• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Pengertian Bata Beton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Pengertian Bata Beton"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II STUDI PUSTAKA

2.1. Pengertian Bata Beton

Menurut SNI 03-0349-1989, bata beton adalah komponen bangunan yang terbuat dari campuran semen, pasir, air, atau material tambahan lain, yang dicetak sesuai dengan syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk konstruksi dinding. Bata beton untuk dinding atau batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, 1982 pasal 6).

Bata beton yaitu batu-batuan yang tidak dibakar dengan bahan semen, pasir, air, atau bahan lainnya dengan cara dicetak melalui proses pemadatan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (Frick Heinz dan Koesmartadi, 1999). Bata beton mencakup jenis-jenis bata beton yang terbuat dari tanah stabilisasi kapur atau semen portland dan pasir (Sugiharti dan Riskijah, 2000).

Bentuk bata beton untuk dinding atau batako ada 2, yaitu berlubang (hollow block) dan yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran yang beraneka ragam.. Karakteristik bata beton adalah memiliki densitas rata-rata > 2000kg/m, dengan kuat tekan antar 3-5 MPa. Dilihat dari densitasnya, batako memerlukan tenaga yang kuat dan waktu yang lama untuk proses pemasangannya (Simbolon T, 2009).

Bata beton dibagi menjadi 2, yaitu bata beton pejal dan bata beton berlubang. Bata beton pejal adalah bata beton dengan luas penampang 75%

dan volume lebih dri 75% volume seluruhnya. Sedangkan bata beton berlubang adalah bata beton dengan uas penampang 25% dan volume lebih dari 25% volume seluruhnya. Pemakaian bata beton berlubang bila dibandingkan dengan batu bata, terlihat lebih hemat. Untuk setiap m2 luas dinding lebih sedikit dari jumlah bata beton yang dibutuhkan dan hemat dalam adukannya.

Sifat bata beton berlubang untuk pasangan dinding mempunyai sifat, yaitu (Kimpraswil, 2008) :

(2)

7 a. Ukurannya seragam

b. Mutunya seragam jika dibuat dengan cara yang sama c. Cukup kuat dan awet

d. Pemasangan mudah dan rapi

e. Permukaan menarik dan tidak perlu diplester lagi f. Harga pasangan dapat bersaing dengan bahan lainnya.

Syarat batako menurut PUBI 1982 pasal 6, antara lain : a. Permukaan batako harus mulus

b. Berumur minimal satu bulan

c. Pada waktu pemasangan harus kering

d. Berukuran panjang 400 mm, lebar 200 mm dan tebal 100-200 mm e. Kadar air 25-35% dari berat

f. Kuat tekan antara 2-7 N/mm

2.2. Macam-Macam Bata Beton Untuk Dinding

Bata beton untuk konstruksi dinding atau batako memiliki berbagai macam jenis berdasarkan bahan pembuatan, berdasarkan pemakaian, dan lain-lain (SNI 03-0349-1989).

2.2.1. Berdasarkan Bahan Pembuatannya a. Batako Putih (Tras)

Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air yang kemudian dicetak. Memiliki ukuran panjang 25-3 cm tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm.

b. Batako Semen/Batako Pres

Batako semen dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu yang dibuat secara manual ataupun mesin. Memiliki ukuran panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm.

c. Bata Ringan

Bata ringan adalah bata yang dalam pembuatannya dari campuran batu pasir, kapur, semen, dan bahan tambahan lainnya. Berat jenis sebesar 1850 kg/m3 dianggap sebagai

(3)

8 batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya (Murdock, 1991).

2.2.2. Berdasarkan Golongan a. Batako Normal

Memiliki densitas antara 2200 – 2400 kg/m3 dengan kekuatan sesuai mix design yang ada.

b. Batako Ringan

Memiliki densitas <1800 kg/m3 dengan kekuatan sesuai penggunaan dan mix design. Batako ringan dibagi menjadi 2, yaitu batako ringan berpori dan batako ringan non aerated.

2.3. Klasifikasi Bata Beton

Menurut PUBBI (Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia), SK SNI 04-1989), persyaratan jenis bata beton adalah :

a. Bata beton mutu I

Bata beton untuk konstruksi yang dibebani dan yang tidak terlindung atau konstruksi di luar atap. Bata beton mutu I harus mempunyai kuat tekan bruto rata-rata minimum 7 MPa.

b. Bata beton mutu II

Bata beton untuk konstruksi yang dibebani dan hanya untuk konstruksi terlindung dari cuaca luar atau konstruksi di bawah atap. Bata beton mutu II harus mempunyai kuat tekan bruto rata-rata minimum 5 MPa.

c. Bata beton mutu III

Bata beton untuk konstruksi yang tidak memikul beban, terlindungi, dan tidak plesteran. Bata beton mutu III harus mempunyai kuat tekan bruto rata-rata 3,5 MPa.

d. Bata beton mutu IV

Bata beton untuk konstruksi yang tidak memikul beban, terlindungi dari hujan serta terik matahari. Bata beton mutu IV harus mempunyai kuat tekan bruto rata-rata minimum 2 MPa.

(4)

9 Tabel 2.1. Persyaratan Mutu Bata Beton

Mutu Bata Beton

Pejal

Kuat Tekan Minimum (kg/cm2)

Penyerapan Air Maksimum (%Berat) Rata-rata Masing-masing

I 100 90 25

II 70 65 35

III 40 35 -

IV 25 21 -

Sumber : SNI 03-0349-1989

Tabel 2.2. Persayaratan Ukuran Bata Beton Dalam Perdagangan

Jenis Batako Ukuran

Panjang/tinggi/lebar Pemakaian Untuk dinding luar

Panjang 400±3 Lebar 200±3 Tinggi 200±2

Bagian luar 25. Dinding pemisah lubang 20

Untuk dinding dalam

Panjang 400±3 Lebar 200±3 Tinggi 150±2

Bagin luar 20. Dinding pemisah lubang 15.

Untuk dinding pengisi dengan tebal 10 cm

Panjang 400±3 Lebar 200±3 Tinggi 100±2

Bagian luar 20. Dinding pemisah lubang 25.

Sumber : PUBBI 1982, hal 11.

2.4. Syarat Mutu Bata Beton

Berdasarkan SNI 03-0349-1989, terdapat berbagai syarat mutu yang harus ada dalam bata beton tersebut, di antaranya : pandangan luar, ukuran bata beton, sifat fisis, dan sifat mekanis.

2.4.1. Pandangan Luar

Bidang permukaan tidak cacat, tidak retak, bentuk permukaan bervariasi, rusuk harus siku, sudut rusuk tidak mudah dirapikan dengan tangan.

2.4.2. Ukuran dan Toleransi

Ukuran dan toleransi dari bata beton harus sesuai dengan tabel : Tabel 2.3. Ukuran Bata Beton

Jenis Ukuran

Tebal dinding sekatan lobang,

minimum Panjang Lebar Tebal Luar Dalam

1. Pejal 390±3 90±2 90±2 - -

2. Berlobang a. Kecil b. Besar

390±3 190±3 100±2 20 15

390±3 190±3 100±2 25 20

Sumber : SK-SNI 03-0349-1989

(5)

10 2.4.3. Syarat Fisis Bata Beton

Bata beton harus memenuhi syarat fisis sesuai dengan tabel 2.4.

berikut :

Tabel 2.4. Syarat Fisis Bata Beton

Syarat Fisis Satuan

Tingkat Mutu Batako Pejal

Tingkat Mutu Batako Berlubang I II III I

V I II III IV 1. Kuat tekan

bruto Kg/cm2 100 70 40 25 70 50 35 20 2. Kuat tekan

tiap benda uji Kg/cm2 90 65 35 21 65 45 30 17 3. Penyerapan air

rata-rata Kg/cm2 25 35 - - 25 35 - - Sumber : SK-SNI 03-0349-1989

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang mengakibatkan benda uji hancur bila dibebani dengan gaya tekan yang dihasilkan oleh mesin kuat tekan (DPU, 1989). Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda coba pecah, dibagi dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi.

Faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu faktor air semen, kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen, dan sifat agregat (Tjokrodimulyo, 1996).

2.4.4. Sifat Mekanik Bata Beton a. Densitas

Densitas yaitu pengukuran massa tiap satuan volume benda.

Batako memiliki densitas sekitar 2200 – 2400 kg/m3. Tinggi rendahnya densitas dipengaruhi oleh material bahan dasar dan proses penumbukan. Semakin maksimal densitasnya, maka semakin besar volumenya.

b. Penyerapan (absorbtion)

Penyerapan adalah kemampuan batu bata untuk menyimpan atau menyerap air.

c. Kadar Air

Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam batako dengan berat kering batako.

(6)

11 d. Initial Rate Of Suction (IRS)

IRS adalah kemampuan batu bata beton untuk menyerap air dalam satu menit pertama.

e. Kuat Tekan Bata Beton

Kuat tekan bata beton adalah kuat tekan maksimum dengan luas permukaan yang dibebani.

f. Berat Jenis

Berat jenis adalah massa per satuan volume.

g. Modulus Elastisitas

Nilai modulus elastisitas dari kuat tekan pengujian laboratorium

2.5. Kelebihan dan Kerugian Penggunaan Bata Beton 2.5.1. Keuntungan penggunaan bata beton, yaitu :

a. Tiap meter persegi (m2) pasangan tembok membutuhkan lebih sedikit batako.

b. Pembuatan relative mudah

c. Karena ukurannya besar, praktis, waktu, dan ongkos pemasangannya lebih hemat..

d. Batako berlubang berfungsi sebagai isolasi udara.

e. Tidak perlu plesteran.

f. Ekonomis

2.5.2. Kerugian penggunaan bata beton (Lusi, 2001) : a. Proses pengerasannya cukup lama.

b. Saat pengangkutan sering pecah.

c. Perlu tambahan biaya jika diinginkan pengerasan yang lebih cepat.

2.6. Penelitian Bata Beton Untuk Dinding Sebelumnya

Penelitian yang berkaitan tentang bata beton untuk dinding dengan material bottom ash, gypsum, semen, dan las karbit sudah pernah dilakukan sebelumnya, antara lain yaitu :

(7)

12 2.6.1. Hanif, Fadillawaty, dan Hakas (2016)

Melakukan penelitian tentang analisis sifat fisik dan mekanis batako pejal dalam meningkatkan kekuatan dinding di Yogyakarta, dengan hasil :

a. Berdasarkan SNI 03-0349-1989, kuat tekan tertinggi mencapai 34,714 kg/cm2 sehingga bata beton masuk kelas mutu B25.

b. Hasil hubungan kadar air dengan kuat tekan, semakin kecil kadar air, maka kuat tekan bata beton semakin besar, dan sebaliknya.

2.6.2. Ristinah, Achfas, Agoes, dan Desy (2012)

Melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan bottom ash sebagai pengganti semen pada campuran batako terhadap kuat tekan batako, dengan hasil :

a. Banyaknya bottom ash yang dimanfaatkan sekitar antara 5% - 55% dari total berat semen.

b. Batako termasuk dalam mutu kelas II, III, dan IV sesuai SNI 03- 0349-1989.

c. Berdasarkan uji penyerapan air, seluruh variasi masuk dalam mutu I dengan nilai 25%.

2.6.3. Heri Sujatmiko (2016)

Melakukan penelitian tentang pemanfaatan serbuk bekas penggergajian kayu sebagai bahan pembuatan batako untuk pemasangan dinding, dengan hasil :

a. Kuat tekan batako tertinggi adalah campuran 1pc : 6ps adalah 97,15 kg/cm2.

b. Untuk campuran 1pc : 6ps + 20% serbuk gergaji kayu, kuat tekan semakin meningkat.

2.6.4. Mufika Neyla Rohmah (2018)

Melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan beton plastik untuk batako ringan terhadap kuat tekan dan kuat lentur, dengan hasil :

(8)

13 a. Batako telah memenuhi syarat beton ringan sesuai SNI 03-

2461-2002 dengan volume 1503,055 kg/m3.

b. Variasi serat benang belum memiliki pengaruh terhadap kuat tekan dan kuat lentur batako berlubang.

2.7. Bottom Ash

Bottom ash adalah suatu limbah B3 yang tidak terbakar dengan sempurna dengan ukuran partikel lebih besar dan sebagai smber energi pada PLTU yang jumlahnya semakin bertambah. Bottom ash memiliki kandungan silica dan kadar oksida yang digunakan dalam pembuatan campuran semen. Manfaat menggunakan bottom ash adalah untuk menekan biaya produksi dan mengurangi limbah industi yang ada.

Bottom ash mempunyai butiran partikel yang cukup berat untuk dapat melayang di udara, sehingga bottom ash jatuh pada tungku pembakaran.

Ada 2 jenis tungku perapian untuk pembakaran batu bara, yaitu kering dn basah. Dan tiap jenis tungku menghasilkan bottom ash (Sunarko & Manuel, 2011). Bottom ash memiliki karakteristik beraneka ragam, di antaranya karakteristik fisik, kimia, dan mekanis.

a. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik adalah karakteristik yang dapat dilihat langsung secara fisik. Sifat fisik yang dapat dilihat, antara lain bentuk, warna, tampilan, ukuran, specific gravity, dry unit weight, dan penyerapan dari wet and dry bottom ash.

Tabel 2.5. Sifat Fisik Bottom Ash

Sifat Fisik Wet Dry

Bentuk Angular / bersiku Berbutir kecil

Warna hitam Hitam Abu gelap

Tampilan Keras, mengkilap Seperti pasir halus, sangat berpori

Ukuran (%Lolos ayakan)

No. 4 (90 – 100%) 1.5 sd ¾in (100%) No. 10 (40 – 60%) No. 4 (50 – 90%)

No. 40 (<-10%) No. 10 (10 – 60%) No. 200 (<-5%) No. 40 (0-10%)

Specific gravity 2,3 – 2, 9 2,1 – 2,7

Dry unit weight 960 – 1440 kg/m3 720 – 1600 kg/m3

Penyerapan 0,3 – 1,1 % 0,8 – 2,0 %

Sumber : Coal bottom ash/boiler slag-material description, 2000 (Santoso, 2013)

(9)

14 b. Karakteristik kimia

Karakteristik kimia dari bottom ash terdiri dari silika (Si), aluminium (Al), dan besi (Fe) dengan sedikit magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfat (S), natrium (Na), dan unsur kimia lain.

Tabel 2.6. Hasil Kimia Analisis Bottom Ash

Senyawa kimia Persentase kadar (%)

SiO3 26,8

Al2O3 39,40

Fe2O3 10,62

CaO 0,63

MgO 0,56

Na2O 0,15

SO3 0,59

Sumber : Balai Penelitian Pengembangan Industri Surabaya (Santono, 2003)

c. Karakteristik Mekanis

Bottom ash memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lain berdasarkan kualitas batu bara. Berikut sifat mekanis bottom ash yang digunakan dalam penelitian :

Tabel 2.7. Sifat Mekanis Dari Bottom Ash

Sifat Mekanis Dry Bottom Ash Boiler Slag

Max dry density 1210-1620 kg/m3 961-1440 kg/m3 Kelembaban optimum 12-24 % (umumnya <9,5

mm) 8-20 %

Test abrasi LA

(%kehilangan) 30-50 24-48

Sodium sulfat

(%kehilangan) 1,5-10 1-9

Kuat geser (sudut geser) 380-420, 380-450(ukuran butir <9,5 mm)

380-460, 380-450(ukuran butir <9,5 mm)

CBR (%) 40-70 40-70

Koefisien Permeabilitas 10-2 – 10-3 cm/dt 10-2 – 10-3 cm/dt

Variabel Partikel Ada Tidak ada

Sumber : Indriani Santoso, 2013

Keuntungan penggunaan bottom ash pada bata beton adalah mampu mengurangi berat jenis, sehingga lebih ringan dan cocok untuk konstruksi non struktural (Hartanto & Pratomo, 2011).

2.8. Gypsum

Gypsum adalah batu kapur yang terbentuk karena proses pengendapan air laut. Gypsum adalah suatu material yang mengandung 90% CaSO4 + H2O (Habson, 1987). Gypsum dibagi menjadi 2, yaitu anhidrit dan

(10)

15 dehydrate. Anhidrit dibentuk dari 29,4% Ca dan 23,5% S. Sedangkan, dehydrate 23,3% Ca dan 18,5% S. Gypsum digunakan untuk pembuatan plester, papan dinding, ubin, sebagai pigmen cat, pelapisan kertas, dan campuran semen. Gypsum ada yang berwarna putih, kelabu, coklat, merah, atau kuning.

Dalam penggunaannya, gypsum dibagi menjadi 2, yaitu : a. Yang belum mengalami kalsinasi

Dimanfaatkan dalam pembuatan semen dan pupuk. Volume gypsum ada 28% dari seluruh volume perdagangan.

b. Yang mengalami proses kalsinasi

Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, plester paris, untuk cetakan keramik, dan lainnya. Volume gypsum ada 72% dari seluruh volume perdagangan.

Gypsum digunakan sebagai perekat mineral dengan sifat murah, tahan api, tahan deteriorasi, dan tahan terhadap zat kimia (Purwadi, 1993).

Gypsum juga digunakan untuk membuat papan gypsum dan pengganti eternit asbes. Papan gypsum digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding partisi dan plafon (Dila Nurdiono, 2012). Limbah gypsum yang digunakan dalam penelitian berasal dari PT TJB Unit 3&4, tepatnya di Banker.

2.9. Limbah Las Karbit

Limbah karbit adalah sisa dari reaksi karbit terhadap air yang menghasilkan gas asetilin. Di golongkan dalam jenis kapur padam seperti yang dinyatakan memiliki sifat-sifat kapur untuk bahan bangunan sesuai dengan SII 0024-80 dengan adanya dua parameter yaitu kadar CaO + MgO lebih rendah dan CO2 yang cukup tinggi (Zainal Abidin, 1984).

Gas calcium dicarbide (calcium acetylide, calcium carbide) atau lebih dikenal sebagai gas karbit adalah suatu senyawa tak berwarna CaC₂. Di negara yang mempunyai tenaga listrik kuat dibuat dengan memanaskan kalsium oksida (CaO) atau batu gamping dengan kokas atau etuna pada suhu di atas 2000°C didalam tungku busur elektrik. Kristal hasil

(11)

16 pembakaran terdiri dari ion Ca2+ dan Ca2 - dengan susunan seperti Natrium Klorida. Jhon Daith yang dikutip oleh M. Istiwinarni (1999) menjelaskan bila air ditambahkan pada kalsium karbida dihasilkan bahan dasar etuna organik yang berupa gas dan endapan.

Kalsium karbit yang merupakan hasil sampingan pembuatan gas acetelyn adalah berupa padatan berwarna putih kehitaman atau keabu- abuan. Awal dihasilkannya limbah karbit berupa koloid (semi cair) karena gas ini mengandung gas dan air. Setelah 3-7 hari, gas yang terkandung menguap perlahan seiring dengan penguapan gas dan air kapur limbah karbit mulai mengering, berubah menjadi gumpalan-gumpalan yang rapuh dan mudah di hancurkan serta dapat menjadi serbuk (Hendratmo, 2010).

Limbah karbit memiliki berbagai macam sifat, baik sifat fisik maupun kimia. Sifat fisik merupakan sifat yang dimiliki variabel tanpa bereaksi dengan bahan lain. Sedangkan sifat kimia adalah perilaku material apabila bereaksi secara kimia dengan bahan lain.

a. Sifat Fisik

Yus Yudyiantoro (1998) menyatakan kandungan kalsium yang cukup tinggi membuat limbah karbit ini memiliki sifat-sifat fisik yang menyerupai kalsium hidroksida dalam hal:

 Senyawa kimia terbesar adalah CaO dan Ca(OH)₂ .

 Daya ikat terhadap air cukup tinggi.

 Sifat non plastis karena merupakan bahan berbutir.

 Mempunyai bau karbit yang khas.

 Diameter butiran relatif lebih besar disbanding butiran lempung.

 Dapat merusak kulit terutama limbah karbit yang baru keluar dari pemprosesan.

b. Sifat Kimia

Limbah las karbit di dalamnya terkandung banyak senyawa kimia dengan jumlah yang berbeda-beda. Senyawa kimia yang terkandung di dalam limbah las karbit, yaitu SiO2, CaO, Fe2O3, Al2O3, dan lain-lain.

(12)

17 Tabel 2.8. Tabel Komposisi Kimia Limbah Karbit

Senyawa Jumlah %

SiO₂ 0,50

CaO 72,33

Fe₂O₃ 0,04

Al₂O₃ 3,20

Lain-lain 23,93

Sumber : Santoso, 2007

Dari penelitian ini limbah las karbit diambil dari bengkel las Pak Cipto Desa Pekalongan Jepara. Sisa dari pengelasan logam yang tidak bernilai ekonomis bisa dimanfaatkan untuk campuran material bata beton untuk dinding. Dan limbah las karbit ini lolos pada saringan No.100 (0.149 mm) dan No.200 (0.074 mm).

2.10. Semen

Semen merupakan suatu semen yang dihasilkan dengan digiling terak semen portlandnya mengandung kalsium silikat (SNI 15-2049-2004).

Semen adalah material yang bisa mengikat bahan padat jika ditambahkan dengan air. Jenis semen yang dipakai harus sesuai dengan PBI 1971 NI-8.

Jenis semen berdasarkan SNI, yaitu :

a. SNI 15-0129-2004 tentang semen Portland putih b. SNI 15-0302-2004 tentang semen Portland pozolan c. SNI 15-2-49-2004 tentang semen Portland

d. SNI 15-3500-2004 tentang semen Portland campur e. SNI 15-3758-2004 tentang semen masonry

f. SNI 15-7064-2004 tentang semen Portland komposit

Berdasarkan tujuan pemakainnya, semen Portland dibagi menjadi 5 jenis, yaitu (SK SNI 04-1989-F) :

a. Jenis I : semen portland untuk konstruksi umum dan tidak memerlukan syarat khusus

b. Jenis II : semen portland untuk konstruksi yang sedikit tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

c. Jenis III : semen portland untuk konstruksi dengan syarat panas hidrasi yang rendah.

(13)

18 d. Jenis IV : semen portland untuk konstruksi dengan syarat tahan

terhadap sulfat.

2.11. Air

Air merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mencampur semua material agar tercampur dengan rata dan sempurna. Dalam penelitian ini, air dimanfaatkan sebagai penyatu dalam pembuatan bata beton konvensional dan juga menjadi bahan pelumas agar campuran material dapat dikerjakan dengan mudah. Untuk bereaksi dengan semen protland, air yang diperlukan sekitar 25-30% dari berat semen. Tetapi jika nilai faktor air semennya kurang dari 0,35, maka adukannya sulit dikerjakan (Tjokrodimuljo, 2007).

Syarat air dalam Standart SK SNI S-04-1989-F, yaitu : a. Air harus bersih

b. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang yang lebih dari 2 gram/liter.

c. Tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton lebih dari 15 gram/liter.

d. Tidak mengandung klorida (C) lebih dari 15 gram/liter.

e. Tidak mengandung senyawa sulfat (SO3) lebih dari 1 gram/liter.

2.12. Kuat Tekan Bata Beton

Dalam pembuatan bata beton untuk konstruksi dinding perlu dilakukan adanya pengujian kuat tekan. Kuat tekan adalah nilai beban yang menyebabkan benda uji tersebut hancur karena adanya gaya tekan yang dihasilkan dari mesin tekan tersebut (SNI 03-0349-1989).

Jenis-jenis bata beton berdasarkan kekuatan dan penerapannya dijelaskan dalam SNI 03-0349-1989. Jenis bata beton berdasarkan mutunya, yaitu : bata beton mutu I dengan kuat tekan rata-rata 100 kg/cm2 yang setara dengan K430-K490, bata beton mutu II dengan kuat tekan rata-rata 70 kg/cm2 setara dengan K208-K245, bata beton mutu III dengan kuat tekan rata-rata 40 kg/cm2 setara dengan K153-K184, bata beton mutu IV dengan

(14)

19 kuat tekan rata-rata yaitu 25 kg/cm2 yang setara dengan K104-K122.Berikut adalah rumus kuat tekan :

Kuat Tekan Beton Dengan:

P = beban maksimum (kN) A = luas penampang (cm²)

2.13. Standar Deviasi

Untuk mengetahui mutu bata beton yang telah dibuat, maka digunakan rumus pada, kemudian dilakukan kontrol terhadap benda uji tersebut : Standar deviasi (Sd) =

Kovarian = Keterangan : x = nilai benda uji µ = rata -rata n = jumlah benda uji

Tabel 2.9. Kualitas Kontrol Deviasi Kuat Tekan Beton

Kelas Oprasi

Varasi Keseluruhan

Sd Untuk Standar Kontrol Yang Berbeda (Kgf/cm2)

Istimewa Sangat

Baik Baik Cukup Kurang

Pengujian Konstruksi Umumnya

<28,1 28,1 – 35,2 35,2 – 42,2 42,2 – 49,2 >49,2

Percobaan

Laboratorium <14,1 14,1 – 17,6 17,6 – 21,1 21,1 – 24,6 >24,6 Kelas Oprasi Sd Untuk Standar Kontrol Yang Berbeda (kgf/cm2)

Percobaan

Laboratorium <2,0 2,0 – 3,0 3,0 – 4,0 4,0 – 5,0 >5,0 Sumber : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kuat Beton (SNI 03-6815-2002)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hasil uji penyerapan air, menunjukkan bahwa penyerapan air bata beton berlubang masuk ke dalam mutu II SNI 03-0349-1989, besar kecilnya penyerapan air dipengaruhi

Pengganti bata yang lain adalah bata beton pejal non pasir, yaitu bahan bangunan yang terbuat dari agregat kasar, semen dan air dalam perbandingan tertentu yang dicetak dan

 Laju keausan pahat pada proses gurdi pada material beton yang terbuat dengan campuran pasir dan semen produksi PT.

Kekuatan tekanuntuk semua variasi molaritas NaOH dengan perawatan uap memenuhi persyaratan SNI-0349-1989, syarat bata beton pejal tingkat mutu B2, dapat diaplikasikan untuk

Kekuatan tekanuntuk semua variasi molaritas NaOH dengan perawatan uap memenuhi persyaratan SNI-0349-1989, syarat bata beton pejal tingkat mutu B2, dapat diaplikasikan untuk

Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Menurut SNI 03-0348-1989 bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen portland, air, dan agregat yang dipergunakan untuk

Bata ringan merupakan salah satu jenis bata beton pejal yang terbuat dari campuran semen, air dan agregat yang memiliki berat lebih ringan dibandingkan dengan bata pada umumnya..