• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN TATA LETAK MENGGUNAKAN ALGORITMA BLOCPLAN UNTUK MINIMALISASI JARAK PERPINDAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANCANGAN TATA LETAK MENGGUNAKAN ALGORITMA BLOCPLAN UNTUK MINIMALISASI JARAK PERPINDAHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERANCANGAN TATA LETAK MENGGUNAKAN ALGORITMA BLOCPLAN UNTUK MINIMALISASI JARAK PERPINDAHAN

Victor Richardo, Dewi Agustini Santoso, Tita Talitha

Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang, Jawa Tengah, 50131

Email: victorrichardo02@gmail.com, dewi@dsn.dinus.ac.id, titatalitha@gmail.com

Intisari

Layout adalah sebuah tatanan atau kondisi yang ditata sedemikian rupa meliputi berbagai departemen pada perusahaan manufaktur seperti PT, CV, UD, maupun home industry. Dengan tujuan agar tatanan tersebut membawa dampak meningkatkan produktifitas, mempersingkat waktu proses produksi, mengurangi kelelahan pekerja, meminimalisasi jarak perpindahan, maupun meminimalisasi biaya perpindahan. UD Utama Ban adalah salah satu unit usaha dagang yang bergerak di bidang vulkanisir ban truk yang berlokasi di LIK 18 nomor 713 Semarang. Penelitian dilakukan pada layout yang terdapat di UD. Utama Ban, dikarenakan adanya crossmovement, dan tatanan departemen yang tidak berurutan sesuai proses produksi. UD. Utama Ban memiliki luas tanah 450 m2, terpakai 414.09 m2, dengan jarak perpindahan proses produksi pada proses panas adalah 111.96 m, sedangkan pada proses dingin adalah 100.63. Dengan menggunakan algoritma blocplan, diberikan 20 alternatif usulan layout baru. Kemudian dipilih satu layout dengan layout-score tertingi, yaitu alternatif ke 15 dengan layout-score 0.82 yang dapat meminimalisasi jarak perpindahan proses produksi menjadi 63.8 m pada proses panas, dan 69.1 m pada proses dingin. Hal ini berarti, usulan yang diberikan mampu memberikan peningkatan efektifitas jarak perpindahan sebesar 43.02 % pada proses panas, dan 31.33 % pada proses dingin.

Kata Kunci : Layout, Jarak Perpindahan, Proses Panas, Proses Dingin Abstract

Layout is a condition which is made in such a way, includings the various departements at manufacturing company such as PT, CV, UD and also home industry. There are many purposes of setting the layout for manufacturing company, such as to increase productivity, to shorten a production process time, reducing the worker’s fatigue, minimizing the movement distance and also minimizing the movement cost. UD Utama Ban is one of manufacturing company, operates in tire retreading industry, located in LIK 18 nomor 713, Semarang.

There are several problems on layout of UD Utama Ban, such as a cross movement problem and disorder of departement’s location. UD Utama Ban has 450 m2 of surface area, covered for 419.09 m2. There are two kind of production processes, warm process and cold process. The movement distance on warm process is 111.96 m, meanwhile the movement distance on cold process is 100.63 m. From this research using Blocplan algorithm, there are 20 types of alternative suggestions for UD Utama Ban. Then, there is one selected layout with highest layout-score, that is the 15 number of alternative with layout-score is 0.82, which is minimizing distance movement on production process become 63.8 m on warm process, and 69.1 m on cold process. From this research, selected alternative layout can provide an increase of movement distance effectivity as 43.02 % on warm process and 31.33 % on cold process.

Keyword : Layout, Movement Distance, Warm Process, Cold Process

(2)

2

1. PENDAHULUAN

Industri mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Keterlibatan tangan manusia dalam aktivitas produksi semakin dikurangi dan digantikan dengan aktivitas mesin. Mesin telah mengurangi beban kerja manusia dalam hal produksi. Dengan hal ini, manusia dapat semakin leluasa mengatur sistem produksi yang efektif dan efisien. Tak hanya sistem produksi yang butuh perhatian, tata letak mesin- mesin produksi dan fasilitas produksi juga merupakan faktor penting penunjang produktivitas suatu perusahaan industri. Tata letak yang baik dan tepat dapat meminimalisasi biaya perpindahan material, optimalisasi penggunaan lahan yang ada, meminimalisasi kelelahan pekerja, dan meningkatkan jumlah produksi. Utama Ban adalah salah satu Usaha Dagang (UD) di Semarang yang bergerak di bidang vulkanisir ban. Vulkanisir adalah suatu kegiatan memperbaharui ban lama yang alur atau tapaknya sudah habis, kemudian ditambal dengan tread, sehingga dapat digunakan kembali.

Tread sendiri adalah lembaran karet yang sudah ber- alur, dengan kelebaran selebar permukaan ban, kemudian ditempelkan ke ban lama yang alurnya sudah habis tadi, sehingga dapat digunakan lagi. Ban yang dapat di vulkanisir adalah ban yang hanya mengalami habis alur, tidak pecah di bagian samping, tidak kembung dan tidak rusak di bagian dalamnya. Dengan mempertimbangkan harga serta jarak tempuh yang dapat dicapai, hampir semua pemilik usaha transportasi memilih menggunakan jasa vulkanisir. Banyaknya kebutuhan produksi, mengharuskan perusahaan memperhatikan bagaimana kondisi ruang produksi. UD. Utama Ban memiliki ruang produksi hanya seluas 30x15 meter.

Di dalamnya terdapat 12 departemen, sehingga UD.

Utama Ban harus memikirkan tatanan layout yang tepat agar aliran produksi yang berlangsung efektif dan efisien. Masalah yang sering dihadapi oleh industri adalah jarak pemindahan bahan baku (material handling) yang kurang efektif. Seperti pada aliran proses produksi UD. Utama Ban, terdapat aliran pemindahan bahan yang berpotongan (cross movement). Tatanan mesin serta departemen yang kurang teratur mengakibatkan proses produksi terganggu sehingga memperlambat proses produksi.

Kondisi tersebut akan mengurangi efektifitas dan efisiensi dari proses produksi. Total jarak perpindahan bahan satu kali produksi mulai dari bahan ban datang sampai ban jadi pada proses dingin adalah sepanjang 100.96 meter, dengan waktu produksi menggunakan mesin chamber adalah 305 menit atau 4 jam 25 menit. Mesin chamber hanya mampu memproduksi dua kali dalam satu hari, dikarenakan lamanya kinerja mesin yaitu 180 menit.

Mesin chamber memiliki kapasitas 20 ban sekali produksi. Sedangkan pada proses panas, total jarak perpindahan yang terjadi pada satu kali produksi adalah sepanjang 111.96 meter, dengan waktu

produksi 215 menit. Butuh waktu selama 2 jam atau 120 menit untuk sekali produksi pada mesin panas.

Jarak yang terbentuk saat ini memiliki crossovement, yaitu hubungan antar departemen yang tidak berurutan. Dengan kata lain, layout yang ada saat ini memiliki panjang aliran proses yang terlalu panjang, yang mengakibatkan kelelahan pekerja dan pemborosan waktu karena harus mondar-mandir untuk melanjutkan proses berikutnya, dan mengganggu departemen lain yang dilewati. Panjang aliran proses yang ada sangat mungkin untuk diminimalisasi. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan usulan layout menggunakan algoritma blocplan. Dimana algoritma blocplan akan memberikan beberapa usulan layout baru yang terbaik, dengan beberapa data masukan, antara lain luas lantai produksi, luas mesin, waktu produksi, dan peta keterkaitan antar departemen atau Activity Relationship Chart (ARC).

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Vulkanisir

Vulkanisir ban merupakan proses remanufaktur ban yang telah aus dengan melapisi kembali ban menggunakan tapak yang baru dengan dimasak menggunakan temperatur yang rendah agar tidak merusak casing ban tersebut yang bertujuan untuk memperpanjang umur ban. Untuk proses vulkanisir terdapat 2 macam proses, yaitu:

Proses Vulkanisir Panas (Mold Process)

Pada proses ini casing ban yang telah dibersihkan ditempel dengan karet dalam bentuk setengah jadi dan belum memiliki pola (compound), kemudian dimasukkan ke dalam mesin cetakan (mold). Ban yang sudah ditempel dengan karet compound kemudian ditekan ke mold melalui tekanan dari dalam ban dengan temperatur dan waktu tertentu. Sampai karet compound tersebut menjadi matang dan mengeras lalu membentuk pola yang sesuai dengan pola yang terdapat pada cetakannya. Vulkanisir panas menggunakan temperatur 150-160 derajat Celcius.

Proses Vulkanisir Dingin (Cold Process)

Pada proses ini casing ban yang telah dibersihkan ditempel dengan karet jadi dan sudah memiliki pola (tread rubber) dengan bantuan lapisan perekat (cushion gum). Ban tersebut kemudian diisi dengan ban dalam dan dibungkus dengan pembungkus khusus (envelope) kemudian dimasukkan ke dalam mesin Chamber. Ban kemudian ditekan dua arah, yaitu dari dalam dengan bantuan ban dalam dan dari luar dengan menggunakan envelope dan juga dipanaskan dengan mesin Chamber. Akibat dari tekanan dan panas tersebut cushion gum yang berada di antara casing dan tread rubber mengalami vulkanisasi dan menyatukan semua elemen tadi (casing, gum, tread)

(3)

3 menjadi satu. Vulkanisir dingin dalam prosesnya menggunakan temperatur yang lebih rendah dan tapak ban (rubber) yang digunakan merupakan barang jadi. Dengan begitu, kualitas rubber yang digunakan lebih terjamin dan masa pakai cenderung lebih lama. Vulkanisir dingin menggunakan temperatur 100-112 derajat Celcius.

Urutan Proses Vulkanisir

Adapun proses vulkanisir ban adalah sebagai berikut:

1) Memeriksa ban yang masuk kemudian disortir apakah layak / tidak untuk dilakukan vulkanisir, jika tidak layak maka ban akan dikembalikan ke sales.

2) Ban yang telah diperiksa dan layak untuk divulkanisir maka dibersihkan dari paku, kerikil, dan kotoran lainnya kemudian dicukur/dikerok hingga rata pada permukaan ban menggunakan mesin Buffing.

3) Membersihkan ban dari debu dan diberi lem cair.

4) Memeriksa ban, apabila ada lubang/luka dikikir dan dibersihkan kemudian ditempeli dengan karet.

5) Memotong dan memberi lem padat pada tread sesuai panjang dan tipe yang ditentukan.

6) Ban yang telah dipasangi tread kemudian dilapisi dengan plastik dan dimasukkan/dibungkus dengan emvelope, pemasangan ban dalam, velg, dan angin.

7) Ban dimasukkan ke dalam mesin Chamber dan akan dipress dengan tekanan dan suhu yang sudah ditentukan.

8) Setelah ban keluar dari mesin Chamber kemudian diperiksa kembali apakah terdapat kecacatan/tidak, jika tidak terdapat kecacatan maka ban selanjutnya akan disemir supaya seperti ban baru, jika terjadi kecacatan maka akan segera dilakukan perbaikan dengan melakukan proses vulkanisir kembali.

Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas Secara garis besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk menentukan bagaimana aktivitas- aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok produksi secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat tujuan perencanaan tata letak pabrik yaitu untuk mendapatkan keuntungan- keuntungan antara lain :

a) Memudahkan proses manufaktur

Penyusunan mesin, peralatan, dan ruang kerja yang baik menghasilkan kemudahan proses produksi

b) Meminimumkan pemindahan barang

Pengaruh jarak terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan berdampak pada pengurangan waktu produksi.

c) Menjaga fleksibilitas (keluwesan)

Ada kalanya suatu pabrik menuntut adanya perubahan tata letak akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas. Keadaan ini menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan proses produksi.

d) Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi

Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnyabiaya produksi.

e) Menurunkan cost of capital

Suatu penggunaan fasilitas produksi yang tepat akan mengurangi biaya pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya duplikasi peralatan.

f) Menghemat pemakaian ruang

Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan menghemat (efisisensi) ruangan yang dipakai

g) Memudahkan pengawasan

Dengan tata letak yang baik akan memudahkan dalam hal pengawasan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan

h) Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan

Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja maupun kerusakan barang.

Tahapan Perancangan Tata Letak Fasilitas Menurut Richard Muther tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dijabarkan mengikuti urutan kegiatan dengan pendekatan Systematic Layout Planning (SLP). Secara skematis prosesdur pelaksanaan SLP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Langkah - langkah dasar SLP

(4)

4 Pada dasarnya langkah di atas dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu tahap analisis, tahap penelitian dan tahap proses seleksi.

Tahap analisis meliputi analisis aliran material, analisis hubungan aktivitas, diagram hubungan aktivitas, analisi kebutuhan ruangan dan ruangan yang tersedia. Sedangkan tahap penelitian meliputi perencanaan diagram hubungan ruangan hingga pembuatan alternatif tata letak. Untuk tahap seleksi dilakukan dengan jalan mengevaluasi alternatif tata letak yang dirancang.

Terdapat berbagai alternatif aliran material yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut:

a. Pola aliran garis lurus digunakan untuk proses produksi yang pendek dan sederhana.

b. Pola aliran bentuk L, pola ini digunakan untuk mengakomodasi jika pola aliran garis tidak bisa digunakan dan biaya bangunan terlalu mahal jika menggunakan garis lurus.

c. Pola aliran bentuk U, pola ini digunakan jika aliran masuk material dan aliran keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.

d. Pola aliran bentuk O, pola ini digunakan jika keluar masuknya material dan produk pada satu tempat/satu pintu. Kondisi ini memudahkan dalam pengawasan keluar masuknya barang.

e. Pola aliran bentuk S, digunakan jika aliran produksi lebih panjang dari ruangan yang ditempati.

(a) garis lurus

(c) bentuk U

(e) bentuk S

Gambar 2. Pola Aliran Urnum

Analisis Hubungan Aktifitas

Dalam perancangan tata letak analisis hubungan aktivitas diperlukan untuk menentukan derajat kedekatan hubungan antar departemen dipandang dari dua aspek yaitu kualitatif dan kuantitatif. Untuk aspek kualitatif akan lebih dominan dalam menganalisis derajat hubungan aktivitas dan biasanya ditunjukkan oleh pera hubungan aktivitas (ARC) sedangkan untuk aspek kuantitatif lebih dominan pada analisis aliran material.

Untuk membantu menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada suatu departemen, telah ditetapkan suatu pengelompokan derajat hubungan, yang diikuti dengan tanda bagi setiap derajat tersebut.

Menurut Richard Muther berbagai hubungan tersebut antara lain:

A = Mutlak perlu aktivitas-aktivitas tersebut didekatkan (berhampiran satu sama lain).

E = Sangat penting aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan.

I = Penting bahwa aktivitas- aktivitas berdekatan.

O = Biasanya (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah.

U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun.

X = Tidak diinginkan aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan

Tabel 1. Kode Alasan Kedekatan Hubungan Aktifitas

Metode Blocplan

Metode Blocplan dapat digunakan untuk menganaliasa Single-Story (satu tata letak) Multistory layout (lebih dari satu tata letak ) Blocplan dapat menganalisa maksimum 18 fasilitas dalam satu tata letak (Tompksin, 1996).

Dalam menjalankan sofware Blocpan untuk memudahkan pengolan data, maka inputan data-data yang dapat diterima berupa data kualitatif dan kuantitatif, pengguna mempuyai 3 cara menyediakan data :

a.

Secara kualitatif dalam bentuk diagram Activity Relationship Chart (ARC).

b.

Secara kuantitatif dalam bentuk frekuensi aliaran material, luas masing-masing fasilitas dan luasan tata letak yang tersedia untuk penempatan semua fasilitas,

c.

Informasi tentang produk apa saja yang di produksi berseta rutenya,

Blocplan di dalam menganalisa masalah serta mengembakan tata letak mempuyai 3 pilihan, yaitu:

a.

Secara random : menghasilkan satu persatu tata letak dengan nilai R-score tertentu tanpa mempertimbangkan interaksi antar departemen.

b.

Improvement algorithm, pertama tama dilakukan perubahan.

c.

Automatic search ,secara otomatis pertama- tama dilakukan secara random, kemudian hasil yang diperoleh dilakukan improvement algorithm, namun interasi yang dapat dilakukan maksimal 20 kali perubahan yang memberikan dan menghasilkan tataletak cepat dan optimal.

Di dalam menghitung R-score dari masing- masing alternatif layout yang mungkin yaitu dimana nilai R- score (normalized relationship distance score) yang mendekati nilai 1 menunjukan bahwa layout tersebut optimal, namun sebaliknya R-score yang mendekati

KODE ALASAN

1 Urutan Aliran Kerja

2 Kebutuhan / Kesamaan tempat 3 Kemudahan pengawasan 4 Karyawan Sama

5

Bising, Panas, Debu, Bau tidak sedap

(b) bentuk L

(d) bentuk O

(5)

5 nilai 0 menunjukkan bahwa layout tersebut tidak optimal (0< R-score <1).

Data masukan untuk menjalankan progaram Blocplan dalam bentuk diagram keterkaitan ARC yang masing-masing nilai simbol keterkaitan antar departemen ditentukan oleh masing-masing pengguna Blocplan, namun nilai atau poin yang telah umum digunakan dalam pegolahan data pada program blocplan ditunjukkan sebagai berikut:

· Simbol A mempuyai nilai skor : 10 poin.

· Simbol E mempuyai nilai skor : 5 poin.

· Simbol I mempuyai nilai skor : 2 poin.

· Simbol O mempuyai nilai skor : 1 poin.

· Simbol U mempuyai nilai skor : 0 poin.

· Simbol X mempuyai nilai skor : -10 poin.

Progam Blocplan akan menampilkanl bentuk tata letak dengan 5 buah pilian rasio panjang lebar dari bentuk tata letak yang diinginkan. Rasio yang bisa di pilih masing- masing adalah : untuk pilihan pertama 1.35:1; pilihan kedua 2:1; pilihan kedua 1:1;

pilihan ke empat 1:2, pilihan kelima pengguna menentukan sendiri panjang dan lebar yang di kehendaki.

3. METODE PENELITIAN

Subjek penelitian yang dilakukan adalah di UD.

Utama Ban, sebuah pabrik vulkanisir yang terletak di Lingkungan Kawasan Industri (LIK) 18 no 173, Kaligawe, Semarang. Sedangkan objek yang diamati adalah keseluruhan layout di UD. Utama Ban. Meliputi luas setiap departemen, koordinat setiap departemen, alur dan waktu produksi, dan jarak perpindahan dari proses awal hingga akhir.

Langkah-langkah alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Flowchart Penelitian

Pengolahan Data

1. Penggambaran Existing Layout.

Mengukur luas layout, dan membuat layout yang sedang diterapkan oleh UD. Utama Ban menggunakan software autocad. Mencakup layout dasar dan layout yang menggambarkan proses produksi.

2. Fasilitas Yang Digunakan.

Mencatat fasilitas apa saja yang terdapat di UD.

Utama Ban, termasuk departemen mesin dan departemen lain seperti kantor dan kamar mandi.

3. Data Luas Lantai.

Mengukur titik koordinat setiap departemen, luas lantai setiap departemen, luas setiap mesin, serta luas lahan yang tersedia di UD. Utama Ban.

4. Peta Keterkaitan Kegiatan.

Membuat peta keterkaitan atau Activity Relationship Chart (ARC). Menyesuaikan dengan kode atau simbol-simbol keterkaitan yang digunakan di dalam blocplan menggunakan simbol-simbol yang dikembangkan oleh Muther dalam Systematic Layout Planning (SLP).

5. Perancangan Tata Letak Baru Dengan Software Blocplan.

Memasukan data-data inputan yang dibutuhkan dalam software blocplan. Software blocplan akan menghasilkan beberapa usulan layout sesuai keinginan (maksimal 20 usulan).

6. Analisis Pemilihan Layout Berdasarkan Nilai R-score Terbaik & Kesesuaian Luas Lahan Tersedia.

Dari beberapa layout alternatif yang dihasilkan, dipilih satu layout dengan nilai R-score terbaik.

7. Perancangan Layout Menggunakan Software Autocad

Membuat layout baru dari alternatif terbaik menggunakan software autocad.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Data Awal Luas Departemen

Tabel 2. Luas Lantai Produksi

No Area

Aktivitas K od e

Titik

Koordinat Ukuran Area Departemen

(X) (Y) Panja

ng (m)

Leba r (m)

Luas (m2)

1 Bahan Ban A 11.2 3.85 7.7 7.6 58.52

2 Buffing B 2.62 15.57 8 5.23 41.84

3 Pengeleman C 8.15 20.92 10.42 5.85 60.96 4 Bahan Karet D 7.2 9.64 3.87 9.4 36.38 5 Mesin Dingin E 13.04 25.09 9.82 3.92 38.49 6 Mesin Panas F 4.31 26.91 6.18 8.62 53.27 7 Finishing G 13.04 15.88 8.61 3.92 33.75 8 Ban Jadi H 8.15 13.64 4.14 5.85 24.22

9 Tungku I 3.7 1.85 3.7 7.4 27.38

10 Kantor J 3.7 5.7 4 7.4 29.60

11 Kamar

Mandi K 1.25 8.65 1.9 2.5 4.75

12 Ruang Ganti L 1.25 10.59 1.97 2.5 4.93

TOTAL 414.09

(6)

6 Tabel 3. Luas Mesin Produksi

No Nama

Mesin

Jumlah (unit)

Panjang (m)

Lebar (m)

Luas (m2)

1 Buffing 2 1.5 1 1.5

2 Pengeleman 4 2.18 0.16 0.3488

3 Chamber 1 6.24 1.93 12.0432

4 Panas 4 1.42 1.42 2.0164

5 Tungku 1 2 1.5 3

Jarak Perpindahan

Berikut adalah jarak perpindahan yang terjadi pada kedua proses produksi. Berikut akan diperlihatkan jarak perpindahan proses panas sebagai contoh :

Tabel 4. Jarak Perpindahan Proses Panas

Activity Relationship Chart (ARC)

Activity Relationship Chart (ARC) berisi tentang pentingnya kedekatan antar departemen.

Keterangan kode dan alasan tercantum pada tinjauan pustaka.

Gambar 4. Diagram ARC

Kebutuhan Luas Departemen

Untuk tiap mesin atau fasilitas pendukung digunakan teloransi 0,75 - 1 meter pada setiap sisi mesin, dan untuk kelonggaran operator memiliki allowance 50% berdasarkan referensi buku Purnomo, 2004 dan berdasarkan referensi dari buku James M apple, 1990.

Tabel 5. Luas Kebutuhan Tiap Departemen No Nama Departemen Kode Luas Kebutuhan

(m2)

1 Bahan Ban A 61.11

2 Buffing B 31.50

3 Pengeleman C 54.17

4 Bahan Karet D 37.50

5 Mesin Dingin E 48.57

6 Mesin Panas F 70.18

7 Finishing G 28.83

8 Ban Jadi H 40.32

9 Tungku I 21.00

0 Kantor J 29.60

11 Kamar Mandi K 4.75

12 Ruang Ganti L 4.93

Total 432.47

Pengolahan Data

Setelah semua data yang dibutuhkan lengkap, maka data-data tersebut dilanjutnkan ke tahap berikutnya, yaitu pengolahan data menggunakan software blocplan. Berikut adalah langkah-langkah pengolahan data menggunakan software blocplan : Ini adalah tampilan awal ketika membuka software blocplan. Kemudian tekan enter untuk melanjutkan.

Gambar 5. Tampilan Awal Software Blocplan

Setelah semua data dimasukkan kedalam software blocplan, maka muncul 20 alternatif layout, yang kemudian dipilih layout dengan nilai R-score terbaik, yaitu layout nomor 15 dengan nilai 0.82.

Berikutnya adalah perancangan layout baru, dibuat dengan software autocad.

Jarak Perpindahan Pada Layout Usulan

Setelah dilakukan penggambaran layout dengan menggunakan software autocad, maka dapat diukur jarak perpindahan pada layout usulan.

Tabel 6. Jarak Perpindahan Proses Panas Layout Usulan

Maka, persentase minimalisasi yang dihasilkan adalah :

111.96 - 63.8 x 100% = 43.02%

111.96

Aktivitas Perpindahan Proses Panas

No Dari Ke Jarak

(m)

Nama Kode Kode Nama

1 Bahan Ban A B Buffing 20.31

2 Buffing B C Pengeleman 10.89

3 Pengeleman C D Bahan Karet 22.01

4 Bahan Karet D C Pengeleman 22.01

5 Pengeleman C F Mesin Panas 9.84

6 Mesin Panas F G Finishing 19.77

7 Finishing G H Ban Jadi 7.13

Total 111.96

Aktivitas Perpindahan Proses Panas Layout Usulan

No Dari Ke Jarak

(m)

Nama Kode Kode Nama

1 Bahan Ban A B Buffing 12.5

2 Buffing B C Pengeleman 7

3 Pengeleman C D Bahan Karet 8.7

4 Bahan Karet D C Pengeleman 8.7

5 Pengeleman C F Mesin Panas 12.5

6 Mesin Panas F G Finishing 6.8

7 Finishing G H Ban Jadi 7.6

Total 111.96

(7)

7 Peta Aliran Proses Layout Baru

Selanjutnya adalah peta aliran proses layout baru, melihat perbedaan jarak pada proses panas dan dingin. Dengan tidak merubah proses produksi, dan tidak merubah waktu proses produksi, maka pada peta aliran proses hanya terdapat perubahan pada bagian jarak proses perpindahan atau jarak transportasi.

Tabel 7. Peta Aliran Proses Panas Layout Usulan

Perbedaan jarak perpindahan antara layout awal dengan layout usulan pada proses panas adalah 47.6 meter. Sedangkan perbedaan waktunya belum dapat diketahui, karena dibutuhkan implementasi.

5. KESIMPULAN

Bentuk layout usulan yang diberikan berdasarkan algoritma blocplan dapat dilihat pada gambar 4.26 Layout Usulan. Berdasarkan beberapa alternatif pola aliran proses seperti pada gambar 2.5, bentuk layout usulan berbentuk S dengan alur yang berurutan sesuai proses produksi. Layout dengan bentuk S biasanya digunakan untuk proses produksi yang memiliki banyak proses namun tempat yang ada tidak memadahi. Layout usulan juga sesuai dengan diagram ARC yang menentukan tingkat kedekatan antar departemen. Pada layout usulan terdapat peningkatan luas total departemen, namun jarak perpindahan menurun dibandingkan layout awal.

Total jarak perpindahan proses panas pada layout usulan adalah 63.8 meter. Pada layout awal memiliki jarak perpindahan sebesar 111.96 meter.

Artinya, presentase peningkatkan efektifitas perpindahan jarak pada proses panas layout usulan sebesar 43.02 %. Sedangkan pada proses dingin, total jarak perpindahan pada layout usulan adalah 69.1 meter Pada layout lama memiliki jarak perpindahan sebesar 100.63 meter. Artinya, usulan presentase peningkatkan efektifitas perpindahan

jarak pada proses dingin layout usulan sebesar 31.33

%.

6. DAFTAR PUSTAKA

Adityo Pratama, Iqbal Muhhamad, ST.,MM, Devi Pratami, ST.,MM. 2014. Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi Pada Pt Dwi Indah Plant Gunung Putri Dengan Menggunakan Algoritma Blocplan. Universitas Telkom.

Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. ITB, Bandung.

Eko Sri Wahyudi. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Di CV. Dimas Rotan Gatak Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Francis R. L., White J.A. Facility Layout and Location : An Analytical Approach. Prentice- Hall, Englewood Cliffs, NJ.

H. Purnomo. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Indah Pratiwi, Muslimah Etika, Aqil Abdul Wahab.

2012. Perancangan Tata Letak Fasilitas Di Industri Tahu Menggunakan Blocplan.

Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Joko Susetyo, Simanjuntak Risma Adelina, Ramos João Magno. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology Dan Algoritma Blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. AKPRIND, Yogyakarta.

Lestari Setiawati, Noviyarsi, Wulandari Rika. 2012.

Perbaikan Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Algoritma Blocplan.

Universitas Bung Hatta, Padang.

Nursandi, Mustofa Fifi Herni, Rispianda. 2014.

Rancangan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Metode Blocplan (Studi Kasus PT. Kramatraya Sejahtera). Institut Teknologi Nasional, Bandung

Popy Yuliarty dan Widiarto Irfan. 2014.

Perancangan Ulang Tata Letak Lantai Produksi Menggunakan Metode Systematic Layout Planning Dengan Software Blocplan Pada Pt. Pindad . Universitas Mercubuana, Yogyakarta.

Renata Maywanto Siregar, Sukatendel Danci, Tarigan Ukurta. 2013. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menerapkan Algoritma Blocplan Dan Algoritma Corelap Pada Pt. XYZ. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rifka Karmila Dewi, Choiri Mochamad, Euike Agustina. 2010. Perancangan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Blocplan Dan

(8)

8 Analytic Hierarchy Process (Ahp) (Studi Kasus:

Koperasi Unit Desa Batu). Universitas Brawijaya, Surabaya.

Sritomo Wignjosoebroto. 1992. Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Penerbit Guna Widya:

Surabaya.

Tompkins, J.A. 1996. Facilities Planning Second Edition. John Wiley & Sons: New York.

Wika Anggani. 2015. Penerapan Algoritma Blocplan dan Algoritma Craft dalam Perencanaan Tata Letak Ruang Rumah Sakit.

Universitas Jember, Jember.

Gambar

Gambar 1.  Langkah - langkah dasar SLP
Gambar 3. Flowchart Penelitian
Tabel 4. Jarak Perpindahan Proses Panas
Tabel 7. Peta Aliran Proses Panas Layout Usulan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tatacara Perencanaan, Pengendalian, dan Evalusi

Khususnya ISIS Pertumbuhan ISIS di dunia (termasuk Indonesia) sangat signifikan, karena memanfaatkan IT Di Indonesia, tren ormas yang mendukung ISIS makin banyak..

Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan pemakai lainnya dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih

Jika upaya, payoff, dan laba bersih tidak dapat diamati, maka kontrak yang optimal adalah kontrak sewa dimana prinsipal menyewakan perusahaan tersebut kepada manajer untuk biaya

Prognosis tergantung pada ketaatan penderita dalam berobat dan beberapa hal, penyebab hipertensi yaitu hipertensi sekunder yang ditemukan sejak awal dan kelainanya

The focus has been on accessing enterprise informa- tion system resources from the component, using tools to simplify and reduce appli- cation development effort involved in

Jika benda dengan massa 10 kg dijatuhkan dari ketinggian 12,2 meter tanpa kecepatan awal dan percepatan gravitasi dianggap 10 m/s 2 , maka kecepatan benda tersebut pada ketinggian

Setelah melakukan prosedur penelitian seperti melakukan analisis data, melakukan pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa ada kontribusi yang signifikan antara penguasaan