RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING(REACT)
(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandung Semester Genap Tahun Ajaran 2012/1013)
Oleh: Risa Aisyah
0605920
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI
RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING,
TRANSFFERING(REACT)
Oleh: Risa Aisyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Risa Aisyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI
RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING(REACT)
(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandung Semester Genap Tahun Ajaran 2012/1013)
Oleh RISA AISYAH
NIM 0605920 Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. H. Dadang Juandi, M.Si. NIP. 196401171992021001
Pembimbing II,
Dr. Bambang Avip P, M.Si. NIP. 19641205199031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI
RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING,
Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan berpikir yang perlu dikembangkan, karena dengan berpikir kreatif seseorang dapat menghidupkan imajinasi, membangkitkan ide-ide yang tak terduga, membuka wawasan dan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan secara terperinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa SMP melalui pembelajaran matematika dengan strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transffering (REACT). Tujuan khususnya adalah: (1) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan strategi REACT dan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional; (2) mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 21 Bandung pada semester genap. Instrumen yang digunakan, yaitu: tes, angket dan lembar observasi. Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik, deskriptif dan inferensi, dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode konvensional; (2) sikap siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan strategi REACT adalah positif.
Kata Kunci: Strategi pembelajaran REACT, berpikir kreatif. Keterangan : 1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UPI
2)
ENHANCEMENT OF CREATIVE THINKING ABILITY ON JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS THROUGH LEARNING OF
MATHEMATICS WITH
RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING (REACT) STRATEGY
Risa Aisyah 1) Dr. H. Dadang Juandi 2)
Dr. Bambang Avip P.2) ABSTRACT
Creative thinking ability is one of thinking skills need to be developed, because the person's who had creative thinking ability can turn the imagination, spark ideas unexpected, insightful and revealing possibilities in detail. This study aims to determine the enhancement of ability to think creatively on junior high school students through learning of mathematics with Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transffering (REACT) strategies. The specific objective is: (1) determine the enhancement creative thinking skills in students who are learning mathematics by using REACT strategies and student learning using the conventional method, (2) determine students' attitudes toward mathematics learning using learning REACT strategies. The method used in this study is the quasi-experimental method with design research is the design of non-equivalent control group. The research conducted in seventh grade student of SMP Negeri 21 Bandung in the second semester. Instruments used are: tests, questionnaires and observation sheets. Based on the results of statistical data processing, descriptive and inference, it can be concluded that: (1) creative thinking skills in students who received mathematics instruction using REACT strategies is higher than students who had learning mathematics with the conventional method, (2) student’s attitudes toward learning using the REACT strategy is positive.
Keywords: REACT strategy, creative thinking.
Description: 1) Student of Mathematics Education UPI 2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Oprerasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 8
B. Pembelajaran dengan Strategi REACT ... 9
C. Pembelajaran Konvensional ... 12
D. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 13
E. Keterkaitan Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Strategi Pembelajaran REACT ... 16
F. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran ... 17
G. Teori Pembelajaran yang Mendukung ... 18
H. Hipotesis Penelitian ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 20
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
C. Instrumen Penelitian ... 21
1. Instrumenn Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 21
3. Obsevasi ... 29
D. Prosedur Penelitian ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 32
1. Analisis Data Kualitatif ... 32
a. Analisis Data Angket Skala Sikap Siswa ... 32
b. Analisis Lembar Observasi ... 33
2. Analisis Data Kuantitatif ... 34
a. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Awal (Pretest) .... 34
b. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Akhir (Posttest) .. 36
c. Analisis Data Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Menggunaan Indeks Gain ... 39
BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
1. Analisis Data Kuantitatif ... 40
2. Analisis Data Kualitatif ... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 63
2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Strategi REACT ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Melalui pendidikan
seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan lebih terarah,
karena dalam dunia pendidikan terdapat dua peran penting, yakni guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai objek pendidik. Ruseffendi (2006:8) mengatakan bahwa “siswa sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian keberhasilan
murid seolah-olah ada dalam genggaman guru terutama dan masyarakat”.
Pendidikan dapat dilaksanakan melalui dua cara, yakni non formal dan
formal. Pendidikan non formal ditempuh dengan kursus, diklat, workshop, dsb.
Sedangkan pendidikan formal ditempuh dengan sekolah dari mulai tingkat dasar
hingga tingkat tinggi. Di dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, berbagai
disiplin ilmu dikembangkan. Salah satunya adalah matematika sebagai mata
pelajaran yang wajib dipelajari oleh setiap siswa. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam PP No. 19 tahun 2005 bab III pasal 7 tentang standar nasional pendidikan di Indonesia, yaitu: “ Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/ MI/ SDLB/ Paket A, SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/
SMALB/ Paket C, SMK/ MAK atau bentuk lain yang sederajat, dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, matematika,...”.
Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia di dunianya
secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia yang kemudian
diperoses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran
di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa
konsep-konsep matematika (Suherman,dkk, 2003:16). Disamping itu (BNSP
2006:139) menyatakan bahwa untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa
depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Sehingga
pelajaran yang berperan penting dalam kehidupan setiap individu dan wajib untuk
dipelajari. Dengan matematika seseorang dapat memajukan daya pikir dan
memiliki berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam
kesehariannya.
Dari berbagai manfaat yang diperoleh dari pembelajarannya, dapat
disayangkan sebagian siswa masih menganggap matematika menjadi mata
pelajaran yang dianggap sulit. Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi dan
penelitian yang mengemukaan bahwa hasil belajar matematika masih kurang
memuaskan, diantaranya:
1. Hasil Programme for International Student Assessment (OECD, 2010:11)
yang diadakan setiap 3 tahun sekali, menyatakan bahwa kemampuan dalam
bidang matematika Indonesia baru bisa menduduki posisi ke-61 dari 65 negara
dengan skor 371 dibawah rata-rata skor ideal;
2. Hasil penelitian Muliss,dkk (Sugandi, 2010:3) menyatakan bahwa umumnya
soal-soal matematika tidak rutin yang memerlukan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, tidak berhasil dijawab oleh sampel siswa di Indonesia;
3. Proses berpikir matematis yang umum dilatih di sekolah-sekolah terbatas pada
kognisi, ingatan dan berpikir konvergen, sementara berpikir divergen dan
evaluasi kurang begitu diperhatikan (Seto dalam Mulyana, 2008:4);
4. Hasil Studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah satu guru kelas VII
pada salah satu SMP negeri di Bandung yang mengatakan bahwa kemampuan
siswa dalam mengembangkan keterampilan matematis masih kurang.
Kebanyakan siswa masih belum bisa untuk mencetuskan ide yang bervariasi,
mengemukakan kemungkinan-kemungkinan jawaban dan membuat
kesimpulan dari soal-soal matematika yang dibuat kedalam bentuk non rutin.
Umumnya siswa hanya mampu menyelesaikan bentuk soal yang telah
diberikan contoh atau dibahas sebelumnya.
Hasil studi dan penelitian diatas mengisyaratkan bahwa salah satu masalah
yang dihadapi dalam mempelajari matematika adalah kurangnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal non rutin, tidak sedikit siswa yang hanya
Hal ini berimplikasi pada kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir matematis,
padahal matematika yang mendasari perkembangan teknologi modern menurut
Depdiknas (2007: ix) memiliki karakteristik: 1) Menuntut kemampuan berfikir
logis, analitis, sistematis, kreatif, reflektif dan inovatif; 2) Menekankan pada
penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah;
3) Terdapat empat obyek belajar, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kemampuan berpikir matematis siswa perlu
dikembangkan, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
disekolah, sebagaimana yang diungkapkan Kusumaningrum (2012:573) “kemampuan berpikir matematika menjadi salah satu tolak ukur tercapainya tujuan matematika, terutama kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skill), seperti kemampuan berpikir kreatif, kritis, logis, analitis, dan reflektif”.
Salah satu dari kemampuan berpikir matematis adalah berpikir kreatif.
Pentingnya berpikir kreatif dalam matematika diungkapkan oleh Bishop
(Pehkonen,1997:63) bahwa di dalam matematika seseorang membutuhkan dua
keterampilan yang berbeda, yakni keterampilan berpikir kreatif yang diidentikan
dengan intuisi dan keterampilan berpikir analitis yang diidentikan dengan berpikir
logis.
Berpikir kreatif bukanlah suatu proses yang terstruktur, melainkan proses
berpikir yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,
membangkitkan ide-ide yang tak terduga, membuka wawasan dan
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan secara terperinci. Hal ini senada
dengan yang diungkapkan Torrance (Herdian, 2010) mengenai indikator berpikir
kreatif, yakni 1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan menghasilkan banyak
ide dalam berbagai bidang; 2) Flexibility (luwes), kemampuan untuk
menghasilkan gagasan, jawaban atau pernyataan yang bervariasi. Dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda; 3) Originality (keaslian), yaitu
memiliki ide-ide baru untuk menyelesaikan sebuah permasalahan; dan 4)
Elaboration (penguraian), yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah secara
penyelesaian masalah matematika yang bersifat non rutin dengan cara memahami,
menghubungkan, mengaitkan dan mengkombinasikan konsep-konsep yang sudah
ada yang kemudian dapat memunculkan ide-ide ide baru dalam penyelesaian
masalah.
Selain kemampuan berpikir, salah satu faktor keberhasilan pembelajaran,
adalah sikap siswa selama pembelajaran matematika. Robins (Leonard dan Supardi, 2010:342) mengemukakan bahwa sikap adalah “pernyataan-pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan mengenai objek, orang atau peristiwa”. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Selanjutnya Russefendi (2006:234) menyatakan bahwa siswa yang bersikap
positif dalam pelajaran matematika dapat ditunjukan dengan kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan pekerjaan
rumah dengan tuntas dan tepat waktu serta merespon dengan baik setiap tantangan
yang diberikan.
Sebagai bentuk upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan sikap
siswa, perlu adanya sebuah strategi pembelajaran. Menurut Uno (2007:3) Strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar selama proses
pembelajaran. Di dalam penelitian ini, diharapkan dengan strategi yang diterapkan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Salah satu dari berbagai strategi pembelajaran adalah strategi Relating
(menghubungkan), experiencing (mengalami), Applying (menerapkan),
Cooperating (bekerjasama), Transffering (mentransfer) disingkat REACT.
Crowford (2001:3) menyatakan bahwa ”These strategies focus on teaching and
learning in context—a fundamental principle of constructivism. REACT is an
easily remembered acronym that represents methods used by the best teachers
and also methods supported by research on how people learn best”. Hal ini
berarti strategi REACT fokus tehadap pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan pada prinsip kontruktivisme, dimana strategi ini mewakili metode
yang digunakan guru-guru yang didukung penelitian menganai bagaimana
Marthen (2010:12) menyatakan bahwa strategi REACT adalah strategi yang
merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu
menghubungkan (Relating), melakukan pencarian dan penyelidikan yang
dilakukan oleh siswa secara aktif untuk menemukan makna konsep yang
dipelajari (Expeririencing), penerapan pengertian matematika dalam penyelesaian
masalah (Applying), memberikan kesempatan kepada siswa belajar melalui
bekerjasama dan berbagi (Cooperating) dan memberikan kesempatan kepada
siswa melakukan transfer pengetahuan matematika dan pada bidang aplikasi
lainnya (Transffering). Uraian tersebut mengindikasikan bahwa dengan penerapan
strategi REACT dimana terdapat proses menghubungkan, menerapkan konsep dan
bekerjasama, memungkinkan siswa terlibat aktif didalam pembelajaran.
Salah satu penelitian tentang penggunaan srategi REACT adalah hasil
penelitian Rohati (2011:71) yang menyatakan bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran dengan strategi REACT berada dalam kategori aktif dan
prototype bahan ajar yang dikembangkan efektif mengembangkan aktivitas
belajar siswa. Selain itu, Hidayat (2010:13) menyatakan bahwa, strategi REACT
berpotensi mengembangkan kompetensi berfikir matematis, yaitu pemahaman,
pemecahan masalah, penalaran, koneksi, komunikasi, representasi dan sikap
positif terhadap matematika.
Uraian diatas berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran
ini guru merupakan pusat pembelajaran. Borrowes (Warpala, 2009)
mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada
tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui latihan soal atau tes terstandar.
Berdasarkan uraian di atas, strategi REACT dirasa tepat untuk membentuk
sikap positif siswa serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh
karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul „Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika dengan Strategi Relating, Experiencing, Apllying, Cooperating,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi REACT lebih tinggi daripada
siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode
konvensional?
2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi REACT?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang
mendapat pembelajaran matematika dengan strategi REACT lebih tinggi dari
pada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi REACT.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Bagi guru, pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT dapat
dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa.
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang
pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan
4. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang perlu didefinisikan
secara operasional yaitu:
1. Strategi REACT adalah strategi yang merupakan satu kesatuan dalam
pelaksanaan pembelajaran, yaitu keterkaitan (Relating) antara pengetahuan
yang sudah ada dengan pengetahuan yang diperoleh. Melalui (Experiencing)
melakukan kegiatan ekplorasi dan penemuan. penerapan konsep dalam
penyelesaian masalah (Applying), memberikan kesempatan belajar untuk
bekerjasama dan berbagi (Cooperating) serta berbagi pengetahuan
(Transferring) pada situasi yang lain.
2. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran yang menekankan kepada penambahan pengetahuan, dimana belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau
tes terstandar.
3. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, membangkitkan ide-ide
yang tak terduga, membuka wawasan dan mengungkapkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa SMP melalui pembelajaran dengan strategi Relating,
Experiencing, Apllying, Cooperating, Transffering (REACT). Metode yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab akibat (cause and
effect relationship) dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan, dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain kelompok kontrol
non-ekivalen (nonequivalent control group design). Menurut Sugiyono (2010:79)
desain ini hampir sama dengan pretest-posttes control group design, perbedaanya
adalah kelas eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Kelas
ekperimen dalam penelitian ini adalah kelas yang memperoleh pembelajaran
dengan Strategi REACT dan kelas kontrol adalah kelas yang melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Setelah kedua kelas
terbentuk, pada masing-masing kelas dilakukakan tes awal (pretest) tentang
kemampuan berpikir kreatif awal siswa dan tes akhir (postest) untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif akhir siswa. Pola desain kelompok kontrol
non-ekivalen (Sugiyono, 2010:79) adalah sebagai berikut:
O X O
O O
Keterangan:
O : Pretest/postest kemampuan berpikir kreatif siswa
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 21
Bandung pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Populasi ini dipilih karena
di SMP Negeri 21 Bandung tidak menerapkan kelas unggulan, siswa
dikelompokan secara acak sehingga rata-rata kemampuan setiap kelas hampir
sama.
Dari populasi tersebut, kemudian dipilih secara acak dua kelas sebagai
sampel. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda sesuai dengan desain
penelitian yang telah dibuat, yaitu satu kelas yakni kelas VII-B dengan jumlah
siswa 32 orang sebagai kelas eksperimen, dimana pembelajaran akan
dilaksanakan dengan mengunakan strategi REACT dan satu kelas, yaitu kelas
VII-A dengan jumlah siswa 27 orang sebagai kelas kontrol, dimana pembelajaran
menggunakan metode konvensional.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap untuk menjawab
rumusan masalah yang diajukan, dibuat instrumen penelitian meliputi: tes
kemampuan berpikir kreatif (pre-test dan post-test), observasi (perekaman proses
pembelajaran), dan angket (sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan).
Adapun penjelasan instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini berupa tes
tulis, yakni berupa soal-soal berbentuk uraian dengan tujuan agar kemampuan
berpikir kreatif siswa dapat terlihat dari cara siswa menjawab soal-soal uraian
langkah demi langkah, serta menggambarkan seberapa jauh proses berpikir dan
kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah matematika. Hal ini sebagai mana
yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2006: 118) yang menyatakan bahwa dengan
tipe tes uraian akan terlihat sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang
telah menguasai materi dengan betul-betul yang dapat memberikan jawaban yang
Di dalam penelitian ini tes yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu: 1)
tes awal (Pretest), yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan untuk
mengukur kemampuan awal berpikir kreatif siswa; 2) tes akhir (Postest), yaitu tes
yang dilakukan setelah perlakuan diberikan untuk mengetahui kemampuan
berpikir kreatif siswa. Kedua tes tersebut dilaksanakan pada kelas eksperimen,
maupun kelas kelas kontrol dengan tipe soal yang identik.
Pemberian skor pada soal berpikir keatif ini didasarkan pada panduan
Holistic Scoring Rubrics. Dalam penelitian ini pedoman penskoran diadaptasi dari
Mertler, Craig A. (2001), dimana skor diberi level 0, 1, 2, 3, dan 4. Setiap skor
yang diraih siswa mencerminkan kemampuan siswa dalam merespon persoalan
yang diberikan dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemampuan berpikir
kreatif. Adapun pedoman penskoran tes kemampuan berpikir kreatif di dalam
penelitian ini, terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Aspek yang
di ukur Respon siswa terhadap soal Skor
Kelancaran (Fluency)
Tidak memberikan jawaban 0
Memberikan sebuah ide yang tidak relevan dengan pemecahan
masalah 1
Memberikan sebuah ide yang relevan tetapi penyelesaiannya
salah 2
Memberikan lebih dari satu ide yang relevan tetapi jawabannya
masih salah 3
Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dan penyelesaian
masalahnya benar dan jelas 4
Keluwesan (Flexibility)
Tidak memberikan jawaban 0
Memberikan jawaban satu cara atau lebih tetapi memberikan
jawaban yang salah 1
Memberikan jawaban dengan satu cara tetapi perhitungan dan
hasilnya benar 2
Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan
3
Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) proses
Lanjutan Tabel 3.1
Aspek yang
di ukur Respon siswa terhadap soal Skor
Originality (Keaslian)
Tidak memberikan jawaban 0
Memberkan jawaban dengan cara sendiri tetapi tidak dapat
dipahami 1
Memberika jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai 2 Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah 3 Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan
hasilnya benar, 4
Elaboration (Elaborasi)
Tidak memberikan Jawaban 0
Terdapat kesalahan dalam jawaban dan tidak disertai perincian 1 Terdapat kesalahan dalam jawaban tetapi disertai perincian yang
kurang detai 2
Terdapat kesalahan dalam jawaban tetapi disertai perincian yang
terperinci 3
Memberi jawaban yang benar dan terperinci 4
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang
didalamnya mencakup jenis kemampuan berpikir kreatif, indikator kemampuan
berpikir kreatif, perilaku siswa, butir soal, dan nomor soal. Sebelum diujikan,
terlebih dahulu instrumen dikonsultaikan pada dosen pembimbing, kemudian diuji
cobakan di SMP Negeri 21 Bandung pada siswa kelas VIII yang di ikuti oleh 34
orang dengan tujuan mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks
kesukaran tiap butir soal dari instrument tersebut. Pada pengolahan data validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran, penulis akan dibantu dengan
menggunakan software anates V4. Proses penganalisisan hasil uji coba, meliputi
hal-hal berikut:
a. Uji Validitas Butir Soal
Validitas terdiri dari validitas logik (teoritik) dan validitas empirik
(kriterium). Validitas teoritik adalah validitas berdasarkan pertimbangan
(judgement) para ahli, sedangkan validitas kriterium adalah validitas yang ditinjau
dari hubungannya dengan kriterium tertentu yang diperoleh melalui observasi atau
pengalaman yang bersifat empirik. Karena yang akan diselidiki adalah validitas
diselidiki adalah validitas empirik (kriterium) soal. Penentuan tingkat validitas
soal dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang
akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan
diasumsikan memiliki validitas yang tinggi. Dalam penentuan validitas empirik
soal, perhitungan koefisien validitas dilakukan dengan menggunakan produk
moment raw score (Suherman, 2003: 121) yang di rumuskan:
= −
2 − 2 − 2− 2
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : banyak subjek (testi)
X : skor yang diperoleh dari masing-masing butir soal
Y : skor total
Menurut Guilford (Suherman, 2003: 113), interpretasi validitas nilai
dapat dikategorikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Interpretasi Validitas Nilai
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90≤ ≤1,00 Validitas sangat tinggi
0,70≤ < 0,90 Validitas tinggi
0,40≤ < 0,70 Validitas sedang
0,20≤ < 0,40 Validitas rendah
0,00≤ < 0,20 Validitas sangat rendah
< 0,00 Tidak valid
Dari hasil pengolahan data uji instrumen dengan perhitungan menggunakan
Tabel 3.3
Interpretasi Validitas Tiap Butir Soal
Butir Soal Koefisien r tabel Kriteria Kategori
1 0,636 0,339 Signifikan Sedang
2 0,748 0,339 Sangat Signifikan Tinggi
3 0,704 0,339 Signifikan Tinggi
4 0,589 0,339 Signifikan Sedang
b. Reliabilitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliable jika hasil evaluasi
tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama (Suherman,dkk,
2003: 131). Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami
perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Bentuk soal tes
yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian.
untuk mencari koefisien reliabilitas ( 11) digunakan rumus yaitu sebagai
berikut:
11 = −
1 1−
�2
2
Keterangan:
11= Koefisien reliabilitas alat evaluasi
= Banyaknya butir soal
�2 = Jumlah varians skor setiap soal
2 = Varians skor total
Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) koefisien reliabilitas
Tabel 3.4
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien reliabilitas (���) Interpretasi 11 ≤0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,20≤ 11 < 0,40 Reliabilitas rendah
0,40≤ 11 < 0,70 Reliabilitas sedang
0,70≤ 11 < 0,90 Reliabilitas tinggi
0,90≤ 11 ≤0,40 Reliabilitas sangat tinggi
Dengan bantuan program anates V4 didapatkan nilai reliabilitas tes dari
instrumen yang telah diujikan sebesar 0,56 . Nilai tersebut dapat di interpretasikan
instrumen yang telah diujikan memiliki reliabilitas sedang.
c. Indeks Kesukaran Buti Soal
Menurut Suherman (2003:170) Indeks kesukaran dari tiap soal dapat dihutung
dengan mengunakan rumus:
�� =
� �
Keterangan:
�� = Indeks Kesukaran = Rata-rata skor tiap soal
� � = Skor maksimum ideal per soal
Adapun kriteria indeks kesukaran (Suherman, 2003:170) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Kesukaran
IK Keterangan
��= 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 <�� ≤0,00 Soal sukar
0,30 <�� ≤0,70 Soal sedang
0,70 <��< 1,00 Soal mudah
Dari hasil pengolahan data uji instrumen dengan perhitungan menggunakan
program anates versi V4, diperoleh tafsiran indeks kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
Butir Soal Nilai Indeks Kesukaran Tafsiran
1 0,625 Sedang
2 0,598 Sedang
3 0,556 Sedang
4 0,583 Sedang
d. Daya Pembeda Butir Soal
Galton mengasumsikan bahwa “suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan yang kurang karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut” (Suherman, 2003:159). Pembagian kelompok atas dan kelompok bawah, menggunakan ketentuan:
1) Untuk kelompok kecil
Kelompok subjek disebut kecil jika ≤ 30. Untuk menentukan kelompok
atas dan kelompok bawah masing-masing 50% dari populasi.
2) Untuk kelompok besar
Kelompok subjek disebut besar jika > 30. Untuk keperluan perhitungan daya
pembeda cukup diambil 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok
bawah. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian (Suherman, dll.,
2003:159) adalah:
�� = − � �
Dengan:
DP : Daya Pembeda
: rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, dkk, 2003:161)
adalah:
Tabel 3.7
Interpretasi Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) Interpretasi
0,70 <�� ≤1,00 Sangat Tinggi
0,40 <�� ≤0,70 Tinggi
0,20 <�� ≤0,40 Sedang
0,00 <�� ≤0,20 Jelek
�� ≤ 0,00 Sangat Jelek
Dengan bantuan program anates V4 didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 3.8
Interpretasi Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,583 Tinggi
2 0,411 Tinggi
3 0,259 Sedang
4 0,611 Tinggi
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat soal tersebut dapat
digunakan untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
2. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab
oleh seseorang yang akan dievaluasi (responden) yang berupa keadaan atau data
diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal. Angket
Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap
matematika dan pembelajaran menggunakan strategi REACT yang diikuti dengan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif.
Terdapat lima buah aspek yang akan di olah untuk mengetahui sikap siswa di
dalam penelitian ini, diantaranya adalah sikap terhadap: 1) Matematika dan
pembelajarannya, yang indikatornya menunjukan kesukaan dan manfaat
mengikuti pembelajaran matematika; 2) Pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi REACT, dimana indikatornya menunjukan minat siswa
terhadap pembelajaran setelah dilakukan pengenalan pembelajaran, peran guru
dalam pembelajaran dan menunjukan aktivitas siswa pada saat pembelajaran
berlangsung; 3) Penggunaan LKS selama pembelajaran berlangsung, yang akan
menunjukan minat siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan
dalam LKS; 4) Soal-soal kemampuan berpikir kreatif, yang menunjukan minat
dalam menyelesaikan soal tersebut; 5) Karakter siswa, yang akan menunjukan
karakter siswa selama pembelajaran.
3. Obervasi
Suherman (2003: 62) mendefinisikan bahwa observasi adalah teknik evaluasi
non tes yang menginventarisasikan data sikap dan kepribadian siswa dalam
kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa
secara langsung dan bersifat relatif.
Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran
dengan harapan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti dapat ditemukan dengan
menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan oleh rekan mahasiswa
atau guru yang telah mengetahui dan telah memahami pembelajaran matematika,
sehingga dapat mengamati dengan benar bagaimana kegiatan pembelajaran
berlangsung. Yang diamati dalam observasi ini adalah sikap siswa dalam
D.Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa SMP melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi
REACT. Untuk itu dalam implementasinya, penelitian ini dilakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Membuat rancangan penelitian yang dilanjutkan dengan seminar proposal;
b. Perizinan penelitian;
c. Menentukan subjek penelitian yaitu menentukan kelompok eksperimen
yang diberi pembelajaran dengan strategi REACT dan kelompok kontrol
yang diberi pembelajaran konvensiona;l
d. Menyusun instrumen tes kemampuan berpikir kreatif, pembelajaran dan
penelitian;
e. Melakukan studi pendahuluan;
f. Melakukan uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen dan kelas control;
b. Implementasi bahan ajar pada pembelajaran dengan strategi REACT;
c. Melakukan postes;
d. Memberikan angket untuk diisi oleh siswa.
3. Tahap Analisis Data
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari kedua kelas;
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis dan rumusan
masalah yang telah dirumuskan.
Diagram 3.1 Prosedur Penelitian Mengidentifikasi masalah
Membuat program pengajaran dan instrumen penelitian
Menguji coba dan merevisi program pengajaran dan
instrumen penelitian
Menentukan populasi dan sampel
Prestest
Kelas Eksperimen: Pembelajaran dengan strategi
REACT
Kelas Kontrol: Pembelajaran konvensional
Angket dan Lembar Observasi
Postest
Menganalisis data
E. Teknik Analisis Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan memberikan tes (pretest dan posttest), obeservasi dan pengisian angket.
Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam dua jenis data, yakni data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi data hasil pengisian angket
dan observasi, sementara itu data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan
posttest kemampuan berpikir kreatif siswa.
1. Analisis data kualitatif
Data kualitatif didalam penelitian ini meliputi data hasil pengisian angket dan
lembar observasi yang diterapkan pada kelas eksperimen. Adapun Analisis data
angket dan analisis data hasil observasi adalah sebagai berikut:
a. Analisis Data Angket Skala Sikap Siswa
Dalam penelitian ini, angket berfungsi sebagai alat pengumpul data yang
dipergunakan untuk mengungkap tentang sikap siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan strategi REACT.
Pendekatan angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert
yang terdiri dari empat pilihan kategori jawaban seperti pada tabel 7 dibawah in.
Menurut Suherman (2003: 190), skala kualitatif pada angket ditransfer ke dalam
skala kuantitatif dengan penskoran sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kategori Jawaban Angket
Jenis Pernyataan Skor
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Keterangan :
SS : Sangat Tidak Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
Data angket yang telah terkumpul kemudian diolah untuk mengetahui apakah
sikap siswa positif atau negatif, hal ini dilakukan dengan melihat presentase sikap
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Adapun perhitungannya, dengan
mengunakan rumus sebagai berikut:
�= × 100%
Keterangan:
P : persentase jawaban
f : frekuensi jawaban
n : banyak responden
Klasifikasi interpretasi perhitungan presentase ditafsirkan berdasarkan kriteria
berikut:
Tabel 3.10
Klasifikasi Presentase Angket
Persentase Jawaban Interpretasi
�= 0% Tak seorang pun
0% <� < 25% Sebagian kecil
25% ≤ �< 50% Hampir setengahnya
�= 50% Setengahnya
50% <� < 75% Sebagian besar
75%≤ �< 100% Hampir seluruhnya
�= 100% Seluruhnya
b. Analisis Lembar Observasi
Lembar Observasi yang dibuat dimaksudkan untuk mengetahui proses selama
pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Data hasil observasi
yang terkumpul, ditulis, dan dirangkum dikumpulkan yang kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang
dilaksanakan. Menurut Suherman (2003:62) observasi adalah suatu teknik non tes
yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam
kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa
2. Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diambil dari hasil pretest dan postest.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Pengolahan data
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor pre-test
dan post-test. Analisis data hasil tes dilakukan untuk mengetahui perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan strategi REACT dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional. Untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan data, semua
pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program Stastistical Product and
Service Solution (SPSS) 17.0 for windows. Adapun alur analisis data disajikan
pada diagram berikut:
Diagram 3.2
Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif
Adapun penjelasan secara rinci teknis analisis data yang dilakukan, adalah sebagai
berikut:
a. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Awal (Pretest)
Pengolahan data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif siswa. Pada pengolahan pretes,
dilakukan uji normalitas, uji homogenitas varians dan uji kesamaan dua rata-rata.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk
dengan taraf signifikansi sebesar 5%.
Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Data pretest berdistribusi normal.
H1 : Data pretest tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05
dan terima H0 jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.
2) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians kelas
eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan jika
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila data pretes salah
satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung
dilakukan uji kesamaan kemampuan awal siswa kedua kelas dengan pengujian
non-parametrik Mann–Whitney. Uji homogenitas varians menggunakan uji Levene
dengan taraf signifikansi sebesar 5% untuk mengetahui apakah data kedua sampel
memiliki varians yang sama. Perumusan hipotesis untuk uji homogenitas adalah
sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan varians hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
H1 : Terdapat perbedaan varians hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik
adalah sebagai berikut:
H0 : �12 =�22
H1 : �12 ≠ �22
Keterangan:
�12 : varians kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas kontrol
�22 : varians kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05
3) Uji Perbedaan Kemampuan Awal Siswa
Uji Perbedaan ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan awal berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Jika kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata
dengan Independent-Sample T Tes menggunakan uji-t. Jika kedua sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal tetapi memiliki varians yang tidak
homogen, maka uji rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t’.
Perumusan hipotesis untuk ini dengan taraf signifikansi sebesar 5% adalah
sebagai berikut :
H0 : Kemampuan berpikir berpikir kreatif awal antara siswa kelas kontrol
dengan kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
H1 : Kemampuan berpikir kreatif awal antara siswa kelas kontrol dengan
kelas eksperimen berbeda secara signifikan.
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik
adalah sebagai berikut:
H0 : �1 =�2
H1 : �1 ≠ �2
Keterangan:
�1 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas kontrol
�2 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika 1
2 nilai signifikansi kurang dari
0,05 dan terima H0 jika 1
2 nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.
b. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Akhir (Postes)
Apabila hasil uji kesamaan dua rata-rata dari data pretes kelas eksperimen
dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, maka data yang digunakan
tersebut menggunakan data postes. Adapun Pada pengolahan data postes,
dilakukan uji normalitas, uji homogenitas varians dan uji kesamaan dua rata-rata.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk
dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Adapun Perumusan hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Data postes berdistribusi normal.
H1 : Data postes tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan
terima H0 jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.
2) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians kelas
eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan jika
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila data postes salah
satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung
dilakukan pengujian non-parametrik Mann–Whitney. dengan taraf signifikansi
sebesar 5% perumusan hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan varians hasil postes kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
H1 : Terdapat perbedaan varians hasil postes kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik
adalah sebagai berikut:
H0: �12 = �22
H1 : �12 ≠ �22
Keterangan:
�12 : varians kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05
dan terima H0 jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Sama halnya dengan analisis data pretes, jika kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka
dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan Independent-Sample T Tes
menggunakan uji-t. Jika kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal tetapi memiliki varians yang tidak homogen, maka uji rata-rata dilakukan
dengan menggunakan uji-t’, Adapun perumusan hipotesis untuk uji perbedaan dua
rata-rata dengan taraf signifikansi sebesar 5% adalah sebagai berikut:
H0 : Kemampuan berpikir berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol tidak lebih baik secara signifikan.
H1 : Kemampuan berpikir berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol lebih baik secara signifikan.
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik
adalah sebagai berikut:
H0 : �1 ≤ �2
H1 : �1 > �2
Keterangan:
�1 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional.
�2 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran REACT.
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika
1
2 nilai signifikansi kurang dari
0,05 dan terima H0 jika 1
c. Analisis Data Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Menggunakan Data Indeks Gain
Jika pada hasil uji kesamaan dua rata-rata data pretes menunjukkan bahwa
rata-rata nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan, maka
untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dari kedua kelas
tersebut dilakukan dengan perhitungan indeks gain. Data peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari skor
gain normal (indeks gain). Rumus indeks gain Hake (1999: 1) adalah sebagai
berikut:
� � �� = �� � − �� �
�� �� � − �� �
Karena pengolahan data postes dilakukan, maka pengolahan data indeks gain
dilakukan hanya untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Kemudian untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa, skor indeks gain yang telah diinterpretasikan dengan
kriteria menurut (Hake, 1999:1) sebagai berikut:
Tabel 3.11
Kriteria Indeks Gain (g)
Indeks Gain (g) Kriteria
0,7 < ≤ 1 Tinggi
0,3 < ≤0,7 Sedang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melalui proses analisis data-data hasil penelitian di kelas VII SMP
Negeri 21 Bandung, penulis memberikan kesimpulan bahwa penerapan strategi
REACT dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa. Kesimpulan secara lebih rincinya adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran
matematika dengan strategi REACT lebih tinggi secara signifikan daripada
siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode konvesional.
2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT
dalam pembelajaran matematika adalah positif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini saran-saran yang diharapkan dapat
bermanfaat untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya ataupun untuk
diterapkan pada pembelajaran di sekolah.
1. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi
REACT lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa
yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode konvensional. Oleh
karena itu, pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT
dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran yang perlu
dipertimbangkan oleh guru, dan perlu dilakukan pengembangan penelitian
lebih lanjut agar pembelajaran matematika melalui strategi REACT lebih
efektif.
2. Melihat kecilnya ruang lingkup subjek yang diteliti dalam penelitian ini,
maka bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dalam lingkup
penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika menggunakan
strategi REACT dengan populasi lain yang lebih luas, jenjang sekolah dan
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin,Wahyuni.(2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruszz Media
BNSP.(2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BNSP:
Jakarta. [online]. Tersedia :
http://litbang.kemdikbud.go.id/sekretariat/content/Buku%20Standar%20Isi% 20SMP(1).pdf
Crowford, M. L. (2001). Teaching Contextually Research, Rationale, and Technique for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Texas: CCI Publishing
Depdiknas.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum [Online]. Tersedia: http://puskurbuk.net/web/download/prod2007/50_Kajian%20Kebijakan%20 Kurikulum%20Matematika.pdf
Depdiknas.(2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan contoh/model silabus. Depdiknas
Hake, R.(1999). Analyzing Change/Gain Scores* [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf
Herdian.(2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/
Hidayat, R.(2010). Pembelajaran Konstektual Dengan Strategi REACT dalam Upaya Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berfikir Kritis, dan Berfikir Kreatif Matematis Mahasiswa Bidang Bisnis. [Desertasi UPI] : Tidak Diterbitkan
Isjoni.(2007). Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta.
Komalasari, K.(2011).Pembelajaran Konstektual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT.Refika Aditama.
Leonard dan Supardi.(2010). Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika, dan Kecemasan Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29, (3), 341-352. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/3382/1/6LEONARD_EDIT.pdf . Diakses tanggal 10 Juli 2011
Marthen, T.(2009). Pengembangan Kemampuan Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Konstektual Dengan Pendekatan REACT. Desertasi UPI:Tidak diterbitkan
Mathen, T. (2010.) Pembelajaran Melalui Pendekatan REACT Meningkatkan Kemampuan matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No.2: UPI Bandung.
Mertler, C.A. (2001). Designing Scoring Rubrics for Your Classroom [Online]. Tersedia:
Mulyana,T.(2008).Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Desertasi UPI:Tidak diterbitkan
OECD.(2010).PISA 2009 Result: Executive Summary.[Online]. Tersedia :
www.oecd.org/publishing/corrigenda. Diakses [2 Februari 2012].
Pehkonen, E.(1997) The State of Art in Mathematical Creativity. ZDM The International journal of Mathematic Education. 29(3), 66– 67. [Online].Tersedia: http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11858-997-0001-z?LI=true. Diakses : 28 Desember 2012
Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) Nomor 19 tahun 2005. Standar
Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2012/08/PP-no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan.pdf
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T.(2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Setiawan, E.(2012).Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online versi.1.1. Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Kemendikbud [ONLINE]. Tersedia: http://www.kbbi.web.id/
Somakin.(2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Pendekatan Matematika Realistik. [Desertasi] UPI:Tidak diterbitkan
Sugandi, A.(2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan Kemandirian Belajar. Desertasi UPI: Tidak Diterbitkan
Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhena,E.(2009). Pengaruh strategi REACT Dalam Pembelajaran Matemtika Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa. [Desertasi] UPI: Tidak Diterbitkan
Suhendra.(2005).Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Aspek Problem Solving Matematika.Tesis FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan
Suherman, E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI.
Triatno.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka
Uno, H.(2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Warpala, I.W.S. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional [Online].