• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP KELOMPOK SUPORTER SEPAK BOLA DI SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PADA HARIAN UMUM JAWA POS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP KELOMPOK SUPORTER SEPAK BOLA DI SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PADA HARIAN UMUM JAWA POS."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

(Study Deskr iptif Sikap Kelompok Supor ter Sepak Bola Di Sur abaya Ter hadap Pember itaan Di Har ian Umum J awa Pos Tentang Lar angan Ber main O leh PSSI

Kepada Pemain Sepak Bola Yang Ber laga Di Liga Pr imer Indonesia Untuk Memper kuat Timnas)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sar jana pada

FISIP UPN : “Veteran” J awa Timur

Oleh :

ALANKO RUDHO WICAKSONO

NPM. 0543010335

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Esa. Karena karuniaNya, penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan penelitian

yang berjudul “SIKAP KELOMPOK SUPORTER SEPAK BOLA DI

SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PADA HARIAN UMUM JAWA

POS TENTANG LARANGAN BERMAIN TIMNAS INDONESIA OLEH PSSI

BAGI PEMAIN SEPAK BOLA YANG BERLAGA DI LIGA PRIMER

INDONESIA (Study Deskriptif Sikap Kelompok Suporter Sepak Bola Di Surabaya

Terhadap Pemberitaan Di Harian Umum Jawa Pos). Tujuan penulis meneliti

pemberitaan ini adalah untuk mengetahui sikap respek atau tidaknya kelompok

supporter di Surabaya pada pemberitaan ini.

Selama melakukan penulisan dalam penelitian, tak lupa penulis

menyampaikan rasa terima kasih pada Pembimbing Penulis Zainal Abidin

Achmad, S.Sos, M.Si. serta pihak-pihak yang telah membantu penulis selama

melakukan Skripsi ini.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga

penulis mendapatkan kemudahan selama proses penelitian dan penyusunan

laporan.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

(3)

dorongan dalam menyelesaikan ujian skripsi ini.

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada:

a. Bapak, Ibu dan adik-adikku, yang telah memberikan dorongan, serta seorang

wanita yang kucinta Ifanna Aroita yang memberikan semangat dan

pengertiannya bagi penulis baik secara moril dan materiil.

b. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada Budis Martabak and musision

Apikal Fam“z, Nyorngat Fam”z, Perwira, PS GU, UKM Musik Satya

Palapa, thanks yang buwanyak

c. Seluruh teman-teman kampus yang bersedia berdiskusi dengan saya dalam

menunjang kegiatan perkuliahan.

d. Dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis, yang

telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,

khususnya teman-teman Program Studi Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 10 Agustus 2011

(4)

HALAMAN PERSETUJ UAN SEMINAR PROPOSAL ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sikap ... 8

2.1.2. Masyarakat Sebagai Khalayak Media Massa ... 10

2.1.3. Pengertian Berita ………. ... 11

2.2. Berita Pada Harian Umum Jawa Pos Tentang Larangan PSSI Bagi Pemain Yang Berlaga di LPI Untuk Memperkuat Timnas ……… 15

2.2.1. Sejarah PSSI ………... 15

2.2.2. Sejarah LPI ……….………….… 18

2.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ………..……….. 19

(5)

3.1.1. Sikap .………...……… ... . 28

3.1.2. Pengukuran Variabel………... 32

3.1.3. Kelompok Suporter Sepak Bola di Surabaya ……….. 36

3.1.4. Berita Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia ………. 37

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.2.1. Populasi ... . 37

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 39

3.3. Sumber dan Jenis Data ... . 41

3.3.1. Sumber Data ……….……… 41

3.3.2 Jenis Data ………..… 41

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 42

3.5. Metode Analisis Data ……….………. 43

3.6. Analisis Deskriptif ……… 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ..……… 46

4.1.1 Gambaran Umum Jawa Pos ……… 46

4.1.2 Berita Larangan Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di LPI Untuk Memperkuat Timnas ... 53

4.2 Penyajian Data Dan Analisis Data ... 54

(6)

4.2.1.4 Pekerjaan Responden ……….…..……….. 57

4.2.1.5 Komunitas Suporter ………... 58

4.3 Deskripsi Subyek ……….……….. 59

4.3.1 Aspek Kognitif ……….. 59

4.3.1.1 Masyarakat Mengetahui Akan Pemberitaan Larangan Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga DI LPI ………..….. 61

4.3.1.2 Kelompok Suporter Di Surabaya Mengetahui Bahwa Keputusan PSSI Dalam Pemberitaan Larangan Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk Memperkuat Timnas Akan Membatasi Potensi Dan Bakat Anak Negeri ………62

4.3.1.3 Pada Pemberitaan Larangan Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk Memperkuat Timnas Dapat Diketahui Bahwa Eksistensi PSSI Dengan Undang-Undangnya Yang Sudah Tertulis ……….. 63

(7)

4.3.2 Aspek Afektif ……….... 66

4.3.2.1 Sikap Responden Senang Dengan Adanya Keputusan

PSSI Dalam Permasalahan Yang Berlangsung …….... 68

4.3.2.2 Responden Cemas Dengan Pemberitaan Pada Harian

Umum Jawa Pos Tentang Keputusan PSSI Terhadap

Pemain Yang Merupakan Anggota LPI …………..…. 69

4.3.2.3 Sikap Responden Merasa Bangga Karena PSSI Membuat

Keputusan Dalam Pemberitaan Larangan Bermain

Timnas Oleh PSSI Kepada Pemain Sepak Bola Yang

Berlaga Di LPI Untuk Memperkuat Timnas ………… 70

4.3.2.4 Responden Merasa Puas Menyikapi Keputusan PSSI

Terkait Pemberitaan Tentang Larangan Bermain Oleh

PSSI Kepada Para Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk

Memperkuat Timnas Karena Berdampak Positif Pada

Seluruh Suporter Terutama Di Surabaya ………… … 71

4.3.2.5 Aspek Afektif Pembaca Tentang Pemberitaan Larangan

Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga Di

LPI Untuk Memperkuat Timnas ………..… 72

(8)

4.3.3.2 Responden Akan Berhati-hati Dalam Merespon Sikap,

Visi, Misi, Baik PSSI Maupun LPI ………..… 76

4.3.3.3 Sikap Responden Akan Tetap Mendukung Pemain Sepak

Bola Anggota LPI Untuk Tetap Bergabung Memperkuat

Timnas ……….. 77

4.3.3.4 Sikap Responden Akan Mengajak Sesama Kelompok

Suporter Di Surabaya Untuk Berdemonstrasi Menentang

Keputusan PSSI ……….... 79

4.3.3.5 Aspek Konatif Pembaca Tentang Pemberitaan Larangan

Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga Di

LPI Untuk Memperkuat Timnas Pada Harian Umum

Jawa Pos ………... 80

4.4 Sikap Pembaca Tentang Larangan Pemberitaan Larangan Bermain

Oleh PSSI Kepada Para Pemain Yang Berlaga Di LPI

Untuk Memperkuat Timnas ………. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….. 86

5.2 Saran ………...………. 88

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Kepada Pemain Sepak BolaYang Ber laga di LPI Untuk memper kuat Timnas

Indonesia)

Penelitian ini didasarkan atas fenomena permasalahan keputusan PSSI yang

memblacklist pemin sepak bola yang berlaga di LPI untuk turut bergabung

memperkuat Tim Nasional Indonesia, termasuk Irfan Bachdim. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kelompok supporter di Surabaya dalam

mengambil sikap-sikap terkait pemberitaan permasalahan pada harian umum Jawa

Pos ini.

Teori yang digunakan yaitu meliputi teori sikap, pengertian pemberitaan dan

teori S-O-R, stimulus berupa pesan mengenai berita olah raga “Laranagn Bermain

Oleh PSSI Kepada seluruh Pemain Sepak Bola Yang Berlaga di LPI Untuk

Memeperkuat Tim Nasional Indonesia”, organisme berupa penerimaan pesan dan

respon yaitu berupa sikap kelompok supporter di Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan analisis

tipe deskriptif. Untuk mengetahui sikap, digunakan pengukuran yang dinyatakan

oleh total skor pernyataan responden mengenai pemberitaan Larangan Oleh PSSI

Kepada Pemain Sepak Bola Yang Berlaga di LPI Untuk Bergabung Memperkuat

Tim Nasional Indonesia pada harian umum Jawa Pos. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari populasi kelompok suporter di

Surabaya yang membaca berita ” Larangan Oleh PSSI Kepada Pemain Sepak Bola

Yang Berlaga di LPI Untuk Bergabung Memperkuat Tim Nasional Indonesia pada

harian umum Jawa Pos”. Terpilih 100 orang dan sampel diperoleh melalui Metode

Kluster banyak tahap (multistage Cluster Sampling) dengan metode analisis data

menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap kelompok suporter atau

komunitas penggemar sepak bola di Surabaya tentang pemberitaan ” Larangan Oleh

PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di LPI Untuk Bergabung Memperkuat Tim

Nasional Indonesia” pada harian umum Jawa Pos, pada aspek kognitif masuk dalam

kategori positif, pada aspek afektif masuk dalam kategori hasil netral, dan pada

aspek konatif juga masuk dalam kategori netral.

(10)
(11)

1.1. Latar Belaka ng Masa lah

Pers termasuk media massa yang sangat penting dalam kehidupan.

Selain memiliki informasi pendidikan dan hiburan, pers juga sebagai alat

perjuangan bangsa. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses

informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pers

juga berfungsi sebagai alat control dalam membatasi kekuasaan,

memberdayakan yang tertindas dari tindakan anarkis (Suroso,2001 : 176 ).

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang

pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut

mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait

erat dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah,

pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi

kebutuhan informasi bagi masyarakatnya ( Djuroto,2002:8 ).

Meskipun peranan pers di tengah-tengah masyarakat mempunyai

“otonomi”, bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri.

Intensitas pers di tengah masyarakat diperlukan oleh masyarakat itu

sendiri. Karena kehidupan pers itu ada keterikatan organisatoris dengan

lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.

Secara fisik, kehidupan pers di Indonesia sekarang ini memang

(12)

penerbitan pers berkembang pesat, baik perusahaan penerbitan media

cetak maupun media elektronik kini jumlahnya telah mencapai ribuan.

Dalam perkembangan pers mempunyai dua pengertian, yakni pers

dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam

pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa

elektronik, radio siaran dan televise. Sedangkan pengertian sempit hanya

terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin.

Masing-masing bentuk media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

akan informasi. Media massa cetak termasuk didalamnya surat

kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai

macam tema untuk berbagai segmen khalayak ( Effendy,1989 :145 ).

Salah satu bentuk media massa cetak yang saat ini juga mengalami

perkembangan yang sangat cepat adalah surat kabar. Djafar Assegaff

dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” menyatakan surat kabar adalah :

“ Surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum (Assegaff,1991:140).”

Tanpa berita, surat kabar mungkin akan ditinggalkan oleh

masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita di surat

kabar sekitar 60-70 persen (Koesworo, Margontoro, Viko, 1994:72). Surat

(13)

pencarian informasi, sehingga berita menjadi muatan yang sangat penting

bagi media cetak.

Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain

berasal dari wilayah nasional juga berasal dari wilayah lokal, hal ini

disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah

mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan

mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan

informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual. Aktualitas sangat

diutamakan dalam pemberitaan semua surat kabar. Semakin lunturnya

keaktualitasan terutama pada pemberitaan surat kabar, maka masyarakat

akan semakin jenuh, lambat laun publik akan berpindah mengkonsumsi ke

media yang lain, bahkan media dalam bentuk lainnya.

Dalam keaktualitasan, media lebih mengutamakan sebuah

pemberitaan yang mengandung polemik atau pro dan kontra. Pada

umumnya pro kontra lebih identik pada suatu pemberitaan yang

menyangkut kepolitikan. Tetapi tidak menutup kemungkinan, suatu hal

pro kontra juga terdapat pada pemberitaan olah raga. Salah satu

pemberitaan yang diulas di surat kabar jawa pos adalah sebuah polemik di

PSSI. Pemberitaan pada edisi bulan januari 2011 adalah berita mengenai

tidak diperbolehkannya pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia

(LPI) untuk mengikuti TIM Nasional Indonesia. LPI hadir karena rasa

(14)

dinilai arogan. Contoh pemain yang dilarang adalah Irfan Bachdim. Irfan

Bachdim adalah salah satu bintang muda timnas sepak bola Indonesia.

Irfan terancam larangan memperkuat timnas berikutnya dikarenakan

masih terikat kontrak dengan Persema Malang, dan Persema adalah salah

satu tim yang telah diblacklist oleh PSSI. Persema diblacklist karenakan

bergabung dengan LPI. LPI adalah suatu organisasi yang dianggap ilegal

oleh PSSI. PSSI menghukum dengan melarang pemain sepak bola yang

berlaga di LPI, untuk turut gabung berlaga memperkuat skuad TIMNAS

Indonesia. PSSI beralasan bahwa, hanya pemain yang berada dalam

organisasi resmi sepak bola saja yang bisa memperkuat TIMNAS.

Sedangkan PSSI adalah satu-satunya induk organisasi sepak bola

Indonesia yang telah diakui FIFA (induk organisasi olahraga sepak bola se

dunia ). Sedangkan LPI adalah organisasi yang bukan di bawah naungan

PSSI, otomatis FIFA tidak mengesahkan organisasi tersebut. (Jawa Pos, 4

januari, 2011).

Melihat uraian di atas, menarik perhatian peneliti untuk meneliti

“Sikap Kelompok Suporter Sepak Bola di Surabaya Terhadap Larangan

Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di

Liga Primer Indonesia Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos”

Sikap yang dimaksud adalah bagaimana respon beberapa

kelompok suporter sepak bola di Surabaya. Sedangkan alasan peneliti

menggunakan pemberitaan media cetak Jawa Pos, karena Jawa Pos

(15)

pemain yang berlaga di LPI untuk bergabung memperkuat TIMNAS,

ditambah lagi Jawa Pos adalah surat kabar terbesar di Surabaya.

Untuk objek penelitiannya, peneliti memilih kota Surabaya. Karena

Surabaya adalah Ibukota Jawa Timur. Jawa Timur merupakan Barometer

sepak bola di Indonesia. Ditambah lagi, karena Surabaya memiliki suatu

kelompok suporter (pendukung Persebaya Surabaya) dinamakan BONEK

(bondo nekat) dan sekaligus sebagai salah satu responden. Alasan peneliti

memilih BONEK sebagai responden, karena setelah peneliti mengadakan

pra penelitian, BONEK merupakan salah satu komunitas penggemar sepak

bola (pendukung Persebaya Surabaya) yang sangat fanatik di Indonesia

dari beberapa suporter-sopurter fanatik yang lain di Jawa Timur, seperti

Aremania (suporter Arema Indonesia Malang), Ultras Mania ( Seporter

Gresik United), LA Mania ( suporter Persela Lamongan), Delta Mania (

suporter DELTRAS Sidoarjo, serta beberapa suporter lain di Jawa Timur.

Selain BONEK, peneliti juga memilih beberapa komunitas kelompok

suporter sepak bola lainnya, diantaranya INDO BARCA Surabaya

(komunitas fans club FC. Barcelona di Surabaya) dan RED ARMY

(komunitas fans club Manchaster United di Surabaya)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

(16)

larangan pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI) untuk

memperkuat TIM Nasional Indonesia.

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap warga Surabaya

khususnya para Komunitas penggemar sepakbola dan mereka yang

pembaca harian umum Jawa Pos tentunya.

a. Sikap kelompok suporter sepak bola yang mendukung terhadap

larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat TIMNAS

pada pemberitaan media cetak.

b. Sikap kelompok suporter sepak bola yang netral, tidak tahu menahu

tentang larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat

TIMNAS pada pemberitaan media cetak.

c. Sikap kelompok suporter sepak bola yang tidak mendukung tentang

larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat TIMNAS

pada pemberitaan media cetak.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian sikap Kelompok Suporter

Sepak Bola terhadap larangan pemain yang berlaga di LPI untuk

(17)

1. Secara teoritis

Bagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

efek apa yang dihasilkan dari kelompok suporter sepak bola Surabaya

pada pemberitaan larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat

TIMNAS, dan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu komunikasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

masukan atau tambahan referensi penelitian komunikasi selanjutnya.

2. Secara praktis

Dapat digunakan sebagai acuan atau bahan masukan bagian surat kabar

dalam rangka penyebaran informasi khususnya yang berkaitan dengan

sikap pembaca terhadap kemajuan Organisasi sepak bola Indonesia dan

(18)

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Penger tian Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi

yang menyenangkan atau normal terhadap suatu objek atau sebuah

kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai study menunjukan

bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami

perubahan. (Rahmat,2001:33)

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan

masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan

sebagai respon yang akan timbul dari reaksi individu. Respon yang terjadi

sangat evaluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu

didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positif dan

negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka tau tidak suka,

yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

(Rahmat,2001:40)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses

belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak

(19)

upaya (pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah

sikap seseorang. ( Rahmat,2001:42 )

Pada hakekatnya, sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai

efek, dimana efek tersebut ada 3 yaitu :

1. Efek kognitif

Yaitu sikap yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,

keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek

sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang

menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan

evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik

atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Efek afektif

Sikap emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang

berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai

yang dimiliki.

3. Efek konatif

Sikap yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak

terhadap lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan,

menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.

(20)

2.1.2. Masyar akat sebagai khalayak Media Massa

Dinamika masyarakat dalam memperoleh informasi-informasi atau

berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa

tersebut dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu

mempunyai dampak yang menyentuh di kehidupan masyarakat. Dampak

tersebut meliputi aspek kepribadian khalayak secara emosional, intelektual

maupun sosial, setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak

tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Masyarakat di sini adalah masyarakat yang menjadi pembaca dari

media massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pembaca

tersebut heterogen, anonim, dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal

dari semua lapisan sosial dalam sosiologi komunikasi massa. ( Sutaryo,

2005:114 )

Kelompok suporter sepak bola di Surabaya merupakan khalayak

sasaran ( target audience ). Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian

ini dilakukan pada responden yang berusia 20 tahun keatas. Dengan

alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual

maupun ketrampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang

dengan sikap pandangan yang realistis terhadap lingkungan sosialnya

(21)

2.1.3 Penger tian Ber ita

Dean M.Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News

Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott ( News survey

Journalism ), menyatakan bahwa :

” Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”

Sedangkan menurut Mitcel V.Charnley, menyebutkan :

” Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”

Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta,

akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting,opini dan sejumlah pembaca

merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian

disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini aktual yang

menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca,

pendengar, penonton. ( Muda, 2003:22 )

Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan

unsur-unsur penting dalam berita antara lain :

1. Faktual

Isi berita harus merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta, bukan fakta

yang dibuat-buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya,

(22)

2. Objektif

Apa yang dilihat dan didengar itulah yang ditulis seorang wartawan

menjadi sebuah tulisan yang berisi pemaparan dan penguraian peristiwa

atau pendapat. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan sifat

subjektifitas atau opini pribadi dari peliput beritanya.

3. Nilai Berita

Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan orang

banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan

kepentingan umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu

merupakan kejadian atau peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan

masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan

kepada khalayak seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan

sebagainya.

4. Aktual

Jarak antara terjadinya peristiwa ataupun suatu pendapat saat diucapkan

dengan diturunkannya berita itu hendaknya secepatnya, sebab jika

terlewati beberapa hari saja terutama berisi peristiwa, maka nilai

aktualitasnya sudah basi.

5. Menarik

Berita yang disajikan harus berisi peristiwa atau pendapat yang memang

menarik perhatian sebagian besar pembaca. Biasanya cerita yang menarik

adalah tentang sesuatu yang aneh, yang luar biasa, atau tentang sesuatu

(23)

informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu, atau

humor, dan informatif mengenai pilihan hidup.

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau

ditonton. Jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara

satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada

pertimbangan seperti berikut:

a. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan

disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat

pemirsa atau pembaca.

b. Proximity

Proximity artinya kedekatan. Kedekatan di sini maknanya sangat

bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras,

profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan terkait lainnya.

c. Prominence

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu

terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Consequence

Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala

tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat

berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan

(24)

e. Conflict

Conflict ( konflik ) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik

adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat

berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development

Development ( pembangunan ) merupakan materi berita yang cukup

menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan

baik.

g. Disaster and crimes

Disaster ( bencana ) dan crimes ( kriminal ) adalah 2 peristiwa berita yang

pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa dan penonton.

h. Weather

Weather ( cuaca ) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di

sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.

i. Sport

Berita olah raga sudah lama daya tariknya

j. Human Interest

Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih,

dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.

(25)

2.2 Ber ita Pada Har ian Umum J awa Pos Tentang Lar angan PSSI Bagi

Pemain Yang Ber laga di LPI Untuk memperk uat Timnas.

Salah satu yang diulas adalah berita mengenai tidak

diperbolehkannya pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI)

oleh PSSI untuk mengikuti Tim Nasional Indonesia. Contohnya Irfan

Bachdim. Irfan Bachdim adalah salah satu bintang muda timnas sepak

bola Indonesia. Irfan terancam larangan memperkuat timnas berikutnya

dikarenakan masih terikat kontrak dengan Persema Malang. Persema

adalah sebuah kesebelasan asal Malang dan salah satu tim yang telah

diblacklist oleh PSSI. Persema terblacklist dikarenakan bergabung dengan

LPI, dimana LPI adalah suatu organisasi yang dianggap ilegal oleh PSSI.

PSSI menghukum dengan melarang pemain sepak bola yang berlaga di

LPI, untuk turut gabung berlaga memperkuat skuad TIMNAS Indonesia.

PSSI berkata bahwa, hanya pemain yang berada dalam organisasi resmi

sepak bola saja yang bisa memperkuat TIMNAS. Sedangkan PSSI adalah

satu-satunya induk organisasi sepak bola Indonesia yang telah diakui FIFA

( induk organisasi olahraga sepak bola se dunia ). Sedangkan LPI adalah

organisasi yang bukan naungan PSSI, otomatis FIFA tidak mengesahkan

organisasi tersebut. ( Jawa Pos, 4 januari, 2011).

2.2.1 Sejar ah PSSI

Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain

(26)

disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah

mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan

mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan

informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual. PSSI didirikan oleh

seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo, yang lulus di

Jerman dan kembali ke Indonesia pada 1928.

Di Indonesia, beliau bekerja di perusahaan Belanda di Yogyakarta

dan menjadi orang pertama di Indonesia yang bekerja di sebuah

perusahaan. Namun, kemudian beliau mengundurkan diri dari perusahaan

dan menjadi lebih aktif dalam gerakan revolusioner. Sebagai manusia

yang mencintai sepak bola, beliau menyadari bahwa sepak bola dapat

menjadi salah satu senjata untuk mengumpulkan orang-orang Indonesia

dan mengusir penjajah Belanda keluar meninggalkan Indonesia.

Untuk mencapai misi itu, Soeratin banyak mengadakan pertemuan

dengan para pemain sepak bola profesional Indonesia pada waktu itu,

kebanyakan melalui kontak pribadi karena mereka ingin menghindari

tentara Belanda. Kemudian, pada pertemuan yang digelar di Jakarta

dengan Soeri, Ketua Vetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ), dan para

pemain, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi sepak

bola nasional.

Pada tanggal 19 April 1930, hampir semua organisasi

(27)

Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Bandung), Persatuan

Sepakbola Mataram (Yogyakarta), Madioensche Voetbal Bond (Madiun),

Indonesische Voetbal Bond Magelang (Magelang), Soerabajashe

Indonesische Voetbal Bond (Surabaya), dan Vortenlandsche Voetbal Bond

(Solo) yang dikumpulkan pada akhir pertemuan dan memutuskan untuk

mendirikan Persatoean Sepakbola Seloeroeh Indonesia (Asosiasi Sepak

Bola Indonesia atau PSSI) dengan Soeratin sebagai ketua.

Pada tahun awal terbentuknya PSSI, mereka menggunakan sepak

bola sebagai metode untuk melawan kontrol dari penjajah Belanda dengan

mengumpulkan semua pemain sepak bola yang kebanyakan adalah

laki-laki. Nanti, karena PSSI menjadi lebih kuat. Dalam 1936, NIVB berubah

menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan bekerjasama

dengan Belanda.

Pada tahun 1938, dengan nama Hindia Belanda, NIVU mengirim

tim ke Piala Dunia 1938. Namun, sebagian besar pemain berasal dari para

pemain NIVU, bukan PSSI, walaupun terdapat 9 pemain Tionghoa /

Pribumi. Akibatnya, Soeratin menyatakan protes dan ia mau diadakan

pertandingan antara NIVU dan PSSI sebelum piala dunia. Selain itu, ia

juga kecewa karena bendera yang digunakan di piala dunia adalah bendera

dari NIVU (Belanda). Soeratin kemudian membatalkan kesepakatan

dengan NIVU dan Muhammad Rizki di dalam kongres PSSI 1939 di Solo.

(28)

PSSI diklasifikasikan oleh jepang sebagai Tai Iku Kai dari organisasi atau

asosiasi olahraga Jepang.

(http://www.anneahira.com/olahraga/pssi.htm)

2.2.2. Sejar ah Liga Pr imer Indonesia

Wacana Liga Pr imer Indonesia (LPI) yang digagas oleh seorang

pengusaha, Arifin Panigoro dan sejumlah pengusaha lainnya menjadi

tamparan keras bagi pengurus PSSI yang dinilai tidak mampu

menciptakan kompetisi sepak bola yang baik di Indonesia. Wacana dan

rencana LPI ini tidak akan muncul seandainya kompetisi sepak bola di

Indonesia baik itu Indonesia Super Liga (ISL), Divisi Utama dan

kompetisi lainnya yang dikelola PSSI berjalan dengan baik, termasuk

menciptakan kemandirian klub menjadi lebih profesional.

Dalam konsepnya, Liga Pr imer Indonesia (LPI) ingin agar klub

pesertanya nanti mendapatkan keuntungan finasial dari kompetisi yang

diikuti, seperti halnya klub-klub di Eropa yang mendapatkan keuntungan

lebih dari sponsor dsb, hal yang tidak diberikan PSSI selama ini yang

membuat klub masih bergantung pada APBD. Sebagai langkah awal,

seperti yang saya baca, LPI akan memberikan kucuran dana awal untuk

masing-masing klub yang mau bergabung dan berkompetisi di LPI sebesar

(29)

Menanggapi makin panasnya wacana Liga Primer Indonesia (LPI),

pihak PSSI bereaksi keras, bahkan sampai melayangkan ancaman jika ada

klub yang membelot dari PSSI dan bergabung ke LPI maka PSSI akan

memberikan sanksi yakni mengeluarkan klub tersebut dari keanggotaanya

di PSSI. Ancaman yang kemudian ditanggapi oleh pihak LPI dengan

mengatakan, bahwa PSSI tidak bisa asal mengeluarkan tanpa melewati

kongres. Jadi, mereka menekankan bahwa klub yang berkompetisi di LPI

bisa juga sekaligus berkompetisi di Indonesia Super League (ISL), Liga

Utama dan kompetisi PSSI lainnya. Namun dalam kenyataannya PSSI

melarang tim yang tampil di LPI untuk tampil di ISL, bahkan melarang

pemain-pemain yang berlaga di LPI untuk membela TIMNAS Indonesia.

Walaupun begitu magnet LPI masih bisa menarik klub-klub ISL untuk

bergabung dengan LPI, diantaranya Persema Malang, Persibo Bojonegoro,

dan PSM Makasar.

(http://www.anneahira.com/olahraga/pssi.htm)

2.3 Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial

Menegakkan nilai-nilai demokrasi, memperjuangkan keadilan dan

kebenaran serta hak-hak asasi manusia merupakan contoh idealisme yang

harus senantiasa diperjuangkan oleh pers. Idealisme yang melekat pada

pers harus dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya sebagai media

informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial yang konstuktif dengan

(30)

Sementara ( Sumandiria, 2005:32-35 ) dalam Jurnalistik

Indonesia menunjukan 5 fungsi pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi

secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat,

faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, makhsudnya di sini informasi yang disebarluaskan pers

hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus

mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana

hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan

masyarakat.

4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai

pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalak

ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat

atau negara.

5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator

atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain.

Peristiwa yang satu dengan peristiwa lain, atau orang yang satu dengan

yang lain.

Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (

1987 : 2 ), adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang

mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai

(31)

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk

mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh

kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat

dipaksa untuk perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk

mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial ( Susanto, 2000:115 )

adalah tekanan mental setiap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai

dengan penilaian kelompok. Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial

bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya

2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri

3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

( Susanto, 2000:116 )

2.4 Teor i S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi

teori komunikasi. Karena obyek material dari psikologi dan ilmu

komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen

sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.

Teori S-O-R sebagai singkatan dari

Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi

yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan

(32)

diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator.

Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar,

kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan

memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek

sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan

kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu

teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima

sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau

pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan

tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus

tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat

berupa tanda dan lambang.

2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat

menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh

komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan

memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian

di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang

(33)

mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang

disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari

komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan

konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya

komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan

pengetahuan bagi komunikan.

( Effendi, 2003:255 )

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa

perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa

efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk

atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa

(34)

memperkuat Timnas Pada Media Harian Jawa Pos " Mungkin diterima

atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila

komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan

memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari

pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan

diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan

dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 )

2.5 Ker angka Berpikir

PSSI sebagai lembaga yang bertugas mengurusi sepak bola di

Indonesia baik mulai dari klub-klub yang bermain di liga Indonesia sampai

dengan TIMNAS Indonesia merupakan tanggung jawab PSSI, dengan

banyaknya kota dan kabupaten di Indonesia sehingga banyak pula klub

yang tersebar di seluruh Indonesia membuat tanggung jawab PSSI jadi

lebih besar. Sesuai dengan keputusan pemerintah melalui menteri dalam

negeri bahwa semua klub tidak lagi boleh menggunakan APBD, sebagai

Informasi bahwa semua klub di Indonesia masih menggunakan APBD

sebagai sponsor utama, selain Arema Indonesia, dan Bontang FC (dua

kesebelasan anggota PSSI). Oleh karena itu klub-klub banyak yang belum

siap dan banyak klub yang kesulitan dana. Keadaan ini berbanding

terbalik dengan LPI, karena semua klub di LPI tidak lagi menggunakan

APBD, maka dari itu klub-klub di ISL ada yang memilih bergabung

(35)

mengandalkan APBD. Namun PSSI menganggap LPI liga yang ilegal,

bahkan PSSI tidak lagi memakai tenaga pemain yang bermain di LPI,

padahal banyak pemain yang selama ini diandalkan di TIMNAS seperti

Irfan Bachdim yang baru saja dinaturalisasi oleh Badan Tim Nasional.

Irfan Bachdim yang terikat kontrak dengan Persema Malang yang

memutuskan untuk ikut bermain di LPI dilarang memperkuat TIMNAS,

walaupun sebenarnya pelatih TIMNAS memasukkan namanya ke dalam

skuad TIMNAS Indonesia. Selain Irfan Bachdim, terdapat juga

pemain-pemain lain yang memiliki potensi seperti Andik Vermansyah.

Maka dalam hal inilah media massa khusunya media cetak surat

kabar Jawa Pos memberitakan mengenai Larangan pemain yang bermain

di LPI untuk memperkuat TIMNAS.

Gambar 2 : Bagan kerangka berpikir Sikap Kelompok Suporter

Sepak Bola di surabaya terhadap Berita Tidak

Diperbolehkannya Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk

(36)

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response.

Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu

komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pasan berupa

tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri

komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator.

Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar,

kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan

memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek

sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan

kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh

yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (

Rahmat, 2005:35 ). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah

perubahan pengetahuan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu

teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima

sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau

pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan

tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus

tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap Kelompok

(37)

Bermain Timnas Indonesia oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di

LPI Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos. Karena stimuli dalam hal

ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari

khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah

menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif. Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian

yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2002: 24).

Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta ataupun

karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2002:

22). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang kongkrit

(tangible) dan terukur (Ruslan, 2003: 28).

3.1. Definisi Operasional

Definisi operasional disini untuk menjelaskan indikator dari

variable penelitian. Definisi operasional adalah suatu definisi yang

didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang

didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan

kata-kata yang dapat di uji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

(Koentjaraningrat, 1991:23).

3.1.1. Sikap

Sikap kelompok suporter sepak bola di Surabaya tentang

pemberitaan bentuk larangan bermain timnas Oleh PSSI Untuk Berlaga

(39)

seluruh aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pembaca tentang

Pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI

Untuk Berlaga Di Liga Primer Indonesia (LPI) pada surat kabar Jawa Pos

atau sejauh mana pembaca mengerti informasi berita olah raga Nasional

tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan

pembaca menyikapi pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas

Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI),

apakah senang atau tidak senang. Sedangkan aspek konatif adalah sejauh

mana pembaca merespon pemberitaan tersebut. Sehingga pada akhir

penelitian didapatkan hasil akhir berupa penilaian dari keseluruhan aspek

apakah itu positif, netral atau negatif.

Adapun sikap kelompok suporter sepak bola pembaca Jawa Pos

dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu komponen kognitif, komponen

afektif dan komponen konatif .

1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan

masyarakat mengenai Pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas

Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI).

Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat

pendidikan seseorang tinggi maka akan mudah untuk memahami suatu

informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan

tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini

berupa pengetahuan mengenai pemberitaan perkembangan persepak

(40)

pemberitaan yang lebih memfokuskan pada sistem-sistem persepak bolaan

Indonesia, serta kepedulian kelompok suporter sepak bola di Surabaya

akan perkembangan sepak bola di Indonesia. Dimensi kognitif sikap

kelompok supporter sepak bola di Surabaya terhadap pemberitaan pada

harian umum Jawa Pos yakni meliputi :

• Mengetahui bahwa ada pemberitaan tentang larangan bermain

timnas Indonesia oleh PSSI bagi pemain sepak bola yang berlaga

di liga primer Indonesia pada harian umum Jawa Pos.

• Mengetahui bahwa keputusan PSSI tentang larangan pemain yang

berada di LPI untuk memperkuat timnas, akan membatasi potensi

dan bakat anak negeri yang sudah jelas nyata terlihat.

• Mengetahui bahwa keputusan PSSI tentang larangan pemain yang

berada di LPI untuk memperkuat timnas, agar supaya khalayak

lebih mengerti akan peraturan-peraturan PSSI yang sudah tertulis

guna eksistensinya wewenang hukum dan undang-undang yang

sudah tertulis.

• Pengetahuan responden tentang isi keputusan PSSI.

2. Komponen afektif dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek

komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari pembaca Jawa Pos

tentang Pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh

PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Seperti misalnya,

(41)

Pemberitaan Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk

Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Adapun perasaan- perasaan

tersebut seperti nyaman dengan adanya pemberitaan itu. Dimensi afektif

sikap kelompok supporter sepak bola di Surabaya terhadap pemberitaan

pada harian umum Jawa Pos yakni meliputi :

• Merasa senang dengan adanya keputusan PSSI dalam

permasalahan yang berlangsung.

• Merasa cemas dengan pemberitaan pada harian umum Jawa Pos

tentang keputusan PSSI terhadap pemain yang merupakan anggota

LPI.

• Merasa senang karena PSSI membuat keputusan dalam

pemberitaan harian umum Jawa Pos.

• Menganggap keputusan PSSI merupakan hal positif bagi semua

kelompok supporter di Surabaya.

3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan masyarakat

memberikan respon positif, netral atau negatif tentang Pemberitaan

Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga

Primer Indonesia (LPI). Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai

dengan keinginannya sendiri. Jika respon yang diterima itu positif maka

masyarakat mendukung pemberitaan tersebut. Namun, bila masyarakat

bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik pemberitaan

(42)

konsisten dalam melakukan tindakan dari Pemberitaan Larangan Bermain

Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia

(LPI). Dimensi konatif sikap kelompok suporter di Surabaya terhadap

pemberitaan mengenai keputusan PSSI tentang laranagn bermain pada

klub anggota LPI untuk memperkuat timnas meliputi :

• Adanya kecenderungan responden untuk mendiskusikan masalah

tentang keputusan PSSI kepada sesama kelompok supporter

(komunitas penggila bola) Surabaya.

• Adanya kecenderungan responden untuk berhati-hati dalam merespon

sikap antara LPI dan PSSI

• Adanya kecenderungan responden untuk tetap mendukung pemain

sepak bola anggota LPI untuk tetap bergabung memperkuat Timnas.

• Adanya kecenderungan responden untuk mengajak sesama kelompok

supporter di Surabaya berdemonstrasi untuk menentang keputusan

PSSI.

3.1.2 Pengukuran Var iabel

Dalam melakukan pengukuran terhadap variable sikap digunakan

skala likert (skala sikap). Skala likert adalah skala yang digunakan untuk

mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang

menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan pengskalaan

dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap, dan

(43)

untuk menyatakan ketidak setujuannya (Singarimbun, 1995:111).

Jawaban dari masing-masing pertanyaan yang ada di kuisioner

digolongkan dalam empat jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju

(STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Setuju (S). Setelah melakukan

kategaori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan

pemberian nilai pada masing-masing jawaban. Pembelian nilanya yaitu

sebagai berikut :

1. Sangat tidak setuju (STS) (diberi skor 1)

2. Tidak setuju (TS) (diberi skor 2)

3. Setuju (S) (diberi skor 3)

4. Sangat setuju (SS) (diberi skor 4)

Untuk pilihan jawaban “Netral” sengaja tidak dicantumkan dalam

kuesioner, responden diarahkan untuk tidak menjawab “Netral” dengan

alasan:

1. Jawaban ini memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan

jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti

ganda ini tidak diharapkan dalam instrumen.

2. Jawaban “Netral” menimbulakan kecenderungan untuk menjawab

“Netral”, terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan

(44)

3. Jawaban “Netral” akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga

mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi,

2000: 20).

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari

masing-masing pertanyaan, maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam

menentukan lebar interval dari sikap yang diukur dari tiap aspek sikap

yang terbentuk apakah positif, netral atau negatif, selanjutnya dari

penilaian 3 aspek tersebut dapat ditentukan sikap pembaca yang terbentuk

apakah itu positif, netral atau negatif. Jika aspek yang terbentuk positif

maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap positif. Jika aspek yang

terbentuk netral maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap netral.

Serta jika aspek yang terbentuk negatif dalam artian tidak mendukung

maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap negatif. Untuk mengetahui

tingkatan tersebut dengan menggunakan rumus :

Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban terendah Jenjang yang diinginkan

Range = 48 – 12

3

= 36 = 12

3

Nilai skor tertinggi = 4 (pilihan SS) x 12 (Jumlah pertanyaan)

(45)

Nilai skor terendah = 1 (Pilihan STS) x 12 (Jumlah terendah)

= 12

Jadi penentuan kategorinya adalah :

1. sikap negatif = 12 – 23 (terendah) : Dikatakan negatif apabila

sikap pembaca tidak mendukung adanya pemberitaan ini.

2. sikap netral = 24 – 35 (sedang) : Dikatakan netral apabila

pembaca hanya pasif menyikapi pemberitaan.

3. sikap positif = 36 – 48 (tertinggi) : Dikatakan positif apabila

pembaca menunjukkan sikap mendukung adanya pemberitaan ini.

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori

diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.

Sikap Kelompok Suporter sepak bola di Surabaya Terhadap

Bentuk Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di

Liga Primer Indonesia (LPI) dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori yaitu

positif, negatif dan netral. Dikatakan positif jika masyarakat Surabaya

tersebut melakukan tindakan dari poin-poin Pemberitaan Larangan

Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer

Indonesia (LPI) di surat kabar Jawa Pos, sementara dikatakan negatif jika

kelompok suporter sepak bola pembaca Jawa Pos di Surabaya tidak

melakukan tindakan sama sekali dari poin-poin Pemberitaan Larangan

Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer

(46)

kelompok suporter sepak bola pembaca Jawa Pos di Surabaya tidak

konsisten dalam melakukan tindakan dari poin-poin Pemberitaan Larangan

Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer

Indonesia (LPI).

3.1.3 Kelompok Supor ter Sepak Bola Di Sur abaya

Kelompok Suporter Sepak Bola yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah beberapa kelompok suporter atau fans club :

• BONEK (pendukung fanatik Persebaya Surabaya). Kelompok suporter ini

mempunyai markas di YSS jl. Simpang dukuh no.1 Surabaya.

• INDOBARCA (komunitas fans club FC. Barcelona Surabaya), kelompok

supporter ini biasa bermarkas di KFC Ahmad Yani Surabaya.

• RED ARMY (komunitas fans club Manchaster United Surabaya).

Kelompok suporter ini bermarkas di salah satu Cafe di Jl. Pucang Anom

33.

• Madridista (komunitas fans club Real Madrid). Kelompok supporter ini

bermarkas di GOOL Futsal Jl. Jagir

• Liverpoodlian The Red Surabaya (komunitas fans club Liverpool).

Komunitas ini bermarkas di jalan Wijaya Kusuma Surabaya

Untuk semua kelompok supporter yang disebut di atas hanya

dipilih pada supporter yang membaca harian umum Jawa Pos saja

(47)

menjadi pembaca jawa pos ini merupakan khalayak sasaran (target

audience) dari penelitian.

3.1.4. Ber ita Lar angan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Ber laga

di Liga Pr imer Indonesia

Berita Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk

Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI) adalah sebuah berita yang

bertujuan memberikan informasi kepada pembaca Jawa Pos khususnya di

Surabaya bahwa sebenarnya masyarakat perlu perduli terhadap

perkembangan sepak bola nasional. Pemberitaan Larangan Bermain

Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia

(LPI) dimuat di surat kabar Jawa Pos edisi bulan Januari dengan rincian

sebagai berikut:

1. Edisi 04 J ANUARI 2011 dengan pember itaan PSSI BEKINGI

Ir fan Bachdim Keluar Persema.

2. Edisi 7 juli 2011 dengan pemberitaan Menpor a – Polisi Abaikan

PSSI.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ik Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua fans atau pecinta sepak

(48)

mengambil Kota Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah

karena Persebaya Surabaya merupakan salah satu tim yang ikut di

kompetisi LPI, dan Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur. Dan

Jawa Timur adalah provinsi barometer sepak bola di Indonesia. Jawa

Timur merupakan barometer sepak bola Indonesia karena Jawa Timur

mempunyai club anggota PSSI paling banyak dibanding provinsi lainnya

di Indonesia. Untuk kasta ISL (Indonesia Super Liga) saja, Jawa Timur

memiliki lima kesebelasan, yaitu Deltras (Sidoarjo), Persela (Lamongan),

Persema (Malang), Persibo (Bojoneoro) dan Arema Indonesia (Malang).

Untuk kasta di bawahnya yang biasa disebut Divisi Utama, Jawa Timur

mempunyai tujuh tim yaitu Persebaya Surabaya, Gresik United (Gresik),

Persik (Kediri), Persekam Metro FC, PSBI Blitar, Mojokerto Putra, dan

Persipro (Probolinggo). Ditambah lagi surat kabar Jawa Pos memuat

pemberitaan Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk

Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Dimana populasi merupakan

penikmat media massa khususnya media massa cetak (Koran), karena

karakteristiknya yang berbeda dengan media massa cetak lainnya. Koran

memiliki fokus utama atau titik berat, menyajikan berita-berita

kriminilaitas, ekonomi, cerpen, surat pembaca, dan menonjolkan foto-foto.

Dipilihnya kelompok suporter sepak bola yang berusia 17 tahun ke

atas karena pada usia ini seseorang telah memiliki kematangan kognitif,

emosional dan sosial, sudah dapat berhubungan dengan

(49)

dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua

alternative yang ada, serta memiliki kemampuan intelektual maupun

keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap

pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga

dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).

3.2.2 Sampel dan Tek nik Penar ikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pembaca surat kabar

Jawa Pos yang berumur 17 – 40 tahun yang tinggal di Surabaya. Teknik

penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling. Purposive Sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada

karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan

karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ruslan,

2003:156). Sampel dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa

Pos berusia 17 tahun – 40 tahun, memiliki KTP Surabaya dan berdomisili

di Surabaya.

Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penduduk Surabaya

yang berusia 17 tahun ke atas dan yang membaca surat kabar Jawa Pos,

maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan

proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10% dengan tingkat

(50)

Maka sampel dari penelitian ini dapat diketahui dengan rumus

Yamane, yaitu:

n = N

Nd² + 1

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2007;82)

Data pelengkap tetap semua anggota fans club di Surabaya

sejumlah 16.865 anggota (sumber : data kelompok supporter yang

terdaftar di masing-masing kelompok supporter). Dalam penelitian ini

digunakan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah

responden dalam penelitian ini adalah:

n = N

Nd² + 1

= 12.526

16.865(0,1)² +1

(51)

3.3. Sumber dan J enis Data

3.3.1. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan

sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh

dari sumber data pertama yang dilokasi penelitian atau objek penelitian

(kuesioner). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh

sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan

(literatur) (Bungin, 2004 :122).

3.3.2. J enis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang

dapat diperoleh, antara lain:

1. Data Primer

Dilakukan dengan teknik survey, yaitu melakukan pengumpulan

data dari responden dengan menyebarkan data pernyataan

tertulis/kuesioner. Data tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar

pernyataan tertulis/kuesioner. Dalam penyebaran kuesioner responden

didampingi oleh peneliti, hal ini dilakukan apabila dalam kuesioner yang

diajukan terdapat pernyataan yang kurang dipahami oleh responden dapat

dijelaskan oleh peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah dalam

(52)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia)

melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi

atau perusahaan (Ruslan, 2003: 29). Data sekunder diperoleh dari

sumber-sumber lain selain sumber-sumber data primer untuk mendukung keakuratan data.

Data sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara (interview),

buku-buku teks, majalah, dan internet yang mendukung obyek penelitian.

3.4. Tek nik Pengumpulan Data

Metode teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti

adalah metode kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan

pertanyaan, kemudian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam

sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi

(Bungin, 2004: 130). Dalam penyebaran kuisioner kepada responden,

responden terkait didampingi oleh peneliti. Selain itu, peneliti akan

melakukan metode wawancara dan observasi untuk mendukung data-data

penelitian. Adapun instrument penelitian yang dibutuhkan adalah

Kuesioner berupa daftar pertanyaan tertutup yang disebarkan kepada

responden guna mendapatkan data akurat berkaitan dengan informasi

(53)

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel

frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan

dalam persentase. Yaitu presentase masing-masing data yang

menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran

kuisioner yang diisi oleh responden.

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari

mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data

untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang

diajukan.

Dalam penelitian ini data yang akan di olah dengan tahap-tahap :

a. Editing atau seleksi angket

Data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik.

Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang

diperoleh valid.

b. Coding

Pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.

c. Tabulating

Menggolongkan data dalam table, data-data yang ada agar dapat

dihubungkan dengan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada

(Rakhmat, 2002:134).

Data-data yang diperoleh akan dilakukan dengan analisa secara

(54)

o

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh persentase

yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan

selanjutnya akan disajikan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah

dibaca dan diinterpretasikan.

3.6. Analisis Deskr iptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

penelitian dengan menggambarkan obyek penelitian, yang terdiri atas

daerah penelitian, keadaan responden yang diteliti, serta item-item yang

didistribusikan dari masing-masing variabel. Ukuran deskriptifnya adalah

pemberian angka, baik dalam jumlah responden (orang) maupun dalam

angka presentase.

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa,

perilaku atau objek tertentu lainnya. Teknik statistik deskriptif yang

digunakan peneliti adalah teknik distribusi frekuensi. Kegunaan distribusi

(55)

bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Adapun hasil dari

perhitungan statistik deskriptif ini nantinya merupakan dasar bagi

(56)

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Gambar an Umum J awa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949

oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd yang

bertempat di Jalan Kembang Jepun 166 – 169. Perusahaan ini didirikan

oleh WNI keturunan kelahiran Bangka yang bernama The Cun Sen alias

SOESONO Tedjo pada 1 Juli 1949. Soesono Tedjo merupakan perintis

berdirinya Jawa Pos ini. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi

surat kabar, ternyata menguntungkan, maka ia pun mendirikan perusahaan

surat kabar dengan nama lain Java Post pada 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos

saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa. Pemimpin redaksi

pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951 pemimpin redaksi

adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang yang

republikien tak pernah goyah.

Pada saat The Cun Sen dikenal sebagai Raja Koran karena

memiliki surat kabar yang diterbitkan dalam 3 bahasa yang berbeda. Surat

kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post. Sedangkan De Vrijie

Pers adalah surat kabar yang terbit dengan menggunakan bahasa Belanda.

Surat kabar De Vrijie Pers awalnya dimiliki oleh Vit Geres

Gambar

Gambar 1 : Model Teori S-O-R ( Effendy, 2003 : 255 )
Gambar 2 :
Tabel 1 Usia Responden
Tabel 2 Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup karena dalam UU tersebut menyebutkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

Penggunan media gambar dalam proses belajar mengajar mempunyai arti penting karena dapat membantu proses pembelajaran yang semakin efektif. Tujuan penelitian ini untuk

faktor : 1) Pernyataan Pemerintah tentang optimisme swasembada beras di.. Tahun 2008; 2) Posisi harga beras dunia yang tidak stabil dan cenderung lebih. tinggi dari HPP; 3)

They are not only some strange object randomly put in the story without any significance, but the symbols in the literary work play an important part for the readers to create

Bila suatu lapisan tanah jenuh yang kemampuan tanah dalam meloloskan air ( permeabilitas) rendah di beri beban, maka tekanan air pori dalam tanah tersebut akan segera

Pengertian   Pengelolaan

Android merupakan sistem operasi yang tertanam pada smartphone. Pengguna smartphone dengan sistem operasi android sangat tinggi, rata- rata setiap orang

Kembali ke tahun 2000-an, sebenarnya perang MVC terjadi antara Struts dengan WebWork, yang mana WebWork lebih mengutamakan kemudahan, dengan implementasi teknologi