• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING (REACT).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING (REACT)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING(REACT)

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandung Semester Genap Tahun Ajaran 2012/1013)

Oleh: Risa Aisyah

0605920

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI

RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING,

TRANSFFERING(REACT)

Oleh: Risa Aisyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Risa Aisyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI

RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING(REACT)

(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Bandung Semester Genap Tahun Ajaran 2012/1013)

Oleh RISA AISYAH

NIM 0605920 Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dr. H. Dadang Juandi, M.Si. NIP. 196401171992021001

Pembimbing II,

Dr. Bambang Avip P, M.Si. NIP. 19641205199031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI

RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING,

Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan berpikir yang perlu dikembangkan, karena dengan berpikir kreatif seseorang dapat menghidupkan imajinasi, membangkitkan ide-ide yang tak terduga, membuka wawasan dan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan secara terperinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa SMP melalui pembelajaran matematika dengan strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transffering (REACT). Tujuan khususnya adalah: (1) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan strategi REACT dan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional; (2) mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 21 Bandung pada semester genap. Instrumen yang digunakan, yaitu: tes, angket dan lembar observasi. Berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik, deskriptif dan inferensi, dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kreatif pada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode konvensional; (2) sikap siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan strategi REACT adalah positif.

Kata Kunci: Strategi pembelajaran REACT, berpikir kreatif. Keterangan : 1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UPI

2)

(5)

ENHANCEMENT OF CREATIVE THINKING ABILITY ON JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS THROUGH LEARNING OF

MATHEMATICS WITH

RELATING, EXPERIENCING, APLLYING, COOPERATING, TRANSFFERING (REACT) STRATEGY

Risa Aisyah 1) Dr. H. Dadang Juandi 2)

Dr. Bambang Avip P.2) ABSTRACT

Creative thinking ability is one of thinking skills need to be developed, because the person's who had creative thinking ability can turn the imagination, spark ideas unexpected, insightful and revealing possibilities in detail. This study aims to determine the enhancement of ability to think creatively on junior high school students through learning of mathematics with Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transffering (REACT) strategies. The specific objective is: (1) determine the enhancement creative thinking skills in students who are learning mathematics by using REACT strategies and student learning using the conventional method, (2) determine students' attitudes toward mathematics learning using learning REACT strategies. The method used in this study is the quasi-experimental method with design research is the design of non-equivalent control group. The research conducted in seventh grade student of SMP Negeri 21 Bandung in the second semester. Instruments used are: tests, questionnaires and observation sheets. Based on the results of statistical data processing, descriptive and inference, it can be concluded that: (1) creative thinking skills in students who received mathematics instruction using REACT strategies is higher than students who had learning mathematics with the conventional method, (2) student’s attitudes toward learning using the REACT strategy is positive.

Keywords: REACT strategy, creative thinking.

Description: 1) Student of Mathematics Education UPI 2)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Oprerasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 8

B. Pembelajaran dengan Strategi REACT ... 9

C. Pembelajaran Konvensional ... 12

D. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 13

E. Keterkaitan Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Strategi Pembelajaran REACT ... 16

F. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran ... 17

G. Teori Pembelajaran yang Mendukung ... 18

H. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

C. Instrumen Penelitian ... 21

1. Instrumenn Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 21

(7)

3. Obsevasi ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 32

1. Analisis Data Kualitatif ... 32

a. Analisis Data Angket Skala Sikap Siswa ... 32

b. Analisis Lembar Observasi ... 33

2. Analisis Data Kuantitatif ... 34

a. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Awal (Pretest) .... 34

b. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Akhir (Posttest) .. 36

c. Analisis Data Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Menggunaan Indeks Gain ... 39

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Analisis Data Kuantitatif ... 40

2. Analisis Data Kualitatif ... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 63

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Strategi REACT ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Melalui pendidikan

seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan lebih terarah,

karena dalam dunia pendidikan terdapat dua peran penting, yakni guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai objek pendidik. Ruseffendi (2006:8) mengatakan bahwa “siswa sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian keberhasilan

murid seolah-olah ada dalam genggaman guru terutama dan masyarakat”.

Pendidikan dapat dilaksanakan melalui dua cara, yakni non formal dan

formal. Pendidikan non formal ditempuh dengan kursus, diklat, workshop, dsb.

Sedangkan pendidikan formal ditempuh dengan sekolah dari mulai tingkat dasar

hingga tingkat tinggi. Di dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, berbagai

disiplin ilmu dikembangkan. Salah satunya adalah matematika sebagai mata

pelajaran yang wajib dipelajari oleh setiap siswa. Hal ini sebagaimana tertuang

dalam PP No. 19 tahun 2005 bab III pasal 7 tentang standar nasional pendidikan di Indonesia, yaitu: “ Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/ MI/ SDLB/ Paket A, SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/

SMALB/ Paket C, SMK/ MAK atau bentuk lain yang sederajat, dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, matematika,...”.

Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia di dunianya

secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia yang kemudian

diperoses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran

di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa

konsep-konsep matematika (Suherman,dkk, 2003:16). Disamping itu (BNSP

2006:139) menyatakan bahwa untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa

depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Sehingga

(9)

pelajaran yang berperan penting dalam kehidupan setiap individu dan wajib untuk

dipelajari. Dengan matematika seseorang dapat memajukan daya pikir dan

memiliki berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam

kesehariannya.

Dari berbagai manfaat yang diperoleh dari pembelajarannya, dapat

disayangkan sebagian siswa masih menganggap matematika menjadi mata

pelajaran yang dianggap sulit. Hal ini dapat dilihat dari beberapa studi dan

penelitian yang mengemukaan bahwa hasil belajar matematika masih kurang

memuaskan, diantaranya:

1. Hasil Programme for International Student Assessment (OECD, 2010:11)

yang diadakan setiap 3 tahun sekali, menyatakan bahwa kemampuan dalam

bidang matematika Indonesia baru bisa menduduki posisi ke-61 dari 65 negara

dengan skor 371 dibawah rata-rata skor ideal;

2. Hasil penelitian Muliss,dkk (Sugandi, 2010:3) menyatakan bahwa umumnya

soal-soal matematika tidak rutin yang memerlukan kemampuan berpikir

tingkat tinggi, tidak berhasil dijawab oleh sampel siswa di Indonesia;

3. Proses berpikir matematis yang umum dilatih di sekolah-sekolah terbatas pada

kognisi, ingatan dan berpikir konvergen, sementara berpikir divergen dan

evaluasi kurang begitu diperhatikan (Seto dalam Mulyana, 2008:4);

4. Hasil Studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah satu guru kelas VII

pada salah satu SMP negeri di Bandung yang mengatakan bahwa kemampuan

siswa dalam mengembangkan keterampilan matematis masih kurang.

Kebanyakan siswa masih belum bisa untuk mencetuskan ide yang bervariasi,

mengemukakan kemungkinan-kemungkinan jawaban dan membuat

kesimpulan dari soal-soal matematika yang dibuat kedalam bentuk non rutin.

Umumnya siswa hanya mampu menyelesaikan bentuk soal yang telah

diberikan contoh atau dibahas sebelumnya.

Hasil studi dan penelitian diatas mengisyaratkan bahwa salah satu masalah

yang dihadapi dalam mempelajari matematika adalah kurangnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal-soal non rutin, tidak sedikit siswa yang hanya

(10)

Hal ini berimplikasi pada kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir matematis,

padahal matematika yang mendasari perkembangan teknologi modern menurut

Depdiknas (2007: ix) memiliki karakteristik: 1) Menuntut kemampuan berfikir

logis, analitis, sistematis, kreatif, reflektif dan inovatif; 2) Menekankan pada

penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah;

3) Terdapat empat obyek belajar, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

Dari uraian di atas terlihat bahwa kemampuan berpikir matematis siswa perlu

dikembangkan, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

disekolah, sebagaimana yang diungkapkan Kusumaningrum (2012:573) “kemampuan berpikir matematika menjadi salah satu tolak ukur tercapainya tujuan matematika, terutama kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order

thinking skill), seperti kemampuan berpikir kreatif, kritis, logis, analitis, dan reflektif”.

Salah satu dari kemampuan berpikir matematis adalah berpikir kreatif.

Pentingnya berpikir kreatif dalam matematika diungkapkan oleh Bishop

(Pehkonen,1997:63) bahwa di dalam matematika seseorang membutuhkan dua

keterampilan yang berbeda, yakni keterampilan berpikir kreatif yang diidentikan

dengan intuisi dan keterampilan berpikir analitis yang diidentikan dengan berpikir

logis.

Berpikir kreatif bukanlah suatu proses yang terstruktur, melainkan proses

berpikir yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,

membangkitkan ide-ide yang tak terduga, membuka wawasan dan

mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan secara terperinci. Hal ini senada

dengan yang diungkapkan Torrance (Herdian, 2010) mengenai indikator berpikir

kreatif, yakni 1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan menghasilkan banyak

ide dalam berbagai bidang; 2) Flexibility (luwes), kemampuan untuk

menghasilkan gagasan, jawaban atau pernyataan yang bervariasi. Dapat melihat

suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda; 3) Originality (keaslian), yaitu

memiliki ide-ide baru untuk menyelesaikan sebuah permasalahan; dan 4)

Elaboration (penguraian), yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah secara

(11)

penyelesaian masalah matematika yang bersifat non rutin dengan cara memahami,

menghubungkan, mengaitkan dan mengkombinasikan konsep-konsep yang sudah

ada yang kemudian dapat memunculkan ide-ide ide baru dalam penyelesaian

masalah.

Selain kemampuan berpikir, salah satu faktor keberhasilan pembelajaran,

adalah sikap siswa selama pembelajaran matematika. Robins (Leonard dan Supardi, 2010:342) mengemukakan bahwa sikap adalah “pernyataan-pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan mengenai objek, orang atau peristiwa”. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Selanjutnya Russefendi (2006:234) menyatakan bahwa siswa yang bersikap

positif dalam pelajaran matematika dapat ditunjukan dengan kesungguhan dalam

menyelesaikan tugas, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan pekerjaan

rumah dengan tuntas dan tepat waktu serta merespon dengan baik setiap tantangan

yang diberikan.

Sebagai bentuk upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan sikap

siswa, perlu adanya sebuah strategi pembelajaran. Menurut Uno (2007:3) Strategi

pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar selama proses

pembelajaran. Di dalam penelitian ini, diharapkan dengan strategi yang diterapkan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Salah satu dari berbagai strategi pembelajaran adalah strategi Relating

(menghubungkan), experiencing (mengalami), Applying (menerapkan),

Cooperating (bekerjasama), Transffering (mentransfer) disingkat REACT.

Crowford (2001:3) menyatakan bahwa ”These strategies focus on teaching and

learning in context—a fundamental principle of constructivism. REACT is an

easily remembered acronym that represents methods used by the best teachers

and also methods supported by research on how people learn best”. Hal ini

berarti strategi REACT fokus tehadap pengajaran dan pembelajaran yang

berdasarkan pada prinsip kontruktivisme, dimana strategi ini mewakili metode

yang digunakan guru-guru yang didukung penelitian menganai bagaimana

(12)

Marthen (2010:12) menyatakan bahwa strategi REACT adalah strategi yang

merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu

menghubungkan (Relating), melakukan pencarian dan penyelidikan yang

dilakukan oleh siswa secara aktif untuk menemukan makna konsep yang

dipelajari (Expeririencing), penerapan pengertian matematika dalam penyelesaian

masalah (Applying), memberikan kesempatan kepada siswa belajar melalui

bekerjasama dan berbagi (Cooperating) dan memberikan kesempatan kepada

siswa melakukan transfer pengetahuan matematika dan pada bidang aplikasi

lainnya (Transffering). Uraian tersebut mengindikasikan bahwa dengan penerapan

strategi REACT dimana terdapat proses menghubungkan, menerapkan konsep dan

bekerjasama, memungkinkan siswa terlibat aktif didalam pembelajaran.

Salah satu penelitian tentang penggunaan srategi REACT adalah hasil

penelitian Rohati (2011:71) yang menyatakan bahwa aktivitas siswa selama

mengikuti pembelajaran dengan strategi REACT berada dalam kategori aktif dan

prototype bahan ajar yang dikembangkan efektif mengembangkan aktivitas

belajar siswa. Selain itu, Hidayat (2010:13) menyatakan bahwa, strategi REACT

berpotensi mengembangkan kompetensi berfikir matematis, yaitu pemahaman,

pemecahan masalah, penalaran, koneksi, komunikasi, representasi dan sikap

positif terhadap matematika.

Uraian diatas berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran

ini guru merupakan pusat pembelajaran. Borrowes (Warpala, 2009)

mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada

tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui latihan soal atau tes terstandar.

Berdasarkan uraian di atas, strategi REACT dirasa tepat untuk membentuk

sikap positif siswa serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh

karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul „Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika dengan Strategi Relating, Experiencing, Apllying, Cooperating,

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah

dari penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran

matematika dengan menggunakan strategi REACT lebih tinggi daripada

siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode

konvensional?

2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi REACT?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang

mendapat pembelajaran matematika dengan strategi REACT lebih tinggi dari

pada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi REACT.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Bagi guru, pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT dapat

dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa.

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang

pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan

(14)

4. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang perlu didefinisikan

secara operasional yaitu:

1. Strategi REACT adalah strategi yang merupakan satu kesatuan dalam

pelaksanaan pembelajaran, yaitu keterkaitan (Relating) antara pengetahuan

yang sudah ada dengan pengetahuan yang diperoleh. Melalui (Experiencing)

melakukan kegiatan ekplorasi dan penemuan. penerapan konsep dalam

penyelesaian masalah (Applying), memberikan kesempatan belajar untuk

bekerjasama dan berbagi (Cooperating) serta berbagi pengetahuan

(Transferring) pada situasi yang lain.

2. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pembelajaran yang menekankan kepada penambahan pengetahuan, dimana belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau

tes terstandar.

3. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dilatih dengan

memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, membangkitkan ide-ide

yang tak terduga, membuka wawasan dan mengungkapkan

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatan kemampuan

berpikir kreatif siswa SMP melalui pembelajaran dengan strategi Relating,

Experiencing, Apllying, Cooperating, Transffering (REACT). Metode yang

digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab akibat (cause and

effect relationship) dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang

diberikan perlakuan, dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain kelompok kontrol

non-ekivalen (nonequivalent control group design). Menurut Sugiyono (2010:79)

desain ini hampir sama dengan pretest-posttes control group design, perbedaanya

adalah kelas eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Kelas

ekperimen dalam penelitian ini adalah kelas yang memperoleh pembelajaran

dengan Strategi REACT dan kelas kontrol adalah kelas yang melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Setelah kedua kelas

terbentuk, pada masing-masing kelas dilakukakan tes awal (pretest) tentang

kemampuan berpikir kreatif awal siswa dan tes akhir (postest) untuk mengetahui

kemampuan berpikir kreatif akhir siswa. Pola desain kelompok kontrol

non-ekivalen (Sugiyono, 2010:79) adalah sebagai berikut:

O X O

O O

Keterangan:

O : Pretest/postest kemampuan berpikir kreatif siswa

(16)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 21

Bandung pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Populasi ini dipilih karena

di SMP Negeri 21 Bandung tidak menerapkan kelas unggulan, siswa

dikelompokan secara acak sehingga rata-rata kemampuan setiap kelas hampir

sama.

Dari populasi tersebut, kemudian dipilih secara acak dua kelas sebagai

sampel. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda sesuai dengan desain

penelitian yang telah dibuat, yaitu satu kelas yakni kelas VII-B dengan jumlah

siswa 32 orang sebagai kelas eksperimen, dimana pembelajaran akan

dilaksanakan dengan mengunakan strategi REACT dan satu kelas, yaitu kelas

VII-A dengan jumlah siswa 27 orang sebagai kelas kontrol, dimana pembelajaran

menggunakan metode konvensional.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap untuk menjawab

rumusan masalah yang diajukan, dibuat instrumen penelitian meliputi: tes

kemampuan berpikir kreatif (pre-test dan post-test), observasi (perekaman proses

pembelajaran), dan angket (sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan).

Adapun penjelasan instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini berupa tes

tulis, yakni berupa soal-soal berbentuk uraian dengan tujuan agar kemampuan

berpikir kreatif siswa dapat terlihat dari cara siswa menjawab soal-soal uraian

langkah demi langkah, serta menggambarkan seberapa jauh proses berpikir dan

kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah matematika. Hal ini sebagai mana

yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2006: 118) yang menyatakan bahwa dengan

tipe tes uraian akan terlihat sifat kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang

telah menguasai materi dengan betul-betul yang dapat memberikan jawaban yang

(17)

Di dalam penelitian ini tes yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu: 1)

tes awal (Pretest), yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan untuk

mengukur kemampuan awal berpikir kreatif siswa; 2) tes akhir (Postest), yaitu tes

yang dilakukan setelah perlakuan diberikan untuk mengetahui kemampuan

berpikir kreatif siswa. Kedua tes tersebut dilaksanakan pada kelas eksperimen,

maupun kelas kelas kontrol dengan tipe soal yang identik.

Pemberian skor pada soal berpikir keatif ini didasarkan pada panduan

Holistic Scoring Rubrics. Dalam penelitian ini pedoman penskoran diadaptasi dari

Mertler, Craig A. (2001), dimana skor diberi level 0, 1, 2, 3, dan 4. Setiap skor

yang diraih siswa mencerminkan kemampuan siswa dalam merespon persoalan

yang diberikan dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemampuan berpikir

kreatif. Adapun pedoman penskoran tes kemampuan berpikir kreatif di dalam

penelitian ini, terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Aspek yang

di ukur Respon siswa terhadap soal Skor

Kelancaran (Fluency)

Tidak memberikan jawaban 0

Memberikan sebuah ide yang tidak relevan dengan pemecahan

masalah 1

Memberikan sebuah ide yang relevan tetapi penyelesaiannya

salah 2

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan tetapi jawabannya

masih salah 3

Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dan penyelesaian

masalahnya benar dan jelas 4

Keluwesan (Flexibility)

Tidak memberikan jawaban 0

Memberikan jawaban satu cara atau lebih tetapi memberikan

jawaban yang salah 1

Memberikan jawaban dengan satu cara tetapi perhitungan dan

hasilnya benar 2

Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan

3

Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) proses

(18)

Lanjutan Tabel 3.1

Aspek yang

di ukur Respon siswa terhadap soal Skor

Originality (Keaslian)

Tidak memberikan jawaban 0

Memberkan jawaban dengan cara sendiri tetapi tidak dapat

dipahami 1

Memberika jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai 2 Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah 3 Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan

hasilnya benar, 4

Elaboration (Elaborasi)

Tidak memberikan Jawaban 0

Terdapat kesalahan dalam jawaban dan tidak disertai perincian 1 Terdapat kesalahan dalam jawaban tetapi disertai perincian yang

kurang detai 2

Terdapat kesalahan dalam jawaban tetapi disertai perincian yang

terperinci 3

Memberi jawaban yang benar dan terperinci 4

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang

didalamnya mencakup jenis kemampuan berpikir kreatif, indikator kemampuan

berpikir kreatif, perilaku siswa, butir soal, dan nomor soal. Sebelum diujikan,

terlebih dahulu instrumen dikonsultaikan pada dosen pembimbing, kemudian diuji

cobakan di SMP Negeri 21 Bandung pada siswa kelas VIII yang di ikuti oleh 34

orang dengan tujuan mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks

kesukaran tiap butir soal dari instrument tersebut. Pada pengolahan data validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran, penulis akan dibantu dengan

menggunakan software anates V4. Proses penganalisisan hasil uji coba, meliputi

hal-hal berikut:

a. Uji Validitas Butir Soal

Validitas terdiri dari validitas logik (teoritik) dan validitas empirik

(kriterium). Validitas teoritik adalah validitas berdasarkan pertimbangan

(judgement) para ahli, sedangkan validitas kriterium adalah validitas yang ditinjau

dari hubungannya dengan kriterium tertentu yang diperoleh melalui observasi atau

pengalaman yang bersifat empirik. Karena yang akan diselidiki adalah validitas

(19)

diselidiki adalah validitas empirik (kriterium) soal. Penentuan tingkat validitas

soal dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang

akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan

diasumsikan memiliki validitas yang tinggi. Dalam penentuan validitas empirik

soal, perhitungan koefisien validitas dilakukan dengan menggunakan produk

moment raw score (Suherman, 2003: 121) yang di rumuskan:

= −

2 − 2 − 2− 2

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N : banyak subjek (testi)

X : skor yang diperoleh dari masing-masing butir soal

Y : skor total

Menurut Guilford (Suherman, 2003: 113), interpretasi validitas nilai

dapat dikategorikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Interpretasi Validitas Nilai

Koefisien Validitas Interpretasi

0,90≤ ≤1,00 Validitas sangat tinggi

0,70≤ < 0,90 Validitas tinggi

0,40≤ < 0,70 Validitas sedang

0,20≤ < 0,40 Validitas rendah

0,00≤ < 0,20 Validitas sangat rendah

< 0,00 Tidak valid

Dari hasil pengolahan data uji instrumen dengan perhitungan menggunakan

(20)

Tabel 3.3

Interpretasi Validitas Tiap Butir Soal

Butir Soal Koefisien r tabel Kriteria Kategori

1 0,636 0,339 Signifikan Sedang

2 0,748 0,339 Sangat Signifikan Tinggi

3 0,704 0,339 Signifikan Tinggi

4 0,589 0,339 Signifikan Sedang

b. Reliabilitas Butir Soal

Suatu alat evaluasi (tes dan nontes) disebut reliable jika hasil evaluasi

tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama (Suherman,dkk,

2003: 131). Relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami

perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Bentuk soal tes

yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian.

untuk mencari koefisien reliabilitas ( 11) digunakan rumus yaitu sebagai

berikut:

11 = −

1 1−

�2

2

Keterangan:

11= Koefisien reliabilitas alat evaluasi

= Banyaknya butir soal

�2 = Jumlah varians skor setiap soal

2 = Varians skor total

Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) koefisien reliabilitas

(21)

Tabel 3.4

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien reliabilitas (��) Interpretasi 11 ≤0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20≤ 11 < 0,40 Reliabilitas rendah

0,40≤ 11 < 0,70 Reliabilitas sedang

0,70≤ 11 < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90≤ 11 ≤0,40 Reliabilitas sangat tinggi

Dengan bantuan program anates V4 didapatkan nilai reliabilitas tes dari

instrumen yang telah diujikan sebesar 0,56 . Nilai tersebut dapat di interpretasikan

instrumen yang telah diujikan memiliki reliabilitas sedang.

c. Indeks Kesukaran Buti Soal

Menurut Suherman (2003:170) Indeks kesukaran dari tiap soal dapat dihutung

dengan mengunakan rumus:

�� =

� �

Keterangan:

�� = Indeks Kesukaran = Rata-rata skor tiap soal

� � = Skor maksimum ideal per soal

Adapun kriteria indeks kesukaran (Suherman, 2003:170) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

��= 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 <�� ≤0,00 Soal sukar

0,30 <�� ≤0,70 Soal sedang

0,70 <��< 1,00 Soal mudah

(22)

Dari hasil pengolahan data uji instrumen dengan perhitungan menggunakan

program anates versi V4, diperoleh tafsiran indeks kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Butir Soal Nilai Indeks Kesukaran Tafsiran

1 0,625 Sedang

2 0,598 Sedang

3 0,556 Sedang

4 0,583 Sedang

d. Daya Pembeda Butir Soal

Galton mengasumsikan bahwa “suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan yang kurang karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut” (Suherman, 2003:159). Pembagian kelompok atas dan kelompok bawah, menggunakan ketentuan:

1) Untuk kelompok kecil

Kelompok subjek disebut kecil jika ≤ 30. Untuk menentukan kelompok

atas dan kelompok bawah masing-masing 50% dari populasi.

2) Untuk kelompok besar

Kelompok subjek disebut besar jika > 30. Untuk keperluan perhitungan daya

pembeda cukup diambil 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok

bawah. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian (Suherman, dll.,

2003:159) adalah:

�� = − � �

Dengan:

DP : Daya Pembeda

: rata-rata skor kelompok atas untuk soal itu

(23)

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, dkk, 2003:161)

adalah:

Tabel 3.7

Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Interpretasi

0,70 <�� ≤1,00 Sangat Tinggi

0,40 <�� ≤0,70 Tinggi

0,20 <�� ≤0,40 Sedang

0,00 <�� ≤0,20 Jelek

�� ≤ 0,00 Sangat Jelek

Dengan bantuan program anates V4 didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,583 Tinggi

2 0,411 Tinggi

3 0,259 Sedang

4 0,611 Tinggi

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat soal tersebut dapat

digunakan untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah.

2. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab

oleh seseorang yang akan dievaluasi (responden) yang berupa keadaan atau data

diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal. Angket

(24)

Pada penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap

matematika dan pembelajaran menggunakan strategi REACT yang diikuti dengan

peningkatan kemampuan berpikir kreatif.

Terdapat lima buah aspek yang akan di olah untuk mengetahui sikap siswa di

dalam penelitian ini, diantaranya adalah sikap terhadap: 1) Matematika dan

pembelajarannya, yang indikatornya menunjukan kesukaan dan manfaat

mengikuti pembelajaran matematika; 2) Pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi REACT, dimana indikatornya menunjukan minat siswa

terhadap pembelajaran setelah dilakukan pengenalan pembelajaran, peran guru

dalam pembelajaran dan menunjukan aktivitas siswa pada saat pembelajaran

berlangsung; 3) Penggunaan LKS selama pembelajaran berlangsung, yang akan

menunjukan minat siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan

dalam LKS; 4) Soal-soal kemampuan berpikir kreatif, yang menunjukan minat

dalam menyelesaikan soal tersebut; 5) Karakter siswa, yang akan menunjukan

karakter siswa selama pembelajaran.

3. Obervasi

Suherman (2003: 62) mendefinisikan bahwa observasi adalah teknik evaluasi

non tes yang menginventarisasikan data sikap dan kepribadian siswa dalam

kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa

secara langsung dan bersifat relatif.

Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran

dengan harapan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti dapat ditemukan dengan

menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan oleh rekan mahasiswa

atau guru yang telah mengetahui dan telah memahami pembelajaran matematika,

sehingga dapat mengamati dengan benar bagaimana kegiatan pembelajaran

berlangsung. Yang diamati dalam observasi ini adalah sikap siswa dalam

(25)

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

matematika siswa SMP melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi

REACT. Untuk itu dalam implementasinya, penelitian ini dilakukan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Membuat rancangan penelitian yang dilanjutkan dengan seminar proposal;

b. Perizinan penelitian;

c. Menentukan subjek penelitian yaitu menentukan kelompok eksperimen

yang diberi pembelajaran dengan strategi REACT dan kelompok kontrol

yang diberi pembelajaran konvensiona;l

d. Menyusun instrumen tes kemampuan berpikir kreatif, pembelajaran dan

penelitian;

e. Melakukan studi pendahuluan;

f. Melakukan uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen dan kelas control;

b. Implementasi bahan ajar pada pembelajaran dengan strategi REACT;

c. Melakukan postes;

d. Memberikan angket untuk diisi oleh siswa.

3. Tahap Analisis Data

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari kedua kelas;

b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis dan rumusan

masalah yang telah dirumuskan.

(26)

Diagram 3.1 Prosedur Penelitian Mengidentifikasi masalah

Membuat program pengajaran dan instrumen penelitian

Menguji coba dan merevisi program pengajaran dan

instrumen penelitian

Menentukan populasi dan sampel

Prestest

Kelas Eksperimen: Pembelajaran dengan strategi

REACT

Kelas Kontrol: Pembelajaran konvensional

Angket dan Lembar Observasi

Postest

Menganalisis data

(27)

E. Teknik Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu

dengan memberikan tes (pretest dan posttest), obeservasi dan pengisian angket.

Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam dua jenis data, yakni data

kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi data hasil pengisian angket

dan observasi, sementara itu data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan

posttest kemampuan berpikir kreatif siswa.

1. Analisis data kualitatif

Data kualitatif didalam penelitian ini meliputi data hasil pengisian angket dan

lembar observasi yang diterapkan pada kelas eksperimen. Adapun Analisis data

angket dan analisis data hasil observasi adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Angket Skala Sikap Siswa

Dalam penelitian ini, angket berfungsi sebagai alat pengumpul data yang

dipergunakan untuk mengungkap tentang sikap siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan strategi REACT.

Pendekatan angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert

yang terdiri dari empat pilihan kategori jawaban seperti pada tabel 7 dibawah in.

Menurut Suherman (2003: 190), skala kualitatif pada angket ditransfer ke dalam

skala kuantitatif dengan penskoran sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Keterangan :

SS : Sangat Tidak Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

(28)

Data angket yang telah terkumpul kemudian diolah untuk mengetahui apakah

sikap siswa positif atau negatif, hal ini dilakukan dengan melihat presentase sikap

siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Adapun perhitungannya, dengan

mengunakan rumus sebagai berikut:

�= × 100%

Keterangan:

P : persentase jawaban

f : frekuensi jawaban

n : banyak responden

Klasifikasi interpretasi perhitungan presentase ditafsirkan berdasarkan kriteria

berikut:

Tabel 3.10

Klasifikasi Presentase Angket

Persentase Jawaban Interpretasi

�= 0% Tak seorang pun

0% <� < 25% Sebagian kecil

25% ≤ �< 50% Hampir setengahnya

�= 50% Setengahnya

50% <� < 75% Sebagian besar

75%≤ �< 100% Hampir seluruhnya

�= 100% Seluruhnya

b. Analisis Lembar Observasi

Lembar Observasi yang dibuat dimaksudkan untuk mengetahui proses selama

pembelajaran berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Data hasil observasi

yang terkumpul, ditulis, dan dirangkum dikumpulkan yang kemudian dianalisis

secara deskriptif untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang

dilaksanakan. Menurut Suherman (2003:62) observasi adalah suatu teknik non tes

yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam

kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa

(29)

2. Analisis data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diambil dari hasil pretest dan postest.

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Pengolahan data

kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor pre-test

dan post-test. Analisis data hasil tes dilakukan untuk mengetahui perbedaan

peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran

menggunakan strategi REACT dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional. Untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan data, semua

pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program Stastistical Product and

Service Solution (SPSS) 17.0 for windows. Adapun alur analisis data disajikan

pada diagram berikut:

Diagram 3.2

Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif

Adapun penjelasan secara rinci teknis analisis data yang dilakukan, adalah sebagai

berikut:

a. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Awal (Pretest)

Pengolahan data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif siswa. Pada pengolahan pretes,

dilakukan uji normalitas, uji homogenitas varians dan uji kesamaan dua rata-rata.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk

dengan taraf signifikansi sebesar 5%.

(30)

Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data pretest berdistribusi normal.

H1 : Data pretest tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05

dan terima H0 jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians kelas

eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan jika

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila data pretes salah

satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung

dilakukan uji kesamaan kemampuan awal siswa kedua kelas dengan pengujian

non-parametrik Mann–Whitney. Uji homogenitas varians menggunakan uji Levene

dengan taraf signifikansi sebesar 5% untuk mengetahui apakah data kedua sampel

memiliki varians yang sama. Perumusan hipotesis untuk uji homogenitas adalah

sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians hasil pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan varians hasil pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik

adalah sebagai berikut:

H0 : �12 =�22

H1 : �12 ≠ �22

Keterangan:

�12 : varians kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas kontrol

�22 : varians kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas eksperimen

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05

(31)

3) Uji Perbedaan Kemampuan Awal Siswa

Uji Perbedaan ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

kemampuan awal berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Jika kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata

dengan Independent-Sample T Tes menggunakan uji-t. Jika kedua sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal tetapi memiliki varians yang tidak

homogen, maka uji rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t’.

Perumusan hipotesis untuk ini dengan taraf signifikansi sebesar 5% adalah

sebagai berikut :

H0 : Kemampuan berpikir berpikir kreatif awal antara siswa kelas kontrol

dengan kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

H1 : Kemampuan berpikir kreatif awal antara siswa kelas kontrol dengan

kelas eksperimen berbeda secara signifikan.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik

adalah sebagai berikut:

H0 : �1 =�2

H1 : �1 ≠ �2

Keterangan:

�1 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas kontrol

�2 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif awal siswa kelas eksperimen

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika 1

2 nilai signifikansi kurang dari

0,05 dan terima H0 jika 1

2 nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.

b. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Akhir (Postes)

Apabila hasil uji kesamaan dua rata-rata dari data pretes kelas eksperimen

dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, maka data yang digunakan

(32)

tersebut menggunakan data postes. Adapun Pada pengolahan data postes,

dilakukan uji normalitas, uji homogenitas varians dan uji kesamaan dua rata-rata.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk

dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Adapun Perumusan hipotesis untuk uji

normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data postes berdistribusi normal.

H1 : Data postes tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan

terima H0 jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians kelas

eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan jika

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila data postes salah

satu kelas berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka langsung

dilakukan pengujian non-parametrik Mann–Whitney. dengan taraf signifikansi

sebesar 5% perumusan hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians hasil postes kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

H1 : Terdapat perbedaan varians hasil postes kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik

adalah sebagai berikut:

H0: �12 = �22

H1 : �12 ≠ �22

Keterangan:

�12 : varians kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.

(33)

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai signifikansi kurang dari 0,05

dan terima H0 jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Sama halnya dengan analisis data pretes, jika kedua sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka

dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan Independent-Sample T Tes

menggunakan uji-t. Jika kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal tetapi memiliki varians yang tidak homogen, maka uji rata-rata dilakukan

dengan menggunakan uji-t’, Adapun perumusan hipotesis untuk uji perbedaan dua

rata-rata dengan taraf signifikansi sebesar 5% adalah sebagai berikut:

H0 : Kemampuan berpikir berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen

dengan kelas kontrol tidak lebih baik secara signifikan.

H1 : Kemampuan berpikir berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen

dengan kelas kontrol lebih baik secara signifikan.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik

adalah sebagai berikut:

H0 : �1 ≤ �2

H1 : �1 > �2

Keterangan:

�1 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

�2 : Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran REACT.

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika

1

2 nilai signifikansi kurang dari

0,05 dan terima H0 jika 1

(34)

c. Analisis Data Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Menggunakan Data Indeks Gain

Jika pada hasil uji kesamaan dua rata-rata data pretes menunjukkan bahwa

rata-rata nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan, maka

untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dari kedua kelas

tersebut dilakukan dengan perhitungan indeks gain. Data peningkatan kemampuan

berpikir kreatif siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari skor

gain normal (indeks gain). Rumus indeks gain Hake (1999: 1) adalah sebagai

berikut:

� � �� = �� � − �� �

�� �� � − �� �

Karena pengolahan data postes dilakukan, maka pengolahan data indeks gain

dilakukan hanya untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan

berpikir kreatif siswa. Kemudian untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan

berpikir kreatif siswa, skor indeks gain yang telah diinterpretasikan dengan

kriteria menurut (Hake, 1999:1) sebagai berikut:

Tabel 3.11

Kriteria Indeks Gain (g)

Indeks Gain (g) Kriteria

0,7 < ≤ 1 Tinggi

0,3 < ≤0,7 Sedang

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melalui proses analisis data-data hasil penelitian di kelas VII SMP

Negeri 21 Bandung, penulis memberikan kesimpulan bahwa penerapan strategi

REACT dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa. Kesimpulan secara lebih rincinya adalah

sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran

matematika dengan strategi REACT lebih tinggi secara signifikan daripada

siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode konvesional.

2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT

dalam pembelajaran matematika adalah positif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini saran-saran yang diharapkan dapat

bermanfaat untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya ataupun untuk

diterapkan pada pembelajaran di sekolah.

1. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata peningkatan kemampuan berpikir

kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi

REACT lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa

yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode konvensional. Oleh

karena itu, pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT

dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran yang perlu

dipertimbangkan oleh guru, dan perlu dilakukan pengembangan penelitian

lebih lanjut agar pembelajaran matematika melalui strategi REACT lebih

efektif.

2. Melihat kecilnya ruang lingkup subjek yang diteliti dalam penelitian ini,

maka bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dalam lingkup

(36)

penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika menggunakan

strategi REACT dengan populasi lain yang lebih luas, jenjang sekolah dan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin,Wahyuni.(2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruszz Media

BNSP.(2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BNSP:

Jakarta. [online]. Tersedia :

http://litbang.kemdikbud.go.id/sekretariat/content/Buku%20Standar%20Isi% 20SMP(1).pdf

Crowford, M. L. (2001). Teaching Contextually Research, Rationale, and Technique for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Texas: CCI Publishing

Depdiknas.(2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum [Online]. Tersedia: http://puskurbuk.net/web/download/prod2007/50_Kajian%20Kebijakan%20 Kurikulum%20Matematika.pdf

Depdiknas.(2007). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan contoh/model silabus. Depdiknas

Hake, R.(1999). Analyzing Change/Gain Scores* [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

Herdian.(2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

Hidayat, R.(2010). Pembelajaran Konstektual Dengan Strategi REACT dalam Upaya Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berfikir Kritis, dan Berfikir Kreatif Matematis Mahasiswa Bidang Bisnis. [Desertasi UPI] : Tidak Diterbitkan

Isjoni.(2007). Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta.

Komalasari, K.(2011).Pembelajaran Konstektual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT.Refika Aditama.

(38)

Leonard dan Supardi.(2010). Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika, dan Kecemasan Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29, (3), 341-352. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/3382/1/6LEONARD_EDIT.pdf . Diakses tanggal 10 Juli 2011

Marthen, T.(2009). Pengembangan Kemampuan Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Konstektual Dengan Pendekatan REACT. Desertasi UPI:Tidak diterbitkan

Mathen, T. (2010.) Pembelajaran Melalui Pendekatan REACT Meningkatkan Kemampuan matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No.2: UPI Bandung.

Mertler, C.A. (2001). Designing Scoring Rubrics for Your Classroom [Online]. Tersedia:

Mulyana,T.(2008).Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Desertasi UPI:Tidak diterbitkan

OECD.(2010).PISA 2009 Result: Executive Summary.[Online]. Tersedia :

www.oecd.org/publishing/corrigenda. Diakses [2 Februari 2012].

Pehkonen, E.(1997) The State of Art in Mathematical Creativity. ZDM The International journal of Mathematic Education. 29(3), 66– 67. [Online].Tersedia: http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11858-997-0001-z?LI=true. Diakses : 28 Desember 2012

Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) Nomor 19 tahun 2005. Standar

Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2012/08/PP-no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan.pdf

(39)

Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T.(2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Setiawan, E.(2012).Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online versi.1.1. Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Kemendikbud [ONLINE]. Tersedia: http://www.kbbi.web.id/

Somakin.(2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Pendekatan Matematika Realistik. [Desertasi] UPI:Tidak diterbitkan

Sugandi, A.(2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan Kemandirian Belajar. Desertasi UPI: Tidak Diterbitkan

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhena,E.(2009). Pengaruh strategi REACT Dalam Pembelajaran Matemtika Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa. [Desertasi] UPI: Tidak Diterbitkan

Suhendra.(2005).Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Aspek Problem Solving Matematika.Tesis FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan

Suherman, E, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI.

Triatno.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka

Uno, H.(2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Warpala, I.W.S. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional [Online].

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Nilai
Tabel 3.3 Interpretasi Validitas Tiap Butir Soal
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan kebiasaan Ibunya di malam hari yang selalu duduk dan merenung di bawah pohon depan rumahnya sambil memohon kepada “Mbah Ibu Bumi Bapa Kuasa” yang diyakini

yang menggambarkan suatu keadaan atau permasalahan yang sedang terjadi berdasarkan fakta dan data-data yang diperoleh dan dikumpulkan pada

PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS PELET DENGAN PEREKAT TEPUNG.. BIJI DURIAN (Durio

perkembangan lainnya dari fetus mencit umur perkembangan 13 dpc adalah daun telinga sudah terbentuk, digiti terlihat berselaput (webbing) dan ekor menjadi melancip pada

Model PjBL dapat meningkatkan keaktifan peserta didik terbukti dengan nilai afektif kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol.. Nilai psikomotor peserta didik yang

Pengelolaan Pelatihan Secara Empirik Calon Tenaga Kerja di Kota Bekasi

Pada hasil akhir pengomposan menunjukkan bahwa dengan penambahan slurry, ragi dan EM4 dapat menurunkan suhu dan rasio C/N, dan dengan penambahan ragi dan 2 liter slurry

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian tepung azolla terfermentasi dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan pada perlakuan T2, sedangkan untuk