SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh: IRFAN TRI RAHARJO
J 410050006
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
ABSTRAK IRFAN TRI RAHARJO J 410 050 006
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
xvii + 54 + 8
Banyak remaja mempercayai mitos seks sehingga tidak jarang ditemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang bermula dari keyakinan pada mitos-mitos tersebut. Hal ini menyebabkan semakin banyak remaja yang mencari tahu dan mencoba melakukan perilaku seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mitos seks dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi adalah 535 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple ra ndom sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 siswa. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara mitos alat reproduksi (p=0,007), mitos hubungan seksual (p=0,033), mitos PMS (p=0,044), dan mitos terjadinya kehamilan (p=0,029) dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Klaten kota.
Kata kunci : Mitos seks, perilaku seksual, remaja SMA Kepustakaan : 48, 1997 – 2009
Surakarta, 30 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd Ambarwati, S.Pd, M.Si
NIK. 100.1017 NIK. 757
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
iii
IRFAN TRI RAHARJO J 410 050 006
CORRELATION OF SEX MYTH WITH SEX BEHAVIOR OF SENIOR HIGH SCHOOL ADOLESCENT IN TOWN KLATEN
ABSTRACT
Many adolescents believe about sex myths, so we often find reproduction health cases that beginning from this myths. It causes more adolescents want to know and try the sexual behavior. The aim of this research was to know the correla tion of sex myths with sex behavior of senior high school adolescent in town Klaten. The research was observational with cross sectional approach. The population were 535 students and the sample were 84 students. Sampling technique using simple random sampling. The analysis was done by Chi-Square test. The result of this research: there was relationship between reproduction organ myths (p = 0.007), sex intercourse myths (p = 0.033), STD myths (0.044), and pregnancy myths (p = 0.029) with sex behavior of senior high school adolescent in town Klaten.
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
Disusun Oleh : Irfan Tri Raharjo NIM : J 410 050 006
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta, 30 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA
Disusun Oleh : Irfan Tri Raharjo NIM : J 410 050 006
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 30 Oktober 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Surakarta, 30 Oktober 2009
Ketua Penguji : Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd ( ) Anggota Penguji I : Ambarwati, S.Pd, M.Si ( )
Anggota Penguji II : Yuli Kusumawati, SKM, M. Kes (Epid) ( )
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
vi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”. ( QS. Al-Insyiroh : 6-8 )
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, Jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan,
Tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran (James Thurber)
Disaat kamu sampai pada suatu titik
Dimana kamu sudah tidak tahu harus berbuat apalagi
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT dan kerendahan hati penulis skripsi ini persembahkan kepada :
Ayah dan Ibuku Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang dan pengorbanannya, semoga Allah membalas segala kebaikannya dengan surga Kakak-kakakku Mas Joko dan Mbak Dyah, terima kasih atas perhatian, bantuannya serta kepercayaan yang telah diberikan kepadaku. Adikku tersayang
Terima kasih atas do’a dan motivasi yang penuh cinta yang selama ini ia pancarkan Teman-temanku KesMas ’05 Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kalian, semoga kita kelak menjadi
viii @ 2009
ix
RIWAYAT HIDUP
Nama : Irfan Tri Raharjo
Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 14 Februari 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rajawali no: 50 Klaten 57414 Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN Bareng 1 tahun 1999 2. Lulus SMPN 2 Klaten tahun 2002
3. Lulus SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun
2005
4. Menempuh pendidikan di Program Studi
x
KATA PENGANTAR
Assalamuala’kum Wr.Wb
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya dan kepada junjungan tauladan nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA MITOS SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA DI KECAMATAN KLATEN KOTA”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam pembuatan skipsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Staf yang telah memberi ijin dan membantu selama proses penelitian.
2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Mayarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Ambarwati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bpk dan ibu dosen Kesehatan Masyarakat (Bu Ambar, Bu Azizah, Bu Dwi, Bu Lina, Bu Yuli, Pak Dar, Pak Alis) terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
xi
7. Drs. H. Muhni selaku kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, terima kasih atas dukungan dan semangatnya yang tak pernah henti berdo’a dan mencurahkan perhatian, cinta dan kasih sayangnya tanpa batas dengan Ridho Nya.
9. Kakakku mas Joko dan mbak Dyah, yang terus memberikan dukungan dan semangat untuk mengerjakan skripsi.
10.Adik Janar yang selalu memotivasi dan menemaniku hingga terselesaikannya skripsi ini.
11.Teman-teman kontraan B11 terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. 12.Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan ’05 (Anjar, Aput, Widia, Farid,
Pambudi, dan lain-lain) yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya, tetap semangat.
13.Teman-teman kos Wisma Raditya yang selalu membuat rame kos-kosan. 14.Semua pihak yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Amin. Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan dunia Kesehatan Masyarakat. Amin.
Wassalamualai’kum Wr.Wb
Surakarta, 20 Oktokber 2009
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ... 7
xiii BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36
B. Hasil Analisis Univariat ... 37
C. Hasil Analisi Hubungan ... 42
D. Hasil Analisis Bivariat ... 44
BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Mitos Alat Reproduksi dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 46
B. Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 47
C. Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 49
D. Hubungan antara Mitos Trejadinya Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten Kota ... 50
E. Keterbatasan Penelitian ... 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
xiv DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
xv DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1. Tahapan Perkembangan Remaja ... 11
2. Definisi Opersional Variabel ... 29
3. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y ... 32
4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38
5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 38
6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas ... 38
7. Distribusi Responden tentang Mitos Alat Reproduksi ... 39
8. Distribusi Responden tentang Mitos Hubungan Seksual ... 39
9. Distribusi Responden tentang Mitos PMS ... 40
10. Distribusi Responden tentang Mitos Terjadinya Kehamilan ... 41
11. Distribusi Responden tentang Perilaku Seksual ... 41
12. Distribusi Hubungan Mitos Alat Reproduksi terhadap Perilaku Seksual .. 42
13. Distribusi Hubungan Mitos Hubungan Seksual terhadap Perilaku Seksual ... 43
14. Distribusi Hubungan Mitos PMS terhadap Perilaku Seksual ... 43
15. Distribusi Hubungan Mitos Terjadinya Kehamilan terhadap Perilaku Seksual ... 44
16. Rangkuman Hasil Uji Bivariat Variabel Bebas terhadap Perilaku Seksual ... 45
xvi DAFTAR LAMPIRAN
1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 2. Kuesioner Pengumpulan Data
3. Pedoman Wawancara
4. Print Out Hasil Validitas dan Reliabilitas 5. Print Out Hasil Analisis Data
6. Dokumentasi Penelitian 7. Surat Ijin Penelitian
xvii DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome BP : Bimbingan dan Penyuluhan
HIV : Human Immunodeficiency Virus KTD : Kehamilan Tidak Diinginkan KP2K : Komisi Peduli Perempuan Klaten
LKTS : Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial PMS : Penyakit Menular Seksualitas
PPFA : Planned Parenthood Federation of America PSK : Pekerja Seks Komersial
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih kurang sampai saat ini, ditandai dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat tentang seksualitas yang seharusnya dipahaminya. Beberapa kajian
menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat
mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin dan Hidayana, 1999).
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarga, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial
dan seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai umur 12 tahun sampai 20 tahun (Pangkahila, 2007).
Orang tua adalah sumber penting yang hilang dalam upaya memerangi kehamilan pada remaja dan PMS. Kebanyakan remaja mengatakan bahwa mereka tidak dapat berbicara secara bebas dengan orang tua mereka mengenai
hal-hal seksual (Santrock, 2005). Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan
2 terhadap organ reproduksinya. Berdasarkan hasil penelitian Muzayyanah (2008), diketahui bahwa remaja usia 12-18 tahun mendapat informasi seputar
seks dari teman sebanyak 16%, dari film porno sebanyak 35%, dan dari orang tua sebanyak 5%.
Mitos seksual sangat penting dalam perkembangan reproduksi remaja. Kesalahpahaman mengenai mitos seperti petting tidak akan menyebabkan kehamilan, terkadang membuat remaja melakukan perilaku seksual yang
berisiko seperti hubungan seksual. Mitos-mitos tersebut ternyata memang sudah beredar luas di masyarakat. Pengaruh mitos-mitos tersebut masih kuat
di antara para remaja yang sedang giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi. Banyak remaja yang mempercayai mitos sehingga
tidak jarang ditemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang bermula dari keyakinan pada mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang
bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau masyarakat pada umumnya (Negara, 2008).
Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja perempuan usia 15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung) menemukan 46,2% remaja
masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini
3 peningkatan risiko untuk tertular PMS (Penyakit Menular Seksual) bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan sebanyak 51% mengira bahwa
mereka akan berisiko tertular HIV (Human Immunodeficiency Virus) hanya bila berhubungan seks dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) (Darwisyah,
2008).
Menurut Pangkahila (2007), sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara lain boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau ciuman.
Kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja. Berdasarkan hasil survei dan penelitian Psikolog Mitra
Citra Remaja Cirebon (2002) melalui angket yang dibagikan kepada 500 remaja SLTA, menunjukkan bahwa 7% remaja mengakui melakukan hubungan seksual di luar nikah, 4% pernah menggunakan alat, dan 75%
remaja melakukan onani (Susilowati, 2002). Survei yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (2008) yang dilakukan di 33 provinsi di
Indonesia, menunjukkan bahwa sekitar 62,7% pelajar SMP dan SMA di Indonesia mengaku tidak perawan lagi, dimana siswi yang disurvei tidak merasa bersalah dengan perbuatannya (Prasasti dan Indrini, 2008).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan LKTS (Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial) Boyolali dan KP2K (Komisi Peduli Perempuan Klaten)
4 perempuan dan laki-laki yang berasal dari perwakilan siswa dan siswi dari 80 sekolah (SMA/MA/SMK) di Kabupaten Klaten terungkap bahwa aktifitas
seksual remaja dalam berpacaran bukan hanya merupakan proses komunikasi yang sehat, akan tetapi sudah mengarah pada hal-hal yang melanggar norma
hukum. Aktifitas pacaran yang dilakukan menyebutkan antara lain ngobrol (24%), pegang tangan (16%), pelukan (13%), cium pipi (12%), cium bibir dan
necking (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2%) dan intercourse (1%). Fase mengenal pacaran inilah yang sering menjadi masalah bagi remaja karena di fase inilah sering terjadi masalah perilaku seksual pra nikah. Oleh
karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
B. Masalah Penelitian
1. Adakah hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
2. Adakah hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
3. Adakah hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota?
4. Adakah hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku
5 C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan mitos seks dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
b. Mengetahui hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
c. Mengetahui hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
d. Mengetahui hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual pada remaja di Kecamatan Klaten kota.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah
Sebagai informasi dan masukan bagi para guru atau pendidik agar
lebih mendukung adanya pendidikan seksual dalam upaya pemberian informasi kesehatan reproduksi sehingga remaja dapat mengetahui informasi yang benar dan dapat dipercaya, mengenai kesehatan
6 2. Bagi siswa SMA
Sebagai informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dalam upaya mengungkap mitos seks agar para remaja terhindar dari perilaku seks berisiko.
3. Bagi peneliti lain.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dasar bagi peneliti selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1. Definisi
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak akan mengalami tumbuh kembang termasuk masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak
dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilisasi, dan terjadi perubahan-perubahan
psikologik serta kognitif. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologinya.
Menurut Soetjiningsih (2007) berdasarkan umur kronologis dan
berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi remaja yaitu :
a. Pada buku-buku pediatrik, pada umumnya mendefinisikan remaja
adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
b. Menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan
8 c. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat untuk tinggal.
d. Menurut Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974, anak
dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
e. Menurut Pendidikan Nasional, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.
f. Menurut WHO (World Health Organization), remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
2. Ciri-ciri remaja.
Perkembangan seksualitas pada remaja ditandai dengan beberapa ciri atau tanda, antara lain :
a. Tanda kelamin primer
Tanda kelamin primer ditandai dengan mulai berfungsinya
organ-organ genital yang ada, baik di dalam maupun di luar badan
atau “menunjuk pada organ badan yang langsung berhubungan dengan
persetubuhan dan proses reproduksi”. Pada anak laki-laki yang mulai
9 b. Tanda kelamin sekunder.
Tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak
langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas pada perempuan dan khas
pada laki-laki.
1) Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki adalah : a) Suara membesar dan dalam
b) Bidang bahu lebar
c) Bulu-bulu tumbuh di ketiak dan kadang-kadang juga di dada
dan daerah kelamin.
d) Penis sering berdiri kalau terangsang karena melihat
perempuan atau mengkhayalkan perempuan. e) Sering bermimpi basah.
2) Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada perempuan adalah :
a) Suara merdu, kulit bertambah bagus dan halus. b) Bidang bahu mengecil dan bidang panggul melebar.
c) Bulu-bulu tumbuh pada ketiak dan di sekitar alat kelamin. d) Buah dada mulai membesar.
e) Alat kelamin membesar dan mulai berfungsi, menghasilkan
10 c. Tanda kelamin tersier
Tanda kelamin tersier adalah keadaan psikis yang berbeda antara
laki dan perempuan, yaitu yang disebut sifat maskulin pada laki-laki dan sifat feminisme pada perempuan.
1) Perubahan pada laki-laki antara lain:
Mudahnya terangsang seksual, yang menghendaki kepuasan seksual, yaitu senggama, yang tentu tidak dilaksanakan, karena
perkawinan menghendaki persyaratan tertentu, ekonomi, dan kematangan diri.
2) Perubahan psikis yang terjadi pada perempuan antara lain adalah : a) Bila melihat darah keluar dia ketakutan.
b) Sering mengalami sakit-sakit perut, sampai muntah-muntah, dan sakit kepala.
c) Tidak pernah mengalami orgasme, rasa sex, seperti pada
remaja laki-laki.
d) Pemalu, tapi aktraktif pada laki-laki.
Oleh karena itu, pada masa remaja perlu diberikan pengarahan tentang pendidikan seks, agar para remaja dapat mengendalikan dorongan seksualnya, sehingga tidak menyimpang dari jalan yang
benar (Miqdad, 2001). 3. Perkembangan perilaku remaja
11 pada laki-laki maupun pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan.
Menurut PPFA (Planned Parenthood Federation of America) (2001) berdasarkan perkembangan perilaku, remaja dibagi menjadi beberapa
tahapan, yang dapat disajikan pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Remaja Tahapan Remaja Umur bagi Laki-laki
(Tahun)
Sumber : PPFA. Adolescent Sexuality. 2001
Menurut Pangkahila (2007), perkembangan seksual remaja terdiri dari
empat fase, yaitu : a. Pra remaja
Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja
yang sesungguhnya. Pada masa pra remaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari
teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya. b. Remaja awal
Merupakan tahap awal atau permulaan, remaja sudah mulai
menunjukkan perubahan fisik, yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini, remaja sudah mulai mencoba melakukan
12 pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan
estrogen pada remaja perempuan. c. Remaja menengah
Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada
masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan
untuk melakukan sentuhan fisik. d. Remaja akhir
Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai
mengembangkannya dalam bentuk pacaran.
B. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Anonim, 2008 a).
13 remaja dari orang tua, teman sebaya, guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), pelajaran biologi, surat kabar, seminar, diskusi remaja, majalah, dan TV
(Ramdhani, dkk, 2001).
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi
yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Diharapkan dengan informasi yang benar, remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Disamping itu dengan mengetahui berbagai aspek kesehatan reproduksi maka remaja dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan atau sedini mungkin
melakukan tindakan pengobatan bila memiliki permasalahan dengan sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi.
C. Mitos Seks pada Remaja
Menurut Subinarto (2008), mitos adalah informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar, yang telah diyakini, beredar, dan populer di
masyarakat. Mitos cepat sekali berkembang di masyarakat, padahal kebenarannya masih dipertanyakan dan sering tidak akurat atau tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya. Banyak masyarakat yang percaya kepada mitos karena mereka sulit mendapatkan informasi yang akurat dan biasanya malas untuk mencari serta mendapatkan informasi yang benar, oleh sebab itu mereka
dengan mudahnya menerima segala informasi yang sifatnya desas-desus atau gosip semata.
14 Sebenarnya mitos seks secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seksual, sebab orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks akan
berupaya mencari kebenaran yang sesungguhnya. Setelah mendapatkan keterangan atau pengetahuan yang sebenarnya, maka orang tersebut secara
otomatis akan mengetahui tentang kesehatan seksual, dimana kesehatan seksual itu mengandung pengertian “kemampuan untuk menikmati dan mengungkapkan seksualitas kita yang bebas dari risiko terkena penyakit,
kehamilan yang tidak diinginkan, paksaan, kekerasan, dan diskriminasi” (Sjarif, dkk. 2006).
Kategori mitos :
1. Mitos alat reproduksi
a. Sering masturbasi atau onani bisa membuat mandul.
Faktanya, secara medis masturbasi atau onani tidak mengganggu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak sampai
menimbulkan luka atau lecet). Kemandulan justru dapat terjadi akibat dari PMS atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik
lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik (Negara, 2008). b. Masturbasi atau onani dapat menyebabkan lutut kopong.
Faktanya, masturbasi atau onani tidak dapat menyebabkan lutut
kopong. Spermatozoa tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut melainkan di testis. Mungkin setelah masturbasi atau onani,
15 energi. Itulah yang membuat pelakunya menjadi lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong (Negara, 2008).
c. Menyiram penis dengan bir atau soda bisa mematikan bakteri atau virus.
Faktanya, tidak mungkin bakteri atau virus yang ditularkan lewat hubungan seksual akan mati dengan disiram bir atau soda. Hanya dengan pengobatan antibiotik bakteri bisa dimatikan (Sjarif, dkk.
2008).
2. Mitos hubungan seksual
a. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta.
Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukkan kasih
sayang pada saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain
(Negara, 2008).
b. Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah
dari vagina.
Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu kelihatan berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik
dan hubungan seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai
16 c. Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan
seksual atau tidak perawan lagi.
Faktanya, selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena
melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda. Karena itu robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks (Negara, 2008).
d. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar.
Faktanya, secara medis tidak ada hubungan langsung antara
ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual tersebut ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi dan
pengalaman seksual (melihat, mendengar atau merasakan suatu rangsangan seksual) (Negara, 2008).
e. Seks oral tidak bisa menularkan penyakit.
Faktanya, ada dua cara penularan penyakit menular seksual yaitu melalui pertukaran cairan dan persentuhan kulit. Selama hubungan
seksual yang dilakukan melibatkan keduanya, risiko tertular tetap tinggi. Jenis penyakit herpes, klamidia, gonore, dan sifilis tetap bisa ditularkan melalui oral seks (Anonim, 2008 c).
3. Mitos PMS
a. PMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin.
17 mempertinggi risiko terkena keputihan akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh
kuman-kuman yang ada (Sjarif, dkk. 2008).
b. Minum antibiotik sebelum hubungan seksual akan mencegah
penularan PMS
Faktanya, minum antibiotik sebelum hubungan seksual tidak dapat mencegah PMS, karena masing-masing penyakit memerlukan jenis
antibiotik yang berbeda dan antibiotik yang dimakan belum tentu sebagai pencegah PMS (Sjarif, dkk. 2008).
c. PMS dapat dilihat secara kasat mata.
Faktanya, gejala PMS dapat tidak terlihat oleh mata terutama jika
terjadi pada perempuan (Sjarif, dkk. 2008). d. Kondom 100% aman untuk mencegah PMS
Faktanya, efektifitas kondom hanya sekitar 44% - 74% sehingga
kemungkinan terkena PMS tetap ada (Nugraha, 2008). 4. Mitos terjadinya kehamilan
a. Hubungan seksual yang dilakukan sekali saja tidak dapat menyebabkan kehamilan.
Faktanya, kehamilan akan terjadi bila sel telur yang matang
dibuahi oleh sperma. Sel telur akan dilepas pada saat masa subur seorang perempuan. Jadi apabila hubungan seksual dilakukan pada
18 indung telur, sehingga memungkinkan untuk terjadi kehamilan (Sjarif, dkk. 2008).
b. Ejakulasi di luar (terputus) tidak menyebabkan kehamilan.
Faktanya, sperma terdapat di dalam cairan seminal yang
dilepaskan sebelum laki-laki mengalami ejakulasi. Jadi, meskipun laki-laki menarik penisnya ke luar sebelum orgasme, pasangan tetap saja bisa hamil (Anonim, 2008 c).
c. Petting tidak dapat menyebabkan kehamilan
Faktanya, walaupun tidak melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim. Karena ketika terangsang, perempuan
akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim. Sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim. Jika tertumpah pada celana dalam
yang dikenakan perempuan, dan langsung mengenai bibir kemaluan (Anonim, 2008 c).
d. Berhubungan seks di masa menstruasi tidak menimbulkan kehamilan Faktanya, masa subur wanita dua minggu menjelang masa haidnya datang. Dengan kondisi tersebut hubungan seks yang
dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi memungkinkan terjadinya kehamilan. Setelah ejakulasi sperma dapat hidup 3-4 hari
19 D. Perilaku Seksual
Menurut Hartono (2007), perilaku (behavior) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-reaksi (reactions) dari suatu obyek atau organisme. Perilaku dapat berupa sadar (conscious) atau tidak sadar (unconscious), terus terang (overt) atau diam-diam (covert), sukarela (voluntary) atau tidak suka rela (unvoluntary). Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan
seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap
perilaku seksual memiliki konsekuensi berbeda. 1. Pengertian.
Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, petting (bercumbu berat) sampai berhubungan seks. Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan terjadinya pertukaran cairan vagina dengan cairan sperma
misalnya dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seks aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah
tidak aktif seksual. Jika sudah aktif, setialah dengan satu pasangan saja atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat
20 2. Objek perilaku seksual.
Menurut Novita, dkk (2006) perilaku seksual terbagi menjadi dua
yaitu :
a. Objek seksualnya diri sendiri, terdiri dari : melihat, berfantasi atau
berkhayal, mimpi basah, onani, dan masturbasi.
b. Objek seksualnya orang lain, terdiri dari : mencium pacar, memeluk pacar, necking, petting, oral genital, anal seks, berhubungan seks dengan pacar, dan berhubungan seks dengan PSK.
3. Akibat perilaku seksual
Menurut Lukman (2004), akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku seksual adalah :
a. PMS
Sebelum dikenal sebagai PMS, jenis penyakit ini sudah cukup lama dikenal dengan sebutan penyakit kelamin. Saat itu penyakit
kelamin yang baru dikenal adalah sifilis dan gonore. Sedangkan istilah PMS baru dikenal setelah ditemukannya jenis penyakit kelamin selain
kedua jenis di atas. Penyakit ini mengenai alat (organ) reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin.
b. HIV/AIDS
HIV merupakan virus yang merusak system kekebalan tubuh
21 sistem kekebalan tubuh individu. Setelah beberapa tahun jumlah HIV semakin banyak sehingga system kekebalan tubuh tidak lagi mampu
melawan bibit penyakit yang masuk. Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia
inilah yang disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan individu karena HIV.
c. KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja umumnya terjadi
karena:
1) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku
seksual yang dapat menyebabkan kehamilan. 2) Tidak menggunakan alat kontrasepsi.
3) Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat
kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi yang benar.
4) Akibat pemerkosaan, diantaranya pemerkosaan oleh teman kencannya (date rape).
d. Aborsi
Secara medis aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu yaitu sebelum janin
22 mengandung risiko yang cukup tinggi apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Alasan-alasan yang membuat remaja mengambil tindakan aborsi adalah :
1) Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. 2) Takut kepada kemarahan orangtua.
3) Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
4) Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum
menikah.
5) Tidak mencintai pacar yang menghamili. Hubungan seks terjadi
karena iseng saja.
6) Ingin terus bekerja. Bila tidak melakukan aborsi akan dipecat dari pekerjaan karena terikat kontrak untuk tidak hamil selama 2 tahun
pertama bekerja.
7) Tidak tahu status anaknya nanti karena kehamilan terjadi akibat
perkosaan, terlebih bila pemerkosa tidak dikenal oleh si remaja perempuan.
4. Penyebab timbulnya masalah seksualitas di kota.
Menurut Miqdad (2001), bahwa masalah seksualitas di kalangan remaja di kota besar timbul karena :
23 b. Banyaknya rangsangan-rangsangan pornografi, baik berupa film, bahan bacaan maupun yang berupa obrolan sesama teman sebaya yang
kemudian akan menimbulkan mitos seks.
c. Tersedianya kesempatan untuk melakukan perbuatan seks, misalnya
24 E. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan antara Mitos Seks dengan Perilaku Seksual Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota
Akibat :
e. Media massa dan elektronik
Mitos Kesehatan Reproduksi a.Mitos alat reproduksi b.Mitos hubungan seksual c.Mitos PMS
d.Mitos terjadinya kehamilan
25 Mitos Seks :
a. Mitos alat reproduksi b. Mitos hubungan seksual c. Mitos PMS
d. Mitos terjadinya kehamilan
Perilaku seksual remaja SMA
F. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis.
1. Ada hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual remaja SMA.
2. Ada hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual remaja SMA.
3. Ada hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual remaja SMA.
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor peneliti) dengan cara mengamati
status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah remaja yang berumur antara 14-17 tahun bagi laki-laki dan 13-16 tahun bagi perempuan yang bersekolah SMA di
Kecamatan Klaten kota. 1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah:
a. Remaja yang bersekolah di SMA N 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
b. Siswa kelas X dan XI
27 2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Remaja yang tidak bersekolah di SMA N 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
b. Siswa bukan kelas X dan XI.
c. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden hingga akhir penelitian.
C. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2009. Tempat penelitian di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan SMA N 3 Klaten.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang bersekolah SMA di Kecamatan Klaten kota yang meliputi SMA 3 Klaten dan SMA
28 2. Sampel
a. Jumlah sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Penentuan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus (Murti, 2006)
= 84 responden
Keterangan :
n : Besar sampel N : Besar populasi
p : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi (0,93)
q : 1-p
Z-α/2 : Statistik Z (Z=96 untuk α=0,05)
d : Delta, presisi absolute atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (+/-5%)
Dengan demikian diperoleh sampel sebanyak 84 siswa dengan
pembagian 1:1 yaitu sebesar 42 responden di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dan 42 di SMA N 3 Klaten.
b. Teknis atau cara pengambilan sampel
29 dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen (tidak tergantung) untuk terpilih menjadi sampel (Murti, 2006).
E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mitos alat reproduksi, mitos hubungan seksual, mitos PMS, dan mitos terjadinya kehamilan. 2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dapat disajikan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Diskripsi Cara
Kuesioner Nominal Percaya > 50%
Kuesioner Nominal Percaya > 50%
30 G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Kuantitatif meliputi hubungan antara mitos alat reproduksi, mitos PMS, dan mitos terjadinya kehamilan.
b. Kualitatif meliputi perilaku seksual remaja SMA di Kecamatan Klaten kota
2. Sumber data
a. Data primer
Data yang langsung diambil dari responden dengan menggunakan
kuesioner dan pedoman wawancara terstruktur. b. Data sekunder
Data diperoleh melalui studi pustaka, internet, dan instansi
31 3. Cara Pengumpulan Data
a. Data mitos seks dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden. Kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner sendiri dan setelah selesai, kuesioner tersebut dikumpulkan kepada
peneliti.
b. Data perilaku seksual dikumpulkan dengan pedoman wawancara terstruktur oleh peneliti.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab oleh responden.
a. Kuesioner
1) Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanyak 35 item pertanyaan.
2) Skor kuesioner mitos seks dengan pilihan jawaban percaya dan tidak percaya :
a) Jawaban favorable : jawaban percaya skor 1, jawaban tidak percaya skor 0.
b) Jawaban unfavorable : jawaban percaya skor 0, jawaban tidak percaya skor 1.
3) Uji validitas dan reliabilitas
32 yang kita inginkan. Untuk uji validitas instrument digunakan uji
korelasiproduct moment person. Sedangkan Uji reliabilitas dengan rumus alfa cronbath. Rumus korelasi product moment person (Abdurahman dan Muhidin, 2006).
Dengan :
rxy : korelasi antara variabel x dan y
X dan Y : Skor masing-masing skala N : Banyaknya subjek
Tabel 3. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y
Besar rxy Keterangan
0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
> 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah
> 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang atau cukup > 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat atau tinggi
> 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat atau sangat tinggi
Rumus Alfa Cronbath (Abdurahman dan Muhidin, 2006).
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya bulir soal : jumlah varians bulir
33 Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r (0,514), maka instrument dinyatakan reliabel.
b. Pedoman wawancara
1) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berdasarkan
pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan. Sehingga peneliti tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebuat kepada responden.
2) Pedoman wawancara terdiri dari 13 pertanyaan dengan topik berupa perilaku seksual dengan obyek diri sendiri dan orang lain.
3) Skor penilaian wawancara dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jawaban unfavorable : jawaban ya skor 0, jawaban tidak skor 1 4) Penggolongan perilaku dibagi dalam 3 kategori yaitu : buruk (1-5),
sedang (6-10), dan baik (11-13). Perilaku seksual responden langsung dinyatakan buruk jika responden pernah melakukan
petting dan hubungan seksual (pilihan 12 dan 13 pada kuesioner).
H. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 16. Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.
34 d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data.
I. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program
SPSS 16. Analisis data meliputi : 1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi masing-masing varibel, baik variabel bebas, variabel terikat dan deskriptif karakteristik responden.
2. Analisi bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan rumus :
Keterangan : O : frekuensi observasi E : frekuensi harapan
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Syarat uji chi square antara lain pengamatan harus bersifat independen,
dan hanya digunakan data diskrit dan kontinu yang telah dikelompokkan menjadi kategori (Budiarto, 2001).
35 homogenitas data dengan tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95% :
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan geografi
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 70321’9” sampai 7048’33” dan antara 110026”14” sampai 110047’51”. Letak Kabupaten
Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. 2. Keadaan demografi
Tahun 2007 jumlah penduduk Klaten sebesar 1.296.987 jiwa, kondisi ini menunjukkan penambahan 3.745 jiwa dari tahun sebelumnya dan pertumbuhannya sebesar 0,29%. Pertumbuhan jumlah penduduk
seyogyanya diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Secara umum kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten merata untuk semua
kecamatan, kecuali Kecamatan Kemalang yang paling rendah kepadatannya yaitu sebesar 669 jiwa per km2.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klaten sebesar 95,50,
dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif (usia15-64 tahun) sebesar 981.770 jiwa atau
37 3. Gambaran sekolah
a. SMA N 3 Klaten
SMA N 3 Klaten terletak di Jl. Solo Km 2 Klaten 57435 dengan kepala sekolah saat ini dijabat oleh Drs. H. Supardi, S.H. SMA N 3
Klaten memiliki siswa sebanyak 920 orang, dengan rincian siswa kelas X sebanyak 281 orang, siswa kelas XI sebanyak 301 orang, dan siswa kelas XII sebanyak 338 orang.
b. SMA Muhammadiyah 1 Klaten,
SMA Muhammadiyah 1 Klaten terletak di Jl. Sersan Sadikin 89
Klaten Utara 57434 dengan kepala sekolah saat ini dijabat oleh Drs. H. Muhni. SMA Muhammadiyah 1 Klaten memiliki siswa sebanyak 854
siswa, dengan rincian siswa kelas X sebanyak 340 orang, siswa kelas XI sebanyak 234 orang, dan siswa kelas XII sebanyak 280 orang.
B. Hasil Analisis Univariat
Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang bersekolah
SMA di Kecamatan Klaten kota yang meliputi SMA 3 Klaten dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Jumlah sampel sebanyak 84 responden. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data sebagai berikut :
1. Karakteristik responden a. Jenis kelamin
38 Muhammadiyah 1 Klaten dengan jumlah laki-laki sebanyak 28 responden (33,3%) dan perempuan sebanyak 56 responden (66,7%).
Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-laki 28 33,3
Perempuan 56 66,7
Jumlah 84 100
b. Umur responden
Berdasarkan umurnya, kebanyakan responden berumur 15 tahun
yaitu sebanyak 50 orang (59,5%). Distribusi responden berdasarkan umur selengkapnya disajikan pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persen (%) sebanyak 47 orang (56%). Distribusi responden berdasarkan kelas
selengkapnya disajikan pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas
Kelas Frekuensi Persen (%)
Kelas X 47 56
Kelas XI 37 44
39 2. Variabel mitos alat reproduksi
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos alat
reproduksi diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden sebanyak 6 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan
sebagai berikut : jika nilai 1-3 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan jika skor jawaban 4-6 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden tentang Mitos Alat Reproduksi Mitos alat reproduksi Frekuensi Persen (%) Tidak percaya
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos alat reproduksi yaitu sebanyak 54 orang (64,3%).
3. Mitos hubungan seksual
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos hubungan seksual diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada
responden sebanyak 6 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-3 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan
jika skor jawaban 4-6 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden tentang Mitos Hubungan Seksual
Mitos hubungan seksual Frekuensi Persen (%)
40 Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos hubungan seksual yaitu sebanyak 48 orang (57,1%).
4. Mitos PMS
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos PMS diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden
sebanyak 6 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-3 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan jika skor
jawaban 4-6 masuk kategori 2, yaitu percaya. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden tentang Mitos PMS
Mitos PMS Frekuensi Persen (%)
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa remaja SMA percaya pada mitos PMS yaitu sebanyak 49 orang (58,3%).
5. Mitos terjadinya kehamilan
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel mitos terjadinya kehamilan diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada
responden sebanyak 8 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : jika nilai 1-4 masuk kategori 1 yaitu tidak percaya dan
41 Tabel 10. Distribusi Responden tentang Mitos Terjadinya Kehamilan
Mitos terjadinya kehamilan Frekuensi Persen (%) Tidak percaya mitos terjadinya kehamilan yaitu sebanyak 50 orang (59,5%).
6. Perilaku seksual
Hasil penelitian mengenai besarnya nilai variabel perilaku seksual diperoleh dari jawaban lembar observasi yang diberikan kepada responden
sebanyak 13 pertanyaan. Hasil tersebut kemudian diformulasikan sebagai berikut : nilai 0-5 buruk, nilai 6-10 sedang, dan nilai 11-13 baik. Hasil
selengkapnya disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Responden tentang Perilaku Seksual
Perilaku seksual Frekuensi Persen (%)
Buruk
42 C. Hasil Analisis Hubungan
Penelitian ini menguji hubungan antara mitos seks dengan perilaku
seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji test Chi Square. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00 for Windows, hasil analisis diperoleh sebagai berikut.
1. Mitos alat reproduksi
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos alat reproduksi dan berperilaku seksual baik (13,1%) lebih banyak dari pada yang
berperilaku seksual sedang (10,7%) dan buruk (11,9%). Sedangkan responden yang percaya dengan perilaku seksual sedang (33,3%) lebih
banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (26,2%) dan buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Hubungan antara Mitos Alat Reproduksi dengan Perilaku Seksual
2. Mitos hubungan seksual
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos hubungan seksual dan berperilaku seksual sedang (19,0%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (11,9%) dan buruk (11,9%). Sedangkan
43 banyak dari pada yang berperilaku seksual sedang (25,0%) dan buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Distribusi Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual
responden yang percaya dengan perilaku seksual sedang (27,4%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual baik (26,2%) dan buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Distribusi Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual
Mitos PMS Perilaku seksual
Buruk % Sedang % Baik %
a. Tidak percaya 10 11,9 14 16,7 11 13,1
b. Percaya 4 4,8 23 27,4 22 26,2
Total 14 16,7 37 44,1 33 39,3
4. Mitos terjadinya kehamilan.
Proporsi responden yang tidak percaya tentang mitos terjadinya
44 (27,4%) lebih banyak dari pada yang berperilaku seksual buruk (4,8%). Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Hubungan antara Mitos Terjadinya Kehamilan dengan Perilaku Seksual pada Remaja
D. Hasil Analisis Bivariat 1. Mitos alat reproduksi
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,007 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku seksual pada
remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. 2. Mitos hubungan seksual
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,033 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku seksual pada
remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. 3. Mitos PMS
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,044 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada remaja SMA di
45 4. Mitos terjadinya kehamilan
Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan p = 0,029 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan perilaku seksual pada
remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 16.
Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Bivariat Variabel Bebas dengan Perilaku Seksual
No Variabel X2 Nilai
p
Keterangan
1 Mitos alat reproduksi 9,95 0,007 Terdapat hubungan yang signifikan
2 Mitos hubungan seksual 6,79 0,033 Terdapat hubungan yang signifikan
3 Mitos PMS 6,26 0,044 Terdapat hubungan yang signifikan
46 BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Mitos Alat Reproduksi dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,007 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos alat reproduksi dengan perilaku
seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Alat reproduksi merupakan organ tubuh laki-laki dan perempuan yang menyebabkan
terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006). Salah satu contoh dari alat reproduksi adalah penis pada laki-laki dan vagina pada perempuan. Berdasarkan hasil
penelitian ini diperoleh data sebanyak 64,3% responden yang percaya terhadap mitos-mitos alat reproduksi. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya
kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos alat reproduksi. Padahal menurut Subinarto (2008), mitos merupakan informasi yang sebenarnya salah tetapi
dianggap benar, yang telah diyakini, beredar, dan populer di masyarakat. Menurut Simpen (2007), ketidaktahuan remaja tentang kesehatan reproduksi selama ini disebabkan karena remaja masih menganggap alat reproduksi
sebagai hal yang tabu. Tidak banyak siswa SMA yang tahu mengenai kesehatan reproduksi, cara merawat serta menggunakan alat reproduksinya
47 Perilaku seksual merupakan tindakan yang dilakukan oleh remaja dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos alat reproduksi
adalah berperilaku sedang (33,3%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gusmiarni (2001), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap onani atau masturbasi dengan perilaku seksual. Menurut Skiner (1938), dalam
Notoatmodjo, 2003), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Faktor yang menyebabkan perilaku
seks remaja, selain faktor jiwa muda dan rasa ingin tahu yang besar, remaja juga kurang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang cukup berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Menurut Wibowo (2004), remaja merasa lebih senang membahas masalah seks, kesehatan reproduksi, dan perilaku seksual dengan teman dari pada dengan
orangtua.
B. Hubungan antara Mitos Hubungan Seksual dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,033 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos hubungan seksual dengan perilaku
seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Menurut Ghozally dan Karim (2009), hubungan seksual terjadi pada saat masuknya penis yang ereksi
48 dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang
menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.
Menurut Budinurdjaja (2007), mitos seks merupakan contoh mitos yang
sangat luas beredar yang mempengaruhi pandangan dan perilaku seksual masyarakat. Mitos hubungan seksual terhadap perilaku seksual menunjukkan bahwa masih terdapat kepercayaan mengenai hal-hal yang bertolak belakang
dengan kenyataan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 57,1% responden yang percaya terhadap mitos-mitos hubungan seksual. Hal
ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos hubungan
seksual. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pusat Studi Seksualitas (2008), yang menyimpulkan sebanyak 52% responden setuju mengenai senggama terputus tidak menyebabkan hamil. Padahal pemahaman di atas keliru karena
sperma terdapat di dalam cairan seminal yang dilepaskan sebelum laki-laki mengalami ejakulasi sehingga dapat menyebabkan kehamilan. Menurut
Darwisyah (2008), remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Karena faktor keingintahuan, remaja akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini,
sehingga remaja mudah terpengaruh oleh mitos-mitos seks yang ada di masyarakat.
49 tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu sampai hubungan seksual. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data proporsi responden
terbanyak yang percaya tentang mitos hubungan seksual adalah berperilaku baik (27,4%). Hubungan seksual dilakukan dengan memasukkan penis ke
dalam vagina, tetapi sebagian orang biasa melakukan secara oral dan anal seks. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2009), yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan Penyakit Menular
Seksual (PMS) dengan perilaku seksual pranikah.
C. Hubungan antara Mitos PMS dengan Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,044 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos PMS dengan perilaku seksual pada
remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. PMS merupakan penyakit alat (organ) reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat dari hubungan seksual
dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin (Sjarif, 2008). Menurut Hanifah (2008), mitos PMS sebenarnya dapat dikontrol, jika masyarakat
menyadari bahwa pendidikan seks sejak dini perlu. Maraknya kehamilan di luar nikah atau banyaknya penyakit menular seksual yang terjadi pada remaja disebabkan karena ketidaktahuan remaja tentang seksualitas. Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh data sebesar 58,3% responden percaya mitos-mitos PMS. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang
50 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang PMS dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa PSIK
Program A FK UGM.
Menurut Soetjiningsih (2007), perilaku seksual pranikah merupakan
segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah. Hal ini mendukung pendapat Kartono (1998), yang menyatakan bahwa masa remaja
merupakan masa paling rawan, terutama berkaitan dengan meluapnya energi (dorongan seksual) dari dalam. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data
proporsi responden terbanyak yang percaya tentang mitos-mitos PMS berperilaku sedang (27,4%). Hal ini mendukung pendapat Duarsa (2007),
yang menyatakan golongan remaja mempunyai kemampuan berpikir yang lebih sederhana, cenderung lebih konkrit, lebih perhatian pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya sehingga remaja tidak berfikir melakukan pencegahan
atau berhati-hati untuk menghindari PMS. Penyimpangan perilaku seksual pada remaja disebabkan karena terlalu dominannya pengaruh lingkungan dan
media massa terutama internet dalam penyebaran informasi, sementara petugas dan pendidik kurang membekali pengetahuan tentang PMS dan perilaku seksual bebas yang sebanding dengan apa yang diperoleh melalui
51 D. Hubungan antara Mitos Terjadinya Kehamilan dengan Perilaku Seksual
pada Remaja SMA di Kecamatan Klaten kota.
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,029 (p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara mitos terjadinya kehamilan dengan
perilaku seksual pada remaja SMA di Kecamatan Klaten kota. Kehamilan merupakan fase di mana wanita mengandung buah hatinya dan membesarnya perut sebagai tanda perkembangan janin di dalamnya.
Kehamilan akan terjadi jika sebuah sel telur yang dibuahi tertanam dalam dinding rahim wanita (Ghozally dan Karim, 2009). Mitos seks secara tidak
langsung berhubungan dengan kesehatan seksual, sebab orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks akan berupaya mencari kebenaran yang
sesungguhnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 59,5% responden percaya akan mitos-mitos terjadinya kehamilan. Hal ini berarti bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang kurang sehingga
menyebabkan tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos-mitos terjadinya kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pusat Studi Seksualitas (2008),
yang menyimpulkan sebanyak 65,1% responden masih menjawab dengan pendapat yang tidak benar (remaja yang berhubungan seksual pertama kali tidak berisiko mengalami kehamilan dan hubungan seksual bisa dijadikan
bukti seberapa besar kadar cinta). Risiko-risiko yang menyangkut kesehatan bagi para pelaku hubungan seksual dini meliputi trauma seksual,