• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS DI MTs. AL-IKHLASH PADAKEMBANG KABUPATEN TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS DI MTs. AL-IKHLASH PADAKEMBANG KABUPATEN TASIKMALAYA."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN TASIKMALAYA

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh :

Saridudin NIM 1201398

PROGRAM STUDI

PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh Saridudin

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

© Saridudin 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NIM 1201398

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI

KANDUNGAN AYAT AL-

QUR’AN DAN HADITS

DI MTs. AL-IKHLASH PADAKEMBANG

KAB.TASIKMALAYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd

NIP. 194902271977031002

Pembimbing II

Dr. Rusman, M.Pd.

NIP 197205051998021001

Mengetahui, Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd

(4)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MEMAHAMI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS DI MTs. AL-IKHLASH PADAKEMBANG KAB. TASIKMALAYA

SARIDUDIN 1201398

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa MTs. dalam memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih konvensional, banyak berpusat pada guru, sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran menjadi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits siswa MTs. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain

nonequivalent control group design atau desain kelompok kontrol nonequivalen.

Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VII MTs. Al-Ikhlash Padakembang Kab. Tasikmalaya tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah tiga kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sehingga dipilih kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Proses pembelajaran di kelas eksperimen menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan di kelas kontrol menerapkan pendekatan konvensional.Teknik pengumpulan data berupa tes memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits yang didukung oleh angket dan observasi. Hasil analisa data menunjukkan bahwa rata-rata gain mutlak tes memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits kelas eksperimen sebesar 23,16 dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,59 sehingga termasuk kategori sedang. Sedangkan rata-rata gain mutlak tes memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits kelas kontrol sebesar 15,90 dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,35 sehingga termasuk kategori sedang. Berdasarkan perhitungan uji t dua sampel berpasangan menunjukkan bahwa

(5)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hadits.

Kata kunci : Pembelajaran inkuiri terbimbing, kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits.

IMPLEMENTATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING TO IMPROVE COMPETENCE OF UNDERSTANDING

CONTENT OF QUR’AN VERSES AND HADITHS

AT MTs. AL-IKHLASH PADAKEMBANG KAB. TASIKMALAYA

SARIDUDIN 1201398

Abstract

The background of research was that Islamic junior high school students’ low competence of understanding content of Qur’an verses and Hadiths. This is caused by the conventional learning methods and teacher-centered learning, so that the students’ involvement in learning process is low. This research aims to determine the effectiveness of implementation of guided inquiry learning to improve students’ competence of understanding the content of the Qur'an verses and Hadiths of Is lamic junior high school. The method used in this research is a quasi experimental with nonequivalent control group design. The population is all students of grade VII of MTs. Al-Ikhlash Padakembang Kabupaten Tasikmalaya academic year 2013/2014, amounting to three classes. Sampling was purposive sampling technique so that grade VII C is selected as an experimental group and grade VII B is selected as the control group. The guided inquiry learning is implemented in experimental group learning process and conventional learning is implemented in control group. Data collection techniques such as test of understanding the content of the Qur'an verses and Hadiths supported by questionnaire and observation. The results of the data analysis showed that average of absolute gain of the test in experimental group is 23.16 with average of normalized gain is 0.59 that is medium category. Meanwhile, average of absolute gain of the test in control group is 15.90 with average of normalized gain is 0.35 that is medium category. Hypothesis testing is based on the calculation of two-sample paired t test showed that the 2-tailed sig value (0.000) is lower than the significance level of 0.05, so H0 is

rejected and H1 is accepted. This means that the mean of pre-test and post-test of

experimental class is different. It shows that there are significant differences between the pre-test and post-test mean of the experimental group. This difference shows that

(6)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guided inquiry learning model was recommended as one of the models of learning that can enhance students' competence in understanding the content of the Qur'an verses and Hadiths.

(7)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 15

A. Kajian Pustaka ... 15

1. Kurikulum dan Pembelajaran ... 15

a. Konsep Kurikulum ... 15

b. Konsep Pembelajaran ... 18

2. Proses Pembelajaran ... 23

a. Perencanaan Pembelajaran ... 24

1. Silabus ... 25

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 27

b. Implementasi Pembelajaran ... 31

(8)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kegiatan Penutup ... 34

c. Evaluasi Pembelajaran ... 34

d. Pengawasan Proses Pembelajaran ... 38

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 39

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 39

b. Konsep Dasar Pembelajaran Inkuiri ... 40

c. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ... 43

d. Landasan Filosofis Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 48

e. Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 51

f. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri terbimbing ... 52

4. Hakikat Al-qur’an dan Hadits ... 54

a. Pengertian Al-qur’an dan Hadits ... 55

b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Fungsi Al-qur’an dan Hadits .... 59

c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Al-qur’an dan Hadits ... 61

1. Membaca Al-qur’an dan Hadits ... 65

2. Menulis Al-qur’an dan Hadits ... 67

3. Menghafal Al-qur’an dan Hadits ... 69

4. Mengartikan Al-qur’an dan Hadits ... 72

5. Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 74

d. Rumusan Indikator Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 79

e. Desain Pembelajaran Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 81

f. Evaluasi Pembelajaran Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 82

(9)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Hipotesis Penelitian ... 88

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 89

A. Metode dan Desain Penelitian ... 89

1. Metode Penelitian ... 89

2. Desain Penelitian ... 90

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 91

C. Definisi Operasional ... 92

D. Instrumen Penelitian ... 95

1. Test ... 96

a. Pengujian Validitas ... 96

b. Pengujian Reliabilitas ... 98

c. Tingkat Kesukaran Tes ... 100

d. Daya Pembeda ... 101

2. Instrumen Non Test ... 102

E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data ... 105

1. Analisis Data Kuantitatif ... 105

2. Data Hasil Tes ... 105

3. Uji Persyaratan Analisis ... 106

a. Uji Normalitas ... 106

b. Uji Homogenitas ... 107

4. Analisis Data Respon Siswa ... 108

F. Tahapan Penelitian ... 109

1. Tahap Persiapan ... 109

2. Tahap Pelaksanaan ... 109

3. Tahap Penulisan Laporan ... 110

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 112

(10)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Al-qur’an dan Hadits ... 112

2. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 121

3. Evaluasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 127

a. Hasil Uji Coba Instrumen ... 127

b. Pengujian Persyaratan Analisa Data ... 129

1. Uji Normalitas ... 129

2. Uji Homogenitas ... 133

3. Pengujian Hipotesis ... 136

c. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .. 139

4. Faktor-faktor yang dapat Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 141

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 144

1. Perencanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 144

2. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 147

3. Evaluasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 153

4. Faktor-faktor yang dapat Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits ... 156

(11)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi ... 160 DAFTAR PUSTAKA

(12)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan (Kepmenag No. 211 Tahun 2011). Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) mencakup empat mata pelajaran yaitu Al-qur’an dan Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam.

Al-qur’an dan Hadits merupakan bagian dari kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs.). Ruang lingkup mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits di Madrasah Tsanawiyah (MTs.) sesuai dengan Permenag No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah adalah mencakup membaca dan menulis yang merupak an unsur penerapan ilmu tajwid; menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat Al-qur’an dan Hadits dalam memperkaya khazanah intelektual; dan menerapkan isi kandungan ayat Al-qur’an dan Hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

(13)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Al-qur’an dan Hadits di Madrasah Tsanawiah (MTs.) seharusnya menjadi sesuatu yang menarik, karena Al-qur’an dan Hadits bukan hanya kalam Allah atau sabda nabi yang hanya bersifat tekstual tapi kontekstual, artinya keduanya selalu berdialektika dengan konteks masyarakat yang menyertainya. Apa yang disampaikan Al-qur’an dan Hadits adalah jawaban atas problematika yang dihadapai manusia pada saat ayat-ayat itu diturunkan atau pada saat Hadits-hadits itu disabdakan, dan pesan dari ayat atau sabda itu selalu kontekstual dengan kehidupan manusia sekarang ini.

Siswa harus bisa memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits dan menghubungkannya dengan berbagai konteks kehidupan, baik yang berhubungan dengan keimanan, ibadah, akhlak, sosial dan lain sebagainya. Hal ini penting, karena Al-qur’an dan Hadits diturunkan untuk manusia dan memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapinya.

Masalah yang terjadi di lapangan menunjukkan gejala dan fenomena yang sebaliknya. Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan mata pelajaran PAI yang di dalamnya mencakup Mata Pelajaran Al-qur’an dan Hadits, seperti yang dikemukakan Wasliman dalam Masykur (2001, hlm 8), selama ini proses pembelajaran PAI belum mampu menyentuh secara keseluruhan aspek-aspek afektif dan psikomotorik, PAI hanya berlangsung sebatas penyampaian disiplin ilmu.

(14)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga pembelajaran masih konvensional; dan (4) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang belajar.

Dalam mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits, beberapa problematika pembelajaran yang terjadi menurut Nasir (2012, hlm. 12) adalah: pertama, lemahnya pemahaman sebagian siswa madrasah terhadap Al-qur’an dan Hadits,

kedua, rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits,

dan ketiga, lemahnya kompetensi sebagian guru mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits.

Berdasarkan studi yang dilakukan penulis di MTs. Al- ikhlash Padakembang Kabupaten Tasikmalaya, kemampuan siswa dalam memaha mi kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits masih rendah. Hal it u berdasarkan pada data yang diperoleh bahwa KKM memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 baru mencapai rata-rata 65 dari KKM yang dipersyaratkan yaitu 70 . Data di atas diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap siswa kelas VII bahwa dari satu kelas yang diwawancara, hanya sekitar 16 % siswa yang mampu memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits dan menghubungkannya secara kontekstual dengan berbagai permasalahan yang terjadi. Siswa beranggapan bahwa memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits merupakan hal yang paling sulit dari mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits.

(15)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupan. Siswa menganggap bahwa Al-qur’an dan Hadits hanya berurusan dengan Allah tidak ada keterkaitan dengan masalah kemanusiaan.

Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami kandungan ayat

Al-qur’an dan Hadits tersebut disebabkan penyampaian materi yang masih berpusat kepada guru, sehingga keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi rendah. Pembelajaran Al-qur’an dan Hadits di sekolah lebih banyak mengutamakan nilai- nilai pengajaran yang bersifat kognitif dari pada nilai- nilai afektif dan psikomotor. Padahal setidaknya ada tiga ranah yang harus menjadi perhatian seorang guru dalam melakukan pembelajaran, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Kebanyakan guru dalam menyampaikan pembelajaran lebih banyak mengguakan metode ceramah (top-down) tidak menghiraukan kenyataan-kenyataan yang unik dan melibatkan kebutuhan keseharian siswa. Guru belum mampu menanamkan dan mengembangkan pembelajaran dari bawah ke atas

(induktif). Guru berperan seolah-olah yang paling mengetahui dan merupakan

sumber dari segala kebenaran. Kegiatan pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru (teacher-centered). Pembelajaran Al-qur’an dan Hadits difahami sebagai pembelajaran yang hanya berurusan dengan akhirat dan tidak ada keterkaitan dengan unsur duniawi, sehingga pembelajaran lebih banyak membosankan karena yang disampaikan selalu berkaitan dengan unsur- unsur teologi tidak berkaitan dengan kehidupan kemanusiaan.

(16)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga dalam melakukan penilaian tidak hanya terfokus pada satu aspek tapi multi aspek.

Kondisi demikian memerlukan solusi agar pembelajaran tidak hanya terfokus pada guru tetapi juga melibatkan siswa (student-centered). Pembelajaran Al-qur’an dan Hadits di MTs. harus mampu melahirkan siswa yang mampu memahami kandungan ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis serta mampu menafsirkan ayat-ayat Al-qur’an dan Hadits-hadis tersebut sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat kekinian.

Model pembelajaran inkuiri menawarkan konsep pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa (student-centered). Inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar mandiri, mengembangkan kreativitas dalam memahami konsep dan memecahkan masalah (Komalasari, 2011, hlm. 73). Tujuan inkuiri adalah mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual dalam memunculkan pertanyaan dan mencari jawaban dengan hal-hal yang ingin diketahui (Sukmadinata dan Erliany, 2012, hlm. 156).

Dalam pembelajaran inkuiri siswa diajak untuk menemukan sendiri atas jawaban sebuah pertanyaan. Model inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber, dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat serangkaian fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

(17)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan s istematis pada tujuan pembelajaran dan mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Pengertian inkuiri dalam beberapa cara yang berbeda terjadi di dalam kelas dalam bentuk proses, konten, konteks, dan strategi (Stewart, Gyle dan Shore, 2012, hlm. 7-8). Proses adalah suatu aktivitas yang dipandu oleh rasa ingin tahu dan minat siswa, dimana siswa mempelajari keterampilan proses yang dapat digeneralisasikan di seluruh domain subjek. Konten merupakan investigasi aktif, berpikir kritis, dan refleksi yang memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan materi; dengan demikian, siswa mencapai pemahaman yang mendalam mengenai konten dan menjadi lebih mampu menerapkan pengetahuan. Strategi mencakup pemecahan masalah, perencanaan, organisasi, dan strategi pengaturan diri yang mendorong siswa dengan keterampilannya itu untuk melaksanakan investigasi kolaboratif dan pengaturan diri. Dalam konteks, siswa membuat makna dari pengalaman; dengan demikian, lingkungan inkuiri membutuhkan beberapa bentuk sumber daya, akses data, individu sebagai peserta kegiatan kelompok, dialog, dan refleksi.

(18)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model pembelajaran inkuiri mendorong dan membantu siswa membentuk pertanyaan mereka sendiri dan bekerja melalui proses menjawab pertanyaan. Melalui pembelajaran inkuiri, siswa terlibat aktif dalam aktivitas inkuiri dengan memasukkan keterampilan melek informasi dalam pemecahan masalah. Keterampilan seperti mengamati, mengumpulkan, menganalisis, dan mensintesis informasi yang dikembangkan dalam rangka untuk membuat prediksi dan menarik kesimpulan. Pembelajaran berorientasi Inkuiri memungkinkan siswa menemukan dan mengejar informasi dengan keterlibatan aktif dan terlibat dalam materi pembelajaran ( Coffman, 2009, hlm. 2).

Menurut Sanjaya (2010, hlm. 304) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri. Pertama, model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari

dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self

belief). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan

sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah

(19)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian dalam model pembelajarn inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya (Sanjaya, 2010, hlm. 304).

Jenis pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkuiri terbimbing. Dalam proses belajar menga jar dengan model inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk dari seorang guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Selain pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan pada saat siswa akan melakukan percobaan.

Ogle dalam Kuhlthau (2007, hlm. 3) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model Inkuri terbimbing menggunakan kerangka kerja KWL, siswa harus bertanya tentang “what do I know?” (K); “what do I want to learn?” (W); dan “what did I learn?” (L). Konsep ini kemuadian diperluas dengan mendorong siswa berfikir tentang fakta dan ide yang mereka hadapi. Konsep KWL kemuadian diperluas dengan “how do I find out?, how do I share what I learned? dan what will I do next time?”. Dengan memfokuskan pada penemuan informasi yang baru, mempelajarinya dan menghubungkannya pada apa yang sudah diketahui siswa, siswa dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dan membaginya dengan yang lain. Dengan bertanya “what will I do next time?” mengembangkan refleksi yang memungkinkan pemindahan pada situasi yang lain dan mempromosikan metakognisi berfikir tingkat tinggi. Refleksi ini menggabungkan berfikir konten (what did I learn?) dan proses (how did I learn), sehingga siswa memperoleh apresiasi yang lebih dalam dari pencarian dan penggunaan informasi (Kuhlthau, 2007, hlm. 4).

(20)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mempersiapkan siswa berpikir secara mendalam tentang subjek sehingga mereka dapat berhasil dalam tes autentik dengan situasi belajar. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) menargetkan penilaian siswa dan situasi seperti itu diintegrasikan ke dalam proses. Hasilnya adalah pembelajaran abadi yang memiliki makna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa. (Kuhlthau ,2007, hlm. 5).

Inkuiri adalah cara mempelajari konten kurikulum. Inkuiri terbimbing

(guided inquiry) diintegrasikan ke dalam konten kurikulum. Siswa secara aktif

terlibat dalam konten pelajaran, memotivasi mereka untuk mengejar pertanyaan penting dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang konten tersebut. (Kuhlthau ,2007, hlm. 5). Dalam inkuiri terbimbing (guided inquiry), konten kurikulum dihubungkan pada dunia siswa melalui perencanaan yang bijaksana dan kemampuan beradaptasi.

Siswa terlibat dalam setiap tahap proses pembelajaran, dari memilih apa yang diselidiki, untuk merumuskan perspektif yang terfokus, mempresentasikan pembelajaran mereka dalam produk akhir. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) menggabungkan refleksi melalui proses tersebut, dengan produk akhir sebagai bukti konstruksi pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam. Dalam inkuiri terbimbing (guided inquiry) siswa dan guru berkolaborasi dan bekerja sama dalam ide-ide. Siswa bekerja sebagai sebuah komunitas belajar, membantu dan belajar satu sama lain bukan sebagai individu yang bekerja secara eksklusif pada

tugas-tugas pribadi. (Kuhlthau ,2007,hlm. 5).

(21)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa lain. Selain itu, siswa belajar bagaimana belajar dalam lingkungan yang kaya informasi. Siswa terlibat dalam lima jenis pembelajaran yaitu: konten kurikulum, melek informasi, proses pembelajaran, kompetensi melek huruf, dan kemampuan sosial. (Kuhlthau, 2007,hlm. 8).

Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam Mata Pelajaran

Al-qur’an dan Hadits, siswa MTs. diharapkan memiliki kemapuan dalam memahami kandungan ayat-ayat Al-qur’an dan Hadits sesuai dengan konteksnya, dan yang lebih penting lagi mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam proses pembelajaran memahami kandungan Al-qur’an dan Hadits guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran memahami kandungan Al-qur’an dan Hadits. Tujuan yang dirumuskan meliputi aspek pengetahuan (knowing), aspek pelaksanaan (doing), dan aspek pembiasaan (being) (Luthfi, 2012, hlm. 302).

Siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan pemahaman kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Diawali dengan pengetahuan mengenai arti pentingnya Al-qur’an dan Hadits bagi kehidupan umat Islam. Karena langkah awal untuk me mahami Al-qur’an adalah dengan cara meyakini kebenaran Al-qur’an dan Hadits. Sehingga siswa mengetahui bahwa memahami kandungan Al-qur’an dan Hadits bagi seorang muslim harus dilakukan. Selain itu siswa juga mengetahui bahwa dengan mampu memahami Al-qur’an dan Hadits menjadi pintu pembuka untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek pelaksanaan (doing) yang dimaksud adalah siswa terampil dalam memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits, paling tidak yang menjadi materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan ini metode yang dapat digunakan misalnya adalah demonstrasi atau simulasi.

(22)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kepribadiannya. Siswa benar-benar terampil memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits, maka setiap kali siswa telah membaca Al-qur’an dan Hadits, atau mendengarkan bacaan Al-qur’an atau Hadits, maka siswa akan mampu menyelami dan memahami kandungan dari bacaan Al-qur’an atau Hadits tersebut. Inilah tujuan pengajaran aspek being. Pembelajaran untuk mencapai

being yang tinggi lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar siswa

melaksanakan apa yang diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pada beberapa pemikiran di atas, penelitian ini bermaksud untuk mengkaji implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits pada mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits di MTs. Al- ikhlash Padakembang Kab. Tasikmalaya dengan sampel penelitian kelas VII. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits dengan pokok bahasan toleransi dan problematika dakwah. Pokok bahasan toleransi dan problematika dakwah dipilih karena pokok bahasan ini menarik dan memiliki cakupan yang sangat luas untuk dikaitkan dengan berbagai permasalahan yang terjadi, baik menyangkut hubungan sosial, fenomena kehidupan masyarakat modern dan berbagai permasalahan keagamaan yang muncul di masyarakat.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(23)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan menerapkan isi kandungan ayat Al-qur’an atau Hadits yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan siswa dalam memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi latar belakang pengetahuan, kemampuan kognitif dan afektif siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan keluarga. Faktor- faktor tersebut harus menjadi pertimbangan penting dalam merencanakan, mengimplementasikan dan menilai pembelajaran.

Uraian di atas dan latar belakang penelitian menjadi dasar dalam mengidentifikasi beberapa masalah berkenaan dengan penelitian ini, yakni:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing belum difahami dengan baik oleh para guru mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits

2. Guru tidak menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits karena diperkirakan akan menyita waktu sehingga akan berakibat pada tidak tercapainya terget kurikulum.

3. Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran konvensional sehingga ketika pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa kurang proaktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Latar belakang pengetahuan siswa yang beraneka ragam menyebabkan hasil pembelajaran yang tidak merata

5. Pencapaian nilai untuk indikator memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits dirasakan masih rendah.

(24)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ayat Al-qur’an dan Hadits siswa MTs. dengan menggunakan t eratment

pembelajaran inkuir i terbimbing. Penelit ian ini dibatasi dengan ruang lingkup lokasi penelit ian, subjek penelit ian, waktu penelit ian dan variabel penelit ian. Penelit ian ini memilih lokasi di MTs. Al- ikhlash Padakembang Kabupaten Tasikma laya dengan mengikutsertakan siswa kelas VII dan me libatkan satu variabel bebas yaitu pembelajaran inkuir i terbimbing dan satu variabel terikat yaitu kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah umum dalam penelitian ini berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas adalah apakah pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits siswa MTs.?

Rumusan masalah tersebut selanjutnya diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits ?

b. Bagaimana implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits ?

c. Bagaimana evaluasi hasil pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits ?

(25)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menguji efektifitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits siswa MTs. Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk :

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits.

2. Mengetahui implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits pada mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits di MTs.

3. Mengetahui evaluasi hasil pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits.

4. Mengetahui faktor- faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

(26)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan kemampuan memahami kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti, pendidik, pengamat pendidikan, pemegang kebijakan dan pengembang kurikulum mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits di Indonesia dalam mengembangkan dan memperkuat teori dan konsep yang sudah ada, khususnya model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits pada mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits dan menjadi masukan dalam pengembangan pembelajaran Al-qur’an dan Hadits yang lebih tepat.

b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits di sekolah yang dipimpinnya.

c. Bagi Kementerian Agama, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan dalam pengembangan model pembelajaran ya ng sesuai dengan tujuan mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits di MTs.

d. Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut.

F. Struktur Organisasi Tesis

(27)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V kesimpulan dan rekomendasi.

(28)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini secara khusus membahas metode penelitian. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian ini tidak menggunakan eksperimen secara murni, karena untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi dalam kegiatan sehari- hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variabel bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperimen). Adapun jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain nonequivalent (pretest and

posttest) control group design.

(29)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain nonequivalent control group pre test

pos test. Sebelum mendapatkan perlakuan kedua kelompok diberi tes awal ( pre test) untuk mengukur kondisi awal (O1), selanjutnya pada kelompok eksperimen

diberi perlakuan (X) dan pada kelompok pembanding tidak diberi perlakuan. Setelah selesai perlakuan, kedua kelompok diberi tes akhir (pos test) untuk melihat hasil perlakuan (O2). Desain penelitian kuasi Experimen dapat dilihat dalam skema dibawah ini:

Tabel 3.1

Desain penelitian quasi Eksperimen

KELOMPOK PRE TEST PERLAKUAN POST TEST

E O1 X O2

P O1ꞌ - O2ꞌ

Keterangan :

E = Kelas Eksperimen P = Kelas Pembanding

O1 = Pre test untuk kelas eksperimen O1' = Pre test untuk kelas pembanding O2 = Post test untuk kelas eksperimen O2' = Post test untuk kelas pembanding

(30)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam penelitian ini, dilaksanakan sebanyak empat kali, pre test dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai, selanjutnya di kelas eksperimen pada setiap akhir pertemuan dilakukan

post test, hal ini untuk melihat pengaruh perlakuan pembelajaran inkuiri

terbimbing pada kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an maupun Hadits dalam setiap pertemuan, dan post test akhir diberikan setelah pertemuan keempat. Untuk melihat peningkatan kemampuan memahami kandungan ayat-ayat Al-qur’an dan Hadits setelah diberikan treatment dilakukan dengan cara melihat selisih post test akhir dengan pre test awal. Untuk melihat efektivitas model yang digunakan maka pada kelompok pembanding, pembelajaran dilakukan dengan model konvensional. Pre test dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, dan post test diberikan hanya pada pertemuan terakhir. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Desain penelitian pembelajaran inkuiri terbimbing

KELOMPOK PRE TEST PERLAKUAN POST TEST

Eksperimen V - -

Pertemuan 1 (X1) V Pertemuan 2 (X2) V

Pertemuan 3 (X3) V Pertemuan 4 (X4) V

Pembanding V - -

- - -

- - -

- - V

[image:30.596.109.517.416.632.2]
(31)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji coba penelitian dilakukan di MTs. Al-Ikhlash Padakembang Kab. Tasikmalaya. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa MTs. Al- ikhlash Padakembang Kab.Tasikmalaya. Sampel Penelitiannya adalah siswa kelas VII yang berjumlah dua kelas. Satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 30 orang, dan kelas yang satunya lagi sebagai kelas kontrol dengan jumlah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan teknik purposive sampling. Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan.

Nazier (1988, hlm. 3) menyatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Populasi menurut Hadari (1995, hlm. 141) adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2002, hlm. 57). Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti.

(32)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional

Ada dua variabel atau aspek utama yang menjadi inti kajian dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan ke mampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Agar ada kesamaan konsep dan persepsi yang menjadi pegangan dalam penyusunan instrumen pengumpulan data, kedua variabel tersebut perlu didefinisikan secra operasional.

1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model untuk menyediakan sarana bagi pelajar untuk mengembangkan keterampilan intelektual dengan tujuan siswa melakukan proses berpikir dengan berfokus pada pengembangan proses mental dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah, menyatakan hipotesis, mengumpulkan data yang relevan, mengklasifikasi, menafsirkan dan memverifikasi data, pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan. (Jarolimek, 1976:100-101). Proses berpikir tersebut digunakan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. (Sanjaya, 2008: 203)

(33)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits

Dalam proses pembelajaran memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Tujuan yang dirumuskan meliputi aspek pengetahuan (knowing), aspek pelaksanaan (doing), dan aspek pembiasaan (being) (Lutfi, 2012, 302).

a. Aspek Pengetahuan (knowing)

Dalam hal ini siswa memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan pemahaman kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Diawali dengan pengetahuan mengenai arti pentingnya Al-qur’an dan Hadits bagi kehidupan umat Islam. Karena langkah awal untuk memahami Al-qur’an adalah dengan cara meyakini kebenaran Al-qur’an dan Hadits. Sehingga siswa mengetahui bahwa memahami kandungan Al-qur’an dan Hadits bagi seorang Muslim harus dilakukan. Selain itu siswa juga mengetahui bahwa dengan mampu memahami Al-qur’an dan Hadits menjadi pintu pembuka untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Aspek Pelaksanaan (doing)

Dalam hal ini, pelaksanaan yang dimaksud adalah peserta didik terampil dalam memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits, paling tidak yang menjadi materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan ini metode yang dapat digunakan misalnya adalah demonstrasi atau simulasi. Misalnya ketika memberikan pembelajaran tentang memahami kandungan surat Adh-Duha, guru dapat menyelenggarakan sebuah permainan sandiwara yang berkenaan dengan kandungan surat Adh-Dhuha. Setelah permainan selesai guru menjelaskan kandungan surat Adh-Dhuha sebagaimana yang diperagakan.

c. Aspek Pembiasaan (being)

(34)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kepribadiannya. Dalam contoh di atas, setelah siswa benar-benar terampil memahami kandungan Al-qur’an dan Hadits, maka setiap ia telah membaca Al-

Qur’an dan Hadits, atau mendengarkan bacaan Al-qur’an atau Hadits, maka ia mampu menyelami dan memahami kandungan dari bacaan Al-qur’an atau Hadits tersebut. Inilah tujuan pengajaran aspek being. Pembelajaran untuk mencapai

being yang tinggi lebih mengarahkan pada usaha pendidikan agar siswa

melaksanakan apa yang diketahuinya itu dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, yang dimaksud kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits berkaitan dengan permaslahan-permasalahan kontekstual yang terjadi baik yang berhubungan dengan permasalahan sosial, keagamaan, dan lain sebagainya.

Secara lebih rinci indikator kemampuan memahami kandungan ayat

Al-qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Deskripsi indikator kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits

Variabel Indikator Aspek yang diukur

Memahami kandungan Ayat Al-qur’an

dan Hadits

Membaca Siswa mampu membaca ayat Al-qur’an dan Hadits dengan baik dan benar

Menafsirkan Siswa mampu menafsikrkan ayat

(35)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara keseluruhan

Menjelaskan

Siswa mampu menjelaskan kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits pada tema yang dibahas

Memberi contoh

Siswa mampu memberikan contoh apa yang terkandung dalam ayat Al-qur’an ataupun Hadits

Membandingakan

Siswa mampu membandingkan apa yang dijelaskan dalam ayat Al-qur’an ataupun Hdits dengan berbagai permasalahan yang terjadi

Meringkas

Siswa mampu meringkas poin-poin penting yang dijelaskan dalam ayat

Al-qur’an ataupun Hadits yang dibahas

Menarikk inferensi Siswa mampu menyimpulkan topik yang dibahas

D. Intrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk instrumen test dan instrumen non tes. Sebelum mengadakan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan pengujian alat ukur penelitian yang akan digunakan. Langkah ini sangatlah penting karena data yang terkumpul haruslah data yang valid dan reliabel sehingga konsep yang diukur tergambarkan secara tepat.

1. Test

(36)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau pertanyaan. Pada penelitian ini, tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits melalui mata pelajaran Al-qur’an dan Hadits. Tes yang digunakan adalah tes objektif (pilihan ganda). Tes diberikan pada saat awal pembelajaran (pre test) dan akhir pembelajaran (post test). Pretest diberikan kepada kelas eksperimen dan kontrol, yaitu untuk melihat kemampuan awal siswa dalam memahami kandungan ayat

Al-qur’an dan Hadits. Untuk melihat peningkatan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits maka di kelas eksperimen dilaksanakan test di setiap akhir pertemuan dan untuk mengukur peningkatan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits secara keseluruhan maka dilaksanakan post test setelah pertemuan keempat. Sedangkan di kelas kontrol, postest untuk mengukur peningkatan kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits diberikan setelah pertemuan keempat.

a. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandala n atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur ini harus dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan. Untuk tahap ini maka akan digunakan rumus korelasi product moment.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010, hlm. 211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

(37)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen tersebut. Validitas yang digunakan adalah validitas isi (content

validity). Adapun rumus yang digunakan adalah :

dengan

rxy : Koefisien validitas

X : Skor tiap butir soal yang diraih oleh tiap siswa

Y : Skor total yang diraih tiap siswa dari seluruh siswa

N : Jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefisien validitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Interpretasi koefisien validitas

Koefisien Validitas Interpretasi 0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat baik

0,60 < rxy≤ 0,90 baik

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Kurang

0,00 ≤ rxy≤ 0,20 Sangat rendah

Dari hasil perhitungan signifikansi dan derajat validasi butir soal dapat dilihat pada tabel 3.5

[image:37.596.144.473.414.513.2]
(38)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits

Validitas

No Soal Skor Interpretasi

3,7,10,11,12,13,14,17,18,19,21,24,26,27,30  0,40 Valid

1,2,4, 5,6,8,9, 15,16,20,22,23,25,28,29  0,40 Invalid

Dari 30 soal yang digunakan untuk menguji kemampuan Memahami Kandungan Ayat Al-qur’an dan Hadits 15 soal valid dan dijadikan untuk instrumen, sedangkan 15 soal tes tidak valid dan tidak bisa digunakan untuk instrumen. Untuk lebih detail dapat dilihat di lampiran 4 hasil analisis uji validitas.

b. Pengujian Reliabilitas

Selain pengujian validitas, terhadap instrumen juga dilakukan pengujian reliabilitas. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010, hlm. 221). Untuk mengukur tingkat kepercayaan atau kehandalan suatu ala t ukur penelitian maka dilakukan uji reliabilitas. Data yang reliabel adalah data yang cukup baik untuk mengungkapkan data yang dapat dipercaya. Hal ini dicirikan apabila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan

repeated measure (pengukuran berulang), yaitu dengan memberikan pertanyaan

(39)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan satu kali pertanyaan saja kemudian dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban yang ada.

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan/kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Dalam penelitian ini rumus yang dipakai adalah rumus Spearman-Brown yang persamaannya sebagai berikut.

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrument.

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Perhitungan koefisieen reliabilitas menunjukkan derajat butir soal dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Hasil perhitungan reliabilitas soal tes

kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits

Soal R Kriteria Keterangan

Kemampuan

Memahami 0.76 Cukup Tinggi

Sangat Tinggi

Besarnya nilai r11 Interpretasi

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

[image:39.596.182.444.436.525.2] [image:39.596.107.518.628.678.2]
(40)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kandungan Ayat Al-qur’an dan

Hadits

 Reliabel

Dari tabel 3.7 dapat dinyatakan bahwa soal reliabel, dan dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data dalam penelitian.

c. Tingkat Kesukaran Tes

Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga mengandung adanya keseimbangan dari kesulitan tes tersebut. Yang dimaksud dengan taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul (Arikunto, 2009, hlm. 176). Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya rendah. Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Tingkat kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab benar Js = Banyaknya peserta tes

Perhitungan instrumen tes dilakukan dengan menggunakan kategori untuk tingkat kesukaran soal sebagai berikut.

Tabel 3.8

Klasifikasi tingkat kesukaran

Nilai F Klasifikasi

(41)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,00 < F≤ 0.30 Soal sukar

0,30 <F≤ 0,70 Soal sedang

0.70 <F< 1,00 Soal mudah

F = 1.00 Soal terlalu mudah

(Arikunto, 2010)

Tabel 3.9 Tingkat kesukaran soal

memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits

Tingkat Kesukaran

No Soal Skor Interpretasi

6,8,9,15,18,20,22,28,29 0.00 - 0.30 Soal sukar 4,11,14,16,19,21,23,26,27,30 0.30 - 0.70 Soal sedang

1,2,3,5,7,10,12,13,17,24,25 0.70 - 1.00 Soal mudah

Berdasarkan tabel diatas 9 dari 30 soal termasuk soal sukar, 10 soal termasuk soal sedang, dan sesuai digunakan dalam instrumen penelitian karena rata-rata 0.30- 0.70, kemudian soal mudah ada 11. Untuk lebih detail dapat dilihat dilampiran 4 hasil analisis tingkat kesukaran tes.

d. Daya Pembeda

[image:41.596.105.519.376.464.2]
(42)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

D = Daya pembeda

BA = Jumlah siswa kelompok tinggi yang menjawam benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

JA = Jumlah siswa kelompok tinggi

JB = Jumlah siswa kelompok rendah

Perhitungan untuk instrumen tes dilakukan denga menggunakan kategori daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.10

Tabel 3.10

Klasifikasi daya pembeda

Nilai D Klasifikasi

D≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek 0,20< D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤0,70 Baik

0,70 < D ≤1,00 Sangat baik

(Arikunto, 2010)

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap soal, kemudian diinterpretasi dengan klasifikasi daya pembeda dalam tabel 3.11

[image:42.596.155.380.407.553.2]
(43)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daya

Pembeda Soal

No soal Skor Interpretasi

1,5,9,15,16,20,23,25,28,29 0.00 - 0.20 Jelek

2,4,6,8,11,12,13,21,22, 0.20 - 0.40 Cukup

[image:43.596.107.550.113.231.2]

3,7,10,14,17,18,19,24,26,27,30 0.40 - 0.70 Baik

Tabel diatas menunjukkan bahwa 10 dari 30 soal mempunyai tingkat daya pembeda jelek, 9 soal mempunyai daya pembeda cukup, dan 11 soal mempunyai tingkat daya pembeda baik, dan dapat disimpulkan bahwa 15 soal telah sesuai dan dapat dijadikan instrumen penelitian.

2. Instrument Non Test

a. Angket

(44)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ordinal, yakni diurutkan dari skor yang diharapkan dengan bobot 4 sampai kepada skor yang tidak diharapkan dengan diberi skor 1.

b. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan observasi sebagai bagian dari instrument non tes. Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2012, hlm220). Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat secara langsung subjek yang diteliti, dan kegiatan yang sedang berjalan. Pelaksanaan observasi dilakukan pra eksperimen dan pada saat eksperimen. Pra eksperimen yaitu observasi pembelajaran yang dilaksanakan sebelum eksperimen pembelajaran inkuiri terbimbing diimplementasikan.

(45)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempermudah observasi, maka sudah disiapkan lembar observer yang berisi hal-hal yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik tanya jawab dengan responden yang ditentukan untuk menggali data-data yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data-data itu menyangkut tentang respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran Al-qur’an dan Hadits pada siswa MTs. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali dan memperdalam informasi- informasi yang diperoleh selama melakukan pengamatan. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara terfokus sesuai dengan kajian penelitian.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dalam teknik ini langkah- langkah yang dilakukan adalah : (1) menetapkan kepada siapa wawancara dilakukan; (2) menyiapkan pokok-pokok permasalahan yang menjadi pembicaraan; (3) membuka alur wawancara; (4) melakukan wawancara sebagai pokok kegiatan; (5) merekam wawancara dan menuliskannya sebagai catatan lapangan; (6) mengkonfirmasi hasil wawancara; dan (7) menindak lanjuti hasil wawancara yang telah diperoleh. Dalam teknik wawancara ini penulis menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dimaksudkan untuk mengarahkan dan mempermudah penulis mengingat pokok pokok permasalahan yang diwawancarakan dengan sumber data utama (interview).

(46)

Saridudin, 2014

Implementasi pembelajaran inkuiri

Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami kandungan ayat al-qur’an dan hadits di mts. Al-ikhlash padakembang

Kabupaten tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes kemampuan awal mata pelajaran

Al-qur’an dan Hadits mengenai kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits. Data yang berkaitan dengan kemampuan awal dikumpulkan melalui nilai ulangan harian siswa sebelumnya, untuk data kemampuan memahami kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits siswa dikumpulkan melalui pre-test dan

post-test. Adapun teknik analisis data, data yang diperoleh dari penelitian ini

<

Gambar

Tabel 3.2 Desain penelitian pembelajaran inkuiri terbimbing
Tabel 3.4
Tabel 3.6
Tabel 3.9
+5

Referensi

Dokumen terkait

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar Siswa”..

Upaya yang dapat ditempuh guru dalam meningkatkan self-confidence siswa dalam belajar matematika adalah menerapkan model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran..

Kata kunci: metode inkuiri, metode inkuiri terbimbing, prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis kategori kognitif, mata pelajaran

Hasil evaluasi mengenai cara yang dilakukan oleh guru PAI dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an di SMA Islam Sabilurrosyad Dari

pembelajaran Inkuiri terbimbing pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan kemampuan menyimpulkan siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.. METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA, maka guru menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II yang dianggap

Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA gaya dan perubahannya kelas V SDI AL-Ma’arif

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA, maka guru menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II yang dianggap