• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada zaman Babylonia, Yunani kurang lebih 2000 SM kegiatan perbankan sudah dikenal, dimana kegiatan utamanya yaitu tukar menukar uang, menabung, serta melakukan simpan pinjam dengan adanya imbalan. Perbankan pada era modern telah dimulai di Inggris, Belanda, Belgia pada abad ke – 16. Di Indonesia sendiri kegiatan – kegiatan perbankan sudah mulai dilaksanakan pada zaman VOC (Vereenigde Oost – Indische Compagnie) yang telah menguasai nusantara Indonesia. Perkembangan perbankan yang terjadi menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Peran penting perbankan dalam hal menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi, dibuktikan dengan adanya pihak berwenang yang menerapkan kontrol yang ketat terhadap kegiatan usaha perbankan. Struktur kepemilikan dengan adanya tata kelola perbankan yang berjalan baik diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan para investor. Suatu bank dikatakan berhasil jika dapat mengelola usahanya secara efisien untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis kepemilikan bank yaitu bank pemerintah, bank domestik, serta bank asing. Masuknya bank – bank asing di Indonesia membawa perubahan di sektor keuangan khususnya pada sektor perbankan. Adanya perubahan kepemilikan yang terjadi di perbankan, mempengaruhi kinerja perbankan melalui kebijakan yang diambil.

Penelitian terdahulu meneliti pengaruh perubahan kepemilikan bank terhadap kinerja bank. Pasca krisis 1997 – 1998 banyak terjadi perubahan kepemilikan bank, seperti swasta domestik menjadi bank asing. Hal ini menjadikan sesuatu konteks penelitian yang menarik tentang pengaruh perubahan kepemilikan bank terhadap kinerja bank.

Selain itu, pada tahun 2003 terjadi pemulihan krisis keuangan Asia, sehingga terdapat pemulihan industri perbankan serta implementasi perubahan persyaratan peraturan bank yang komprehensif yang bertujuan untuk memperkuat dasar – dasar sistem perbankan serta menangani

(2)

2 guncangan internal maupun eksternal yang berfungsi sebagai kerangka kerja untuk pengembangan perbankan masa depan. Bertitik tolak dari hal tersebut, perubahan kepemilikan bank yang terjadi berpotensi mempengaruhi kebijakan yang diambil perbankan tersebut.

Perubahan kepemilikan bank dalam mengambil kebijakan di perbankan akan mempengaruhi kinerja keuangan bank jika tidak menerapkan perilaku kehati-hatian.

Maka dari itu perbankan sangat berperan bagi masyarakat serta mempunyai pengaruh terhadap perekonomian bangsa. Jika pada suatu kepemilikan perbankan tidak dapat berjalan dengan baik maka kepercayaan masyarakat terhadap salah satu bank dapat berkurang dan asset yang dimiliki bank juga akan berkurang. Dimana pendapatan terbesar yang dimiliki bank diperoleh dari suatu aktivitas penyaluran dana kepada nasabah dalam bentuk kredit maupun bentuk – bentuk kegiatan bank lainnya, sehingga penyaluran dana kepada masyarakat sangat penting bagi pertumbuhan perbankan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh James R. Barth Ross Levine, (2006), menghubungkan kepemilikan suatu bank dengan kinerja perbankan. Penelitian tersebut menggunakan data perbankan dari 60 negara dengan 131 bank sebagai populasinya selama tahun 2002. Secara empiris penelitian tersebut memperlihatkan tidak memiliki pengaruh antara tingkat kepemilikan bank oleh pemerintah terhadap kinerja keuangan bank tersebut.

Sementara itu, penelitian (Jia, 2009) berfokus pada pengaruh kepemilikan bank terhadap prinsip kehati – hatian bank di Cina, dengan menggunakan cadangan dana bank yang telah ditetapkan oleh bank sentral, rasio pinjaman / aset, dan rasio deposito pinjaman terbukti bahwa bank pemerintah berkinerja kurang baik karena belum mengandalkan prinsip kehati-hatian.

Mengingat bank pemerintah mempunyai sistem tata kelola yang kurang efisien serta cenderung kurang peka terhadap risiko likuiditasnya dan lebih cenderung mencairkan dana pinjaman.

Pada penelitiannya (Cheng, Zhao, 2017) berfokus pada perilaku kehati-hatian bank terhadap kinerja bank. Ukuran kinerja bank menggunakan ROA, rasio pinjaman bermasalah (NPL), dan biaya terhadap pendapatan (CTI) serta perilaku kehati – hatian bank mengacu pada perilaku pengambilan risiko. Dengan adanya privatisasi bank maka sistem bank akan lebih modern sehingga bank yang telah go public serta menerapkan perilaku kehati-hatian dengan baik akan meningkatkan profitabilitas bank tersebut. Pada penelitian ini disebutkan bahwa perilaku

(3)

3 kehati-hatian bank yang lebih tinggi menyebabkan resiko yang lebih rendah, begitu juga dengan sebaliknya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini bermaksud menguji pengaruh langsung dan tidak langsung kepemilikan bank terhadap kinerja perbankan. Pengaruh tidak langsung dilihat dengan menggunakan perilaku kehati-hatian sebagai variabel mediasi yang diukur melalui rasio likuiditas. Sedangkan objek yang diteliti yaitu Bank Pemerintah, Bank Domestik, dan Bank Asing.

(4)

4

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Kepemilikan Bank

Ketentuan terhadap kepemilikan bank yang diatur dalam pasal 22 – 28 Undang – Undang No. 7 tahun 1992 serta lajunya perkembangan yang terjadi di perbankan mengalami perubahan menjadi Undang – Undang No.10 tahun 1998. Pengalihan kepemilikan bank wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. Pemilik bank yang melakukan perilaku secara transparan, jujur, profesional serta akuntabel dapat menciptakan good governance bank. Maka dalam industri perbankan pada masa sekarang dibutuhkan layanan jasa yang semakin luas, baik, serta berkualitas dengan sistem perbankan yang sehat, efisien dan tangguh. Kepemilikan bank dengan adanya sistem tata kelola penerimaan serta pengeluaran keuangan yang baik serta pengawasan yang efektif dapat menutup kemungkinan terjadinya peluang kebocoran keuangan.

Berdasarkan Undang – Undang perbankan No. 14 Republik Indonesia 1967, bank – bank yang ada di indonesia diklasifikasikan ke dalam berbagai macam kelompok dengan menggunakan kepemilikan serta fungsi bank sebagai kriteria klasifikasi yang utama (Atahau &

Cronje, 2017). Di Indonesia sendiri mempunyai beberapa jenis perbankan, yaitu : dilihat dari segi fungsinya, segi kepemilikan, segi status, dan segi cara menentukan harga. Dilihat dari segi kepemilikan perbankan dapat di kelompokkan menjadi beberapa jenis klasifikasi kepemilikan bank, yang terdiri dari: Bank milik Pemerintah, Bank Swasta domestik maupun asing, serta Bank milik Koperasi. Kemudian diliihat dari segi fungsinya, perbankan mempunyai lima jenis bank, yaitu : Bank Sentral, Bank Komersial, Bank Tabungan, Bank Pembangunan, dan Bank Pedesaan (Atahau, 2017). Dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan klasifikasi dari segi kepemilikan bank, dimana klasifikasi dari segi kepemilikan bank terdapat jenis kepemilikan bank pemerintah, kepemilikan bank domestik, serta kepemilikan bank asing.

Penelitian sebebelumnya oleh De-Haas dkk. (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan bank dapat mempengaruhi pasar pada industri perbankan. Penelitian ini juga mengkaji apakah

(5)

5 government bank (bank pemerintah), foreign bank (bank asing), dan domestic bank (bank domestik) berbeda dengan hal diversifikasi portofolio serta berusaha dalam menentukan dampak diversifikasi portofolio pada return portofolio. Pada temuan di penelitian ini dapat disimpulkan bahwa GB, FB, dan DB berbeda dalam hal diversifikasi portofolio kredit.

Penelitian (Zulkafli & Abdul Samad, 2007), menunjukkan bahwa mekanisme sebuah tata kelola perusahaan dalam mengukur kinerja perusahaan perbankan dapat melalui sebuah mekanisme pemantauan kepemilikan, mekanisme pemantauan pengendalian internal, mekanisme pemantauan regulator, serta mekanisme pemantauan pengungkapan. Dalam penelitian tersebut variabel yang dikaji meliputi mekanisme pemantauan kepemilikan diantaranya sebagai kepemilikan pemegang saham pengendali, kepemilikan pemerintah, serta kepemilikan asing.

Selanjutnya, mekanisme pemantauan pengendalian internal dapat meliputi ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, serta komisaris independen. Mekanisme pemantauan regulator juga meliputi persyaratan cadangan serta rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio).

Mekanisme pemantauan pengungkapan meliputi pengungkapan yang dilakukan oleh seorang auditor.

Penelitian Ang et.al., (1999) dan Singh et al., (2003) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat kesehatan bank maka kepemilikan perbankan akan semakin efisien pula pemanfaatan aset perusahaan perbankan. Hal ini dibuktikan bahwa dengan adanya keterlibatan aktivitas kepemilikan di dalam industri perbankan dimanfaatkan secara efisien serta berjalan dengan baik, maka kinerja keuangan suatu industri perbankan akan meningkat.

Pada penelitiannya (Lin & Zhang, 2009) membahas tentang pengaruh reformasi kepemilikan terhadap suatu kinerja yang dihasilkan bahwa penelitiannya menunjukkan sedikit terjadinya perubahan kinerja baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang setelah akuisisi asing yang telah Go Public.

Bank milik Pemerintah mempunyai fungsi bank komersil yang berlandaskan hukum undang – undang perbankan pada tahun 1968, dengan kegiatan yang dilakukan bank komersil sebagai berikut : mengambil deposito, memberikan kredit, penyimpanan bank, menjual dan membeli sekuritas (Suyatno et al. 1999). Bank milik Swasta didalamnya terdapat domestik bank, bank asing, dan joint venture. Dalam penulisan ini bank domestik dapat berbentuk sebagai bank

(6)

6 komersil, bank tabungan, serta bank pembangunan, dimana terdapat keputusan menteri keuangan No.Kep/603/M/IV/12/1968 dengan kegiatan yang dilakukan hampir sama dengan bank milik pemerintah nasional yaitu sebagai berikut : menerima deposito, memberikan kredit, memindahkan uang, dan lain sebagainya (Suyatno et al. 1999).

Pemilik sektor perbankan memiliki kewenangan besar dalam memilih siapa yang nantinya akan duduk di dalam manajemen perbankan selanjutnya, sehingga perubahan kepemilikan harus menentukan arah kebijakan yang baik dari suatu industri perbankan kedepannya. Kepemilikan industri perbankan jika di dalamnya terjadi minim pengawasan pada industri perbankan nantinya akan mengakibatkan melemahnya kinerja perbankan serta terjadinya skandal keuangan dalam perbankan. Maka dalam sektor perbankan, perubahan kepemilikan haruslah dapat memperbaiki citra perbankan yang kurang baik, meningkatkan kepatuhannya dalam peraturan perundang – undangan, meningkatkan kinerja perbankan yang sehat, serta dapat meminimkan atau meminimalisirkan risiko yang terjadi di industri perbankan agar sistem serta aktifitas perbankan dapat berjalan sehat.

2.2 Perilaku Kehati-Hatian (Prudential Behavior)

Perilaku kehati – hatian atau lebih dikenal dengan sebutan prinsip kehati – hatian ini merupakan suatu manajemen bank dengan adanya pengawasan yang terjadi di dalam perbankan.

Prudential adalah suatu prinsip serta unsur sikap standar kebijakan dalam meminimalisir risiko yang dapat membahayakan dan merugikan suatu bank. Menurut (Zainal, Widodo, & Subagja, 2019) bahwa prinsip dari kehatian – hatian adalah salah satu prinsip untuk melindungi pembiayaan dalam berbagai suatu permasalahan. Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Perbankan No 7 tahun 1992 menyebutkan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan kegiatan operasionalnya berpedoman pada demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Tujuan dari perilaku kehati – hatian secara besar, yaitu menjaga keamanan, meningkatkan kesehatan serta kestabilan dari sistem perbankan sendiri. Tujuan dari Perilaku kehati-hatian atau Prudential Behavior secara sempit, pada bidang pembiayaan adalah untuk menjaga kelancaran pengembalian pembiayaan dari para mitra perbankan. Pada sektor

(7)

7 perbankan prinsip perilaku kehati – hatian atau prudential behavior yang sering digunakan bank dan lembaga keuangan lainnya untuk bersikap hati – hati dalam aktivitas operasional usaha perbankan yang mana dananya berasal dari masyarakat maupun investor lain dan telah mempercayainya kepada perbankan serta lembaga keuangan yang kondisi kinerjanya baik.

Berdasarkan pasal 16 sampai 28 Undang – undang Perbankan berkaitan dengan masalah yang mengatur perizinan, bentuk hukum, serta kepemilikan bank mengingat bahwa perbankan merupakan kegiatan usaha bank yang mengedepankan kepercayaan.

Sementara itu, ada beberapa rasio yang digunakan sebagai proxy untuk kehati – hatian perbankan, seperti : rasio selisih cadangan bank, rasio pinjaman/aset bank, rasio deposito, serta rasio pinjaman. Namun untuk penelitian ini hanya menggunakan rasio pinjaman/asset bank yang diukur dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR) sebagai proxy dari kehati – hatian perbankan. Bank – bank Indonesia yang dapat berjalan dengan hati – hati maka salah satu perbankan itu harus melihat kemampuan banknya dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Menurut (Dendawijaya, 2009) Loan to Deposit Ratio merupakan suatu ukuran dalam melihat seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali tarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan menggunakan kredit yang diberikan sebagai sumber dari likuiditasnya. Jika nilai LDR terlalu tinggi maka perbankan tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk menutup kewajiban perbankan terhadap nasabahnya. Hal ini dikarenakan jumlah dana yang diperlukan dalam membiayai kredit menjadi semakin besar. Sehingga di dalam perilaku kehati-hatian (prudential behavior) dapat memberikan alternatif yang baik dalam mengelola industri perbankan.

2.3 Kinerja Perbankan

Kinerja merupakan suatu pencapaian atas tujuan kegiatan dalam mencapai keberhasilan akhir dari perbankan dan diukur dengan standar. Penilaian kinerja perbankan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional bank itu sendiri. Kinerja juga dapat berupa pengawasan secara terus menerus dan pelaporan penyelesaian program, terutama kemajuan terhadap tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Maka penilaian kinerja perbankan sangat penting dilakukan karena dalam suatu operasi, (Sari, 2013). Adanya pelaporan pengaturan serta pengawasan bank

(8)

8 dimaksudkan agar kesehatan bank tersebut tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tetap terpelihara, dimana kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dapat dipertahankan dalam kegiatan usaha bank yang selalu berada dalam keadaan sehat. Dengan adanya tingkat kesehatan bank merupakan hasil dari penilaian pengawasan kondisi suatu bank yang telah dilakukan terhadap risiko serta kinerja bank. Tingkat kesehatan suatu bank diatur oleh Bank Indonesia dalam surat edaran nomor 14/20/DPNP 27 Juni 2012 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional. Perbankan juga wajib menerapkan serta memiliki sistem pengawasan intern untuk menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Pada penilaian kinerja bank sangat erat kaitannya dengan stakeholders bank seperti manajemen bank, nasabah, mitra bisnis dan pemerintah di dalam pasar keuangan yang kompetitif. Bank yang selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama pada tingkat profitabilitasya yang tinggi serta mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya yang selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai sahamnya dan jumlah dana pihak ketiga akan naik.

(“The Prudential Regulation of Banks,” 1996)

Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan suatu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Kinerja perbankan sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.Menilai adanya tingkat kesehatan dari suatu bank dapat dilihat dengan memperhatikan aspek permodalan, profil risiko, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, serta dana aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Dalam kinerja perbankan untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank, maka penelitian ini menggunakan pengukuran rasio profitabilitas rasio ini dapat dinilai melalui Return On Assets (ROA) untuk melihat tingkat kesehatan kinerja perbankan. Alasan peneliti mengambil rasio keuangan ini yaitu mempermudah peneliti dalam melihat perkembangan kondisi keuangan perbankan. (Hamolin, 2008)

Suatu perbankan dalam menilai tingkat kesehatan bank terdapat dua metode yaitu yang dikenal sebagai metode CAMEL dan metode RGEC. Pada metode penilaian tingkat kesehatan bank terdapat metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity), dimana

(9)

9 CAMEL merupakan variabel untuk mengukur sejauh mana tingkat kesehatan dari suatu bank.

Sehingga di beberapa negara, suatu otoritas perbankan sudah menerapkan metode tersebut.

Sedangkan untuk menilai tingkat kesehatan bank bisa menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital), pada metode RGEC merupakan pentingnya kualitas manajemen yang nantinya akan meningkatkan faktor pendapatan sserta faktor permodalan secara langsung maupun tidak langsung. (Putri, Marsiwi, & Mustofa, 2018)

Industri perbankan juga dapat memakai rasio profitabilitas seperti ROA dan ROE yang digunakan sebagai proksi kinerja bank serta berasal dari gabungan total spektrum kegiatan bank dan tidak hanya pinjaman saja. Tingkat kesehatan bank dapat dilihat seberapa baik kinerja yang ada di dalam perbankan. (Wahyuati, 2014)

Pada penelitian kali ini membahas kinerja suatu bank yang diukur menggunakan rasio keuangan perbankan untuk menilai sehat atau tidaknya suatu bank. Maka, berikut indikator rasio keuangan yang dipakai untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank.

Rasio Profitabilitas – Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) atau yang lebih dikenal dengan hasil pengembalian atas aset merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank untuk memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi jumlah pengukuran dari laba bersih terhadap total aset, dimana nantinya akan menghasilkan setiap dana yang tertanam pada total asset itu sendiri. Maka dalam suatu bank, hasil pengembalian atas asset (ROA) yang semakin besar nantinya dapat menghasilkan besarnya tingkat keuntungan yang dicapai bank serta penggunaan suatu aset bank akan semakin baik. Sedangkan semakin rendah hasil pengembalian atas asset maka nantinya akan menghasilkan jumlah laba bersih yang rendah dimana dapat dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset itu sendiri.

2.4 Hipotesis

Pengaruh Kepemilikan Bank terhadap Perilaku Kehati – hatian Bank

Perbankan adalah suatu industri yang mendapat regulasi tinggi oleh pemerintah atau pengawas bank. Suatu perbankan mempunyai pemangku kepentingan di dalam aktivitas kegiatan

(10)

10 usaha perbankan yang menjadikan preferensi atau toleransi mereka terhadap risiko akan berbeda satu sama lainnya. Berdasarkan pemangku kepentingan terdapat 3 tipe kepemilikan bank, yaitu kepemilikan bank pemerintah, bank domestik dan bank asing. Bank milik pemerintah berfokus pada tujuan publik serta mendapat dukungan langsung dari pemerinah, namun bank pemerintah cenderung kurang efisien pada kegiatan usaha maupun kinerja bank dikarenakan ada campur tangan pemerintah maupun politik. Bank domestik yaitu bank milik swasta, profit yang dihasilkan bank dimiliki oleh swasta. Kepemilikan asing yaitu bank pemerintah atau swasta milik asing yang membuka cabangnya di Indonesia. Masing – masing tipe kepemilikan bank memiliki perbedaan toleransi atas risiko, sehingga perilaku pengambilan risiko (risk taking behavior) juga akan berbeda. Adanya perbedaan pengambilan risiko pada tipe kepemilikan bank, maka bank pemerintah, domestik, dan asing dapat mempengaruhi perilaku kehati – hatian bank.

Perilaku kehati-hatian yang diterapkan oleh bank akan memberikan toleransi yang lebih baik dalam keputusan pengambilan risiko sehingga profit perbankan akan lebih baik. Perbankan dengan kepemilikan yang lebih kuat atau memiliki kekuasaan cenderung mengambil risiko yang cukup tinggi. Kepemilikan bank asing sering berhubungan dengan pengelolaan yang baik dan inovasi yang lebih tinggi, sehingga mereka memiliki dorongan dalam mengambil risiko yang lebih tinggi. Pengambilan risiko yang cukup tinggi, maka diperlukan perilaku kehati-hatian dalam mengambil keputusan. Kepemilikan bank sudah menerapkan adanya perilaku kehati – hatian bank untuk menjalankan fungsi dan kegiatan usaha bank tersebut, namun kepemilikan bank tersebut masih adanya yang menjalankan prinsip kehati – hatian bank secara efisien. Bank milik asing mungkin returnnya dapat lebih tinggi karena sering berkaitan dengan organisasi yang lebih besar, teknologi yang semakin canggih, serta memiliki human capital dengan kompetensi yang tinggi serta aktivitas usaha yang lebih berpengalaman di bidang jasa keuangan (Chen &

Liao, 2012).

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang akan diuji, yaitu :

H1 = Kepemilikan bank berpengaruh signifikan terhadap perilaku kehati – hatian bank

Pengaruh Kepemilikan Bank terhadap Kinerja Industri Perbankan

(11)

11 Kepemilikan perbankan harus mempunyai tujuan serta visi yang jelas untuk meningkatkan kinerja keuangan perbankan. Kepemilikan perbankan dapat berpengaruh terhadap kinerja dari bank itu sendiri, jika perbankan dapat mengelola kegiatan usahanya dengan baik.

Kinerja perbankan dapat dilihat dari pengukuran seberapa besar tingkat kesehatan perbankan itu yang nantinya akan menumbuhkaan kepercayaan bagi para investor, nasabah, serta pemberi pinjaman. Berdasarkan jenis - jenis kepemilikan bank kepemilikan bank maka terdapat 3 tipe kepemilikan, yaitu : bank pemerintah, bank domestik dan bank asing. Bank milik pemerintah berfokus pada tujuan publik serta mendapat dukungan langsung dari pemerintah, namun bank pemerintah cenderung kurang efisien pada kegiatan usaha maupun kinerja bank dikarenakan ada campur tangan pemerintah maupun politik. Bank domestik yaitu bank milik swasta, profit yang dihasilkan bank dimiliki oleh swasta. Kepemilikan asing yaitu bank pemerintah atau swasta milik asing yang membuka cabangnya di Indonesia.

Hal ini sejalan dengan penelitiannya Ang et.al., (1999) dan Singh et al., (2003) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat kesehatan bank maka kepemilikan perbankan akan semakin efisien pula pemanfaatan aset perusahaan perbankan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya keterlibatan aktivitas dari kepemilikan di dalam industri perbankan dimanfaatkan secara efisien serta berjalan dengan baik, maka kinerja keuangan suatu industri perbankan akan meningkat. Namun, penelitian (James R. Barth Ross Levine, 2006), menghubungkan kepemilikan suatu bank dengan kinerja perbankan. Penelitian tersebut memperlihatkan tidak memiliki pengaruh antara tingkat kepemilikan bank terhadap kinerja keuangan bank tersebut, dimana bank pemerintah mempunyai kinerja yang kurang baik. Penelitiannya (Dat, 2013) menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

(Kobeissi, 2010) dan Heryanto (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan bank mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA, dimana bank asing kinerjanya lebih bagus serta mempunyai nilai yang positif dibandingkan bank lainnya. Adanya hubungan positif yang ditunjukkan dalam penelitian menyatakan bahwa kedatangan kepemilikan bank asing diharapkan dapat meningkatkan kinerja bank serta meningkatkan persaingan yang sehat pada sektor perbankan di pasar domestik. Pada penelitiannya (Lin & Zhang, 2009) membahas tentang pengaruh reformasi kepemilikan terhadap suatu kinerja yang dapat dihasilkan bahwa penelitiannya menunjukkan sedikit terjadinya perubahan kinerja baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang setelah akuisisi asing yang telah Go Public.

(12)

12 Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua yang akan diuji, yaitu :

H2 = Kepemilikan bank berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan.

Pengaruh Kepemilikan Bank terhadap Kinerja Perbankan dengan Perilaku Kehati-hatian bank sebagai variabel mediasi.

Dilihat dari segi kepemilikan bank terdiri dari tiga yaitu bank pemerintah, bank domestik, dan bank asing. Bank milik pemerintah berfokus pada tujuan publik, namun bank pemerintah masih cenderung kurang efisien pada kegiatan usaha maupun kinerja bank dikarenakan ada campur tangan politik. Kurangnya efisien dari kegiatan usaha bank dapat dilihat bank pemerintah belum menjalankan prinsip perilaku kehati-hatian dengan baik. Bank domestik yaitu bank milik swasta, profit yang dihasilkan bank dimiliki oleh swasta. Saham bank domestik sebagian besar dimiliki oleh warga negara Indonesia. Dalam operasi kegiatan usaha, bank domestik mungkin lebih efisien dibandingkan dengan bank milik pemerintah, jika menjalan kegiaan operasional bank dan menerapkan perilaku kehati – hatian dengan baik. Kepemilikan asing yaitu bank pemerintah atau swasta milik asing yang membuka cabangnya di Indonesia.

Bank milik asing cenderung lebih efisien dalam kinerjanya dibandingkan dengan kepemilikan bank lainnya karena produktivitas tenaga kerja, investasi dan memiliki modal yang lebih besar serta memiliki teknologi yang canggih dan modern. Bank milik pemerintah yaitu bank yang modal serta keuntungan profit bank dimiliki oleh pemerintah dan berstatus badan hukum.

Adanya perilaku kehati-hatian yang diterapkan bank akan memberikan dampak kinerja bank yang lebih baik sehingga profit perbankan akan semakin naik. Kepemilikan bank pemerintah, bank domestik dan bank asing memiliki perbedaan toleransi atas risiko, sehingga perilaku pengambilan risiko (risk taking behavior) juga akan berbeda. Adanya perbedaan pengambilan risiko pada tipe kepemilikan bank, maka bank pemerintah, domestik, dan asing dapat mempengaruhi perilaku kehati – hatian bank. Perbankan dengan kepemilikan yang lebih kuat atau memiliki kekuasaan cenderung mengambil risiko yang cukup tinggi. Kepemilikan bank asing sering berhubungan dengan pengelolaan yang baik dan inovasi yang lebih tinggi, sehingga mereka memiliki dorongan dalam mengambil risiko yang lebih tinggi. Pengambilan risiko yang cukup tinggi, maka diperlukan perilaku kehati-hatian dalam mengambil keputusan. Perilaku kehati – hatian bank merupakan suatu prinsip dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usaha

(13)

13 bank. Kepemilikan bank yang belum menerapkan perilaku kehati – hatian dalam pengambilan keputusan risiko cenderung kurang bagus dalam kegiatan usaha bank maupun kinerja bank yang disebabkan oleh kurangnya perilaku kehati-hatian yang diterapkan pada bank milik pemerintah, domestik, maupun asing. Maka kepemilikan bank yang menerapkan perilaku kehati – hatian perbankan dapat memberikan perilaku secara lebih berhati – hati dalam keputusan pengambilan risiko serta kegiatan usaha bank maupun kinerja bank, sehingga nantinya berdampak pada kinerja bank yang lebih bagus dibandingkan dengan tidak adanya menerapkan perilaku kehati – hatian.

(Jia, 2009) meneliti tentang hubungan antara kepemilikan bank dan kehati – hatian bank di Cina. Penelitian ini menggunakan cadangan kelebihan bank, rasio pinjaman / aset, dan rasio deposito pinjaman dimana rasio ini sebagai proksi dari perilaku kehati-hatian bank. Kemudian penelitian ini membuktikan bahwa terdapat bank – bank ekuitas gabungan memiliki cadangan berlebih yang lebih tinggi sehingga bank tersebut jauh lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan secara hati – hati daripada bank milik negara. Karena bank milik negara mempunyai sistem tata kelola yang kurang efisien serta cenderung kurang peka terhadap risiko likuiditasnya serta lebih efisien dalam mencairkan dana pinjaman. Menurut (Basran Desfian, 2005) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat LDR maka akan semakin banyak dana yang akan disalurkan dalam bentuk kredit, sehingga pendapat bunga semakin meningkat begitu pula tingkat ROA akan semakin tinggi.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No: 13/1/PBI/2011 pasal 2 ayat 1, bank wajib meningkatkan serta memelihara tingkat kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usahanya. perbankan yang dapat menjaga kinerjanya dengan baik maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank juga akan baik

Maka, dari uraian diatas bahwa hipotesis kedua yang akan diuji yaitu:

H3 = Perilaku kehati – hatian memediasi pengaruh kepemilikan bank terhadap kinerja perbankan.

(14)

14

2.5 Kerangka Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut ini :

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Seperti gambar di atas dapat dijelaskan tentang (1)Kepemilikan dari perbankan mempengaruhi perilaku kehati-hatian, (2)Perilaku Kepemilikan bank mempengaruhi kinerja di dalam perbankan,

(3)Karena terdapat adanya variabel perilaku kehati-hatian sebagai variabel mediasi maka terdapat juga pengaruh yang terjadi antara kepemilikan ke Kinerja menjadi pengauh yang mempengaruhi secara lemah dan kuat antara variabel independent dengan dependent.

Kinerja Bank ( Variabel Dependent ) Perilaku Kehati-hatian

( Variabel Mediasi )

Kepemilikan Bank ( Variabel Independent )

(15)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang nantinya diamati adalah penerapan perilaku kehati – hatian (behavior prudential) dalam pengambilan keputusan seorang pemegang saham akan meminimalkan risiko perbankan. Dalam membantu penelitian ini data diambil dari laporan keuangan perbankan, direktori perbankan Indonesia serta laporan perilaku kehatian – hatian perbankan. Penelitian ini terdiri atas beberapa variabel, yaitu government bank (GB), foreign bank (FB), dan domestic bank (DB) sebagai variabel independen, loan to deposit ratio (LDR) sebagai variabel mediasi, return on assest (ROA) sebagai variabel dependen, serta logaritma natural (logN) sebagai variabel kontrol.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut (Martono, 2010), sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti.

Sampel dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan purposive sampling dari bank – bank yang masih aktif di Indonesia serta mempunyai adanya ciri – ciri maupun karakteristik yang telah ditentukan peneliti dalam membantu pengumpulan data dan informasi. Peneliti menggunakan metode purposive sampling dikarenakan peluang terpilihnya anggota populasi digunakan sebagai sampel atas dasar pertimbangan serta kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut (Ulwan, 2014), purposive sampling digunakan dalam upaya memperoleh sumber data yang memiliki penilaian kriteria khusus tentang masalah yang diteliti. Penelitian ini dapat dilihat dari laporan tahunan keuangan bank dan laporan kepemilikan bank yang mempunyai data keuangan lengkap. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari laporan keuangan tahunan bank (annual report) serta laporan kepemilikan bank, bank – bank yang digunakan dalam data penelitian ini berada di Indonesia dan sudah terdaftar dalam direktori perbankan Indonesia yang telah go publik. Informasi yang didapat berasal dari situs resmi perbankan, situs OJK, DPI (Direktori Perbankan Indonesia), IDX, Laporan Keuangan Perbankan

(16)

16 serta situs – situs pendukung lainnya yang nantinya dapat melengkapi data dari penelitian ini.

Dimana, bank – bank yang menjadi objek / data dari penelitian telah mempublikasikan laporan keuangan tahunannya pada tahun 2013 sampai 2017.

Menurut (Dahlan, 2009) purposive sampling merupakan teknik pemilihan sampel yang tidak berdasarkan random, melainkan dengan adanya pertimbangan – pertimbangan yang telah ditentukan peneliti sebagai kriteria tertentu.

Berikut beberapa teknik pemilihan sampel dengan menentukan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel yang di terliti

Keterangan Kriteria Jumlah Bank

Jenis – jenis bank berdasarkan

klasifikasi kepemilikan perbankan 127

Perbankan yang belum Go Public

(82) Perbankan yang sudah Go Public dan

tidak merger (7)

Total Sampel Perbankan 38

Berdasarkan hasil dari kriteria diatas disimpulkan bahwa yang memenuhi kriteria tersebut yaitu 38 bank yang terdapat di Indonesia, berikut nama - nama bank yang menjadi sampel penelitian :

(17)

17 Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian Bank pada 2013 - 2017

NO NAMA BANK GO

PUBLIC

KEPEMILIKAN BANK

1 PT BANK MANDIRI Tbk BMRI GB

2 PT BANK NEGARA INDONESIA Tbk BBNI GB

3 PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk BBRI GB

4 PT BANK TABUNGAN NEGARA Tbk BBTN GB

5 PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk INPC DB

6 PT BANK BTPN Tbk BTPN FB

7 PT BANK BUKOPIN Tbk BBKP DB

8 PT BANK BUMI ARTHA Tbk BNBA DB

9 PT BANK CAPITAL INDONESIA Tbk BACA DB

10 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk BBCA DB

11 PT BANK CHINA CONSTRUCTION BANK

INDONESIA Tbk MCOR

FB

12 PT BANK CIMB NIAGA Tbk BNGA FB

13 PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk BDMN FB

14 PT BANK GANESHA BGTG DB

15 PT BANK JTRUST INDONESIA Tbk BCIC FB

16 PT BANK MASPION INDONESIA BMAS DB

17 PT BANK MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk MAYA DB

18 PT BANK MAYBANK INDONESIA Tbk BNII FB

19 PT BANK MEGA Tbk MEGA DB

20 PT BANK MESTIKA DHARMA BBMD DB

21 PT BANK MNC INTERNASIONAL Tbk BABP DB

22 PT BANK NATIONALNOBU NOBU DB

23 PT BANK OCBC NISP Tbk NISP FB

24 PT BANK OF INDIA INDONESIA Tbk BSWD FB

25 PT BANK PERMATA Tbk BNLI FB

(18)

18

NO NAMA BANK GO

PUBLIC

KEPEMILIKAN BANK

26 PT BANK QNB INDONESIA BKSW FB

27 PT BANK SINARMAS Tbk BSIM DB

28 PT BANK VICTORIA INTERNASIONAL Tbk BVIC DB

29 PT BRI AGRONIAGA TBK AGRO DB

30 PT PAN INDONESIA BANK Tbk PNBN DB

31 PT BANK WOORI SAUDARA INDONESIA 1906 Tbk SDRA FB

32 PT BANK AGRIS AGRS DB

33 PT BANK ARTOS INDONESIA ARTO DB

34 PT BANK DINAR INDONESIA DNAR FB

35 PT BANK HARDA INTERNASIONAL BBHI DB

36 PT BANK INA PERDANA BINA DB

37 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH BANTEN Tbk BEKS DB

38 PT BANK YUDHA BHAKTI BBYB DB

3.3 Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau sebuah obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain serta satu obyek dengan yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Menurut (Sugiyono, 2013) menyatakan variabel merupakan konstruk atau sifat yang akan dipelajari, suatu sifat tersebut dapat diambil dari suatu nilai yang berbeda

“different values”. Sedangkan menurut Kidder (1981) menyatakan seperti yang dikutip dalam Sugiyono bahwa variabel merupakan suatu “kualitas” dimana peneliti dapat mempelajari dan menarik kesimpulannya.

Untuk menguji hipotesis penelitian ini maka variabel yang digunakan antara lain variabel independent (bebas) yaitu government bank (GB), foreign bank (FB), dan domestic bank (DB) yang diukur dengan variabel dummy, variabel dependen (terikat) yaitu kinerja bank dengan menggunakan rasio profitabilitas yang diukur dengan rasio return on assets (ROA) serta variabel mediasi yaitu rasio pinjaman/ asset yang diukur menggunakan loan to deposit ratio (LDR)

(19)

19 sebagai proksi perilaku kehati-hatian bank, sedangkan ukuran bank di ukur melalui logaritma natural dari total asset yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini.

Maka dalam penelitian ini terdapat beberapa macam variabel yang akan dipakai peneliti untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, diantaranya yaitu :

Tabel 3.3 Definisi Variabel

3.4 Pengukuran Variabel

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengumpulan data menggunakan metode dokumenter yang sumber datanya sudah ada dan pernah diteliti (data sekunder). Dengan menggunakan purposive sampling pada penelitian ini maka pengumpulan datanya memakai sampel yang dipilih untuk membantu menyelesaikan penelitian ini serta mempunyai ciri-ciri

No. Variabel Keterangan Pengukuran

1 Variabel

Independent Kepemilikan Bank

Variabel Dummy yang diukur secara nominal. Dimana, bank milik pemerintah diberi kode 1 dan bank milik lainnya diberi kode 0, bank milik lainnya diberi kode 0 dan milik asing diberi kode 1, sedangkan bank milik domestik diberi kode 0 dan bank lainnya diberi kode 0.

2 Variabel

Dependent Kinerja Bank Profitabilitas yang diukur melalui Return On Asset (ROA).

3 Variabel Mediasi Perilaku Kehati-hatian Bank

Likuiditas yang diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR).

4 Variabel Kontrol Ukuran Bank Ukuran Bank yang diukur melalui logaritma natural dari total asset.

(20)

20 maupun karakteristik yang telah ditentukan peneliti agar nantinya mendapatkan sampel yang sesuai.

Kepemilikan perbankan dapat diukur melalui bank – bank yang ada di Indonesia seperti bank pemerintah, bank domestik, dan bank asing. Penelitian ini mengidentifikasi kepemilikan bank yang diukur secara nominal dengan menggunakan variabel dummy. Mengidentifikasi jenis kepemilikan bank dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Variabel Dummy dalam mengidentifikasi jenis Kepemilikan Bank 1 Dummy Variabel Jenis Kepemilikan Bank

D1 : GB 1 = Bank Milik Pemerintah; 0 = lainnya D2 : FB 1 = Bank Milik Asing, 0 = lainnya

Mengukur proxy dari perilaku kehati-hatian maka digunakan rasio pinjaman/asset bank yang diukur dengan loan to deposit ratio (LDR) sebagai variabel mediasi. Menurut (Kasmir, 2014) rasio loan deposit ratio merupakan salah satu penilaian likuiditas bank serta dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( )

Kinerja suatu perbankan dapat diukur dengan profitabilitas bank, yaitu Return On Asset (ROA) yang besarnya profit relatif terhadap besarnya asset, sebagai variabel dependent dalam penelitian. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung return on asset atau hasil pengembalian atas asset :

( )

(21)

21 Serta penelitian ini ditambahkan variabel kontrol sebagai ukuran bank atau bank size yang diukur melalui logaritma natural dari total asset. Bank size memiliki besaran total aset masing – masing bank berbeda serta memiliki selisih yang cukup tinggi. Menurut Jayanti (2013) size adalah rasio besar kecilnya suatu bank yang ditentukan oleh total aset serta kepemilikan modal sendiri. Menurut (Ranjan & Dhal, 2003) ukuran bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

( )

3.5 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder didapat dari sumber – sumber yang dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu, (Martono, 2010). Data sekunder penelitian ini didapat dari Direktori Perbankan Indonesia, laporan keuangan bank, dan annual report yang diambil dari situs resmi masing – masing perbankan pada periode 2013 – 2017 yang telah Go Public. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) yaitu kepemilikan bank pemerintah, domestik, dan asing, sedangkan variabel terikat (dependet variable) yaitu kinerja perbankan, dan variabel mderasi yaitu perilaku kehati – hatian bank (prudential behavior). Teknik analisis menggunakan model regresi data panel yang berujuan untuk mengolah dan di analisis. Pengolahan data pada peneliian ini menggunakan program EVIEWS 9.

Menurut (Baron & Kenny, 1986), terdapat tiga alternatif pada efek mediasi, yaitu 1.

Pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen menjadi tidak signifikan pada variabel mediasi. 2. Pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen menjadi signifikan dengan adanya variabel mediasi. 3. Apabila tidak terjadi kondisi seperti diatas maka tidak dapat dibuktikan adanya efek mediasi.

(22)

22 Berikut bentuk persamaan dari model regresi dalam penelitian ini :

LDRit = β0 + β1GBit + β2FBit + β3Size + Ɛit (1) ROAit = β0 + β1GBit + β2FBit + β3Size + Ɛit (2) ROAit = β0 + β1GBit + β2FBit + β3LDRit + β4Sizeit + Ɛit (3) Keterangan :

GB = Government Bank FB = Foreign Bank

LDR = Loan to Deposit Ratio – variabel mediasi ROA = Pengembalian Asset – Variabel Dependent

Size = Ukuran Bank dilihat dari Total Asset – Variabel kontrol β0 = konstan

β1-4 = koefisien regresi

Model 1 menjelaskan kepemilikan bank (variable independent) yang diukur melalui variabel dummy terhadap kinerja bank sebagai (variable dependent). Model 2 menjelaskan efek langsung dari government bank, domestic bank dan foreign bank sebagai ukuran dari variabel kepemilikan bank terhadap variabel ROA sebagai ukuran variabel kinerja perbankan. Kemudian pada model 3 menunjukkan bahwa dampak dari kepemilikan bank terhadap kinerja bank dan variabel size bank yang dimediasi oleh perilaku kehati-hatian yang diukur dengan LDR sebagai proksi dari variabel mediasi. Adanya hubungan konseptual antara variabel independent, variabel mediasi serta variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

(23)

23 Gambar 3.1 Hubungan Variabel Independen, Mediasi, dan Dependen

c c

a b

Kinerja Bank ( Variabel Dependent )

Perilaku Kehati-hatian ( Variabel Mediasi ) Kepemilikan Bank

( Variabel Independent )

(24)

24

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran atau deskriptif dari suatu data dengan melihat cara mengukur nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum dari variabel yang diteliti. Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik dan kewajaran data penelitian, sehingga dapat diidentifikasi adanya outlier.

Penelitian ini menggunakan data dari 38 perbankan yang ada di Indonesia selama periode 2013 sampai 2017.

Tabel 4.1 Statisik Deskriptif 1

VARIABEL MEAN MINIMUM MAKSIMUM STANDARD

DEVIASI

LDR 85.2087 43.46 195.85 14.5192

ROA 1.2427 -18.7 5.42 2.39691

SIZE 16.8506 6.56 20.7 2.03427

Sumber : Data sekunder telah diolah tahun 2013 - 2017

Loan To Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2013 sampai 2017 mempunyai nilai minimum (terendah) sebesar 43,46% yang dimiliki oleh Bank National Nobu, LDR juga mempunyai standar deviasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,52%, dengan nilai rata – rata sebesar 85,21%. Sedangkan loan to deposit ratio (LDR) mempunyai nilai maksimum (tertinggi) sebesar 195.85% yang artinya jika nilai LDR yang terlalu tinggi maka perbankan tidak memiliki likuiditas yang cukup dalam menutup kewajiban perbankan terhadap nasabahnya. Nilai maksimum LDR dimiliki oleh Bank Mandiri Tbk.

Variabel return on asset (ROA) tahun 2013 sampai 2017 mempunyai nilai minimum (terendah) sebesar -18,7% yang dimiliki oleh Bank of India Indonesia dan nilai

(25)

25 maksimunya sebesar 5,42% yang dimiliki oleh Bank Mestika Dharma, serta mempunyai nilai standard deviasi sebesar 2,397%, sedangkan nilai rata – rata atau meannya sebesar 1,243% yang dapat diartikan sebagai semua bank yang terdapat di Indonesia serta yang dijadikan sampel penelitian ini dalam menghasilkan laba atau tingkat keuntungan dengan memanfaatkan adanya aktiva yang dimilikinya, dimana semakin rendah nilai ROA yang dihasilkan maka semakin rendah juga kinerja bank dan tingkat laba yang dicapai oleh bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah atau mempunyai tingkat risiko yang lebih besar.

Kemudian untuk ukuran bank (bank size) pada tahun 2013 sampai 2017 mempunyai nilai minimum sebesar 6.56 yang dimiliki oleh Bank Negara Indonesia (BNI), serta nilai maksimumnya adalah sebesar 20.7 yang dimiliki oleh Bank Mandiri.

Ukuran bank juga mempunyai nilai rata – rata sebesar 16.8506 dan terdapat nilai standard deviasi sebesar 2.03427 yang dapat diartikan jika nilai ukuran bank atau size pada perbankan yang semakin besar maka dapat menarik tingkat kepercayaan terhadap investor, karena semakin baiknya tingkat kepercayaan akan mempermudah para investor mendapatkan informasi pada perbankan yang terkait.

4.2 UJI NORMALITAS

Menurut (Santoso, 2012) untuk uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov yang dinyatakan :

- Jika nilai signifikansi > α (5%), maka berdistribusi normal - Jika nilai signifikansi < α (5%), maka berdistribusi tidak normal

(26)

26 Gambar 4.1 Uji Normalitas

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa Normal Probability Plot merupakan pola distribusi normal, adanya pola yang berada di sekitar garis diagonal maka dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi. Selain melihat gambar tersebut, asumsi normalitas dapat dilihat dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Maka penelitian yang menggunakan uji normalitas dikatakan terdistribusi normal apabila hasil dari signifikansi lebih dari 5% (sig > 0.05).

Tabel 4.2 Uji Normalitas dengan Kolmogorov – Smirnov Test 1

Unstandardized Residual

Kolmogorov-Smirnov Z 1.072

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.201 Sumber : Data yang telah diolah

(27)

27 Berdasarkan nilai probability dari uji normalitas sebesar 0.201 lebih besar daripada signifikansi 5% (sig > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa uji normalitas pada penelitian ini berdistribusi normal.

4.3 UJI MULTIKOLINEARITAS

Menurut (Gujarati, 2004) multikolinearitas berhubungan dengan adanya hubungan linear baik di antara variabel independent.

Tabel 4.3 Matrik Korelasi

ROA GB FB LDR SIZE VIF

ROA 1

GB 0.346143 1 1.309904

FB 0.063698 -0.22317 1 1.300882

LDR 0.095621 0.163551 0.313007 1 1.187988 SIZE 0.391856 0.323598 0.165004 0.090667 1 1.200253

Sumber : Data laporan keuangan perbankan yang telah diolah

Adanya matriks korelasi pearson dari total sampel dan variance inflation factor, dalam penelitian ini digunakan untuk menguji multikolinearitas antara variabel penjelas.

Pada tabel diatas disimpulkan bahwa hasil korelasi pearson dengan VIF, maka berdasarkan hasil tersebut diketahui jika koefisien korelasi tidak ada yang lebih dari 0,5 dan cenderung lemah. Sedangkan nilai VIF tidak ada yang lebih dari 10. Maka, dapat dijelaskan bahwa tidak terjadi masalah pada multikolinearitas. Dalam pengujian hipotesis digunakan regresi data panel yang mempunyai adanya time-series dan cross-section. Pada data panel dapat mengatasi permasalahan uji multikolinearitas (Baltagi, 2005). Menurut (Ghozali, 2013) model regresi dapat dikatakan baik jika tidak terdapat korelasi antarvariabel independent.

4.4 UJI HETEROKEDASITAS

Menurut (Gujarati, 2004), uji heterokedasitas ini menggunakan uji Glejser yang dilakukan dengan meregresikan variabel – variabel bebas terhadap nilai absolut

(28)

28 residualnya. Nilai residual merupakan selisih antara nilai observasi dengan nilai mutlaknya, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya heterokedasitas tersebut.

Jika nilai signifikansi antara variabel independent dengan absolut residual lebih besar dari 0.05 maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas

Tabel 4.4 Uji Heterokedastisitas

Model Sig.

1

(Constant) 0.245

GB 0.337

FB 0.121

LDR 0.187

SIZE 0.145

Sumber : Data yang telah diolah

Adanya uji heterokedasitas adalah untuk melihat terjadi masalah atau tidak terjadi masalah pada heterokedasitas. Sementara itu, tabel 4.4 menunjukkan bahwa untuk pengaruh kepemilikan bank terhadap ROA yang dimediasi oleh perilaku kehati – hatian bank yaitu tidak terdapat masalah heterokedasitas, dimana nilai signifikansi residual lebih besar daripada nilai alpha 5% (sig > 0.05).

(29)

29

4.5 UJI AUTOKORELASI

Menurut (Iqbal, 2000) uji autokorelasi ini terjadi pada data time series maupun data cross section, dimana autokorelasi sebagai unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain. Uji autokorelasi menggunakan uji Durbin – Watson.

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 1.136

Sumber : Data yang telah diolah

Berdasarkan hasil dari uji autokorelasi untuk nilai Durbin-Watson yaitu sebesar 1.443. Nilai ini akan dibandingkann dengan nilai tabel signifikansi sebesar 5% serta mempunyai jumlah sampel sebanyak 38 dan jumlah variabel independent 4 (K = 4), sehingga dengan menggunakan tabel Durbin-Watson maka didapatkan hasil batas atas (du) sebesar 1.7259 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1.2221.

Dikarenakan nilai Durbin-Watson lebih kecil dari batas atas (du) dan kurang dari (4-DU)

= 4 – 1.7259. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat autokorelasi atau adanya autokorelasi positif dan negatif.

4.6 UJI CHOW

Uji chow ini dapat digunakan dalam memilih metode regresi data panel yang baik antara Pooled Least Square (PLS) serta Fixed Efect model, yang melihat nilai dari probabilitas F. Sebagaimana terdapat pada tabel (4.6) yang menunjukkan bahwa nilai Probabilitas > f sebesar 0,0000 lebih kecil dari α (5%), sehingga model yang baik pada uji chow sementara adalah fixed effect model. Uji Chow ini menentukan model penelitian mana yang paling tepat antara fixed effect model dengan common effect model. Menurut Ali (2016), hipotesis yang digunakan untuk uji chow, yaitu :

(30)

30 H0 = Common Effect Model (Prob > 0.05)

H1 = Fixed Effect Model (Prob < 0.05)

Tabel 4.6 Fixed Effect Model Redundant Fixed Effects Tests

Effects Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F 4.439760 -34,137 0.0000 Cross-section

Chi-square 129.992152 34 0.0000

Sumber : Hasil output yang telah diolah

Pada tabel diatas disimpulkan bahwa, probabilitas pada cross-section F menunjukkan jika nilai tersebut lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima serta dapat disimpulkan bahwa fixed effect model lebih tepat untuk digunakan pada model 2.

Gambar 4.2 Hasil Uji Chow Model 1

Sumber : Hasil Output Eviews

Tabel 4.7 Fixed Effect Model Redundant Fixed Effects Tests

Effects Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F 2.303639 -34,137 0.0004 Cross-section

Chi-square 79.128296 34 0.0000

Sumber : Hasil output yang telah diolah Fixed Effect Model Prob < 0.05 = 0,000002

(31)

31 Pada tabel tersebut disimpulkan bahwa, probabilitas pada cross-section F menunjukkan jika nilai tersebut lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima serta dapat dibuktikan bahwa fixed effect model lebih tepat untuk digunakan pada model 1.

Gambar 4.3 Hasil Uji Chow Model 2

Sumber : Hasil Output Eviews

Tabel 4.8 Fixed Effect Model Redundant Fixed Effects Tests

Effects Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F 2.461303 -34,136 0.0001 Cross-section

Chi-square 83.918910 34 0.0000

Sumber : Hasil output yang telah diolah

Pada tabel diatas disimpulkan bahwa, probabilitas pada cross-section F menunjukkan jika nilai tersebut lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima serta dapat disimpulkan bahwa fixed effect model lebih tepat untuk digunakan pada model 3.

Gambar 4.4 Hasil Uji Chow Model 3

Sumber : Hasil Output Eviews Fixed Effect Model

Prob < 0.05 = 0,000000

Fixed Effect Model Prob < 0.05 = 0,000000

(32)

32

4.7 UJI HAUSMAN

Uji hausman kali ini digunakan untuk menentukan estimasi dimana menunjukkan yang terbaik antara fixed effect model dengan random effect model. Menurut (Agung, 2013), hipotesis digunakan untuk mempermudah dalam mengambil keputusan pada uji hausman, sehingga dapat ditulis sebagai berikut :

H0 = Random Effect Model (Prob > 0.05) H1 = Fixed Effect Model (Prob < 0.05)

Tabel 4.9 Random Effect Model Correlated Random Effects - Hausman Test Test

Summary Statistic d.f Prob

Cross-section

random 4.808701 3 0.1864

Sumber : Hasil output yang telah diolah

Hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai degree of freedom adalah 3 dengan nilai chi square sebesar 7.82 dengan nilai alfa 0.05. Sedangkan nilai chi square statistiknya yaitu sebesar 4.808701, maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Hasil dari uji hausman dapat dilihat dari nilai probability sebesar 0.1864, dimana nilainya lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Sehingga model estimasi yang tepat digunakan untuk model 1 pada uji hausman yaitu random effect model.

Gambar 4.5 Hasil Uji Hausman Model 1

Sumber : Hasil Output Eviews Sumber : Hasil Output Eviews

Random Effect Model Prob > 0.05 = 0.1864

(33)

33 Tabel 4.10 Random Effect Model

Correlated Random Effects - Hausman Test

Test Summary Statistic d.f Prob

Cross-section

random 6.130918 3 0.0154

Sumber : Output Eviews yang telah diolah

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai degree of freedom adalah 3 dengan nilai chi square sebesar 7,82 dengan nilai alfa 0.05. Sedangkan nilai chi square statistiknya yaitu sebesar 6.130918, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak.

Hasil dari uji hausman dapat dilihat dari nilai probability sebesar 0.0154 dimana nilainya lebih kecil dari 0. maka H1 diterima. Sehingga model estimasi yang tepat digunakan untuk model 2 pada uji hausman yaitu fixed effect model.

Gambar 4.6 Hasil Uji Hausman Model 2

Sumber : Hasil Output Eviews Sumber : Hasil Output Eviews

Tabel 4.11 Random Effect Model Correlated Random Effects - Hausman Test Test

Summary Statistic d.f Prob

Cross-section

random 9.819481 4 0.0436

Sumber : Output Eviews yang telah diolah Random Effect Model

Prob < 0.05 = 0.0154

(34)

34 Hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai degree of freedom adalah 4 dengan nilai chi square sebesar 9.49 dengan nilai alfa 0.05. Sedangkan nilai chi square statistiknya yaitu sebesar 9.819481, maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Hasil dari uji hausman dapat dilihat dari nilai probability sebesar 0.0436, dimana nilainya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak. Sehingga model estimasi yang tepat digunakan untuk model 3 pada uji hausman yaitu fixed effect model.

Gambar 4.7 Hasil Uji Hausman Model 3

Sumber : Hasil Output Eviews

4.8 UJI HIPOTESIS

Tabel 4.12 UJI T MODEL 1 Variabel Coefficient Prob

C 86.70159 0.0000

GB 9.941922 0.0007

FB 9.379784 0.0000

SIZE -0.326129 0.4413

LDR = 86.70159 + 9.941922*GB + 9.379784*FB - 0.326129*SIZE

Hasil uji T regresi, disimpulkan bahwa kepemilikan bank yang diukur melalui variabel dummy memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perilaku kehati – hatian bank (LDR) dengan nilai signifikansi 5%. Semakin tinggi tingkat kehati – hatian bank maka semakin baik bank tersebut. Nilai probabilitas untuk government bank dan foreign bank sebesar 0.0007 dan 0.0000, dimana nilai probabilitas lebih kecil daripada nilai signifikansi (prob < 0.05). Sementara itu variabel kontrol yang diukur melalui ukuran bank (Size Bank) memiliki pengaruh negatif terhadap variabel perilaku kehati - hatian (LDR) dengan nilai signifikansi sebesar 5%. Sehingga

Random Effect Model Prob < 0.05 = 0.0436

(35)

35 semakin besar ukuran bank maka perilaku kehati – hatian bank akan semakin tinggi. Nilai probabilitas untuk size sebesar 0.4413, dimana probabilitas lebih besar daripada nilai signifikansi (prob > 0.05).

Gambar 4.8 UJI F MODEL 1 Prob (F-statistic)

0.000002

Berdasarkan uji F nilai f-statistik sebesar 0.000008 dengan signifikansi sebesar 5%. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa f-statistik < nilai signifikansi, dimana kepemilikan bank pemerintah, bank domestik dan bank asing memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kehati – hatian bank (LDR).

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan data panel yang telah dilakukan, maka model regresi pertama menyatakan bahwa kepemilikan bank berpengaruh positif signifikan terhadap kehati – hatian bank, karena nilai signifikan government bank sebesar 0.0007 < 0.05 (diterima), domestic bank sebesar 0.0000 (diterima) dan foreign bank sebesar 0.0000 < 0.05 (diterima) dengan dilihat nilai koefisien government bank sebesar 9.941922 nilai koefisien government bank lebih besar dibandingkan dengan foreign bank yang memiliki nilai koefisien sebesar 9.379784, maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji regresi kepemilikan bank berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku kehati – hatian bank, namun perilaku bank pemerintah lebih berhati – hati dibandingkan dengan bank asing dan bank domestik. Sedangkan untuk ukuran bank tidak berpengaruh terhadap perilaku kehati - hatian bank.

Tabel 4.13 UJI T MODEL 2 Variabel Coefficient Prob

C -1.910064 0.0187

GB 1.190366 0.0005

FB 0.220845 0.2976

SIZE 0.192833 0.0001

(36)

36 ROA = - 1.910064 + 1.190366*GB + 0.220845*FB + 0.192833*SIZE

Hasil uji T regresi, disimpulkan bahwa kepemilikan bank yang diukur melalui variabel dummy dari government bank memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja bank dan foreign bank memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap variabel kinerja bank (ROA) dengan nilai signifikansi 5%. Bank pemerintah (government bank) memiliki return kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank asing (foreign bank) dan bank domestik (domestic bank), hal tersebut dilihat dari nilai koefisien untuk government bank sebesar 1.190366 memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien foreign bank yaitu sebesar 0.220845 dan nilai koefisien domestic bank sebesar -1.910064. Sementara itu variabel kontrol yang diukur melalui ukuran bank (Size Bank) memiliki pengaruh positif terhadap variabel kinerja bank (ROA) dengan nilai signifikansi sebesar 5%. Sehingga semakin besar ukuran bank maka semakin baik kinerja.

Nilai probabilitas untuk size sebesar 0.0001, dimana probabilitas lebih kecil daripada nilai signifikansi (prob < 0.05).

Gambar 4.9 UJI F MODEL 2 Prob (F-statistic)

0.000000

Sementara itu uji F dengan nilai f-statistik sebesar 0.000000 dengan signifikansi. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa f-statistik < nilai signifikansi 5%, dimana variabel independent (government bank, domestic bank dan foreign bank) dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap variabel dependent (kinerja bank).

Berdasarkan hasil uji regresi dengan data panel yang telah dilakukan, maka model regresi kedua menyatakan bahwa kepemilikan bank memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja bank.

Bank pemerintah (government bank) memiliki nilai signifikan sebesar 0.0005 < 0.05 (diterima), domestic bank 0.0187 (diterima), dan foreign bank sebesar 0.2976 > 0.05 (ditolak) dengan nilai koefisien government bank sebesar 1.190366, nilai koefisien domestic bank sebesar -1.91006, dan nilai koefisien foreign bank sebesar 0.220845, dimana nilai koefisien government bank lebih besar daripada foreign bank dan domesik bank. Disimpulkan bahwa di dalam kepemilikan bank,

(37)

37 maka government bank dan domestic bank berpengaruh signifikan terhadap kinerja dengan nilai probabilitas kurang dari 5%, namun untuk foreign bank tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karena nilai probabilitas lebih besar dari 5%. Sehingga pengaruh kepemilikan bank dilihat dari return, maka kinerja dari government bank returnnya lebih besar serta lebih baik daripada foreign bank dan domestic bank.. Sedangkan hasil uji regresi untuk ukuran bank yang diukur melalui size bank berpengaruh positif terhadap kinerja bank, karena nilai signifikan dari ukuran bank sebesar 0.0001 < 0.05 ( diterima ) dengan nilai koefisien sebesar 0.192833, sehingga ukuran bank berpengaruh positif terhadap kinerja bank.

Tabel 4.14 UJI T MODEL 3 Variabel Coefficient Prob

C -1.930444 0.0852

GB 1.188029 0.0007

FB 0.218640 0.3384

LDR 0.000235 0.9789

SIZE 0.192910 0.0001

ROA = -1.930444 + 1.188029*GB + 0.218640*FB + 0.000235*LDR -0.192910*SIZE

Hasil uji T regresi, disimpulkan bahwa kepemilikan bank setelah adanya variabel mediasi dan variabel kontrol tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja bank dengan nilai signifikansi 5%. Namun kepemilikan government bank mempunyai return kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank lainnya, hal tersebut dilihat dari nilai koefisien untuk government bank sebesar 1.188029 dan nilai koefisien foreign bank sebesar 0.218640 dan domestic bank sebesar -1.930444. Perilaku kehati – hatian bank yang diukur melalui LDR memiliki nilai koefisien sebesar 0.000235. Sementara itu variabel kontrol yang diukur melalui ukuran bank (Size Bank) terhadap kinerja bank yang dimediasi oleh perilaku kehati- hatian bank memiliki nilai koefisien sebesar 0.192910 dengan nilai signifikansi 5%. Sehingga semakin besar ukuran bank maka semakin baik kinerja. Nilai probabilitas untuk size sebesar 0.0001, dimana probabilitas lebih kecil daripada nilai signifikansi (prob < 0.05).

(38)

38 Gambar 4.10 UJI F MODEL 3

Prob (F-statistic) 0.000000

Sementara itu uji F dengan nilai f-statistik sebesar 0.000000 dengan signifikansi. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa f-statistik < nilai signifikansi 5%, dimana variabel independent (government bank, domestic bank dan foreign bank), perilaku kehati – hatian bank sebagai mediasi serta ukuran bank dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap kinerja bank.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan data panel yang telah dilakukan, maka model regresi ketiga menyatakan bahwa kepemilikan bank terhadap kinerja bank yang dimediasi oleh perilaku kehati-hatian, memiliki nilai signifikan government bank sebesar 0.0007 < 0.05 (diterima), domestic bank sebesar 0.0852 > 0.05 (ditolak), dan foreign bank sebesar 0.3384 > 0.05 (ditolak) dengan nilai koefisien sebesar 1.188029, -1.930444 dan 0.218640, dimana nilai koefisien government bank lebih besar daripada domestic bank dan foreign bank. Maka dapat disimpulkan bahwa bank milik pemerintah berpengaruh terhadap kinerja bank yang dimediasi oleh perilaku kehati – hatian bank, sedangkan bank domestik dan bank asing tidak berpengaruh terhadap kinerja bank yang dimediasi oleh perilaku kehati – hatian bank. Namun kepemilikan bank yang dilihat dari returnnya, maka kinerja bank pemerintah (government bank) return kinerjanya lebih besar daripada bank lainnya serta disimpulkan bahwa kinerja bank pemerintah lebih baik sertta efisien daripada kinerja bank asing dan bank domestik. Hasil uji model regresi perilaku kehati - hatian bank sebagai variabel mediasi tidak berpengaruh terhadap kinerja bank karena memiliki nilai signifikan sebesar 0.9789 > 0.05 (ditolak) dengan nilai koefisien sebesar 0.000235.

Sedangkan untuk ukuran bank yang diukur melalui SIZE bank berpengaruh positif terhadap kinerja bank, dengan nilai signifikan dari ukuran bank sebesar 0.0001 < 0.05 (diterima) dengan nilai koefisien sebesar 0.192910, sehingga SIZE berpengaruh positif terhadap kinerja bank yang dimediasi oleh perilaku kehati – hatian bank.

(39)

39

4.9 UJI MEDIASI dengan SOBEL TEST

Gambar 4.11 Uji Mediasi Menggunakan Sobel Test

a b

c

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa kepemilikan bank berpengaruh langsung terhadap kinerja bank serta dapat berpengaruh tidak langsung melalui perilaku kehati-hatian sebagai variabel mediasi. Besarnya pengaruh kepemilikan bank pemerintah dan bank asing terhadap perilaku kehati – hatian bank (panel a) sebesar 9.941922 dan 9.379784. Besarnya pengaruh langsung kepemilikan bank pemerintah maupun asing terhadap kinerja bank (panel c) sebesar 1.190366 dan 0.220845. Sementara itu, besarnya pengaruh tidak langsung kepemilikan bank pemerintah dan bank asing terhadap kinerja bank yang di mediasi oleh perilaku kehati – hatian sebesar 0.0023363517 dan 0.0022042492. Kepemilikan bank pemerintah maupun asing terhadap kinerja bank yang dimediasi oleh perilaku kehati – hatian, (panel a) sebesar 9.941922 dan 9.379784 dikalikan dengan perilaku kehati – hatian terhadap kinerja bank (panel b) sebesar 0.000235. Total pengaruh kepemilikan bank pemerintah dan asing terhadap kinerja bank yang dijumlahkan dengan panel ab sebesar 1.1927023517 dan 0.2230492492.

Sab = √

=√( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Kinerja Bank

( Variabel Dependent ) Perilaku Kehati-hatian

( Variabel Mediasi )

Kepemilikan Bank ( Variabel Independent )

(40)

40

=√

= √

= 0.091893185 (Bank Pemerintah)

= 0.084837964 (Bank Asing) Thitung =

=

= 0.025424646 (Bank Pemerintah) Thitung =

=

= 0.02398708 (Bank Asing) Ttabel = 1.9736 (sig 0.05).

Berdasarkan uji mediasi menggunakan sobel test maka disimpulkan bahwa thitung< ttabel,

dimana koefisien mediasi sebesar 0.0023363517 dan 0.0022042492 tidak signifikan artinya kepemilikan bank terhadap kinerja perbankan yang dimediasi oleh perilaku kehati – hatian bank tidak ada pengaruh mediasi.

4.10 PEMBAHASAN

Pengaruh Kepemilikan Bank terhadap Perilaku Kehati - hatian Bank

Berdasarkan hasil pengujian regresi model 1 yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa kepemilikan bank berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku kehati – hatian bank. Adanya hubungan positif antara kepemilikan bank dengan perilaku kehati – hatian bank yang diukur melalui LDR menunjukkan bahwa kepemilikan bank mampu memberikan pengaruh positif pada perilaku kehati – hatian bank dalam pengambilan sebuah keputusan. Pada ketiga jenis kepemilikan bank maka perilaku bank yang lebih berhati – hati yaitu bank pemerintah, sedangkan bank asing dan bank domestik belum menjalankan perilaku kehati – hatian secara efisien.

Referensi

Dokumen terkait

6 Dalam penulisan jurnal hukum ini, penulis menguraikan terlebih dahulu mengenai dasar hukum e- procurement, lalu dari dasar hukum tersebut dianalisis mengenai

Implementasi sarana proteksi kebakaran di Hotel X Kota Semarang sebesar 60% sudah sesuai dengan Standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Implementasi prasarana

[r]

Selanjutnya, pada awal kedatangan Belanda, eksistensi hukum Islam yang hidup di kalangan masyarakat diakui sendiri oleh ahli hukum Belanda Van den Berg, dengan

Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga.. Dengan demikian, jenis lembaga

Menurut Suzana dan Napole (2010), osilasi sistem pegas merupakan aplikasi prinsip fisika yang menggunakan penyelesaian secara matematis. Dengan menggunakan

3) Pemberian tugas secara kelompok dan individu. 4) Bimbingan difokuskan kepada siswa yang pada siklus 1 belum kelihatan aktif serta kepada siswa yang bel urn

Metode ini didasarkan pada perubahan reaksi plant jika diberi input dan respon keluaran sistem tersebut dijadikan dasar untuk membuat pemodelan matematika dengan