(Study Deskr iptif Sikap Kelompok Supor ter Sepak Bola Di Sur abaya Ter hadap Pember itaan Di Har ian Umum J awa Pos Tentang Lar angan Ber main O leh PSSI
Kepada Pemain Sepak Bola Yang Ber laga Di Liga Pr imer Indonesia Untuk Memper kuat Timnas)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sar jana pada
FISIP UPN : “Veteran” J awa Timur
Oleh :
ALANKO RUDHO WICAKSONO
NPM. 0543010335
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Esa. Karena karuniaNya, penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan penelitian
yang berjudul “SIKAP KELOMPOK SUPORTER SEPAK BOLA DI
SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PADA HARIAN UMUM JAWA
POS TENTANG LARANGAN BERMAIN TIMNAS INDONESIA OLEH PSSI
BAGI PEMAIN SEPAK BOLA YANG BERLAGA DI LIGA PRIMER
INDONESIA (Study Deskriptif Sikap Kelompok Suporter Sepak Bola Di Surabaya
Terhadap Pemberitaan Di Harian Umum Jawa Pos). Tujuan penulis meneliti
pemberitaan ini adalah untuk mengetahui sikap respek atau tidaknya kelompok
supporter di Surabaya pada pemberitaan ini.
Selama melakukan penulisan dalam penelitian, tak lupa penulis
menyampaikan rasa terima kasih pada Pembimbing Penulis Zainal Abidin
Achmad, S.Sos, M.Si. serta pihak-pihak yang telah membantu penulis selama
melakukan Skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga
penulis mendapatkan kemudahan selama proses penelitian dan penyusunan
laporan.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
dorongan dalam menyelesaikan ujian skripsi ini.
Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada:
a. Bapak, Ibu dan adik-adikku, yang telah memberikan dorongan, serta seorang
wanita yang kucinta Ifanna Aroita yang memberikan semangat dan
pengertiannya bagi penulis baik secara moril dan materiil.
b. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada Budis Martabak and musision
Apikal Fam“z, Nyorngat Fam”z, Perwira, PS GU, UKM Musik Satya
Palapa, thanks yang buwanyak
c. Seluruh teman-teman kampus yang bersedia berdiskusi dengan saya dalam
menunjang kegiatan perkuliahan.
d. Dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis, yang
telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman-teman Program Studi Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 10 Agustus 2011
HALAMAN PERSETUJ UAN SEMINAR PROPOSAL ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sikap ... 8
2.1.2. Masyarakat Sebagai Khalayak Media Massa ... 10
2.1.3. Pengertian Berita ………. ... 11
2.2. Berita Pada Harian Umum Jawa Pos Tentang Larangan PSSI Bagi Pemain Yang Berlaga di LPI Untuk Memperkuat Timnas ……… 15
2.2.1. Sejarah PSSI ………... 15
2.2.2. Sejarah LPI ……….………….… 18
2.3. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ………..……….. 19
3.1.1. Sikap .………...……… ... . 28
3.1.2. Pengukuran Variabel………... 32
3.1.3. Kelompok Suporter Sepak Bola di Surabaya ……….. 36
3.1.4. Berita Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia ………. 37
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
3.2.1. Populasi ... . 37
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 39
3.3. Sumber dan Jenis Data ... . 41
3.3.1. Sumber Data ……….……… 41
3.3.2 Jenis Data ………..… 41
3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 42
3.5. Metode Analisis Data ……….………. 43
3.6. Analisis Deskriptif ……… 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ..……… 46
4.1.1 Gambaran Umum Jawa Pos ……… 46
4.1.2 Berita Larangan Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di LPI Untuk Memperkuat Timnas ... 53
4.2 Penyajian Data Dan Analisis Data ... 54
4.2.1.4 Pekerjaan Responden ……….…..……….. 57
4.2.1.5 Komunitas Suporter ………... 58
4.3 Deskripsi Subyek ……….……….. 59
4.3.1 Aspek Kognitif ……….. 59
4.3.1.1 Masyarakat Mengetahui Akan Pemberitaan Larangan Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga DI LPI ………..….. 61
4.3.1.2 Kelompok Suporter Di Surabaya Mengetahui Bahwa Keputusan PSSI Dalam Pemberitaan Larangan Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk Memperkuat Timnas Akan Membatasi Potensi Dan Bakat Anak Negeri ………62
4.3.1.3 Pada Pemberitaan Larangan Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk Memperkuat Timnas Dapat Diketahui Bahwa Eksistensi PSSI Dengan Undang-Undangnya Yang Sudah Tertulis ……….. 63
4.3.2 Aspek Afektif ……….... 66
4.3.2.1 Sikap Responden Senang Dengan Adanya Keputusan
PSSI Dalam Permasalahan Yang Berlangsung …….... 68
4.3.2.2 Responden Cemas Dengan Pemberitaan Pada Harian
Umum Jawa Pos Tentang Keputusan PSSI Terhadap
Pemain Yang Merupakan Anggota LPI …………..…. 69
4.3.2.3 Sikap Responden Merasa Bangga Karena PSSI Membuat
Keputusan Dalam Pemberitaan Larangan Bermain
Timnas Oleh PSSI Kepada Pemain Sepak Bola Yang
Berlaga Di LPI Untuk Memperkuat Timnas ………… 70
4.3.2.4 Responden Merasa Puas Menyikapi Keputusan PSSI
Terkait Pemberitaan Tentang Larangan Bermain Oleh
PSSI Kepada Para Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk
Memperkuat Timnas Karena Berdampak Positif Pada
Seluruh Suporter Terutama Di Surabaya ………… … 71
4.3.2.5 Aspek Afektif Pembaca Tentang Pemberitaan Larangan
Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga Di
LPI Untuk Memperkuat Timnas ………..… 72
4.3.3.2 Responden Akan Berhati-hati Dalam Merespon Sikap,
Visi, Misi, Baik PSSI Maupun LPI ………..… 76
4.3.3.3 Sikap Responden Akan Tetap Mendukung Pemain Sepak
Bola Anggota LPI Untuk Tetap Bergabung Memperkuat
Timnas ……….. 77
4.3.3.4 Sikap Responden Akan Mengajak Sesama Kelompok
Suporter Di Surabaya Untuk Berdemonstrasi Menentang
Keputusan PSSI ……….... 79
4.3.3.5 Aspek Konatif Pembaca Tentang Pemberitaan Larangan
Bermain Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga Di
LPI Untuk Memperkuat Timnas Pada Harian Umum
Jawa Pos ………... 80
4.4 Sikap Pembaca Tentang Larangan Pemberitaan Larangan Bermain
Oleh PSSI Kepada Para Pemain Yang Berlaga Di LPI
Untuk Memperkuat Timnas ………. 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……….. 86
5.2 Saran ………...………. 88
DAFTAR PUSTAKA
Kepada Pemain Sepak BolaYang Ber laga di LPI Untuk memper kuat Timnas
Indonesia)
Penelitian ini didasarkan atas fenomena permasalahan keputusan PSSI yang
memblacklist pemin sepak bola yang berlaga di LPI untuk turut bergabung
memperkuat Tim Nasional Indonesia, termasuk Irfan Bachdim. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kelompok supporter di Surabaya dalam
mengambil sikap-sikap terkait pemberitaan permasalahan pada harian umum Jawa
Pos ini.
Teori yang digunakan yaitu meliputi teori sikap, pengertian pemberitaan dan
teori S-O-R, stimulus berupa pesan mengenai berita olah raga “Laranagn Bermain
Oleh PSSI Kepada seluruh Pemain Sepak Bola Yang Berlaga di LPI Untuk
Memeperkuat Tim Nasional Indonesia”, organisme berupa penerimaan pesan dan
respon yaitu berupa sikap kelompok supporter di Surabaya.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan analisis
tipe deskriptif. Untuk mengetahui sikap, digunakan pengukuran yang dinyatakan
oleh total skor pernyataan responden mengenai pemberitaan Larangan Oleh PSSI
Kepada Pemain Sepak Bola Yang Berlaga di LPI Untuk Bergabung Memperkuat
Tim Nasional Indonesia pada harian umum Jawa Pos. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari populasi kelompok suporter di
Surabaya yang membaca berita ” Larangan Oleh PSSI Kepada Pemain Sepak Bola
Yang Berlaga di LPI Untuk Bergabung Memperkuat Tim Nasional Indonesia pada
harian umum Jawa Pos”. Terpilih 100 orang dan sampel diperoleh melalui Metode
Kluster banyak tahap (multistage Cluster Sampling) dengan metode analisis data
menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap kelompok suporter atau
komunitas penggemar sepak bola di Surabaya tentang pemberitaan ” Larangan Oleh
PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di LPI Untuk Bergabung Memperkuat Tim
Nasional Indonesia” pada harian umum Jawa Pos, pada aspek kognitif masuk dalam
kategori positif, pada aspek afektif masuk dalam kategori hasil netral, dan pada
aspek konatif juga masuk dalam kategori netral.
1.1. Latar Belaka ng Masa lah
Pers termasuk media massa yang sangat penting dalam kehidupan.
Selain memiliki informasi pendidikan dan hiburan, pers juga sebagai alat
perjuangan bangsa. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses
informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pers
juga berfungsi sebagai alat control dalam membatasi kekuasaan,
memberdayakan yang tertindas dari tindakan anarkis (Suroso,2001 : 176 ).
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang
pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut
mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait
erat dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah,
pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan informasi bagi masyarakatnya ( Djuroto,2002:8 ).
Meskipun peranan pers di tengah-tengah masyarakat mempunyai
“otonomi”, bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri.
Intensitas pers di tengah masyarakat diperlukan oleh masyarakat itu
sendiri. Karena kehidupan pers itu ada keterikatan organisatoris dengan
lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.
Secara fisik, kehidupan pers di Indonesia sekarang ini memang
penerbitan pers berkembang pesat, baik perusahaan penerbitan media
cetak maupun media elektronik kini jumlahnya telah mencapai ribuan.
Dalam perkembangan pers mempunyai dua pengertian, yakni pers
dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam
pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa
elektronik, radio siaran dan televise. Sedangkan pengertian sempit hanya
terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan buletin.
Masing-masing bentuk media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan informasi. Media massa cetak termasuk didalamnya surat
kabar,majalah dan tabloid sekarang banyak diterbitkan dengan berbagai
macam tema untuk berbagai segmen khalayak ( Effendy,1989 :145 ).
Salah satu bentuk media massa cetak yang saat ini juga mengalami
perkembangan yang sangat cepat adalah surat kabar. Djafar Assegaff
dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” menyatakan surat kabar adalah :
“ Surat kabar adalah penerbitan berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum (Assegaff,1991:140).”
Tanpa berita, surat kabar mungkin akan ditinggalkan oleh
masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya. Muatan berita di surat
kabar sekitar 60-70 persen (Koesworo, Margontoro, Viko, 1994:72). Surat
pencarian informasi, sehingga berita menjadi muatan yang sangat penting
bagi media cetak.
Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain
berasal dari wilayah nasional juga berasal dari wilayah lokal, hal ini
disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah
mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan
mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan
informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual. Aktualitas sangat
diutamakan dalam pemberitaan semua surat kabar. Semakin lunturnya
keaktualitasan terutama pada pemberitaan surat kabar, maka masyarakat
akan semakin jenuh, lambat laun publik akan berpindah mengkonsumsi ke
media yang lain, bahkan media dalam bentuk lainnya.
Dalam keaktualitasan, media lebih mengutamakan sebuah
pemberitaan yang mengandung polemik atau pro dan kontra. Pada
umumnya pro kontra lebih identik pada suatu pemberitaan yang
menyangkut kepolitikan. Tetapi tidak menutup kemungkinan, suatu hal
pro kontra juga terdapat pada pemberitaan olah raga. Salah satu
pemberitaan yang diulas di surat kabar jawa pos adalah sebuah polemik di
PSSI. Pemberitaan pada edisi bulan januari 2011 adalah berita mengenai
tidak diperbolehkannya pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia
(LPI) untuk mengikuti TIM Nasional Indonesia. LPI hadir karena rasa
dinilai arogan. Contoh pemain yang dilarang adalah Irfan Bachdim. Irfan
Bachdim adalah salah satu bintang muda timnas sepak bola Indonesia.
Irfan terancam larangan memperkuat timnas berikutnya dikarenakan
masih terikat kontrak dengan Persema Malang, dan Persema adalah salah
satu tim yang telah diblacklist oleh PSSI. Persema diblacklist karenakan
bergabung dengan LPI. LPI adalah suatu organisasi yang dianggap ilegal
oleh PSSI. PSSI menghukum dengan melarang pemain sepak bola yang
berlaga di LPI, untuk turut gabung berlaga memperkuat skuad TIMNAS
Indonesia. PSSI beralasan bahwa, hanya pemain yang berada dalam
organisasi resmi sepak bola saja yang bisa memperkuat TIMNAS.
Sedangkan PSSI adalah satu-satunya induk organisasi sepak bola
Indonesia yang telah diakui FIFA (induk organisasi olahraga sepak bola se
dunia ). Sedangkan LPI adalah organisasi yang bukan di bawah naungan
PSSI, otomatis FIFA tidak mengesahkan organisasi tersebut. (Jawa Pos, 4
januari, 2011).
Melihat uraian di atas, menarik perhatian peneliti untuk meneliti
“Sikap Kelompok Suporter Sepak Bola di Surabaya Terhadap Larangan
Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di
Liga Primer Indonesia Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos”
Sikap yang dimaksud adalah bagaimana respon beberapa
kelompok suporter sepak bola di Surabaya. Sedangkan alasan peneliti
menggunakan pemberitaan media cetak Jawa Pos, karena Jawa Pos
pemain yang berlaga di LPI untuk bergabung memperkuat TIMNAS,
ditambah lagi Jawa Pos adalah surat kabar terbesar di Surabaya.
Untuk objek penelitiannya, peneliti memilih kota Surabaya. Karena
Surabaya adalah Ibukota Jawa Timur. Jawa Timur merupakan Barometer
sepak bola di Indonesia. Ditambah lagi, karena Surabaya memiliki suatu
kelompok suporter (pendukung Persebaya Surabaya) dinamakan BONEK
(bondo nekat) dan sekaligus sebagai salah satu responden. Alasan peneliti
memilih BONEK sebagai responden, karena setelah peneliti mengadakan
pra penelitian, BONEK merupakan salah satu komunitas penggemar sepak
bola (pendukung Persebaya Surabaya) yang sangat fanatik di Indonesia
dari beberapa suporter-sopurter fanatik yang lain di Jawa Timur, seperti
Aremania (suporter Arema Indonesia Malang), Ultras Mania ( Seporter
Gresik United), LA Mania ( suporter Persela Lamongan), Delta Mania (
suporter DELTRAS Sidoarjo, serta beberapa suporter lain di Jawa Timur.
Selain BONEK, peneliti juga memilih beberapa komunitas kelompok
suporter sepak bola lainnya, diantaranya INDO BARCA Surabaya
(komunitas fans club FC. Barcelona di Surabaya) dan RED ARMY
(komunitas fans club Manchaster United di Surabaya)
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
larangan pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI) untuk
memperkuat TIM Nasional Indonesia.
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap warga Surabaya
khususnya para Komunitas penggemar sepakbola dan mereka yang
pembaca harian umum Jawa Pos tentunya.
a. Sikap kelompok suporter sepak bola yang mendukung terhadap
larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat TIMNAS
pada pemberitaan media cetak.
b. Sikap kelompok suporter sepak bola yang netral, tidak tahu menahu
tentang larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat
TIMNAS pada pemberitaan media cetak.
c. Sikap kelompok suporter sepak bola yang tidak mendukung tentang
larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat TIMNAS
pada pemberitaan media cetak.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian sikap Kelompok Suporter
Sepak Bola terhadap larangan pemain yang berlaga di LPI untuk
1. Secara teoritis
Bagi kepentingan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
efek apa yang dihasilkan dari kelompok suporter sepak bola Surabaya
pada pemberitaan larangan pemain yang berlaga di LPI untuk memperkuat
TIMNAS, dan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu komunikasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
masukan atau tambahan referensi penelitian komunikasi selanjutnya.
2. Secara praktis
Dapat digunakan sebagai acuan atau bahan masukan bagian surat kabar
dalam rangka penyebaran informasi khususnya yang berkaitan dengan
sikap pembaca terhadap kemajuan Organisasi sepak bola Indonesia dan
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Penger tian Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi
yang menyenangkan atau normal terhadap suatu objek atau sebuah
kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai study menunjukan
bahwa sikap kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami
perubahan. (Rahmat,2001:33)
Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan
masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan
sebagai respon yang akan timbul dari reaksi individu. Respon yang terjadi
sangat evaluatif, berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positif dan
negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka tau tidak suka,
yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
(Rahmat,2001:40)
Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses
belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak
upaya (pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah
sikap seseorang. ( Rahmat,2001:42 )
Pada hakekatnya, sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai
efek, dimana efek tersebut ada 3 yaitu :
1. Efek kognitif
Yaitu sikap yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,
keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek
sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang
menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan
evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik
atau tidak baik terhadap lingkungannya.
2. Efek afektif
Sikap emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang
berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai
yang dimiliki.
3. Efek konatif
Sikap yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak
terhadap lingkungan dengan ramah, sopan, bermusuhan,
menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya.
2.1.2. Masyar akat sebagai khalayak Media Massa
Dinamika masyarakat dalam memperoleh informasi-informasi atau
berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa
tersebut dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu
mempunyai dampak yang menyentuh di kehidupan masyarakat. Dampak
tersebut meliputi aspek kepribadian khalayak secara emosional, intelektual
maupun sosial, setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak
tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Masyarakat di sini adalah masyarakat yang menjadi pembaca dari
media massa cetak (surat kabar) yang bersangkutan dimana pembaca
tersebut heterogen, anonim, dan banyak sekali jumlahnya, serta berasal
dari semua lapisan sosial dalam sosiologi komunikasi massa. ( Sutaryo,
2005:114 )
Kelompok suporter sepak bola di Surabaya merupakan khalayak
sasaran ( target audience ). Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian
ini dilakukan pada responden yang berusia 20 tahun keatas. Dengan
alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan intelektual
maupun ketrampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang
dengan sikap pandangan yang realistis terhadap lingkungan sosialnya
2.1.3 Penger tian Ber ita
Dean M.Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News
Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott ( News survey
Journalism ), menyatakan bahwa :
” Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”
Sedangkan menurut Mitcel V.Charnley, menyebutkan :
” Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”
Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta,
akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting,opini dan sejumlah pembaca
merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian
disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini aktual yang
menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca,
pendengar, penonton. ( Muda, 2003:22 )
Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan
unsur-unsur penting dalam berita antara lain :
1. Faktual
Isi berita harus merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta, bukan fakta
yang dibuat-buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya,
2. Objektif
Apa yang dilihat dan didengar itulah yang ditulis seorang wartawan
menjadi sebuah tulisan yang berisi pemaparan dan penguraian peristiwa
atau pendapat. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan sifat
subjektifitas atau opini pribadi dari peliput beritanya.
3. Nilai Berita
Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan orang
banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan
kepentingan umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu
merupakan kejadian atau peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan
masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan
kepada khalayak seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan
sebagainya.
4. Aktual
Jarak antara terjadinya peristiwa ataupun suatu pendapat saat diucapkan
dengan diturunkannya berita itu hendaknya secepatnya, sebab jika
terlewati beberapa hari saja terutama berisi peristiwa, maka nilai
aktualitasnya sudah basi.
5. Menarik
Berita yang disajikan harus berisi peristiwa atau pendapat yang memang
menarik perhatian sebagian besar pembaca. Biasanya cerita yang menarik
adalah tentang sesuatu yang aneh, yang luar biasa, atau tentang sesuatu
informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu, atau
humor, dan informatif mengenai pilihan hidup.
Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau
ditonton. Jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara
satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada
pertimbangan seperti berikut:
a. Timeliness
Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan
disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat
pemirsa atau pembaca.
b. Proximity
Proximity artinya kedekatan. Kedekatan di sini maknanya sangat
bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras,
profesi, kepercayaan, kebudayaan maupun kepentingan terkait lainnya.
c. Prominence
Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu
terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.
d. Consequence
Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala
tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat
berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan
e. Conflict
Conflict ( konflik ) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik
adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat
berhubungan dengan peristiwa kehidupan.
f. Development
Development ( pembangunan ) merupakan materi berita yang cukup
menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan
baik.
g. Disaster and crimes
Disaster ( bencana ) dan crimes ( kriminal ) adalah 2 peristiwa berita yang
pasti akan mendapatkan tempat bagi para pemirsa dan penonton.
h. Weather
Weather ( cuaca ) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di
sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.
i. Sport
Berita olah raga sudah lama daya tariknya
j. Human Interest
Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih,
dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.
2.2 Ber ita Pada Har ian Umum J awa Pos Tentang Lar angan PSSI Bagi
Pemain Yang Ber laga di LPI Untuk memperk uat Timnas.
Salah satu yang diulas adalah berita mengenai tidak
diperbolehkannya pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI)
oleh PSSI untuk mengikuti Tim Nasional Indonesia. Contohnya Irfan
Bachdim. Irfan Bachdim adalah salah satu bintang muda timnas sepak
bola Indonesia. Irfan terancam larangan memperkuat timnas berikutnya
dikarenakan masih terikat kontrak dengan Persema Malang. Persema
adalah sebuah kesebelasan asal Malang dan salah satu tim yang telah
diblacklist oleh PSSI. Persema terblacklist dikarenakan bergabung dengan
LPI, dimana LPI adalah suatu organisasi yang dianggap ilegal oleh PSSI.
PSSI menghukum dengan melarang pemain sepak bola yang berlaga di
LPI, untuk turut gabung berlaga memperkuat skuad TIMNAS Indonesia.
PSSI berkata bahwa, hanya pemain yang berada dalam organisasi resmi
sepak bola saja yang bisa memperkuat TIMNAS. Sedangkan PSSI adalah
satu-satunya induk organisasi sepak bola Indonesia yang telah diakui FIFA
( induk organisasi olahraga sepak bola se dunia ). Sedangkan LPI adalah
organisasi yang bukan naungan PSSI, otomatis FIFA tidak mengesahkan
organisasi tersebut. ( Jawa Pos, 4 januari, 2011).
2.2.1 Sejar ah PSSI
Surat kabar dalam memuat dan menampilkan berita-berita selain
disebabkan perkembangan media cetak dalam arus informasi kini telah
mengalami kemajuan pesat, karena surat kabar sendiri berkeinginan
mengangkat taraf kehidupan masyarakat dalam menambah wawasan
informasi dalam penyajian bentuk berita yang aktual. PSSI didirikan oleh
seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo, yang lulus di
Jerman dan kembali ke Indonesia pada 1928.
Di Indonesia, beliau bekerja di perusahaan Belanda di Yogyakarta
dan menjadi orang pertama di Indonesia yang bekerja di sebuah
perusahaan. Namun, kemudian beliau mengundurkan diri dari perusahaan
dan menjadi lebih aktif dalam gerakan revolusioner. Sebagai manusia
yang mencintai sepak bola, beliau menyadari bahwa sepak bola dapat
menjadi salah satu senjata untuk mengumpulkan orang-orang Indonesia
dan mengusir penjajah Belanda keluar meninggalkan Indonesia.
Untuk mencapai misi itu, Soeratin banyak mengadakan pertemuan
dengan para pemain sepak bola profesional Indonesia pada waktu itu,
kebanyakan melalui kontak pribadi karena mereka ingin menghindari
tentara Belanda. Kemudian, pada pertemuan yang digelar di Jakarta
dengan Soeri, Ketua Vetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ), dan para
pemain, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi sepak
bola nasional.
Pada tanggal 19 April 1930, hampir semua organisasi
Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Bandung), Persatuan
Sepakbola Mataram (Yogyakarta), Madioensche Voetbal Bond (Madiun),
Indonesische Voetbal Bond Magelang (Magelang), Soerabajashe
Indonesische Voetbal Bond (Surabaya), dan Vortenlandsche Voetbal Bond
(Solo) yang dikumpulkan pada akhir pertemuan dan memutuskan untuk
mendirikan Persatoean Sepakbola Seloeroeh Indonesia (Asosiasi Sepak
Bola Indonesia atau PSSI) dengan Soeratin sebagai ketua.
Pada tahun awal terbentuknya PSSI, mereka menggunakan sepak
bola sebagai metode untuk melawan kontrol dari penjajah Belanda dengan
mengumpulkan semua pemain sepak bola yang kebanyakan adalah
laki-laki. Nanti, karena PSSI menjadi lebih kuat. Dalam 1936, NIVB berubah
menjadi NIVU (Nederlandsh Indische Voetbal Unie) dan bekerjasama
dengan Belanda.
Pada tahun 1938, dengan nama Hindia Belanda, NIVU mengirim
tim ke Piala Dunia 1938. Namun, sebagian besar pemain berasal dari para
pemain NIVU, bukan PSSI, walaupun terdapat 9 pemain Tionghoa /
Pribumi. Akibatnya, Soeratin menyatakan protes dan ia mau diadakan
pertandingan antara NIVU dan PSSI sebelum piala dunia. Selain itu, ia
juga kecewa karena bendera yang digunakan di piala dunia adalah bendera
dari NIVU (Belanda). Soeratin kemudian membatalkan kesepakatan
dengan NIVU dan Muhammad Rizki di dalam kongres PSSI 1939 di Solo.
PSSI diklasifikasikan oleh jepang sebagai Tai Iku Kai dari organisasi atau
asosiasi olahraga Jepang.
(http://www.anneahira.com/olahraga/pssi.htm)
2.2.2. Sejar ah Liga Pr imer Indonesia
Wacana Liga Pr imer Indonesia (LPI) yang digagas oleh seorang
pengusaha, Arifin Panigoro dan sejumlah pengusaha lainnya menjadi
tamparan keras bagi pengurus PSSI yang dinilai tidak mampu
menciptakan kompetisi sepak bola yang baik di Indonesia. Wacana dan
rencana LPI ini tidak akan muncul seandainya kompetisi sepak bola di
Indonesia baik itu Indonesia Super Liga (ISL), Divisi Utama dan
kompetisi lainnya yang dikelola PSSI berjalan dengan baik, termasuk
menciptakan kemandirian klub menjadi lebih profesional.
Dalam konsepnya, Liga Pr imer Indonesia (LPI) ingin agar klub
pesertanya nanti mendapatkan keuntungan finasial dari kompetisi yang
diikuti, seperti halnya klub-klub di Eropa yang mendapatkan keuntungan
lebih dari sponsor dsb, hal yang tidak diberikan PSSI selama ini yang
membuat klub masih bergantung pada APBD. Sebagai langkah awal,
seperti yang saya baca, LPI akan memberikan kucuran dana awal untuk
masing-masing klub yang mau bergabung dan berkompetisi di LPI sebesar
Menanggapi makin panasnya wacana Liga Primer Indonesia (LPI),
pihak PSSI bereaksi keras, bahkan sampai melayangkan ancaman jika ada
klub yang membelot dari PSSI dan bergabung ke LPI maka PSSI akan
memberikan sanksi yakni mengeluarkan klub tersebut dari keanggotaanya
di PSSI. Ancaman yang kemudian ditanggapi oleh pihak LPI dengan
mengatakan, bahwa PSSI tidak bisa asal mengeluarkan tanpa melewati
kongres. Jadi, mereka menekankan bahwa klub yang berkompetisi di LPI
bisa juga sekaligus berkompetisi di Indonesia Super League (ISL), Liga
Utama dan kompetisi PSSI lainnya. Namun dalam kenyataannya PSSI
melarang tim yang tampil di LPI untuk tampil di ISL, bahkan melarang
pemain-pemain yang berlaga di LPI untuk membela TIMNAS Indonesia.
Walaupun begitu magnet LPI masih bisa menarik klub-klub ISL untuk
bergabung dengan LPI, diantaranya Persema Malang, Persibo Bojonegoro,
dan PSM Makasar.
(http://www.anneahira.com/olahraga/pssi.htm)
2.3 Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial
Menegakkan nilai-nilai demokrasi, memperjuangkan keadilan dan
kebenaran serta hak-hak asasi manusia merupakan contoh idealisme yang
harus senantiasa diperjuangkan oleh pers. Idealisme yang melekat pada
pers harus dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial yang konstuktif dengan
Sementara ( Sumandiria, 2005:32-35 ) dalam Jurnalistik
Indonesia menunjukan 5 fungsi pers yaitu :
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat,
faktual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, makhsudnya di sini informasi yang disebarluaskan pers
hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus
mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan
masyarakat.
4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai
pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalak
ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat
atau negara.
5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator
atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain.
Peristiwa yang satu dengan peristiwa lain, atau orang yang satu dengan
yang lain.
Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (
1987 : 2 ), adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang
mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai
Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk
mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh
kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat
dipaksa untuk perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk
mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial ( Susanto, 2000:115 )
adalah tekanan mental setiap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai
dengan penilaian kelompok. Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial
bertujuan :
1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya
2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri
3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru
( Susanto, 2000:116 )
2.4 Teor i S-O-R
Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi
teori komunikasi. Karena obyek material dari psikologi dan ilmu
komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen
sikap, opini, kognitif, afektif, dan konatif.
Teori S-O-R sebagai singkatan dari
Stimulus-Organisme-Response. Stimulus sendiri berarti pesan di antara dua unsur komunikasi
yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan
diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator.
Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar,
kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan
memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek
sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan
kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu
teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima
sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau
pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan
tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus
tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan ( stimulus ) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat
berupa tanda dan lambang.
2. Komunikan ( Organisme ) merupakan keadaan komunikan di saat
menerima pesan. Pesan yang disampaikan kepada komunikan oleh
komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan
memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian
di sini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang
mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya
komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan
pengetahuan bagi komunikan.
( Effendi, 2003:255 )
Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa
perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa
efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk
atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa
memperkuat Timnas Pada Media Harian Jawa Pos " Mungkin diterima
atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila
komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan
memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari
pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan
diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan
dalam proses komunikasi. ( Effendy, 2003:256 )
2.5 Ker angka Berpikir
PSSI sebagai lembaga yang bertugas mengurusi sepak bola di
Indonesia baik mulai dari klub-klub yang bermain di liga Indonesia sampai
dengan TIMNAS Indonesia merupakan tanggung jawab PSSI, dengan
banyaknya kota dan kabupaten di Indonesia sehingga banyak pula klub
yang tersebar di seluruh Indonesia membuat tanggung jawab PSSI jadi
lebih besar. Sesuai dengan keputusan pemerintah melalui menteri dalam
negeri bahwa semua klub tidak lagi boleh menggunakan APBD, sebagai
Informasi bahwa semua klub di Indonesia masih menggunakan APBD
sebagai sponsor utama, selain Arema Indonesia, dan Bontang FC (dua
kesebelasan anggota PSSI). Oleh karena itu klub-klub banyak yang belum
siap dan banyak klub yang kesulitan dana. Keadaan ini berbanding
terbalik dengan LPI, karena semua klub di LPI tidak lagi menggunakan
APBD, maka dari itu klub-klub di ISL ada yang memilih bergabung
mengandalkan APBD. Namun PSSI menganggap LPI liga yang ilegal,
bahkan PSSI tidak lagi memakai tenaga pemain yang bermain di LPI,
padahal banyak pemain yang selama ini diandalkan di TIMNAS seperti
Irfan Bachdim yang baru saja dinaturalisasi oleh Badan Tim Nasional.
Irfan Bachdim yang terikat kontrak dengan Persema Malang yang
memutuskan untuk ikut bermain di LPI dilarang memperkuat TIMNAS,
walaupun sebenarnya pelatih TIMNAS memasukkan namanya ke dalam
skuad TIMNAS Indonesia. Selain Irfan Bachdim, terdapat juga
pemain-pemain lain yang memiliki potensi seperti Andik Vermansyah.
Maka dalam hal inilah media massa khusunya media cetak surat
kabar Jawa Pos memberitakan mengenai Larangan pemain yang bermain
di LPI untuk memperkuat TIMNAS.
Gambar 2 : Bagan kerangka berpikir Sikap Kelompok Suporter
Sepak Bola di surabaya terhadap Berita Tidak
Diperbolehkannya Pemain Yang Berlaga Di LPI Untuk
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Response.
Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu
komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pasan berupa
tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri
komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator.
Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar,
kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan
memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek
sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan
kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh
yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (
Rahmat, 2005:35 ). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah
perubahan pengetahuan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu
teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima
sebagai akibat dari ilmu komunikasi ( McQuail, 1994:234 ). Akibat atau
pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan
tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus
tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sikap Kelompok
Bermain Timnas Indonesia oleh PSSI Kepada Pemain Yang Berlaga di
LPI Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos. Karena stimuli dalam hal
ini pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari
khalayak yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selanjutnya setelah
menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian
yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2002: 24).
Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta ataupun
karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2002:
22). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang kongkrit
(tangible) dan terukur (Ruslan, 2003: 28).
3.1. Definisi Operasional
Definisi operasional disini untuk menjelaskan indikator dari
variable penelitian. Definisi operasional adalah suatu definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan
kata-kata yang dapat di uji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
(Koentjaraningrat, 1991:23).
3.1.1. Sikap
Sikap kelompok suporter sepak bola di Surabaya tentang
pemberitaan bentuk larangan bermain timnas Oleh PSSI Untuk Berlaga
seluruh aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pembaca tentang
Pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI
Untuk Berlaga Di Liga Primer Indonesia (LPI) pada surat kabar Jawa Pos
atau sejauh mana pembaca mengerti informasi berita olah raga Nasional
tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan
pembaca menyikapi pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas
Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI),
apakah senang atau tidak senang. Sedangkan aspek konatif adalah sejauh
mana pembaca merespon pemberitaan tersebut. Sehingga pada akhir
penelitian didapatkan hasil akhir berupa penilaian dari keseluruhan aspek
apakah itu positif, netral atau negatif.
Adapun sikap kelompok suporter sepak bola pembaca Jawa Pos
dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu komponen kognitif, komponen
afektif dan komponen konatif .
1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan
masyarakat mengenai Pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas
Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI).
Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat
pendidikan seseorang tinggi maka akan mudah untuk memahami suatu
informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan
tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini
berupa pengetahuan mengenai pemberitaan perkembangan persepak
pemberitaan yang lebih memfokuskan pada sistem-sistem persepak bolaan
Indonesia, serta kepedulian kelompok suporter sepak bola di Surabaya
akan perkembangan sepak bola di Indonesia. Dimensi kognitif sikap
kelompok supporter sepak bola di Surabaya terhadap pemberitaan pada
harian umum Jawa Pos yakni meliputi :
• Mengetahui bahwa ada pemberitaan tentang larangan bermain
timnas Indonesia oleh PSSI bagi pemain sepak bola yang berlaga
di liga primer Indonesia pada harian umum Jawa Pos.
• Mengetahui bahwa keputusan PSSI tentang larangan pemain yang
berada di LPI untuk memperkuat timnas, akan membatasi potensi
dan bakat anak negeri yang sudah jelas nyata terlihat.
• Mengetahui bahwa keputusan PSSI tentang larangan pemain yang
berada di LPI untuk memperkuat timnas, agar supaya khalayak
lebih mengerti akan peraturan-peraturan PSSI yang sudah tertulis
guna eksistensinya wewenang hukum dan undang-undang yang
sudah tertulis.
• Pengetahuan responden tentang isi keputusan PSSI.
2. Komponen afektif dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek
komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari pembaca Jawa Pos
tentang Pemberitaan Bentuk Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh
PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Seperti misalnya,
Pemberitaan Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk
Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Adapun perasaan- perasaan
tersebut seperti nyaman dengan adanya pemberitaan itu. Dimensi afektif
sikap kelompok supporter sepak bola di Surabaya terhadap pemberitaan
pada harian umum Jawa Pos yakni meliputi :
• Merasa senang dengan adanya keputusan PSSI dalam
permasalahan yang berlangsung.
• Merasa cemas dengan pemberitaan pada harian umum Jawa Pos
tentang keputusan PSSI terhadap pemain yang merupakan anggota
LPI.
• Merasa senang karena PSSI membuat keputusan dalam
pemberitaan harian umum Jawa Pos.
• Menganggap keputusan PSSI merupakan hal positif bagi semua
kelompok supporter di Surabaya.
3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan masyarakat
memberikan respon positif, netral atau negatif tentang Pemberitaan
Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga
Primer Indonesia (LPI). Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai
dengan keinginannya sendiri. Jika respon yang diterima itu positif maka
masyarakat mendukung pemberitaan tersebut. Namun, bila masyarakat
bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik pemberitaan
konsisten dalam melakukan tindakan dari Pemberitaan Larangan Bermain
Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia
(LPI). Dimensi konatif sikap kelompok suporter di Surabaya terhadap
pemberitaan mengenai keputusan PSSI tentang laranagn bermain pada
klub anggota LPI untuk memperkuat timnas meliputi :
• Adanya kecenderungan responden untuk mendiskusikan masalah
tentang keputusan PSSI kepada sesama kelompok supporter
(komunitas penggila bola) Surabaya.
• Adanya kecenderungan responden untuk berhati-hati dalam merespon
sikap antara LPI dan PSSI
• Adanya kecenderungan responden untuk tetap mendukung pemain
sepak bola anggota LPI untuk tetap bergabung memperkuat Timnas.
• Adanya kecenderungan responden untuk mengajak sesama kelompok
supporter di Surabaya berdemonstrasi untuk menentang keputusan
PSSI.
3.1.2 Pengukuran Var iabel
Dalam melakukan pengukuran terhadap variable sikap digunakan
skala likert (skala sikap). Skala likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang
menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan pengskalaan
dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap, dan
untuk menyatakan ketidak setujuannya (Singarimbun, 1995:111).
Jawaban dari masing-masing pertanyaan yang ada di kuisioner
digolongkan dalam empat jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Setuju (S). Setelah melakukan
kategaori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan
pemberian nilai pada masing-masing jawaban. Pembelian nilanya yaitu
sebagai berikut :
1. Sangat tidak setuju (STS) (diberi skor 1)
2. Tidak setuju (TS) (diberi skor 2)
3. Setuju (S) (diberi skor 3)
4. Sangat setuju (SS) (diberi skor 4)
Untuk pilihan jawaban “Netral” sengaja tidak dicantumkan dalam
kuesioner, responden diarahkan untuk tidak menjawab “Netral” dengan
alasan:
1. Jawaban ini memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan
jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti
ganda ini tidak diharapkan dalam instrumen.
2. Jawaban “Netral” menimbulakan kecenderungan untuk menjawab
“Netral”, terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan
3. Jawaban “Netral” akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga
mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi,
2000: 20).
Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari
masing-masing pertanyaan, maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam
menentukan lebar interval dari sikap yang diukur dari tiap aspek sikap
yang terbentuk apakah positif, netral atau negatif, selanjutnya dari
penilaian 3 aspek tersebut dapat ditentukan sikap pembaca yang terbentuk
apakah itu positif, netral atau negatif. Jika aspek yang terbentuk positif
maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap positif. Jika aspek yang
terbentuk netral maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap netral.
Serta jika aspek yang terbentuk negatif dalam artian tidak mendukung
maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap negatif. Untuk mengetahui
tingkatan tersebut dengan menggunakan rumus :
Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban terendah Jenjang yang diinginkan
Range = 48 – 12
3
= 36 = 12
3
Nilai skor tertinggi = 4 (pilihan SS) x 12 (Jumlah pertanyaan)
Nilai skor terendah = 1 (Pilihan STS) x 12 (Jumlah terendah)
= 12
Jadi penentuan kategorinya adalah :
1. sikap negatif = 12 – 23 (terendah) : Dikatakan negatif apabila
sikap pembaca tidak mendukung adanya pemberitaan ini.
2. sikap netral = 24 – 35 (sedang) : Dikatakan netral apabila
pembaca hanya pasif menyikapi pemberitaan.
3. sikap positif = 36 – 48 (tertinggi) : Dikatakan positif apabila
pembaca menunjukkan sikap mendukung adanya pemberitaan ini.
Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori
diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.
Sikap Kelompok Suporter sepak bola di Surabaya Terhadap
Bentuk Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di
Liga Primer Indonesia (LPI) dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori yaitu
positif, negatif dan netral. Dikatakan positif jika masyarakat Surabaya
tersebut melakukan tindakan dari poin-poin Pemberitaan Larangan
Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer
Indonesia (LPI) di surat kabar Jawa Pos, sementara dikatakan negatif jika
kelompok suporter sepak bola pembaca Jawa Pos di Surabaya tidak
melakukan tindakan sama sekali dari poin-poin Pemberitaan Larangan
Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer
kelompok suporter sepak bola pembaca Jawa Pos di Surabaya tidak
konsisten dalam melakukan tindakan dari poin-poin Pemberitaan Larangan
Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer
Indonesia (LPI).
3.1.3 Kelompok Supor ter Sepak Bola Di Sur abaya
Kelompok Suporter Sepak Bola yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah beberapa kelompok suporter atau fans club :
• BONEK (pendukung fanatik Persebaya Surabaya). Kelompok suporter ini
mempunyai markas di YSS jl. Simpang dukuh no.1 Surabaya.
• INDOBARCA (komunitas fans club FC. Barcelona Surabaya), kelompok
supporter ini biasa bermarkas di KFC Ahmad Yani Surabaya.
• RED ARMY (komunitas fans club Manchaster United Surabaya).
Kelompok suporter ini bermarkas di salah satu Cafe di Jl. Pucang Anom
33.
• Madridista (komunitas fans club Real Madrid). Kelompok supporter ini
bermarkas di GOOL Futsal Jl. Jagir
• Liverpoodlian The Red Surabaya (komunitas fans club Liverpool).
Komunitas ini bermarkas di jalan Wijaya Kusuma Surabaya
Untuk semua kelompok supporter yang disebut di atas hanya
dipilih pada supporter yang membaca harian umum Jawa Pos saja
menjadi pembaca jawa pos ini merupakan khalayak sasaran (target
audience) dari penelitian.
3.1.4. Ber ita Lar angan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Ber laga
di Liga Pr imer Indonesia
Berita Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk
Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI) adalah sebuah berita yang
bertujuan memberikan informasi kepada pembaca Jawa Pos khususnya di
Surabaya bahwa sebenarnya masyarakat perlu perduli terhadap
perkembangan sepak bola nasional. Pemberitaan Larangan Bermain
Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk Berlaga di Liga Primer Indonesia
(LPI) dimuat di surat kabar Jawa Pos edisi bulan Januari dengan rincian
sebagai berikut:
1. Edisi 04 J ANUARI 2011 dengan pember itaan PSSI BEKINGI
Ir fan Bachdim Keluar Persema.
2. Edisi 7 juli 2011 dengan pemberitaan Menpor a – Polisi Abaikan
PSSI.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ik Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua fans atau pecinta sepak
mengambil Kota Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah
karena Persebaya Surabaya merupakan salah satu tim yang ikut di
kompetisi LPI, dan Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur. Dan
Jawa Timur adalah provinsi barometer sepak bola di Indonesia. Jawa
Timur merupakan barometer sepak bola Indonesia karena Jawa Timur
mempunyai club anggota PSSI paling banyak dibanding provinsi lainnya
di Indonesia. Untuk kasta ISL (Indonesia Super Liga) saja, Jawa Timur
memiliki lima kesebelasan, yaitu Deltras (Sidoarjo), Persela (Lamongan),
Persema (Malang), Persibo (Bojoneoro) dan Arema Indonesia (Malang).
Untuk kasta di bawahnya yang biasa disebut Divisi Utama, Jawa Timur
mempunyai tujuh tim yaitu Persebaya Surabaya, Gresik United (Gresik),
Persik (Kediri), Persekam Metro FC, PSBI Blitar, Mojokerto Putra, dan
Persipro (Probolinggo). Ditambah lagi surat kabar Jawa Pos memuat
pemberitaan Larangan Bermain Timnas Indonesia Oleh PSSI Untuk
Berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Dimana populasi merupakan
penikmat media massa khususnya media massa cetak (Koran), karena
karakteristiknya yang berbeda dengan media massa cetak lainnya. Koran
memiliki fokus utama atau titik berat, menyajikan berita-berita
kriminilaitas, ekonomi, cerpen, surat pembaca, dan menonjolkan foto-foto.
Dipilihnya kelompok suporter sepak bola yang berusia 17 tahun ke
atas karena pada usia ini seseorang telah memiliki kematangan kognitif,
emosional dan sosial, sudah dapat berhubungan dengan
dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua
alternative yang ada, serta memiliki kemampuan intelektual maupun
keterampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap
pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga
dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004:66).
3.2.2 Sampel dan Tek nik Penar ikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pembaca surat kabar
Jawa Pos yang berumur 17 – 40 tahun yang tinggal di Surabaya. Teknik
penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Purposive Sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada
karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan
karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ruslan,
2003:156). Sampel dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa
Pos berusia 17 tahun – 40 tahun, memiliki KTP Surabaya dan berdomisili
di Surabaya.
Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penduduk Surabaya
yang berusia 17 tahun ke atas dan yang membaca surat kabar Jawa Pos,
maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan
proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10% dengan tingkat
Maka sampel dari penelitian ini dapat diketahui dengan rumus
Yamane, yaitu:
n = N
Nd² + 1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2007;82)
Data pelengkap tetap semua anggota fans club di Surabaya
sejumlah 16.865 anggota (sumber : data kelompok supporter yang
terdaftar di masing-masing kelompok supporter). Dalam penelitian ini
digunakan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah
responden dalam penelitian ini adalah:
n = N
Nd² + 1
= 12.526
16.865(0,1)² +1
3.3. Sumber dan J enis Data
3.3.1. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh
dari sumber data pertama yang dilokasi penelitian atau objek penelitian
(kuesioner). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan
(literatur) (Bungin, 2004 :122).
3.3.2. J enis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang
dapat diperoleh, antara lain:
1. Data Primer
Dilakukan dengan teknik survey, yaitu melakukan pengumpulan
data dari responden dengan menyebarkan data pernyataan
tertulis/kuesioner. Data tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar
pernyataan tertulis/kuesioner. Dalam penyebaran kuesioner responden
didampingi oleh peneliti, hal ini dilakukan apabila dalam kuesioner yang
diajukan terdapat pernyataan yang kurang dipahami oleh responden dapat
dijelaskan oleh peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah dalam
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia)
melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi
atau perusahaan (Ruslan, 2003: 29). Data sekunder diperoleh dari
sumber-sumber lain selain sumber-sumber data primer untuk mendukung keakuratan data.
Data sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara (interview),
buku-buku teks, majalah, dan internet yang mendukung obyek penelitian.
3.4. Tek nik Pengumpulan Data
Metode teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti
adalah metode kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan
pertanyaan, kemudian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam
sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi
(Bungin, 2004: 130). Dalam penyebaran kuisioner kepada responden,
responden terkait didampingi oleh peneliti. Selain itu, peneliti akan
melakukan metode wawancara dan observasi untuk mendukung data-data
penelitian. Adapun instrument penelitian yang dibutuhkan adalah
Kuesioner berupa daftar pertanyaan tertutup yang disebarkan kepada
responden guna mendapatkan data akurat berkaitan dengan informasi
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel
frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan
dalam persentase. Yaitu presentase masing-masing data yang
menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran
kuisioner yang diisi oleh responden.
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari
mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data
untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang
diajukan.
Dalam penelitian ini data yang akan di olah dengan tahap-tahap :
a. Editing atau seleksi angket
Data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik.
Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang
diperoleh valid.
b. Coding
Pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.
c. Tabulating
Menggolongkan data dalam table, data-data yang ada agar dapat
dihubungkan dengan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada
(Rakhmat, 2002:134).
Data-data yang diperoleh akan dilakukan dengan analisa secara
o
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh persentase
yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan
selanjutnya akan disajikan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah
dibaca dan diinterpretasikan.
3.6. Analisis Deskr iptif
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
penelitian dengan menggambarkan obyek penelitian, yang terdiri atas
daerah penelitian, keadaan responden yang diteliti, serta item-item yang
didistribusikan dari masing-masing variabel. Ukuran deskriptifnya adalah
pemberian angka, baik dalam jumlah responden (orang) maupun dalam
angka presentase.
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa,
perilaku atau objek tertentu lainnya. Teknik statistik deskriptif yang
digunakan peneliti adalah teknik distribusi frekuensi. Kegunaan distribusi
bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Adapun hasil dari
perhitungan statistik deskriptif ini nantinya merupakan dasar bagi
4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Gambar an Umum J awa Pos
Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949
oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd yang
bertempat di Jalan Kembang Jepun 166 – 169. Perusahaan ini didirikan
oleh WNI keturunan kelahiran Bangka yang bernama The Cun Sen alias
SOESONO Tedjo pada 1 Juli 1949. Soesono Tedjo merupakan perintis
berdirinya Jawa Pos ini. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi
surat kabar, ternyata menguntungkan, maka ia pun mendirikan perusahaan
surat kabar dengan nama lain Java Post pada 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos
saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa. Pemimpin redaksi
pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951 pemimpin redaksi
adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang yang
republikien tak pernah goyah.
Pada saat The Cun Sen dikenal sebagai Raja Koran karena
memiliki surat kabar yang diterbitkan dalam 3 bahasa yang berbeda. Surat
kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post. Sedangkan De Vrijie
Pers adalah surat kabar yang terbit dengan menggunakan bahasa Belanda.
Surat kabar De Vrijie Pers awalnya dimiliki oleh Vit Geres