• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) “EKOWISATA MANGROVE WONOREJO” SURABAYA (Studi Deskriptif Kuantitatif Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Ekowisata Mangrove Wonorejo” Oleh PT.Pertamina (PERSERO) Marketing Op

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) “EKOWISATA MANGROVE WONOREJO” SURABAYA (Studi Deskriptif Kuantitatif Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Ekowisata Mangrove Wonorejo” Oleh PT.Pertamina (PERSERO) Marketing Op"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

(PERSERO) Marketing Operation Region V Sur abaya)

SKRIPSI

Oleh :

HYRNANDA PUSPITASARI 1043010061

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pr ogram Corporate Social Responsibility (CSR) “ Ekowisa ta Mangrove Wonorejo” Sur abaya (Studi Deskr iptif Kuantitatif Efektivitas Progra m

Corporate Social Responsibility (CSR) “Ekowisata Ma ngr ove Wonorejo” Oleh

PT.Per tamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Sur abaya)”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan – kekurangan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu, penulis juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

(3)

4. Dosen – dosen Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur (Bu Syafrida, Bu Ade, Bu Heidy, Abi) terima kasih untuk segala ilmunya.

5. Mbak Alih Istik Wahyuni selaku Asst Customer Relations PT. Pertamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Surabaya, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membantu pengerjaan skripsi ini.. Be Success mbak Alih..

6. Mamaku Tercinta dan Papaku Tersayang yang selalu menjadi tujuan utamaku agar aku selalu melakukan yang terbaik untuk Mama dan Papa. Love You mom

and dad..

7. Adekku Hyrnanda Era Dewanti dan Hyrmawan Taufan Dewantara, terimakasih adek-adekku yang selalu memberi semangat dan selalu mendampingi saat pengerjaan skripsi, baik di rumah maupun di luar sampai larut malam.

8. My Lovely Teettoot Chris Ellmanda, yang selalu mensupport aku, selalu bersedia

menjadi tempat curahan dan selalu memberikan ilmu banyak serta saran tentang pengerjaan skripsi ini, Love you dear..

9. My Partner Fiddien Merinda, Terima kasih banyak atas waktu, support,

kerjasama, nasihat, sharing pendapat, dan semuanya..Sahabat Seperjuanganlah.. 10.Sahabat-sahabat luar biasa yang tak sekedar memotivasi dari sebelum

berlangsungnya proses skripsi hingga selesainya skripsi ini, sekaligus menjadi

moodboster for me: Yunita Mariana (si konyol), Indah Safitri (si straight face),

(4)

11.Laboratorium UPN Televisi, teman-teman seperjuangan angkatan 9 UPNTV (Mbak Fifi, Jojo, Umik, Bonek, Enta, Ahong, Repo, Yayas, Riri, Icha, Heni) terimakasih atas semangatnya. Lulus bareng ayo rek..

12.Mbak Nyit, Mas Kiki, Mbak Lila, Mbak Mela, Baim, Amir, Rama, Rizka Yuanita, Dianta Immanuel dan adek-adek UPNTV yang selalu support dan membantu atas pengerjaan skripsi ini. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 28 November 2013

(5)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI……….iii

KATA PE NGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….xvi

ABSTRAKSI………xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

(6)

2.2.3. Tujuan Komunikasi………... 18

2.2.4. Strategi Komunikasi……….. 18

2.2.5. Hambatan Komunikasi……….. 20

2.2.6. Interaksi Dalam Perspektif Sosiologi……… 21

2.3. Public Relations ... 24

2.3.1. Pengertian Public Relations………... 24

2.3.2. Tujuan Public Relations………. 25

2.3.3. Hubungan Masyarakat Sebagai Fungsi Manajemen……….. 25

2.4. Corporate Social Responsibility (CSR) ... ..27

2.4.1. Definisi Corporate Social Responsibility……….. 27

2.4.2. Lingkup Corporate Social Responsibility……… 29

2.4.3. Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility………... 30

2.4.4. Dampak Kegiatan Corporate Social Responsibility………. 31

2.4.5. Manfaat Corporate Social Responsibility……… 32

2.5. Efektivitas ... 35

2.5.1. Definisi Efektivitas………...35

2.5.2. Konsep Efektivitas……… ... 36

2.5.3. Efektivitas Komunikasi……… 37

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 48

3.1.1. Definisi Operasional………... 48

3.1.2. Pengukuran Variabel……… .. 57

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 61

3.2.1. Populasi ... 61

3.2.2. Sampel……… 62

3.2.3. Teknik Penarikan Sampel……… ..62

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.4 Metode Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero)………67

4.1.1. Identitas Perusahaan……….68

4.1.2. Visi dan Misi PT.Pertamina (Persero)………..68

4.1.2.1. Visi………..68

4.1.2.2. Misi………..69

(8)

4.1.7. Tata Kelola External Relations Marketing Operation Region V.73 4.1.8. Corporate Social Responsibility Sebagai Bentuk Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan……….77

4.1.8.1. Program CSR External Relations PT.Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V “Ekowisata Mangrove Wonorejo” Surabaya………..79

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data………..79

4.2.1. Identitas Responden……….79

4.2.2. Sumber Informasi……….83

4.2.3. Deskriptif Penelitian Efektivitas………..84

4.2.3.1. Penanaman Mangrove……….85

4.2.3.2. Efektivitas Penanaman Mangrove………...97

4.2.3.3. Jaring Sampah……….98

4.2.3.4. Efektivitas Jaring Sampah……….111

4.2.3.5. Sarana Gazebo………...113

4.2.3.6. Efektivitas Sarana Gazebo………125

4.2.3.7. Walking Track………...127

(9)

5.1. Kesimpulan………..147

5.2. Saran………150

DAFTAR PUSTAKA ... 152

(10)

Mangrove Wonorejo” Oleh PT.Pertamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Surabaya).

Perusahaan perlu membangun citra yang baik terhadap masyarakat sehingga dapat menguntungkan bagi perusahaannya. PT. Pertamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Surabaya memiliki kewajiban untuk ikut bertanggung jawab dalam menyelamatkan kerusakan lingkungan di Surabaya, program Corporate Social Responsibility tersebut adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

The Macro Model Of Public Relations Evaluation digunakan, untuk mengukur Efektivitas suatu program yang dilakukan oleh Public Relations suatu Perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah masyarakat atau pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo yang berusia 17 tahun – 60 tahun yang mengetahui program CSR Pertamina yaitu Ekowisata Mangrove dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe sampling accidental sampling. Berdasarkan teknik sampling tersebut, diperoleh jumlah responden sebanyak 100 orang.

Berdasarkan analisis hasil survey yang dilakukan peneliti mengenai efektivitas program CSR Ekowisata Mangrove Wonorejo, secara keseluruhan total skor dari masing-masing indikator program CSR Ekowisata Mangrove ini dapat disimpulkan termasuk program corporate social responsibility yang efektif.

Kata Kunci : Efektivitas, Corporate Social Responsibility (CSR), The Macro Model Of Public Relations Evaluation

ABSTRACT

The company need to establish a good image to the public so it can be profitable for the company. PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya has a duty to take responsibility in saving the environmental damage in Surabaya, these Corporate Social Responsibility program are Mangrove Ecotourism of Wonorejo Surabaya.

The Macro Model of Public Relations Evaluation is used to measure the effectiveness of a program that conducted by the Public Relations of the company. The research method that used is descriptive quantitative research. The population of this research were societies or visitors of Wonorejo Mangrove Ecotourism who aged 17 – 60 years who know the CSR program of Pertamina that is Mangrove Ecotourism with assuming that the respondents understand what is being researched that in the next it will affect the accuracy of the data that resulted. The sampling technique in this study was using a non-probability sampling technique with accidental sampling type. Based on that sampling technique, the number of respondents was obtained as many as 100 people.

Based on the analysis of the survey results that conducted by researcher on the effectiveness of CSR programs in Wonorejo Mangrove Ecotourism, the overall total score of each Ecotourism Mangrove CSR program indicators can be included that corporate social responsibility program are effective.

(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perusahaan perlu membangun citra yang baik terhadap masyarakat sehingga dapat menguntungkan bagi perusahaannya. Mereka juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif dan menguntungkan adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang dalam menjalankan suatu program. Citra yang menguntungkan bagi perusahaan dapat diperoleh melalui penciptaan program yang berkualitas, akurat dan tepat guna untuk masyarakat sekitar. Sebuah program dapat dikatakan berkualitas jika mampu menguntungkan, bermanfaat, dapat dipertanggungjawabkan, tepat sasaran dan sesuai dengan target yang diinginkan.

(12)

membangun hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar. Program Corporate Social Responsibility sangat penting diterapkan dalam perusahaan, karena nantinya akan muncul keseimbangan antara perusahaan, masyarakat, dan lingkungan sekitar (Salamah,2008).

Meningkatnya jumlah kendaraan , pabrik, penduduk, dan fasilitas yang menunjang aktivitas manusia membuat tingkat polusi udara di dunia semakin meningkat. Tingkat pencemaran di Indonesia sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Menurut World Bank, Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan tertinggi setelah Beijing,New Delhi, dan Mexico City. Tingkat polusi udara diukur dari kadar partikel dalam udara yang disebut PM10. Batas maksimal PM10 yang direkomendasikan WHO adalah kurang dari 20 mikrogram/ m3. Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya memiliki tingkat polusi yang jauh di atas batas aman WHO. Kota Surabaya justru memiliki kualitas udara yang lebih parah dari Jakarta. Dengan kadar polusi PM10 di Kota Jakarta 48,5 mikrogram/m3 per tahun sementara di Surabaya nilainya mencapai 69 mikrogram/m3 per tahun.

(http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/114333, diakses 28 Agustus 2013, 14:30 WIB).

(13)

bakar yang buruk, biasanya memiliki kadar timbal yang tinggi. Selain itu kebakaran hutan dan perindustrian juga cukup berperan. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara tersebut juga mempengaruhi penduduk dan lingkungannya. Dampak lain bagi lingkungan adalah menghambat fotosintesis pada tumbuhan yang merupakan sumber oksigen bagi manusia. ( http://green.kompasiana.com/polusi/2013/01/02/tingkat-pencemaran-udara-

indonesia-tertinggi-ketiga-di-dunia-bagaimana-cara-mengatasinya-520856.html, diakses 27 Agustus 2013, 12:30 WIB).

Di Indonesia telah ditetapkan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengenai kewajiban BUMN Indonesia untuk menyelenggarakan Corporate Social Responsibility atau program Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Sebagai salah satu BUMN PT. Pertamina (Persero) telah melaksanakan program Corporate Social Responsibility dari tahun 1957. Produksi migas Pertamina sebesar 461.640 boepd atau naik tipis dibandingkan dengan capaian 2011 sebesar 457.640 boepd. Peningkatan produksi tersebut juga diikuti dengan penambahan cadangan migas yang mencapai 453,37 juta barel setara minyak selama 2012.

(14)

(MDGs) dan mendukung komitmen Indonesia terhadap program Reducing Emissions Deforestation and Forest Degradation (REDD+), yang merupakan suatu mekanisme global yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi kepada Negara berkembang untuk melindungi hutannya. Hal ini diprioritaskan sekaligus untuk membantu masyarakat dan pemerintah di sekitar unit operasi Pertamina dalam memecahkan permasalahan sosial dan lingkungan. (ht t p:/ / w w w .pert amina.com/ SocialResponsibilit y.aspx), diakses 26 Agustus 2013, 15:15 WIB).

Ernayeti Senior Officer Education PT.Pertamina

“Pertamina sebagai salah satu penghasil energi fosil O2 dan ingin mengimbangi kondisi polusi udara dengan penanaman pohon, sehingga diimbangi dengan penanaman pohon yang nantinya menghasilkan O2.”

(http://m.okezone.com/read/2012/05/16/320/630803), diakses 27 Agustus 2013, 15:30 WIB).

(15)

penanaman Hutan Kota,dll. Pertamina menyesuaikan dana Corporate Social Responsibility dengan keuntungan. Jika untungnya besar, maka dananya juga akan besar. Namun, kecenderungannya naik. Pada 2008 sekitar Rp 80 miliar, pada 2009 sekitar Rp 120 miliar, dan 2010 sampai sebesar Rp 250 miliar.

(http://m.antaranews.com/berita/307540/pertamina-tanam-100-juta-pohon), diakses 26 Agustus 2013, 17:50 WIB).

Mangrove memiliki peranan penting bagi lingkungan sebagai nursery ground untuk menumbuhkan makhluk hidup yang bermanfaat bagi manusia, terutama nilai ekonomi namun tetap bersahabat dengan lingkungan.

Karen Agustiawan Direktur Utama Pertamina

“Mangrove diyakini memiliki nilai ekonomi. Pasalnya dapat memperbaiki habitat satwa dan biota air. Mangrove juga dapat mengurangi terjadinya intrusi air laut. Bahkan juga dapat menstabilkan garis pantai dari gerusan abrasi sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Pohon Mangrove juga mampu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan gas oksigen dua kali lipat dibandingkan pohon lain. Ini artinya, bila suatu daerah mempunyai hutan mangrove yang luas, maka suhu udara makin sejuk dan udara makin sehat.” ( http://www.jurnas.com/mobile-news/47471), diakses 27 Agustus 2013, 18:00 WIB).

(16)

Karen Agustiawan Direktur Utama Pertamina

“Upaya penanaman Mangrove di kawasan Arboretum ini merupakan komitmen Pertamina peduli lingkungan dengan cara memperbaiki ekosistem Mangrove Jakarta. Karen juga menghimbau agar kedepannya mungkin dapat dilakukan kajian lebih lanjut untuk menggali potensi ekonomi dari hutan Mangrove seperti halnya yang dilakukan Pertamina Marketing Operation Region V Surabaya. Buah Mangrove berhasil diolah menjadi produk makanan.”

(http://www.jurnas.com/news/47471/Wujud_Peduli_Lingkungan,_ Pertamina_Tanam_Mangrove/1/Ekonomi/Ekonomi), diakses 27 Agustus 2013, 18:15 WIB).

Pada tahun 2009 di kawasan Mangrove Wonorejo terjadi pembalakan liar dengan pengurangan lahan seluas 5 hektar. Selain itu sejak tahun 2005-2010 luasan hutan mangrove di kelurahan Wonorejo terus mengalami kerusakan sekitar 0,5 ha setiap tahunnya karena abrasi pantai. Asst.Community Development (external relations) Pertamina Marketing Operation Region V Surabaya membuat program Corporate Social Responsibility dikarenakan kondisi hutan Mangrove yang memprihatinkan ini. Sehingga program CSR Pertamina “Ekowisata Mangrove Wonorejo” berfungsi sebagai penyelamat dan upaya melestarikan hutan Mangrove, juga bertujuan agar ekosistem (burung,kera,tumbuhan mangrove) tidak rusak dan punah.

(17)

Ugan Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu

“Kegiatan penanaman mangrove ini merupakan kegiatan Pertamina yang berkesinambungan. Sebelumnya, dalam Corporate Social Responsibility Pertamina juga sudah ditanam 10.000 di tahun 2011. Sehingga total menjadi 20.000 tanaman mangrove”.

Pertamina sendiri juga sudah melakukan berbagai kegiatan pelestarian untuk wilayah itu sejak tahun 2010. Dalam proyek ekowisata mangrove wonorejo, Pertamina mengusung konsep sport, education, dan entertainment, selain itu untuk memenuhi kebutuhan Keluarga dan kalangan muda Surabaya, Pertamina menambah sarana gazebo serta zona penanaman mangrove, walking track berbahan bambu, dan jaring sampah. Tidak hanya itu, sarana rekreasi ini juga didesain bagi pengunjung untuk ikut peduli lingkungan alam dan mencintai ekosistem di kawasan Mangrove.

Ketua Pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo Djoko Suwondo “partisipasi Pertamina sangat membantu mengembalikan ekosistem di sekitar Wonorejo yang batasan tanah dengan laut semakin tergerus (abrasi).”

( http://surabaya.tribunnews.com/2013/03/02/tanam-10-ribu-mangrove-di-hut-ke-10), diakses 27 Agustus 2013, 19:00 WIB).

(18)

yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. Melalui Corporate Social Responsibility bidang lingkungan (Pertamina Sobat Bumi), seperti program Ekowisata Mangrove Wonorejo yaitu Penanaman 10.000 Mangrove, walking track, jaring sampah, dan gazebo sebagai upaya para pekerja Pertamina turun langsung melestarikan lingkungan dan mengimbangi kondisi polusi udara dengan penanaman pohon sehingga nantinya menghasilkan oksigen. Selain itu, program Corporate Social Responsibility ini memiliki tujuan yaitu meningkatkan kesehatan bumi dan lingkungan kita. Dari program Mangrove ini, Pertamina juga dapat mempersuasif orang lain atau pihak lain untuk juga waspada dan mencintai lingkungan. Daya tarik lainnya dari mangrove Wonorejo Surabaya adalah menjadi satu diantara dua kawasan mangrove di Indonesia yang bakal dijadikan percontohan dalam proyek Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS). Bozem Wonorejo, di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), yang masih dalam tahap pengembangan, selain difungsikan sebagai bendungan juga bermanfaat sebagai wisata air dan ekowisata. Ide pengembangan wisata mangrove Surabaya ini, sekaligus sebagai upaya untuk memanfaatkan waduk untuk mengendalikan banjir.

(19)

Ketua pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo Djoko Suwondo “Tempat ini memiliki potensi besar untuk menarik pengunjung datang berwisata pantai dan wisata hutan bakau yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan mangrove.” ( http://www.ekowisata-mangrove-wonorejo.com/surabaya%20patut%20berbangga.html), diakses 2 September 2013, 12:15 WIB).

Ada dua pilihan untuk pengunjung menikmati pemandangan alam hutan mangrove yang gratis dan berbayar. Jika pengunjung memilih yang tidak berbayar atau gratis, maka bisa melalui jalan setapak sejauh sekitar 500 meter menyusuri pinggiran sungai. Pilihan menikmati keindahan hutan mangrove lainnya yaitu dengan menyewa perahu seharga Rp 25.000,-/orang. Terdapat dermaga kecil di pintu masuk objek wisata yang letaknya di pinggiran sungai. Perahu yang mengantarkan kita menuju ke muara sungai dan langsung berjumpa dengan laut bagian timur Surabaya, muat sekitar 20 orang dewasa. Tiba di pondok bambu yang sengaja dibangun untuk tempat peristirahatan bagi pengunjung dan sebagai salah satu spot andalan ekowisata hutan mangrove ini. Ada dua pondok yang dibangun dengan jarak yang berdekatan. Satu diantaranya dibangun 2 tingkat sehingga dari lantai bagian atas, kita dapat melihat pemandangan hutan bakau secara keseluruhan dan laut lepas. ( http://palingindonesia.com/ekowisata-mangrove-alternatif-spot-liburan-di-surabaya/), diakses 2 September 2013, 13:05 WIB).

Iswandi Pengurus Ekowisata Mangrove Wonorejo

(20)

Karena masih terdapat kritik dan saran dari pengunjung mengenai masih ada sampah yang masuk ke dalam Hutan Mangrove dari sungai Jagir dan tidak adanya sarana bermain anak-anak di lokasi wisata, tetapi Mangrove Wonorejo Surabaya menjadi satu diantara dua kawasan Mangrove di Indonesia yang dijadikan percontohan dalam proyek Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS).

(21)

Efektivitas mengenai Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya menarik untuk diteliti mengingat Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya adalah program Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pertamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Surabaya untuk turut mengimbangi kondisi polusi udara dengan penanaman pohon serta untuk meningkatkan kesehatan bumi dan lingkungan kita, sebagaimana menurut data WHO, Surabaya merupakan salah satu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Indonesia. Dengan penggunaan variabel efektivitas diharapkan Peneliti mendapat uraian persamaan tujuan dan harapan perusahaan dalam meningkatkan reputasi atau citra perusahaan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pr ogram Corporate Social Responsibility (CSR) “Ekowisata Mangr ove Wonor ejo” Sur abaya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah “Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Ekowisata Mangrove Wonorejo” Surabaya”.

1.3. Tujuan Penelitian

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain : 1. Bagi Peneliti

Berguna untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah mengenai studi Ilmu Komunikasi beserta media komunikasi perusahaan dalam meningkatkan reputasi dan citra perusahaan yang akan sangat menambah pengetahuan Peneliti.

2. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini dapat memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan program Corporate Social Responsibility lainnya terutama untuk Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dalam efektivitasnya.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

(23)

2.1. Penelitian Ter dahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang menjadi rujukan penulis diantara :

Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Prajarto jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM, didalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Publisitas Dala m Menilai Reputasi Institusi”. Upaya menjaga reputasi ini dapat dilakukan dengan memahami publisitas media, pengukuran tentang tingkat efektivitas publisitas serta metode monitoring ini secara umum dapat dilakukan berbagai institusi. Dan hasil dari penelitian tersebut menguraikan bahwa pada pemahaman tentang reputasi institusi merupakan aset berharga perusahaan yang harus dijaga. Upaya menjaga reputasi ini dapat diketahui dengan memahami kegiatan publisitas media. Pengukuran tingkat efektivitas publisitas dapat membantu pihak institusi dalam mengenali reputasinya, maka hal-hal yang terkait dengan masalah publisitas perlu diperhatikan secara reguler dan berkesinambungan.

(24)

Per usahaan PT. Riau Andala n Pulp And Paper di Desa Ranta u Pa njang Kecama ta n Koto Gasib Kabupaten Siak”. PT. Riau Andalan Pulp And Paper adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pulp dan kertas. Sebagai perusahaan terbesar berskala internasional PT. Riau Andalan Pulp And Paper telah melaksanakan program tanggung jawab social perusahaan di bawah satu departemen khusus dengan community empowerment sebagai target sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Riau Andalan Pulp And Paper di Desa Rantau Panjang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak efektif atau tidak. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari enam indikator efektivitas tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu : pemahaman program, ketepatan sasaran, ketepatan waktu, tercapainya target, tercapainya tujuan dan perubahan nyata, maka ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan sudah efektif. Mayoritas respondennya berpendapat bahwa dengan adanya program CSR (

Corporate Social Responsibility ) PT. Riau Andalan Pulp And Paper di Desa

(25)

Sehingga dengan memperhatikan dari hasil rujukan penelitian terdahulu, Peneliti ingin lebih membuktikan kembali pada era terkini bahwa dengan penggunaan program Corporate Social Responsibility sebagai alat bantu perusahaan (sebagai media komunikasi) mampu mendongkrak citra perusahaan. Dan ketertarikan Peneliti diantara penelitian terhadap efektivitas program CSR (Corporate Social Responsibility) Ekowisata Mangrove Wonorejo oleh PT. Pertamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Surabaya.

2.2. Landasa n Teor i

2.2.1. Definisi Komunika si

Menurut Djamarah (2004:11), secara etimologi atau menurut asal katanya istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu Communicatio, yang mengakar katanya adalah communis, tetapi bukan partai komunis dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “Berbagi Pengalaman” sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2001:42).

(26)

komunikasi pernyataan dinamakan pesan, orang yang menyampaikan pesan disebut Komunikator, sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama Komunikan. Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh Komunikator kepada Komunikan (Effendy, 2003:28).

Agar komunikasi berlangsung dengan baik, pesan yang merupakan perangsang bagi seorang penerima, harus dikirim dan diterima secara baik pula. Pesan-pesan tersebut dapat berupa hal yang dapat didengar, dilihat, dirasakan, dibaui, atau gabungan dari hal-hal tersebut. Komunikasi tidak harus menggunakan mulut, melainkan juga dapat menggunakan gerak isyarat, sentuhan, bau-bauan, sama halnya dengan menggunakan suara (Winarso, 2005:9).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. (Djamarah, 2004:12).

2.2.2. Faktor -Fa ktor Penunjang Komunikasi Efektif

(27)

1. Faktor pa da komponen Komunika n

Dengan memperhatikan keempat syarat diatas jelas diketahui mengapa para Komunikator harus mengenal dan mengetahui tujuan Komunikan, sebabnya adalah karena sangat penting mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a.Waktu (timing) yang tepat untuk suatu pesan

b. Bahasa yang dipergunakan agar pesan dapat dimengerti c. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif d. Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan 2. Faktor pa da komponen Komunika tor

Ditinjau dari komponen Komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif terdapat dua faktor penting pada diri Komunikator, yakni :

a. Kepercayaan kepada Komunikator (Source Credibility)

(28)

b. Daya tarik Komunikator (Source Tractiveness)

Seorang Komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak Komunikan merasa bahwa Komunikator ikut serta merasakan apa yang dirasakan Komunikan. Misalnya, Komunikator dianggap memiliki kesamaan tertentu dengan Komunikan, sehingga Komunikan bersedia untuk tunduk kepada pesan yang disampaikan.

2.2.3. Tujuan Komunikasi

Menurut Effendy di dalam bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi dan Filsafat Komunikasi” (2003:55), Komunikasi memiliki beberapa tujuan utama yakni :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

2.2.4. Str ategi Komunika si

(29)

yang dilakukan oleh seorang Public Relations harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan yang dilakukan bisa berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi yang ada (Effendy, 2003:32).

Strategi komunikasi sangat penting dalam komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Dilain pihak, tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin modern kini banyak dipergunakan, karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif (Effendy, 2003:299).

Untuk memastikan bahwa Komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Ada kata yang orang sudah mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya dimotivasi (to motivate action). Strategi komunikasi sudah tentu bersifat makro yang dalam prosesnya berlangsung secara vertikal piramida.

(30)

ini ialah karena berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan antropologis, mungkin pula politis dan ekonomis (Effendy, 2005:33).

2.2.5. Ha mbatan Komunikasi

Di dalam penyampaian suatu pesan pasti terdapat suatu hambatan yang dapat mengganggu berjalannya proses komunikasi. Adapun hambatan-hambatan yang ada ketika proses komunikasi sedang berlangsung adalah sebagai berikut (Napitupulu,2011) :

1. Gangguan

Terdapat dua jenis gangguan yang sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.

a. Gangguan mekanik atau mechanical noise ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh, bunyi menggaung pada pengeras suara, riuh hadirin, atau bunyi kendaraan yang lewat ketika seseorang sedang berpidato dalam suatu pertemuan.

b. Gangguan semantik atau semantic noise berkaitan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak atau tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Komunikator.

2. Kepentingan

(31)

yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian Komunikan saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku Komunikan juga merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda satu sama lain dari waktu ke waktu, karenanya motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang pun berbeda-beda dalam intensitasnya.

4. Prasangka

Prasangka (prejudice) merupakan salah satu rintangan berat bagi kegiatan komunikasi. Alasannya, orang yang mempunyai prasangka sudah terlebih dahulu akan menempatkan penilaian negatif misalnya seperti kecurigaan terhadap Komunikator yang sedang menyampaikan pesan.

2.2.6 Inter aksi Dalam Per spektif Sosiologi

(32)

perubahan. Perubahan ini dianggap sebagai suatu yang wajar sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan kondisi fisik masyarakat. Oleh karena itu, prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia karena kualitas SDM tersebut sering menjadi titik permasalahan bagi setiap orang, kurang aktifnya seseorang dapat menjadi penghambat dalam melakukan suatu kegiatan. Segala fenomena dan gejala yang terjadi dalam masyarakat begitu luas dimana segala urusan yang menyangkut aspek kehidupan manusia pada hakekatnya merupakan masalah sosial. Pada dasarnya, masalah sosial merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi yang tidak dikehendaki, oleh karenanya wajar kalau kemudian selalu mendorong adanya usaha untuk mengubah dan memperbaikinya. Agar lebih berdaya guna, upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan terutama dalam masalah tersebut perlu dilandasi oleh analisis untuk memperoleh pemahaman tentang kondisi dan latar belakang gejala yang disebut masalah sosial tadi (Soetomo, 2008:10). Ada 3 tahap dalam upaya penanganan masalah sosial antara lain :

1. Tahap Identifikasi yaitu; untuk membuka kesadaran dan keyakinan bahwa dalam kehidupan masyarakat terkandung gejala masalah sosial. 2. Tahap Diagnosis yaitu sebagai; upaya untuk mencari dan mempelajari

(33)

3. Tahap Treatment yaitu; pemecahan masalah sosial yang didasari oleh hasil diagnosis.

Dalam interaksi sosial, pada taraf pertama akan terlihat bahwa perusahaan akan berusaha untuk menguasai lingkungan masyarakat supaya interaksi sosial berlangsung dengan seimbang, dimana terjadi pengaruh mempengaruhi antara kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak ada mempengaruhi sistem syarafnya, sebagai akibat dari hubungan yang dimaksud (Soekanto, 1990:69), begitu juga sebagaimana hal nya dengan perusahaan yang berdiri di lingkungan masyarakat, Perusahaan tersebut akan melakukan pendekatan atau interaksi dengan para anggota masyarakat misalnya, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, ketua adat, maupun para pemuka agama.

(34)

Pola interaksi senantiasa mengacu pada hubungan yang lebih teratur antara individu-individu, sekaligus juga dengan sendirinya memperlihatkan bahwa gugusan atau tindakan-tindakan yang dilakukan tidak dengan asal sembarangan saja. Individu mengikuti kebiasaan yang teratur ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya (Napitupulu,2011).

2.3. Public Relations

2.3.1. Penger tian Public Relations

Ditinjau melalui etimologis, Public Relations (PR) terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Public dan Relations. Dalam bahasa Indonesia, kata pertama berarti publik dan kata kedua berarti hubungan-hubungan. Maka, Public

Relations berarti hubungan-hubungan dengan publik.

Secara sederhana praktisi Public Relations adalah menjadi penghubung antara lembaga publik dengan masyarakat luas, agar tercapai saling pengertian, kerjasama dan sinergi yang positif antara berbagai pihak yang ada. Dalam konteks lembaga publik seperti BUMN, peran Public

Relations adalah melayani dan mengembangkan dukungan publik guna

mencapai tujuan organisasi yang terpenting.

(35)

kebutuhan organisasi. Pesan-pesan ini dapat dikomunikasikan melalui media massa atau media lain yang dipilih sesuai dengan target sasaran.

2.3.2. Tujuan Public Relations

Seorang praktisi Public Relations harus merumuskan tujuan secara jelas, spesifik dan dinyatakan dalam bentuk pernyataan tertulis tentang apa saja yang mesti dicapai Public Relations dalam periode waktu tertentu.

Public Relations di perusahaan memiliki tujuan antara lain:

1. Menciptakan Pemahaman (Mutual Understanding) antara Perusahaan dan Publiknya.

2. Membangun Citra Korporat (Corporate Image) 3. Citra Korporat Melalui Program CSR

4. Membentuk Opini Publik yang Favorable

5. Membentuk Good Will dan Kerjasama (Kriyantono, 2008: 5-17).

Lebih signifikan bahwa Public Relations bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi dari pada publik yang bersangkutan, dan memperbaiki jika citra itu menurun atau pun rusak (Yulianita, 2007 : 42).

2.3.3. Hubungan Masyar aka t Sebaga i Fungsi Mana jemen

(36)

1. Hubungan Ke Dalam

Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, Manusia-manusia yang menjadi sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar. Hubungan ke dalam pada umumnya adalah hubungan dengan para karyawan.

2. Hubungan Ke Lua r

Hubungan ke luar atau bisa disebut External Public Relation seperti dilakukan dengan khalayak di luar organisasi. Khalayak mana yang harus menjadi sasaran pembinaan hubungan bergantung pada sifat dan ruang lingkup organisasi itu sendiri. Meskipun demikian ada beberapa khalayak yang sama-sama menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus senantiasa menjalin hubungan antara lain :

1. Hubungan Dengan Masyarakat Sekitar

(37)

2. Hubungan Dengan Jawatan Pemerintah

Sebuah organisasi kekaryaan tidak bisa tidak akan mempunyai hubungan dengan jawatan-jawatan pemerintah. Pembinaan hubungan dengan jalan memelihara komunikasi akan banyak membantu lancarnya External Public Relations. Bila dijumpai kesulitan-kesulitan, dapat segera dipecahkan karena hubungan baik antara terpelihara sejak semula.

3. Hubungan Dengan Pers

Hubungan baik senantiasa untuk mencapai dipelihara dengan media massa akan membantu lancarnya publikasi. Press Release yang dikirimkan kepada media massa dengan permintaan untuk disiarkan.

2.4. Corporate Social Responsibility ( CSR )

2.4.1. Definisi Corporate Social Responsibility

(38)

adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.

Pada dasarnya CSR merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dalam interaksi dengan berbagai

stakeholders, yang berdasarkan pada prinsip sukarela maupun kemitraan.

Corporate Social Responsibility dalam pemaknaannya tidak dapat

dipisahkan dari maknanya secara filosofis, yang terdiri dari ethics, power,

recognition dan governance yang terkait terhadap aspek social, ecology/

environment, actor and economic.

Makna filosofis ini harus dipandang sebagai satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan, baik dari aspek konsep maupun dari aspek pelaksanaannya (Budimanta, 2004).

(39)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program Public Relation

untuk melibatkan diri mengatasi persoalan-persoalan sosial di lingkungannya. CSR adalah mengintegrasikan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholdernya. CSR ada yang menyebutkan sebagai Community Development atau filantropi atau keikhlasan berbagi adalah investasi sosial perusahaan yang bersifat jangka panjang. Secara berangsur akan terbentuk citra positif terhadap kegiatan sosial yang dilakukan. Beberapa kegiatan menjadi trend mark perusahaan yang berpengaruh dalam pembuatan merek produk (Kriyantono, 2008:16).

2.4.2. Lingkup Corporate Social Responsibility

Kegiatan tanggung jawab sosial Perusahaan memiliki empat lingkup diantaranya (Keraf, (1998) dalam Napitupulu (2011)) :

(40)

2. Keuntungan ekonomis, karena akan menimbulkan citra positif bagi perusahaan, hal ini akan membuat masyarakat lebih menerima kehadiran produk perusahaan.

3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik dalam kegiatan bisnis atau kegiatan sosial, agar bisnis berjalan secara baik dan teratur.

4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.

2.4.3. Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility

Menurut Helena Olii, berbagai bentuk implementasi CSR dapat dijelaskan sebagai berikut (Napitupulu, 2011) :

1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak berbahaya, serta memberikan informasi dan petunjuk yang jelas mengenai pemakaian yang benar atas produk-produk perusahaan, termasuk informasi atas suku cadang dan pelayanan purna jualnya serta informasi lain yang harus diketahui konsumen.

(41)

3. Komunitas dan Lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan hidup, baik di lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain yang membutuhkan. Kegiatan terhadap komunitas ini antara lain berupa kegiatan donor darah dengan melibatkan seluruh karyawan, memberikan bantuan kepada daerah yang terkena musibah.

4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan dan pemeliharaan secara rutin atas fasilitas dan lingkungan kantor sesuai petunjuk dan instansi terkait.

2.4.4. Dampak Kegiata n Corporate Social Responsibility

Terdapat beberapa dampak pada masyarakat yang muncul dari kegiatan-kegiatan CSR, antara lain (Napitupulu, 2011) :

1. Mengentaskan kemiskinan, dengan menggunakan pekerja yang berasal dari sekitar perusahaan, mereka dapat menyumbangkan kenaikan angka angkatan kerja dengan menciptakan lapangan kerja, menyediakan pelatihan, menyediakan produk-produk yang disediakan oleh orang-orang kalangan bawah maka secara langsung akan memberikan dampak kepada golongan bawah tersebut.

(42)

3. Meningkatkan standar kesehatan dengan menyediakan sarana serta prasarana yang menunjang kesehatan terutama bagi masyarakat sekitarnya.

2.4.5. Ma nfa at Corporate Social Responsibility

Dalam buku “membedah konsep dan aplikasi CSR” Yusuf Wibisono (2007) menguraikan 10 keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program Corporate Social Responsibility (Astried, 2013), yaitu :

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan images perusahaan Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaiknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak images dan reputasi positif perusahaan. Images atau citra yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan. Layak mendapatkan Social

Licence To Operate.

Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa akan memiliki perusahaan.

2. Mereduksi resiko bisnis perusahaan

(43)

lebih berlipat bila dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program Corporate Social Responsibility. Oleh karena itu, pelaksanaan

Corporate Social Responsibility sebagai langkah preventif untuk

mencegah memburuknya hubungan dengan stakeholders perlu mendapat perhatian.

3. Melebarkan akses sumber daya

Track records yang baik dalam pengelolaan Corporate Social

Responsibility merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang

dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlakukan perusahaan.

4. Membentangkan akses menuju market

Track records yang baik dalam pengelolaan Corporate Social

Responsibility merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang

dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

5. Memperbaiki hubungan dengan Stakeholders

Implementasi Corporate Social Responsibility merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah trust stakeholder kepada perusahaan.

(44)

Perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility umumnya akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat.

7. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

Image perusahaan yang baik dimata Stakeholder dan kontribusi positif

yang diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan dan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka. 8. Peluang mendapatkan penghargaan

Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku

Corporate Social Responsibility sekarang, akan menambah kas bagi

perusahaan untuk mendapatkan reward.

(45)

dalam wujud perhatian perusahaan. Dan tentunya perlakuan sikap perusahaan ini penting untuk menunjang jalan keberhasilan perusahaan.

2.5. Efektivitas

2.5.1. Definisi Efektivitas

Pada umumnya efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi. Padahal suatu tujuan atau saran yang telah tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu efisien. Walaupun terjadi suatu peningkatan efektivitas dalam suatu organisasi maka belum tentu itu efisien. Jelasnya, jika sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat dikatakan efektif. Jadi bila suatu pekerjaan itu tidak selesai sesuai waktu yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan tidak efektif. Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Menurut Effendy efektivitas adalah sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan”(Effendy, 2003:14).

(46)

“efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit”. Hal senada juga dikemukakan oleh Miller dalam Handayaningrat (1996:16) “Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its

goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly

concerned with goal attainments”, yang artinya efektivitas dimaksudkan

sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai tujuannya (Kusdiana,2011).

2.5.2. Konsep Efektivitas

Menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1997:27-29) dalam Kusdiana (2011). Konsep efektivitas terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan tujuan dan pendekatan sistem. Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas didasarkan pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Arus masukan (input) dan keluaran (output) merupakan titik tolak dalam uraian organisasi. Dengan kata lain yang lebih sederhana, organisasi mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas (lingkungan), memproses sumber ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang sudah dirubah (output).

(47)

keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengaturnya, bahkan cara menentukan indikator efektivitas. Efektivitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial seperti : pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Soekanto, 1989:48).

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2001:24).

2.5.3. Efektivitas Komunikasi

(48)

umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang dianggap dan dipahami oleh penerima (Mulyana, 2002:23).

2.5.4. Pendeka tan Ter hadap Efektivitas

Pendekatan terhadap efektivitas dilakukan dengan bagian yang berbeda, dimana perusahaan mendapatkan input berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam perusahaan mengubah input dan output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektivitas terdiri dari :

1. Pendekatan Sasaran

(49)

warga binaan sosial dalam mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu semua warga binaan sosial dapat berfungsi sosial.

2. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu organisasi terhadap lingkungannya, karena perusahaan mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam organisasi dapat diukur dari seberapa jauh hubungan antara warga binaan sosial dengan lingkungan sekitarnya.

3. Pendekatan Proses

(50)

dilakukan terhadap berbagai sumber yang dimiliki organisasi, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan organisasi. Tujuan dari pada pendekatan proses yang dilakukan organisasi adalah bagaimana organisasi mampu menggunakan semua program secara terkoordinir dengan baik kepada warga binaan.

2.5.5. Car a Pengukur a n Ter hada p Efektifitas

Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya. Terdapat beberapa cara pengukuran terhadap efektivitas, sebagai berikut :

1. Keberhasilan sasaran 2. Kepuasan terhadap program 3. Tingkat input dan output

4. Pencapaian tujuan menyeluruh (Campbell, 1989:121).

2.5.6. Ma salah dalam Pengukur an Efektivitas

(51)

pengukuran efektivitas yang dimaksudkan adalah sebagai berikut (Sihombing, 2012) :

1. Masalah kesahihan susunan

Maksud susunan disini adalah suatu hipotesis yang abstrak (sebagai lawan dari yang kongkrit) mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling berhubungan.

2. Masalah stabilitas kriteria

Artinya bahwa banyak kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektivitas pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu berikutnya.

3. Masalah perspektif waktu

Masalah yang ada hubungannya dengan hal di atas adalah perspektif waktu yang dipakai orang pada waktu menilai efektivitas.

4. Masalah kriteria ganda

(52)

5. Masalah ketelitian pengukuran

Pengukuran terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan beberapa nilai atribut dalam rangka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jadi, berbicara mengenai pengukuran efektivitas organisasi, dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini secara konsisten dan tetap.

6. Masalah kemungkinan generalisasi

Apabila berbagai masalah pengukuran di atas dapat dipecahkan, masih akan timbul persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat menyatakan kriteria evaluasi yang dihasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi lainnya. Jadi, pada waktu memilih kriteria orang harus memperhatikan tingkat konsistensi kriteria tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang dipelajari.

7. Masalah relevansi teoritis

Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori-teori dan model-model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan relevansi model-model tersebut.

8. Masalah tingkat analisis

(53)

hubungan yang kritis antara tingkah laku individu dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasilan organisasi. Jadi, hanya ada sedikit integrasi antar model makro dengan apa yang dapat kita sebut model mikro dari karya dan efektivitas (Steers, 1980:61-64).

Ga mbar 2.1.

The Macro Model Of Public Relations Evaluation

Sumber : Macnamara, 2000

Berdasarkan pada gambar model di atas ini, dalam pendekatan model

Macro of PR Evaluation didapati tiga dimensi diantaranya Inputs, Outputs,

(54)
(55)

2.6. Ker angka Ber pikir

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program Public Relation untuk

melibatkan diri mengatasi persoalan-persoalan sosial di lingkungannya. CSR adalah mengintegrasikan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para

stakeholdernya. CSR ada yang menyebutkan sebagai Community Development atau

filantropi atau keikhlasan berbagi adalah investasi sosial perusahaan yang bersifat jangka panjang. Secara berangsur akan terbentuk citra positif terhadap kegiatan sosial yang dilakukan. Beberapa kegiatan menjadi trend mark perusahaan yang berpengaruh dalam pembuatan merek produk (Kriyantono, 2008:16).

Corporate Social Responsibility Pertamina mencakup empat inisiatif

(56)

Pertamina berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan terutama kawasan hutan mangrove di sekitar wilayah operasinya. Pertamina Marketing Operation Region V Surabaya telah melaksanakan program CSR yaitu Ekowisata Mangrove Wonorejo, dengan melakukan penanaman mangrove, fasilitas jaring sampah, sarana gazebo, walking track. Tujuan Program CSR Ekowisata Mangrove Wonorejo selain ingin mengimbangi kondisi polusi udara dengan penanaman pohon, juga meningkatkan kesehatan bumi dan lingkungan kita. Pertamina Marketing Operation Region V Surabaya sebagai anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero) yang bergerak dalam bidang produksi dan distribusi BBM memiliki kewajiban untuk ikut bertanggung jawab dalam menyelamatkan kerusakan lingkungan atau hutan mangrove di Surabaya.

Latar belakang permasalahan dari penelitian ini adalah Efektivitas Program

Corporate Social Responsibility (CSR) “Ekowisata Mangrove Wonorejo” Surabaya.

(57)

Gamba r 2.2. Ker angka Ber pikir

Inputs :

PT. Pertamina (PERSERO) Marketing Operation Region V Surabaya menangkap permasalahan global warming akibat polusi udara di Surabaya meningkat dan program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” sebagai upaya Pertamina menyelamatkan hutan Mangrove dan memperbaiki kerusakan hutan Mangrove. Pertamina juga ikut merespon kebutuhan masyarakat pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo untuk kebutuhan fasilitas dan sarana dari bentuk respon permasalahan polusi udara dan kerusakan hutan.

Outputs :

Program Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya mewujudkan kebutuhan masyarakat melalui program CSR oleh PT.Pertamina Marketing Operation

Region V Surabaya yaitu dalam konsep sport (sarana walking track),

entertainment (sarana gazebo), dan education (sarana jaring sampah dan sarana

tanam mangrove).

Outcomes :

Efektivitas program CSR diukur melalui :

1. perubahan sikap masyarakat (Attitude change) 2. perubahan perilaku masyarakat (Behaviours change)

3. peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat program (Awareness

increase) oleh pengunjung Ekowisata Mangrove Wonorejo.

Hasil dan Kesimpula n :

(58)

48

3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel 3.1.1. Definisi Oper asional

Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada masyarakat yang berusia 17 tahun sampai 60 tahun yang berkunjung di Ekowisata Mangrove Wonorejo dan mengerti tentang program CSR Ekowisata Mangrove Wonorejo oleh PT. Pertamina (PERSERO) Marketing Operation

Region V Surabaya. Semakin efektif suatu program Corporate Social

Responsibility Ekowisata Mangrove Wonorejo, maka akan menimbulkan

dampak atau manfaat yang kuat bagi masyarakat.

Adapun pengukuran Efektivitas ialah dengan menggunakan model

Macro of Public Relations Evaluation, yaitu dengan melihat hasil atau

manfaat (Outcomes) yang dialami dan dirasakan masyarakat mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) Ekowisata Mangrove Wonorejo oleh PT. Pertamina Marketing Operation Region V Surabaya adalah sebagai berikut :

(59)

3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Manfaat Program (

awareness increase ).

Untuk mengukur tiga indikator dalam penelitian ini, berikut akan dipaparkan masing-masing indikator :

1. Perubahan Sikap Masyarakat

Sikap merupakan kecenderungan untuk merespons atau menanggapi sesuatu dengan cara tertentu dan membedakannya dengan yang lain. Sikap lebih merupakan pernyataan atau keputusan untuk menunjukkan kecenderungan terhadap objek ( orang, peristiwa, atau kejadian tertentu ) dalam bentuk penilaian. Penilaian itu, misalnya bersifat suka dan tidak suka (like and dislike), senang dan tidak senang, benar atau salah, dan cepat atau lambat (Syam, 2009:37). Perubahan sikap pengunjung tentang program Corporate Social Responsibility Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dapat dilihat dari aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pengunjung dan afektif yaitu bagaimana perasaan pengunjung terhadap program Corporate Social Responsibility.

2. Perubahan Perilaku Masyarakat

(60)

perilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang (Azwar, 2008:27-28). Perubahan perilaku pengunjung dapat dilihat dari kecenderungan untuk bertindak setelah mendapatkan manfaat dan dampak dari program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”.

3. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat program (awareness

increase).

Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dilihat dari keberadaan program CSR baik dan tepat kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. I. Pena naman Mangrove

• Perubahan sikap masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

(61)

2. Saya mendukung program Penanaman 50.000 Mangrove melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” karena mangrove mampu mengurangi terjadinya intrusi air laut.

• Perubahan perilaku masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

3. Dengan adanya Penanaman 50.000 Mangrove melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” dapat memberikan pendidikan yang positif, yaitu pentingnya penanaman pohon kepada anak-anak muda sehingga dapat terpengaruh untuk melakukan penanaman pohon di rumah atau disekitarnya.

4. Dengan adanya Penanaman 50.000 Mangrove melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” dapat memberikan pendidikan yang positif, bahwa menjaga lingkungan alam itu penting, sehingga perilaku merusak lingkungan alam patut dihindari.

• Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat program

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

(62)

memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di sekitar lokasi Ekowisata Mangrove (ex : buah mangrove diolah menjadi bahan makanan).

6. Dengan adanya Penanaman 50.000 Mangrove melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, saya sadar bahwa mangrove patut dilestarikan karena banyak ekosistem (burung, kera, tumbuhan mangrove) yang hidup disana.

II. J ar ing Sampah

• Perubahan sikap masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

7. Dengan adanya bantuan jaring sampah melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” merupakan upaya untuk menjaring sampah dari sungai Jagir dan selat Madura agar tidak masuk ke lokasi Ekowisata Mangrove Wonorejo.

(63)

• Perubahan perilaku masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

9. Dengan adanya bantuan Jaring sampah melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” memiliki manfaat yang positif yaitu dapat memberikan pendidikan kepada anak-anak muda tentang akibat atau bahaya membuang sampah sembarangan sehingga dapat merubah perilaku membuang sampah sembarangan menjadi membuang sampah pada tempatnya.

10.Dengan adanya bantuan Jaring sampah melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” dapat merubah perilaku masyarakat untuk lebih peduli akan lingkungan terutama membuang sampah pada tempatnya.

• Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat program

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

11.Dengan adanya bantuan Jaring sampah melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, saya semakin sadar bahwa membuang sampah pada tempatnya sangat penting diterapkan.

(64)

yang berserakan di sekitar Ekowisata Mangrove Wonorejo dapat berdampak buruk yaitu menyebabkan kebanjiran.

III.Sara na Gazebo

• Perubahan sikap masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

13.Dengan adanya sarana gazebo melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, memiliki banyak manfaat khususnya sebagai sarana hiburan dan sebagai pemecah ombak laut.

14.Saya senang dengan adanya sarana gazebo melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” dapat dijadikan rest area atau tempat peristirahatan bagi pengunjung dengan didukung pemandangan laut lepas yang menarik.

• Perubahan perilaku masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

(65)

16.Dengan adanya sarana gazebo melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, dapat merubah perilaku masyarakat menjadi senang berlibur di Ekowisata Mangrove dengan menikmati wisata air dan hutan yang berbeda dengan tempat hiburan lain di Surabaya (lebih dekat dengan keindahan alam dan laut lepas).

• Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat program

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

17.Dengan adanya sarana gazebo melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” yang dipergunakan sebagai tempat perkumpulan mahasiswa untuk sharing mengenai tugas kuliah memberikan kesadaran bahwa belajar itu tidak hanya di indoor saja, tetapi belajar di outdoor dengan suasana pemandangan alam itu perlu dicoba, karena belajar di outdoor merupakan cara baru belajar dengan konsep serius tapi santai.

18.Dengan adanya sarana gazebo melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, memberikan kesadaran bahwa gazebo tidak hanya bermanfaat sebagai sarana hiburan tetapi juga berfungsi sebagai pemecah ombak laut.

IV.Walk ing Track

(66)

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

19.Saya mendukung sarana walking track yang terbuat dari bambu melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” untuk dimanfaatkan sebagai sarana olahraga yang langsung menyatu dengan alam.

20.Dengan adanya sarana walking track yang terbuat dari bambu melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” dapat juga dipergunakan sebagai sarana menyalurkan bakat dan seni fotografi.

• Perubahan perilaku masyarakat

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

21.Dengan adanya sarana walking track melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo” memiliki manfaat positif bagi pengunjung supaya melakukan aktivitas olahraga (jalan-jalan pagi) dengan rutin yang dapat bermanfaat bagi kesehatan.

(67)

untuk turut peduli menjaga lingkungan Hutan Mangrove agar kelestarian hutan tetap terjaga.

• Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap manfaat program

Dalam penelitian ini, yang menjadi pernyataan untuk responden, yakni meliputi :

23.Dengan adanya sarana walking track melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, saya sadar akan pentingnya jalan-jalan pagi karena jalan-jalan-jalan-jalan pagi termasuk olahraga yang dapat bermanfaat bagi kesehatan.

24.Dengan adanya sarana walking track melalui program CSR “Ekowisata Mangrove Wonorejo”, saya sadar bahwa kelestarian hutan Mangrove patut dijaga karena selama menyusuri pinggiran sungai melalui walking track masih banyak terlihat berbagai habitat (monyet, dan burung) yang hidup disana.

3.1.2. Pengukur an Var iabel

(68)

tersebut terbagi dalam dua macam kategori jawaban, yaitu “Setuju (S)”, dan “Tidak Setuju (TS)”.

Pengukuran efektivitas dalam penelitian ini menggunakan skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan perilaku seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pemilihan prosedur dalam skala likert dikarenakan relatif mudah dijalankan. Dengan menggunakan skala likert, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan melalui kuesioner.

Pada tahap selanjutnya, dua kategori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut :

Setuju (S) = skor 2 jika responden menyatakan setuju dengan pernyataan yang diajukan m

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan saya untuk bertukar informasi dengan personil lain dalam perusahaan/unit kerja untuk. menghubungkan dan

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Hal ini di ketahui karna pengaruh mikrooarganime yang terdapat dalam EM4 sehinngga mempengaruhi nilai kalor dari hasil fermentasi dimana dalam EM4 terdapat bakteri Lactobacillus,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nutrisi larutan hidroponik memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan jumlah daun (helai), lebar daun (cm), dan

Alahamduliillahirobbil’alamin, segala puji syukur atas kehadirat Allah subhanahuwata’ala (SWT) yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah- Nya kepada penulis

Karena pada panjang gelombang pengukuran (332 nm) tidak terdapat gangguan dari senyawa lain, baik dari pereaksi, pelarut, maupun hasil degradasinya, maka dapat dikatakan bahwa

perangkat akusisi daTI pengolahan data ini adalah masih tingginya frekuensi sinyal yang dapat diolah oleh sistem yang acta sekarang sedangkan kebutuhan untuk analisa sinyal

It will be used for research entitled: Online English Tenses Exercises Using Hot Potatoes Software for Tenth Grade students of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. In giving your opinion