• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman terkait hipertensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman terkait hipertensi"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN

TERKAIT HIPERTENSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Febrina Dameria Marbun NIM : 188114094

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

Persetujuan Pembimbing

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN

TERKAIT HIPERTENSI

Skripsi yang diajukan oleh:

Febrina Dameria Marbun NIM : 188114094

Telah disetujui oleh

Pembimbing

( apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, Ph.D) Tanggal 28 November 2022

(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus yang selalu menyertai perjalananku

Para Suster Kongregasi Fransiskan Santa Lusia (KSFL), seluruh anggota keluarga secara khusus nenek, bapak, ibu, kakak, adik, sahabat yang selalu mendoakan dan

mendukung saya, serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

Motto

“Ya Tuhan aku datang untuk melakukan kehendakMu”

Mulailah dari mana kamu berada, Gunakan apa yang kamu miliki,

Lakukan apa yang kamu bisa.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul “Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Terkait Hipertensi”

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri tidak memuat tulisan atau karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ditemukan skripsi ini hasil plagiarisme dalam naskah, maka saya bersedia menanggung sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 29 November 2022 Penulis

Febrina Dameria Marbun

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civita akademik Universitas Sanata Dharma. Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Febrina Dameria Marbun NIM : 188114094

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif atas karya saya yang berjudul “Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Terkait Hipertensi”. Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan menampilkan/

mempublikasikannya di internet atau media lainnya secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 November 2022 Yang menyatakan

Febrina Dameria Marbun

(7)

vii PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat penyertaan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Terkait Hipertensi” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm) program studi farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan naskah skripsi ini, tidak lepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak:

1. Seluruh responden yang bersedia membantu dan meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner peneliti.

2. Ibu apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, Ph.D., selaku dosen pembimbing saya yang telah sabar dalam membimbing, memberikan arahan, tenaga, pikiran, waktu dan masukan sejak awal proses bimbingan hingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu apt. Putu Dyana Christasani,M.Sc. dan ibu apt. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, kritik dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. apt. Dewi Setyaningsih, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Direktur RSUD Sleman yang telah memberikan ijin melakukan penelitian dan pengambilan data di RSUD Sleman beserta Staf yang membantu saya dalam proses penelitian.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas dari kelalaian dan kekurangan, untuk itu penulis terbuka atas kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Yogyakarta, 29 November 2022 Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi

PRAKATA ...vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoretis ... 5

2. Manfaat Metodologis ... 5

3. Manfaat Praktis ... 5

4. Manfaat untuk Subjek Uji/Responden ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Pengetahuan ... 6

B. Sikap ... 7

C. Tindakan ... 8

D. Hipertensi ... 9

1. Pengertian Hipertensi ... 9

2. Klasifikasi Hipertensi ... 9

3. Etiologi Hipertensi ... 10

4. Patifisiologi Hipertensi ... 11

5. Gejala Hipertensi ... 11

(9)

ix

6. Faktor Risiko Hipertensi... 11

7. Penatalaksanaan Hipertensi ... 13

E. Keterangan Empiris ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

D. Variabel Penelitian ... 17

E. Definisi Operasional ... 17

F. Instrumen Penelitian ... 18

G. Tata Cara Penelitian ... 20

H. Pengolahan Data dan Analisis Penelitian ... 20

1. Pengolahan Data ... 20

2. Analisis Penelitian ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Persiapan Penelitian ... 24

B. Hasil Uji Kuesioner ... 24

1. Uji Validitas ... 24

2. Uji Pemahaman Bahasa ... 24

3. Uji Reliabilitas ... 24

C. Karakteristik Responden ... 25

D. Tingkat Pengetahuan Pasien Terkait Hipertensi ... 26

E. Sikap Pasien Terkait Hipertensi ... 27

F. Tindakan Pasien Terkait Hipertensi ... 29

BAB V. PENUTUP ... 31

A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32

LAMPIRAN ... 37

BIOGRAFI PENULIS ... 67

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Tekanan Darah... 9

Tabel II. Karakteristik Responden ... 25

Tabel III. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Jalan ... 26

Tabel IV. Distribusi Frekuensi Sikap Pasien Rawat Jalan ... 28

Tabel V. Distribusi Frekuensi Tindakan Pasien Rawat Jalan ... 29

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Prevalensi Hipertensi di Indonesia... 2

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas ... 38

Lampiran 2. Hasil Uji Pemahaman Bahasa ... 41

Lampiran 3. Hasil Uji Realibilitas ... 42

Lampiran 4. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian ... 45

Lampiran 5. Informed Consent ... 47

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian ... 48

Lampiran 7. Surat Permohonan Ethical Clearance ... 52

Lampiran 8. Surat Ethical Clearance ... 53

Lampiran 9. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data ... 54

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ... 55

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan ... 57

Lampiran 12. Hasil Pengukuran sikap ... 60

Lampiran 13. Hasil Pengukuran Tindakan ... 63

Lampiran 14. Dokumentasi ... 66

(13)

xiii ABSTRAK

Hipertensi merupakan keadaan seseorang dengan tekanan darah

≥140/90mmHg karena adanya gangguan pada pembuluh darah. Daerah Istimewa Yogyakarta masuk prevalensi hipertensi tinggi kedua di Indonesia. Penyebab tingginya kasus hipertensi, karena rendahnya pengetahuan yang berdampak pada sikap dan tindakan pasien dalam pengendalian tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan di RSUD Sleman terkait hipertensi. Jenis penelitian deskriptif observasional dengan rancangan cross sectional. Responden yang terlibat 67 orang pasien rawat jalan RSUD Sleman, dipilih secara purposive sampling dengan kriteria inklusi berumur >18 tahun, memiliki riwayat hipertensi >6 bulan, pendidikan non- kesehatan, dan bersedia terlibat dalam penelitian. Pasien yang tidak mengisi lengkap kuesioner, diekslusikan. Instrumen penelitian kuesioner telah melalui uji validitas dengan metode expert judgment, uji pemahaman bahasa melibatkan 5 orang, dan uji reliabilitas menghasilkan nilai alpha 0,608, 0,803, dan 0,626.

Pengolahan data dilakukan dengan batas pengkategorian pengetahuan (tinggi (>75%), sedang (55-75%), rendah (<55%)), sikap (baik (>75%), cukup (55-75%), kurang (<55%)) dan tindakan (benar (>75%), cukup (55-75%), kurang (<55%)).

Kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tinggi (83,6%), sikap cukup (59,7%), dan tindakan benar (83,6%), sehingga masih perlu dilakukan edukasi oleh tenaga medis kepada pasien terkait hipertensi terutama sikap dalam pengendalian tekanan darah.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Hipertensi.

(14)

xiv ABSTRACT

Hypertension is a condition of a person with blood pressure

≥140/90mmHg due to a disturbance in the blood vessels. The Special Region of Yogyakarta is included in the second high prevalence of hypertension in Indonesia.

The cause of the high cases of hypertension, due to the lack of knowledge that has an impact on the attitudes and practice of patients in controlling blood pressure.

This study aims to provide an overview of the level of knowledge, attitudes, and practices of outpatients at Regionel General Hospital Sleman regarding hypertension. This type of research is descriptive observational with design cross sectional. Respondents involved were 67 outpatients at Sleman Hospital, selected randomly purposive sampling with inclusion criteria aged >18 years, having a history of hypertension >6 months, non-health education, and willing to be involved in the study. Patients who did not complete the questionnaire were excluded. The questionnaire research instrument has been tested for validity with the method of expert judgment, the language comprehension test involved 5 people, and the reliability test resulted in a scorealpha 0,608, 0,803, and 0,626. Data processing was carried out by limiting the categorization of knowledge (high (>75%), moderate (55-75%), low (<55%)), attitude (good (>75%), sufficient (55-75%), less ( <55%)) and practice (correct (>75%), sufficient (55-75%), insufficient (<55%)).

Then analyzed with descriptive statistical methods. The results showed a high level of knowledge (83,6%), sufficient attitude (59,7%), and correct practice (83.6%), so that medical personnel still need to educate patients regarding hypertension, especially attitudes in controlling blood pressure.

Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, Hypertension

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan seseorang dengan tekanan darah tinggi karena adanya gangguan pada pembuluh darah. Keadaan ini dapat mengakibatkan terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh yang membutuhkan (Audia dkk., 2021). Tekanan darah tinggi apabila keadaan sistolik

≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg (Dinkes, 2020). Hipertensi sering disebut

“the silent killer” karena gejala yang muncul pada tahap awal tidak nampak sehingga orang sering tidak sadar mengalami hipertensi (Ridwanah, 2021).

Zeng et al (2020) melaporkan bahwa, satu dari antara empat laki-laki dan satu dari antara lima perempuan mengalami hipertensi. Indonesian Basic Health Research (Riskesdas) menunjukkan bahwa hipertensi terjadi pada usia 18 tahun keatas. Hasil Survei Nasional Tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia yang lebih banyak terdiagnosis hipertensi yaitu pada wanita 50,1% dan pada laki-laki 33,7% (Defianna et al, 2021). Pada tahun 1990 sampai 2020, di negara berkembang diperkirakan hipertensi meningkat yaitu 120% pada perempuan dan 137% pada laki-laki (Ridwanah et al, 2021).

World Health Organization (WHO), pada data tahun 2016, memperkirakan 7,5 juta atau 12,8% kematian diakibatkan hipertensi diseluruh dunia (Hanif et al, 2021). Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (2015), mengemukakan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia dengan faktor penyebab genetik, konsumsi alkohol, konsumsi garam yang berlebihan dan kurangnya olahraga. Pada tahun 2016, diperkirakan kematian akibat hipertensi di Indonesia sebesar 1,35 juta atau 73% dari total 1,8 juta kematian (Defianna et al, 2021).

Kisaran prevalensi hipertensi di Indonesia cukup luas (Ridwanah et al, 2021).

(16)

Gambar 1. Peta Prevalensi Hipertensi di Indonesia (Ridwanah et al, 2021) Gambar 1 menunjukkan peta prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2018 dan rincian prevalensi hipertensi tinggi hingga paling rendah menurut provinsi Indonesia. Berdasarkan peta diatas, D.I Yogyakarta masuk pada prevalensi hipertensi kedua di Indonesia (Ridwanah et al, 2021). Prevalensi hipertensi di D.I Yogyakarta berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 9,94% atau 32.248 jiwa (DinKes, 2020).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman merupakan unit organisasi bersifat khusus dibawah Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman yang berlokasi di di jalur strategis Jalan raya Yogyakarta – Magelang atau Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo, Sleman. RSUD Sleman adalah Rumah Sakit Pendidikan Satelit untuk Fakultas Kedokteran UGM dan merupakan salah satu rumah sakit umum daerah D.I. Yogyakarta yang memiliki jumlah penderita hipertensi yang tinggi, sebanyak 2798 pasien pada tahun 2020 (RSUD Sleman, 2020) dan 3271 pasien pada tahun 2021 (RSUD Sleman, 2021).

Sudarsono dkk. (2017) dalam penelitiannya menyatakan, meningkatnya kasus hipertensi pada masyarakat salah satunya disebabkan oleh pengetahuan terkait hipertensi yang rendah. Rendahnya pengetahuan mengakibatkan tidak terkontrolnya tekanan darah terutama pasien hipertensi. Situmorang (2019) dalam penelitiannya menyatakan, bahwa pengetahuan yang baik mempengaruhi pasien dalam memelihara kesehatan dengan menjaga sikap dan melakukan tindakan yang

(17)

benar. Subhan (2013), menegaskan bahwa pengetahuan yang semakin baik, dapat mempengaruhi sikap untuk patuh melakukan pengobatan dan membantu kesadaran dalam melakukan tindakan untuk mengontrol tekanan darah. Tingginya kasus hipertensi di RSUD Sleman dan adanya pemikiran bahwa tingginya pengetahuan terkait hipertensi memengaruhi sikap pasien untuk melakukan tindakan yang benar dalam mengendalikan tekanan darah, menarik perhatian peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman terkait hipertensi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah tingkat pengetahuan pasien rawat jalan di RSUD Sleman terkait hipertensi sudah tinggi?

2. Apakah sikap pasien rawat jalan di RSUD Sleman terkait hipertensi sudah baik?

3. Apakah tindakan pasien rawat jalan di RSUD Sleman dalam mengelola hidup dengan hipertensi sudah benar?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan terkait hipertensi yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:

1. Situmorang (2019) dengan judul “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Terhadap Penyakit Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Medan Area Selatan”. Metode yang digunakan survei deskriptif dan pengambilan sampel menggunakan tehnik simple random sampling. Subjek penelitian pasien rawat jalan yang menderita penyakit hipertensi usia diatas 35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari responden sebesar 79,03%, sikap 80,68%, dan tindakan 76,45%. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang saat ini terletak pada lokasi pengambilan sampel, populasi subyek uji dan teknik pengambilan sampel.

2. Subhan (2013) dengan judul “Hubungan pengetahuan dan Sikap Tentang Hipertensi Dengan Tekanan Darah Rata-Rata Pasien di Poliklinik Penyakit

(18)

Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”. Metode yang digunakan deskriptif analitik observasional dan pengambilan sampel menggunakan tehnik consecutive sampling. Subjek penelitian pasien hipertensi dewasa usia 20-65 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap pasien di Polikinik penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tentang hipertensi. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian akan dilakukan saat ini terletak pada lokasi pengambilan sampel, populasi subyek uji, teknik pengambilan sampel. Penelitian yang dilakukan saat ini hanya akan mendapatkan gambaran (tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan), dan tidak menganalisis hubungannya.

3. Sudarsono dkk. (2017) dengan judul “Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak Muda di Dusun Japanan, Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta”. Metode yang digunakan deskriptif analitik observasional. Subjek penelitian anak muda. Hasil penelitian dari pengukuran tingkat pengetahuan tentang hipertensi yaitu nilai rata-rata pre-test 5,23 poin dan post-test 7,37 poin. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada lokasi pengambilan sampel, populasi subyek uji, variabel penelitian dan teknik pengambilan data.

Kemiripan dari penelitian-penelitian tersebut terletak pada obyek studi yaitu penyakit hipertensi, namun sejauh pengamatan yang dilakukan peneliti, belum ada penelitian tentang tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan bagi pasien rawat jalan di RSUD Sleman terkait hipertensi.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pada pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan september 2022 terkait hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan September 2022 terkait hipertensi.

(19)

b. Untuk mengukur sikap pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan September 2022 terkait hipertensi.

c. Untuk mengukur tindakan pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan September 2022 terkait hipertensi.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi ilmiah terkait tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait hipertensi pada pasien rawat jalan suatu rumah sakit.

2. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan wacana pengambilan data analisis kuantitatif sehubungan pengamatan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait hipertensi.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi kepada peneliti dan masyarakat sehubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait hipertensi di unit rawat jalan RSUD Sleman pada bulan September 2022.

4. Manfaat untuk Subjek Uji/ Responden

Penelitian ini diharapkan memberi kesempatan bagi para responden untuk berkontribusi pada pengumpulan data terkait tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait hipertensi di RSUD Sleman pada bulan September 2022.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil tahu yang diperoleh manusia setelah melakukan pengindraan baik itu secara penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2017).

Susilani dan Wibowo (2015), menyatakan bahwa ada berbagai macam cara yang digunakan dalam memperoleh kebenaran pengetahuan yaitu:

1. Cara tradisional atau non-ilmiah merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran sebelum diketemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis antara lain:

a. Cara coba salah (Trial and Error) merupakan cara yang digunakan menghadapi persoalan atau masalah, dengan pemecahannya dilakukan secara coba-coba.

Cara coba-coba yang dilakukan kemungkinan tidak berhasil karena belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Cara kekuasaan atau otoritas merupakan cara yang dilakukan tanpa melalui penalaran baik. Cara ini lebih mengarah pada mekanisme dalam penemuan pengetahuan yaitu para pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi yaitu pengalaman yang dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan, tetapi perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang menarik kesimpulan, untuk itu tetap diperlukan berfikir kritis dan logis.

d. Melalui jalan pikiran artinya cara berfikir seseorang akan ikut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Manusia dapat mengggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung kemudian dihubungkan sehingga diperoleh suatu kesimpulan.

2. Cara modern atau cara ilmiah merupakan cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, dan ilmiah. Cara modern menggabungkan proses berfikir deduktif-induktif-verifikatif sehingga

(21)

muncullah suatu penelitian yang dikenal metode penelitian ilmiah (scientific research method).

Pengukuran pengetahuan dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman tingkat pengetahuan responden terkait hipertensi. Kuesioner berisi pernyataan yang mencakup definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, faktor resiko dan pengobatan tentang hipertensi. Menurut Arikunto (2006), mengukur tingkat pengetahuan seseorang dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:

1. Rendah (<55%), apabila responden menjawab pernyataan dengan benar dari 20 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 1-11 pernyataan.

2. Sedang (56-75%), apabila responden mampu menjawab pernyataan dengan benar dari 20 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 12-15 pernyataan.

3. Tinggi (>75%), apabila responden mampu menjawab pernyataan dengan benar dari 20 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 16-20 pernyataan.

B. Sikap

Sikap (Attitude) merupakan suatu perasaan yang evaluatif baik itu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek orang atau peristiwa (Ramdani dkk., 2019). Menurut Notoatmodjo (2017), menyatakan bahwa sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu objek.

Sikap dengan tindakan tidak dapat disamakan karena sikap tidak langsung dilihat tetapi terlebih dahulu ditafsirkan. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, antara lain:

a. Kepercayaan (keyakinan) terhadap ide dan konsep suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak.

Pengukuran sikap dalam penelitian ini, dapat dilakukan dengan kuesioner.

Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman tingkat sikap responden terkait hipertensi. Kuesioner berisi pernyataan yang mencakup langkah awal yang dilakukan sebagai antisipasi dan upaya pencegahan yang

(22)

dilakukan terkait hipertensi. Menurut Arikunto (2006), mengukur tingkat sikap seseorang dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:

1. Kurang (<55%), apabila responden mampu memperoleh skor 15-33 dari 60.

2. Cukup (56-75%), apabila responden mampu memperoleh skor 34-45 dari 60.

3. Baik (>75%), apabila responden mampu memperoleh skor 46-60.

C. Tindakan

Tindakan merupakan perbuatan seseorang terhadap proses kegiatan yang sedang berlangsung dengan cara memberikan tindakan dan melakukan pengamatan maksimal hingga tindakan tersebut paling tepat (Susilani dan Wibowo, 2015).

Menurut Notoatmodjo (2017), tindakan merupakan tindak lanjut dari sikap yang tidak secara otomatis terwujud dari suatu tindakan baru, sehingga dalam mewujudkannya diperlukan faktor pendukung atas suatu kondisi yang memungkinkan yakni dukungan dari pihak lain. Tingkat tindakan antara lain:

a. Persepsi (perception) adalah tindakan tingkat pertama yang akan diambil setelah mengenal dan memilih objek yang akan dilakukan suatu tindakan.

b. Respon terpimpin (guided respons) adalah indikator tindakan tingkat kedua yang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

c. Mekanisme (mechanism) adalah tindakan tingkat ketiga yang dilakukan apabila seseorang telah melakukan sesuatu yang benar dan sudah meyakinkan.

d. Adaptasi (adaptation) adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik sehingga disesuaikan dalam situasi.

Pengukuran tindakan dalam penelitian ini, dapat dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman tingkat tindakan responden terkait hipertensi. Kuesioner berisi pernyataan yang mencakup tindak lanjut atau pengobatan yang dilakukan terkait hipertensi. Menurut Arikunto (2006), mengukur tingkat tindakan seseorang dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:

(23)

1. Kurang (<55%), apabila responden menjawab pernyataan dengan benar dari 10 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 1-5 pernyataan.

2. Cukup (56-75%), apabila responden mampu menjawab pernyataan dengan benar dari 10 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 6-7 pernyataan.

3. Benar (>75%), apabila responden mampu menjawab pernyataan dengan benar dari 10 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 8-10 pernyataan.

D. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah arteri yang terus meningkat dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg atau dapat diartikan sebagai peningkatan tekanan darah dari batas normal (Muchtar dkk., 2022). Hipertensi adalah salah satu penyakit kardiovaskular. Hipertensi arteri yang secara berulang dapat merusak pembuluh darah di ginjal, jantung, dan otak serta menyebabkan peningkatan gagal jantung, gagal ginjal, koronaria, stroke dan demensia (Katzung et al, 2012).

2. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal 120-129 80-84

Prehipertensi 130-139 84-89

Stadium 1 hipertensi 140-159 90-99

Stadium 2 hipertnesi 160-179 100-109

Stadium 3 hipertensi ≥180 ≥110

Tabel 1 menunjukkan klasifikasi tekanan darah. Hipertensi sistolik terisolasi adalah nilai tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih (Makawekes dkk., 2020). Krisis hipertensi BP> 180/120 mmHg (peningkatan tekanan darah yang ekstrim dengan kerusakan organ akhir akut. Hipertensi diastolik adalah peningkatan nilai tekanan darah diastolik tanpa adanya peningkatan tekanan darah sistolik (Wells et al, 2017).

(24)

3. Etiologi hipertensi

Etiologi hipertensi disebabkan hipertensi esensial dan hipertensi sekunder (Wells et al, 2017).

a. Hipertensi esensial atau primer

Hipertensi esensial (hipertensi primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya sehingga disebut “the silent killer” (Harahap dkk., 2019; Simanjuntak dkk., 2021). Hipertensi esensial merupakan peningkatan persisten tekanan arteri karena ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatis normal (Subhan, 2013). Lebih dari 90% individu hipertensi memiliki hipertensi esensial. Banyak mekanisme yang telah diidentifikasi berperan dalam patogenesis hipertensi esensial, sehingga tidak memungkinkan untuk mengidentifikasi secara tepat faktor yang menyebabkan abnormalitas. Secara umum, hipertensi esensial merupakan interaksi antara faktor lingkungan (diet, emosi dan obesitas) dan faktor genetik (DiPiro et al, 2011).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yaitu penyebab munculnya hipertensi diketahui atau diketahuinya sebab akibat munculnya hipertensi (Damawiyah dan Wijayanti, 2021). Kurang dari 10% pasien memiliki hipertensi sekunder.

Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit penyerta serta obat-obatan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan hipertensi. Peningkatan hipertensi sekunder terjadi akibat seseorang yang mengalami penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal dan kerusakan sistem hormon tubuh (DiPiro et al, 2011).

4. Patofisiologi hipertensi

Pada hipertensi esensial, peningkatan tekanan darah berkaitan dengan perubahan fungsi sistem saraf otonom, refleks baroreseptor, sistem renin angiotensin-aldosteron yang menyebabkan peningkatan resistensi perifer. Bukti epidemiologis melaporkan bahwa penyebab hipertensi esensial ini bersifat multifaktorial (genetik, stres, faktor diet, peningkatan natrium) (Wells et al, 2017).

(25)

Wells et al (2017) melaporkan bahwa, faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi primer yaitu:

a. Kelainan humoral yang melibatkan sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS), hormon natriuretik, atau resistensi insulin dan hiperinsulinemia.

b. Gangguan pada SSP, serabut saraf otonom, reseptor adrenergik, atau baroreseptor.

c. Kelainan pada proses autoregulasi ginjal atau jaringan untuk ekskresi natrium, volume plasma, dan penyempitan arteriol.

d. Kekurangan sintesis zat vasodilatasi di endotel vascular (prostasiklin, bradikinin, dan oksida nitrat) atau zat vasokonstriksi berlebih (angiotensin II, endothelin I).

e. Asupan natrium tinggi atau kekurangan kalsium makanan.

5. Gejala hipertensi

Penderita hipertensi sering bertahun-tahun, tanpa merasakan sesuatu gangguan dan gejala (Marbun dan Hutapea, 2022). Dengan gejala yang tidak disadari mengakibatkan penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak dan ginjal (Muchtar dkk., 2022). Gejala yang muncul pada penderita hipertensi yaitu nyeri kepala, gelisah, leher kaku, pusing, penglihatan kabur, sering sakit kepala disertai mual muntah, nyeri dada, keluar darah dari hidung secara tiba- tiba, mudah lelah, lemas dan gangguan pola tidur (Naim dkk., 2019; Suswitha dan Arindari, 2021).

6. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor- faktor yang memberikan risiko terjadinya hipertensi, antara lain:

a. Usia

Usia menjadi salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol dalam hipertensi karena usia seseorang yang semakin lanjut elastisitas pembuluh darah yang berkurang, sehingga fungsi ginjal sebagai penyeimbang tekanan darah akan menurun (Heriziana, 2017).

(26)

b. Genetik

Orang tua yang memiliki riwayat hipertensi baik satu atau keduanya, ada kemungkinan besar akan menurun ke anak dan cucunya. Keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai keluarga riwayat hipertensi (Nuraini, 2015).

c. Konsumsi Garam Berlebih

Garam adalah bumbu pemberi rasa pada makanan, namun apabila garam dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat menimbulkan masalah . Garam natrium adalah kation utama dalam cairan tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh dan menyebabkan hipertensi. Kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak dan makanan berkadar garam tinggi (asin) memperbesar munculnya penyakit hipertensi (Palimbong dkk., 2018).

d. Merokok

Merokok dapat mengakibatkan hipertensi karena dalam tembakau yang digunakan mengandung zat-zat kimia yang dapat merusak lapisan dinding arteri, sehingga rentan terjadinya penumpukan plak (arterosklerosis). Nikotin merupakan kandungan rokok yang merangsang saraf simpatis yang memacu kerja jantung lebih keras sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung memenuhi oksigen (Setyanda dkk., 2015; Heriziana, 2017).

e. Konsumsi Kopi

Meminum kopi yang sering dan berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi karena pada kopi mengandung kafein. Kafein dalam kopi merangsang jantung untuk memompa darah, meningkatkan tekanan darah dari jantung ke arteri yang berujung pada peningkatan tekanan darah (Puspita dan Fitriani, 2021).

(27)

f. Obesitas

Obesitas dapat menyebabkan hipertensi 2-6 kali lebih tinggi dari berat badan normal. Obesitas dapat menyebabkan hipertensi karena semakin besar massa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh dan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah (Warjiman dkk., 2020).

g. Stress

Stress merupakan salah satu masalah penyebab hipertensi karena diduga melalui aktivitas saraf simpatis, peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah yang tidak menentu (Hidayati, 2018).

h. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana orang yang kurang melakukan aktivitas akan mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung akan bekerja lebih keras.

Semakin keras dan seringnya otot jantung memompa maka akan semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Puspita dan Fitriani, 2021; Makawekes dkk., 2020).

7. Penatalaksanaan hipertensi

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (2015), penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu nonfarmakologis dan farmakologis.

a. Non farmakologis merupakan terapi yang menjalani pola hidup sehat. Beberapa pola hidup sehat yaitu melakukan penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, melakukan olahraga secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok (PerKi, 2015; Unger, et al, 2020).

(28)

b. Terapi farmakologi dengan obat-obatan yang digunakan antara lain:

i. Diuretika, yaitu menurunkan tekanan darah dengan menguras natrium pada tubuh serta mengurangi volume darah. Contoh obat Spironolakton, dan Furosemide.

ii. Vasodilator langsung, yaitu mengurangi tekanan dengan melemaskan otot polos pada pembuluh darah sehingga pembuluh resistensi melebar. Contoh obat Hydralazin dan Minoxidil.

iii. Alfa-bloker, yaitu menurunkan tekanan darah dengan menghambat reseptor angiotensin I dipembuluh vena dan arteri sehingga menurunkan resistensi periferal. Contoh obat Alfuzosin dan Tamsulosin.

iv. Beta-bloker, yaitu penurunan daya pompa jantung dan menghambat pelepasan renin ginjal yang akan menghambat terjadinya gagal jantung.

Contoh obat Metoprolol dan Atenolol.

v. Antagonis Kalsium (calcium channel bloker) atau CCB berfungsi untuk menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung. Contoh obat Amlodipin dan Nifedipine.

vi. Zat menghambat pembentukan atau kerja angiotensin (RAAS) berfungsi menurunkan tekanan darah dengan mencegah pengubahan angiotensi I menjadi angiotensin II. RRAS dibagi menjadi penghambat ACE dengan contoh obat Captopril dan Lisinopril, dan angiotensin II (ARB) dengan contoh obat Candesartan dan Irbesartan (Katzung, et al, 2012)

E. Keterangan Empiris

RSUD Sleman merupakan salah satu rumah sakit di D. I. Yogyakarta yang memiliki jumlah hipertensi tinggi, sebanyak 2789 pasien (tahun 2020) dan 3271 pasien (tahun 2021). Pengelolaan hipertensi oleh pasien, diawali dari pengetahuan pasien yang cukup tentang hipertensi. Pengetahuan mengenai hipertensi mencakup definisi, gejala, faktor penyebab, pencegahan dan melakukan pemeriksaan rutin dapat membantu pasien dalam menjaga tekanan darah. Pengetahuan yang tinggi terkait hipertensi akan memengaruhi sikap dan tindakan seseorang menjadi lebih

(29)

baik dan benar, dengan kata lain, seseorang dengan pengetahuan yang semakin tinggi terkait hipertensi, akan semakin baik dalam mengambil sikap dan semakin benar dalam melakukan tindakan.

(30)

16 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian deskriptif observasional dengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional atau potong lintang yaitu penelitian yang dilakukan hanya satu kali waktu saja (Susilani dan Wibowo, 2015).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman Bhayangkara 48, Murangan, Triharjo, Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sejumlah besar subjek yang memiliki karakteristik tertentu (Susilani dan Wibowo, 2015). Populasi pada penelitian ini adalah pasien hipertensi unit rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian yaitu purposive sampling. Sampel responden pada penelitian yaitu masuk pada kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu pasien unit rawat jalan RSUD Sleman berumur 18 tahun keatas, memiliki riwayat penyakit hipertensi 6 bulan keatas, bersedia menjadi responden, tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Kriteria eksklusi yaitu pasien yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak bersedia menandatangani informed consent untuk menjadi responden, dan responden yang tidak mengisi lengkap kuesioner. Jumlah sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Bungin, 2005):

n = N

1 + N(d2) Keterangan:

n : jumlah sampel yang akan diteliti

(31)

N : jumlah populasi

d : batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang akan digunakan (0,1) Subjek uji dalam penelitian ini, dapat dihitung dari populasi sebanyak 207 orang (pasien hipertensi RSUD Sleman pada bulan desember 2021) sebagai berikut:

n = 207

1 + 207 (0,12) n = 67,426 ≈ 67

Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 67 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan hipertensi.

E. Definisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan merupakan segala yang diketahui dan dipahami responden terkait penyakit hipertensi meliputi definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, faktor risiko dan pengobatan terkait hipertensi. Skala yang digunakan pada tingkat pengetahuan yaitu skala ordinal. Secara umum, pengukuran tingkat pengetahuan total sampel dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Rendah apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tinggi kurang dari 55%.

b. Sedang apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tinggi antara 55-75%

c. Tinggi apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tinggi lebih besar dari 75%.

2. Sikap merupakan tanggapan responden mengenai pengendalian penyakit hipertensi meliputi antisipasi dan upaya pengendalian yang dilakukan. Skala yang digunakan pada tingkat sikap yaitu skala ordinal. Pengukuran sikap seseorang dilakukan dengan cara melihat kesesuaian tanggapan responden

(32)

dengan harapan peneliti terkait pernyataan pengendalian tekanan darah. Secara umum, pengukuran sikap total sampel dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Kurang apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi sikap yang baik kurang dari 55%.

b. Cukup apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi sikap yang baik antara 55-75%.

c. Baik apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi sikap yang baik lebih besar dari 75%.

3. Tindakan merupakan perbuatan nyata respoden dalam pengobatan hipertensi meliputi pengelolaan hidup dengan hipertensi. Skala yang digunakan pada tingkat tindakan yaitu skala ordinal. Pengukuran tindakan seseorang dilakukan dengan cara melihat kesesuaian tanggapan responden dengan harapan peneliti terkait pengelolaan hidup dengan hipertensi. Secara umum, pengukuran tindakan total sampel dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Kurang apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi tindakan yang benar kurang dari 55%.

b. Cukup apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi tindakan yang benar antara 55-75%.

c. Benar apabila memperoleh persentase distribusi frekuensi tindakan yang benar lebih besar dari 75%.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data dengan cara menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden. Pengisian kuesioner dilakukan setelah responden menyetujui untuk terlibat dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Responden memberikan tanggapan atau respon atas pertanyaan yang terdapat pada kuesioner (Susilani dan Wibowo, 2015). Kuesioner dalam penelitian ini masing- masing terdiri dari 20 pernyataan terkait tingkat pengetahuan, 15 pernyataan sikap dan 10 pernyataan tindakan terkait hipertensi. Kuesioner yang digunakan telah diuji secara uji validitas, uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas.

(33)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan setiap pernyataan pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan. Uji validitas dilakukan dengan teknik professional judgment yaitu meminta bantuan kepada 2 apoteker.

Pengolahan data uji validitas dilakukan dengan berdiskusi dan melakukan verifikasi antara peneliti dengan validator (expert judgment). Uji validitas pada pernyataan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan yang sudah valid dilanjutkan dengan uji pemahaman bahasa.

Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk memastikan bahasa yang terdapat dalam kuesioner dapat dipahami dan dimengerti oleh responden saat melakukan pengisian kuesioner (Heryanto dkk., 2019). Uji pemahaman bahasa diberikan kepada 5 responden yang diluar pasien rawat jalan RSUD Sleman yang memenuhi kriteria inklusi yang sama dalam penelitian ini. Responden diminta menggaris bawahi kata maupun kalimat yang tidak dipahami. Uji pemahaman bahasa dikatakan selesai, jika tidak ada kata maupun kalimat yang digaris bawahi oleh responden tersebut .

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat tingkat ketepatan, ketelitian dan keakuratan suatu instrumen. Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dengan krakteristik diluar pasien rawat jalan RSUD Sleman yang memenuhi kriteria inklusi yang sama dalam penelitian ini (Purnomo, 2018). Uji reliabilitas pada penelitiaan ini menggunakan rumus cronbach’s alpha. Dalam pengambilan keputusan bahwa instrumen tersebut reliabel maka nilai cronbach’s alpha ≥ 0,6 (Oktaviana, 2017).

G. Tata Cara Penelitian Tahap Persiapan

Peneliti mengajukan kelayakan etik (Ethical Clearance) kepada Komisi Etik RSUD Sleman dan izin penelitian kepada Direktur RSUD Sleman dengan berbekal surat pengantar dari Kepala Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma, mengetahui Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Dokumentasi pelengkap yang lain meliputi proposal penelitian, fotokopi KTP, dan

(34)

surat pernyataan permohonan izin penelitian dengan form yang diperoleh dari bagian surat menyurat RSUD Sleman.

Tahap Pelaksanaan

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu peneliti melakukan pendekatan kepada responden sesuai dengan kriteria inklusi penelitian, menjelaskan proses penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan kesanggupan responden untuk terlibat dalam penelitian. Responden yang menyatakan diri bersedia untuk terlibat, dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Peneliti membagikan kuesioner yang sudah disediakan secara langsung pada responden. Kuesioner yang sudah selesai diisi, diperiksa kembali untuk memastikan kuesioner diisi semua oleh responden. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diberikan kepada responden dan melakukan pengolahan data yang diperoleh dari jawaban responden untuk dianalisis hasil penelitian.

H. Pengolahan Data dan Analisis Penelitian 1. Pengolahan Data

Pengolahan data diawali dengan memeriksa kuesioner yang sudah diisi oleh responden untuk memastikan setiap pernyataan diisi semua, sehingga apabila jawaban ada yang kurang dapat segera dilengkapi oleh responden. Kemudian dilakukan proses coding pada data yang diperoleh untuk mengubah jawaban centang menjadi bentuk angka sehingga dapat dimasukkan kedalam komputer menggunakan aplikasi microsoft excel dengan bentuk skoring. Setelah itu, dilakukan data entry hasil coding kuesioner pemeriksaan kebenaran data yang dimasukkan (Riyanto, 2017). Data yang sudah dimasukkan pada microsoft excel, dihitung frekuensi dari hasil skor yang diperoleh masing-masing responden untuk menentukan kategori tingkat pengetahuan (tinggi, sedang, dan rendah), sikap (baik, cukup, dan kurang) dan tindakan (benar, cukup, dan kurang). Setelah itu dihitung jumlah sampel sesuai dengan kategori untuk menentukan secara umum tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien rawat jalan RSUD Sleman.

(35)

2. Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dengan rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum masing-masing variabel.

Data yang diperoleh setiap responden diukur persentase dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2006):

𝑃(%) = 𝑥

𝑛 × 100%

Keterangan:

P: frekuensi (%)

x: jumlah skor yang diperoleh n: jumlah skor seluruh item soal

Skala pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman yaitu untuk mendapatkan jawaban tegas “benar atau salah” terhadap suatu permasalahan (Riyanto, 2017). Mengacu pada Arikunto (2006), ukuran tingkat pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu:

1. Rendah (<55%), jika dari 20 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 1-11.

2. Sedang (56-75%), jika dari 20 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 12-15 3. Tinggi (>75%), jika dari 20 pernyataan diperoleh hasil jawaban benar 16-20

pernyataan.

Skor untuk tanggapan pernyataan aspek pengetahuan diberi skor satu (1) apabila jawaban responden benar dan diberi nol (0) apabila jawaban responden salah sehingga jumlah skor tertinggi 20 karena jumlah pernyataan pada tingkat pengetahuan 20 pernyataan.

Kuesioner untuk tingkat sikap menggunakan skala Likert yaitu apabila pernyataan positif dengan jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor empat (4), Setuju (S) diberi skor tiga (3), Tidak Setuju (TS) diberi skor dua (2), dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor satu (1), sedangkan pernyataan negatif dengan jawaban

(36)

Sangat Setuju (SS) diberi skor satu (1), Setuju (S) diberi skor dua (2), Tidak Setuju (TS) diberi skor tiga (3), dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor empat (4) sehingga untuk 15 pernyataan diperoleh jumlah skor item soal 60 poin dengan jumlah jawaban yang paling rendah 15 poin (Riyanto, 2017). Mengacu Arikunto (2006), ukuran sikap responden dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu:

1. Kurang (<55%), apabila responden mampu memperoleh skor 15-33 dari 60.

2. Cukup (56-75%), apabila responden mampu memperoleh skor 34-45 dari 60.

3. Baik (>75%), apabila responden mampu memperoleh skor 46-60.

Skala pengukuran tingkat tindakan menggunakan skala Guttman yaitu untuk mendapatkan jawaban tegas “ya atau tidak” terhadap suatu permasalahan (Riyanto, 2017). Menurut Arikunto (2006), ukuran tindakan responden dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu:

1. Kurang (<55%), jika dari 10 pernyataan diperoleh hasil jawaban yang sesuai dengan harapan peneliti sebanyak 1-5.

2. Cukup (56-75%), jika dari 10 pernyataan diperoleh hasil jawaban yang sesuai dengan harapan peneliti sebanyak 6-7.

3. Benar (>75%), jika dari 10 pernyataan diperoleh hasil jawaban yang sesuai dengan harapan peneliti sebanyak 8-10.

Setelah diperoleh hasil pengukuran dari setiap responden, maka dihitung jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, demikian pula sikap dan tindakan dengan rumus (Jasmalinda, 2021):

𝑃% = 𝑓

𝑁 × 100%

Keterangan:

P% : frekuensi (%)

f : frekuensi hasil yang diperoleh N :jumlah total sampel

(37)

Jika jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi lebih besar dari 75% dari total responden maka tingkat pengetahuan sampel secara umum dinyatakan tinggi, jika jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi berada antara 55-75% dari total responden maka tingkat pengetahuan sampel secara umum dinyatakan sedang, dan jika jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi kurang dari 55% dari total responden maka tingkat pengetahuan sampel secara umum dinyatakan rendah.

Jika jumlah responden memiliki sikap yang baik lebih besar dari 75% dari total responden maka sikap sampel secara umum dinyatakan baik, jika jumlah responden memiliki sikap yang baik berada antara 55-75% dari total responden maka sikap sampel secara umum dinyatakan cukup, dan jika jumlah responden memiliki sikap yang baik kurang dari 55% dari total responden maka sikap sampel secara umum dinyatakan kurang.

Jika jumlah responden memiliki tindakan yang benar lebih besar dari 75%

dari total responden maka tindakan sampel secara umum dinyatakan benar, jika jumlah responden memiliki tindakan yang benar berada antara 55-75% dari total responden maka tindakan sampel secara umum dinyatakan cukup, dan jika jumlah responden memiliki tindakan yang benar kurang dari 55% dari total responden maka tindakan sampel secara umum dinyatakan kurang.

(38)

24 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian

Persiapan pelaksanaan penelitian diawali dengan permohonan ijin penelitian kepada RSUD Sleman. Permohonan ijin dilakukan secara tertulis dengan melampirkan surat pengantar dari Dekan Fakultas Farmasi dan proposal yang sudah disetujui oleh team penguji. Ijin pelaksanaan penelitian diberikan dalam bentuk surat ijin dari Direktur RSUD Sleman (Lampiran 10) dan surat kelayakan etik dari Komite Etik RSUD Sleman dengan No. 180/4073.1 (Lampiran 8).

B. Hasil Uji Kuesioner 1. Uji Validitas

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan teknik professional judgment oleh 2 apoteker secara paralel. Kuesioner yang sudah sesuai dengan saran dan masukan validator, diajukan kembali kepada validator untuk mendapatkan persetujuan validitas kuesioner (Lampiran 1).

2. Uji Pemahaman Bahasa

Uji pemahaman bahasa dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 5 responden diluar sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.

untuk mengukur pemahaman responden terkait bahasa dan istilah yang digunakan dalam kuesioner. Dari kuesioner tersebut tidak muncul pertanyaan, komentar atau masukan terkait isi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan dalam kuesioner mudah dipahami (Lampiran 2).

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 30 responden diluar sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi (Purnomo, 2018). Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa kuesioner dapat dipercaya dan diandalkan (Yusup, 2018). Uji reliabilitas dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) seri 26. Perhitungan uji realibilitas dikatakan reliabel apabila apabila hasil statistik cronbach’s alpha ≥ 0,6 (Oktaviana, 2017). Hasil statistik

(39)

cronbach’s alpha pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan, yaitu 0,608, 0,813 dan 0,626 berturut-turut yang menunjukkan bahwa kuesioner reliabel (Lampiran 3).

C. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi penelitian meliputi pasien unit rawat jalan RSUD Sleman berumur 18 tahun keatas, memiliki riwayat penyakit hipertensi 6 bulan keatas, tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan dan pasien yang bersedia serta mengisi lengkap kuesioner.

Dalam penelitian ini, jumlah responden yaitu 67 responden. Karakteristik responden yang didapatkan selama proses pengambilan data meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel II. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik

Responden Kategori Jumlah

(N=67)

Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 23 34,3

Perempuan 44 65,7

Usia 18-25 tahun 1 1,5

26-45 tahun 8 11,9

46-65 tahun 34 50,8

>65 tahun 24 35,8

Pekerjaan Pedagang 0 0

Petani 8 11,9

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 0 0

Ibu Rumah Tangga 31 46,3

Wiraswasta 9 13,4

Lainnya 19 28,4

Pendidikan Tidak sekolah/Tidak tamat SD 2 3

SD 9 13,4

SMP 12 17,9

SMA 21 31,3

Diploma 10 15

Sarjana 13 19,4

Tabel II menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (65,7%) dan laki-laki sebanyak 23 orang (34,3%).

(40)

Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi empat kategori yaitu 18-25 tahun (remaja), 26-45 tahun (dewasa), 46-65 tahun (lansia), dan >65 tahun (manula) (Depkes, 2009). Usia dibagi menjadi empat kategori karena semakin bertambahnya usia maka semakin meningkatnya hipertensi (Warjiman, 2020). Hal ini dapat dibuktikan pada tabel diatas. Usia 18-25 tahun 1,5%, usia 26- 45 tahun 11,9%, usia >65 tahun 35,8%, dan yang paling dominan adalah usia 46- 65 tahun (50,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Windri, dkk. (2019) yang menyatakan bahwa usia yang rentan mengalami penyakit hipertensi yang paling tinggi adalah lansia. Kategori lansia terdiri dari lansia awal 46-55 tahun dan lansia akhir 56-65 tahun. Penelitian ini juga didukung oleh Hanif et al, (2021), bahwa semakin bertambahnya usia maka akan semakin meningkatnya tekanan darah. Penyebab meningkatnya tekanan darah di usia lanjut karena elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga fungsi ginjal akan menurun (Heriziana, 2017).

Tabel II juga menunjukkan bahwa hampir separuh responden (46,3%) adalah Ibu Rumah tangga (IRT). Karim, dkk. (2018), yang menunjukkan bahwa yang lebih banyak rentan terkena hipertensi adalah IRT. Menurut Susanti, dkk.

(2022), menyatakan bahwa IRT banyak menderita hipertensi karena kurangnya melakukan olahraga dengan benar dan sibuk mengurus rumah tangga serta keluarganya. Beratnya beban pikiran dapat menyebabkan stres yang memengaruhi peningkatan tekanan darah.

Terkait pendidikan terakhir, ditunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMP keatas. Hal ini mengindikasikan bahwa responden merupakan kalangan yang cukup terpelajar.

D. Tingkat Pengetahuan Pasien Terkait Hipertensi

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diperoleh manusia setelah melakukan pengindraan baik itu secara penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2017). Tabel III menunjukkan hasil analisis data mengenai penelitian tingkat pengetahuan pasien rawat jalan

(41)

RSUD Sleman tentang hipertensi meliputi definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, faktor resiko, dan pengobatan terkait hipertensi.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari kuesioner dengan dua puluh pernyataan mengenai pengetahuan terkait hipertensi (Lampiran 11), pernyataan yang jawaban benar terbanyak terdapat pada nomor satu dan nomor dua puluh (100%) yaitu “Tekanan darah tinggi disebut juga dengan hipertensi” dan “Selain obat hipertensi, istirahat yang cukup dan menjaga berat badan dapat mengontrol tekanan darah”. Hal ini menunjukkan, responden mengetahui bahwa tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi dan selain obat hipertensi, istirahat yang cukup dan menjaga berat badan dapat mengontrol tekanan darah. Menurut Audia dkk. (2021), hipertensi merupakan suatu keadaan seseorang dengan tekanan darah tinggi karena adanya gangguan pada pembuluh darah. Hidayati (2018), upaya untuk menekan kejadian hipertensi dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat seperti mengatur pola makan, mengontrol berat badan, melakukan aktivitas fisik, istirahat dan tidur yang cukup.

Pernyataan jawaban salah terbanyak terdapat pada pernyataan nomor enam belas (40,3%) yaitu “mual, muntah, dan sakit perut merupakan gejala yang muncul pada penderita hipertensi”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden belum mengetahui gejala yang muncul pada penderita hipertensi yaitu mual, muntah dan untuk sakit perut tidak termasuk gejala hipertensi. Menurut Suswitha dan Arindari (2021), Tanda dan gejala penyakit hipertensi yaitu nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan gangguan pola tidur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan edukasi terkait penyakit hipertensi untuk memperbaiki persepsi pasien yang masih kurang tepat.

Tabel III. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Jalan Variabel Kategori Frekuensi Persentase

(%)

Tinggi 56 83,6%

Tingkat Pengetahuan Sedang 11 16,4%

Rendah 0 0%

Total 67 100%

(42)

Tabel III menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan september 2022 terkait hipertensi tinggi (83,6%). Hal ini diduga karena responden cukup terpelajar dan terlatih untuk mencari sumber informasi dan memahami informasi dengan benar (Nita dan Oktavia, 2018).

Pengetahuan memiliki peranan penting dalam membentuk seseorang dalam menentukan perilakunya. Menurut penelitian yang dilakukan Sukmawaty dkk. (2019) menyampaikan bahwa pengetahuan dapat diperoleh tidak hanya secara formal tetapi dapat melalui pengalaman. Semakin banyak informasi yang diketahui akan semakin banyak hal yang akan dipahami terutama pengetahuan mengenai hipertensi. Pengetahuan memiliki peran penting dalam menentukan tindakan seseorang karena perilaku didasari oleh pengetahuan.

Teori Notoatmodjo yang dikutip dari Soares, dkk. (2021) menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pengalaman yang diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain, tingkat pendidikan yang dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang dan sumber informasi yang didapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Simanjuntak dkk. (2021), yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengalaman dari diri sendiri atau orang lain dan sumber informasi yang didapat. Sulastri dkk. (2021) juga menyampaikan bahwa pengetahuan yang semakin meningkat terkait penyakit maka akan ada kemauan dan kesadaran dalam mencegah suatu penyakit.

E. Sikap Pasien Terkait Hipertensi

Sikap merupakan tanggapan responden mengenai pengendalian terkait penyakit hipertensi. Tabel IV memaparkan hasil analisis data mengenai sikap pasien rawat jalan RSUD Sleman terhadap hipertensi.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari kuesioner dengan lima belas pernyataan mengenai sikap terkait hipertensi (Lampiran 12), pernyataan yang skor terbanyak terdapat pada nomor satu dan tiga yaitu “saya akan mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit hipertensi” dan “saya akan rutin melakukan

(43)

pemeriksaan tekanan darah”. Hal ini menunjukkan, responden mengetahui bahwa perlunya mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit hipertensi dan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah. Menurut Harahap dkk. (2019), pasien hipertensi harus memiliki pengetahuan meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang sering muncul dan pentingnya melakukan pengobatan yang teratur.

Pernyataan yang skor paling sedikit terdapat pada pernyataan nomor dua yaitu “saya ingin mengontrol tekanan darah dengan menambah berat badan”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden belum mengetahui faktor risiko terjadinya hipertensi salah satunya adalah berat badan yang berlebihan. Menurut Warjiman dkk. (2020), salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dikontrol adalah obesitas. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan dalam memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan edukasi terkait faktor risiko penyakit hipertensi untuk memperbaiki persepsi pasien yang masih kurang tepat.

Tabel IV. Distribusi Frekuensi Sikap Pasien Rawat Jalan

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 40 59,7%

Sikap Cukup 26 38,8%

Kurang 1 1,5%

Total 67 100%

Tabel IV menunjukkan bahwa sikap pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan September 2022 terkait hipertensi dinyatakan cukup (59,7%). Hal ini diduga karena selain pasien memiliki pengetahuan terkait hipertensi dari informasi dari media online atau cetak, pasien juga relatif berusaha melakukan antisipasi dan upaya pengendalian terkait hipertensi dari tenaga kesehatan saat pertama kali melakukan pengobatan, meskipun upaya tersebut belum optimal (Simanjutak dkk., 2021).

Sikap terhadap penyakit hipertensi mempengaruhi tindakan dalam pencegahan hipertensi. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

(44)

satunya adalah pendidikan. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan dapat membentuk sikap individu (Hastuti dkk., 2021). Menurut Pujianti dkk. (2021) menyatakan bahwa sikap dapat mempengaruhi tindakan kesehatan seseorang serta minat atau kemauan untuk bertindak positif yang menghasilkan tindakan kesehatan yang positif juga. Pembentukan sikap dapat juga dipengaruhi beberapa faktor meliputi pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang memiliki peran penting dalam hidup serta emosi yang ada dalam diri seseorang.

Fakhriyah dkk. (2021) yang menyatakan bahwa sikap yang baik dipengaruhi pengetahuan yang tinggi terkait hipertensi. Pengetahuan dan sikap yang baik tentang hipertensi dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pengendalian hipertensi. Sikap pasien rawat jalan di RSUD Sleman dinyatakan cukup, karena diduga pendidikan responden yang berbeda mengakibatkan adanya tingkat pemahaman informasi yang diterima sehingga masing-masing responden memberi tanggapan berbeda dalam pengendalian terkait hipertensi.

Simanjutak dkk. (2021) yang menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang baik berperan dalam membentuk sikap dan membuat seseorang memikirkan suatu objek yaitu keyakinan dan emosi.

Situmorang (2019) yang menyatakan bahwa sikap terjadi karena adanya kesadaran atau keinginan seseorang dalam pemeliharaan kesehatan, penyembuhan ataupun peningkatan kesehatan.

F. Tindakan Pasien Terkait Hipertensi

Tindakan merupakan perbuatan nyata respoden dalam pengobatan hipertensi meliputi pengelolaan hidup terkait hipertensi. Tabel V menunjukkan hasil data mengenai tindakan pasien rawat jalan RSUD Sleman terkait tindak lanjut atau pengobatan yang dilakukan pasien hipertensi.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari kuesioner dengan sepuluh pernyataan mengenai tindakan terkait hipertensi (Lampiran 13), pernyataan yang jawaban benar terbanyak terdapat pada nomor satu dan sembilan (95,5%) yaitu

“saya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin” dan “saya mengontrol tekanan darah dengan waktu tidur yang cukup”. Menurut Elvira dan Anggraini

(45)

(2019), penderita hipertensi perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk mengontrol tekanan darah dan menjalani pola hidup sehat seperti mengatur istirahat dan tidur yang cukup (Hidayati, 2018).

Pernyataan jawaban salah terbanyak terdapat pada pernyataan nomor dua (32,8%) yaitu “saya mengkonsumsi makanan berlemak untuk menghindari hipertensi”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden belum mengetahui penyebab munculnya hipertensi yaitu makanan berlemak. Menurut Marbun dan Hutapea (2021), faktor lain yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah kelebihan berat badan sehingga penderita hipertensi perlu mengontrol pola makan untuk mencegah terjadinya jaringan lemak dalam tubuh yaitu dengan tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Maka, dapat disimpulkan bahwa diperlukan edukasi terkait faktor-faktor risiko apa saja yang menyebabkan terjadinya hipertensi untuk memperbaiki persepsi pasien yang masih kurang tepat.

Tabel V. Distribusi Frekuensi Tindakan Pasien Rawat Jalan Variabel Kategori Frekuensi Persentase

(%)

Benar 56 83,6%

Tindakan Cukup 10 14,9%

Kurang 1 1,5%

Total 67 100%

Menurut tabel V, tindakan pasien rawat jalan di RSUD Sleman pada bulan September 2022 terkait pengelolaan hidup dengan hipertensi dikategorikan benar (83,6%). Hal ini diduga karena selain pasien memiliki pengetahuan dari media online maupun cetak terkait hipertensi, pasien memiliki motivasi kuat untuk melakukan tindakan yang benar meliputi tindak lanjut atau pengobatan secara rutin terkait hipertensi kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan (Pujianti dkk., 2021).

Lasari dkk. (2022) menyatakan bahwa tindakan yang benar diawali dengan pengetahuan dan sikap baik yang dimiliki seseorang. Pengetahuan yang didapatkan melalui informasi yang diterima sangat mempengaruhi sikap dan perlakuan seseorang terkait pengendalian hipertensi. Pujianti dkk. (2021) yang menyatakan bahwa tindakan yang benar berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki dan

(46)

sikap baik yang dilakukan seseorang dalam mengelola hidup dengan penyakit yang diderita. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan.

Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Indriana dkk.

(2020) yang menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman pasien tentang hipertensi dapat mengontrol tekanan darah dengan baik. Pasien yang semakin memahami penyakitnya maka akan semakin aware dalam menjaga pola hidup sehat. Hal ini juga didukung oleh penelitian Situmorang (2019) yang menyatakan bahwa tindakan yang benar juga didapat karena adanya tujuan yang akan dicapai terutama dalam mengatasi penyakit hipertensi yang dideritanya yaitu dengan mengontrol tekanan darah secara rutin, minum obat secara rutin dan rajin melakukan olahraga ringan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

berjudul “ PENGARUH PEMANTAUAN PENGGUNAAN OBAT TERHADAP KEPATUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI (Studi Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Poliklinik Rumah Sakit Aisyiyah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga pasien tentang pencegahan infeksi nosokomial pada ruang kelas III Instalasi Rawat

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan obat, dosis dan pasien dalam penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronisdi Instalasi Rawat Inap RSUD

Kesimpulan penelitian ini adalah adanya tingkat pengetahuan sedang, kategori sikap baik, dan tindakan sudah benar pada masyarakat di Kecamatan Pakualaman

Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi Rawat Jalan di Rumah

Penulis skripsi yang berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta pada Tahun 2012 Terkait Penyakit Hipertensi mempunyai

Persentase penggunaan pada periode April 2009 di RSUD Sleman jika dibandingkan penelitian sebelumnya pada periode Januari-Desember 2006 yaitu sebesar 91,42%

Dari hasil penelitian untuk pasien hipertensi di RSUD Pandan Arang Boyolali Periode Januari-Desember 2017 dapat disimpulkan Pola pengobatan hipertensi di RSUD Pandan