• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBANTUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBANTUAN"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

ANIMALIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Dwi Ningrum Lestari 11170161000052

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2022

(2)

i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbantuan Concept Mapping dan Mind Mapping pada Materi Kingdom Animalia” disusun oleh Dwi Ningrum Lestari, NIM 11170161000052, Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 19 April 2022

Yang mengesahkan, Pembimbing

Dr. Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 200604 2 001

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbantuan Concept Mapping dan Mind Mapping disusun oleh Dwi Ningrum Lestari, NIM.

11170161000052, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada Tanggal 27 April 2022 di hadapan dewan penguji.

Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 27 April 2022 Ketua Panitia

(Ketua Program Studi Pendidikan Biologi) Dr. Yanti Herlanti, M.Pd.

NIP. 197101192008012010

Tanggal

10 Mei 2022

Tanda Tangan

Penguji I,

Meiry Fadilah Noor, M.Si.

NIP. 198005162007102001

9 Mei 2022

Penguji II, Solihin, M.Pd.

NIP. -

9 Mei 2022

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Sururin, M.Ag.

NIP. 197103191998032001

(5)

iv ABSTRAK

Dwi Ningrum Lestari. 11170161000052. Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbantuan Concept Mapping dan Mind Mapping pada Materi Kingdom Animalia. Skripsi, Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar modul dengan berbantuan concept mapping dan mind mapping pada materi kingdom Animalia.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dengan menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Data diperoleh melalui validasi produk kepada ahli materi, ahli media, dan ahli praktisi (guru), kemudian dilakukan uji coba skala kecil dan skala besar kepada peserta didik kelas XI dan X MIPA di SMAN 21 Kota Bekasi. Hasil penilaian oleh ahli materi diperoleh persentase sebesar 72,63% yang termasuk kategori layak, penilaian ahli media diperoleh persentase 85,71% yang termasuk kategori sangat layak, penilaian ahli praktisi (guru) diperoleh persentase 79,16%

yang termasuk kategori layak. Hasil penilaian peserta didik mendapatkan respon yang sangat baik, pada uji coba skala kecil diperoleh persentase sebesar 88,12%

dan pada uji coba skala besar diperoleh persentase sebesar 86,77%. Hasil validasi dan uji coba menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar dalam pembelajaran biologi materi kingdom Animalia.

Kata kunci: Bahan Ajar, Modul, Concept Mapping, Mind Mapping, Animalia, ADDIE.

(6)

v ABSTRACT

Dwi Ningrum Lestari. 11170161000052. Development of Module Teaching Materials Assisted Concept Mapping and Mind Mapping on Kingdom Animalia Material. The Undergraduate Thesis of Biology Education Program, Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2022.

This study aims to develop a module assisted concept mapping and mind mapping on kingdom Animalia material. The research method used is research and development using ADDIE models (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). The data from this research were obtained from product validation of material expert, media expert, and practical expert (teacher), then small-scale trials and large-scale trials were carried out to students in Class XI and X MIPA in SMAN 21 Bekasi City. The results of the assessment by material expert obtained a percentage of 72,63% which is include in the feasible category, media expert assessment obtained a percentage 85,71% which is included in the very feasible category, practical expert (teacher) obtained a percentage of 79,16%

which is included in the feasible category. The results of the assessment of students get a very good response, in small-scale trials obtained a percentage of 88,12%

and in large-scale trials obtained a percentage of 86,77%. The result of the validation and trial show that the developed module can be used as one of the teaching materials in learning biology on kingdom Animalia material.

Keywords: Teaching Materials, Module, Concept Mapping, Mind Mapping, Animalia, ADDIE.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbantuan Concept Mapping dan Mind Mapping pada Materi Kingdom Animalia” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 pendidikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc. M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Tadris Biologi.

4. Ibu Dr. Nengsih Juanengsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta dukungan kepada penulis.

5. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si, Ibu Dr. Zulfiani, S.Si., M.Pd, dan Ibu Nurrila Risnida, S.Pd., M.Pd., selaku validator ahli yang telah bersedia menilai serta memberikan masukan dan saran dalam pengembangan bahan ajar modul.

6. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Tadris Biologi, yang telah memberikan ilmu dengan ikhlas dan tulus selama perkuliahan.

7. Bapak Drs. Moh. Ilyas selaku Kepala Sekolah, Ibu Amalia Rofi’ah S.Si selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, SMAN 21 Kota Bekasi yang telah membantu dan memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

8. Peserta didik kelas XI MIPA 1 dan X MIPA 3 SMAN 21 Kota Bekasi, yang telah membantu terlaksananya kegiatan penelitan ini.

(8)

vii

9. Kedua orangtua, Bapak dan Mama tercinta, serta Adik, yang selalu tiada hentinya memberikan do’a dan motivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Kawanku Melinda Syafri dan Lissa Nurhasanah yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11. Kawanku Mery Anjani, Aini Aprilia, Vidia Ramadanti, Riska Mutia, Aliestya Lufinsky yang telah membersamai selama masa perkuliahan.

12. Rekan-rekan Mahasiswa/i Tadris Biologi angkatan 2017, khususnya Kelas B.

13. Semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 12 April 2022

Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II ... 7

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Modul Pembelajaran ... 7

2. Concept Mapping atau Peta Konsep ... 11

3. Mind Mapping atau Peta Pikiran ... 18

4. Konsep Kingdom Animalia ... 24

B. Penelitian Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III ... 31

METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Model Pengembangan ... 31

B. Prosedur Pengembangan ... 31

C. Desain Uji Coba ... 33

(10)

ix

D. Subjek Uji Coba ... 33

E. Instrumen Penelitian... 34

F. Teknik Pengambilan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV ... 42

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Hasil Pengembangan ... 42

B. Kajian Produk Akhir ... 70

C. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V ... 73

PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kompetensi Inti Kingdom Animalia ... 24

Tabel 2. 2 Kompetensi Dasar Materi Animalia ... 24

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi ... 34

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media ... 35

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Praktisi (Guru) ... 36

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Peniliaian untuk Peserta Didik ... 37

Tabel 3. 5 Ketentuan Penilaian Skala Lembar Validasi ... 39

Tabel 3. 6 Kriteria Uji Kelayakan ... 39

Tabel 3. 7 Ketentuan Pemberian Skor pada Tiap Kriteria ... 40

Tabel 3. 8 Kriteria Penilaian Respon Peserta Didik ... 41

Tabel 4. 1 Komponen Modul ... 43

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Hasil Validasi Modul oleh Validator Ahli ... 51

Tabel 4. 3 Hasil Analisis Validasi Ahli Materi ... 51

Tabel 4. 4 Perubahan Modul Sebelum dan Sesudah Revisi ... 54

Tabel 4. 5 Hasil Analisis Validasi Ahli Media ... 56

Tabel 4. 6 Perubahan Modul Sebelum dan Sesudah Revisi ... 59

Tabel 4. 7 Hasil Analisis Validasi Ahli Praktisi (Guru) ... 60

Tabel 4. 8 Perubahan Modul Sebelum dan Sesudah Revisi ... 64

Tabel 4. 9 Hasil Analisis Respon Peserta Didik (Skala Kecil) ... 66

Tabel 4. 10 Hasil Analisis Respon Peserta Didik (Skala Besar) ... 67

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Mind Map Pernapasan Hewan... 22

Gambar 2. 2 Kerangka Pikir... 30

Gambar 4. 1 Sampul Depan ... 43

Gambar 4. 2 Sampul Belakang ... 44

Gambar 4. 3 Redaksi Modul ... 44

Gambar 4. 4 Kata Pengantar ... 44

Gambar 4. 5 Daftar Isi ... 45

Gambar 4. 6 Glosarium ... 45

Gambar 4. 7 Peta Konsep (di Awal Materi) ... 45

Gambar 4. 8 Peta Konsep (di Dalam Materi) ... 46

Gambar 4. 9 Peta Konsep (di Uji Kompetensi)... 46

Gambar 4. 10 Halaman Awal Kegiatan Pembelajaran... 46

Gambar 4. 11 Mind Mapping (di Awal) ... 47

Gambar 4. 12 Mind Mapping (di Dalam Materi) ... 47

Gambar 4. 13 Mind Mapping (di Akhir Materi) ... 47

Gambar 4. 14 Tahukah Kamu ... 48

Gambar 4. 15 Lembar Kerja Peserta Didik ... 48

Gambar 4. 16 Rangkuman Materi ... 48

Gambar 4. 17 Refleksi Diri ... 48

Gambar 4. 18 Uji Kompetensi ... 49

Gambar 4. 19 Kunci Jawaban ... 49

Gambar 4. 20 Daftar Pustaka ... 49

Gambar 4. 21 Penggunaan Kata Hubung pada Peta Konsep Hewan Triploblastik Sebelum dan Sesudah Revisi ... 549

Gambar 4. 22 Penjelasan Singkat Mengenai Invertebrata dan Vertebrata pada Modul Halaman xii dan 3 ... 548

Gambar 4. 23 Ukuran Gambar Sebelum dan Sesudah Revisi ... 55

Gambar 4. 24 Mind map Echinodermata Sebelum dan Sesudah Revisi ... 55

Gambar 4. 25 Ilustrasi Gambar pada Modul yang Dapat Memicu Pembaca Bertanya ... 55

(13)

xii

Gambar 4. 26 Keterangan Peta Konsep pada Bagian Komponen Modul Sebelum dan Sesudah Revisi ... 59 Gambar 4. 27 Mind Map di Dalam Materi Sebelum dan Sesudah Revisi ... 59 Gambar 4. 28 Catatan Mengenai Kelebihan dan Kekurangan Concept Mapping dan Mind Mapping pada Modul Guru ... 60 Gambar 4. 29 Warna Tulisan Kata Penghubung pada Peta Konsep Sebelum dan Sesudah Revisi ... 64 Gambar 4. 30 Kunci Jawaban pada Pilihan Gada Sebelum dan Sesudah Revisi .. 64 Gambar 4. 31 Rubrik Penilaian Sebelum dan Sesudah Revisi... 64

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Biologi ... 78

Lampiran 2 Hasil Wawancara Peserta Didik ... 80

Lampiran 3 Lembar Validasi Materi oleh Ahli Materi ... 82

Lampiran 4 Lembar Validasi Media oleh Ahli Media ... 85

Lampiran 5 Lembar Validasi oleh Ahli Praktisi (Guru) ... 89

Lampiran 6 Angket Penilaian Respon Peserta Didik ... 93

Lampiran 7 Hasil Analisis Respon Peserta Didik Uji Coba Skala Kecil ... 96

Lampiran 8 Rekapitulasi Respon Peserta Didik Uji Coba Skala Kecil ... 97

Lampiran 9 Komentar dan Saran Peserta Didik pada Uji Coba Skala Kecil ... 98

Lampiran 10 Hasil Analisis Respon Peserta Didik pada Uji Coba Skala Besar ... 99

Lampiran 11 Rekapitulasi Respon Peserta Didik Uji Coba Skala Besar ... 100

Lampiran 12 Komentar dan Saran Peserta Didik pada Uji Coba Skala Besar.... 102

Lampiran 13 Surat-Surat Penelitian ... 104

Lampiran 14 Lembar Uji Referensi ... 105

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kunci utama terpenting dalam pintu gerbang pendidikan di Indonesia dalam membangun bangsa dan karakter. Pentingnya kualitas dan kuantitas pendidikan karena berdampak pada kunci kesuksesan peserta didik. Pendidikan diharapkan memiliki kemampuan dan standar kompetensi salah satunya kompetensi ilmu kependidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatih keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar.1

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia dapat diamati sebagai suatu praktik dalam kehidupan.2 Pendidikan adalah hal yang penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan ialah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan yang bermutu, bangsa dan negara akan terjunjung tinggi martabat di mata dunia.3

Salah satu bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan nasional. Oleh karena itu, yang

1 Abul Kadir Sahlan, Mendidik Perspektif Psikologi, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 1.

2 Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h.38

3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 20.

(16)

menjadi syarat utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang harus benar-benar diperhatikan serta dirancang sedemikian rupa yang diimbangi dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai.

Untuk mencapai itu semua, diperlukan paradigma baru oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, dari yang semula pembelajaran berpusat pada guru menuju pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa.4

Pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah lingkup terkecil secara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan dengan baik atau tidak. Pembelajaran merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Interaksi komunikasi yang dilakukan yaitu baik secara langsung dalam kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung dengan menggunakan media, di mana sebelumnya sudah menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan.5

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah menuntut keaktifan peserta didik dalam belajar. Peserta didik yang memiliki potensi dalam belajar dapat membangun pengetahuan awal yaitu dengan cara belajar sendiri untuk memahami konsep pada materi pelajaran biologi. Peserta didik cukup sulit dalam memahami konsep-konsep yang penting dalam pembelajaran. Selain itu, pengembangan bahan ajar jarang dilakukan oleh guru.6

Penyusunan bahan ajar harus berdasarkan rencana kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan. Bahan ajar yang dibuat juga harus mendukung kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai kompetensi yang diinginkan.

Bahan ajar yang dikemas sebaiknya juga menyertakan informasi-informasi terbaru yang telah ada. Untuk menyiasati hal tersebut maka dalam bahan ajar

4 Ibid., h.15-16.

5 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2017), h.85-86.

6 Itgo Hatci, Pengembangan Modul Bernuansa Mind Map Yang Praktis Pada Materi Sistem Regulasi Manusia Untuk Peserta didik Kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas, Jurnal Education and Development, Vol. 6 No.2, 2018, h.28.

(17)

nantinya dapat dikembangkan kemampuan peserta didik untuk menggali informasi lebih besar lagi dari lingkungannya. Pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik.7

Bahan ajar disusun dengan tujuan untuk menyesuaikan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik, membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.8

Peran bahan ajar dalam pembelajaran yaitu sebagai rujukan, media untuk menghemat waktu dalam pembelajaran, peserta didik dapat belajar sendiri sebagai alat evaluasi pembelajaran. Bahan ajar ini bervariasi seperti buku, modul, lkpd, dll. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan untuk pembelajaran peserta didik adalah modul.9 Dalam dunia pengajaran, modul diartikan sebagai suatu unit yang lengkap, berdiri sendiri, dan terdiri atas suatu rangkaian belajar dalam mencapai tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.10

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang agar dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik. Modul disebut juga bahan ajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi adanya petunjuk untuk belajar sendiri. Dengan modul, peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran guru secara langsung.11 Modul perlu dirancang sedemikian rupa dengan teknik tertentu agar lebih menarik, mudah dipahami, menyenangkan dan sesuai dengan karakter peserta didik. Hal tersebut bertujuan agar pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.12

7 Chomsin S Widodo, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 54.

8 Cakti Indra Gunawan, Pedoman dan Strategi Menulis Buku Ajar dan Referensi Bagi Dosen (Tingkat Dasar), (Malang: IRDH, 2017), h. 7.

9 Perima Simbolon, Pengembangan Modul Kingdom Animalia Berbasis Peta Pikiran Untuk SMA, Jurnal Education and Development, Vol.3 No.1, 2018, h.6.

10 Kosasih, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2020), h.18.

11 Ibid.,

12 Perima Simbolon, Op.Cit.,

(18)

Pokok bahasan pada materi biologi Kelas X salah satunya adalah materi Kingdom Animalia. Materi Kingdom Animalia akan menjadi materi pokok bahasan pada penelitian ini, karena merupakan salah satu materi yang cukup sulit untuk dipelajari oleh peserta didik. Beberapa hal yang menjadi penyebab peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari materi ini yaitu cakupan materinya cukup luas dan banyak menggunakan bahasa latin. Selain itu, masih kurangnya minat peserta didik dalam membaca buku pelajaran yang biasa digunakan, karena buku pegangan yang digunakan siswa tidak berwarna, masih kurangnya ilustrasi gambar penunjang materi. Selain itu juga, buku pegangan yang biasa digunakan oleh siswa sangat tipis dan materi yang disajikan tidak terlalu lengkap, sehingga siswa harus menggunakan sumber lain sebagai tambahan jika ingin mempelajari materinya lebih dalam. Hal-hal tersebut dapat menurunkan minat peserta didik untuk mempelajarinya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan melakukan pengembangan bahan ajar modul dengan teknik pemetaan (mapping). Teknik pemetaan dapat berupa peta konsep (concept mapping) dan peta pikiran (mind mapping), di mana keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dalam proses pembuatan dan tampilan visualnya. Tingkat pemahaman yang ditimbulkan dari penggunaan peta konsep dan peta pikiran dapat berbeda-beda. Hal ini dikarenakan perbedaan pada setiap individu dalam penyusunan struktur kognitifnya. Ada peserta didik yang mampu memahami konsep melalui peta konsep karena susunannya yang sistematis, dan ada juga peserta didik yang mampu memahami konsep melalui susunan peta pikiran yang kreatif sesuai dengan imajinasi.13

Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar dengan menggunakkan teknik mapping ini telah ada yang melakukan. Akan tetapi, pada pengembangan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu hanya menggunakan salah satu dari teknik pemetaan (mapping) saja, seperti pada penelitian Selly Epriani Renat dkk (2017), Siti Dwi Rahayu dkk (2017), Ike Nurmala dkk (2017), yaitu

13 Wardattul Aini, Laila Khamsatul Muharrami, Wiwin Puspita Hadi, Perbandingan Strategi Belajar Peta Konsep Dengan Strategi Belajar Peta Pikiran Terhadap Pemahaman Konsep Siswa, Science Education National Conference, 2018, h.109.

(19)

dengan mengembangkan sebuah modul dengan adanya peta konsep atau concept mapping. Kemudian pada penelitian Itgo Hatchi (2018), Perima Simbolon (2018), Sri Zuliyati Arbai dkk (2014), Trisna dan Loria (2020) yaitu dengan mengembangkan modul dengan adanya peta pikiran atau mind mapping di dalamnya.

Modul yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu modul yang di dalamnya dibantu dengan concept mapping dan mind mapping. Concept mapping dan mind mapping memiliki manfaat bagi ingatan karena dengan concept mapping dan mind mapping peserta didik akan lebih mudah mengingat suatu informasi dibandingkan dengan pencatatan biasa seperti pada umumnya dilakukan oleh peserta didik. Dengan adanya visual warna dan arah garis yang disajikan pada concept mapping dan mind mapping diharapakan dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi dan meningkatkan kemampuan peserta didik mengingat materi pelajaran, serta menarik sehingga dapat menambah motivasi peserta didik untuk mempelajari materi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah yang terdapat pada pembelajaran biologi di sekolah khususnya pada materi Kingdom Animalia adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan peserta didik untuk mengingat dan memahami materi pada bahan ajar yang biasa digunakan dalam belajar.

2. Kurangnya minat peserta didik dalam menggunakan bahan ajar yang biasa digunakan dalam belajar.

3. Materi Kingdom Animalia merupakan salah satu materi yang cukup sulit untuk dipahami oleh peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dikembangkan merupakan modul berbantuan concept mapping dan mind mapping yang dapat digunakan oleh peserta didik dan hanya berisi materi Kingdom Animalia.

(20)

2. Penilaian bahan ajar modul berbantuan concept mapping dan mind mapping dilakukan oleh validator ahli materi, ahli media, dan ahli praktisi (guru) untuk memberi masukan terkait modul yang dibuat.

3. Modul berbantuan concept mapping dan mind mapping yang sudah direvisi berdasarkan masukkan dan saran dari validator ahli, kemudian dapat diuji cobakan kepada peserta didik.

D. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hasil pengembangan bahan ajar modul berbantuan concept mapping dan mind mapping pada materi Kingdom Animalia.”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan bahan ajar modul berbantuan concept mapping dan mind mapping pada materi Kingdom Animalia.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peserta didik

Menjadi bahan ajar atau sebagai penunjang bagi peserta didik dalam pembelajaran biologi pada materi Kingdom Animalia, dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

2. Bagi Guru

Khususnya guru biologi, dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi biologi khususnya Kingdom Animalia.

3. Bagi Sekolah

Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah, dan membantu dalam meningkatkan prestasi sekolah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan peneliti dalam mengembangkan bahan ajar modul berbantuan concept mapping dan mind mapping yang akan berguna nantinya ketika menjadi guru biologi.

(21)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Modul Pembelajaran a. Pengertian Modul

Modul merupakan satuan kecil dari suatu pembelajaran yang dapat beroperasi sendiri. Artinya, pada pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan tanpa kehadiran pendidik secara langsung. Modul dapat diartikan sebagai program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari pendidik yang meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pembelajaran, peralatan, media atau teknologi, serta instrumen penilaian untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam belajar. Maka dari itu, modul biasa disebut juga dengan paket pembelajaran mandiri.1

Modul pembelajaran adalah paket belajar mandiri yang disusun secara sistematis untuk memfasilitasi pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan modul yang baik, pembelajaran dapat menjangkau individu-individu atau peserta didik termasuk berbagai karakteristik yang mereka miliki.

Peserta didik dapat menggunakan modul pembelajaran menurut kemampuan mereka termasuk dalam memanfaatkan waktu sesuai dengan kesiapan dan kesempatan. Penggunaan modul dalam pembelajaran bukan tanpa alasan, bukan pula tanpa adanya kontribusi positif terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran melainkan dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.2

Menurut Santyasa sebagaimana dikutip Muhammad Yaumi, menjabarkan enam kriteria utama modul pembelajaran yang baik

1 Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rawamangun, 2018), h. 113.

2 Ibid., h.114.

(22)

diantaranya yaitu didahului oleh pernyataan sasaran belajar, pengetahuan disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengundang partisipasi peserta didik secara aktif, memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan, memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran, memberi peluang bagi perbedaan antar peserta didik, mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.3

b. Karakteristik Modul

Modul merupakan suatu bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan juga menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul dapat dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:4

1) Self Intructional, yang artinya dengan melalui modul tersebut peserta belajar mampu untuk membelajarkan diri sendiri dan tidak tergantung pada pihak lain.

2) Self Contained, yaitu pada seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Apabila dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.

3) Stand Alone, yang artinya modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersamaan dengan media lainnya. Jika masih bergantung pada media lain, selain dari modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

3 Ibid., h. 114-115.

4Surya Dharma, Penulisan Modul, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008) h. 3-5.

(23)

4) Adaptive, yang berarti modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Modul dikatakan adaptif apabila dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan.

5) User Friendly, yang berarti bahwa modul hendaknya bersahabat dengan yang memakainya. Setiap intruksi dan paparan informasi yang disajikan bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai keinginan. Salah satu bentuk dari user friendly yaitu penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

c. Struktur Penulisan Modul

Struktur Penulisan Modul dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, bagian inti, bagian penutup.5

1) Bagian pembuka, yaitu meliputi judul modul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompetensi, dan tes awal.

2) Bagian inti, yaitu meliputi pendahuluan atau tinjauan umum materi, hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain, dan uraian materi. Apabila materi yang dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan menjadi beberapa kegiatan pembelajaran.

3) Bagian penutup, yaitu meliputi glossary atau daftar istilah yang berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas di dalam modul, terdapat tes akhir yang dapat pembelajar kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul, dan indeks.

Dengan system pembelajaran modul, peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak untuk belajar secara mandiri, yaitu dengan membaca uraian, dan petunjuk di dalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam setiap tugas. Maka dari itu, setiap peserta didik

5 Ibid., h. 21-26

(24)

dalam batas-batas tertentu dapat maju sesuai irama kecepatan dan kemampuan masing-masing.6

d. Langkah - Langkah Penyusunan Modul

Langkah-langkah penyusunan modul menurut Tompkin sebagaimana dikutip oleh Sa’dun Akbar diantaranya adalah:7

1) Prewriting. Prapenulisan dengan membatasi topik yang dibahas, merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, menentukan siapa pembacanya, memilih bahan, dan mengorganisasikan ide.

2) Drafting. Menuangkan ide terkait dengan topik tulisan dengan membiarkan terlebih dahulu hal-hal yang bersifat teknis dan mekanis.

3) Revising. Meninjau ulang tulisan dengan memusatkan perhatian pada isi tulisan lewat menambah, memindah, menghilangkan dan menyusun kembali tulisan.

4) Editing. Menyunting tulisan terkait ejaan, pilihan kata, struktur kalimat, dan lain-lain dengan perbaikan pada format tulisan.

5) Publishing. Mempublikasikan tulisan untuk memperoleh respons pembaca, revisi, penyuntingan akhir, dan penerbitan.

e. Kelebihan dan Kekurangan Modul

Modul memiliki sejumlah kelebihan dan juga kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan modul sebagaimana menurut Puspitasari sebagaimana dikutip oleh Nurul dan Amir diantaranya yaitu:8

Kelebihan Modul:

1) Meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat.

6 Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran Strategi Pembelajaran Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 2018), h. 70.

7 Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 34.

8 Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 28-29.

(25)

2) Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik.

3) Dapat mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul.

4) Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.

5) Untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri.

Kekurangan Modul:

1) Kesuksesan belajar dengan menggunakan modul, tergantung pada kriteria peserta didik.

2) Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul. Jika peserta didik tidak dapat melakukan hal-hal tersebut, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

3) Tidak cocok untuk peserta didik yang memiliki kemampuan menangkap dengan audio.

2. Concept Mapping atau Peta Konsep a. Pengertian Concept Mapping

Pengertian Peta Konsep menurut Dahar sebagaimana dikutip oleh Feida Noorlaila yaitu peta konsep merupakan suatu gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi. Apabila dua konsep atau lebih digambarkan di bawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.9

Peta Konsep dimaksudkan untuk merepresentasikan hubungan yang bermakna antar konsep dalam bentuk proposisi. Proposisi

9 Feida Noorlaila Isti’adah, Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), h.153.

(26)

adalah dua atau lebih label konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit semantik. Dalam bentuknya yang paling sederhana, peta konsep hanyalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung untuk membentuk proposisi. Peta konsep berfungsi untuk menjelaskan kepada siswa dan guru mengenai sejumlah kecil ide kunci yang harus mereka fokuskan untuk tugas pembelajaran tertentu.10

Concept Mapping atau Peta Konsep adalah suatu teknik visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak yang menunjukkan ide-ide atau penggambaran pembelajaran dimulai dari konsep yang umum menuju konsep yang khusus tanpa mengindahkan urutan atau topik bahasan yang diinginkan. Dengan kata lain peta konsep adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarakan kedalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif.11

b. Ciri Ciri Concept Mapping (Peta Konsep)

Menurut Trianto sebagaimana dikutip oleh Muhammad Minan Chusni dkk, diantaranya yaitu:12

1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang

10 Joseph D. Novak dan D. Bob Gowin, Learning How to Learn, (USA: Cambridge Univerty Press, 1984).

11 Muhammad Minan Chusni dkk, Belajar dan Pembelajaran Fisika, (Banjarnegara: CV.

Pelita Gemilang Sejahtera, 2018), h.6

12 Ibid., h.8

(27)

dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.

3) Tidak semua peta konsep mepunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.

Berdasarkan pemaparan ciri-ciri peta konsep tersebut maka sebaiknya peta konsep dibuat secara hierarki, yang artinya konsep yang lebih inklusif ditempatkan pada posisi paling atas, sehingga semakin ke bawah konsep-konsep yang tersaji semakin kurang inklusif.13

c. Cara Menyusun Concept Mapping (Peta Konsep)

Sebuah peta konsep adalah organisasi visual yang merupakan representasi ilmu pengetahuan di mana menunjukkan konsep, ide-ide dan hubungan di antara mereka. Anak didik dapat membuat peta konsep dengan cara menulis kata-kata kunci dalam sebuah lingkaran, kotak, dan segitiga agar lebih menarik dan menambah kreativitas anak. Kemudian menggambar panah antara ide-ide terkait. Peta konsep biasanya hierarki dengan konsep bawahan yang berasal dari konsep utama atau ide atau jenis organiser grafis.14

Cara membuat peta konsep diantaranya yaitu:15 1) Mulailah dengan lde Utama atau Topik

Langkah awal untuk membuat peta konsep adalah menentukan ide utama atau topiknya. Lalu, buatlah peta konsep dengan struktur hierarki sehingga anak lebih mudah mempelajari hierarki (turunannya).

13 Ibid.,

14 Yan Djoko Pietono, Anakku Bisa Brilliant (Sukses Menuju Brilliant), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), h.85

15 Ibid., h.86

(28)

2) Menentukan Konsep-Konsep Kunci

Setelah kita menentukan ide utama atau topik. Selanjutnya mencari konsep kunci. Cari konsep kunci yang menghubungkan dan berhubungan dengan ide utama dan peringkatnya paling umum kemudian ke link lebih kecil (lebih spesifik).

Peta konsep yang dibuat dengan benar dan teliti merupakan cara ampuh bagi anak dalam mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Perlu diketahui, bahwa peta konsep tidak hanya merupakan sarana belajar melainkan suatu alat evaluasi yang ideal untuk mengukur pertumbuhan dan menilai pelajaran anak. Saat anak membuat peta konsep, mereka mengulangi ide menggunakan kata-kata mereka sendiri dan membantu mengidentifikasi ide-ide tersebut sehingga menjadi akurat.16

Untuk langkah-langkah pengembangan peta konsep oleh guru, yaitu sebagai berikut:17

1) Menuliskan di atas kertas seluruh konsep atau nama topik yang berkaitan dengan bidang umum yang akan diajarkan.

2) Memperhatikan adanya fakta-fakta atau contoh khusus yang penting, untuk dipelajari oleh siswa.

3) Memilih konsep yang paling umum, dan kemudian tempatkan di bagian atas kertas.

4) Menambahkan berikutnya konsep yang lebih khusus di bawah konsep umum. Hubungkan keduanya dengan garis penghubung yang diberi label penghubung.

5) Setelah penulisan konsep yang lebih khusus di baris kedua, melanjutkan penulisan konsep lain yang lebih khusus di baris ketiga, dan seterusnya.

6) Melengkapi dengan garis penghubung antarkonsep. Menuliskan label penghubung pada garis tersebut untuk menunjukkan keteraturan antar konsep.

16 Ibid.,

17 Feida Noorlaila Isti’adah, Op.Cit.,h.158

(29)

7) Setelah seluruh peta konsep terbentuk, menandai konsep khusus yang terutama menarik bagi siswa atau tingkat kesulitannya tepat bagi siswa.

d. Jenis-jenis Peta Konsep

Jenis-Jenis Peta Konsep Menurut Nur sebagaimana dikutip oleh Metilistina Sasinggala, peta konsep terdapat empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map). Untuk lebih lengkapnya berikut ini:18

1) Pohon Jaringan

Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep- konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep- konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasilcan hal-hal menunjukan informasi sebab- akibat, suatu hierarki, prosedur yang bercabang dan istilah- istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan- hubungan.

2) Rantai Kejadian

Nur mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Metilistina Sasinggala bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah- langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan suatu kejadian

18 Metilistina Sasinggala, Pembelajaran untuk Daerah Kepulauan, (Yogyakarta: Absolute Media, 2012), h.23-24

(30)

yang mengawali rantai itu, temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal memberikan tahap-tahap suaru proses, langkah-langkah dalam suaru prosedur dan suatu urutan kejadian.

3) Peta Konsep Siklus

Rangkaian kejadian dalam peta konsep siklus tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir inu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimaru suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.

4) Peta Konsep Laba-Laba

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat.

Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal tidak menurut hierarki, kecuali berada dalam suatu kategori, kategori yang tidak paralel dan hasil curah pendapat.

e. Manfaat Peta Konsep

Peta konsep memiliki banyak manfaat bagi anak didik. Adapun manfaat peta konsep sebagai berikut:19

19 Yan Djoko Pietono, Op Cit., h.84-85

(31)

1) Membantu anak untuk menghasilkan ide-ide baru atau disebut juga brainstorming.

2) Memberikan dorongan bagi anak untuk menemukan konsep- konsep baru dan proposisi yang menghubungkan mereka.

3) Membantu anak untuk mengomunikasikan ide-ide, pikiran, dan informasi.

4) Membantu anak mengintegrasikan konsep baru dengan konsep lama.

5) Membantu anak didik untuk aktif dalam mendapatkan pengetahuan yang disempurnakan dan mengevaluasi informasi.

f. Kelebihan dan Kekurangan Concept Mapping (Peta Konsep)

Concept Mapping (Peta Konsep) memiliki kelebihan dan juga kekukarangan, menurut Stita sebagaimana dikutip Muhammad Minan Chusni dkk, diantarnya yaitu:20

Kelebihan Concept Mapping (Peta Konsep):

1) Dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena peta konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna.

2) Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siswa.

3) Akan memudahkan siswa dalam belajar.

4) Sebagai sarana untuk membiasakan otak berfikir terkonsep dalam segala hal.

5) Dapat digunakan sebagai pengganti ringkasan yang lebih fleksibel.

6) Dapat mempermudah pemahaman siswa dan guru.

7) Dapat menyatukan satu persepsi antara guru dan siswa.

8) Dapat digunakan dalam berbagai hal.

20 Muhammad Minan Chusni dkk, Op Cit., h.20

(32)

Kekurangan Concept Mapping (Peta Konsep):

1) Pemahaman peta konsep dapat dicapai dengan syarat siswa sudah memahami pokok bahasan.

2) Siswa sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat dalam materi yang dipelajari.

3) Siswa sulit menentukan kata penghubung untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain.

3. Mind Mapping atau Peta Pikiran a. Pengertian Mind Mapping

Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Sebuah mapping merupakan teknik grafis yang kuat yang memberikan kunci universal untuk membuka potensi otak. Pada penggunaan mapping, menggunakan keterampilan kortikal-kata, gambar, nomor, logika, ritme, warna, dan ruang kesadaran dalam satu cara yang unik dan kuat. Dengan demikian, hal itu dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menjelajahi luas tak terbatas dari otaknya. Mapping dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan dimana peningkatan belajar dan berpikir lebih jelas akan meningkatkan kinerja manusia.21

Mind mapping merupakan salah satu cara terbaik untuk menangkap ide dan juga pikiran yang dirupakan dalam bentuk visual.

Mind mapping lebih dari sekadar mencatat karena dapat membantu menjadi lebih kreatif, mengingat lebih banyak, dan menyelesaikan masalah dengan lebih efektif. Mind map juga dapat membangkitkan ide- ide orisinal dan membantu memicu ingatan yang mudah. Mind map juga dapat dikatakan menyenangkan, menenangkan, dan kreatif, karena cara ini nantinya akan memberikan kesan yang lebih dalam untuk menguraikan suatu pembahasan. Mind map adalah cara kreatif bagi

21 Doni Swadarma, Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2013), h. 2.

(33)

peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Disamping itu juga dengan menggunakan mind map dapat melihat hal dari berbagai arah dan juga dapat mengembangkan berpikir kreatif, menarik, dan mudah untuk diingat.22

Mind map merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, dan memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional. Pada semua mind map memiliki adanya kesamaan. Semuanya menggunakan warna, memiliki struktur alami yang memancar dari pusat, serta menggunakan garis lengkung, symbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sngat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.23

Pada praktiknya proses belajar selalu melibatkan ketiga aspek, baik visual, auditori, ataupun kinestetik. Hanya saja dengan menggunakan mapping, ide, gagasan, permasalahan, solusi atau apapun yang terlintas di kepala dan membebani otak bawah sadar kita yang selama ini sulit untuk direkam, maka dari itu dapat dengan mudah langsung dituliskan di atas selembar kertas. Dengan kata lain, mapping adalah metode efektif untuk menuangkan semua gagasan yang ada di dalam pikiran.24

Pemetaan pikiran membuat kita bisa menyimpulkan sesuatu secara lebih baik dibanding dengan catatan linier. Pemetaan pikiran

22 M. Arif Zainul Fuad, dkk, Metode Penelitian Kelautan dan Perikanan: Prinsip Dasar Penelitian, Pengambilan Sampel, Analisis, dan Interpretasi Data, (Malang: UB Press, 2019), h. 41.

23 Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.5

24 Doni Swadarma, Op.Cit.,

(34)

dikatakan sebagai salah satu teknik mencatat tingkat tinggi karena membuat kita bisa langsung melihat keterkaitan dan gambaran keseluruhan dengan mudah. Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain. Dengan begitu akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik, dan lain-lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan.25

b. Unsur Pembentuk Mapping

Unsur-unsur pembentuk mapping diantaranya yaitu:26 1) Tema besar (Central image)

Topik atau subjek yang akan dijadikan sebagai pokok pembahasan, terletak di tengah-tengah.

2) Sub tema

Cabang dari tema besar yang telah dikelompokkan secara sistematis berdasarkan kategori tertentu. Subtema dapat dikembangkan lagi menjadi sub-subtema yang lebih spesifik.

3) Urutan

Hubungan antartema besar – subtema – sub-subtema yang terjalin berdasarkan analisis yang dilakukan.

4) Garis hirarki

Garis yang menandakan adanya hubungan sebab-akibat, waktu, tempat atau pelaksanaan.

c. Langkah-Langkah Pembuatan Mind Mapping

Teknik pembuatan mind map dapat dilakukan dengan manual ataupun dengan bantuan komputer maupun smartphone. Pada umumnya akan lebih mudah untuk membuat sketsa, garis, dan gambar di atas kertas untuk selanjutnya dipindahkan maupun di-redesign di komputer.

25 Femi Olivia, 5-7 Menit Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), h. 13

26 Doni Swadarma, Op.Cit., h. 9

(35)

Dengan menggunakan pena dan kertas mungkin lebih baik karena dapat mengeluarkan ide lebih cepat dan tindakan menarik cabang-cabang yang berupa garis dapat membantu mengingat. Di sisi lain, menggunakan komputer dapat membuat peta pikiran lebih luas dan dapat menyertakan lampiran. Saat ini sudah banyak perangkat lunak berbasis komputer yang tidak berbayar secara bebas dan dapat digunakan untuk membantu membuat mind mapping baik berbasis online maupun stand alone di-install di komputer. Diantara perangkat lunak tersebut adalah Freemind, X-mind, Coggle, Mind Maple, sketchboard, dan lain-lain.27

Langkah-langkah pembuatan mind map adalah sebagai berikut:

1) Dimulai dengan menuliskan ide utama di tengah halaman kosong, kemudian bergerak ke arah samping. Memulai dari pusat memberi otak kebebasan untuk menyebar ke segala arah dan mengekspresikan diri dengan lebih bebas dan alami.

2) Gunakan gambar atau sketsa untuk ide sentral. Sebuah gambar bernilai ribuan kata dan membantu penulis menggunakan imajinasinya. Gambar pusat lebih menarik, membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan membuat otak lebih tenang.

3) Gunakan warna. Warna sama menariknya seperti halnya gambar, warna menambah semangat dan kehidupan ekstra untuk peta pikiran menambah energi luar biasa untuk berpikir kreatif dan menyenangkan.

4) Hubungkan cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang tingkat kedua dan ketiga Anda ke tingkat pertama dan kedua. Hal tersebut karena otak bekerja berdasarkan asosiasi yang suka menghubungkan dua (atau tiga, atau empat) hal bersama. Jika menghubungkan cabang, maka akan lebih mudah memahami dan mengingat.

27 M. Arif Zainul Fuad, dkk, Op.Cit, h. 42

(36)

5) Buatlah cabang-cabang melengkung daripada lurus. Karena garis lurus tanpa lengkungan dapat membuat otak bosan.

6) Gunakan satu kata kunci per line. Kata-kata kunci tunggal memberi peta pikiran lebih banyak kekuatan dan fleksibilitas.

7) Gunakan gambar di seluruh ide. Setiap gambar seperti gambar pusat, cabang, ide juga bernilai banyak arti dan pesan.28

Gambar 2. 1 Contoh Mind Map Pernapasan Hewan29 d. Kegunaan Mind Mapping

1) Mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis.

2) Mengembangkan dan menganalisis ide atau pengetahuan seperti yang biasa dilakukan pada saat proses belajar mengajar.

3) Memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang- ulang ide dan gagasan.

4) Membuat banyak pilihan dari berbagai rute keputusan yang mungkin mempermudah proses brainstorming, karena ide dan gagasan yang selama ini tidak mudah direkam maka menjadi mudah dituangkan di atas selembar kertas.

5) Dapat melihat gambaran besar dari suatu gagasan sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut.

6) Menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang dan dan tak mudah dilihat menjadi lebih mudah.

28 Ibid., h. 43.

29 Sutanto Windura, 1st Mind Map Teknik Berpikir & Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), h. 11

(37)

7) Menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan.

8) Membuat banyak pilihan dari berbagai rute keputusan yang mungkin.

9) Mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antar topik yang satu dengan yang lainnya.

10) Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan unsur kreativitas.30

e. Keunggulan dan Kekurangan Mind Mapping Keunggulan Mapping: 31

1) Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan.

2) Memaksimalkan sistem kerja otak.

3) Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan.

4) Memacu kreatifitas, sederhana dan mudah dikerjakan.

5) Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah.

6) Menarik dan mudah tertangkap mata (eye catching).

7) Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah.

Kekurangan Mapping:32

1) Hanya peserta didik yang aktif yang terlibat.

2) Memerlukan dasar dengan banyak membaca materi sebelum membuat mind mapping.

3) Oranglain mungkin tidak dapat memahami mind mapping yang dibuat oleh orang lain dikarenakan hanya berupa point inti saja yang dituliskan.

4) Beberapa orang mungkin kesulitan dalam merangkai panah/garis/alur mind mapping dengan rapih.

30 Doni Swadarma, Op.cit., h. 8.

31 Ibid., h.9.

32 Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-Model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2020), h. 50.

(38)

4. Konsep Kingdom Animalia

Kingdom Animalia merupakan salah satu konsep dalam pelajaran biologi SMA/MA kelas X. Berikut ini merupakan KI dan KD pada konsep Kingdom Animalia (Dunia Hewan):

Tabel 2. 1 Kompetensi Inti Kingdom Animalia Kompetensi Inti (KI)

KI.1

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI.2

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsive dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam seta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI.3

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI.4

Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Tabel 2. 2 Kompetensi Dasar Materi Animalia Kompetensi Dasar (KD)

KD 3.9

Mengelompokkan hewan ke dalam filum berdasarkan lapisan tubuh, rongga tubuh, simetri tubuh, dan reproduksi.

KD 4.9

Menyajikan laporan perbandingan kompleksitas lapisan penyusun tubuh hewan (diploblastik dan triploblastik), simetri tubuh, rongga tubuh, dan reproduksinya.

(39)

Kingdom Animalia atau hewan merupakan organisme eukariotik (memiliki membran inti sel), multiseluler (terdiri atas banyak sel), tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis, memiliki jaringan saraf, memiliki jaringan otot, kebanyakan anggotanya bereproduksi secara seksual, habitatnya di daratan, lautan, gurun, dan lain sebagainya.33

Berdasarkan ada atau tidaknya tulang belakang, kingdom Animalia dibedakan menjadi dua, yaitu invertebrata dan vertebrata. Invertebrata adalah hewan tidak bertulang belakang atau hewan tingkat rendah.34 Ciri-ciri dari invertebrate yaitu kerangka tubuh umumnya terdapat di luar tubuh (eksoskeleton), sistem sarafnya masih sederhana, berkembang biak secara generatif dan vegetatif atau dua-duanya, peredaran darahnya terbuka.35 Sedangkan ciri dari vertebrata yaitu memiliki tulang belakang, tubuhnya tersusun dari tulang-tulang, dan memiliki sistem sirkulasi tertutup.36

Kelompok Hewan dibagi menjadi 11 Filum besar, diantaranya adalah Filum Porifera, Coelenterata (Cnidaria), Ctenophora, Platyhelminthes, Aschelminthes, Annelida, Arthropoda, Mollusca, Echinodermata, Hemichordata, dan Chordata.37 Filum Chordata terdiri dari tiga sub-filum yaitu Urochordata, Cephalochordata, dan Vertebrata. Sub-filum Vertebrata terdiri dari Aghnata (tidak berahang) dan Gnasthostomata (berahang). Aghnata tediri dari kelas Cyclostomata. Gnasthostomata terdiri dari dua super-kelas yaitu Pisces dan Tetrapoda. Pisces terdiri dari kelas Chondrichthyes dan

33 Siti Paramitha Retno Wardhani, Intisari Biologi Dasar, (Yogyakarta:Diandra Kreatif, 2019), h.104

34 Ibid., h.117

35 Lilis Sri Astuti, Klasifikasi Hewan Penamaan, Ciri, dan Pengelompokkan, (Jakarta:Kawan Pustaka, 2007), h.16

36 Siti Paramitha Retno Wardhani, Op.Cit., h.117

37 NCERT, NCERT Solutions Biology Class 11th, (Meerut: Arihant Prakashan), h.55

(40)

Osteichthyes. Tetrapoda terdiri dari kelas Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia.38

B. Penelitian Relevan

Selly Epriani Renat, Ernie Novriyanti, Armen (2017) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa modul yang dilengkapi dengan peta konsep dan gambar pada materi keanekaragaman makhluk hidup untuk siswa kelas VII SMP. Penelitian ini menggunakan tiga langkah dari model 4-D. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dari angket validitas dan kepraktisan. Hasil pengujian produk dikembangkan, diperoleh kriteria hasil yang valid dan sangat praktis oleh dosen, guru, dan siswa.39

Siti Dwi Rahayu, Trapsilo Prihandono, Agus Abdul Gani (2017) dalam penelitiannya yang memfokuskan pada pengembangan bahan ajar berupa modul berbasis peta konsep dalam pembelajaran fisika untuk SMA.

Penelitian ini menghasilkan buku siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas buku, tingkat pemahaman siswa, dan respon siswa setelah menggunakan modul berbasis peta konsep, dengan menggunakan model pengembangan 4-D. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahan ajar berupa modul berbasis peta konsep valid dengan validitas 4,2 dari 5 kategori. Sedangkan tingkat pemahaman siswa terhadap modul berbasis peta konsep memperoleh nilai rata-rata 82,65% dengan kategori

“mengerti”.40

Ike Nurmala Widyastuti, Iskandar Wiryokusumo, Sugito (2019) dalam penelitiannya mengadopsi model Dick and Carey sehingga terangkum dalam empat tahapan yaitu tahap pendefinisian kebutuhan, tahap desain produk, tahap pengembangan, dan evaluasi, dan tahap desiminasi

38 Ibid., h.59-60

39 Selly Epriani Renat, Ernie Novriyanti, Armen, Pengembangan Modul Dilengkapi Peta Konsep dan Gambar pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup untuk Siswa Kelas VII SMP, Bioeducation Journal, Vol.I No.1, 2017, h.95.

40 Siti Dwi Rahayu, Trapsilo Prihandono, Agus Abdul Gani, Pengembangan Modul Fisika Berbasis Concept Mapping Pada Materi Elastisitas di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 6 No.

3, 2017, h.240.

(41)

produk. Penelitiannya ini hanya dilakukan sampai tahap ke-3 karena keterbatas waktu peneliti. Berdasarkan pada penilaian Likert yaitu 81%- 100% termasuk kategori sangat layak walaupun harus melakukan beberapa revisi atas masukan dan saran dari para Validator, teman sejawat dan siswa.41

Itgo Hatchi (2018) dalam penelitiannya menggambarkan hasil modul bernuansa peta pikiran pada pengembangan materi sistem regulasi manusia untuk peserta didik kelas XI. Pengembangan dilakukan dengan menerapkan model 4-D. Berdasarkan penelitian terungkap bahwa modul yang dikembangkan berada pada kategori sangat valid dengan nilai 84,44%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modul nuansa mind map pada materi sistem regulasi manusia untuk peserta didik kelas XI di sekolah menengah adalah praktis.42

Perima Simbolon (2018) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menghasilkan modul kingdom animalia berbasis mind map yang valid, praktis, dan efektif untuk SMA. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan 4-D. Hasil penelitian pengembangan ini diperoleh modul kingdom animalia berbasis mind map untuk SMA. Modul yang dikembangkan telah memenuhi aspek validitas, praktikalitas, dan efektivitas. Nilai aspek validitas modul 91,0%

kategori sangat valid, praktikalitas oleh guru 92,8% kategori sangat praktis, praktikalitas oleh peserta didik kategori 89,8% kategori sangat praktis, motivasi belajar 88,4% kategori motivasi sangat tinggi, aktivitas belajar 88,7% kategori sangat efektif, dan hasil belajar peserta didik rata-rata 81,2 kategori sangat baik.43

41 Ike Nurmala Widyastuti, Iskandar Wiryokusumo, Sugito, Pengembangan Modul Pembelajaran Dengan Model Dick And Carey dan Menggunakan Concept Mapping pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sampang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2018/2019, Jurnal Education and Development, Vol.7 No.2, 2019, h.175.

42 Itgo Hatci, Pengembangan Modul Bernuansa Mind Map Yang Praktis Pada Materi Sistem Regulasi Manusia Untuk Peserta didik Kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas, Jurnal Education and Development, Vol. 6 No.2, 2018, h.28.

43 Perima Simbolon, Pengembangan Modul Kingdom Animalia Berbasis Peta Pikiran Untuk SMA, Jurnal Education and Development, Vol.3 No.1, 2018, h.6.

Referensi

Dokumen terkait

bahan ajar berupa modul materi aritmatika sosial dengan berbantuan rumus cepat. sebagai bahan ajar. Ada dua cara yang dilakukan untuk uji coba produk

Akan tetapi, dalam penelitian ini penentu- an subjek uji coba yang terlibat dalam uji coba terbatas tidak berdasarkan tingkat ke- mampuan awal karena merasa berdasar-

Praktis, Revisi kecil (Sudah dapat digunakan) Setelah data kepraktisan terkumpul, dipilih data dari uji coba terakhir/final, yaitu uji coba produk utama

hasil komentar peserta didik dalam kelompok kecil, dalam uji coba pemakaian produk yang berupa bahan ajar matematika digunakan peserta didik kelas VIIB yang

Uji Coba; Perangkat pembelajaran yang sudah diperbaiki berdasarkan saran dan komentar dari validator selanjutnya diuji cobakan dalam pembelajaran di satu kelas

Berdasarkan data hasil uji coba lapangan, kemudian modul matematika diskrit berbantuan software wxMaxima ( prototipe III) direvisi menjadi prototipe IV (prototipe final)

(melakukan revisi produk utama). Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran dari hasil uji coba lapangan awal.. 6) Main Field Testing

kesalahan dari guru dan siswa. Selanjutnya dilakukan revisi produk berdasarkan uji coba terbatas untuk penyempurnaan sesuai dengan komentar dan saran dari guru dan