• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TAMPUNGAN SEDIMEN PADA CHECK DAM BALANG SIKUYU KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS TAMPUNGAN SEDIMEN PADA CHECK DAM BALANG SIKUYU KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS TAMPUNGAN SEDIMEN PADA CHECK DAM BALANG SIKUYU

KABUPATEN BANTAENG

Disusun Oleh :

FERIAL ACHMAYADDIN A 105 81 532 05

JURUSAN SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

ii KATA PENGANTAR

Segala puji kita curahkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-NYA yang telah memberikan akal dan pikiran serta kesehatan sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah tulus memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta, juga kepada sahabat – sahabatnya. Tugas akhir iniI merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi starata satu (S1) pada Fakultas Teknik Sipil Pengairan dengan judul “EFEKTIVITAS TAMPUNGAN SEDIMEN PADA CHEK DAM BALANG SIKUYU KABUPATEN BANTAENG”.

Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dan arahan serta bimbingan dari berbagai pihak.

Sungguh suatu hal yang wajar jika pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hamzah Al Imran, ST, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Muh. Syafaat S.Kuba,ST. selaku Ketua Jurusan Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(3)

iii 3. Bapak Ir. H. Muh.Idrus Ompo,SP.PSDA beserta Ibu Nenny Triana Karim,ST.MT. atas kesediaannya menjadi dosen pembimbing guna mengarahkan dan membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

4. Segenap Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar

5. Seperjuanganku rekan-rekan Mahasiswa dan pengurus lembaga Mahasiswa.

6. Terkhusus buat Ayah/Ibu tercinta atas segala Do’a dan Restunya, Semoga Allah SWT membalas budi baik dan amal saleh mereka dengan balasan yang setimpal.

Penyusun menyadari bahwa dengan keterbatasan waktu, Pengetahuan maupun kemampuan sehingga masih terdapat kesalahan dan kekurangan oleh karenanya sangat diharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini.Semoga dapat bermanfaat terkhusus kepada penyusun itu sendiri.

Makassar 2014

Penulis

(4)

iv DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Notasi ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 3

F. Sistematika Penulisan... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Umum ... 5

B. Kajian Efektifitas ... 6

C. Konsep Analisa Sedimen ... 7

D. Permasalahan dan Penanggulangan Sedimentasi ... 17

(5)

v BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi ... 20 B. Data Perencanaan ... 21 C. Prosedur Penelitian ... 22

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tampungan Sedimen ... 23 B. Kapasitas Tampungan ... 31 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 34 B. Saran – saran ... 34 Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perhitungan Debit Sedimen Melayang

Tahunan

30

Tabel 2. Perhitungan kapasitas tampungan sedimen 31

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Angkutan Sedimen Pada Penampang

Memanjang Sungai

11

Gambar 2 Flowchart Efektivitas Tampungan Sedimen Pada Check Dam

21

Gambar 3 Tampungan Sedimen 7

(8)

viii

DAFTAR NOTASI

Qs = Debit air ( m3/det )

Qsw = Debit Sedimen Total ( Ton/hari )

Qs = Debit Sedimen Melayang ( berat air per satuan Waktu dan lebar )

QB = Debit Sedimen dasar ( berat air per satuan Waktu dan lebar )

C = Konsentrasi Sedimen ( mg / liter ) K = Faktor Konversi ( 0,0864 )

H = Tinggi Muka air ( m ) D = Diameter butiran ( mm )

A = Luas Penampang Basah ( m2 ) W = Lebar Dasar Sungai ( m )

B = Lebar Penampang Sungai ( m ) S = Kemiringan Dasar Sungai V = Kecepatan ( m/det ) P = Keliling Basah ( m ) R = Radius Hidrolik ) T = Temperatur ( C )

g = Percepatan Gravitasi ( m/det2 ) r = Nilai Korelasi

a,b = Konstanta

n = Banyaknya data

d = Kedalaman Sungai ( m ) ξ0 = Faktor Koreksi Hidding γw = Berat jenis air = 1.0 ( t/m3

γs = Berat jenis sedimen = 2,65 ( ton/m3) ρw = Massa Jenis air (( m ) ton/m4)

ρs = Massa Jenis Sedimen (( m ) ton/m4)

∆ = Kekasaran Permukaan Dasar Sungai ks = Ekivalen Kekasaran Butiran

x = Fungsi ( ks/δ )

δ = Ketebalan lapisan batas w = Kecepatan jatuh sedimen U* = Kecepatan Geser ( Kg / m2 )

τ = Tekanan geser ( Kg / m2 )

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sungai merupakan tempat atau wadah pengaliran air mulai dari mata air, aliran permukaan, aliran air tanah dengan dibatasi pada kanan kiri sepanjang sungainya oleh garis sempadan. Sungai mempunyai peranan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia, sehingga pada saat ini sungai masih mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Sungai Balang Sikuyu mempunyai luas daerah aliran sebesar 3,2 km2 dengan panjang sungai lebih kurang 4,69 km. Sungai Balang Sikuyu merupakan salah satu sungai yang banyak menimbulkan masalah terutama masalah banjir. Banjir besar yang terjadi setiap tahun mengakibatkan kerusakan sarana fasilitas umum, kebun, sawah dan daerah pemukiman terutama dikota kabupaten. Lebih diperburuk lagi dengan adanya gerusan aliran sungai yang menimbulkan kerusakan tebing sungai yang mengancam fasilitas – fasilitas penting yang ada di sekitarnya.

Sungai mengalirkan air bersama sedimen yang terdapat dalam aliran tersebut. Di bagian hulu kandungan sedimennya tinggi, tetapi sesampainya dibagian hilir maka akan terjadi pengendapan yang membentuk endapan deluvial dan alluvial. Setelah endapan – endapan

1

(10)

tersebut menjadi tinggi dari dataran disekitarnya maka alur sungai berpindah mencari dataran yang elevasinya lebih rendah, jadi sepanjang daerah aliran sungai, alur bagian hilir sungai senantiasa berubah dah berpindah mencari alur yang lebih rendah dari dataran disekitarnya.

Dengan terjadinya perpindahan atau perubahan alur sungai secara terus – menerus dan terjadi proses sedimentasi pula maka terbentuklah dataran alluvial yang luas dan rata dibagian hilir sungai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab alamiah perubahan sungai adalah adanya sedimen yang kandung dalam aliran air yang masuk kedalam daerah aliran sungai.

Dengan latar belakang tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul “Efektivitas Tampungan Sedimen Pada Check Dam Balang Sikuyu Kabupaten Bantaeng”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami uraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah :

1. Berapa besar angkutan sedimen pada Check Dam Balang Sikuyu?

2. Berapa besar tampungan sedimen yang dapat ditampung Check Dam Balang Sikuyu?

(11)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui besarnya angkutan sedimen pada Check Dam Balang Sikuyu.

2. Untuk mengetahui besarnya tampungan sedimen yang dapat ditampung Check Dam Balang Sikuyu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yaitu :

1. Secara akademik diharapkan dapat digunakan sebagai acuan mahasiswa memperdalam pengetahuan tentang angkutan sedimen dan tampungan sedimen.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lanjutan yang berminat pada kajian tampungan sedimen.

E. Batasan Masalah

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisa yang digunakan dalam hal ini adalah data sedimen yang mencakup perhitungan sedimen.

2. Analisa yang direncanakan pada skripsi ini di batasi pada tampungan sedimen yang dapat ditampung Check Dam.

(12)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran umum isi pembahasan maka penulis menguraikan secara singkat sistematika penulisan meliputi :

Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang isinya meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

Bab II : Merupakan tinjauan pustaka yang meliputi uraian umum cekdam, konsep analisa sedimen dalam hal ini adalah pengertian sedimen, tampungan sedimen serta permasalahan dan penanggulangan sedimen.

Bab III: Merupakan metode penelitian yang meliputi: letak dan lokasi penelitian, tahap – tahap penelitian, serta data –data yang tersedia yang berhubungan dengan metode penelitian.

Bab IV: Merupakan bab yang menjelaskan tentang analisis data sedimen dan perhitungan efektifitas tampungan sedimen di Chek Dam Balang Sikuyu.

Bab V : Kesimpulan dan saran - saran yang meliputi kesimpulan akhir penulisan dan saran serta usulan penanggulangan pada daerah yang menjadi daerah studi.

Daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Umum

Chek Dam adalah bangunan pengendali yang dibuat karena adanya aliran air dengan konsentrasi sedimen yang cukup besar, dimana sedimen tersebut berasal dari erosi tanah pada bagian hulu sungai.

Hal pokok lain dalam perencanaan cekdam adalah sejauh mana sedimen yang larut mampu ditahan oleh bangunan ini. Prinsip stabilitas bangunan cekdam terhadap gaya guling, gaya geser, yang ada pada bangunan untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan aliran air dan sedimen sangat penting. Pemilihan lokasi cekdam harus tepat karena daya dukung tanah sangat berperan penting dalam stabilitas bangunan cekdam.

Pertimbangan lain dengan adanya perencanaan cekdam ini adalah jika dipandang dari segi ekonomis biaya pembangunan dan perawatan tidak terlalu mahal dan dari segi keamanan artinya aman untuk konstruksi itu sendiri yaitu bangunan mampu menahan aliran sedimen.

Tujuan dibuatnya cekdam termasuk termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri.

5

(14)

Aspek laju sedimentasi terjadi akibat erosi yang terjadi di hulu DAS yang terbawa oleh air melalui sungai menuju hilir atau waduk, kemudian mengendap ke dalam volume tampungan mati cekdam.

B. Konsep Analisa Sedimen

1. Pengertian Sedimen dan Sedimentasi

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk, dengan

kata lain bahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Asdak, 2007).

Sedimentasi sendiri merupakan suatu proses pengendapan material yang ditranspor oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai,

(15)

sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi (Soemarto,1995).

a. Sumber dan Bahan Penggolongan Sedimen

Setiap sungai membawa sejumlah sedimen terapung (suspended sediment) serta menggerakkan bahan-bahan padat di sepanjang dasar

sungai sebagai muatan dasar (bed load). Karena berat jenis bahan-bahan tanah adalah kira-kira 2,65 g/cc, maka partikel-partikel sedimen terapung cenderung untuk mengendap ke dasar alur, tetapi arus ke atas pada aliran turbulen menghalangi pengendapan secara gravitasi tersebut. Bila air yang mengandung sedimen mencapai suatu waduk, maka kecepatan dan turbulensinya akan sangat jauh berkurang. Muatan sedimen terapung pada sungai-sungai dikur dengan cara mengambil contoh air, menyaringnya untuk memisahkan sedimen, mengeringkannya, dan kemudian menimbang bahan-bahan yang disaring tersebut. Muatan

(16)

sedimen dinyatakan dalam parts per million (ppm). Sedimen yang tererasi dalam suatu lembah sungai dalam suatu kejadian hujan dapat diendapkan di alur sungai dan tinggal disana hingga hujan berikutnya mendorongnya ke hilir. Bagian-bagian tertentu dari lembah sungai mungkin lebih peka terhadap erosi daripada bagian-bagian lainnya, sehingga muatan sedimen yang lebih besar dapat diharapkan bila curah hujan terpusat pada daerah semacam ini (Sasongko, 1991).

Menurut Soewarno (1991), angkutan sedimen dapat bergerak, bergeser, disepanjang dasar sungai atau bergerak melayang pada aliran sungai, tergantung pada ; 1) komposisi (ukuran, berat jenis, dan lain-lain) 2) Kondisi aliran meliputi kecepatan aliran, kedalaman aliran dan sebaginya. Menurut sumber asalnya angkutan sedimen dibedakan menjadi muatan material dasar (bed material load), dan muatan bilas (wash load). Sedangkan menurut mekanisme pengangkutannya dibedakan menjadi muatan sedimen melayang (suspendead load), dan muatan sedimen dasar (bed load).

Pada sungai-sungai aluvial besarnya muatan material dasar yang terangkut dapat dibedakan menjadi muatan sedimen dasar dan muatan sedimen melayang. Disamping material dasar ada juga angkutan sedimen yang sangat halus yang disebut dengan muatan bilas. Besarnya volume muatan bilas umumnya tidak tergantung pada kondisi hidrologis sungai, melainkan kondisi daerah pengaliran sungai. Jumlah total ketiga tipe

(17)

angkutan sedimen tersbut merupakan debit sedimen total (total sedimen discharge) (Anonim,2012b).

b. Proses Sedimentasi

Proses sedimentasi meliputi proses erosi, angkutan (transportasi), pengendapan (deposition), dan pemadatan (compaction) dari sedimen itu sendiri. Dimana proses ini berjalan sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah mnjadi partikel halus lalu menggelinding bersama aliran, sebagian tertinggal di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen (Soewarno, 1991).

Sedimen yang sering djumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan induk tersebut kita kenal sebagi partikel-partkel tanah.

Pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan (untuk kasus di daerah tropis), partikel-partikel tanah tersebut dapat terkelupas dan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai dan dikenal sebagai sedimen. Oleh adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih tinggi ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi, dan terbentuknya tanah-tanah baru di pinggir-pinggir sungai (Asdak, 2007).

(18)

Sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya produktivitas lahan pertanian, dan berkurangnya kapasitas saluran atau sungai akibat pengendapan material hasil erosi. Dengan berjalannya waktu, aliran air terkonsentrasi kedalam suatu lintasan-lintasan yang agak dalam, dan megangkut partikel tanah dan diendapkan ke daerah di bawahnya yang mungkin berupa; sungai, waduk, saluran irigasi, ataupun area pemukiman penduduk (Hardiyatmo,2006).

Kapasitas angkutan sedimen pada penampang memanjang sungai adalah besaran sedimen yang lewat penampang tersebut dalam satuan waktu tertentu. Terjadinya penggerusan, pengendapan atau mengalami angkutan seimbang perlu diketahui kuantitas sedimen yang terangkut dalam proses tersebut. Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika kapasitas sedimen yang masuk pada suatu penampang memanjang sungai sama dengan kapasitas sedimen yang keluar dalam satuan waktu tertentu. Pengendapan terjadi dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih besar dari kapasitas sedimen seimbang dalam satuan waktu.

Sedangkan penggerusan adalah suatu keadaan dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih kecil dari kapasitas sedimen seimbang dalam satuan waktu (Saud, 2008).

(19)

T = waktu Gambar 1. Angkutan Sedimen Pada Penampang Memanjang Sungai 2. Tampungan Sedimen

Tampungan mati disediakan untuk menampung sedimen yang berasal dari air yang mengandung sedimen yang mengendap di cekdam, Karena hanya sebagian kecil dari sedimen yang lewati bendungan.

Volume tampungan mati ini sama dengan volume sedimen yang diharapkan selama umur rencana dari waduk yang bbiasanya diambil 100 tahun.

a. Sedimen

Sedimen yang terkumpul di cekdam biasanya berasal dari partikel- partikel tanah dan bahan – bahan keras yang terbawa oleh aliran sungai yang masuk ke cekdam. Untuk cekdam kecil kemungkinan mengendapnya sedimen halus sangat kecil karena akan langsung ikut bersama aliran, akan tetapi untuk cekdam yang besar kemungkinan mengendapnya sedimen halus dalam jangka waktu akan berubah – ubah,

(20)

oleh karena itu tidak mungkin untuk memperkirakan laju sediomentasi dalam waktu yangh relative singkat.

b. Sedimen melayang

1. Menentukan hubungan tinggi muka air dengan debit muka air.

Sebelum membuat lengkung debit, terlebih dahulu di tarik garis lurus yang menunjukkan hubungan antara tinggi air (H) dengan debit air (Qw) yang digambarkan pada grafik logaritma.

Dalam membuat lengkungan debit digunakan persamaan : Qw = m (H)n...(1)

Dapat di ubah menjadi persamaan linier dengan transformasi logaritma sebagai berikut :

Log Qw = Log m + n Log H ...(2) Persamaan tersebut dapat dimisalkan :

Y = Log Qw A = Log m bX = n Log H

Dari persamaan di atas dapat di ubah menjadi persamaan garis lurus yaitu :

= a + b ……….(3) Dimana :

= ……….(4)

Dan

= ………..(5)

(21)

Konstan a dan b di hitung dengan persamaan sebgai berikut :

 

Xi

n Xi

n Yi Xi Yi

b Xi

/ / ) )(

( .

2   2

  ………..(6)

a = - b ……….(7)

Maka konstanta a dan b dimasukkan dalam persamaan sebagai berikut : Log Qw = a + bH………(8)

Log Qw = Log a + Log Hb………..(9)

Log = Log (aH)b………(10)

Qw = . . . . .(H)b……….(11)

Untuk mengetahui rumus empiris di atas apakah mendekati kebenaran, maka di cari terlebih dahulu nilai korelasi (r) dengan rumus sebagai berikut : ……….(12) 2. Menentukan Hubungan Debit Sungai dengan debit Sedimen

Dari data yang diperoleh, maka besarnya debit sedimen melayang setiap hari dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Qs = Qw x C x K Dimana :

Qs = Debit sedimen laying (ton/hari) Qw = Debit air (m3/dt)

C = Konsentrasi muatan laying (ton/hari)

(22)

K = Faktor konfersi (0,0864)

Dari hasil analisa tersebut di atas maka di buat hubungan antara debit sedimen layang (Qw) dengan debit sedimen laying (Qs) dengan persamaan lengkung debit merupakan persamaan eksponensial sebagai berikut :

Qs = m Qwn...(13)

Dapat di ubah menjadi persamaan linier dengan transformasi logaritma sebagai berikut :

Log Qs = Log m + n Log Qw ...(14) Persamaan tersebut dapat dimisalkan :

Y = Log Qs a = Log m bX = n Log Qw

Dari persamaan di atas dapat di ubah menjadi persamaan garis lurus yaitu :

= a - b ……….(15) Dimana :

= ………(16)

Dan

= ………(17)

Konstan a dan b di hitung dengan persamaan sebgai berikut :

 

Xi

n Xi

n Yi Xi Yi

b Xi

/ / ) )(

( .

2   2

  ………..(18)

(23)

a = - b ……….(19)

Maka konstanta a dan b dimasukkan dalam persamaan sebagai berikut :

Log Qw = a + b………..(20) Log Qw = Log a + Log Hb………(21) Log = Log (aH)b……….(22) Qw = . . . . .(H)b………..(23)

Untuk mengetahui rumus empiris di atas apakah mendekati kebenaran, maka di cari terlebih dahulu nilai korelasi (r) dengan rumus sebagai berikut :

……….(24) c. Sedimen dasar

Perhitungan besarnya sedimen dasar diasumsikan bahwa volume muatan sedimen dasar ke cekdam adalah 20% dari volume sedimen melayang.

Dengan persamaannya sebagai berikut : Qb = 20% Qs

Maka,

Q total = Qs + Qb

(24)

d. Kapasitas Volume Tampungan Sedimen.

Untuk menghitung volume tampungan sedimen harus didasarkan pada topografi dan tinggi efektif bangunan penahan sediment (manual perencanaan Sabo, 2006:26).

Dimana:

Lo = Kemiringan sungai.

I2 = Kemiringan seimbang kinetis.

l1 = Kemiringan seimbang statis.

Tampungan sedimen terjadi apabila kemiringan seimbang statis sudah terbentuk dan terjadi pada banjir yang besar. Besarnya kemiringan I1

dan I2 adalah sebagai berikut I1 = 2/3 Io ↔ I2 = 3/4 Io

Rumus yang dipergunakan untuk menghitung volume tampungan:

1) Volume tampungan sedimen statis Vs =

2) Volume tampungan sedimen dinamis Vd =

Dimana:

V= Kapasitas tampungan sedimen (m³).

H= Tinggi main Dam bangunan (m).

B= Lebar sungai tempat kedudukan bangunan (m).

(25)

C. Permasalahan dan Penanggulangan Sedimentasi

Menurut Soemarto (1995), Dalam konteks pengelolaan DAS, kegiatan pengelolaan yang dilakukan umumnya bertujuan untuk mengendalikan dan menurunkan laju sedimentasi karena kerugian yang ditimbulkan oleh adanya proses sedimen jauh lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. Adapun beberapa dampak yang diakibatkan dari sedimentasi yaitu sebagai berikut:

1. Di sungai, pengendapan sedimen di dasar sungai yang menyebabkan naiknya dasar sungai, kemudian menyebabkan tingginya permukaan air sehingga dapat mengakibatkan banjir yang menimpa lahan-lahan yang tidak dilindungi. Hal tersebut diatas dapat pula mengakibatkan aliran mengering dan mencari alur baru.

2. Di saluran, jika saluran irigasi atau saluran pelayaran dialiri air yang penuh dengan sedimen akan terjadi pengendapan di saluran tersebut, sedangkan untuk pengerutan sedimen itu diperlukan biaya yang cukup besar dan akan menyebabkan terhentinya operasi saluran.

3. Di waduk, pengendapan sedimen di waduk-waduk akan mengurangi volume aktifnya. Sebagian besar jumlah sedimen yang dialirkan oleh waduk adalah sedimen yang dialiri sungai-sungai ke waduk, hanya sebagian kecil saja yang beasal dari longsoran tebing- tebing waduk yang berasal dari geruan tebing-tebing waduk oleh limpasan permukaan. Butir-butiran yang kasar akan diendapkan dibagian hulu waduk, sedangkan yang halus diendapkan dengan

(26)

bendungan, dan sebagian dapat dibilas ke bawah jika terjadi banjir saat permukaan air waduk masih rendah.

4. Di bendungan atau pintu-pintu air, yang menyebabkan terjadinya kesulitan dalam mengoperasikan pintu-pintu tersebut. Juga karena pemebentukan pulau-pulau pasir (sand bars) di hulu bendungan atau pintu air sehingga aliran air yang lewat bendungan atau pintu terganggu.

5. Di daerah sepanjang sugai, akan lebih sering terjadi banjir pada daerah yang tidak dilindungi, selamanya tanggulnya selalu dipertinggi sesuai dengan kenaikan dasar sungai dan muka airnya akan mempengaruhi drainase daerah sekitarnya, lama kelamaan drainase dengan air gravitasi tidak dimungkinkan lagi.

Untuk menjaga kapasitas waduk supaya tetap lestari diantaranya adalah dengan mengurangi laju sedimentasi yang masuk ke waduk dengan cara program konservasi DAS, bangunan pengendali erosi, penangkap sedimen di daerah hulu waduk dan lain sebaginya. Salah satu upaya adalah membuat struktur pengendali sedimen atau yang sering disebut Chek Dam untuk sungai, sudah dikembangkan juga struktur ambang bawah air (underwater sill) atau tanggul dibawah laut (Sasongko,1991).

Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran yang merupakan suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, atau

(27)

gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting adalah yang disebabkan oleh air (Hardjowigeno,2010)

Erosi mengakibatkan terjadinya pemindahan butiran-butiran ke tempat lain melalui suatu proses yang dinamakan angkutan sedimen. Pengendapan butiran tanah hasil erosi di tempat perairan menjadi permasalahan lain yang juga terkait langsung dengan erosi. Tentu saja pengendapan tersebut paling banyak terjadi di sungai dan waduk. Apabila air sungai atau waduk digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, tidak menutup kemugkinan terjadi pula pengendapan di bagian hulu bending irigasi maupun disaluran pembawa (primer, sekunder, tersier) air irigasi (Sunaryo, 2004).

e. SDR (Sediment Delivery Ratio)

Sediment Delivery Ratio (SDR) didefinisikan sebagai perbandingan

jumlah antara sedimen yang betul-betul terbawa oleh aliran sungai/mengendap di dalam waduk terhadap jumlah tanah yang tererosi pada suatu daerah aliran sungai/daerah tangkapan waduk.

Nilai SDR mendekati satu berarti bahwa semua tanah yang tererosi masuk kedalam sungai/waduk, hal ini hanya mungkin terjadi pada daerah aliran sungai yang kecil dan tidak mempunyai daerah-daerah yang datar atau yang mempunyai lereng-lereng yang curam, mempunyai kerapata drainase yang tinggi, dan tanah yang terangkut mempunyai banyak butir-butir halus, atau secara umum dikatakan bahwa daerah terbut tidak memiliki sifat yang cenderung menghambat pengendapan sedimen di dalam daerah aliran sungainya (sistem

(28)

konservasi tanah belum ada). Makin luas suatu daerah aliran sungai, ada kecenderungan makin kecil nilai SDR (Kironoto,2000).

Untuk menentukan Sediment Delivery ratio digunakan rumus Boyce (1975) :

SDR = 0,41 A-0.3 Dimana :

SDR = Sediment Delivery Ratio A = Luas Das (ha)

f. Angkutan Sedimen

Maka angkutan sedimen yang terjadi dapat dihitung : SY = SDR x Ea

Dimana :

SY = Angkutan Sedimen (ton/ha/tahun) SDR = Sediment Delivery Ratio

Ea = Erosi Lahan (tons/ha/tahun)

g. Tampungan Sedimen yang Dapat Ditampung Check Dam

• Kemiringan Kritis Sungai :

Ss =

Ss = 8,378 x 10-3

• Volume Tampungan Check Dam : H4 = H1 + L3 ∙ (Ss – So)

(29)

Dimana :

H1 = Tinggi check dam (m)

H4 = Tinggi sedimen di hulu sungai terukur (m)

L3 = Panjang pengaruh tampungan sedimen di hulu sungai terukur (m) L4 = Panjang pengaruh sedimen di hulu sungai (m)

Ss = Kemiringan kritis sungai So = Kemiringan dasar sungai hulu So1 = Kemiringan dasar sungai ns = Kekasaran Manning

B1 = Lebar dasar sungai (m) B2 = Lebar pelimpah (m)

h3 = Kedalaman air di atas pelimpah (m) L4 =

L = L3 + L4

Vt =

Vt1 = (B1 + B2)∙(H1 + H4) ∙ L3

Vt2 = (B1 + B2)∙ H4 ∙ L4

Vt = Vt1 + Vt2

h. Pengaruh Check Dam Terhadap Erosi yang Terjadi Rumus :

SY1 = Ea ∙ SDR - (Suripin) Dimana :

(30)

SY1 = Besarnya angkutan sedimen setelah ada bangunan check dam Ea = Besar erosi lahan rata-rata (ton/ha/tahun)

SDR = Sediment Delivery Ratio A = Luas DAS (ha)

Vt = Volume tampungan

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi

Kabupaten Bantaeng terletak di sebelah selatan Kota Makassar dengan jarak ±120km yang dengan batas administrasi sebelah Barat Kab.Jeneponto, sebelah Utara Kab.Gowa dan Siraji, sebelah Timur Kab.Bulukumba serta sebelah Selatan Laut Flores.

Daerah Kab.Bantaeng terletak pada ketinggian yang bervariasi mulai dari 0 meter (tepi pantai) hingga lebih dari 1.000 meter ke atas dari permukaan laut. Ketinggian daerah digolongkan sebagai berikut:

 Ketinggian 0-10 meter diatas permukaan laut pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke barat.

 Ketinggian 10-25 meter di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bisappu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pajukukang.

 Ketinggian 25-100 meter di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bisappu, Kecamatan Sinoa, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Pajukukang.

 Ketinggian 100-200 meter di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bisappu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Pajukukang.

23

(32)

 Ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bisappu, Kecamatan Ululere Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu.

 Ketinggian 1000 meter lebih di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu.

Sungai Balangsikuyu desa Allu Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng yang berada di pesisir Selatan kota Makassar, tepatnya 5°31’LS dan 119°57’BT. Sungai Balangsikuyu mempunyai luas daerah aliran sebesar 3,2km² dengan panjang sungai kurang lebih 4,69km.

B. Data Perencanaan

1. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan kegiatan pencariaan data melalui kajian literature hasil penelitian terdahulu, kondisi wilayah penelitian atau pun data tertulis lainnya. Data – data yang telah dihimpun oleh instansi – instansi terkait yaitu pemerintah kota setempat.

Data sekunder antara lain : - Peta Topografi

- Peta Situasi - Data Sedimen - Draf Final Report

(33)

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian dapat dilihat pada flow chart berikut ini :

Gambar 2. Fowchart Efektivitas Tampungan Sedimen Pada Check Dam

(34)

BAB IV

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tampungan Sedimen

1. Analisa Tampungan Mati

Tampungan mati disediakan untuk menampung sedimen yang berasal dari air yang menganduing sedimen yang mengendap di cekdam, Karena hanya sebagian kecil dari sedimen yang lewati bendungan. Volume tampungan mati ini sama dengan volume sedimen yang diharapkan selama umur rencana dari cek dam yang biasanya diambil 50 tahun.

a. Analisa Angkutan Sedimen

(1). Perhitungan Besarnya Angkutan Sedimen Melayang dengan Menentukan hubungan tinggi muka air dengan debit sungai. Sebelum membuat lengkung debit , terlebih dahulu ditarik garis lurus yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air (H) dengan debit sungai (Qw) yang digambarkan pada grafik logaritma. Dalam membuat lengkung debit digunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan (12).

Dimana :

=

26

(35)

= -0.133

=

= 0.298

Konstanta a dan b dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

b =

=

= 0.044 = a + b ∙

0.298 = a + 0.044 ∙ (-0.133) Jadi ,

= 0.298 - (0.044) x (-0.133)

= 0.304

Maka konstanta a dan b dimasukkan dalam persamaan sebagai berikut:

Log Qw = 0,304 + 0,044 x H

Log Qw = Log 0.304 + Log H 0.044 Log Qw = Log (0.304 · H 0.044 ) Qw = 2.014 · (H) 0.044

(36)

Untuk mengetahui rumus empiris diatas apakah mendekati kebenaran ,maka dicari terlebih dahulu nilai korelasi (r) yang rumusnya sebagai berikut:

r =

=

=

= 0.020

Hasil perhitungan lengkung aliran dengan dapat dilihat pada lampiran tabel 2 dan tabel 3.

(2) Menentukan Hubungan Debit Sungai Dengan Debit Sedimen.

Dari data yang diperoleh, maka besarnya debit sedimen melayang setiap hari dapat diketahui sebagai berikut :

Jadi berdasarkan data perhitungan di peroleh nilai : Qw = 4,41

C = 66,67

Selanjutnya nilai Qs dapat dihitung sebagai berikut : 1. Tahun 1998

Qs = Qw x C x 0,0864 Qs = 4,41 x 66,67 x 0,0864 Qs = 25,403 ton/hari

(37)

Dari hasil perhitungan debit setiap hari, maka dibuat hubungan antara debit sungai(Qw) dengan debit sedimen melayang (Qs) yang menggunakan persamaan exponensial untuk menentukan besarnya konstanta a dan konstanta b digunakan persamaan linier dan garis lurus.

Persamaan lengkung sedimen merupakan persamaan exponensial sebagai berikut:

Qs = m Qwn

Dapat diubah menjadi persamaan linier sebagai barikut:

Log Qs = Log m + n Log Qw Persamaan tersebut dapat dimisalkan:

Y ˉ = log Qs

a = log m

bXˉ = n log Qw

dari persamaan diatas dapat diubah menjadi persamaan garis lurus yaitu:

Dimana :

=

= 0.298

=

= 0.935

(38)

Konstanta a dan b dapat dihitung dengan persamaan sebagai barikut:

b =

=

= 0.994 = a + b ∙

0.935 = a + 0.994 ∙ (0.298)

Jadi

= 0.935 - ( 0.994 x 0.298)

= 0.639

Maka konstanta a dan b dimasukkan dalam persamaan sebagai berikut:

Log Qs = Log a + b Log Qw

Log Qs = Log 0.639 + 0.994 Log Qw Log Qs = Log (4.355 · Qw0.994)

Qs = 4.355 · ( Qw ) 0.994

Berdasarkan data tinggi muka air (H) dan debit air sungai (Q)dapat dibuat kurva debit seperti pada gambar 4 dibawah ini.

(39)

Gambar.4 Grafik Debit Aliran menggunakan grafik logaritmik

Untuk mengetahui rumus empiris diatas apakah mendekati kebenaran ,maka dicari terlebih dahulu nilai korelasi (r) yang rumusnya sebagai barikut:

r =

=

=

= 0.767

Hasil perhitungan lengkung sedimen dengan analisa regresi linier sederhana dari tahun 1998 – 2007 dapat dilihat pada lamipran tabel 5.dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(40)

Gambar 5.Distribusi sedimen Melayang (Qsm)dan Debit Air Sungai(Qw)

Dari grafik di atas menunjukkan hubungan antara debit sedimen melayang (Qsm) dengan debit air sungai (Qw) yang dapat dinyatakan dengan koefisien korelasi R = 0,767.

Hasil perhitungan debit sedimen melayang tahunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Perhitungan debit sedimen melayang tahunan.

(41)

Sedimen Melayang Qs

(ton/tahun)

1 1998 25.4029

2 1999 35.8332

3 2000 44.1459

4 2001 16.1417

5 2002 11.6281

6 2003 24.2629

7 2004 12.2342

8 2005 42.3551

9 2006 199.5952

10 2007 17.4213

429.0203 42.9020

Sumber : Hasil Perhitungan

Rata - rata

NO Tahun

Jumlah Total

Tabel 6 menunjukkan nilai debit sedimen melayang dari yang terbesar hingga yang terkecil berturut – turut yaitu tahun 2006 sebesar 199.5952 ton/tahun, tahun 2000 sebesar 44.1459 ton/tahun, tahun 2005 sebesar 42.3551 ton/tahun, tahun 1999 sebesar 35.8332 ton/tahun, tahun 1998 sebesar 25.4029 ton/tahun, tahun 2003 sebesar 24.2629 ton/tahun, tahun 2007 sebesar 17.4213 ton/tahun, tahun 2001 sebesar 16.1417 ton/tahun, tahun 2004 sebesar 12.2342 ton/tahun, dan tahun 2002 sebesar 11.6281 ton/tahun. Sehingga jumlah total sedimen melayang sebesar 429.0203 ton/tahun, jadi rata – rata debit sedimen melayang yaitu sebesar 42.902 ton/tahun.

(3). Perhitungan besarnya sedimen dasar diasumsikan bahwa volume muatan sedimen dasar yang masuk ke chek dam adalah 20% dari volume sedimen layang.

(42)

Dari tabel 6. pada perhitungan sedimen layang tahun pengamatan (1998-2007) didapat jumlah sedimen layang sebesar 429.020 ton/tahun. Untuk dirubah menjadi m3 sama dengan total berat sedimen layang dibagi dengan berat jenis 429.020:2.65 = 161.894 m3. Maka besar sedimen dasar adalah :

Qb = 20% x Qs = 0,2 x 161.894 = 32.379 m3 Maka,

Qtotal = Qs + Qb

= 161.894 +32.379

= 194.273 m3/tahun pengamatan Jadi besarnya sedimen total pertahunnya :

= 194.273/10

= 19.427 m3

B. Kapasitas Tampungan

Menghitung daya tampung sedimen untuk mencari kemiringan seimbang statis dan kemiringan seimbang kinetik (lampiran gbr 3).

1. Mencari kemiringan seimbang statis (I1) sesuai dengan persamaan I1 = 2/3 I0 → I1 = 2/3.0,03 = 0,02

2. Mencari kemiringan seimbang kinetik (I2) sesuai dengan persamaan

(43)

I2 = ¾ I0 → I2 = 3/4 . 0,03 = 0,023 Menghitung Volume tampungan

1. Estimasi daya tampung sedimen tetap / volume tampungan sedimen statis

Vs =

Vs =

Vs = 40.500 m3

2. Estimasi daya tampung sedimen keseluruhan / volume tampungan sedimen dinamis

Vd =

Vd = 57.857 m3

3. Estimasi daya tampung sedimen yang harus diatur adalah daya tampung secara keseluruhan (Vd) dikurangi jumlah daya tampung tetap (Vs).

V = 17.357 m3

4. Jarak pengaruh endapan yang dimaksud jarak pengendapan sedimen adalah jarak endapan dihulu drempel dari muka drempel(L).

L1 = L1 =

L1 = 900 m (lampiran gambar 3).

(44)

L2 = L2 =

L2 = 1285,714 m (lampiran gambar 3).

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pragajono,Prof.Ir.,Angkutan Sedimen Penerbit Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadja Mada Yogyakarta tahun 1985

2. Ray K Lnsley, Jr., Max A Kohler., Joseph L.H. Paulus, Hidrologi Untuk Insinyur edisi ke-3, penerbit Erlangga

3. Soemarto, Ir. CD. B.I.E., Dipl. H., Hidrologi Teknik Edisi ke-2 . Penerbit Erlangga tahun 1999

4. Sunggono, Ir. Kh., Teknik Sipil, Penerbit Nova tahun 1995

5. Soewarno, Hidrologi ( pengukuran Dan Pengolahan Data Aliran Sungai ). Penerbit Nova tahun1991

6. Soemarto, Ir. CD. B.I.E., Dipl. H., Hidrologi Teknik. Penerbit Usaha Nasional Surabaya- Indonesia

7. Soedibyo,Ir. “Teknik Bendungan” cet.kedua PT.Pradnya Paramita, Jakarta 2003

(46)
(47)

Gambar 4 . Kurva Debit

0,023

0,02

0,03 9

900 1285.714

(48)

Gambar 5. Distribusi Debit sedimen Melayang dan Debit Air Sungai

(49)

1 25-Feb-1998 0.800 4.410 1.9943227 0.32366 19.03531716 2 27-Oct-1999 0.700 1.400 1.9826396 0.32047 6.084703589 3 30-Nov-1999 0.830 4.926 1.9975557 0.32454 21.24846689 4 07-Mar-2000 0.750 3.532 1.9886674 0.32212 15.26584084 5 24-Jul-2000 0.860 4.415 2.0006789 0.32539 19.05676959 6 29-Aug-2001 0.740 1.768 1.9874932 0.32180 7.673359163 7 20-Sep-2001 0.560 0.941 1.9632687 0.31514 4.099550542 8 14-Jul-2002 0.580 1.290 1.9663023 0.31598 5.60937315 9 28-Aug-2002 0.480 0.623 1.9499976 0.31146 2.720879307 10 17-Oct-2002 0.550 1.158 1.9617128 0.31471 5.038653195 11 28-Dec-2002 1.100 1.307 2.0224637 0.33127 5.682416506 12 25-May-2003 0.840 3.583 1.9986086 0.32483 15.48493856 13 24-Jun-2003 0.770 2.855 1.9909716 0.32275 12.35550883 14 24-Jul-2003 0.720 1.366 1.9850987 0.32114 5.937808055 15 20-Aug-2003 0.710 0.771 1.9838774 0.32081 3.362948458 16 19-May-2004 0.900 1.602 2.0046850 0.32647 6.957011096 17 02-JuL-2004 0.820 0.734 1.9964906 0.32425 3.20250667 18 29-Jul-2004 0.620 0.974 1.9720808 0.31757 4.242440523 19 17-Sep-2004 0.670 0.624 1.9788221 0.31942 2.725220464 20 29-Aug-2005 0.560 0.804 1.9632687 0.31514 3.506006136 21 27-Dec-2005 0.800 5.605 1.9943227 0.32366 24.15863112 22 20-Jan-2006 1.260 6.107 2.0345847 0.33451 26.30880438 23 19-May-2006 0.810 7.495 1.9954130 0.32396 32.24862237 24 16-Jun-2006 0.860 8.336 2.0006789 0.32539 35.84430128 25 13-Aug-2006 0.570 1.202 1.9647982 0.31556 5.228934482 26 29-Dec-2006 0.610 3.432 1.9706703 0.31718 14.83618209 27 30-Oct-2007 0.620 0.822 1.9720808 0.31757 3.584022653 28 09-Dec-2007 1.020 5.196 2.0157556 0.32946 22.4059461

24.110 81.278 60.637 15.006 340.905

0.754 2.760 1.987 0.322 11.925

TOTAL RATA - RATA

(50)

TMA DEBIT (Qw) KONSENTRASI Qs ( m ) m³/det SEDIMEN ( ton / hari )

1 25-Feb-1998 0.800 4.410 66.67 25.402870

2 27-Oct-1999 0.700 1.400 217.67 26.329363

3 30-Nov-1999 0.830 4.926 22.33 9.503791

4 07-Mar-2000 0.750 3.532 88 26.854502

5 24-Jul-2000 0.860 4.415 45.33 17.291400

6 29-Aug-2001 0.740 1.768 61.67 9.420413

7 20-Sep-2001 0.560 0.941 82.67 6.721269

8 14-Jul-2002 0.580 1.290 40.67 4.532916

9 28-Aug-2002 0.480 0.623 28 1.507162

10 17-Oct-2002 0.550 1.158 29.33 2.934502

11 28-Dec-2002 1.100 1.307 23.5 2.653530

12 25-May-2003 0.840 3.583 29.33 9.079723

13 24-Jun-2003 0.770 2.855 25 6.166800

14 24-Jul-2003 0.720 1.366 39.33 4.641821

15 20-Aug-2003 0.710 0.771 65.67 4.374568

16 19-May-2004 0.900 1.602 27.33 3.782822

17 02-JuL-2004 0.820 0.734 39.33 2.494214

18 29-Jul-2004 0.620 0.974 43.67 3.674988

19 17-Sep-2004 0.670 0.624 42.33 2.282163

20 29-Aug-2005 0.560 0.804 224 15.560294

21 27-Dec-2005 0.800 5.605 55.33 26.794770

22 20-Jan-2006 1.260 6.107 81.33 42.913352

23 19-May-2006 0.810 7.495 22.33 14.460193

24 16-Jun-2006 0.860 8.336 67.67 48.737991

25 13-Aug-2006 0.570 1.202 41.67 4.327546

26 29-Dec-2006 0.610 3.432 300.67 89.156112

27 30-Oct-2007 0.620 0.822 31.2 2.215849

28 09-Dec-2007 1.020 5.196 33.87 15.205408

21.110 77.278 1875.900 429.020

0.754 2.760 66.996 15.322

Sumber : Hasil Perhitungan NO TANGGAL

Total Rata - Rata

(51)

Qw Qs Xi Yi m³/det (ton/hari) Log Qw Log Qs

1 4.410 25.40287 0.64444 1.40488 0.90536 0.41530 1.97370 2 1.400 26.32936 0.14613 1.42044 0.20757 0.02135 2.01765 3 4.926 9.50379 0.69249 0.97790 0.67719 0.47955 0.95628 4 3.532 26.85450 0.54802 1.42902 0.78313 0.30033 2.04209 5 4.415 17.29140 0.64493 1.23783 0.79831 0.41594 1.53222 6 1.768 9.42041 0.24748 0.97407 0.24107 0.06125 0.94881 7 0.941 6.72127 -0.02641 0.82745 -0.02185 0.00070 0.68468 8 1.290 4.53292 0.11059 0.65638 0.07259 0.01223 0.43083 9 0.623 1.50716 -0.20551 0.17816 -0.03661 0.04224 0.03174 10 1.158 2.93450 0.06371 0.46753 0.02979 0.00406 0.21859 11 1.307 2.65353 0.11624 0.42382 0.04927 0.01351 0.17963 12 3.583 9.07972 0.55425 0.95807 0.53101 0.30719 0.91790 13 2.855 6.16680 0.45561 0.79006 0.35996 0.20758 0.62419 14 1.366 4.64182 0.13545 0.66669 0.09030 0.01835 0.44447 15 0.771 4.37457 -0.11295 0.64094 -0.07239 0.01276 0.41080 16 1.602 3.78282 0.20466 0.57782 0.11826 0.04189 0.33387 17 0.734 2.49421 -0.13430 0.39693 -0.05331 0.01804 0.15756 18 0.974 3.67499 -0.01144 0.56526 -0.00647 0.00013 0.31951 19 0.624 2.28216 -0.20482 0.35835 -0.07339 0.04195 0.12841 20 0.804 15.56029 -0.09474 1.19202 -0.11294 0.00898 1.42091 21 5.605 26.79477 0.74858 1.42805 1.06900 0.56037 2.03933 22 6.107 42.91335 0.78583 1.63259 1.28294 0.61753 2.66536 23 7.495 14.46019 0.87477 1.16017 1.01489 0.76523 1.34600 24 8.336 48.73799 0.92096 1.68787 1.55445 0.84816 2.84890 25 1.202 4.32755 0.07990 0.63624 0.05084 0.00638 0.40480 26 3.432 89.15611 0.53555 1.95015 1.04440 0.28681 3.80309 27 0.822 2.21585 -0.08513 0.34554 -0.02942 0.00725 0.11940 28 5.196 15.20541 0.71567 1.18200 0.84592 0.51218 1.39712 8.349955 26.1662 11.3198 6.0272 30.39784 0.298213 0.93451 0.40428 0.21526 1.085637 Sumber : Hasil Perhitungan

Yi²

total

Dengan Analisa Regresi Linier Sederhana Tahunan (1998 - 2007)

rata - rata

NO Xi .Yi Xi²

(52)

TMA (H) DEBIT (Qw) Xi Yi ( m ) m³ / det log H log Qw

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 25-Feb-1998 0.800 4.410 -0.09691 0.64444 -0.06245 0.009391551 0.4153 2 27-Oct-1999 0.700 1.400 -0.1549 0.14613 -0.02264 0.023994617 0.0214 3 30-Nov-1999 0.830 4.926 -0.08092 0.69249 -0.05604 0.006548355 0.4795 4 07-Mar-2000 0.750 3.532 -0.12494 0.54802 -0.06847 0.015609688 0.3003 5 24-Jul-2000 0.860 4.415 -0.0655 0.64493 -0.04224 0.004290453 0.4159 6 29-Aug-2001 0.740 1.768 -0.13077 0.24748 -0.03236 0.017100343 0.0612 7 20-Sep-2001 0.560 0.941 -0.25181 -0.02641 0.00665 0.063409270 0.0007 8 14-Jul-2002 0.580 1.290 -0.23657 0.11059 -0.02616 0.055966314 0.0122 9 28-Aug-2002 0.480 0.623 -0.31876 -0.20551 0.06551 0.101607149 0.0422 10 17-Oct-2002 0.550 1.158 -0.25964 0.06371 -0.01654 0.067411533 0.0041 11 28-Dec-2002 1.100 1.307 0.04139 0.11624 0.00481 0.001713354 0.0135 12 25-May-2003 0.840 3.583 -0.07572 0.55425 -0.04197 0.005733627 0.3072 13 24-Jun-2003 0.770 2.855 -0.11351 0.45561 -0.05172 0.012884355 0.2076 14 24-Jul-2003 0.720 1.366 -0.14267 0.13545 -0.01932 0.020354017 0.0183 15 20-Aug-2003 0.710 0.771 -0.14874 -0.11295 0.0168 0.022124079 0.0128 16 19-May-2004 0.900 1.602 -0.04576 0.20466 -0.00936 0.002093748 0.0419 17 02-JuL-2004 0.820 0.734 -0.08619 -0.1343 0.01158 0.007428052 0.0180 18 29-Jul-2004 0.620 0.974 -0.20761 -0.01144 0.00238 0.043101211 0.0001 19 17-Sep-2004 0.670 0.624 -0.17393 -0.20482 0.03562 0.030249974 0.0419 20 29-Aug-2005 0.560 0.804 -0.25181 -0.09474 0.02386 0.063409270 0.0090 21 27-Dec-2005 0.800 5.605 -0.09691 0.74858 -0.07254 0.009391551 0.5604 22 20-Jan-2006 1.260 6.107 0.10037 0.78583 0.07887 0.010074246 0.6175 23 19-May-2006 0.810 7.495 -0.09151 0.87477 -0.08005 0.008374992 0.7652 24 16-Jun-2006 0.860 8.336 -0.0655 0.92096 -0.06032 0.004290453 0.8482 25 13-Aug-2006 0.570 1.202 -0.24413 0.0799 -0.01951 0.059597086 0.0064 26 29-Dec-2006 0.610 3.432 -0.21467 0.53555 -0.11497 0.046083280 0.2868 27 30-Oct-2007 0.620 0.822 -0.20761 -0.08513 0.01767 0.043101211 0.0072 28 09-Dec-2007 1.020 5.196 0.0086 0.71567 0.00615 0.000073963 0.5122 -3.73662 8.34995 -0.52677 13.96231051 69.7217 -0.13345 0.29821 -0.01881 0.01780907 0.08893 Sumber : Hasil Perhitungan

(Xi )² (Yi )²

Total Rata - rata

NO TANGGAL ( Xi . Yi )

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai konsentrasi logam Pb yang sudah melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan sesuai baku mutu SNI 7387;2009 yaitu sebesar 0,3 mg/kg selain

Jenis dan pendekatan penelitian yang dipakai dalam laporan penelitian ini adalah jenis dan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk berusaha melihat, menganalisa, dan memahami,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Cipondoh pada Wanita Usia Subur (WUS), maka penulis membuat kesimpulan secara keseluruhan, responden yang memiliki

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Tujuan dari pengolahan citra sendiri adalah untuk memperbaiki informasi yang terdapat pada gambar agar dapat diterima secara maksimal dan mudah terbaca, dan

3) Belanja Tidak Terduga merupakan anggaran penyediaan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar

Pihak Universiti selalunya tidak akan mempertimbangkan membantu Penuntut untuk mendapatkan paten bagi ciptaannya ataupun mengkomersilkan Hakmilik Harta Intelek yang