055 Maret 0,0933 0,9046 0,7106 2,1642 1,9701 1,1685 April 0,6952 1,4425 0,9037 3,1972 1,7158 1,5909 Mei 0,8294 1,1476 1,3505 3,6077 1,8480 1,7566 Juni 0,6625 0,7959 1,4691 3,4838 1,6121 1,6047 Juli 0,8900 0,9893 2,0166 2,5873 1,2838 1,5534 Agustus 0,4046 0,7140 2,9165 3,6703 1,3494 1,8109 September 1,6220 1,0780 4,0880 4,4290 1,7829 2,6000 Oktober 1,7623 2,1388 3,6439 3,4293 1,8917 2,5732 Nopember 1,5853 1,5861 3,1156 3,5646 2,0129 2,3729 Desember 0,8803 0,9755 1,9546 2,0326 1,0531 1,3792 TOTAL 10,8104 14,2336 23,3648 35,2580 19,8695 20,7073

Sumber: TPI dan UPT PPI Muara Angke 2009-2013, diolah kembali

Lampiran 5 Perhitungan indeks musim penangkapan cumi-cumi

Tahun Bulan Produksi Trip CPUE RG i RGP i Rb i

2009 Januari 61,6330 81 0,7609 Februari 43,1020 69 0,6247 Maret 10,9130 117 0,0933 April 166,8550 240 0,6952 Mei 199,8790 241 0,8294 Juni 164,9520 249 0,6625 Juli 242,0870 272 0,8900 0,9009 0,9201 0,9674 Agustus 108,4240 268 0,4046 0,9393 0,9649 0,4193 September 291,9640 180 1,6220 0,9905 1,0243 1,5835 Oktober 581,5470 330 1,7623 1,0581 1,0893 1,6179 Nopember 426,4450 269 1,5853 1,1204 1,1337 1,3984 Desember 279,9410 318 0,8803 1,1469 1,1525 0,7639 2010 Januari 230,8900 189 1,2216 1,1580 1,1622 1,0512 Februari 215,6890 174 1,2396 1,1663 1,1792 1,0512 Maret 189,9670 210 0,9046 1,1921 1,1694 0,7735 April 324,5690 225 1,4425 1,1468 1,1624 1,2409 Mei 291,5000 254 1,1476 1,1781 1,1782 0,9741 Juni 159,1700 200 0,7959 1,1782 1,1822 0,6732 Juli 171,1570 173 0,9893 1,1861 1,1580 0,8543 Agustus 159,2150 223 0,7140 1,1299 1,1053 0,6460 September 229,6190 213 1,0780 1,0807 1,0726 1,0051 Oktober 348,6230 163 2,1388 1,0645 1,0420 2,0525 Nopember 379,0700 239 1,5861 1,0196 1,0280 1,5428

(38)

28 Desember 238,9990 245 0,9755 1,0365 1,0645 0,9164 2011 Januari 112,7570 206 0,5474 1,0926 1,1354 0,4821 Februari 95,2900 147 0,6482 1,1782 1,2700 0,5104 Maret 127,9010 180 0,7106 1,3618 1,4872 0,4778 April 225,0270 249 0,9037 1,6126 1,6753 0,5394 Mei 326,8250 242 1,3505 1,7380 1,8017 0,7496 Juni 358,4610 244 1,4691 1,8655 1,9063 0,7707 Juli 490,0430 243 2,0166 1,9471 1,9899 1,0135 Agustus 481,2290 165 2,9165 2,0327 2,0689 1,4097 September 985,1960 241 4,0880 2,1051 2,1657 1,8876 Oktober 721,5000 198 3,6439 2,2262 2,3218 1,5694 Nopember 785,1420 252 3,1156 2,4174 2,5114 1,2406 Desember 490,6100 251 1,9546 2,6055 2,6894 0,7268 2012 Januari 369,9950 235 1,5744 2,7734 2,7971 0,5629 Februari 145,6940 96 1,5176 2,8209 2,8523 0,5321 Maret 406,8720 188 2,1642 2,8837 2,8979 0,7468 April 712,9780 223 3,1972 2,9121 2,9032 1,1013 Mei 1024,5790 284 3,6077 2,8943 2,9130 1,2385 Juni 749,0240 215 3,4838 2,9317 2,9349 1,1870 Juli 457,9470 177 2,5873 2,9382 2,9497 0,8771 Agustus 1042,3560 284 3,6703 2,9613 2,9605 1,2398 September 1018,6650 230 4,4290 2,9596 2,9516 1,5006 Oktober 925,9170 270 3,4293 2,9435 2,8817 1,1900 Nopember 1005,2240 282 3,5646 2,8200 2,7467 1,2978 Desember 634,1570 312 2,0326 2,6734 2,5954 0,7831 2013 Januari 435,3060 235 1,8524 2,5174 2,4631 0,7521 Februari 357,8690 239 1,4974 2,4088 2,3121 0,6476 Maret 460,9960 234 1,9701 2,2154 2,1051 0,9358 April 501,0110 292 1,7158 1,9949 1,9308 0,8886 Mei 615,3990 333 1,8480 1,8667 1,8021 1,0255 Juni 594,8710 369 1,6121 1,7374 1,6966 0,9502 Juli 386,4160 301 1,2838 1,6558 Agustus 396,7170 294 1,3494 September 476,0410 267 1,7829 Oktober 730,1960 386 1,8917 Nopember 762,8990 379 2,0129 Desember 382,2660 363 1,0531 Jumlah 25309,5860 14248 1,7764 90,7838 89,5055 48,3659 421,8264 237,46667 1,7764

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 12 April 1993 dari ayah Mohammad Abdoerrosif dan ibu Tutik Rahmawati. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara, dengan adik laki-laki bernama Achmad Khoiruroziqin. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kraksaan dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kapal Perikanan pada tahun ajaran 2013/2014 dan asisten praktikum Kepelautan tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) 2011/2012 dan anggota Departemen Penelitian Pengembangan dan Keprofesian Himafarin 2012/2013.

Penulis juga pernah menerima penghargaan kelompok terbaik dalam

Communication Day. Selain itu penulis juga memiliki pengalaman kerja sebagai

enumerator penelitian dengan judul “Model Pengembangan Rumpon ebagai Alat antu Dalam Pemanfaatan umberdaya Ikan una ecara erkelanjutan” pada September 2013 dan sebagai surveyor pada Indo Survey dan Strategi pemilu legislatif pada April 2014. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penangkapan Jaring Cumi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711”.

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 2 Spesifikasi alat tangkap jaring cumi
Gambar 3 Kapal unit penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke
Gambar 4 Hasil tangkapan cumi-cumi berdasarkan ukurannya  Operasi Penangkapan Ikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan membuat bata ringan dengan bahan tambah foam agent dan serbuk gypsum menggunakan agregat halus yaitu pasir kali woro dan pasir kuarsa

Hal ini dapat dilihat dalam Axe versi “harga minim” visualisasinya adalah seorang perempuan yang membangun citra pigura dengan mononjolkan ciri biologis dan citra

Minyak eucalyptus dari klon 77 memiliki nilai rendemen dan kadar sineol yang lebih tinggi dibandingkan lainnya.. 82 UCAPAN

Teknik ini dilakukan dengan melihat data-data sekunder yang telah di sediakan oleh Bank Indonesia yang meliputi data tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan

Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas.. Universitas

berorientasi pada konsumen daripada pesaing. Persaingan antara toko atau kios yang berada di pasar tradisional dengan toko modern memang tidak bisa dihindari. Kehadiran

Dari hasil uji coba diperoleh bahwa efek potensial media pembelajaran menggunakan macromedia flash terhadap pemahaman konsep siswa berada dalam kategori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui variasi genotip dari kerbau lokal Toraja Utara, media ajar sebagai hasil